Anda di halaman 1dari 15

PESERTA DIDIK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas ilmu pendidikan islam

Yang diampu:

“Dr. H. Muhammad Muntahibun Nafis, M.Ag”

Disusun oleh kelompok 8 :

1. Zahrul Ramadani (12201173016)


2. Achmad Syafrie Ichwanudin (12201173032)
3. Farida (12201173044)
4. Ronista Alvinia Madu (12201173045)

SEMESTER IV-A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG

Maret 2019
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memelimpahkan rahmat serta
taufik dan hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu tugas sosiologi
pendidikan.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan
terang benderang ini yaitu agam islam.

Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah


memberikan dukungan kepada kami dan mengijinkan kami memakai
semua fasilitas yang ada di IAIN Tulungagung untuk menunjang
kelancaran proses perkuliahan kami,
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Dr. H. Muhammad Muntahibun Nafis, M.Ag selaku dosen pengampu
mata kuliah ilmu pendidikan islam, yang sangat tulus dan ikhlas
memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada kami.
4. Sifitas akademik IAIN Tulungagung yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pemyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurna makalah ini.

Tulungagung, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta
didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalal sistem
pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila
tidak ada yang didiknya.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik
pendidikan itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan
masyarakat dimana anak tersebut berada.
Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibannya
serta melaksanakannya. Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta
didik, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau
dilaksanakan oleh peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peserta didik?
2. Apa kebutuhan dan karakteristik peserta didik?
3. Apa kewajiban atau tugas peserta didik?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian peserta didik.
2. Dapat mengetahui kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
3. Dapat mengetahui kewajiban peserta didik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik


Dalam Bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan
makna peserta didik, yaitu: murid, al-tilmidz, dan al-thalib. Murid berasal dari
kata ‘arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan
(the willer). Sedangkan al-tilmidz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar.
Sementara al-thalib berasal dari kata thalaba, yathlubu, thalaban, thalibun,
yang berarti orang yang mencapai sesuatu.
Kemudian dalam pengunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan
berdasarkan tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmidz
untuk sekolah menengah, dan al-thalib untuk perguruan tinggi. Namun,
menurut Abudin Nata, istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik
adalah al-muta’allim. Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang
yang menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai
dengan perguruan tinggi.
Terlepas dari perbedaan istilah di atas, yang jelasnya peserta didik
dalam perspektif pendidikan Islam sebagai objek sekaligus subjek dalam
proses pendidikan. Ia adalah orang yang belajar untuk menemukan ilmu.
Karena dalam Islam diyakini ilmu hanya berasal dari Allah, maka seorang
peserta didik mesti berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dengan
senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada perintah-Nya.
Namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut,
seorang peserta didik mesti belajar pada orang yang telah diberi ilmu, yaitu
guru atau pendidik. Karena peserta didik memiliki hubungan dengan ilmu
dalam rangka upaya untuk memiliki ilmu, maka seorang peserta didik mesti
berakhlak kepada gurunya. Akhlak tersebut tentunya tetap mengacu kepada
nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadis.
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat
pengajaran ilmu. Secara terminology peserta didik adalah anak didik atau
individu yang mengalami perubahan perkembangan, sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian, serta
sebagai bagian dari structural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan
atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu
peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan, dan
arahan untuk menuju kesempurnaan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa peserta didik merupakan barang mentah (raw material) yang harus
diolah dan bentuk, sehingga menjadi suatu produk pendidikan.1

B. Kebutuhan dan Karakteristik Peserta Didik


Menurut Danim, Peserta didik merupakan insan yang memiliki aneka
kebutuhan. Kebutuhan ini selalu bertambah dan berkembang sesuai dengan
sifat dan karakteristiknya sebagai manusia. Asosiasi Nasional Sekolah
Menengah (National Association of High School) Amerika Serikat
mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dilihat dari dimensi
pengembangannya, yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan Intelektual yaitu peserta didik memiliki rasa ingin tahu,
termotivasi untuk mencapai prestasi saat ditantang dan mampu berfikir
untuk memecahkan masalah dan kompleks.
2. Kebutuhan sosial yaitu peserta didik mempunyai harapan yang kuat untuk
memiliki dab dan dapat diterima rekannya
3. Kebutuhan fisik yaitu peserta didik mengalami suatu perkembangan dan
pertumbuhan pada tingkat yang berbeda.

1
Arief Hidayat Afendi, Al-Islam Studi Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tarbawi), Deepublish, Yogyakarta,
2016, hal. 62-63
4. Kebutuhan emosional dan psikologis yaitu peserta didik sering mengalami
sadar diri dan mood swings (suasana hati) yang tidak terduga.
5. Kebutuhan moral yaitu peserta didik ingin memiliki kemauan yang kuat
untuk membuat dunia dirinya dan dunia diluar dirinya menjadi tempat
yang lebih baik.
6. Kebutuhan homodivinous yaitu peserta didik mengakui dirinya sebagai
mahkluk yang berketuhanan atau mahkluk homoriligius atau insan yang
beragama.2

Peserta didik memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.


Kebutuhan peserta didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan fisik
dan psikis. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pendidik diantaranya:

1. Kebutuhan jasmani
Hal ini menyangkut dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah,
maupun yang menyangkut kesehatan jasmani yang berupa olahraga
menjadi materi sasaran utama, disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain
seperti: makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya juga sangat penting
dan perlu mendapat perhatian.
2. Kebutuhan sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta
orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial
anak didik. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga
tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan
seperti bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku, bangsa,
agama, status sosial dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat
menciptakan suasana kerja sama antar siswa dengan suatu harapan dapat
melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik.

3. Kebutuhan Intelektual

2
Agustina Nora, Pengembangan Peserta Didik, Deeplubish, Yogyakarta,2018, Hal.15-16
Semua siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu ilmu
pengetahuan, mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah,
biologi atau yang lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan
kalau ingin mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu yang
pentig, bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat
menyalurkan minat masing-masing.3

Menurut Al-Qussy yang dikutip dalam buku Ramayulis (2006:58)


bahwasannya kebutuhan peserta didik dapat dibagi menjadi dua kebutuhan
pokok yaitu:

a. Kebutuhan primer yaitu: kebutuhan jasmani seperti: makan,


minum dan sebagainya.
b. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohani seperti:
1. Kebutuhan kasih sayang
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan rasa harga diri
4. Kebutuhan akan rasa bebas
5. Kebutuhan akan rasa sukses
6. Kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau
mengendalikan diri manusia seperti pengetahuan yang ada
pada setiap manusia yang berakal.4

Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta


didik adalah:

3
Ibid, hal. 16-18
4
Ibid, hal. 18
a. Peserta didik bukan miniature orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,
sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan oleh orang
dewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik,
dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik
kehilangan dunianya.
b. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan
kebutuhan itu semaksimal mungkin. Terdapat lima hierarki kebutuhan
yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan
tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan
terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2)
metakebutuhan-metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang
terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan,
keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, masih ada
kebutuhan lain yang tidak terjangkau lima hierarki kebutuhan itu, yaitu
kebutuhan akan transendensi kepada tuhan. Individu yang melakukan
ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki
kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan
ridha dari Allah SWT.
c. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang
lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun
eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial,
bakat, minat, dan lingkungan yang mempengaruhinya. Peserta didik
dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat
manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi
peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan
jiwa raga (cipta, rasa, dan karsa)
d. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan
yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta
didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya
cipta), sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai
objek pasif yang bisanya hanya menerima dan mendengarkan saja.
e. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi
dalam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat
disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan peserta
didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan
periode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat
pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat
dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.5

Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik


hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan
kepribadiannya. Diantara sifat-sifat ideal yang perlu dimiliki peserta didik
misalnya ; berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang
tinggi, sabar, dan tabah, tidak mudah putus asa dan sebagainya.

Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana


dikutip Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat ideal yang patut
dimiliki peserta didik yaitu;

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai
akhlak yang baik dan meninggalkan yang buruk.
2. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi
dan sebaliknya.
3. Bersifat tawadhu’ (rendah hati)
4. Menjaga pikiran dan berbagai pertentangan aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.
6. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang
mudah menuju pelajaran yang lebih sulit.

5
M. Ramli, “Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik”, Tarbiyah Islamiyah, Vol. 5. No.2, 2015, hal. 78-79
7. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu
yang lainnya.
8. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.6

C. Kewajiban Peserta Didik


Agar proses pendidikan yang dilalui oleh peserta didik berjalan dengan
baik dan mampu mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang
diinginkannya, maka peserta didik hendaknya mengetahui tugas dan
kewajibannya, Al-Abrasyi menyebutkan ada beberapa kewajiban, yaitu:
a. Sebelum belajar, peserta didik mesti membersihkan hatinya karena
menuntut ilmu adalah ibadah;
b. Belajar diniatkan untuk mengisi jiwanya dengan fadhilah dan
mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk sombong;
c. Bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air, serta pergi ke tempat jauh
sekalipun demi untuk mendatangi guru;
d. Jangan sering menukar guru, kecuali atas pertimbangan yang panjang atau
matang;
e. Menghormati guru karena Allah dan senantiasa menyenangkan hatinya;
f. Jangan melakukan aktivitas yang dapat menyusahkan guru kecuali ada
izinnya;
g. Jangan membuka aib guru dan senantiasa memaafkannya jika ia salah;
h. Bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan mendahulukan yang lebih
penting;
i. Sesama peserta didik mesti menjalin ukhuwah yang penuh kasih sayang;
j. Bergaul dengan baik terhadap guru-gurunya, seperti terdahulu memberi
salam;
k. Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajarannya pada waktu-
waktu yang penuh berkat;

6
Ibid, hal. 80
l. Bertekad untuk belajar sepanjang hayat dan menghargai setiap ilmu.7

Sementara Imam al-Ghazali, yang juga dikembangkan oleh Said


Hawa, berpendapat bahwa seorang peserta didik memiliki beberapa tugas
zhahir (nyata) yang harus ia lakukan, yaitu sebagai berikut.
1) Mendahulukan penyucian jiwa dari pada akhlak yang hina dan sifat-sifat
tercela karena ilmu merupakan ibadah hati, shalatnya jiwa, dan
pendekatan batin kepada Allah.
2) Mengurangi keterkaitannya dengan kesibukan duniawi karena hal itu
dapat menyibukkan dan memalingkan.
3) Tidak sombong dan sewenang-wenang terhadap guru.
4) Orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari
mendengarkan perselisihan di antara banyak orang. Artinya, hendaknya di
tahap awal ia mempelajari satu jalan ilmu, setelah ia menguasainya
barulah ia mendengarkan beragam mazhab atau pendapat.
5) Seorang penuntut ilmu tidak meninggalkan satu cabang pun dari ilmu-
ilmu terpuji.
6) Tidak sekaligus menekuni bermacam-bermacam cabang ilmu, melainkan
memperhatikan urutan-urutan dan memulai dari yang paling penting.
7) Hendaknya ia memasuki sebuah cabang ilmu kecuali jika telah menguasai
cabang ilmu yang sebelumnya, karena ilmu itu tersusun rapi secara
berurut.
8) Hendaklah seorang penuntut ilmu mengetahui faktor penyebab yang
dengan pengetahuan itu ia dapat mengetahui ilmu yang lebih mulia.
9) Hendaknya tujuan seorang peserta didik dalam menuntut ilmu di dunia
untuk menghiasi diri dan mempercantik batin dengan keutamaan,
sedangkan di akhirat nanti untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
meningkatkan diri agar dapat berdekatan dengan makhluk tertinggi dari
kalangan malaikat dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah.

7
Arief Hidayat Afendi, Al-Islam Studi Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tarbawi), Deepublish, Yogyakarta,
2016, hal. 64-65
Tugas dan kewajiban di atas idealnya dimiliki oleh setiap peserta didik,
sehingga ilmu yang ia tuntut dapat dikuasai dan keberkahan ilmu pun ia
peroleh.8

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Peserta didik merupakan barang mentah (raw material) yang harus diolah
dan bentuk, sehingga menjadi suatu produk pendidikan.

8
Ibid. hal 65-66
2. Peserta didik memiliki beberapa kebutuhan, antara lain: kebutuhan
intelektual, kebutuhan sosial, kebutuhan fisik, kebutuhan emosional dan
psikologis, kebutuhan moral, dan kebutuhan homodivinous. Dan beberapa
hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:
peserta didik bukan miniature orang dewasa, peserta didik memiliki
kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal
mungkin, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan
individu yang lain, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus
dalam pendidikan, dan peserta didik mengikuti periode-periode
perkembangan tertentu dalam pola perkembangan serta tempo dan
iramanya.
3. Kewajiban peserta didik adalah belajar dengan niat ibadah dalam rangka
taqorub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak yang
rendah dan watak yang tercela, menjaga norma-norma pendidikan untuk
menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan, bersikap
tawadhu’ (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi
untuk kepentingan pendidikannya dan jangan pernah meremehkan suatu
ilmu yang telah diberikan.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan
kesempurnaan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Afendi, Arief Hidayat. 2016. Al-Islam Studi Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tarbawi)
Yogyakarta: Deepublish.
M. Ramli. 2015. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik. Banjarmasin: Tarbiyah
Islamiyah. Vol. 5. No. 2. Hal 78-79

Nora, Agustina. 2018. Pengembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai