MAKALAH
Yang diampu:
SEMESTER IV-A
Maret 2019
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memelimpahkan rahmat serta
taufik dan hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu tugas sosiologi
pendidikan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan
terang benderang ini yaitu agam islam.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Kami menyadari bahwa dalam pemyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurna makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta
didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalal sistem
pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila
tidak ada yang didiknya.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik
pendidikan itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan
masyarakat dimana anak tersebut berada.
Sebagai peserta didik juga harus memahami hak dan kewajibannya
serta melaksanakannya. Hak adalah sesuatu yang harus diterima oleh peserta
didik, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau
dilaksanakan oleh peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peserta didik?
2. Apa kebutuhan dan karakteristik peserta didik?
3. Apa kewajiban atau tugas peserta didik?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian peserta didik.
2. Dapat mengetahui kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
3. Dapat mengetahui kewajiban peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Arief Hidayat Afendi, Al-Islam Studi Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tarbawi), Deepublish, Yogyakarta,
2016, hal. 62-63
4. Kebutuhan emosional dan psikologis yaitu peserta didik sering mengalami
sadar diri dan mood swings (suasana hati) yang tidak terduga.
5. Kebutuhan moral yaitu peserta didik ingin memiliki kemauan yang kuat
untuk membuat dunia dirinya dan dunia diluar dirinya menjadi tempat
yang lebih baik.
6. Kebutuhan homodivinous yaitu peserta didik mengakui dirinya sebagai
mahkluk yang berketuhanan atau mahkluk homoriligius atau insan yang
beragama.2
1. Kebutuhan jasmani
Hal ini menyangkut dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah,
maupun yang menyangkut kesehatan jasmani yang berupa olahraga
menjadi materi sasaran utama, disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain
seperti: makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya juga sangat penting
dan perlu mendapat perhatian.
2. Kebutuhan sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta
orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial
anak didik. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga
tempat para siswa belajar, bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan
seperti bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku, bangsa,
agama, status sosial dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat
menciptakan suasana kerja sama antar siswa dengan suatu harapan dapat
melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik.
3. Kebutuhan Intelektual
2
Agustina Nora, Pengembangan Peserta Didik, Deeplubish, Yogyakarta,2018, Hal.15-16
Semua siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu ilmu
pengetahuan, mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah,
biologi atau yang lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan
kalau ingin mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu yang
pentig, bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat
menyalurkan minat masing-masing.3
3
Ibid, hal. 16-18
4
Ibid, hal. 18
a. Peserta didik bukan miniature orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,
sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan oleh orang
dewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik,
dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik
kehilangan dunianya.
b. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan
kebutuhan itu semaksimal mungkin. Terdapat lima hierarki kebutuhan
yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan
tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan
terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2)
metakebutuhan-metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang
terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan,
keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, masih ada
kebutuhan lain yang tidak terjangkau lima hierarki kebutuhan itu, yaitu
kebutuhan akan transendensi kepada tuhan. Individu yang melakukan
ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki
kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan
ridha dari Allah SWT.
c. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang
lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun
eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial,
bakat, minat, dan lingkungan yang mempengaruhinya. Peserta didik
dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat
manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi
peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan
jiwa raga (cipta, rasa, dan karsa)
d. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan
yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta
didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya
cipta), sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai
objek pasif yang bisanya hanya menerima dan mendengarkan saja.
e. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi
dalam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat
disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan peserta
didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan
periode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat
pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat
dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.5
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai
akhlak yang baik dan meninggalkan yang buruk.
2. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi
dan sebaliknya.
3. Bersifat tawadhu’ (rendah hati)
4. Menjaga pikiran dan berbagai pertentangan aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.
6. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang
mudah menuju pelajaran yang lebih sulit.
5
M. Ramli, “Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik”, Tarbiyah Islamiyah, Vol. 5. No.2, 2015, hal. 78-79
7. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu
yang lainnya.
8. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.6
6
Ibid, hal. 80
l. Bertekad untuk belajar sepanjang hayat dan menghargai setiap ilmu.7
7
Arief Hidayat Afendi, Al-Islam Studi Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tarbawi), Deepublish, Yogyakarta,
2016, hal. 64-65
Tugas dan kewajiban di atas idealnya dimiliki oleh setiap peserta didik,
sehingga ilmu yang ia tuntut dapat dikuasai dan keberkahan ilmu pun ia
peroleh.8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Peserta didik merupakan barang mentah (raw material) yang harus diolah
dan bentuk, sehingga menjadi suatu produk pendidikan.
8
Ibid. hal 65-66
2. Peserta didik memiliki beberapa kebutuhan, antara lain: kebutuhan
intelektual, kebutuhan sosial, kebutuhan fisik, kebutuhan emosional dan
psikologis, kebutuhan moral, dan kebutuhan homodivinous. Dan beberapa
hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:
peserta didik bukan miniature orang dewasa, peserta didik memiliki
kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal
mungkin, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan
individu yang lain, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus
dalam pendidikan, dan peserta didik mengikuti periode-periode
perkembangan tertentu dalam pola perkembangan serta tempo dan
iramanya.
3. Kewajiban peserta didik adalah belajar dengan niat ibadah dalam rangka
taqorub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak yang
rendah dan watak yang tercela, menjaga norma-norma pendidikan untuk
menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan, bersikap
tawadhu’ (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi
untuk kepentingan pendidikannya dan jangan pernah meremehkan suatu
ilmu yang telah diberikan.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan
kesempurnaan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Afendi, Arief Hidayat. 2016. Al-Islam Studi Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tarbawi)
Yogyakarta: Deepublish.
M. Ramli. 2015. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik. Banjarmasin: Tarbiyah
Islamiyah. Vol. 5. No. 2. Hal 78-79