Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Ilmu Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu
Dr. Afrahul Fadhila Daulay, MA

Disusun oleh :
Kelompok 4
1) Evi Rizky Sari Siregar (0301203306)
2) Juni Tri Iswani (0301203179)
3) M.Rayhan Ramadhan (0301202309)
4) Pebi Nurmala (0301203297)
5) Rabiatul Adawiyah (0301202080)

KELAS PAI-7/SEMESTER I
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA (UINSU)
MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa atas rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peserta Didik
dalam Perspektif Pendidikan Islam” ini tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu dan
wawasan tentang Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan Islam untuk penulis dan juga
pembaca.

Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Afrahul Fadhila Daulai,
MA yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini kepada kami, sehingga kami dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini.

Kabanjahe, 6 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul................................................................................................................................I
Kata Pengantar..................................................................................................................II
Daftar Isi.............................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik.........................................................................................2
B. Aspek-Aspek Peserta Didik.....................................................................................3
C. Karakteristik Peserta Didik......................................................................................4
D. Etika Peserta Didik..................................................................................................4
E. Hak dan Kewajiban Peserta Didik...........................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................9

Daftar Pustaka...................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta
didik merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang
tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di lingkungan
keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, etika serta melaksanakanya.
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.
Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang harus ditaati dan dilaksanakan
oleh peserta didik dalam proses belajar.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik
harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat
didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak
mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut
akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas mengenai masalah peserta didik
dalam perspektif pendidikan Islam. Meliputi pengertian peserta didik itu sendiri, aspek-aspek
peserta didik, seperti apa karakteristik peserta didik itu, bagaimana seharusnya etika yang
harus dimiliki oleh peserta didik, dan apa saja hak serta kewajiban peserta didik tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik

Secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peserta didik berarti; orang,
anak didik, siswa atau anak sekolah yang sedang mengikuti proses pendidikan.1

Barikut ini akan diuraikan pengertian peserta didik dari sudut pandang Pendidikan Islam,
yaitu:
a.  Muta'allim
Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar.
Muta'allim erat kaitannya dengan mu'allim karena mu'allim adalah orang yang mengajar,
sedangkan muta'allim adalah orang yang diajar. Kewajiban menuntut ilmu atau belajar sesuai
dengan dengan firman Allah SWT yang artinya: "Dan bertanyalah kepada orang-orang yang
berilmu jika kalian tidak mengetahui." Dan Sabda Rasulullah SAW "Menuntut ilmu adalah
wajib bagi laki-laki dan perempuan.”
b.Mutarabbi
Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang dipelihara.
Defenisi Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik, pengasuh. Sedangkan
mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.
c. Muta'addib
Muta'addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yang dididik
untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta'addib juga berasal dari muaddib yang
artinya mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi, mutaaddib adalah orang yang
diberi pendidikan tentang tingkah laku.2

Secara umum menurut istilah pengertian peserta didik dapat dilihat dari beberapa ahli
berikut. Umar Tirtarahardja dan La Sulo tentang pengertian peserta didik mengemukakan
sebagai berikut;
Peserta didik berstatus subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutnya
demikian. Oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi
yang otonom, yang ingin diakui keberadannya. Ciri khas peserta didik yang harus
dipahami oleh pendidik ialah;
(a) Individu yang memiliki potensi psikis dan fisik yang khas sehingga merupakan
individu yang khas.
(b) Individu yang sedang berkembang.
(c) Individu yang membutuhkan bimbingan individu, dan pelakunya manusia.
(d) Individu yang memiliki kemampuan mandiri.3
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. IX; Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), h. 232
2
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Perdana Muliana Sarana, 2011), h. 139-140

2
Uyoh Sadullah dkk mengemukakan bahwa;
Istilah peserta didik merupakan sebutan bagi semua orang yang mengikuti pendidikan
dilihat dari tataran makso. Dengan isitilah peserta didik subjeknya sangat beragam
tidak terbatas kepada anak yang belum dewasa saja. Peserta didik adalah siapa saja
yang mengikuti proses pendidikan mulai dari bayi sampai kepada kakek-kakek bisa
menjadi peserta didik.4

Ramayuddin mengutip pendapat Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam buku mereka
al-Tarbiyah al-Tadris dikemukakan bahwa;
Peserta didik adalah makhluk individu yang mempunyai kepribadian sesuai dengan
kondisi perkembangan dan pertumbuhannya sehingga terbentuk sikap dan tingkah
laku lantaran adanya pengaruh dari lingkungan ia berada.5
B. Aspek-Aspek Peserta Didik2

 Ada beberapa aspek peserta didik yang harus diperhatikan dalam pendidikan Islam,
diantaranya:
 
1. Potensi peserta didik yang harus diaktualisasikan, yaitu:
(a) Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi yang berwujud insting atau naluri yang
melekat dan langsung berfungsi pada saat manusia dilahirkan di muka bumi ini.
(b) Hidayah Hissiyah yaitu potensi berupa kemampuan indrawi
sebagai penyempurnaan hidayah pertama.
(c) Hidayah Aqliyah yaitu potensi akal sebagai penyempurnaan dari kedua hidayah di
atas, sehingga memiliki kemampuan berfikir dan berkreasi menemukan ilmu
pengetahuan.
(d) Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama berupa keterangan tentang hal-hal yang
menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang tertulisdalam al-Quran and
Sunnah.
(e) Hidayah Taufi yaitu hidayah khusus yang diharapkan diberikan
Allah petunjuk yang lurus berupa hidayah dan taufiq agar manusia selalu berada
dalam lindungan Allah.
2. Kebutuhan peserta didik baik kebutuhan jasmani (primer) seperti makanan,minum
dan sebagainya. Kebutuhan rohani (sekunder) yang meliputikebutuhan kasih sayang,
akan rasa aman, akan rasa harga diri, rasa bebas,sukses dan kebutuhan akan sesuatu
kekuatan pembimbingan atau pengendalian diri manusia.6

C. Karakteristik Peserta Didik3

Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:
2
Umar Tirtahardja, & S L La Sulo, Pengantar Pendidikan (Cet, II; Jakarta:Rineka Cipta, 2012) h. 52
4
Uyoh Sadullah Agus Muharram, Babang Robandi, Pedagogik Ilmu Mendidik (Cet. II; Bandung:
Alfabeta 2011), h.135
5
Ramayulis, Dasar-Dasar kependidikan, Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan (Cet, I; Jakarta: Kalam
Mulia, 2015), h.159
6
Syafaruddin, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2016), h. 47-48
3
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008), cet. 2, h. 105-106.

3
1. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki
aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam
pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya
menerima, mendengarkan saja.
2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu
semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow, terdapat lima
hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
(a) kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik,
rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan
(b) metakebutuhan-metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang
terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan,
keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, masih ada
kebutuhan lan yang tidak terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu, yaitu
kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan. Individu yang melakukan ibadah
sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki kebutuhan
tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha dari
Allah SWT.

3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik
perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan
lingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuan sistem
manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk
monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari dari banyak segi,
merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa)
4. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam pendidikan adalah
bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta
irama perkembangan peserta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan
oleh usia dan priode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat
pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari dimensi
biologis, psikologis, maupun dedaktis.7

D. Etika Peserta Didik

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi perkembangan manusia.


Etikamemberikan orientasi pada manusia bagaimana seseorang menjalani hidup ini. Etika
dapat diterapkan pada segala aspek atau sisi kehidupan kita, sehinga etika dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai etika manusianya.

Menurut Heydrapoor etika di bagi menjadi tiga jenis etika, yaitu: etika deskriptif,
etika normatif, dan meta-etika.
(a) Etika deskriptif adalah sebuah kajian empiris atas berbagai aturan dan kebiasaan
moral seorang indivudu, sebuah kelompok atau masyarakat, agama tertentu, atau
sejenisnya.

4
(b) Etika normatif mengkaji dan menelaah teori-teori moral tentang kebenaran dan
kesalahan. Sedang meta-etika atau etika analitis tidak berkaitan fakta-fakta empiris
atau historis, dan juga tidak melakukan penilaian evaluasi atau normatif.
(c) Meta-etika lebih suka mengkaji persoalan-persoalan etika, seperti pertanyaan: apa
makna dari penggunaan ungkapan “benar” atau “salah”.8

Etika seorang peserta didik berdasarkan aspek personalitinya/kepribadiannya, dan


proses mencari ilmunya adalah sebagai berikut:
1) Imām An-Nawawῑ berpendapat bahwa seorang murid harus mensucikan hatinya dari
berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah menerima ilmu dan menghapalnya
untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati dalam menyerap ilmu
sama halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk ditanami (Abu
Zakaria: 65).
2) Kedua, seorang murid harus menghilangkan segala hal yang dapat merintangi
usahanya untuk menyempurnakan ijtihadnya dalam mendapat ilmu dan selalu riḍā
menerima kekurangan dalam hal pangan dan bersabar atas kesulitan hidup.
3) Seorang murid harus bersikap tawaḍū’ kepada guru dan ilmu yang akan diterimanya.
4) Dalam mencari guru, seorang murid harus belajar kepada orang yang memang ahli
dalam bidang ilmunya, bagus agamanya, diakui ilmunya, dikenal kehormatan dan
kemuliannya.
5) Tidak menggunjing gurunya atau jangan juga membuka rahasianya dan menyebarkan
rahasia tersebut.9

E. Hak dan kewajiban Peserta Didik4

Al Ghazali, menjelaskan kewajiban anak didik pada bagian khusus pada kitabnya “Ihya’
Ulumuddin” dan “Minhaj al -‘Amal yaitu :
(a) Mendahulukan kesucian dari kerendahan akhlak dan sifat-sifat yang tercela.
(b) Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan.
(c) Jangan menyombongkan ilmunya dan menentang gurunnya.
(d) Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan. Seseorang pelajar harus mendahulukan
ilmu pengetahuan yang pokok dan mulia, kemudian ilmu pengetahuan yang mulia
kemudian ilmu pengetahuan yang penting, lalu ilmu pengetahuan sebagai
pelengkapnya.10

Sedangkan Al-Abrasyi menyebutkan ada dua belas kewajiban tersebut, yaitu:


1) Sebelum belajar, peserta didik mesti membersihkan hatinya karena menuntut ilmu
adalah ibadah.
2) Belajar diniatkan untuk mengisi jiwanya dengan fadhilah dan mendekatkan diri
kepada Allah, bukan untuk sombong.
3) Bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air serta pergi ke tempat jauh sekalipun
demi untuk mendatangi guru.
4) Jangan sering menukar guru, kecuali atas pertimbangan yang panjang/matang.
5) Menghormati guru karena Allah dan senantiasa menyenangkan hatinya.

4 8
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), h.145
9
Saifuddin Amin.Etika peserta didik menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsmani.(Yogyakarta:
Deepublish, 2019) h.14-16.
10
Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h.75.

5
6) Jangan melakukan aktivitas yang dapat menyusahkan guru kecuali ada izinnya.
7) Jangan membuka aib guru dan senantiasa memaafkannya jika ia salah.
8) Bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan mendahulukan ilmu yang  lebih penting.
9) Sesama peserta didik mesti menjalin ukhuwah yang penuh kasih sayang.
10) Bergaul dengan baik terhadap guru-gurunya, seperti terdahulu memberi salam.
11) Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajarannya pada waktu-waktu
yang penuh berkat.
12) Bertekad untuk belajar sepanjang hayat dan menghargai setiap ilmu.

Sementara Al-Ghozali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman merumuskan


sebelas kewajiban peserta didik yaitu:5
1) Belajar dengan niat ibadah mencari ridho Allah SWT
2) Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi
3) Bersikap tawadhu’
4) Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran
5) Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji serta meninggalkan ilimu-ilmu yang tercela
6) Belajar dengan bertahap atau berjenjang
7) Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya,
8) Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu yang dipelajari
9) Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi
10) Mengenal nilai-nilai paragmatis
11) Peserta didik harus tunduk pada nasehat pendidik.

Sedangkan pada pasal 12 disebutkan bahwa “setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan (SD, SMP, dan SMA) mempunyai hak:
(a) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan
oleh pendidik yang seagama,
(b) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya,
(c) Mendapatkan beasiswa peserta didik bagi yang berprestasi yang orangtuannya tidak
mampu membiayai pendidikannya,
(d) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu
membiayai pendidikan,
(e) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang yang
setara,
(f) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing
dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.11

       Dari beberapa pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa seorang peserta didik dalam
perspektif pendidikan Islam tidak hanya menuntut dan menguasai ilmu tertentu secara
teoritis, akan tetapi lebih dari itu ia harus berupaya untuk mensucikan dirinya sehingga ilmu
yang akan ia peroleh memberi manfaat baik di dunia maupun di akhirat.
      Oleh karena itu, pendidikan Islam sangat mengutamakan akhlak seorang peserta
didik.Akhlak tersebut harus diawali dari niat peserta didik itu sendiri, dimana niat menuntut
ilmu tersebut haruslah semata-mata karena Allah SWT, bukan karena tujuan-tujuan yang

511
Armai Arief. Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres. 2002), h.130

6
bersifat duniawi dijadikan prioritas utama. Selain itu, peserta didik harus menuntut ilmu
berorientasi kepada duniawi dan ukhrawi.
     

BAB III
PENUTUP

7
A. Kesimpulan

 Peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan
atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
 Aspek-Aspek peserta didik ada dua yaitu aspek potensi peserta didik yang harus
diaktualisasikan dan aspek kebutuhan peserta didik baik kebutuhan jasmani maupun
kebutuhan rohani.
 Karakteristik peserta didik yaitu; (a) peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut
untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin, (b) peserta didik memiliki
perbedaan antara individu dengan individu yang lain, (c) peserta didik dipandang
sebagai kesatuan sistem manusia. (d) peserta didik mengikuti periode-periode
perkembangan tertentu dalam mempunyai pola perkembangan serta tempo dan
iramanya.(e) peserta didik merupakan subjek sekaligus objek dalam proses
pendidikan.
 Korelasi dengan etika peserta didik adalah bahwa dunia pendidikan memiliki nilai-
nilai yang harus di taati oleh semua pihak yang ada di dalamnya. Termasuk para
peserta didik yang menjadi obyek dalam sebuah sistem pendidikan. Etika peserta
didik sebagai tool bagi peserta didik dalam mendapatkan ilmu sekaligus sebagai
pedoman dalam melakukan berbagai aktifitas belajar. Islam secara sempurna telah
memberikan pedoman dasar bagi etika peserta didik.
 Untuk mendapatkan hasil dari proses pendidikan yang maksimal, maka peserta didik
hendaknya mengerti akan hak dan kewajibannya dalam menuntut ilmu, dengan
demikian ilmu pengetahuan yang diuntut dapat diperoleh dan menjadi berkah.

B. Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita
semua. Yang baik datangnya dari Allah AWT, dan yang buruk datangnya dari kami sebagai
hamba-Nya. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak
kesalahan dari berbagai sisi. Jadi kami harapkan saran dan juga kritik yang bersifat
membangun, untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Salminawati. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Perdana Muliana Sarana.
Umar Tirtahardja, & S L La Sulo. 2012. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Uyoh Sadullah Agus Muharram, Babang Robandi. 2011. Pedagogik Ilmu Mendidik,
Bandung: Alfabeta.
Ramayulis. 2015. Dasar-Dasar kependidikan, Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan,
Jakarta: Kalam Mulia.
Syafaruddin, dkk. 2016. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama.
Abdul Mujib. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana.
Saifuddin Amin. 2019. Etika peserta didik menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsmani, Yogyakarta: Deepublish.
Armai Arief. 2002. Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pres.
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Anda mungkin juga menyukai