Petrus
NIM :081180042
Ada juga yang mengatakan definisi pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat memiliki
kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam bahasa Inggris, kata pendidikan disebut dengan Education dimana secara etimologis
kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Eductum. Kata Eductumterdiri dari dua kata,
yaitu E yang artinya perkembangan dari dalam keluar, dan Ducoyang artinya sedang
berkembang. Sehingga secara etimologis arti pendidikan adalah proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.
Jadi, secara singkat pengertian pendidikan adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta
didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang manusia
yang kritis dalam berpikir.
Agar lebih memahami apa arti pendidikan, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli
berikut ini:
1. Ki Hajar Dewantara
Menurut Martinus Jan Langeveld, pengertian pendidikan adalah upaya menolong anak untuk
dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara
susila. Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang
belum dewasa menuju kedewasaan.
3. Ahmad D. Marimba
Menurut Stella Van Petten Henderson, arti pendidikan adalah kombinasi pertumbuhan,
perkembangan diri dan warisan sosial.
5. Carter V. Good
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan
3 Tujuan Pendidikan
Pengertian Pendidikan Secara Umum dan Menurut Para Ahli – Hampir setiap saat
kita mendengar kata pendidikan, bahkan hampir semua masyarakat Indonesia sudah
mengecam pendidikan baik itu dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Namun,
sebenarnya semenjak lahir kita sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tua.
Yang menjadi pertanyaan adalah apa sebenarnya pendidikan itu baik pengertian
pendidikan, Tujuan Pendidikan serta fungsi dari pendidikan tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan ini, harus di uraikan secara detail, hal ini menyangkut dari
beberapa para ahli yang memiliki pendapat berbeda-beda. Tak hanya itu saja, jika di
lihat dari segi pengertian secara umum berbeda dengan pengertian dari beberapa para
ahli. Maka, agar semua bisa anda pahami dengan baik berikut ini akan di uraikan secara
lengkap dengan berbagai definisi.
B. Unsur-unsur Pendidikan
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara
terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk
kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan
baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui
lembaga pendidikan. Dalam bahasa Arab, peserta didik dikenal dengan istilah tilmidz (sering
digunakan untuk menunjukkan peserta didik tingkat sekolah dasar) dan thalib al-‘alim (orang
yang menuntut ilmu dan biasa digunakan untuk tingkat yang lebih tinggi seperti Sekolah
Lanjutan Pertama dan Atas serta Perguruan Tinggi).[2]
Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka perlu bimbingan dan pengarahan
yang konsisten dan berkesinambungan menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Peserta didik tidak hanya sebagai objek (sasaran pendidikan) tetapi juga sebagai subjek
pendidikan, diperlakukan dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan maslah-
masalah dalam proses pembelajaran. Peserta didik juga dapat dicirikan sebagai orang yang
tengah memerlukan pengetahuan (ilmu), bimbingan dan pengarahan dari guru misalnya serta
orang yang memerlukan kawan tempat mereka berbagi rasa dan belajar bersama.
1. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme dikemukakan oleh John Locke seorang filosof bangsa Inggris yang
berpandangan bahwa manusia (peserta didik) yang lahir kepermukaan bumi ini bagaikan
kertas putih (tabularasa) yang belum bertulis dan sepenuhnya siap menerima apa saja pun
yang dikehendaki penulisnya. Menurut Locke perkembangan kepribadian peserta didik
sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan. [3]
2. Aliran Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan dan lingkungan adalah bersifat negative, yang
akan merusak saja. Menurut Rousseau : “Manusia adalah baik waktu dilahirkan, tetapi
manusia menjadi rusak karena masyarakat.
3. Aliran predestinasi
Aliran ini mengemukakan bahwa perkembangan anak telah ditentukan sebelumnya yaitu
oleh pembawaannya masing-masing. Pembawaan ini diperoleh anak melalui keturunan.
4. Aliran kovergensi
Aliran ini mengemukakan bahwa perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh
pembawaannya saja, melainkan ditentukan oleh hasil kerja sama antara kedua faktor
(pembawaan dan lingkungan).
Pengaruh lingkungan tidaklah seperti pengaruh yang diberikan oleh pendidik, sebab
pengaruh lingkungan tanpa adanya kesengajaan, kesadaran apalagi perencanaan. Berbeda
dengan pengaruh yang diberikan oleh pendidik dimana mereka berusaha dengan sabar,
tanggung jawab, sistematis, programatis di dalam mengantarkan anak-anak mencapai
kedewasaannya.[4]
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak
didik, dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya, mampu
berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan sebagai
individu atau pribadi.[5] Pendidik dalam pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang
karena kewajiban agamanya bertanggungjawab atas pendidikan dirinya dan orang lain.
Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanah pendidikan adalah agama, dan
wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama, sementara yang menerima tanggung jawab dan
amanah adalah orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada
setiap orang karena tanggung jawab atas pendidikan.
Secara formalnya yang menjadi pendidik itu adalah orang tua, guru-guru, pemimpin-
pemimpin masyarakat, ulama dan pemerintah sendiri. Disebut formal karena namanya sudah
menunjukkan fungsinya sebagai pendidikan. Adapun yang dapat dimasukkan kedalam
pendidik lainnya adalah orang dewasa. Disini akan diberi penjelasan mengenai orang dewasa,
orang tua, dan guru.
1. Orang dewasa
Manusia yang memiliki pandangan hidup, prinsip hidup, pasti dan tetap.
Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita
untuk mendidik.
Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatanny sendiri dan
yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.
Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh
inisiatif
Manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.
2. Orang tua
Orang tua dan juga keluarga adalah pendidik kodrat yang berlangsung selama hidup yang
didasarkan hubungan cinta kasih dan merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam
memberikan pengaruh kepada kepribadian anak.[6] Orang tua sebagai pendidik utama bagi
anak-anaknya berfungsi untuk mempertanggung jawabkan, melindungi, mengasuh, mengasah
dan mengasihi.menjadi orang tua berarti ada kesediaan untuk melaksanakan fungsi yang
menjadi pelaksana dan pejaga amanah yang dipercayakan kepadanya, yaitu :
Fungsi pengemban amanah dari tuhan, karena anak dianugrahkan oleh Tuhan bukan
untuk disia-siakan dan diperlakukan semaunya.
Fungsi sosial, maksudnya menjadi orang tua itu juga mengemban amanah dari
masyarakat, bahwa anak itu diharapkan oleh masyarakat dapat tumbuh menjadi kekayaan
masyarakat.
Fungsi ekonomis, maksudnya orang tua dipercayakan untuk membina anak-anaknya
sebagai tenaga kerja yang produktif yang akan menghasilkan secara ekonomis.[7]
3. Guru
Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal sekolah, yang secara
langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan
tanggung jawab pendidikan dari anak didik dalam lembaga pendidikan formal sekolah.
Ciri-Ciri guru yang baik :
Peranan Pendidik :
Siapa saja yang bertugas sebagai pendidik haruslah mempunyai kelebihan-kelebihan dari
segi kepribadian. Dalam tugasnya harus banyak yang dikerjakan, ada kalanya dia harus
menunjukkan kewibawaannya, ia perlu menyatakan kebijaksanaannya dengan membiarkan
anak memperhatikan kepribadiannya. Sebab seorang pendidik bukan hanya menyajikan
bahan-bahan pendidikan semata-mata tetapi sekaligus menyajikan kepribadiaannya kepada
anak didik. Tindakan dan perbuatannya akan menyerapkan kepada pribadi anak didik,
misalnya keyakinan dan kepercayaannya, pandangan tentang hal-hal yang baik dan buruk,
reaksinya terhadap apa yang dilakukan anak didik, keputusannya dan lain-lain.[9]
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan
secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi, isi,
metode, serta alat-alat pendidikan.
Mengajar merupakan serangkaian interaksi antara orang yang berperanan pendidik
dengan anak didik. Untuk mengukur keefektifan guru, seorang pengamat menggunakan
seperangkat dimensi yanhg dianggap ada hubungannya dengan keefektifan peranan guru.
Guru dinilai “baik” atau “buruk” tergantung pada klasifikasi yag dibuat sesuai dengan skala
tertentu. Philip Jackson (1969) menyimpulkan 3 ciri pembeda kehidupan kelas antara lain :
khalayak ramai, pujian dan kekuasaan.
Murid yang baik ialah murid yang mendengarkan gurunya, mengikuti pelajaran, tidak
mengganggu teman di kelas, dan patuh.
1. Tingkat kesukarelaan.
Dreeben (1973) menyatakan bahwa guru bekerja disekolah karena di gaji, sedangkan murid
masuk sekolah karena kewajiban belajarnya.
Peranan murid ang baik, lebih banyak menuntut kepatuhan dan kesabaran daripada inisiatif
dan tanggung jawab. Guru memonopoli peranan aktif dan membiarkan muridnya bersabar
terhadap tindakan guru sebagai agen. “Moore, 1969 : 586).
Guru adalah atasannya murid. Hubungan antara guru dan murid memadukan 2 populasi yang
tidak sederajat kebudayaannya, guru diilhmi dengan peradaban, sedangkan murid merupakan
orang yang diberi peradaban.
Guru dan murid saling berhadapan antara yang satu dengan yang lain dengan sikap yang
menimbulkan pertentangan. Murid dianggap sebagai bahan yang oleh guru diharapkan bisa
memberikan hasil otoritas berada di pihak guru. Guru senatiasa di pihak yang menang.[11]
Tujuan pendidikan tidak semudah menentukan tujuan suatu perjalanan. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan bila ia tidak
mengetahui dengan jelas apa itu tujuan ?, atau kemana ia membawa anak didiknya ?.
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum seperti menjadi manusia yang baik,
bertanggung jawab, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengabdi kepada
masyarakat dan sebagainya.
Tujuan yang jelas dan spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode belajar
dan mengajar yang lebih serasi serta memungkinkan penilai proses dan hasil belajar yang
lebih teliti. Penyusunan kurikulum telah memperhatikan tujuan pendidikan serta
menganalisisnya dalam tujuan yang lebih khusus.
Tujuan pendidikan dapat berbeda tingkatannya, ada tujuan yang sangat umum, ada juga
tujuan yang khusus. Tujuan yang tampaknya sudah sangat khusus seperti, “sanggup membaca
huruf” masih dapat dikhususkan misalnya : “sanggup membaca huruf cetak dan huruf tulis,
membaca huruf kecil dan huruf besar”. Suatu tujuan harus dikhususkan di tentukan oleh taraf
kemampuan dan pengetahuan anak yang akan menerima pelajaran.
Tujuan umum biasanya sangat indah dan muluk kedengarannya, tetapi akan menemui
kesukaran bila hendak diwujudkan karena menimbulka tafsiran yang aneka ragam. Misalnya
tujuan “agar anak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam masyarakat”. Tujuan itu
harus jelas, dan tujuan yang jelas ialah tujuan yang spesifik dalam bentuk kelakuan yang
dapat diamati dan diukur.[12]
Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan
keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran.
Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus,
yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran.
Fakta; adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama nama
objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan sebagainya.
Konsep; adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan
sebagainya.
Prinsip; adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi
dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat.
Prosedur; merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan
suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
Sikap atau Nilai; merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih
sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja.
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam, maka materi yang
harus diajarkan juga harus meliputi dua macam. Contoh: kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti
sosial (Sosiologi kelas X semester 2), maka materi yang diajarkan juga harus meliputi
perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial.
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan
dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
Buku
Laporan hasil penelitian.
Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah).
Majalah ilmiah.
Kajian pakar bidang studi.
Karya professional.
Buku kurikulum.
Terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
Situs-situs internet.
Multimedia (TV, video, VCD, kaset audio, dsb).
Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industry, ekonomi).
Narasumber (orang/manusia).
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
1. Alat-alat
Alat-alat pendidikan adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya pendidikan didalam
mencapai tujuannya baik berupa benda atau bukan benda.[14]Alat pendidikan dapat
dikategorikan kedalam 2 kelompok, yaitu :
Alat sebagai perlengkapan ialah alat yang berwujud benda-benda yang nyata atau kongkret
yang dipentingkan dalam pelaksanaan pendidikan. Perlengkapan ini antara lain :
Buku Teks
Peranan buku-buku teks dalam kepentingan pendidikan sangat besar sekali, sebab anak-anak
bukan hanya dapat mereproduksi ingatan sebagaimana terdapat dalam bentuk penyampaian
secara lisan, tetapi dengan membaca buku-buku teks ini memerlukan kecakapan, menarik
kesimpulan sendiri dari fakta-fakta yang diteliti, membanding-bandingkan dan menilai isi
secara kritis. Buku-buku teks merupakan alat sebagai penjelas bagi pendidik, karena itu harus
benar-benar buku yang terpilih sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan.
Perpustakaan
Salah satu jalan keluar untuk mengatasi kebutuhan terhadap buku baik dari anak yang sedang
menuntut ilmu maupun dari siapa saja yang ingin meningkatkan perbendaharaan ilmu
pengetahuannya maka perlulah didirikan perpustakaan.
Adapun bentuk perpustakaan ada yang bersifat umum (perpustakaan umum atau
perpustakaan keliling) dan ada yang bersifat khusus (perpustakaan pribadi, perpustakaan
sekolah).
Alat-alat peraga yaitu alat-alat pelajaran secara pengindraan yang tampak dan dapat
diamati.[15]Berapa macam alat peraga :
Auditio Aids : type recorder, radio, televisi, film bicara, alat-alat musik, mikrofon, dan lain-
lain.[16]
Visual Aids : papan tulis, gambar-gambar dan poster, peta dan globe, tamasya atau
darmawisata, gambar film, dan lain-lain.[17]
2. Metode
Metode pembelajaran merupakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Metode pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang dilandasi oleh teori : belajar, psikologi, filsafat, sosial dan komunikasi yang
membutuhkan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode yang dilakukan pendidik antara lain memanfaatkan perilaku peserta didik dalam
pengorganisasian belajar. Strategi lainnya dapat juga dilakukan dengan cara peserta didik
secara alami bermain secara berpasangan atau berkelompok, sehingga perilaku peserta didik
tersebut dapat dimanfaatkan pendidik dalam pengorganisasian pembelajaran di kelas dengan
suasana aktif, kreatif, efektif, menarik dan menyenangkan.
b. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif dimaksudkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan harus
mampu menciptakan kegiatan yang beragam serta mampu membuat media belajar yang
sederhana yang memudahkan pemahaman peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus
dirancang oleh guru menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya sikap berfikir kritis dan
berimajinasi sehingga anak menjadi lebih kreatif. Peserta didik perlu dibekali kemampuan
berfikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan
alternative pemecahan masalah.
c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif membawa pengaruh dan makna tertentu bagi peserta didik.
Artinya pembelajaran yang efektif dan bermakna menunjukkan bahwa selama pembelajaran
berlangsung dapat mewujudkan keterampilan yaitu peserta didik menguasai kompetensi
tentang keterampilan yang diharapkan. Jadi dalam belajar yang efektif dan bermakna,
informasi baru diasimilasikan pada sumber-sumber relevan yang telah ada dalam struktur
kognitif (Dahar, 1996 : 112). Dengan demikian strategi yang dilakukan mampu mendorong
anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang
lemah (tutor sebaya).
d. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan
nyaman. Peserta didik tidak merasa takut dan tertekan serta berani mencoba. Pendidik
menghindari cara-cara intimidasi dalam mengajar, tetapi mengedepankan cara-cara yang
persuasive dan senantiasa member penguatan dengan benar seperti pemberian pujian. Agar
mendapat penghargaan dari pendidik maupun teman-temannya maka hasil pekerjaan peserta
didik sebaiknya di pajang di dinding kelas. Hal ini dapat memotivasi peserta didik untuk
menampilkan yang terbaik sehingga menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain. [18]
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak baik berupa benda-benda,
peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat
memberikan pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan
berlangsung dan lingkungan di mana anak-anak bergaul sehari-harinya.[19] Bila kita teliti
mulai dari masyarakat dan kebudayaan yang sederhana, maka lembaga-lembaga pendidikan
meliputi :
Keluarga/Informal
Sekolah/Formal
Masyarakat/Non Formal
Pendidikan keluarga adalah yang terdapat didalam rumah tangga yang diberikan oleh kedua
orang tua sianak yang merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, yang terbentuk
berdasarkan kodrat dan secara suka rela, karena anak dilahirkan dari perkawinan yang sah
dari sepasang suami isteri.[20] Keluarga adalah inti masyarakat. Disinilah anak didik mulai
mengenali kehidupan dan pendidikan. Keadaan anak didik sebelum lahir telah ditentukan
oleh faktor-faktor keturunan atau warisan yang didukung oleh keluarganya, mengenai
kejasmanian dan kerohaniannya, kemudian dengan kelahirannya dimulailah pengaruh-
pengaruh luar yang menghambat ataupun menyuburkan benih-benih yang ada
Fungsi keluarga yang mesti dipahami oleh setiap anggota keluarga dapat diperincikan sebagai
berikut :
a. Fungsi ekonomis, keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri dan didalamnya
berisikan anggota-anggota keluarga yang mandiri dan ikut mengkonsumsi barang-barang
yang diproduksinya.
c.Fungsi edukatif, memberikan pendidikan kepada anak didik dan remaja yang menjadi
tanggung jawab para orang tua.
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran
kegunaannya untuk pemberian pendidikan kepada masyarakat. Pendidikan formal disekolah
merupakan lanjutan atau pengembangan dari pendidikan yang telah diberikan oleh orang tua
terhadap anak-anaknya dalam keluarga, hal tersebut timbul karena beberapa faktor antara
lain:
Karena keterbatasan pengetahuan orang tua, karena tidak semua orang tua memiliki
pengetahuan yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan oleh anak-anaknya.
Karena kesempatan waktu, karena kesibukan orang tua dengan tanggung jawabnya yang
besar dan banyak, mungkin kesempatan waktu sangat tidak memungkinkan walaupun
pengetahuan orang tuanya memadai.
Faktor perkembangan anak, yaitu sudah masanya anak harus mendapatkan pendidikan
dan pengajaran disekolah, karena pertumbuhan dan perkembangan secara jasmani, emosi,
dan fikirannya sudah matang untuk menerima semua itu dan sudah ada kesediaan
melakukan tugas yang diberikan oleh guru.
Faktor lingkungan yaitu karena kemajuan zaman, orang tua tidak mungkin lagi memenuhi
seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap perkembangan teknologi yang
mengalami kemajuan begitu pesat.
Tidak semua tugas pendidikan dapat dilaksanakan oleh orang tua, terutama dalam memberi
ilmu pengetahuan dan dengan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dimasukkan
anak ke sekolah.[22]
Masyarakat adalah lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara
sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Masyarakat ikut
mempengaruhi terbentuknya sikap sosial para anggotanya, melalui pengalaman berulang kali
dengan mengalami yang beraneka ragam itu maka, sikap sosial anggotanyapun beraneka
ragam pula. Pendidikan dalam masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
terhadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi yang diletakkan dasar-dasarnya oleh
keluarga dan sekolah sebelum mereka masuk kedalam masyarakat.
Fungsi masyarakat :
Mengawasi jalannya nilai-nilai sosio-budaya bangsa.
Menyalurkan aspirasi masyarakat.
Membantu dan meningkatkan kualitas keluarga.