Anda di halaman 1dari 7

Pendidikan dan Kebudayaan

Oleh Ayub Dwijokangko, M.E.


A. Konsep dan Tujuan Pendidikan

Apa yang di maksud Konsep?


Konsep adalah pengertian, gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham),
rancangan

Sebelum masuk ke konsep alangkah baiknya kita tau pengertian dari pendidikan agar kita
nanti bisa mengetahui gambaran konsep pendidikan.

Menurut kamus Bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata didik yang berarti proses atau
cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Dalam UU Ssisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasam, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.

Berikut Pendidikan menurut para ahli:


H. Horne, Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas
dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional,
dan kemanusiaan dari manusia.

N. Drijarkarja, Pendidikan adalah pe-manusia-an manusia muda atau pengangkatan manusia


muda ke taraf insani.

M.J. Langeveld, Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak, tertuju pada pendewasaan anak atau lebih tepat membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

AD. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
pekembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Emile Durkheim, Pendidikan adalah tindakan yang dilaksanakan generasi tua terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses manusia untuk menjadi seorang manusia
seutuhnya dengan berbagai tempaan yang ada di lingkungannya. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Ki Hajar Dewantara mengenai tiga lingkungan pendidikan yaitu keluarga,
sekolah serta masyarakat.

Menurut Peters, 1980, Konsep pokok pendidikan adalah mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman. Dengan demikian manusia dapat melaksanakan hidup dan kehidupan dengan
baik.

Konsep pendidikan sebagai proses pendewasaan, pembentukan diri sendiri, menuju


kedewasaan yang susila, melalui internalisasi1 (pembatinan, normasi) nilai-nilai
kemanusiaan.

Secara filosofis, pendidikan dapat dipandang sebagai proses memanusiakan manusia lewat
pembudayaan atau proses hominisasi2 dan humanisasi3. Pendidikan harus ditelaah secara
ilmiah, bersifat kritis, metodis dan sistematis.

Secara psikologis, pendidikan adalah proses pendewasaan anak muda oleh orang dewasa
yang susila.

Secara etis, pendidikan merupakan proses transfer nilai-nilai kemanusiaan dalam


pembentukan manusia dewasa yang susila.

Secara sosiologis, pendidikan dapat dipangang sebagai proses pembentukan angora


masyarakat yang berjiwa sosial, berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara yang berguna
bagi orang lain.

Secara teologis, pendidikan dapat dipandang sebagai proses pembentukan warga surgawi.

Secara sederhana dapat dikatakan pendidikan lebih terkait dengan transfer nilai-nilai
kemanusiaan sedangkan pengajaran lebih terkait dengan transfer ilmu pengetahuan atau
informasi.

Pendidikan
1
Pembelajaran
Internalisasi nilai-nilai terjadi melalui proses transfer dan transformasi, pewarisan dan pengembangan, kepada
generasi penerus dan pengembang.
2
Homonisasi adalah proses pemanusiaan yang pada umumnya.
3
Humanisasi adalah proses pemanusiawian manusia.
Perlu ditegaskan kembali bahwa proses pembentukan diri dalam konsep pendidikan terjadi
secara aktif, oleh si terdidik sendiri. Ia ( si terdidik) bukan dibentuk melainkan membentuk
dirinya sendiri dengan bantuan orang yang telah dewasa dan susila
(sikap/tindakan/kebiasaan yang baik yang berlaku di masyarakat)

“Memanusiakan manusia”. Yang dimanusiakan adalah manusia, yaitu manusia muda, yang
belum dewasa dan susila. Manusia muda itu adalah manusia yang masih harus dimanusikan
atau manusia yang masih belum utuh (on going formation).

Ada 3 jenis pendidikan


Pendidikan Informal = pendidikan yang berasal dari keluarga/orang tua
Pendidikan Formal = pendidikan yang resmi atau bisa di katakana bersumber dari sekolah
yang tersistem
Pendidikan Non Formal = pendidikan yang berasal dari masyarakat/lembaga-lembaga
masyarakat (organisasi kepartaian, lembaga sosial, lembaga keagamaan.

Maka tujuan pendidikan juga disebut sebagai pembentukan manusia seutuhnya.

Bagaimanapun, manusia muda itu sudah memiliki potensi yang dibawa sejak lahir
(alamiah), tidak diberikan dari luar dirinya oleh siapa pun. Dalam hal ini pendidikan dapat
dikatakan sebagai “pemberdayan” melalui “pembudayaan” yang bersifat pribadi, otentik dan
individual. Dengan ini ditegaskan bahwa pendidik hanyalah membantu memberikan
stimulus (pembimbing).

Pendidikan bersifat membantu dalama tiga aspek, yaitu individual, sosial, dan kepribadian.
Secara individual, pendidikan memberikan bantuan untuk mengembangkan daya piker
(intelektual), menguasai IPTEK, mengambil keputusan, memecahkan masalah kehidupan,
dan mengembangkan berbagai keterampilan. Secara sosial, pendidikan memberikan
bantuan mengembangkan kebersamaan, solidaritas, kekitaan, membangun komunitas dan
memperkuat hubungan antara manusia. Secara kepribadian, pendidikan membantu
membentuk kekuatan batin, seperti harga diri, percaya diri, dan harapan masa depan.

Tujuan Pendidikan
Tujuan dalam kehidupan sangat penting. Tujuan akan menjadi petunjuk bagi manusia untuk
menentukan langkah-langkahnya. Tanpa tujuan, kehidupan manusia tidak akan lengkap dan
terarah. Manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang mampu berpikir.
Setiap manusia memiliki tujuan hidup yang akan mereka capai berbeda-beda. Demikian pula
dengan tujuan pendidikan, ia banyak memiliki berbagai macam tujuan.
Menurut Aman Sharma, ada enam tujuan pendidikan
Pertama, Knowledge Aim yaitu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Kedua, Vocational Aim yaitu untuk membangun individu-individu yang memiliki
kecakapan sosial. Implementasinya adanya kurikulum yang berisikan praktek pengalaman
lapangan.
Ketiga, Characater-Building Aim yaitu untuk menghasilkan individu dengan self-realization
atau realisasi diri. Realisasi diri hanya bisa melalui pendidikan moral yang menanamkan
kebijakan-kebijakan mora dan nilai-nilai yang akan membentuk karakter.
Keempat,Complete-Living Aim yaitu untuk membantu individu memenuhi berbagai macam
kebutuhan dan keperluan hidup seperti pemeliharaan diri, pemenuhan kebutuhan hidup,
melahirkan dan merawat anak, menyelenggarakan tanggung jawab sebagai warga Negara,
dan memanfaatkan waktu senggang sebaik-baiknya.
Kelima, Harmonious yaitu untuk membangun semua aspek individu baik fisik, intelektual,
sosial dan spiritual. Sejatinya pendidikan mampu membangun hubungan 3H (Head, Heart
and Hand).
Keenam, Democratis Aim Of Education yaitu untuk menghasilkan warga Negara yang
demokratis

Tujuan pendidikan setiap orang pun berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu pengalaman, kepribadian, lingkungan. Sehingga para pakar pendidikan berpendapat
tujuan pendidikan adalah pemberdayaan anak/peserta didik.
B. Kebudayaan
Menurut KBBI, kebudayaan adalah sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata
bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari akta budaya yang cenderung merujuk pada
arti pola pikir manusia.
Kebudayaan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya.

Menurut para ahli sebagai berikut:


Menurut Linton, Kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku
yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota masyarakat tertentu,
Menurut E.B. Taylor, Kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakatnya yang dijadikan milik manusia dengan
belajar.
Secara sosiologis, kebudayaan bisa diartikan sebagai keseluruhan tingkah laku dan
kepercayaan yang dipelajari sehingga menjadi ciri anggota masyarakat tertentu. Kata
kuncinya yaitu dipelajari.

Dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah suatu cara hidup untuk berkmabang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Menurut Koentjaraningrat, ada 7 unsur kebudayaan yaitu : sistem religi, sistem oranisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian, sistem teknologi, bahsa dan
kesenian.

Menciptakan kehidupan yang damai dan penuh toleransi merupakan tugas kebudayaan.

Kearifan lokal seperti yang tersebar pada masyarakat Indonesia, dari Aceh sampai Papua.
Kenyataan tersebut mengharuskan untuk memperhatikan pendekatan budaya sebagai sebuah
konsep rekayasa sosial perlu diinterpretasikan. Termasuk upaya mewujudkan masyarakat
multicultural melalui pendidikan berbasis pendekatan sosial dan budaya. Modal sosial dan
modal budaya menjadi unsur penting sejauh mana suatu masyarakat menerima pendidikan
multicultural.
Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia yang memiliki masyarakat
multicultural, karena pendidik aslinya merupakan minoritas sementara mayoritas penduduk
lainnya merupakan pendatang dari negara-negara lain, maka mereka cepat menerima konsep
pendidikan multicultural. Di pihak lain, negara-negara Inggris, Jerman, Perancis dan
Belanda yang merupakan negara-negara colonial tidak secepat negara Amerika, Kanada, dan
Australia dalam menerima konsep pendidikan multicultural. Hal ini karena negara colonial
memiliki kebiasaan diskriminatif terhadap negara-negara jajahannya.
Sementara itu, negara-negara yang mayoritas penduduknya merupakan penduduk asli seperti
India, China dan Indonesia, meskipun penduduk aslinya memiliki keragaman latar belakang
bahasa, ras, suku dan agama relatif lama menerima konsep pendidikan multicultural. Hal
tersebut dikarenakan, ketiga negara itu, khususnya Indonesia telah menerapkan politik
monokulturalisme dalam rangka mengindari konf;il antar penduduk yang berbeda. Oleh
karena itu, pendidikan multicultural pending diupayakan melalui pendidikan multicultural.

C. Pendidikan dan Kebudayaan


Pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan tentang masyarakat.
Hanya ada masyarakat yang memiliki kebudayaan yang bisa menyelenggarakan pendidikan.
Masyarakat mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan mereka melalui
pendidikan. Pendidikan diperlukan oleh masyarakat untuk meningkatkat kualitas hidup
mereka dalam segala aspek kehidupan dan sekaligus sebagai upaya pewarisan nilai-nilai
budaya bagi kehidupan manusia.
Berbagai kegiatan, pola, dan nilai-nilai yang telah menjadi ciri khas dalam suatu masyarakat
perlu dilestarikan dengan cara mewariskannya kepada satu generasi ke generasi berikutnya
(Kebudayaan). Hal ini diperlukan agar masyarakat tetap mampu bertahan. Dalam hal ini,
pendidikan diperlukan untuk mempertahankan dan membangun suatu masyarakat.
Kebudayaan merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu masyarakat. Kebudayaan
merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu masyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan
menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat untuk merumuskan bentuk atau pola suatu
kebudayaan yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Masyarakat, kebudayaan dan pendidikan adalah tiga hal yang saling berkaitan satu dengan
yang lain dapat digambarkan sebagai berikut:

Masyarakat Kebudayaan

Pendidikan

Ada dua point penting


Pertama, manusia adalah makhluk budaya. Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh makhluk
yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia. Ha ini juga yang
merupakan perbedaan antara manusia dan hewan dengan budaya dan pendidikan.
Kedua, perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan budaya. Pendidikan selalu
berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan, karena pendidikan merupakan proses
transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan (pendidikan bersifat
reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selau mengalami perubahan
perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan. Kedua sifat tersebut berkaitan
erat dan terintegrasi. Untuk itu perlu pendidikan formal dan informal. Perbedaan
kebudayaan menjadi cerim bagi bangsa lain, membuat perbedaan sistem, isi dan pendidikan
pengajaran sekaigus menjadi cermin tingkat pendidikan dan kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai