Anda di halaman 1dari 9

Makalah

HAKEKAT MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA


DALAM BIDANG PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
GEO WAHYUNI

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITA MUSLIM NUSANTARA AL-WASLIYAH
SUMATERA UTARA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. i


BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 1
BAB II. KAJIAN TEORITIS …………………………………………………………….. 2
1. TUJUAN PENDIDIKAN MEMANUSIAKAN MANUSA …………………. 2
2. PRINSIP MANUSIA SEUTUHNYA ………………………………………... 3
3. PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT ……………………….…………….. 4
BAB III. KESIMPULAN …………………………………………………...……………. 6
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………...………………………... 7

i
BAB I. PENDAHULUAN

Setiap orang pda dasarnya pernah mengalamai pendidikan, tetapi tidak setiap orang
mengerti makna kata pendidikan. Pengertian pendidikan menjadi penting manakala bajwa
kita tidak dapat memungkiri bahwa dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang
terus berubah dengan signifikan sehingga banyak mengubah pola pikir pendidik, dari pola
piker yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Dalam ilmu Psikologi pendidikan adalah
mencakup segala aktiitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan UU No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Menurut H. Horne Pendidikan adalah proses yang terus
menerus ( abdai ) dari penyesuain yang lenih tinggi bagi makhluk manusia yang telah
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti
termanifestasi (teruwujud) adalam alam sekita intelektual, emosional dan kemanusiaan dari
manusia.
Adapun menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan permintaan dalam
kehidupan anak-anak. Intinya adalah bahwa pendidikan mengarah kekuatan yang ada di alam
agar peserta didik sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
yang tinggi dan kebahagian hidup.
Pengertian mengenai pendidikan, dapat dilihat dari beberapa titik sudut pandang yang
berbeda-beda antara dari titik sudut psikologis maupun sudut padang sosiologis. Akan tetapi
dalam inti sari mengenai pemaknaan konsep pendidikan mengarah pada satu tujuan suatu
upaya yang dijadikan proses dalam membina diri sesorang maupun masyarakat secara umum
dapat menjembatani langkah-langkah dalam menjalani kehidupan sehingga bisa meraih hidup
yang lebih baik. Didalam makalah ini akan membahas menganai hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan pendidikan yang memanusiakan manusia
2. Memiliki prinsip manusia seutuhnya, serta
3. Pendidiakn sepanjang hayat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan baik sengaja tauapun tidak,
akan mampu mebentuk kepribadian manusia yang matang dan wibawa secara lahir dan batin,
menyangkut keimanan, ketakwaan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan bertanggung jawab.
BAB II. KAJIAN TEORITIS
1

1. Tujuan Pendidikan Memanusiakan Manusia


Sebagai manusia juga memiliki kemampuan yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan atau potensi ini menurut ilmu diwa disebut bakat (talent). Manusia
memerlukan pemupukan dari lingkungnnya terutama keluarga. Potensi yang
dimaksud adalah kemampuan yang tertuang dalam Undang-undang 20 tahun 2003
tentang pendidikan. Peserta didik adalah merupakan manusia, maka dapat
disimpulkan bahwa manusia itu dalam mengembangkan potensinya juga memerlukan
pendidikan.
Sejak lahir hingga dewasa manusia mengalami sebuah proses. Di dalam proses
itu manusia memperoleh nilai yang didapatnya melalui masyarat ataupun pendidikan
formal. Secara holistik, nilai ini diraih untuk memanusiakan dirinya sendiri dan orang
lain. Pernyataan bahwa manusia mengalamai proses pendidikan sejak lahir hingga
dewasa, hal tersebut memberikan isyarat bahwa pendidikan iyu dimulai sejak lahir
hingga dewasa.
Tujuan pendidikan itu juga ditanamkan sejak manusia masih dalam
kandungan, lahir, hingga dewasa yang sesuai dengan perkembangan dirinya. Ketika
masih kecil pun pendidikan sudah dituangkan dalam UU 20 Sisdiknas 2003, yaitu
disebutkan bahwa pada pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan
Dengan demikian tujuan pendidikan juga mengalami perubahan yang
disesuaikan dengan perkembangan manusia. Proses memanusiakan dirinya sebagai
manusia merupakan suatu makna yang hakiki di dalam pendidikan. Oleh karena itu,
suatu proses itu bisa berhasil atau pun tidak berhasil. Jadi, dengan demikian bawha
keberhasilan suatu proses pendidikan secara makro tersebut merupakan tujuan dari
pendidikan itu sendiri.
Keberhasilan itu juga mempengaruhi beberapa faktor. Hal ini dapat dingat
bahwa pendidikan itu ada tiga pilar, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah
dan pendidikan masyarakat. Dalam pendidikan, usaha untuk tercapainya suatu tujuan
pendidikan memiliki 3 unsur pokok yaitu :
1. Unsur masukan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada
diri peserta didik itu ( antara lain : bakat, minta, kemampuan dan keadaan
jasamani )
2. Unsur usaha adalah proses pendidikan yang terkait berbagai hal, seperti
yang terkait berbagai hal. Seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah,
buku, metode belajar , dan lain-lain.
2

3. Unsur hasil usaha adalah hasil pendidikan yang meliputi hasil belajar
( yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya
suatu proses belajar mengajar tertentu ( Fuad Ihsan, 2008:107)
Oleh karena itu peran pendidikan harus dikembalikan pada hakikatnya, yaitu
bukan untuk mempersiapkan masa depan saja tetapi membuat manusia dapat hidup
dan melakukan tugas kemanusiannya, yaitu menemukan, mengembangkan dan
menunjukkan kesempurnaannya sebagai manusia.

2. Prinsip Manusia Seutuhnya


Secara rasional-filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang semenjak
beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk terbentuknya manusia yang
seutuhnya mengarah pada dua dimensi, yaitu :
1. Dimensi dialektikal horizontal, dan
2. Dimensi ketundukan vertikal.
Dapat dijelaskan bahwa pada dimensi dialketikal horizontal pendidikan
hendaknya dapat mengemangkan pemahaman tentang kehidupan yang konkret, yaitu
kehidupan manusa dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan alam sekitar. Di
dalam dimensi ini manusia dituntut untuk mampu mengatasi berbagai tantangan dan
kendala dunia konkret, melalui pengembangan teknologi dan sains. Sedangkan dalam
dimensi ketundukan vertikal, selain pendidikan sains dan teknologi sebagai alat untuk
memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam juga menjadi jembatan untuk
memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam mencapai hubungan yang hakiki
dengan sang Pencipta.
Bagaimanapun pesatnya perkembangan sains dan teknlogi manusia juga harus
disetai dengan pendidikan hati. Manusia seutuhnya adalah yang mempunyai cipta,
rasa dan karsa atau manusia kognitif, efektif dan konatif-priskomotorik pada
zamannya. Disamping itu manusia sepenuhnya sebagai konsepsi modern dapat
dianalisis menurut pandangan Sosio-Budaya. Berdasarkan pikiran demikain dapat
diuraikan prinsip manusia seutuhnya. Secara mendasar tercakup pengertian sebagai
berikut :
1. Keutuhan Potensi subjek sebagai manusa yang berkembang
Kepribadian manusia lahir batin merupakan salah satu kebutuhan yang
utuh antara potensi-potensi herditas ( kebawaan ) dengan faktor-faktor
3
lingkungan. Adapun potensi manusia mencakup potensi jasmaniah, potensi
rasa, potensi karsa, potensi cipta, potensi karya dan potensi budi nurani.
2. Keutuhan Wawasan ( orientasi ) manusa sebagai saubjek yang sadar akan
nilai menghayati dan yakitn akan cita-cita dan tujan hidupnya.
Manusia sebagai subjek ialah pribadi yang menjunjung nilai, adalah
menghayati, meyakini dan mengamalkan sistem tertentu, baik secara sosila
( kemasyarakatan dan kenegaraan ) maupun secara pribadi ( individual ).
Manusia bersikap, berpikir, bertindak dan bertingkah laku dipengaruhi
oleh wawasan atau orientasi terhadap kehidupan dan nilai-nilai yang ada
didalam wawasan tercakup, wawasan dunia akhirat, wawasan
individualitas dan sosial, wawasan jasmaniah dan rohaniah serta wawasan
masa lampau dan masa depan. Dari wawasan-wawasan tersbeut dapat
memberikan aspirasi dan motivasi bagi sikap dan tindakan seseorang
sebagai manusia seutuhnya.

3. Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan sepanjang hayat adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa
proses pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh
usia. Adapun tujuan pendidikan seumur hidup adalah mengembangkan potensi
manusia secara optimal dan menyelaraskan pendidikan dengan pengembangan
kepribadian manusia. Disini manusia berperan sebagai makhluk pembelajar, artinya
manusaia terus berusaha untuk belajar memperbaiki diri, mengubah dari yang tidak
bisa menjadi bisa serta dari ketidaktahuan menjadi tahu. Secara sederhana manusia
pembelajar adakah manusia ynag memiliki usaha, berlatih dan berubah.
Selama hidupnya seorang manusia terus menerus belajar, sehingga dikenal
dengan istilah Long Life Education ( Pendidikan Sepanjang Hayat ). Istilah ini pada
awalnya dikemukan oleh seorang filsuf dan pendidik Amerika yaitu John Dewey.
Menurut John Dewey dalam konsp Long Life Education, pendidikan tidak hanya
berlangsung selama seseorang itu belajar di sebuah lembaga pendidikan formal
( sekolah ). Akan tetapi, untuk memperoleh pendidikan juga dapat diperoleh melalui
pendidikan non formal ( masyarakat dan kehidupan sehari-hari serta pengalaman
hidup ).
Diberikannya kesempatan belajar secara wajar dan luas kepada setiap manusia
sesuai dengan perbedaan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-masing. Oleh
karena itu menurut M. Javed Iqbal, pendidikan sepanjang hayat sebenarnya mencakup
dua konsep pedagogi dan andragogi. Kesempatan ini adalah peluang untuk
mendapatkan manfaat proses belajar seperti program-program kegiatan belajar
kelompok ( group learning ), kegiatan belajar perorangan ( individual learning ) dan
kegiatan belajar melalui media massa. Kegiatan belajar tersebut dilaksanakan di
berbagai tempat yaitu sekolah, tempat kerja, tempat bermain serta pusat-pusat
pembelajaran.
Kebermaknaan di atas berdampak pada sikap dan prilaku serta harapan yang
lebih positif bagi manusia, baik yang menyangkut diri sendiri maupun yang
menyangkut sistem sosila budaya. Sikap prilaku dan harapan tersebut dapat dilihat
dari tiga dimensi, yaitu :
1. Perubahan pada kebiasaan diri untuk menjadi pembelajar secara terus
menerus.
2. Perubahan dalam cara pandang terhadap lingkungan sekitar.
3. Perubahan pandangan terhdapa masa depan yang lebih optimis.
Implementasi belajar sepanjang hayat sangat diperlukannya dukungan yang
bersifat holistic dan komperhensif pada semua kebijakan dan kelembagaan, sehingga
mampu mendorong tumbuhnya budaya belajar sepanjang hayat yang bertujuan untuk
terciptanya masyarakat belajar.
BAB III. KESIMPULAN
5

1. Tujuan pendidikan itu juga ditanamkan sejak manusia masih dalam kandungan, lahir,
hingga dewasa yang sesuai dengan perkembangan dirinya. Sehingga dapat
menghasilkan manusia yang memahami potensi dan bakatnya. Serta memahami
bahwa manusia adalah merupakan makhluk yang berpendidikan.
2. Manusia adalah makhluk yang dicipatkan memiliki prinsip manusia seutuhnya yang
mengarah pada dimensi horizontal ( sesame manusia dan lingkungan ) serta dimensi
vertikal ( ketundukan terhadap Tuhan )
3. Pendidikan Sepanjang Hayat menunjukkan bahwa manusia itu diharuskan untuk terus
belajar hingga akhir hayatnya, baik itu belajar dari pendidikan formal maupun non
formal.
6

DAFTAR PUSTAKA
Adiyanto Tri, 200 . Konsep Pendidikan Pranatal, Postnatal dan Pendidikan Sepanjang
Hayat. IAIN Metro Lampung. Lampung
Fuad, Ihsan. 2008. Dasar-dasar kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Hasbullah
Muhammad Javed Iqbal, 2009. “Life Long Education: A Conceptual Debate
Seminar.net,” International journal of media, technology and lifelong
learning5, no. 1 (2009): 1–8.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pendidikan/
https://eviayunita.wordpress.com/2016/12/25/pengembangan-nilai-untuk-pendidikan-
manusia-seutuhnya/

Anda mungkin juga menyukai