1. Latar Belakang
Istilah pendidikan sering kita dengar ditelinga kita dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan adalah
sesuatu yang sangat berharga dan sangat penting untuk diberikan dan diajarkan kepada orang lain dari
orang-orang tertentu yang lebih berpengalaman dalam suatu hal tertentu pula. Pada zaman global
seperti sekarang ini, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. Karena pendidikan merupakan akar
dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki
setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.
Pendidikan juga dikatakan penting karena pendidikan itu adalah hal yang diajarkan secara turun-
temurun dari dulu. Sejak kita lahirpun, orang tua kita pasti sudah memberikan pendidikan tentang
berbagai hal. Pendidikan itu dapat diperoleh melalui berbagai cara, misalnya melalui perkataan atau
tingkah laku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, pendidikan juga dapat diperoleh
dari sumber-sumber tertentu seperti buku dan lain-lain.
Pendidikan yang diterima dan diajarkan ke setiap orang itu berbeda-beda tergantung sifat dan
kebutuhan. Oleh karena itu, setiap pendidikan yang diterima oleh orang yang satu dengan orang yang
lainnya tidak selalu sama. Pendidikan sangat diperlukan agar setiap generasi penerus bangsa menjadi
manusia yang memiliki bekal masa depan yang cerah. Hal ini dikarenakan pendidikan yang dimiliki setiap
orang bisa mengarahkan bagaimana masa depan orang itu nantinya.
Pendidikan itu sangat diperlukan, oleh karena itu pendidikan tidak dapat terlepas begitu saja dari
kehidupan manusia. Setiap proses pendidikan, tidak mungkin berjalan begitu saja tanpa ada unsur-unsur
yang mendukung di dalamnya. Proses pendidikan ini pasti melibatkan banyak hal yang disebut unsur-
unsur pendidikan. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan terarah sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, perlu kita ketahui apa saja yang termasuk unsur-unsur pendidikan.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Unsur-unsur pendidikan adalah semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang
kesemuanya merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.[1]
Kesemua unsur diatas sangat penting didalam pendidikan. Sebab jika salah satu unsur tidak ada,
maka tidak terjadi pendidikan. Misalnya : kalau unsur tujuan pendidikan tidak ada, tidak akan jelas
kemana arah anak akan dididik. Atau unsur pendidik tidak ada, maka tidak akan ada orang yang
melaksanakan pendidikan itu. Kalau faktor anak didik tidak ada, tentu orang yang akan dididik tidak ada.
Kalau alat-alat pendidikan tidak ada, maka bagaimana melaksanakan pendidikan itu, demikian pula
unsur-unsur lainnya.
B. Unsur-unsur Pendidikan
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara terminologi
peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga
masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari
struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah
mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik
secara fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan. Dalam
bahasa Arab, peserta didik dikenal dengan istilah tilmidz (sering digunakan untuk menunjukkan peserta
didik tingkat sekolah dasar) dan thalib al-‘alim (orang yang menuntut ilmu dan biasa digunakan untuk
tingkat yang lebih tinggi seperti Sekolah Lanjutan Pertama dan Atas serta Perguruan Tinggi).[2]
Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
menurut fitrahnya masing-masing. Mereka perlu bimbingan dan pengarahan yang konsisten dan
berkesinambungan menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Peserta didik tidak hanya sebagai
objek (sasaran pendidikan) tetapi juga sebagai subjek pendidikan, diperlakukan dengan cara melibatkan
mereka dalam memecahkan maslah-masalah dalam proses pembelajaran. Peserta didik juga dapat
dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan (ilmu), bimbingan dan pengarahan dari
guru misalnya serta orang yang memerlukan kawan tempat mereka berbagi rasa dan belajar bersama.
Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan
serta tempo dan iramanya, yang harus disesuaikan dalam proses pendidikan.
Peserta didik memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa aman, rasa kasih sayang, rasa
harga diri dan realisasi diri.
Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik perbedaan yang
disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani,
intelegensi, sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia, walaupun terdiri dari banyak segi tetapi
merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa, dan karsa).
Peserta didik merupakan objek dalam pendidikan yang aktif, kreatif, serta produktif. Anak didik
bukanlah sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima dan mendengarkan saja.
Kesepakatan umum yang menyatakan bahwa sasaran utama pendidikan adalah manusia, yang
disebut dengan istilah peserta didik, anak didik atau subjek didik. Ada 4 kubu yang mempertahankan
pendiriannya masing-masing mengenai permasalahn pendidikan sepanjang zaman, karena sejak zaman
dahulu telah menjadi pemikiran pendidikan. Meskipun jawabannya tak pernah menghasilkan kata
sepakat dalm suatu konsep pendidikan yang universal. Aliran Empirisme dan nativisme sebagai dua kubu
yang saling bertentangan serta aliran Konvergensi sebagai kubu ketiga yang berusaha mensintesiskan
keduanya. Kubu keempat adalah aliran Naturalisme-romantisme pendidikan, yang dalam banyak
berbeda pandangan dengan aliran-aliran pendidikan lainnya.
Aliran Empirisme
Aliran Empirisme dikemukakan oleh John Locke seorang filosof bangsa Inggris yang berpandangan
bahwa manusia (peserta didik) yang lahir kepermukaan bumi ini bagaikan kertas putih (tabularasa) yang
belum bertulis dan sepenuhnya siap menerima apa saja pun yang dikehendaki penulisnya. Menurut
Locke perkembangan kepribadian peserta didik sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan.
[3]
2. Aliran Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan dan lingkungan adalah bersifat negative, yang akan
merusak saja. Menurut Rousseau : “Manusia adalah baik waktu dilahirkan, tetapi manusia menjadi rusak
karena masyarakat.
3. Aliran predestinasi
Aliran ini mengemukakan bahwa perkembangan anak telah ditentukan sebelumnya yaitu oleh
pembawaannya masing-masing. Pembawaan ini diperoleh anak melalui keturunan.
4. Aliran kovergensi
Aliran ini mengemukakan bahwa perkembangan anak tidak hanya ditentukan oleh pembawaannya
saja, melainkan ditentukan oleh hasil kerja sama antara kedua faktor (pembawaan dan lingkungan).
Pengaruh lingkungan tidaklah seperti pengaruh yang diberikan oleh pendidik, sebab pengaruh
lingkungan tanpa adanya kesengajaan, kesadaran apalagi perencanaan. Berbeda dengan pengaruh yang
diberikan oleh pendidik dimana mereka berusaha dengan sabar, tanggung jawab, sistematis,
programatis di dalam mengantarkan anak-anak mencapai kedewasaannya.[4]
Buku-buku bacaan.
Macam-macam kesenian.
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik,
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri
memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan sebagai individu atau pribadi.[5]
Pendidik dalam pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya
bertanggungjawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung
jawab dan amanah pendidikan adalah agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama,
sementara yang menerima tanggung jawab dan amanah adalah orang dewasa. Ini berarti bahwa
pendidik merupakan sifat yang lekat pada setiap orang karena tanggung jawab atas pendidikan.
Secara formalnya yang menjadi pendidik itu adalah orang tua, guru-guru, pemimpin-pemimpin
masyarakat, ulama dan pemerintah sendiri. Disebut formal karena namanya sudah menunjukkan
fungsinya sebagai pendidikan. Adapun yang dapat dimasukkan kedalam pendidik lainnya adalah orang
dewasa. Disini akan diberi penjelasan mengenai orang dewasa, orang tua, dan guru.
Orang dewasa
Manusia yang memiliki pandangan hidup, prinsip hidup, pasti dan tetap.
Manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk
mendidik.
Manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatanny sendiri dan yang akan
dipertanggungjawabkan sendiri.
Manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif
Orang tua
Orang tua dan juga keluarga adalah pendidik kodrat yang berlangsung selama hidup yang didasarkan
hubungan cinta kasih dan merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam memberikan pengaruh
kepada kepribadian anak.[6] Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya berfungsi untuk
mempertanggung jawabkan, melindungi, mengasuh, mengasah dan mengasihi.menjadi orang tua
berarti ada kesediaan untuk melaksanakan fungsi yang menjadi pelaksana dan pejaga amanah yang
dipercayakan kepadanya, yaitu :
Fungsi pengemban amanah dari tuhan, karena anak dianugrahkan oleh Tuhan bukan untuk disia-siakan
dan diperlakukan semaunya.
Fungsi sosial, maksudnya menjadi orang tua itu juga mengemban amanah dari masyarakat, bahwa anak
itu diharapkan oleh masyarakat dapat tumbuh menjadi kekayaan masyarakat.
Fungsi ekonomis, maksudnya orang tua dipercayakan untuk membina anak-anaknya sebagai tenaga
kerja yang produktif yang akan menghasilkan secara ekonomis.[7]
Guru
Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal sekolah, yang secara langsung dan
tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan
dari anak didik dalam lembaga pendidikan formal sekolah.
Tidak hanya mengajar dalam arti meyampaikan pengetahuan atau kata-kata saja kepada murid
melainkan senantiasa mengembangkan pribadi murid.[8]
Peranan Pendidik :
Siapa saja yang bertugas sebagai pendidik haruslah mempunyai kelebihan-kelebihan dari segi
kepribadian. Dalam tugasnya harus banyak yang dikerjakan, ada kalanya dia harus menunjukkan
kewibawaannya, ia perlu menyatakan kebijaksanaannya dengan membiarkan anak memperhatikan
kepribadiannya. Sebab seorang pendidik bukan hanya menyajikan bahan-bahan pendidikan semata-
mata tetapi sekaligus menyajikan kepribadiaannya kepada anak didik. Tindakan dan perbuatannya akan
menyerapkan kepada pribadi anak didik, misalnya keyakinan dan kepercayaannya, pandangan tentang
hal-hal yang baik dan buruk, reaksinya terhadap apa yang dilakukan anak didik, keputusannya dan lain-
lain.[9]
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik
yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui
proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi, isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
Mengajar merupakan serangkaian interaksi antara orang yang berperanan pendidik dengan anak
didik. Untuk mengukur keefektifan guru, seorang pengamat menggunakan seperangkat dimensi yanhg
dianggap ada hubungannya dengan keefektifan peranan guru. Guru dinilai “baik” atau “buruk”
tergantung pada klasifikasi yag dibuat sesuai dengan skala tertentu. Philip Jackson (1969) menyimpulkan
3 ciri pembeda kehidupan kelas antara lain : khalayak ramai, pujian dan kekuasaan.
Murid yang baik ialah murid yang mendengarkan gurunya, mengikuti pelajaran, tidak mengganggu
teman di kelas, dan patuh.
Tingkat kesukarelaan.
Dreeben (1973) menyatakan bahwa guru bekerja disekolah karena di gaji, sedangkan murid masuk
sekolah karena kewajiban belajarnya.
Tingkat keaktifan vs kepasifan
Peranan murid ang baik, lebih banyak menuntut kepatuhan dan kesabaran daripada inisiatif dan
tanggung jawab. Guru memonopoli peranan aktif dan membiarkan muridnya bersabar terhadap
tindakan guru sebagai agen. “Moore, 1969 : 586).
Guru adalah atasannya murid. Hubungan antara guru dan murid memadukan 2 populasi yang tidak
sederajat kebudayaannya, guru diilhmi dengan peradaban, sedangkan murid merupakan orang yang
diberi peradaban.
Guru dan murid saling berhadapan antara yang satu dengan yang lain dengan sikap yang menimbulkan
pertentangan. Murid dianggap sebagai bahan yang oleh guru diharapkan bisa memberikan hasil otoritas
berada di pihak guru. Guru senatiasa di pihak yang menang.[11]
Tujuan pendidikan tidak semudah menentukan tujuan suatu perjalanan. Pada umumnya dapat
dikatakan bahwa seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan bila ia tidak mengetahui dengan jelas
apa itu tujuan ?, atau kemana ia membawa anak didiknya ?.
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung
jawab, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengabdi kepada masyarakat dan sebagainya.
Pendidikan anak.
Tujuan yang jelas dan spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode belajar dan mengajar
yang lebih serasi serta memungkinkan penilai proses dan hasil belajar yang lebih teliti. Penyusunan
kurikulum telah memperhatikan tujuan pendidikan serta menganalisisnya dalam tujuan yang lebih
khusus.
Tujuan pendidikan dapat berbeda tingkatannya, ada tujuan yang sangat umum, ada juga tujuan yang
khusus. Tujuan yang tampaknya sudah sangat khusus seperti, “sanggup membaca huruf” masih dapat
dikhususkan misalnya : “sanggup membaca huruf cetak dan huruf tulis, membaca huruf kecil dan huruf
besar”. Suatu tujuan harus dikhususkan di tentukan oleh taraf kemampuan dan pengetahuan anak yang
akan menerima pelajaran.
Tujuan umum biasanya sangat indah dan muluk kedengarannya, tetapi akan menemui kesukaran bila
hendak diwujudkan karena menimbulka tafsiran yang aneka ragam. Misalnya tujuan “agar anak dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam masyarakat”. Tujuan itu harus jelas, dan tujuan yang jelas
ialah tujuan yang spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur.[12]
Tujuan akhir pendidikan adalah pembinaan pembelajaran. Dengan demikian menurut Kohnstamm
tujuan pendidikan ialah manusia dewasa yang telah memiliki pengetahuan yang akan menjadi sumber
tingkah laku perbuatannya yang bernilai kesusialaan dan yang akan dipertanggung jawabkan sendiri.
Tujuan umum pendidikan dan pengajaran di Indonesia yaitu membentuk manusia yang cakap serta
warga Negara yang demokratis, yang bertanggung jawab atas kesejahteran di masyarakat dan tanah air.
[13]
Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan keseluruhan
adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada
hakekatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi dan
proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai
sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus
dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya
materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
tercapainya indikator. Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik
dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Fakta; adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama nama
objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu
benda, dan sebagainya.
Konsep; adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil
pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya.
Prinsip; adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus,
adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi
sebab akibat.
Prosedur; merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan
kronologi suatu sistem.
Sikap atau Nilai; merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-
menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja.
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian
kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta,
maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis
materi yang lain. Contoh : kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah ” Menganalisis
faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat” (Sosiologi kelas XI semester 1). Maka pemilihan materi
pembelajaran yang disampaikan seharusnya ” Referensi tentang berbagai fenomena sosial yang
mengarah pada timbulnya konflik sosial” (materi konsep), bukan ” langkah – langkah mengantisipasi dan
menanggulangi konflik (materi prosedur).
Konsistensi atau keajegan.
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada dua macam, maka materi yang harus
diajarkan juga harus meliputi dua macam. Contoh: kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik
mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial (Sosiologi kelas X semester
2), maka materi yang diajarkan juga harus meliputi perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial.
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika
terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target
kurikulum (pencapaian keseluruhan SK dan KD).
Buku
Majalah ilmiah.
Karya professional.
Buku kurikulum.
Situs-situs internet.
Narasumber (orang/manusia).
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
Alat-alat
Alat-alat pendidikan adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya pendidikan didalam mencapai
tujuannya baik berupa benda atau bukan benda.[14]Alat pendidikan dapat dikategorikan kedalam 2
kelompok, yaitu :
Alat sebagai perlengkapan ialah alat yang berwujud benda-benda yang nyata atau kongkret yang
dipentingkan dalam pelaksanaan pendidikan. Perlengkapan ini antara lain :
Buku Teks
Peranan buku-buku teks dalam kepentingan pendidikan sangat besar sekali, sebab anak-anak bukan
hanya dapat mereproduksi ingatan sebagaimana terdapat dalam bentuk penyampaian secara lisan,
tetapi dengan membaca buku-buku teks ini memerlukan kecakapan, menarik kesimpulan sendiri dari
fakta-fakta yang diteliti, membanding-bandingkan dan menilai isi secara kritis. Buku-buku teks
merupakan alat sebagai penjelas bagi pendidik, karena itu harus benar-benar buku yang terpilih sesuai
dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan.
Perpustakaan
Salah satu jalan keluar untuk mengatasi kebutuhan terhadap buku baik dari anak yang sedang menuntut
ilmu maupun dari siapa saja yang ingin meningkatkan perbendaharaan ilmu pengetahuannya maka
perlulah didirikan perpustakaan.
Adapun bentuk perpustakaan ada yang bersifat umum (perpustakaan umum atau perpustakaan keliling)
dan ada yang bersifat khusus (perpustakaan pribadi, perpustakaan sekolah).
b. Alat Peraga dalam Pendidikan (Audiovisual Aids)
Alat-alat peraga yaitu alat-alat pelajaran secara pengindraan yang tampak dan dapat diamati.[15]
Berapa macam alat peraga :
Auditio Aids : type recorder, radio, televisi, film bicara, alat-alat musik, mikrofon, dan lain-lain.[16]
Visual Aids : papan tulis, gambar-gambar dan poster, peta dan globe, tamasya atau darmawisata,
gambar film, dan lain-lain.[17]
2. Metode
Metode yang dilakukan pendidik antara lain memanfaatkan perilaku peserta didik dalam
pengorganisasian belajar. Strategi lainnya dapat juga dilakukan dengan cara peserta didik secara alami
bermain secara berpasangan atau berkelompok, sehingga perilaku peserta didik tersebut dapat
dimanfaatkan pendidik dalam pengorganisasian pembelajaran di kelas dengan suasana aktif, kreatif,
efektif, menarik dan menyenangkan.
Pembelajaran aktif dimaksudakan dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana
pembelajaran yang dinamis penuh aktifitas, sehingga peserta didik aktif untuk bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasannya. Belajar merupakan proses aktif dari peserta didik
dalam membangn pengetahuan dan keterampilannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru agar peserta
didik aktif yaitu peserta didik diberi tugas mengamati, membandingkan, menggambar, dan
mendeskripsikan berbagai objek. Dalam hal ini, pendidik mengamati aktivitas peserta didik, kemudian
peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasilnya baik kelompok maupun individu.
b. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif dimaksudkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu
menciptakan kegiatan yang beragam serta mampu membuat media belajar yang sederhana yang
memudahkan pemahaman peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus dirancang oleh guru menjadi
lahan yang subur bagi berkembangnya sikap berfikir kritis dan berimajinasi sehingga anak menjadi lebih
kreatif. Peserta didik perlu dibekali kemampuan berfikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis
masalah dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah.
c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif membawa pengaruh dan makna tertentu bagi peserta didik. Artinya
pembelajaran yang efektif dan bermakna menunjukkan bahwa selama pembelajaran berlangsung dapat
mewujudkan keterampilan yaitu peserta didik menguasai kompetensi tentang keterampilan yang
diharapkan. Jadi dalam belajar yang efektif dan bermakna, informasi baru diasimilasikan pada sumber-
sumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif (Dahar, 1996 : 112). Dengan demikian strategi
yang dilakukan mampu mendorong anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
d. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan nyaman.
Peserta didik tidak merasa takut dan tertekan serta berani mencoba. Pendidik menghindari cara-cara
intimidasi dalam mengajar, tetapi mengedepankan cara-cara yang persuasive dan senantiasa member
penguatan dengan benar seperti pemberian pujian. Agar mendapat penghargaan dari pendidik maupun
teman-temannya maka hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya di pajang di dinding kelas. Hal ini dapat
memotivasi peserta didik untuk menampilkan yang terbaik sehingga menimbulkan inspirasi bagi peserta
didik yang lain. [18]
Keluarga/Informal
Sekolah/Formal
Masyarakat/Non Formal
Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tripusat pendidikan. Artinya,
tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban tanggung jawab pendidikan bagi
generasi muda.(Dewantara, 1962).
Pendidikan keluarga adalah yang terdapat didalam rumah tangga yang diberikan oleh kedua orang tua
sianak yang merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, yang terbentuk berdasarkan kodrat
dan secara suka rela, karena anak dilahirkan dari perkawinan yang sah dari sepasang suami isteri.[20]
Keluarga adalah inti masyarakat. Disinilah anak didik mulai mengenali kehidupan dan pendidikan.
Keadaan anak didik sebelum lahir telah ditentukan oleh faktor-faktor keturunan atau warisan yang
didukung oleh keluarganya, mengenai kejasmanian dan kerohaniannya, kemudian dengan kelahirannya
dimulailah pengaruh-pengaruh luar yang menghambat ataupun menyuburkan benih-benih yang ada.
[21]
Fungsi keluarga yang mesti dipahami oleh setiap anggota keluarga dapat diperincikan sebagai berikut :
a. Fungsi ekonomis, keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri dan didalamnya berisikan anggota-
anggota keluarga yang mandiri dan ikut mengkonsumsi barang-barang yang diproduksinya.
d. Fungsi protektif, keluarga melindungi anggota-anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan psiko-
sosial.
Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas kewajiban masing-masing.
Orang tua dan orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat dan watak anak-
anak.
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran kegunaannya untuk
pemberian pendidikan kepada masyarakat. Pendidikan formal disekolah merupakan lanjutan atau
pengembangan dari pendidikan yang telah diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya dalam
keluarga, hal tersebut timbul karena beberapa faktor antara lain:
Karena keterbatasan pengetahuan orang tua, karena tidak semua orang tua memiliki pengetahuan yang
cukup sesuai dengan yang dibutuhkan oleh anak-anaknya.
Karena kesempatan waktu, karena kesibukan orang tua dengan tanggung jawabnya yang besar dan
banyak, mungkin kesempatan waktu sangat tidak memungkinkan walaupun pengetahuan orang tuanya
memadai.
Faktor perkembangan anak, yaitu sudah masanya anak harus mendapatkan pendidikan dan pengajaran
disekolah, karena pertumbuhan dan perkembangan secara jasmani, emosi, dan fikirannya sudah matang
untuk menerima semua itu dan sudah ada kesediaan melakukan tugas yang diberikan oleh guru.
Faktor lingkungan yaitu karena kemajuan zaman, orang tua tidak mungkin lagi memenuhi seluruh
kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap perkembangan teknologi yang mengalami kemajuan
begitu pesat.
Tidak semua tugas pendidikan dapat dilaksanakan oleh orang tua, terutama dalam memberi ilmu
pengetahuan dan dengan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dimasukkan anak ke sekolah.
[22]
Sekolah membantu orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi
pekerti yang baik.
Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat
diberikan dirumah.
Disekolah diberikan pelajaran estetika, keagamaan, etika, membedakan benar atau salah dan
sebagainya.[23]
Masyarakat adalah lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan
berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Masyarakat ikut mempengaruhi
terbentuknya sikap sosial para anggotanya, melalui pengalaman berulang kali dengan mengalami yang
beraneka ragam itu maka, sikap sosial anggotanyapun beraneka ragam pula. Pendidikan dalam
masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendewasaan anggotanya melalui
sosialisasi yang diletakkan dasar-dasarnya oleh keluarga dan sekolah sebelum mereka masuk kedalam
masyarakat.
Fungsi masyarakat :
PENUTUP
KESIMPULAN
Unsur-unsur pendidikan adalah semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang
kesemuanya merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.
Kesemua unsur diatas sangat penting didalam pendidikan. Sebab jika salah satu unsur tidak ada, maka
tidak terjadi pendidikan. Setiap unsur tidak dapat di abaikan dalam proses pendidikan karena dari satu
unsur ke unsur yang lain memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membangun proses belajar yang
efektif. Apabila suatu unsur hilang maka unsur lain tidak dapat berjalan dengan baik. Setiap unsur
membangun unsur yang lainnya. Seperti bangunan yang kokoh dengan dasar yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgaya Pasya. dan Mahariah. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Hijri Pustaka Umum.
Soemanto, Wasty dan Hendyat Soetopo. Dasar dan Teori Pendidikan Dunia Tantangan bagi Para
Pemimpin Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
Brubacher, John S.1 947. A History of The Problems of Education, New York : McGraw-Hill Book
Company.
[1] Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis),
h.66.
[2] Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, Dra. Hj. Nurgaya Pasya, M.Ag, Mahariah, M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta : Hijri Pustaka Umum, 2012), h.46.
[3] John S. Brubacher, A History of The Problems of Education, (New York : McGraw-Hill Book Company,
Inc., 1947) h. 116 dan 142.
[4] Drs. H.M. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya-Indonesia : Usana Offset Pringting), h.
83-93.
[5] Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis),
h.88.
[6] Drs.Ali Syaifullah, H. A, Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan, (Surabaya : Usaha Nasional), h.87.
[7] Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis),
h.88.
[8] Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara), h.8.
[9] Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis),
h.89.
[10] Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis),
h.92.
[11] Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya-Indonesia : Usana Offset Pringting), h. 160.
[12] Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, Inc 1994), h.15- 21.
[13] Drs. Ali Saifullah, H.A., Pendidikan-Pengajaran dan Kebudayaan, (Surabaya : Usaha Nasional) h.78-
81.
[14]Drs. H. M. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional), h.55.
[15] Drs. H.M. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya-Indonesia : Usana Offset Pringting),
h.59.
[16] Drs. H.M. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya-Indonesia : Usana Offset Pringting),
h.63.
[17] Drs. Wasty Soemanto, Drs. Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia Tantangan bagi
Para Pemimpin Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional) h.157.
[18] Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, ( Bandung :
Alfabeta) h.59-61
[19] Drs. H.M. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya-Indonesia : Usana Offset Pringting),
h.90.
[20] Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis),
h.128.
[21] Drs. Wasty Soemanto, Drs. Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia Tantangan bagi
Para Pemimpin Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional), h.163.
[22] Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis),
h. 147.
Iklan
REPORT THIS AD
REPORT THIS AD
Bagikan ini:
TwitterFacebook
Identitas Nasionalisme
dalam "nonAgama"
dalam "nonAgama"
Tawuran
dalam "nonAgama"
Tinggalkan Balasan
Komentar
Nama
Surel
Situs Web
Pengunjung
34.612 looks
Cari untuk:
Tulisan Terakhir
Identitas Nasionalisme
Tafsir Al-Fatihah
Unsur-Unsur Pendidikan
Arsip
Kategori
Agama
nonAgama
Saya
Soal Latihan
Tanpa kategori
Goodreads
Truly Yours
Truly Yours
by Fathnisa Hasnah
Perkembangan alur novel sih, menurutku sih stuck pas di tengah-tengah, tapi embel-embel konflik
keluarga yang mencuat mulai dari pertengahan sampai akhir membuat novel ini berubah nuansanya.
Malah, sebenarnya daripada cinta diam-diamnya...
Departemen Hati
Departemen Hati
by Jaka Perdana
Caraval
Caraval
by Stephanie Garber
Caraval menyajikan sihir yang diluar batas, dimana yang mati bisa hidup kembali namun bukan dengan
abracadra atau simsalabim. Cerita ini diselubungi romance sedang, jadi untuk pecinta fantasi, kalian
tidak akan menyesal akan kehilangan ...
Have many question to this novel. Between Jack and his imagi so awesome, sometimes this book make
mau voice loud off
Kali Kedua
Kali Kedua
by Ainun Nufus
Banyak masukan yang bilang kalau novel ini sedih, harus banget dibaca... Ada dua tokoh utama disini,
Vegya -si wanita berusia matang dan digambarkan masih sangat manja dan sering ngambek. Erhol -si
pria dingin tapi penyayang dan bermuka...
goodreads.com
Iklan
REPORT THIS AD
BLOG DI WORDPRESS.COM.