Anda di halaman 1dari 8

BAB V HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN

A. HAKIKAT PENDIDIKAN

1. Pengertian Pendidikan

Dalam praktek pelaksanaan pendidikan secara etimologi terdapat dua istilah yang hampir sama dan
selalu dijumpai di antara yaitu : Paedagogie dan pardagogiek.

Pardagogiek berasal dari bahasa Yunani yaitu pada geoggia terdiri dari kata pedos yang artinya anak, dan
agoge yang artinya memimpin, (Purwanto 2000). Pedagogie dapat diartikan pergaulan dengan anak-
anak pedagogie atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki merenungkan tentang
gejala-gejala perbuatan mendidik. pedagogie artinya adalah pendidikan.

Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan
dan kematangan. Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya manusia makna pendidikan
adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Pada hakikatnya pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakan seperti
yang diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Membantu menyadarkan anak tentang
potensi yang ada padanya, membantu mengembangkan potensi seoptimal mungkin, Memberikan
pengetahuan dan keterampilan, memberikan latihan-latihan, memotivasi untuk terlibat dalam
pengalaman-pengalaman yang berguna mengusahakan lingkungan yang serasi Dan kondusif untuk
belajar, mengarahkan bila ada penyimpangan, mengolah materi pelajaran Sehingga peserta didik
bermaksud untuk menguasainya mengusahakan alat-alat, meningkatkan intensitas proses
pembelajaran.

Untuk memberi pemahaman akan hakikat dan pengertian pendidikan, berikut ini dikemukakan sejumlah
Pendapat yang dikemukakan para ahli yaitu:

1. Dalam pengertian sederhana dan umum, makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan (Muhammad
Anwar, 2018: 19-20).
2. Pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar
pandangan hidup bangsa itu sendiri yang berfungsi sebagai filsafat pendidikan atau sebagai cita-
cita dan pernyataan tujuan pendidikannya (Muhammad Anwar 2018:20).
3. Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989).
4. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (Mutyaharjo 2001:6)
5. Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-
metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah
laku yang sesuai dengan kebutuhan (MuhibinSyah 2003:10).
6. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu Dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan sikap, dan
sebagainya (dictionary of psikologi, 1972)
7. Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk mempengaruhi atau
meningkatkan si anak ke tingkat kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan
tanggung jawab moral dari segala perbuatannya (poerbakawatja dan Harahap, 1981).
8. Menurut condewe pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau
perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
9. Perbuatan mendidik adalah manusia akan manusia mudah membawa manusia mudah ke taraf
Insani dengan berbagai perbuatan yang dilakukan pendidik bersama-sama dengan manusia
mudah tersebut (driyaKarya 1980:78)
10. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sesuai suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UUSPN
nomor 20 tahun 2003) .
11. Pendidikan yelah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak
dalam pertumbuhannya agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Purwanto 2000).
12. Hakikat pendidikan adalah proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan
kematangan dalam arti yang seluas-luasnya. (Nursid Sumaatmadja 2002).
13. Pendidikan sebagai pemberdayaan, merupakan proses kegiatan membebaskan seseorang dari
kekakuan, untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap gagasan-gagasan,
keputusan, dan tindakan-tindakan. (Nursid sumaatmadja 2002) .
14. Pendidikan sebagai proses kegiatan perekayasaan merupakan pengembangan kesadaran iptek
kreativitas kesetiakawanan seseorang sebagai manusia modern yang manusiawi (nursid
sumaatmadja 2002).
15. Reformasi pendidikan sebagai tuntutan perkembangan kualitatif dan pertumbuhan kuantitatif
manusia harus berani mengubah strategi dari pendekatan pendidikan bersifat sepintas dan
dangkal termasuk negara pendekatan makin menunggu secara mendalam seperti terutama yang
berlandaskan akhlak mulia.

Jadi pendidikan dapat dimaknai menjadi Proses mengubah perilaku anak didik agar menjadi manusia
dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di
mana individu itu berada.

2. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan yang merupakan suatu pernyataan yang jelas akan merupakan dasar utama bagi
pemilihan metode, bahan atau materi pendidikan, dan pemilihan alat-alat untuk menilai Apakah
pendidikan itu telah terlaksana dengan baik atau telah berhasil. Robert F.( Dalam. ngalim Purwanto.
2000:38) menjelaskan ada tiga alasan pokok Mengapa pendidik harus memperhatikan atau merumuskan
tujuan pendidikannya.
Pertama, dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas maka pendidik akan dapat memilih dan
merancang bahan pembelajaran alat, dan metode yang tepat untuk digunakan dalam pendidikan atau
pembelajaran. Kedua keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh pencapaian hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Ketiga, bila tujuan tidak dirumuskan, sudah tentu pendidik akan mengalami kesulitan dan
bahkan tidak akan dapat mengorganisasikan materi atau bahan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan
serta usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Tujuan pendidikan nasional tujuan ini berlaku untuk seluruh lembaga pendidikan yang diselenggarakan
oleh negara tujuan pendidikan nasional atau negara Indonesia tercantum dalam undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional; pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta Didi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

3. Pilar pendidikan

UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan disokong empat pilar yang disebut dengan pendidikan yakni
: learning to know, learning to, learning to be dan learning to Life together. Pendidikan harus didasarkan
pada cinta kasih, agar terbentuk pada diri individu cinta sesama, cinta masyarakat, cinta bangsa dan
negara, sebagai modal dasar timbulnya dan berkembangnya pengabdian masing-masing warga negara
bagi perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera.

4. Aliran-aliran pendidikan

 Nativisme, aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer filsuf bangsa Jerman (1788-1860), yang
berpendapat bahwa manusia lahir dengan pembawaan baik dan buruk. perkembangan manusia
telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir. Menurut kaum nativisme,
pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan, dengan kata lain pendidikan tidak
mempunyai arti apa-apa, merupakan pekerjaan yang sia-sia. Sesuai dengan hal itu maka dalam
ilmu pendidikan aliran ini disebut juga sebagai pesimisme pedagogis.
 Naturalisme, aliran ini dipelopori oleh J. J. Rousseau seorang filsuf bangsa Perancis (1712-1778) .
Beliau berpendapat dalam bukunya emile bahwa semua adalah baik pada waktu baru datang
dari tangan sang pencipta, Tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia. semua manusia yang
baru lahir mempunyai pembawaan yang baik tidak ada seorangpun lahir dengan pembawaan
yang buruk. Aliran naturalisme memandang tidak perlu adanya pendidikan bagi pertumbuhan
dan perkembangan bakat dan kemampuan anak. Aliran ini juga disebut negativisme karena
berpendapat bahwa pendidikan hanya membiarkan pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan sendirinya sesuai dengan bawaannya Serahkanlah anak kepada alamnya.
 Empirisme, pendapat berlawanan dengan Penganut aliran nativisme karena mereka
berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa sama sekali
ditentukan oleh lingkungannya. Dalam hal ini pengalaman sangat menentukan perkembangan
anak kata empirisme berasal dari kata empiri yang artinya pengalaman. Seorang filsuf bangsa
Inggris John Locke 1632-1704 berpendapat bahwa manusia lahir ke dunia ini sebagai kertas
kosong, bersih, putih atau sebagai meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya. Menurut
John Locke manusia lahir ke dunia tanpa pembawaan.
 Konvergensi, William Stern berpendapat bahwa aliran nativisme dan empirisme masing-masing
terlalu ekstrem kepada pengaruh bawaan atau bakat dan lingkungan atau pendidikan. Keduanya
mengandung kebenaran dan juga tidak kebenaran. Pernyataan menunjukkan contoh diakui oleh
ilmu pengetahuan bahwa pembawaan dan lingkungan sama-sama memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

5. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah semua lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan
kepribadian seseorang. Ada pengaruh yang bersifat langsung ada pula pengaruh yang bersifat tidak
langsung. Lingkungan pendidikan dapat dibagi atas lingkungan yang bersifat sosial yang berhubungan
dengan manusia dan ada lingkungan yang bukan manusia tetapi alam diantaranya, keadaan geografis
atau daerah perkotaan, daerah perdesaan dan pedalaman, daerah pegunungan dan daerah pantai.
Iklim, lapangan, kehidupan hasil-hasil budaya, dan peninggalan sejarah.

Berikut ini yang akan dijelaskan Tri pusat pendidikan diantaranya:

a. Lingkungan keluarga, Jalan lingkungan pendidikan yang pertama karena keluargalah yang pertama
menyambut kedatangan atau kelahiran anak dan merupakan buah hati dari orang tua. Perlu diketahui
bahwa semua pendidikan yang diterima anak di dalam keluarga merupakan pendidikan informal dengan
ciri-ciri melalui tauladan suruhan dan kebiasaan-kebiasaan dalam pergaulan keluarga.

b. Lingkungan sekolah, kehidupan dan pergaulan di sekolah sifatnya lebih formal. Di sekolah sudah ada
aturan dan ketertiban dan setiap aktivitas, baik yang dilakukan guru maupun anak-anak atau peserta
didik harus mengacu pada aturan dan tata tertib tersebut, dan apabila tidak akan menerima saksi. guru
sebagai pendidik dengan anak-anak sebagai peserta didik bersifat formal atau resmi dan objektif,
demikian juga antara sesama anak-anak tetap terikat pada aturan dan ketertiban yang sudah digariskan
di sekolah.

c. Lingkungan masyarakat, lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam proses


pembentukan kepribadian anak-anak sesuai dengan keberadaannya. Lingkungan masyarakat akan
memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam pendidikan anak, apabila diwujudkan dalam proses
dan pola yang tepat.

B. PENDIDIKAN KARAKTER

1. Pengertian karakter

Karakter adalah sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, yang terbentuk melalui
pengaruh hereditas atau keturunan dan lingkungan, yang membedakan seseorang dengan orang lain
yang sifatnya khas atau unik dan diwujudkan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri karakter dapat diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat khas atau unik sehingga karakter
sangat erat dengan kepribadian seseorang.
2. Pendidikan karakter

Karakter merupakan dorongan yang kuat untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam hidup. negara
Indonesia telah dibentuk dengan dibangun di atas landasan yang kuat dan kokoh sesuai dengan
perjuangan masyarakat bangsa dan negara yaitu Pancasila. Pancasila sebagai landasan pemersatu yang
mengikat bangsa Indonesia yang multi suku, multi ras, multi bahasa, multi adat istiadat, dan multiagama
menjadi negara kesatuan Republik Indonesia.

Setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif Muklas dan
Harianto (2012:22-25) , menjelaskan kalimat Pancasila sebagai payung terhadap setiap aspek karakter
manusia Indonesia.

a. Bangsa yang berketuhanan yang maha esa

b. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab

c. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa

d. Bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia

e. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan

C. HAKEKAT MANUSIA

1. Latar belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan sebagaimana juga makhluk maka yang lain di muka bumi ini dan
setiap makhluk yang dijadikan itu memiliki ciri-ciri tertentu bedakannya dengan makhluk lainnya.
Manusia adalah makhluk yang mempunyai pola, ulah, dan tingkah laku banyak sekali keinginan dan
dorongan hawa nafsunya sehingga pada manusia perlu ada pengaturan hukum, tata tertib, adat istiadat,
perlu ada agama dan pendidikan perlu ada norma dan nilai.

2. Beberapa pandangan tentang manusia adalah sebagai berikut :

a. Manusia itu adalah makhluk berpikir atau homo sapiens biasanya berpikirnya manusia itu
adalah kalau dihadapkan pada masa-masalah terutama masalah yang menyangkut kehidupan
sehari-hari, dari masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang rumit, kemudian Ia
berpikir juga tentang gejala-gejala alam yang diamatinya.
b. Manusia juga dalam makhluk yang suka berbuat, suka menciptakan dan menghasilkan
sesuatu atau homo faberkoma memiliki kreativitas yang tinggi dan rajin bekerja.
c. Manusia disebut juga sebagai animal educandum, makhluk yang dapat didik, karena ia
mampu berkata-kata dan berbahasa mampu berkomunikasi dan menerima pesan-pesan,
mempunyai potensi untuk mengerti, memahami, dan mengingat serta berpikir.
d. Manusia adalah makhluk yang suka berkawan, butuh mempunyai teman sehingga dikatakan
manusia itu adalah suka berkelompok mengadakan hubungan sosial atau Zoon Politicon.
3. Eksistensi Manusia

a. Sebagai makhluk individu., setiap orang ingin mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
dirinya sendiri. dia tetap ingin melupakan akunya sendiri, dia sadar akan individualitasnya, dia
mempunyai jati dirinya sendiri dia ingin menjadi dirinya sendiri dan mengalami banyak pengaruh yang
tidak sengaja dan banyak pula pengaruh yang disengaja.

b. Manusia sebagai makhluk sosial, manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk individu
sebagai manusia dia kedua-duanya dalam Kesatuannya sebagai suatu pribadi. sebagai makhluk sosial
individualitasnya hendaknya tetap terpelihara secara utuh.

c. Manusia sebagai makhluk Susila, manusia Susila adalah manusia yang memiliki, menghayati, dan
melakukan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal ini manusia mengkristalisasikan dan mengintegrasikan
pengalaman dan penghayatannya hal-hal yang berharga bagi kehidupan menjadi satu pandangan
hidup Sehingga tersusun dalam satu kesatuan yang hierarkis yang disebut sistem nilai-nilai.

d. Manusia sebagai makhluk religious, untuk dapat menjalankan kehidupan yang religius, jelaslah
anak memerlukan pendidikan yang mengandung pengkajian pengkajian, latihan-latihan, dan ritual-
ritual, yang akhirnya diharapkan akan membantu dia ke arah penyatuan diri dengan Tuhan. jadi pada
manusia terdapat beberapa dimensi yaitu dimensi ke Individual dimensi kesosialan, dimensi
kesusilaan, dan dimensi keagamaan.

D. Hakekat Masyarakat

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tidak terlepas dan bahkan
merupakan hasil dari proses penyelenggaraan pendidikan. proses pendidikan menghasilkan
perkembangan dan pertumbuhan hidup dan kehidupan manusia sebagai konsekuensi dari kemajuan
ilmu dan teknologi serta munculnya teknokrat-teknokrat hasil proses pendidikan yang merancang dan
melaksanakan pembangunan dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Masyarakat akan selalu mengalami perubahan dan perubahan itu seiring dengan tuntutan
perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi hormon pengaruh regional dan
global. Pendidikan berperan penting dalam mewujudkan dan mengembangkan nilai-nilai baru yang
diinginkan menuju masyarakat Indonesia baru.

E. Hakekat peserta didik

Dalam proses pendidikan Harus disadari bahwa peserta didik bukan manusia dewasa dalam bentuk
jasmani secara, akan tetapi peserta didik yang manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki. kemampuan berpikir, merasa, menganalisa,
mengemukakan pendapat, berbahasa, sosial memang masih belum berkembang masih memerlukan
bantuan dari luar dirinya untuk mewujudkannya. karena itu pendidikan harus dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlihat aktif dan kreatif jangan menggurui dan dalam suasana
kaku.
F. Hakekat guru atau pendidik.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dirancang khusus untuk membantu keluarga membimbing
dan mengembangkan kepribadian dan Segala potensi yang dimiliki peserta didik memiliki peran yang
sangat penting. Guru di sekolah Dalam pelaksanaan tugasnya berperan sebagai tenaga profesional
dengan pendidik di dalam keluarga.

Sesuai dengan kedudukannya dan fungsinya guru wajib memiliki kualifikasi di samping sehat jasmani
dan rohani akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik. tenaga pendidikan di sekolah benar-benar
dipersiapkan sebagai wujud kerjasama dengan keluarga dan tanggung jawab pemerintah terhadap
pelaksanaan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

G. Hakekat pembelajaran

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. sadar atau tidak,
kegiatan belajar sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Belajar ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku
sebagai akibat pengalaman dan perubahan tingkah laku berlangsung lama dan relatif permanen. Belajar
dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah
proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menimbulkan perubahan perilaku titik
kegiatan mental yang terjadi oleh karena adanya interaksi individu yang bersangkutan dengan
lingkungan yang disadari.

H. Landasan-landasan Pendidikan

1. Landasan Agama

Manusia memiliki kemampuan dan potensi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus
dikembangkan dalam hidupnya. Kemampuan atau potensi yang dimiliki manusia dibatasi oleh
kesempatan dan usaha serta kreativitas manusia itu sendiri dalam proses pengembangannya. Agama
sebagai landasan pendidikan bukan hanya berlaku pada pendidikan formal di lembaga pendidikan mulai
dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, melainkan juga harus melandasi pendidikan
dalam keluarga sebagai lembaga pendidikan informal, dan dalam masyarakat atau pendidikan non
formal.

2. Landasan Filsafat

Landasan filsafat merupakan salah satu dasar yang harus dipegang dalam pelaksanaan proses kegiatan
pendidikan. Landasan ini berkenaan dengan sistem nilai, yaitu merupakan pandangan seseorang tentang
sesuatu terutama berkenaan dengan arti kehidupan, sehingga filsafat disebut juga sebagai pandangan
hidup. Filsafat dan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan karena kegiatan pendidikan
merupakan kegiatan yang bersifat normative dan Kegiatan yang bertujuan. Seorang pendidik harus
memahami betul filsafat bangsanya dan harus memenuhi betul ke arah mana tujuan pendidikannya ke
mana murid-murid akan diarahkan, corak masyarakat yang bagaimana yang ingin dicapai.
3. Landasan Sosiologi

Sekolah sebagai lembaga pendidikan secara historis dibentuk atau didirikan oleh dan untuk masyarakat.
Guru dipilih oleh anggota masyarakat untuk mendidik atau membimbing peserta didik menjadi anggota
masyarakat kelak. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan pendidikan bagi anak-
anak mereka, karena pendidikan informal yang mereka laksanakan selama ini pada masing-masing
keluarga dirasakan tidak lagi memadai karena kemajuan zaman. Oleh karena itu sekolah dapat dikatakan
merupakan bagian atau subsistem sosial.

4. Landasan Hukum

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, Oleh sebab itu dalam
penyelenggaraan pendidikan diperlukan ketentuan hukum dan peraturan oleh negara atau pemerintah
titik penyelenggaraan pendidikan harus didasarkan pada landasan hak asasi manusia sesuai dengan
undang-undang yang berlaku. penyelenggaraan Pendidikan termasuk pendidik, guru, sebagai Orang
yang bertanggung jawab melaksanakan pendidikan perlu memahami landasan hukum penyelenggaraan
pendidikan. Seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian, tujuan, dan
pandangan hidup bangsa Indonesia Oleh karena itu acuan yang harus menjadi dasar landasan hukum
sistem pendidikan nasional adalah Pancasila.

5. Landasan Moral

Agama, filsafat, sosial, dan hukum adalah sebagai sumber nilai bagi individu dan masyarakat,
perwujudan muncul dari perilaku, perbuatan, serta tindakan manusia dalam bentuk reaksi emosional
intelektual, spiritual, sosial, dan keterampilan terhadap lingkungannya. Penanaman, pemeliharaan, dan
pembinaan moral pada diri seseorang tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat serta terputus-
putus, melainkan harus dimulai sejak usia dini sampai dewasa dan sepanjang Hayat dengan cara
berlanjut serta berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai