Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IPI

BATAS-BATAS DAN ALAT PENDIDIKAN UMUM DAN PENDIDIKAN ISLAM


Dosen pengampu : Zuliana M.Pd

Disusun Oleh :
Alvino Dwi Putra (2301020037)
Siti Khairani (2301020040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji sukur atas kehadirat Allah swt yang mana telah memberikan nikmat kesehatan
sehingga kita dapat berkumpul di kelas yang kita cintai ini dan tak lupa pula kepada
junjungan alam yakni nabi besar Muhammad saw yang mana beliau telah memperjuangkan
agama islam sehingga dari jaman kebodohan hingga jaman berilmu pengetahuan seperti pada
saat ini.
Ada pun penulisan makalah ini yang berjudul ”BATAS BATAS DAN ALAT
PENDIDIKAN UMUM DAN PENDIDIKAN ISLAM” menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat kekurangan dalam segi bahasa maupun penulisan. Sehingga penulis
mengharapkan para pembaca untuk memberikan kritik dan salah guna membantu penulisan
makalah menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN
BATAS DAN ALAT DALAM PENDIDIKAN
a. Pengertian Batas Pendidikan
b. Batas Awal Dan Akhir Pendidikan Islam
c. Pengertian Alat Pendidikan
d. Jenis Alat Pendidikan
e. Penggunaan Alat Pendidikan
f. Alat-Alat Pendidikan

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Batas dan Alat dalam pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan
siswa. Untuk itu perlu kajian agar kita semua sebagai calon pendidik memahami apa-apa saja
yang menjadi batas dan alat dalam pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Batas dan Alat dalam Pendidikan.
Dalam makalah ini kami menyertakan contoh-contoh untuk memudahkan pemahaman.

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan adanya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ilmu Pendidikan Islam dan
untuk menambah khazanah keilmuan para pembaca, maka dengan adanya makalah ini kita
bisa mengetahui tentang Batas dan Alat dalam pendidikan.
BAB II
PENDAHULUAN

BATAS DAN ALAT DALAM PENDIDIKAN


A. Pengertian Batas Pendidikan
Batas ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang lingkup; awal dan akhir berarti
memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah
insaniyah yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya (individual, sosial, religius).
B. Batas Awal Dan Akhir Pendidikan Islam
Yang dimaksud dengan batas awal pendidikan Islam ialah saat kapan pendidikan
Islam itu dimulai. Para ahli paedagogik muslim dan non muslim mempunyai pendapat
yang beragam akan hal ini. Mereka hanya sepakat bahwa pendidikan itu adalah suatu
usaha dan proses mempunyai batas-batas tertentu. Langevel, memberikan batas awal
(bawah) pendidikan pada saat anak sudah berusia kurang lebih 4 tahun, yakni pada usia
ini telah terjadi mekanisme untuk mempertahankan dirinya (eksistensi) perubahan besar
dalam jiwa seseorang anak di mana sang anak telah mengenal aku-nya. Sehingga si anak
sudah mulai sadar/mengenal kewibawaan.
Menurut Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dimulai dari lahir
sampai mati. Dengan istilah yang telah terkenal ialah Long Life Education. Jadi
meskipun orang itu sudah tua umunya masih dapat dididik. Apabila ada orang tua belum
mendalam pemahaman tentang agamanya, maka orang tua itu masih dapat dididik
selama ia hidup.
Imam al-Gazali berpendapat bahwa anak itu seperti kertas putih yang siap untuk
ditulisi melalui orang tuanya sebagai pendidik sehingga batas awal pendidikan pada saat
anak dalam kandungan ibunya, lebih jauh dari itu yakin pada saat memilih calon
pasangan
hidup (suami isteri). Di mana anak akan lahir, tidaklah terlepas dari pengaruh perilaku
orang tuanya yang mendidik dan membesarkannya.
Anak dalam kaitannya dalam pendidikan menurut ajaran Islam adalah fitrah atau
ajaran bagi orang tuanya. Sebagaimana Hadis Rasulullah saw. yang artinya: Setiap anak
itu dilahirkan atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan Nasrani atau Majusi.
Batas pendidikan Islam lebih idealistik dan pragmatik, pendidikan itu berlangsung
dari buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana Hadis Nabi saw.:
‫أُ طل ْ ل ´م ْه ¸د ¸إ ´لى ال‬
‫َّل ْهـ ¸د من ْال‬ ‫´م‬
Artinya: ‫ب‬
‫اْل‬
‫¸ع‬
Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari buaian hingga ke liang lahat (al-Hadis).

C. Pengertian Alat pendidikan


Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati membedakan faktor dan
alat pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasil
tidaknya pendidikan. Sedangkan alat adalah langkah-langkah yang diambil demi
kelancaran proses pendidikan.
Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek
fungsinya, yakni; alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha
mencapai tujuan (untuk mencapai tujuan selanjutnya).
Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan dengan media
pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media
pendidikan adalah ”alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan
efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan alat adalah langkah-langkah yang
diambil demi kelancaran proses pendidikan.

D. Jenis Alat Pendidikan


Dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan. Suwarno membedakan alat-alat pendidikan dari beberapa segi berikut :
1. Alat Pendidikan Positif dan Negatif
positif, jika ditunjukkan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik, misalnya : contoh
yang baik pembiasaan, perintah, pujian, dan ganjaran. Negatif, jika tujuannya menjaga
supaya anak didik jangan mengerjakan sesuatu yang jelek, misalnya : larangan, celaan,
peringatan, ancaman, hukuman.
2. Alat Pendidikan Preventif dan Korektif
preventif jika maksudnya mencegah anak sebelum anak berbuat sesuatu yang tidak
baik. Misalnya, pembiasaan, perintah, pujian, ganjaran. Korektif jika maksudnya
memperbaiki karena anak telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang buruk.
Misalnya. Celaan, ancaman, hukuman.
3. Alat Pendidikan yang Menyenangkan dan Yang tidak Menyenangkan
Menyenangkan yaitu menimbulkan rasa senang pada anak-anak. Misalnya
pengajaran dan pujian. Tidak menyenangkan yaitu yang menimbulkan perasaan tidak
senang pada anak-anak. Misalnya, hukuman dan celaan.
Sedangkan Madyo Ekosusilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua
kelompok yaitu :
 Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa
benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya,
papan tulis, OHP dan lain-lain.
 Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang
berupa keadaan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan
Pendidikan.

E. Penggunaan Alat Pendidikan


Dalam memilih alat Pendidikan manakah yang baik dan sesuai, haruslah
memperhatikan empat berikut :
1. Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu
2. Siapa (pendidik) yang menggunakan alat itu
3. Anak (si terdidik) yang mana yang dikenai alat itu
4. Bagaimana menggunakan alat itu
Masih perlu kita tanyakan, apakah didalam menggunakan alat pendidikan itu akan
menimbulkan pengaruh pula dalam lapangan lain yang tidak menjadi tujuan utama
dari penggunaan alat itu dan apakah alat yang digunakan itu sudah dapat untuk
mencapai tujuan itu atau belum, atau mungkin masih perlu dibantu dengan yang
lain.

F. Alat-Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan yang sangat penting yang akan kami bahas pada makalah ini
adalah :

 Pembiasaan dan pengawasan


 Perintah dan larangan
 Ganjaran dan hukuman
 Alat Pendidikan yang bersifat materil

1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi
anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum menginsyafi apa yang dikatakan baik
dan apa yang dikatakan buruk dalam arti asusila. Oleh karena itu, pembiasaan merupakan alat
satu- satunya. Sejak dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan
perbuatan- perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada waktu tertentu,
diberi makan dengan teratur dan sebagainya.
Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya
dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah dan
juga di tempat lain.
Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa
syarat tertentu, antara lain :
a) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai
kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b) Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur
sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan
pengawasan.
c) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap
pendiriannya yang telah diambilnya.
d) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang
disertai kata hati anak tersebut.
2. Pengawasan
Di atas telah dikatakan bahwa pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan.
Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan
anak berbuat sekehendaknya anak tidak akan dapat membedakan yang baik dan yang buruk,
tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau tidak senonoh dan mana yang boleh
dan harus dilaksanakan, mana yang membahayakan dan mana yang tidak.
Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, dan menjadi manusia yang hidup
menurut nafsunya saja. Kemungkinan besar anak itu menjadi tidak patuh dan tidak dapat
mengetahui kemana arah hidup yang sebenarnya.
Memang, ada pula ahli-ahli didik yang menuntut adanya kebebasan yang penuh dalam
pendidikan. Roussean, umpamanya, adalah seorang pendidik yang beranggapan bahwa semua
anak yang sejak dilahirkan adalah baik, menganjurkan pendidikan menurut alam. Menurut
pendapatnya, anak hendaknya dibiarkan tumbuh menurut alamnya yang baik itu sehingga
mengenai hukuman pun Roussean menganjurkan hukuman alami.

3. Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan
oleh orang lain. Melinkan dalam hal ini termasuk pula peraturan-peraturan umum yang harus
ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung
norma- norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah
peraturan susila. Suatu perintah atau peraturan dapat mudah ditaati oleh anak-anak jika si
pendidik sendiri juga menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu. Tony. Tidak
mungkin suatu aturan sekolah ditaati oleh murid-muridnya jika guru sendiri tidak menaati
peraturan yang telah dibuatnya itu. Syarat-syarat memberi perintah antara lain :
a. Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga
mudah dimengerti oleh anak.
b. Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur anak sehingga jangan
sampai memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh anak itu. Tiap-tiap
perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan anak.
c. Kadang-kadang perlu pula kita mengubah perintah itu menjadi suatu peritah yang
lebih bersifat permintaan sehingga tidak terlalu keras kedengarannya. Hal ini berlaku
lebih-lebih terhadap anak yang sudah besar.
d. Janganlah terlalu banyak dan berlebih-lebihan memberi perintah, sebab dapat
mengakibatkan anak itu tidak patuh, tetapi menentang, pendidik hendaklah hemat akan
perintah.
e. Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya, suatu
perintah yang harus ditaati oleh seorang anak, berlaku pula bagi anak lain.
f. Suatu perintah yang bersifat mengajak, si pendidik turut melakukannya, umumnya
lebih ditaati oleh anak-anak dan dikerjakannya dengan gembira.

4. Larangan
Di samping memberi perintah, sering pula kita harus melarang perbuatan anak-
anak. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik,
yang merugikan, atau dapat membahayakan dirinya.
Seorang ayah dan ibu yang sering melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan
bermacam-macam sifat atau sikap yang kurang baik pada anak itu, seperti :
a. Keras kepala atau melawan
b. Pemalu dan penakut
c. Perasaan kurang harga diri
d. Kurang mempunyai perasaan tanggung jawab
e. Pemurung atau pesimis
f. Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis) dan sebagainya.

5. Ganjaran
a. Maksud Ganjaran
Apakah maksud pendidik memberi ganjaran kepada anak didiknya? Jawaban
pertanyaan itu tidak sukar. Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan yang untuk
mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau
pekerjaannya mendapat penghargaan. Umumnya, anak mengetahui bahwa pekerjaan
atau perbuatannya yang menyebabkan ia mendapatkan ganjaran itu. Pendidik
bermaksud supaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk
mempertinggi prestasi yang telah dicapainya untuk bekerja atau berbuat lebih lagi.
b. Macam-Macam Ganjaran
Beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran
bagi anak didiknya.
 Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang
diberikan oleh seorang anak.
 Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti, ”Rupanya
sudah baik pula tulisanmu, mun, kalau kamu terus berlatih, tentu akan lebih baik
lagi”.
 pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh ”Engkau akan segera saya
beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomor 3 ini rupa-rupanya
terlalu mudah engkau kerjakan”.

6. Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang tidak lepas dari sistem kemasyarakatan
serta kenegaraan yang berlaku pada waktu itu. Masalah hukuman merupakan
masalah etis yang menyangkut soal baik dan buruk. Jadi, dengan kata lain
hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
seseorang (orangtua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran,
kejahatan atau kesalahan.
Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaklah:
1. senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran
2. sedikit banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan
3. selalu bertujuan kearah perbaikan, hukuman itu hendaklah diberikan
Antara hukuman dan ganjaran memiliki persamaan, yaitu keduanya sama-
sama merupakan reaksi dari si pendidik atas perbuatan yang telah dilakukan oleh anak didik.
Hukuman dijatuhkan atas perbuatan-perbuatan yang buruk yang telah dilakukannya dan
ganjaran diberikan atas perbuatan yang baik dilakukannya.

7. Alat Pendidikan Bersifat Materil


Alat pendidikan yang bersifat materil antara lain papan tulis, bulletin board dan display,
gambar dan ilustrasi fotografi, slide dan filmstrip, film, rekaman pendidikan, radio
pendidikan, televisi pendidikan, peta dan globe, buku pelajaran, overhead projector dan tape
recorder. Disisi lain yang merupakan alat penting juga dalam pendidikan adalah laboratorium
bahasa, komputer dan lainnya yang terkait sarana dan prasarana seperti meja, kursi, gedung
dan fasilitas lainnya.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat kami tarik kesimpulan bahwa batas dalam pendidikan
adalah saat kapan pendidikan dimulai dan diakhiri. Batas pendidikan Islam lebih idealistik
dan pragmatik, pendidikan itu berlangsung dari buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana
Hadis
saw : ‫ أُ ط ْال ¸ع ´م ْه ¸د ¸إل´ى ال َّل ْهـ ¸د‬yang artinya: “Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari
‫ من اْل‬Nabi ‫ل ْ ل ´م‬
‫ب‬
buaian hingga ke liang lahat”. (al-Hadis).
Sedangkan alat dalam pendidikan adalah alat adalah langkah-langkah yang diambil demi
kelancaran proses pendidikan. Alat tak hanya yang berbentuk nyata seperti papan tulis, buku
pelajaran, laboratorium komputer saja. Namun, dapat berupa Pembiasaan, pengawasan,
Perintah, larangan, Ganjaran dan hukuman.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan,
kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu kami harapkan kritik dan saran dari pembaca
sekalian yang sifatnya membangun, demi menuju kesempurnaan makalah-makalah kami
yang akan datang. Atas kritik dan saran saudara kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
1.Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2001.
2..Barnadib, Sutari Imam. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Andi Offset.
1993.
3.Danim, Sudarwan. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: bumi Aksara.
1994. 4.Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994
http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/28/batas-batas-pendidikan-islam/

Anda mungkin juga menyukai