Anda di halaman 1dari 16

ALAT PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr.Rustam Ependi,S.Pd.I.,M.Pd.I

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD IQBAL HIDAYAT

NURLAILI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCABUDI

FAKULTAS AGAMA ISLAM & HUMANIORA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MEDAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan Karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah Perbandingan
Pendidikan tepat pada waktunya.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada Bapak Dr .Rustam Ependi, S.Pd.I.,M.Pd.I


selaku dosen pengampu mata kuliah Perbandingan Pendidikan yang memberikan
bimbingan serta arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami harap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk kedepannya.

DAFTAR ISI
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam praktik pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan dengan


media pendidikan, walaupun sebenarnya alat pendidikan lebih luas dari pada
media. Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi dan edukatif antara
guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah.

Alat dan media pendidikan memiliki arti yang sama yaitu sebagai sarana
pendidikan. Term alat berarti barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai suatu
maksud sedangkan media berasal dari bahasa latin dan berbentuk jamak dari
medium secara harfiah berarti pengantar atau pengantar.

Alat pendidikan adalah tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang
dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan
ternyata mencakup pengertian yang luas, termasuk kedalamnya alat yang berupa
benda maupun bukan benda. Alat pendidikan yang berupa benda seperti ruangan
kelas, perlengkapan belajar dan yang sejenisnya. Alat ini biasanya disebut sebagai
alat peraga, sedangkan yang bukan berupa situasi pergaulan, perbuatan teladan,
nasehat, bimbingan, contoh teguran, anjuran, ganjaran, perintah, tugas, ancaman
maupun hukuman yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Rumusan Masalah

Tujuan Masalah
BAB ll

Pembahasan

A. Pengertian Alat Pendidikan Islam

Alat pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan islam. Dengan demikian, alat ini mencakup apa saja
yang digunakan termasuk didalam nya metode pendidikan islam. Alat pendidikan
islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menuntut atau
membimbing anak dalam masa pertumbuhanya agar kelak menjadi manusia
berkepribadian muslim yang di ridhai Allah SWT. Oleh karena itu, alat
pendidikan ini harus searah dengan Al-Qur'an dan As-sunah atau dengan kata lain
tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-sunah.
Pendidikan juga merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, bahkan suatu
tujuan, dilihat dari hirarkinya bisa juga menjadi alat (bernilai instrumental). Alat
pendidikan adalah segala bentuk alat yang dapat digunakan untuk menuntun atau
membimbing anak-anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi
berkepribadian muslim yang diridhai Allah SWT. Alat pendidikan Islam adalah
segala sesuatu untuk mencapai tujuan pendidikan islam. Dengan demikian maka
alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk didalam nya media
pendidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa alat atau media pendidikan dalam
perspektif filsafat pendidikan Islam adalah tindakan atau perbuatan atau situasi
atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat
ini biasanya disebut sebagai alat peraga. Sedangkan yang berupa benda dapat
berupa situasi pergaulan, perbuatan, telandan, nasehat, bimbingan, teguran,
ancaman maupun hukuman yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

C.Konsep Alat Pendidikan islam

Kata “konsep” bermakna pendapat yang terbentuk dalam fikiran mengenai


sesuatu, tanggapan, gagasan, dan idea atau bermakna rancangan, rencana dan draf.
Konsep pendidikan Islam baik bermakna pendapat maupun bermakna rancangan
mengandungi pembahasan yang sangat luas. Di antaranya tujuan, kurikulum,
metode, penilaian, pentafsiran, alat-alat, dan aspek-aspek pendidikan Islam yang
lain. Tetapi dalam pembahasan ini, perbincangan hanya difokuskan pada tujuan,
macam-macam dan prinsip pendidikan Islam.

1. Tujuan

Abu Bakar Muhammad berpendapat bahwa kegunan alat pendidikan itu adalah:

1. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelasmateri pelajaran


yang sulit.
2. Mampu mempermudah pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih
hidup (menarik)
3. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakan naluri kecintaan,
melatih belajar dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari
sesuatu.
4. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat memperhatikan
dan memikirkan suatu pelajaran

2. Macam-macam Alat Pendidikan

Di dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan sebagai sarana


untuk mencapai tujuan. Ahmad D. Marimba membagi alat pendidikan ke dalam
tiga bagian:

1. Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan dan berbuat


dan pengetahuan hafalan. Alat-alat ini dapat disebut alat-alat untuk
pembiasaan
2. Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara-
cara berfikir.
3. Alat-alat yang membawa ke arah keheningan bathin, kepercayaan dan
pengarahan diri sepenuhnya kepadanya.

Sedangkan Madyo Ekosilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua


kelompok, yaitu:

1. Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang


berupa benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan. Misalnya papan tulis, Alat tulis, penghapus, media
pendidikan dalam pembelajaran.
2. Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan
yang berupa keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan yang diadakan
atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.

Dari beberapa pendapat diatas, pembagian alat pendidikan yang dibuat Madyo
Ekosusilo-material dan nonmaterial-bisa mewakili pendapat lainya. Hanya alat
pendidikan yang bersifat material, lebih tepat disebut media pembelajaran atau
peralatan belajar.
3. Prinsip alat pendidikan

Prinsip alat pendidikan ini harus searah dengan Al-Qur’an dan as-sunnah, tidak
boleh bertentangan dengan Al Qur’an dan as sunnah. Prinsip-prinsip yang dapat
dijadikan dasar dalam pengembangan atau penggalian kesejahteraan manusia
didunia yaitu Sabda Rasul “ Mudahkanlah, jangan engkau persulit, berilah kabar-
kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau memberikan kabar-
kabar yang menyusahkan sehingga merka lari menjauhkan diri darimu, saling
ta’atlah kamu dan jangan berselisih yang dapat merenggangkan kamu. ( Al-
Hadits).

Dari hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan


kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia termasuk didalamnya
penyelenggaraan alat pendidikan Islam harus mendasarkan kepada prinsip.

1. Memudahkan dan tidak mempersulit


2. Menggembirakan dan tidak menyusahkan
3. Dalam memutuskan segala sesuatu hendaknya selalau memiliki kesatuan
pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan
bahkan pertengkaran.

Adapun Sutari Imam Barnadib mengemukakan bahwa alat pendidikan ialah


tindakan atau perbutan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan ternyata mencangkup
pengertian yang luas. Yang termasuk didalamnya berupa benda, seperti kelas,
perlengkapan belajar dan yang sejenisnya. Alat ini disebut juga dengan alat
peraga. Sedangkan yang merupakan alat bukan benda ialah dapat berupa situasi
pergaulan bimbingan perintah, ganjaran teguran, anjuran serta tugas ancaman
maupun hukuman.

Media pendidikan/alat pendidikan yang bersifat non materi memiliki sifat yang
abstrak dan hanya dapat diwujudkan melalui perbuatan dan tingkah laku seorang
pendidik terhadap anak didiknya. Diantar media dan sumber belajar yang
termasuk kedalam katagori ini adalah : keteladanan, perintah,tingkah laku,
ganjaran dan hukuman.

B. Pengertian Ganjaran dan Hukuman.

1. Pengertian Ganjaran

Secara etimologi, terma ganjaran berasal dari kata ganjar yang berarti memberi
hadiah atau upah. Karenanya berdasarkan pengertian ini, maka dasarnya adalah
perlakuan menyenangkan yang diterima seseorang sebagai konsekuensi logis dari
perbuatan baik (‘amal al-shalih ) atau prestasi terbaik yang berhasil ditampilkan
atau diraihnya. Istilah tsawab = ganjaran, didapatkan dalam Al-Qur’an dalam
menunjukkan apa yang diperbuat oleh seseorang dalam kehidupan ini atau akhirat
kelak karena amal perbuatan yang baik.

Maksud ganjaran dalam konteks ini adalah memberikan sesuatu yang


menyenangkan (penghargaan) dan dijadikan sebagai hadiah bagi peserta didik
yang berprestasi, baik dalam belajar maupun sikap perilaku. Melalui ganjaran
hasil yang dicapai peserta didik dapat dipertahankan dan meningkat, serta dapat
menjadi motivasi bagi peserta didik lainnya untuk mencapai target pendidikan
secara maksimal.

2. Pengertian Hukuman.

Secara etimologi, hukuman berarti siksa dan sebagainya, yang dikenakan kepada
orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya. Dari sisi ini, hukuman
pada dasarnya perbuatan tidak menyenangkan yang ditimpakan pada seseorang
sebagai konsekuensi logis dari suatu kesalahan atau perbuatan tidak baik (‘amal
al-syai’ah) yang telah dilakukannya.

Hukuman ialah suatu perbuatan di mana seseorang sadar dan sengaja menjatuhkan
nestapa pada orang lain dengan tujuan memperbaiki atau melindungi dirinya
sendiri dari kelemahan jasmani dan rohani, sehingga terhindar dari segala macam
pelanggaran.

C. Macam-macam Ganjaran dan Hukuman.


Yang dimaksud hadiah atau tidak usah selalu berupa barang. Anggukan kepala
dengan wajah berseri-seri, menunjukkan jempol (ibu jari) si pendidik, sudah satu
hadiah. Pengaruhnya besar sekali. Memenuhi dorongan mencari perkenan,
menggembirakan anak, menambah kepercayaan pada diri sendiri. Membantu
dalam usaha mengenal nilai-nilai. Ganjaran dapat dilakukan oleh pendidik dengan
cara bermacam-macam, antara lain:

 Pendidik mengangguk-angguk kepala tanda senang dan membiarkan


jawaban yang diberikan oleh seorang peserta didik.
 Pendidik memberikan kata-kata yang mengembirakan (pujian).
 Guru memberikan benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi
peserta didik.

2. Macam-macam Hukuman

Setelah larangan dan sejenisnya diberikan dan ternyata pelanggaran masih


dilakukan tibalah masanya pemberian hukuman. Hukuman tidak usah selalu
hukuamn badan. Hukuman biasanya membawa rasa tak enak, menghilanhkan
jaminan perkenan dan kasih saying. Hal mana yang tidak diingini oleh anak/ Ini
mendorong anak untuk selanjutnya tidak berbuat lagi. Hukuman menghasilkan
pula disiplin. Pada taraf yang lebih tinggi, akan menginsyafkan anak didik.
Berbuat atau tidak berbuat bukan karena takut akan hukuman, melainkan karena
keinsyafan sendiri.

Berdasarkan informasi Al-Qur’an, maka dalam konteks pendidikan Islami, bentuk


hukuman juga dapat diklasifikasikan ke dalam dua macam. Pertama, hukuman
fisik, yaitu perlakuan kurang atau tidak menyenangkan yang diterima seseorang
dalam bentuk fisik atau material sebagai konsekuensi logis dari perbuatan tidak
baik (‘amal al-syai’at) atau prestasi buruk yang ditampilkan atau diraihnya.
Kedua, hukuman non fisik, yaitu perlakuan kurang atau tidak menyenangkan yang
diterima seseorang dalam bentuk non fisik sebagai konsekuensi logis dari
perbuatan tidak baik (amal al-syai’at) atau prestasi buruk yang ditampilkan atau
diraihnya.
Dalam tataran praktikal, implementasi hukuman yang bersifat fisik bisa diberikan
pendidik dalam bentuk memukul, mewajibkannya melakukan tugas-tugas fisik
seperti membersihkan ruangan atau kamar mandi, berdiri di depan kelas,
mengeluarkan atau mengisolasinya dari dalam kelas, mewajibkannya membayar
denda, dan lain-lain. Sedangkan untuk hukuman yang bersifat non fisik antara lain
dapat diberikan dalam bentuk memarahinya, member peringatan disertai ancaman,
dan lain-lain.

D. Proses Pemberian Hukuman.

Dalam hal ini, Al-Ghazali tidak sependapat kepada orang tua dan pendidik yang
dengan cepat-cepat dan sekaligus memberi hukuman terhadap anak-anak yang
berlaku salah dan melanggar peraturan. Hukuman adalah jalan yang paling akhir
apabila teguran, peringatan dan nasihat-nasihat belum bisa mencegah anak
lakukan pelanggaran.

Pada tahap pertama, anak diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya,


sehingga ia mempunyai rasa kepercayaan terhadap dirinya dan ia menghormati
dirinya kemudian ia merasakan akibat perbuatannya tersebut. Akhirnya ia sadar
dan insyaf terhadap kesalahannya dan berjanji dalam hatinya tidak akan
mengulangi lagi kesalahannya.

Apabila pada pertama ini belum berhasil, maka dilanjutkan tahap yang kedua
yaitu berupa teguran, peringatan dan nasihat-nasihat, sebagaimana penjelasan Al-
Ghazali :

Maka dalam tindakan yang demikian kalau si anak masih kembali lagi berbuat
tidak baik untuk kedua kalinya, maka sebaiknya ia ditegur dengan sembunyi dan
persoalan itu dianggap besar (akibatnya) terhadap anak itu. Kepadanya dikatakan :
“Awas sesudah ini engkau berbuat demikian, rahasianya akan diberitahukan
kepada orang banyak.” Selanjutnya setiap kali orang tua menegur anak, janganlah
banyak bicara dalam hal ini, sebab banyak bicara di sini akan menyebabkan si
anak menganggap enteng celaan, menganggap mudah melakukan kejahatan-
kejahatan dan perkataan (nasihat) itu tidak meresap dalam hati si anak.”
E. Karakteristik Alat Pendidikan

Seperti halnya metode pendidikan, maka karakteristik alat pendidikan Islam juga
berlandaskan kepada karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Ramayulis
berpendapat bahwa karakteristik sistem pendidikan Islam setidaknya dapat dilihat
dari tiga hal dimana ketiga karakter ini sekaligus membedakannya dengan sistem
pendidikan non-Islam. Pertama, sistem idiologi, Islam memiliki idiologi al-tauhid
yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah, sedangkan non-Islam memiliki
berbagai macam ideologi yang bersumber dari isme-isme materialis, sosialis,
komunis, dan sebagainya. Dengan idiologi tauhid, maka pendidikan Islam tidak
mengenal istilah dikotomis, dualisme, bahkan sekuralis. Akan tetapi sistem
pendidikan Islam menghendaki adanya integralistik yang menyatukan kebutuhan
duniawi dan ukhrasi, jasmani dan rohani, materi dan spiritual serta oleh oleh roh
tauhid yang dinafasi dan dijiwai. Kedua, sistem nilai, pendidikan Islam bersumber
dari nilai al-Qur’an dan Sunnah, berasal dari wahyu yang memiliki kebenaran
mutlak. Sedangkan non-Islam bersumber dari nilai-nilai yang berasal dari hasil
pemikiran manusia, penelitian para ahli atau adat kebiasaan masyarakat. Dalam
pendidikan Islam, nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah tersebut diinternalisasikan
dalam proses pembelajarannya. Ketiga, orientasi pendidikan, dalam pendidikan
slam orientasinya kepada duniawi dan ukhrawi, sementara non-Islam berorientasi
kepada duniawi saja.

Demikian halnya alat pendidikan Islam, tiga karakteristik di atas juga menjadi
karakter alat pendidikan Islam. Alat yang digunakan dan dikembangkan harus
beridiologi al-tauhid sehingga penggunaan alat tidak bercorak dikotomis,
pragmatis dan materialistis. Alat pendidikan Islam juga memiliki karakteristik
sistem nilai yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah, sehingga alat apapun
yang ingin digunakan tidak terlepas dari semangat al-Qur’an dan Sunnah, tetapi
sebagai upaya untuk mengaplikasikan nilai-nilai kedua sumber tersebut. Begitu
pula orientasi dari metode pendidikan Islam tidak hanya mengantarkan peserta
didik menguasai materi ajar yang disampaikan, tetapi berorientasi pada
tercapainya kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat.
BAB lll

Penutup

A. Kesimpulan

alat pendidikan atau media pendidikan juga menjadi komponen penting


dalam sistem pendidikan Islam. Alat pendidikan amat membantu proses
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Maka
setiap guru/pendidik juga dituntut untuk kreatif dalam memilih dan menggunakan
alat pendidikan. Penggunaan alat pendidikan juga harus mempertimbangkan
materi ajar, kondisi siswa/peserta didik, lingkungan, sarana prasarana, dan aspek-
aspek lain yang turut mempengaruhi penggunaan alat tersebut. Alat pendidikan,
pendidik dituntut profesionalitasnya dalam mengembangkan metode dan alat
tersebut. Pendidik harus mengetahui keunggulan dan kelemahan dari masing-
masing metode dan alat yang akan digunakan serta menentukan pilihan yang
paling tepat sehingga peserta didik lebih aktif dan kritis dalam proses
pembelajaran. Dan yang paling terpenting adalah dengan metode dan alat itu,
peserta didik sampai kepada tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Abdul al-Aziz, At-ta’zir Fi asy Syariah Al-Islamiyah, Dar al-Fikr al-Arabi,
1976.

Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Bandung : Cita Pustaka, 2008.

Daulay, Haidar Putra, Mendidik Mencerdaskan Bangsa, Bandung : Cita Pustaka,


2009.

Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Al-Ma’arif,


1989.

Ramayulis dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Telaah sistem pendidikan dan


pemikiran para tokohnya, Jakarta : Kalam Mulia, 2009.

Syafaruddin dkk, Ilmu Pendidikan Islam (melejitkan Potensi Budaya Umat),


Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2009.

Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta : Bumi Aksara, 1991.

Anda mungkin juga menyukai