Anda di halaman 1dari 9

NAMA : IKRAM KHALIQ

NIM : 80200220034
KELAS : PAI 1 NON REGULER
TUGAS : MATA KULIAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
NAMA DOSEN : Prof. Dr. H. Muh Amri LC, M.Ag

1. Membuat essay pada makalah yang berjudul “Alat Pendidikan Islam


(Pergaulan, Wibawa, Hukuman, Sarana, dan Media Pembelajaran) !
Jawab :

Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya pembinaan dan

pengembangan potensi manusia agar tujuan kehadirannya di dunia ini sebagai

hamba Allah dan sekaligus khalifah Allah. Potensi yang dimaksud meliputi

potensi jasmaniah dan rohaniah seperti akal, perasaan, kehendak dan aspek

rohaniah lainnya. Dalam wujudnya, pendidikan Islam dapat menjadi upaya umat

secara bersama, atau upaya lembaga kemasyarakatan yang memberikan jasa

pendidikan bahkan dapat pula menjadi usaha manusia itu sendiri untuk mendidik

dirinya sendiri1.

Pendidikan Islam juga merupakan suatu sistem terjadinya proses

kependidikan yang berusaha untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan pendidikan adalah suatu nilai ideal yang hendak diwujudkan melalui

proses kependidikan itu. Pendidikan apapun senantiasa kontekstual dengan nilai-

nilai atau bahkan commitment dengan tata nilai. Pendidikan Islam yang

1
A. Rahman Getting, Pendidikan Islam dalam Pembangunan: Moral, Remaja,
Wanita, Pembangunan (Ujung Pandang: Yayasan Al-Ahkam, 1997), h. 25.
membawakan dan menanamkan nilai-nilai Islami, lebih banyak berorientasi

kepada nilai-nilai ajaran Islam2.

A. Eksistensi Alat Pendidikan Islam

Alat pembelajaran merupakan tindakan, perbuatan, situasi, dan benda yang

dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian alat

mengarah pada objek benda mati. Sementara istilah tindakan atau perbuatan

merujuk pada objek yang hidup atau berubah itu, tindakan atau perbuatan

manusia. Oleh sebab itu, tindakan atau perbuatan manusia dalam pendidikan

dibahas dalam unsur metode pendidikan. Sebaliknya, istilah alat dalam

pembahasan ini merujuk pada barang yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu.

Alat pendidikan dapat berupa fisik atau non fisik (situasi) yang dalam proses

kependidikan perlu didayagunakan secara bervariasi sesuai dengan situasi dan

kondisi yang ada. Tujuan utama mempergunakan alat tersebut ialah untuk

mencapai hasil yang optimal dalam proses kependidikan.

Oleh sebab itu, istilah alat lebih tepat digunakan untuk objek yang non

manusia. Contohnya; papan tulis, kapur, buku, tempat belajar, situasi, dan kondisi

ruangan, dan seterusnya akan sangat membantu proses pembelajaran3. Agar tujuan

pendidikan bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung

keberhasilan program pendidikan itu. Faktor penunjang keberhasilan tujuan

2
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 147.
3
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan
Pendidikan Islam (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 145.
pendidikan, kesuksesan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor

yang sangat dominan. Sebab di dalam proses pembelajaran itulah terjadi

internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya maupun norma-norma secara

langsung. Karena itu kegiatan pembelajaran merupakan “ujung tombak” untuk

tercapainya pewarisan nilai-nilai. Untuk itu perlu sekali dalam proses

pembelajaran itu diciptakan suasana yang kondusif, agar peserta didik benar-benar

tertarik dan ikut aktif dalam proses itu4.

B. Konsep Pergaulan, Wibawa, Hukuman, Sarana, dan Media Pembelajaran

Menurut Pendidikan Islam

a. Hukuman

Efektivitas metode hukuman dan ganjaran berasal dari fakta yang

menyatakan bahwa metode ini secara kuat berhubungan dengan kebutuhan-

kebutuhan individu. Seorang peserta didik yang menerima ganjaran akan

memahaminya sebagai tanda penerimaan kepribadiannya yang membuat merasa

aman. Keamanan merupakan salah satu kebutuhan psikologis, sementara

hukuman yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak disukainya akan dapat

menguatkan rasa aman5.

b. Pergaulan

Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya

dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk. Sebagai

pewaris Rasulullah saw sudah sepantasnya seorang pendidik untuk memperlihat-

4
Ramayulis, op. cit., h. 179-180.
5
Ramayulis, op. cit., h. 168.
kan akhlak yang terpuji, sebagaimana peran yang dimainkan oleh Rasululullah

dalam menghadapi umatnya (sebagai teladan atau panutan)6.

c. Wibawa

Wibawa adalah sifat yang memperlihatkan kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung

kepemimpinan dan daya tarik (KBBI, 2000). Guru yang berwibawa berarti guru

yang dapat membuat siswanya terpengaruh oleh tutur katanya, pengajarannya,

patuh kepada nasehatnya, dan mampu menjadi magnet bagi siswanya sehingga

siswanya akan terkesima dan tekun menyimak pengajarannya.

Pada era 1960-an, wibawa guru masih kental dan terasa. Sosok guru selalu

dipuja, dihormati, dan sikap serta pemikirannya senantiasa diteladani. Apa yang

disampaikan gurunya selalu dianggap sebagai amanat yang wajib dilaksanakan.

Siswa menjunjung tinggi gurunya, bahkan melebihi orang tua kandungnya sendiri.

Pada era itu, siswa tidak berani berbicara sambil menatap langsung mata gurunya,

tetapi berbicara sambil menunduk dengan suara yang pelan. Begitu tingginya

derajat guru kala itu, siswa akan gugup dan berkeringat dingin ketika diajak bicara

oleh sang guru.

Perubahan dan pergeseran perilaku generasi muda pada era 2000-an telah

berimbas kepada merosotnya wibawa guru. Idiom guru ialah sosok yang digugu

dan ditiru tidak berlaku lagi. Siswa cenderung memandang enteng gurunya. Untuk

menegakkan wibawa yang runtuh itu, diperlukan kebesaran hati guru itu sendiri

dengan mau berjuang untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan kompetensi

6
Ramayulis, op. cit., h. 91.
serta profesionalismenya. Wibawa adalah pengaruh yang baik secara abadi dari

seseorang kepada orang lain yang tercermin pada pribadi dan perilaku

kehidupannya. Wibawa menumbuhkan ketaatan dengan kesadaran, pengertian,

dan persetujuan. Wibawa guru penting untuk memudahkan memberi pengaruh

dalam penularan atau penyampaian pembelajaran. Selain itu, wibawa guru akan

cenderung menyadari keberhasilan kerjanya. Wibawa guru menunjukkan

pengakuan martabat dirinya yang tidak perlu dukungan dari orang lain. Seperti

dengan cara intimidasi atau memberikan tekanan pada siswanya.

d. Sarana

Proses pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan lancar jika ditunjang

dengan sarana yang memadai, baik jumlah, keadaan, maupun kelengkapannya.

Jumlah yang dimaksud adalah keberadaan dan banyak sedikitnya sarana yang

dimiliki.

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses

pembelajaran, baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan

pendidikan dapat berjalan dengan lancar , teratur, efektif dan efisien.

Lebih luas fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-

benda maupun uang.

Jadi dalam hal ini fasilitas disamakan dengan sarana. Fasilitas atau sarana

menurut Suharsimin AK, dibedakan menjadi dua jenis:


1. Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat

dibendakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau

melancarkan suatu usaha.

2. Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu

kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang7.

Sedang sarana seperti alat langsung seperti alat langsung untuk mencapai

tujuan pendidikan. Misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan

sebagainya.

Sedangkan menurut keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

079/1975, sarana pendidikan terdiri dari tiga kelompok besar yaitu:

1. Bangunan dan perabot sekolah.

Alat pelajaran yang terdiri, pembukuan dan alat-alat peraga dan

laboratorium. Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual

yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat

penampil8. Aspek sarana dan prasarana pendidikan berkenaan juga dengan

fasilitas dan kemudahan dalam pelaksanaan pendidikan yang tersedia. Sarana dan

prasarana pendidikan masih sangat tergantung pengadaannya dari pemerintah

pusat, sementara pendistribusiannya belum terjamin merata sampai ke tujuannya

sehingga kemandirian dan rasa turut bertanggung jawab daerah masih dirasakan

kurang maksimal. Permasalahan-permasalahan yang menyangkut fasilitas

pendidikan ini, erat kaitannya dengan kondisi tanah, bangunan dan perabot yang

7
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Cet. I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 292.
8
Daryanto, Administrasi Pendidikan (Cet. IV; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 51.
menjadi penunjang terlaksananya proses pendidikan. Dalam aspek tanah,

berkaitan dengan status hukum kepemilikan tanah yang menjadi tempat

pendidikan, letaknya yang kurang memenuhi persyaratan lancarnya proses

pendidikan (sempit, ramai, terpencil, kumuh, labil, dan lain-lain) . Aspek

bangunan berkenaan dengan kondisi gedung sekolah yang kurang memadai untuk

lancarnya proses pendidikan (lembaga, gelap, sempit, rapuh, bahkan banyak yang

sudah ambruk, dan lain-lain) sampai membahayakan keselamatan. Aspek perabot

berkenaan dengan sarana yang kurang memadai bagi pelaksanaan proses

pendidikan (meja-kursi yang reyot, alat peraga yang tidak lengkap, buku paket

yang tidak cukup, sarana kesehatan yang kurang memadai, dan lain-lain),

termasuk fasilitas untuk kebutuhan ekstrakurikuler9.

2. Menata lahan, bangunan, perabot dan perlengkapan serta arsip untuk

lembaga pendidikan tidak jauh berbeda dengan penataan yang dilaksanakan dalam

“Shool Plant” Administration. Lahan adalah area lokasi atau tanah yang akan

digunakan sebagai tempat/bangunan. Gedung meliputi sarana dan prasarana yang

menjadi tempat dalam melaksanakan berbagai kegiatan. Perabot dan perlengkapan

adalah benda dan alat yang bergerak maupun tidak bergerak yang dipergunakan

untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Arsip

merupakan hasil surat menyurat, dan dokumen kegiatan pekerjaan yang

dijalankan10.

9
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan (Cet. I;
Bandung: Alfabeta, 2009), h. 51.
10
Ibid., h. 55.
3. Sarana dan prasarana yang baik apabila dapat menciptakan keadaan

sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenang-

kan baik bagi guru maupun murid di sekolah. Di samping itu juga diharapkan

tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif,

kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal

untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai

pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar11.

Sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan alat-alat bantu dalam

proses pembelajaran. Umumnya berbentuk perangkat keras yang dibutuhkan

untuk kelancaran proses pembelajaran. Misalnya, papan tulis dan perlengkapan-

nya, meja kursi baik untuk pelatihan atau peserta pelatihan, besar ruangan belajar,

lampu penerangan, media pembelajaran (Radio, TV, LCD) perlu ditetapkan

dengan standarnya berbeda dengan yang digunakan di setiap jenjang pendidikan.

Begitu pula tempat duduk, seting ruang dan media-media lain yang digunakan.

Adanya keanekaragaman dalam jenis dan jenjang pendidikan dan usaha-usaha

yang dilakukan berguna untuk menentukan kelancaran dalam proses pembelajaran

maupun untuk menentukan standar mutu pendidikan, dalam penyelenggaraan

tersebut perlu dilakukan secara terus-menerus.

11
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Cet. XI; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2007), h. 50.
e. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar12. Kalau dilihat

perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu

mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual,

misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan

pengalaman kongkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi

belajar peserta didik. Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada

alat bantu visual yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek desain,

pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya.

12
Arief S. Sadiman, R. Raharjo, Anung Haryono, Rahardjito, Media Pembelajaran: Pengertian,
Pengembangan, dan Pemanfaatannya (Cet. XII; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 6.

Anda mungkin juga menyukai