Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM


“PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA DIGITAL”

OLEH
KELOMPOK 12

Nur Aprilyanti Syam (20 31 025)


Muhammad Ahsan (20 31 035)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD


SEMESTER IV
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Persepsi belajar terhadap orang
lain " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan


Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang apa saja yang
berhubungan dengan islam di era digital , bagi para pembaca dan juga bagi kami.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Maros, 25 April 2022

 
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan.................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3. Tujuan............................................................................................. 3
BAB II Pembahasan
2. 1. Pengertian Persepsi.......................................................................... 4
2. 2. Persepsi penerimaan materi siswa dalam belajar............................. 5
BAB III Penutup........................................................................................ 8
3. 1. Kesimpulan..................................................................................... 8
3. 2. Saran .............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


           Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia.  Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa
pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka  internalisasi
nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah
keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di
lingkungan keluarga sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang
selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif
membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam
memajukan peradaban bangsa yang bermartabat.
Oleh karena itu dalam ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di
dikemukakan beberapa bidang pembahasan Pendidikan Agama Islam itu
yang sudah jadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, Pendidikan Agama
Islam itu lebih spesifik dan diklasifikasikan kedalam beberapa mata
pelajaran yaitu Al-Quran-Hadis ( Qurdits ), Aqidah-akhlak, fikih, dan
tarikh    ( sejarah ) kebudayaan islam. Masing-masing mata pelajaran
tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Jumlah
dan jenis mata pelajaran dapat saja bertambah / dipecah dan mungkin
digabung. Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami
perubahan, karena wahyu dan sabda Rosulullah tidak akan bertambah lagi,
yang bertambah adalah bidang studi dari segi pengelompokannya serta
pembahasannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
2. Bagaimana Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam?
3. Bagaimana ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ?
4.
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pembelajaran Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
3. Mengetahui Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pengertian pembelajaran berbeda dengan istilah pengajaran,
perbedaannya terletak pada orientasi subjek yang difokuskan, dalam
istilah pengajaran guru merupakan subjek yang lebih berperan aktif
dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan pembelajaran memfokuskan
pada peserta didik.
Untuk memahami hakikat pembelajaran dapat dilihat dari dua
segi, yaitu dari segi bahasa (etimologis) dan istilah (terminologis). Secara
bahasa, kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa Inggris,
instruction yang bermakna sederhana “upaya untuk membelajarkan
seseorang atau kelompok orang, melalui berbagai upaya (effort) dan
berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang
telah direncanakan”. 1
Secara terminologis, Assocation for educational Communication
and Technology (AECT) mengemukakan bahwa pembelajaran
(instructional) merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari
komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik dan latar atau lingkungan.2 Dapat dipahami bahwa
pembelajaran merupakan sebuah sistem, yaitu suatu totalitas yang
melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi. Untuk mencapai
interaksi pembelajaran, sudah tentu perlu adanya

1
Abdul Majid, “Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam”, (Bandung: Rosdakarya, 2012), 270.
2
Ibid, 269.
komunikasi yang jelas antara guru dan siswa, sehingga akan
terpadu dua kegiatan, yaitu tindakan penyampaian ilmu
pengetahuan melalui kegiatan mengajar (usaha guru) dan
tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar
(usaha siswa) yang berguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan guru secara terpadu dalam desain instruksional (instructional
design) untuk membuat siswa atau peserta didik belajar secara aktif
(student active learning), yang menekankan pada penyediaan pada
sumber belajar.3 Beberapa ahli merumuskan pengertian pembelajaran
sebagai berikut;
1) Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran adalah membelajarkan
siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik.4
2) Menurut Corey, pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.5
3) Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi

3
Heri Gunawan, “Pendidikan Islam, Kajian Teoretis dan
Pemikiran Tokoh”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 116.
4
Ramayulis, “Ilmu Pendidikan Islam” , (Jakarta: Kalam Mulia,
2012), 338.
5
Ibid, 339.
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat
dalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa, guru dan tenaga
lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Materil meliputi buku-
buku, papan tulis fotografi, slide dan film, audio dan video tape.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas,
perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar,
ujian dan sebagainya.6

Dari asumsi para ahli mengenai pengertian pembelajaran,


Syaiful Sagala dan Oemar hamalik lebih mengartikan pembelajaran
sebagai aktifitas yang tidak hanya didominasi oleh pendidik saja,
ataupun sebaliknya, namun keduanya memiliki peran yang sama
pentingnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Corey
lebih memandang pembelajaran sebagai proses penyampaian
pengetahuan (transfer of knowledge) sehingga mengutamakan
pengelolaan lingkungan agar peserta didik dapat menghasilkan respon
yang baik berupa penerimaan informasi secara maksimal.
Menurut Dzakiyah Darajat, pembelajaran agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara
menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.7

6
Ibid.
7
Majid, op.cit., 12.
B. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah
tidak terlepas dari fungsi pendidikan agama Islam sebagai proses
transformasi ilmu dan pengalaman. Abdul Majid mengemukakan tujuh
fungsi pembelajaran Agama Islam di sekolah atau madrasah, di
antaranya;
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran
Agama Islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Ketujuh fungsi pendidikan agama Islam yang dikemukakan oleh


Abdul Majid menggambarkan bahwa peran pendidikan agama Islam
sangat penting guna membentuk karakter peserta didik untuk menjadi
pribadi muslim yang sempurna lewat pengajaran dan kegiatan yang
diadakan di sekolah. 12

12
Majid, “Belajar dan pembelajaran” op.cit., 15-16.
C. Ruang lingkup pendidikan agama islam

                  Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi


keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia
dengan Allah SWT., hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan,
manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.13
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-
aspek Pendidikan Agama Islam karena materi yang terkandung
didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan
yang lainnya. Aspek-aspek ruang lingkup PAI diantaranya:

1.      Al-Quran dan Hadits


            Secara etimologi al-quran artinya bacaan, kata dasarnya qara-a,
yang artinya membaca. Al-quran bukan hanya untuk dibaca, akan tetapi
isinya harus diamalakan. Menurut Abdul Wahhab Khallaf Al-Quran
adalah firman alloh yang diturunkan kepada hati Rosulullah,
Muhammad bin Abdullah, melalui malaikat Jibril dengan menggunakan
lafal bahasa arab dan maknanya yang benar, agar al-quran menjadi
hujjah ( dalil ) bagi rosul, bahwa ia benar-benar rosulullah, menjadi
undang-undang bagi manusia, memberi petunju kepada mereka dan
menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada
Allah SWT dengan membacanya.

 Tujuan Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits di MI bertujuan untuk:


1.      Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam
membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca al-Qur’an
dan Hadits;
2.      Memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan isi
kandungan ayat-ayat al-Qur’an-Hadits melalui keteladanan dan
pembiasaan;
3.      Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan
berpedoman pada isi kandungan ayat al-Qur’an dan al-Hadits.

2.      Aqidah-Akhlak
          Mata pelajaran aqidah-akhlak adalah salah satu bagian
mata pelajaran pendidikan agama islam yang digunakan sebagai wahana
pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa
agar dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajaran

Zakiah Daradja, “Ilmu Pendidikan Islam”https://idr.uin-antasari.ac.id/10591/5/BAB%20II.pdf,


13

Desember 08, 2022


islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
         Pengertian akhlak menurut Al Ghajali, kata akhlak sering
diidntikkan dengan kata kholqun (bentuk lahiriyah) dan khuluqun
( bentuk batiniyah), jika dikaitkan dengan seseorang yang bagus berupa
kholqun dan khulqunnya, maka artinya adalah bagus dari bentuk
lahiriyah dan rihaniyah. Dari dua istilah tersebut dapat kita pahami,
bahwa manusia terdiri dari dua susunan jasmaniyah dan batiniyah.
Untuk jasmaniyah manusia sering menggunakan istilah
kholqun,sedangkan untuk rohaniyah manusia menggunakan istilah
khuluqun. Kedua komponen ini memilih gerakan dan bentuk sendiri-
sendiri, ada kalanya bentuk jelek dan adakalanya bentuk baik.

Mata pelajaran Aqidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi


pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan
dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan
sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara
sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-
hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.

Tujuan mata pelajaran aqidah-akhlak yaitu:


1.      Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan
dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;
2.      Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari  baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan
nilai-nilai aqidah Islam.

3.      Fiqih
         Fiqih merupakan salah satu disiplin ilmu yang terkait dengan
pembicaraan aspek kaifiyyat amaliyyat mukallaf, ia disebut juga dengan
ilmu hukum islam.
Mata Pelajaran Fiqih bertujuan untuk membekali peserta didik agar
dapat:
1.      Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam
baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
2.  Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan
ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya
maupun hubungan dengan lingkungannya.

4.      Tarikh ( sejarah) kebudayaan Islam


Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan
salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul,
perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh
yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari sejarah
masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW, sampai masa Khulafaurrasyidin.  Secara substansial
mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,  membentuk
sikap, watak dan kepribadian peserta didik.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan agar peserta didik


memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam  yang
telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan  sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa
lampau.
5. Mengembangkan  kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-
tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,
politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.14

14
Raihanatun Nisa, “Ruang lingkup pendidikan agama
islam“https://raihanatunnisa.blogspot.com/2016/06/ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam.html ,
Desember 04, 2022
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Pembelajaran agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami kandungan ajaran Islam secara
menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup.
 fungsi pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah,
di antaranya;

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan


ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk
mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran Agama Islam.
4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-
kelemahan peserta didik dalam keyakinan.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan.
6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan
secara umum, sistem dan fungsionalnya.
7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam.
 Ruang lingkum pembelajaran PAI
1. Al- Qur’an dan hadist
2. Akidah-Akhlak
3. Fikih
4. Tarikh (Sejarah)
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai