Anda di halaman 1dari 23

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM*

Oleh: kelompok VII**

A. Pendahuluan
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kurikulum
Pendidikan Islam”. Serta sholawat dan salam kami hadiah kan ke ruh junjungan
alam yakni Nabi Muhammad SAW.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
suatu sistem pendidikan karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua
jenis dan jenjang pendidikan. Fungsi kurikulum merupakan sebagai alat pendidikan
memiliki berbagai macam fungsi yang sangat berperan dalam kegunaannya.
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari
suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum.
Di Indonesia kurikulum merupakan produk baru dunia pendidikan, sebelumnya
lebih banyak digunakan prosedur pengembangan sistem Instruksional (PPSI).
Kurikulum di Indonesia digunakan dan terus dibakukan dengan alas an mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi psikologi anak, dan tuntutan
kebutuhan anak, masyarakat dan zaman.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca
agar pembaca memahami tentang kurikulum pendidikan Islam sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Makalah ini juga ditulis untuk
memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Adapun metode pada pembahasan makalah ini dilakukan dengan mengumpulkan
buku, membaca, dan menganalisis buku-buku yang berkaitan dengan kurikulum
pendidikan Islam.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen Ilmu Pendidikan Islam,
bapak Drs.H. Agus Salim Daulay, M.Ag. yang selalu membimbing dan
mengarahkan kami di dalam pembelajaran mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.

1
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

B. Pengertian dan Fungsi Kurikulum


1. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum berasal dari bahasa latin yang dalam pengertian
aslinya sebagai a running course, or race course, specially, a chariot race
course. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah
kurikulum menjadi istilah teknis dalam dunia pendidikan, kurikulum itu pada
umumnya selalu diartikan sebagai rencana pelajaran (lesson plan). Di dalam
pendidikan Islam, kurikulum itu disebut al-manhaj.1
Di dalam kamus Webster’s Third New International, istilah kurikulum
awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani kuno.
Kurikulum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “curir” artinya pelari,
“curere” artinya tempat berpacu, jadi secara etimologi kurikulum diartikan jarak
yang harus ditempuh oleh pelari.2
Pengertian kurikulum dalam dunia pendidikan terdapat banyak rumusan
dari para ahli. Crow dan Crow merumuskan bahwa kurikulum adalah rancangan
pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis
yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan
tertentu.3
Pendapat ini sangat sesuai dengan rencana pelajaran yang kita kenal pada
sekolah-sekolah di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.
Pendidik di negara-negara tersebut membatas kurikulum pada dinding sekolah
yang di dalamnya diajarkan suatu deretan mata pelajaran yang mana peserta
didik diwajibkan belajar dan menghafal dengan tekun. Selanjutnya sejalan
dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan ,
defenisi kurikulum tersebut dipandang sudah ketinggalan zaman.

1
Dja’farSiddiq, IlmuPendidikan Islam,(Bandung: Citapustaka Media, 2006), hlm.106.
2
Dayun Riadi, IlmuPendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017 hlm.127
3
Ibid.
2
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
Di kalangan pendidik modern timbul konsepsi baru dalam defenisi
kurikulum, antara lain:
a. Dzakiah Drajat menyatakan kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan –tujuan
pendidikan tertentu.4
b. Ramayulis mendefenisikan kurikulum sebagai satu komponen yang sangat
menentukan dalam suatu sistem pendidikan.5
c. M. arifin mengatakan kurikulum adalah seluruh bahan pelajaran yang harus
disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional
pendidikan.6
d. Mujib dan Mudzakir mendefenisikan kurikulum sebagai seperangkat
perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan lembaga pendidikan yang diinginkan.7
e. Mulyasa mendefenisikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, kompeten sidasar, materi standar, dan hasil
belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan
pendidikan.8
Dalam pengertian yang lebih luas, bahwa kurikulum adalah serangkaian
pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran.
Adapun pengertian kurikulum dalam pendidikan Islam, jika kita kembali
pada kamus-kamus bahasa Arab, maka kita dapat temukan kata “manhaj”
yang bermakna jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan orang-
orang yang terdidik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap mereka.9
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpilkan bahwa kurikulum tidak
hanya berisi mata pelajaran dan kegiatan di dalam sekolah, tetapi juga
mencakup berbagai aspek di luar sekolah yang berisi materi yang ditujukan

4
Ibid.,hlm.128.
5
HeriGunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm. 13.
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Ibid.
9
Dayan Riadi, Op.cit.,hlm. 129.
3
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
untuk pengembangan potensi peserta didik guna kepentingan hidupnnya
dimasyarakat.

2. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum merupakan sebagai alat pendidikan memiliki berbagai
macam fungsi yang sangat berperan dalam kegunaannya. Alexander and
Saylor dalam bukunya principle of secondary Education menyatakan bahwa
ada beberapa fungsi kurikulum yaitu:
a. Fungsi penyesuaian
Setiap manusia, hidup dan perkembangan pribadinya dipengaruhi
oleh lingkungan di mana ia berada. Karenanya individu yang hidup
dalam masyarakat harus mampu menyelesaikan diri terhadap
lingkungannya secara menyeluruh. Hal ini harus dilakukan oleh setiap
orang yang sedang mengalami perkembangan dan pembentukan
kepribadian melalui proses pendidikan, khususnya peserta didik. Namun
perlu ditegaskan bahwa lingkungan selalu berubah, dan sifat dinamisnya
sesuai dengan perkembangan zaman. Maka setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dinamis. Kurikulum
berfungsi sebagai penyesuaian ialah kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya kerena lingkungan
bersifat dinamis.
b. Fungsi Keterpaduan (Integrasi)
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam mengarahkan
proses pendidikan setiap pelajar agar bersifat integratif. Oleh karena
individu itu sendiri merupakan bahagian dari masyarakat, maka pribadi
yang terpadu akan memberikan sumbangan dalam mewujudkan
persatuan dan kesatuan masyarakat. Dalam hal ini kurikulum berfungsi
untuk mengarahkan dan menyiapkan pengalaman belajar yang dapat
mendidik pribadi anak yang kompak antara satu dengan lainnya sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya.
c. Fungsi Perbedaan (Diferensiasi)

4
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
Kurikulum harus dapat member pelayanan terhadap perbedaan
individu dalam masyarakat. Pada dasarnya perbedaan akan mendorong
orang untuk berpikir dengan kritis dan kreatif. Proses seperti ini juga
akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat. Hal ini tidak berarti
bahwa dengan adanya perbedaan atau differensasi harus mengabaikan
kesatuansosial, karena perbedaan individu dan kebutuhannya itu
merupakan kekayaan sosial. Dengan demikian kurikulum yang berbeda
dalam lingkungan masyarakat.
d. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar melanjutkan
studi ketahap yang lebih tinggi atau belajar di dalam masyarakat
seandainya dia tidak mungkin melanjutkan lagi. Mempersiap
kemampuan siswa untuk melanjutkan ketahap selanjutnya sangat
diperlukan karena sekolah tidak mungkin memberikan semua yang
diperlukan oleh siswa atau semua yang menarik minat mereka. Di sinilah
kurikulum harus benar-benar dapat menyiapkan pengalaman-pengalaman
belajar untuk bekal hidupnya dalam bermasyarakat setelah ia selesai pada
suatu tingkat tahap pendidikan tertentu.
e. Fungsi Pemilihan
Kurikulum berfungs isebagai pemilihan ialah memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang
sesuai dengan minat dan bakatnya.
f. Fungsi Diagnostik
Kurikulum sebagai diagnostic mengandung makna bahwa
kurikulum ialah alat pendidikan yang mampu mengarahkan dan
memahami potensi siswa serta kelemahan dalam dirinya. Apabila telah
memahami potensi dan mengetahui kelemahaanya. Maka dengan
demikian diharapakan siswa bias mengembangkan potensi dan
memperbaiki kelemahannya.10

10
Syafaruddindkk, IlmuPendidikan Islam, (Jakarta: pustakautama, 2006), hlm. 120.
5
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
C. Komponen Kurikulum
1. Pengertian Komponen Kurikulum
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak
terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri
mempunyai peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Sebagai sebuah
sistem, kurikulum mempunyai komponen-komponen. Seperti halnya dalam
sistem manapun, kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan
fungsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik
apabila didalamnya terdapat komponen yang tidak lengkap sekarang dipandang
kurikulum menjadi tidak sempurna.11
Komponen-komponen kurikulum dari suatu sekolah dapat diidentifikasi
secara mudah dengan mengkaji buku atau dokumen kurikulum itu sendiri.
Kurikulum disuatu sekolah (the curricullum) mungkin mempunyai komponen
kurikulum yang berbeda dari kurikulum di sekolah lain, karena perbedaan
didalam menafsirkan komponen kurikulum. Adanya perbedaan yang seperti ini
lumrah terjadi meskipun perbedaan-perbedaan harus dapat dipisahkan mana
perbedaan prinsip dan perbedaan yang tidak prinsip. Berangkat dari perbedaan
dalam menentukan komponen kurikulum dapat mengakibatkan komponen
kurikulum menjadi meluas atau tetap pada prinsip-prinsip pokoknya.
Pelaksanaan kurikulum biasanya selalu menuntut penyesuaian antara komponen
dengan implementasinya.
2. Jenis-Jenis Komponen
Sebagai sebuah sistem, kurikulum terdiri atas komponen-komponen
yang saling terkait, terintegrasi, dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya, bagaikan dua mata sisi uang logam. Dalam pengertian modern
(terbaru) Muhammad Muzamil al-Basyir mrnyrbutkan komponen kurikulum
terdiri atas (1) tujuan, (2) materi, (3) metode, (4) evaluasi.
a. Komponen Tujuan
Komponen tujuan adalah komponen kurikulum yang menjadi target
atau sasaran yang mesti dicapai dari melaksanakan suatu kurikulum.
Komponen ini sangat penting karena melalui tujuan, materi proses dan

11
Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gedung persada), hlm.37.
6
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
evaluasi dapat dikendalikan untuk kepentingan mencapai tujuan
kurikulum yang dimaksud. Tujuan kurikulum dapat dispesifikasikan ke
dalam tujuan pembelajaran umum yaitu berupa tujuan yang dicapai untuk
saru semester, atau tujuan pembelajaran khusus yang menjadi target tiap
kali tatap muka. Dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi tujuan
pembelajaran umum disebut dengan istilah standar kompetensi.
Sedangkan untuk tujuan pembelajaran khusus digunakan istilah
kompetensi dasar. Pencapaian tujuan komponen kurikulum akan menjadi
sangat penting karena pencapaian komponen tujuan ini berakibat
langsung terhadap pencapaian tujuan-tujuan pendidikan selanjutnya.12
b. Komponen Materi
Komponen materi adalah komponen yang didesain untuk mencapai
komponen tujuan. Yang dimaksud dengan komponen materi adalah
bahan-bahan kajian yang terdiri dari ilmu pengetahuan, nilai,
pengalaman, dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses
pembelajaran guna mencapai komponen tujuan.
Pemilihan dan penentuan materi disesuaikan dengan tujuan yang
telah dirumuskan dan ditetapkan. Dalam Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sisdiknas telah ditetapkan, bahwa isi kurikulum
merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.13
Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan
disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Materi Kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri atas bahan
kajian atau topik-topim pelajaran yang dapat dikaji oleh peserta didik
dalam proses pembelajaran.
2) Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing
stauan pendidikan. Perbedaan ruang lingkup dan urutan bahan

12
Ibid., hlm. 38.

13
Ibid.,hlm. 39.
7
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan
tersebut.
3) Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Ini
berarti tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang
hendak dicapai melalui penyampaian materi.
Adapun kriteria yang digunakan dalam meilih materi atau isi
kurikulum antara lain:
Pertama, mata pelajaran dalm rangka pengetahuan keilmuan.
Artinya mata pelajaran yang dipilih sebagai isi kurikulum harus jelas
kedudukannya dalam konteks pengetahuan ilmiah. Sehingga jelas apa
yang harus dipelajari (ontologi), jelas bagaimana mempelajari metodenya
(epistemologi) dan jelas manfaatnya bagi anak didik manusia (aksiologi).
Kedua, mata pelajaran harus tahan di uji. Artinya, mata pelajaran
tersebut diperkirakan bisa bertahan sebagai pengetahuan ilmiah dalam
kruun waktu tertentu sehingga kelangsungannya relatif lama tidak lekas
berubah dan diganti oleh pengetahuan lain.
Ketiga, mata pelajaran harus memiliki kegunaan (fungsional) bagi
peserta didik dan masyarakat pada umumnya. Maksudnya, mata
pelajaran yang dipilih bermanfaat dan memiliki kontibusi tinggi terhadap
perkembangan peserta didik dan perkembangan masyarakat.
c. Komponen Metode
Komponen metode dapat dibagi ke dalam dua bagian yang dikenal
dengan komponen metode dalam pengertian luas dan komponen metode
dalam pengeretian sempit. Dalam pengertian seperti ini metode diartikan
dalam arti sempit, yaitu berupa penggunaan salah satu cara dalam
mengajar atau belajar. Sedangkan metode dalam arti luas dipersonalkan
mengenai bagaimana membangun nilai, pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan pada diri anak.
Komponen metode dikatakan juga komponen proses karena metode
berada pada proses. Karena itu, komponen metode harus difungsikan
secara baik dan benar agar komponen materi dan tujuan bisa dicapai
dengan baik pula.

8
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru
dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan
melalui prosedur tertentu. Metode atau strategi pembelajaran, menempati
fungsi yang penting dalam kurikulum, karena membuat tugas-tugas yang
perlu dikerjakan oleh siswa dan guru. Karena itu, penyusunannya
hendaknya berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan
kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Dalam hubungan ini,
ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, dimana materi
pembelajaran utama, bersumber dari mata ajaran.
2. Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa.
3. Pendekatan yang beriorentasi pada kehidupan masyarakat.
Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat dan
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.14

Upaya guru untuk memilih metode yang tepat dalam mendidik


peserta didiknya adalah disesuaikan pula dengan tuntutan agama. Jadi,
dalam berhadapan dengan poeserta didiknya ia harus mengusahakan
agara pelajaran yang diberikan pada mereka itu supaya mudah diterima,
tidaklah cukup dengan bersikap lemah lembut saja.

Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki kecermatan,


kecerdikan, dan hati-hati dalam memilih metodekarena hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap keefektifan dalam menyampaikan bahan
ajar. Dan secara prinsip dalam penguunaan metode tersebut bisa
dilakukan secara kombinasi.

d. Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi adalah komponen kurikulum yang dapat


diperbandingkan seperti halnya penjaga gawang dalam permainan sepak
bola. Komponen evaluasi harus benar-benar difungsikan karena perannya

14
Heri Gunawan, Op.cit., hlm. 16.
9
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
seperti “goal keeper” jika dalam permainan sepak bola penjaga gawang
tidak berfungsi, maka setiap tendangan yang mengawah ke gawang
dengan sendirinya menghasilkan gol, akibatnya pemain-pemain yang lain
dari kesebelasan itu menjadi lemah daya tempurnya. Jika dihubungkan
dengan era luasi maka fungsi evaluasi itu sendiri adalah utnuk mengukur
berhasil atau tidaknya pelaksanaan kurikulum. Memfungsikan evaluasi
berarti melakukan seleksi terhadap siapa yang berhak untuk diluluskan
dan siapa yang belum berhak diluluskan.

Dilihat dari fungsi dan urgensi evaluasi yang demikian, kita


melihat kenyataan dunia pendidikan kita telah melakukan pelanggaran
terhadap komponen kurikulum yang sangat bersifat prinsip. Dari susut
komponen evalusi misalnya, berapa banyak guru yang mengajarkan suatu
mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan guru dan
ditunjang juga oleh media dan sarana belajar yang memadai serta murid
yang normal, justru meluluskan siswa sementara siswa sendiri belum
menguasai perilaku yang diharapkan dari komponen tujuan kurikulum.

Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu kurikulum


sebagai program pendidikan untuk menentukan efesiensi, efektivitas
relasi dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan yang
telah diterapkan. Efesiensi berkenaan dengan penggunaan waktu, tenaga,
sarana dan sumber-sumber lainnya secara optimal. Efektivitas berkenaan
dengan pemilihan atau penggunaaan cara atau jalan utama yang paling
tepat dalam mencapai tujuan. Relefansi berkenaan dengan kesesuaian
suatu program dan pelaksanaannya dengan tuntutan dan kebutuhan, baik
dari kepentingan masyarakat maupun peserta didiknya. Sedangkan
produktivitas berkenaan dengan optimalnya hasil yang dicapai dari suatu
program. Menurut Sudjana dalam kurikulum itu ada beberapa aspek yang
perlu di evaluasi yaitu: program pendidikan, meliputi penilaian terhadap
tujuan, isi program dan strategi pembelajaran.

Untuk melakukan evaluasi tersebut perlu disandarakan pada prinsip


tujuan yang jelas, realisme, ekologi, operasional, kualifikasi,

10
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
keseimbangan antara kurikulum nyata, dan ideal, dan hubungan
keseimbangan. Dalam rangka menerapka prinsip keadilan, keobjektifan,
dan keikhlasan evaluasi pendidikan bertujuan, untuk menegtahui atau
mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan
yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendiidkan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum

1) Mengetahui prestasi hasil belajar peserta didik guna menetapkan


keputusan apakah bahan pembelajaran perlu diulang atau dapat
dilanjutkan. Dengan demikian, maka prinsip long life education benar-
benar berjalan secara kesinambungan.
2) Mengetahui efektivitas cara belajar dan mengajar adalah yang
telah dilakukan guru benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan
dengan sikap guru maupun sikap peserta didik.
3) Mengetahui kelembagaan guna menetapkan keputusan yang tepat
mewujudkan saingan sehat, dalam rangka berpacu dalam prestasi.
4) Mengetahui sejauh mana kurikulum tersebut telah dipenuhi
dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah atau madrasah.
5) Mengetahui pembiayaan yang dibutuhkan dalam berbagai
kebutuhan, baik secara fisik seperti fasilitas ruang, perpustakaan,
honorarium guru, dan lain-lain, meupun kebutuhan secara psikis, seperti
ketenangan, kedamaian, kesehatan, keharmonisan dan lain sebagainya.
Dengan beberapa tujuan tersebut, eveluasi kurikulum akan berfungsi
sebagaimana umpan balik (feedback) terhadap kegiatan pendidikan,
umpan balik berguna untuk:
a. Perbaikan, yaitu perbaikan terhadap semua komponen-komponen
pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan, kebiasaan-kebiasaan
peserta didik.
b. Penyucian, yaitu penyucian terhadap semua komponen-
komponen pendidikan. Artinya melihat kembali program-program
pendidikan yang dilakukan, apakah program itu penting atau tidak dalam
kehidupan peserta didik. Apabila program itu terdapat yang dianggap
tidak penting atau menyimpang dari program semula maka program
11
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
tersebut harus dihilangkan dan dicari solusi yang cocok dengan program
semula.
c. Pembaruan, yaitu modernisasi semua kegiatan pendidikan.
Kegiatan yang relevan, baik utnuk kepentingan internal maupun
eksternal, maka kegiatan itu harus di rubah dan dicarikan penggantinya
yang lebih baik. Dengan kegiatan ini maka pendidikan dapat dimobilisasi
dan dinamisasi untuk lebih maju.
d. Masukan, yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta
didik berupa buku rapor, ijazah, piagam, dan nilai sebagainya.

D. Asas Dan Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam


Merancang dan merangkum kurikulum bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Banyak faktor yang harus diperhatikan oleh para perencana kurikulum ketika
hendak menyusun kurikulum pendidikan yang akan diterapkan pada setiap lembaga
pendidikan. Dalam hal ini setidaknya ada beberapa asas yang harus dipegang, yaitu
(1) asas filosofi, yaitu terdiri dari falsafah dan tujuan pendidikan, (2) asas
psikologis, termasuk psikologis belajar dan psikologis anak, (3) asas sosiologi,
yaitu masyarakat, dan (4) asas organisasi.
Dalam membahas masalah faktor-faktor yang harus diperetimbangkan dalam
penyusunan kurikulum ini, diketengahkan masalah yang dikemukakan oleh S.
Nasution. Hal ini berdasarkan kepada pertimbangan bahwa faktor kemasyarakatan
dan kebudayaan sudah termasuk pada asas sosiologi. Demikian pula faktor
psikologi belajar dan pertumbuhan/perkembangan anak termasuk pada asas
psikologi. Oleh karena itu, asas penyusunan dan pengemabangan kurikulum
menurut S. Nasution dianggap sudah relevan untuk dikembangkan sebagai
kerangka ujian suatu konsep dalam mewujudkan sebuah kurikulum pendidikan
yang memenuhi kerangka filosofi yang benar terhadap hakikat pendidikan, hakikat
anak, pengetahuan dan niali yang mesti dipenuhi secara terpadu.
Secara rinci, uraian mengenai asas-asas atau faktor yang harus diperhatikan
dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan adalah sebagai
berikut:15

15
Syafaruddin, Op.cit., hlm. 146.
12
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
1. Asas Filosofi
Falsafah dan pandangan hidup merupakan sistem nilai dan norma-norma
yang disetujui baik oleh individu maupun masyarakat suatu bangsa, dengan
dasar falsafah tersebut diperoleh gambaran manusia ideal yang dicita-citakan
oleh masyarakat dan bangsa yang bersangkutan. Berdasarkan filsafah itu pula
dirumuskan tujuan pendidikan nasional yang akan mendasarei konsep tujuan
institusional, tujuan kurikulum, dan tujuan pengajaran.
Negara Indonesia yang berlandaskan falsafah pancasila, maka tujuan
pendidikannya adalah melahirkan warga negara yang benar-benar mengahayati
dan mengamalkan pancasila dalam kehidupannya. Tujuan pendidikan harus
dapat melahirkan warga negara yang mengamalkan nilai-nilai pancasila sebagai
muslim tentu saja diarahkan kepada tujuan pembentukan pribadi yang
mengamalkan ajaran Islam.
Secara hirarki setelah tujuan pendidikan nasional, maka dirumuskan tujuan
instutisional/kelembagaan stiap jenis dan jenjang sekolah. Tujuan Sekolah Dasar
berbeda dengan tujuan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan tujuan SMP
berbeda dengan tujuan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Selanjutnya tujuan institusional dijabarkan kedalam tujuan kurikulum setiap
sekolah. Disini dikemukakan masing-masing tujuan kurikulum setiap mata
pelajaran. Standard Kompetensi Lulusan (SKL) berisikan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan, kemudian penetapan kompetensi dasar, dan indikator hasil
pelajaran.
Tujuan dalam pengajaran adalah dekskripsi tentang penampilan/perilaku
murid-murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang
disajikan oleh guru.
2. Asas Psikologi
Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa
anak dapat di didik. Anak-anak dapat belajar sesuia dengan tingkat
perkembangan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan dalam rangka

13
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
mengubah atau mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotiknya. Karena itu, penyusunan dan pengembangan kurikulum harus
mempertimbangkan asas psikologi belajar conotivasi, minat, dan kecenderungan
asas psikologis anak (usia dan perbedaan individu).

3. Asas Sosiologi
Anak tidak hidup seorang diri, melainkan setiap anak senantiasa hidup
dalam masyarakat. Di dalam masyarakatnya, anak harus memenuhi tugas dan
tanggung jawabnya baik sebagai anak maupun sebagai orang deasa. Untuk itu,
sebuah kurikulum harus mampu memenuhi aspirasi dan perkembangan
masyarakat. Norma-norma dan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat
harus dimasukkan kedalam kurikulum agar sasaran pemidahan kebudayaan dari
satu generasi ke generasi berikutnya dapat tercapai. Pada gilirannya keberadaan
masyarakat tersebut akan dapat bertahan dan berkembang mengikuti kemajuan
zaman, atau mengarahkan kemajuan dan perkembangan zaman tersebut.
Dengan demikian kebudayaan termasuk dalam faktor sosiologi. Dalam hal
ini harus dipahami bahwa kebudayaan bukan hanya berupa material saja, tetapi
dapat berupa sikap mental, cara berpikir dan kebiasaan hidup. Kebuidayaan
mencakup dimensi-dimensi keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan
teknologi. Semua dimensi itu harus dipertimbangkan kurikulum dan termasuk di
dalamnya dimensi keagamaan.
4. Asas Organisasi
Asas ini berkaitan dengan konsep bahwa setiap bentuk organisasi kurikulum
mepuanyai kelebihan dan kelemahan. Dengan menyadari hal ini, maka suatru
kurikulum yang akan disusun dan dikembangkan harus berdasarkan
pertimbangan niali-niali kegunaan untuk hari ini dan masa depan, dalam rangkan
menumbuh kembangkan kemampuan masyarakat sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Secara umur organisasi dipahami sebagai pola dan struktur kurikulum yang
akan disusun dan dikembangkan setidaknya kurikulum yang akan disusun itu
dapat merujuk bentuk-bentuk organisasi kurikulum yang menonjol, seperti

14
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
bentuk kurikulum mata pelajaran yang terpisah, kurikulum yang
mengkolaridikan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya dalam
penyajiannya, atau bentuk kurikulum yang terpadu, yaitu yang memadukan
semua mata pelajaran ke dalam satu unit.16
Setelah memahami pengertian kurikulum dan dinamikanya, selanjutnya
lebih spesifik kita memahami ciri kurikulum pendidikan Islam yang bentuknya
memiliki perbedaan dengan kurikulum pendidikan pada umumnya. Secara
umum ciri kurikulum pendidikan Islam merupakan pencerminan nilai-nilai
Islami yang diperoleh dari pemikiran kefilsafatan dan di praktekkan dalam
semua kegiatan kependidikan. Maka bisa dikatakan bahwa ciri kurikulum
pendidikan Islam selalu memiliki keterkaitan dengan Al-Qur’an dan Al-hadist.
Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam sebagi berikut:
a. Kurikulum pendidikan islam mengedepankan dan mengutamakan agama dan
akhlak dalam berbagai tujuannya. Materi dalam kurikulum pendidikan Islam
haruslah mencerminkan nilai-niali ke Islaman dan bersumber pada Al-Qur’an
dan As-Sunah, metode pembelajaran yang diterapkan, alat dan teknik dalam
kurikulum pendidikan Islam juga mencerminkan niali-nilai keagamaan.
b. Kandungan dan cakupan kurikulum pendidikan Islam bersifat menyeluruh
yang mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran Islam yang bersifat
Universal dan menjangkau semua aspek kehidupan, baik intelektual
psikologis sosial dan spritual.
c. Kurikulum pendidikan Islam mempunyai keseimbangan yang relatif di dalam
muatan kalimatnya baik ilmu-ilmu syariat, ilmu akal dan bahasa serta seni.
Disamping kurikulum pendidikan Islam penyeluruh cakupan dan
kandungannya, ia juga mmeperhatikan keseimbangan relatif disebut
keseimbangan relatif karena mengakui bahwa tidak ada keseimbangan yang
mutlak pada kurikulum pengajaran.
d. Kurikulum pendidikan Islam mencakup ke semua materi –materi pelajaran
yang dibutuhkan oleh peserta didik, baik yang bersifat kereligiusan amupun
yang bersifat keduniaan. Materi keagamaan digunakan untuk memahami
akibat hubungan manusia dengan sang pencipta sementara (dilangka)

16
Lias Hasibuan, Op.cit., hlm. 47.

15
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
digunakan untuk mencakupi kebutuhan primer dan sekunder manusia dalam
hubungan dengan sesama manusia.
e. Kurikulum pendidikan Islam terkait dengan minat bakat dan kemampuan
peserta didik sehingga murid tidak mempelajari suatu mata pelajaran kecuali
ia merasa senang dengan materi tersebut, kurikulum pendidikan Islam juga
memperhatikan keterkaitan antara lingkungan dengan lembaga pendidikan
dan peserta didik, sehingga penyusunan kurikulum selalu disesuaikan dengan
kebutuhan sosial masyarakat diwilayah tertentu dari segi lain pendidikan
Islam bersifat dinamis dan bisa menerima dinamika perubahan bila
diperlukan dalam pembelajaran.17

E. Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam


Kurikulum pendidikan Islam selain harus berlandaskan pada dasar-dasar yang
telah dikemukakan, juga harus menganut prinsip-prinsip yang akan mewarnai
sebuah kurikulum. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang diharapkan,
maka sudah barang tertentu kurikulum yang diformulasikan pun harus mengacu
pada dasar pemikiran yang islami, pandangan hidup tentang manusia dan diarahkan
pada tujuan pendidikan yang dilandasi oleh kaida-kaidah Islam. Disamping itu,
penyusun kurikulum harus mampu meramalkan dinamika masyarakat kedepan.
Dengan prinsip ini, kurikulum pendidikan akan dapat menjadikan insitusi
pendidikan sebagai lokomotif dan memproduksi budaya. Bila muatan kurikulum
hanya mengacu pada budaya dan persoalan kemanusiaan yang lalu dan sedang
terjadi maka insitusi pendidikan hanya akan menjadi “pengekor konsumen” budaya
“budaya”.
Prinsip-prinsip yang harus menjadi acuan kurikulum pendidikan Islam, menurut
Al;Syaibaniy meliputi:
1. Berorientasi pada Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Untuk itu,
kurikulum, baik yang berkaitan falsafah, tujuan, kandungan, metode mengajar,
maupun cara perlakuan dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-
lembaga pendidikan harus berdasarkan agama dan akhlak Islam.

17
Dayun Riadi, Op.cit., hlm. 131.
16
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
2. Prinsip menyeluruh atau universal, yaitu muatan kurikulum hendaknya berlaku
secara menyeluruh, tanpa terbatasi sekat wilayah.
3. Prinsip keseimbangan, yaitu muatan kurikulum hendaknya memuat ilmu dan
aktifitas belajar secara berkesinambungan pada jenjang pendidikan yang
ditawarkan. Upaya pendidikan yang ditawarkan. Upaya ini dilakukan untuk
mengantisipasi agar tidak terjadi pengulangan yang akan membuat peserta didik
bingung.

4. Prinsip-prinsip interaksi antara kebutuhan peserta didik, pendidik, dan


masyarakat.
5. Prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual antar peserta didik,
baik perbedaan dari segi bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan
sebagainya.
6. Prinsip perkembangan dan perubahan sesuai dengan tuntutan yang ada
dengan tidak mengabaikan nilai-nilai absolut.
7. Prinsip pertautan (integritas) antar mata pelajaran, pengalaman-pengalaman
dan aktivitas yang terk
8. andung dalam kurikulum dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan
masyarakat.18
Untuk melengkapi prinsip-prinsip diatas, ada baiknya kita lihat prinsip-
prinsip kurikulum yang ditawarkan oleh zakiyah Darajat, yaitu sebagai
berikut:
1. Prinsip relevansi dalam arti lingkungan hidup peserta didik, relevansi
dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, relevansi dengan
tuntunan pekerjaan.
2. Prinsip efektivitas, baik efektivitas mengajar peserta didik ataupun
efektivitas belajar peserta didik
3. Prinsip efesiensi, baik dari segi waktu, tenaga dan biaya.

18
Dayun Riadi, Op.cit; hlm 136
17
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
4. Prinsip fleksibilitas. Artinya ada semacam ruang gerak yang berrientasi
pada fleksibilitas pemilihan program pendidikan maupun dalam
mengembangkan program pengajaran.

Prinsip-prinsip pendidikan Islam menurut Al-Abrasy dalam


merencanakan kurikulum bagi pendidikan Islam seharusnya
dipertimbangkan prinsip-prinsip berikut:

1. Harus ada mata pelajaran yang ditujukan mendidik rohani atau hati. Ini
berarti perlu diberikan mata pelajaran ketuhanan (aqidah). Al- Farabi,
sang filosof, telah menempatkan ilmu ketuhanan sebagai penyerta
pengetahuan tertinggi tersebut. Para filosof Muslim berpendapat bahwa
ilmu-ilmu keagamaan adalah ilmu tertinggi, dan siswa yang belajar ilmu
ini hendaknya tidak mempunyai tujuan-tujuan kebendaan.
2. Mata pelajaran harus ada yang berisi tuntunan cara hidup, yaitu ilmu
fiqhi dan akhlak. Ketinggian ilmu fiqh tergambar dalam dialog berikut.
Salah seorang murid Imam Syafi’i berkata bahwa pada suatu hari dia
bertanya kepada sang Imam tentang ilmu tauhid. Imam menjawab
singkat padat.
3. Mata pelajaran yang diberikan hendaknya mengandung kelezatan ilmiah,
yaitu yang sekarang disebut orang mempelajari ilmu untuk ilmu-ilmu
dipelajari untuk memenuhi rasa ingin tahu yang ada pada setiap manusia.
4. Mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi
kehidupan;dengan kata lain, ilmu itu harus terpakaai. Mantik manfaatnya
ialah menghindarkan kita dari kekeliruan berpikir; ilmu hitung dan ilmu
ukur berguna agar siswa terbiasa bersifat teliti dalam berpikir, berbicara,
berbuat.
5. Mata pelajaran yang diberikan berguna dalam mempelajari ilmu lain;
yang dimaksud ialah ilmu alaat seperti bahasaa dan semua cabangnya.
Adapun prinsip-pinsip kurikulum dalam pendidikan Islam
tidaklah berbeda dengan prinsip kurikulum pendidikan umum, yaitu:
a. Prinsip yang Berorientasi pada Tujuan

18
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
Al- Umuru Bimaqsidiha merupaakan adagium ushuliyah yang
berimplikasi pengusulan agar seluruh aktivitas kurikulum terarah
sehingga tujuan pendidikan yang tersusun sebelumnya tercapai.
b. Prinsip Relevansi
Secara umum prinsip relevansi pendidikan dapat diartikan
sebagai kesusaian atau keserasian pendidikan dengan tuntunan vertikal
dalaam mengemban nilai-nilai. Masa relevansi pendidikan dengan
kehidupan dapat ditinjau dari 3 segi, yaitu:
1) Relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup murid
2) Relevansi pendidikan dengan perkembangan kehidupan masaa
sekarang dan masa yang akn datang.
3) Relevamsi pendidikan dengan tuntutan dunia pekerjaan.
c. Prinsip Efektivitas
Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana
yang direncanakan dapat terlaksana dalam dunia pendidikan. Efektivitas
ini dapat ditijau dari 2 segi, yaitu efektivitas mengajar guru dan
efektivitas belajar murid.
d. Prinsip Efisiensi
Efesiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan usha yang dilakukan (input)
sehingga hasilnya memadai dan memenuhi harapan
e. Prinsip Kesinambungan
Kesinambungan disini maksudnya adalah adanya saling hubungan
atau jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
f. Prinsip Fleksibilitas
Yang dimaksud fleksibilitas adalah tidak kaku artinya ada semacam
ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak.
g. Prinsip Integritas
Implikasinya adalah pengupayaan kurikulum tersebut agar
menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu
mengintegrasikan antara zikir dan pikir serta manusia yang dapat
menyelenggarakan struktur kehidupan dunia dan akhirat.

19
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
h. Prinsip Kontinuitas
Implikasinya adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri
dari bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan-kegiatan kurikulum
lainnya baik secara vertikal dan horizontal.
i. Prinsip Objektivitas
Implikasinya adalah kurikulum tersebut melalui tuntutan kebenaran
ilmiah yang objektif yang mengesampingkan pengaruh emosi dan
irasional.
j. Prinsip Demokrasi
Implikasinya adalah pelaksanaan kurikulum harus dilaksanakan
secara demokratis, artinya saling memahami keadaan dan situasi tiap-tiap
subyek dan objek kurikulum.19
k. Prinsip Analisis Kegiatan
Prinsip ini memiliki tuntutan agar kurikulum dikontribusikan
melalui proses analisis ini bahan pelajaran serta analisis tingkah laku
yang sesuai dengan isi materi pelajaran.
l. Prinsip Individualisasi
Prinsip ini memperhatikan perbedaan bawaan dan lingkungan pada
umumnya yang meliputi seluruh aspek pribadi anak didik, seperti
perbedaan jasmani, watak, intelegersi, bakat, serta kelebihan dan
kekurangannya.
m. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup
Prinsip ini diterapakan dalam kurikulum mengingat keutuhan
potensi subyek. Manusia sebagi subyek yang berkembang dan perlunya
keutuhan wawasan manusia yang sadar akan nilai (yang menghayati dan
yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya).
n. Prinsip Keterpaduan
Pengembangan kurikulum juga harus disusun dan dirancang serta
dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan dan perencanaan teepadu
bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-
unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik

19
Ibid; hlm.45.
20
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
kalangan praktisi maupun akademisi sampai pada tingkat intersektoral.
Dengan adanya keterpaduan ini diharapkan akan terbentuknya
kepribadian yang bulat dan utuh. Disamping itu pula dilaksanakan
keterpaduan dalam proses pembelajarannya, baik dalam interaksi antar
pesrta didik dan guru maupun antara teori dan praktik.
o. Prinsip Mengedepankan Mutu
Pengembangan kurikulum juga harus berorientasi pada pndidikan
mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan
pembelajaran yang bermutu. Sedangkan mutu pendidkan berorientasi
pada hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidkan yang bermutu sangan
ditentukan oleh derajat mutu guru, proses pembelajaran, peralatan atau
media yang lengkap dan memadai. Hasil pendidikan yang bemutu diukur.
Berdasarkan kriteria tujuan pendidkan nasional yang diharapkan.
Selain beberapa prinsip tersebut, kurikulum tingkat satuan
pendidikan disusun dan dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik
dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu KTSP dikembangakan dengan memperhatikan
keragaman karekteristikn pesrta didik, kondiisi daerah, dan jenjang
serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, budaya, suku, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
3. Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi
dan seni; KTSP dikembangkan diatas kesadran bahwa IPTEKSEN
berkembang secara dinamis, maka dengan demikian kurikulum harus
mampu mendorong peserta didik mampu mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan IPTEKSEN tersebut.
4. Relevan dengan kebutuhan. KTSP dikembangkan dengan melihat
relevansi dengan kebutuhan peserta didik, masyarkat dan daerah serta
kebutuhan yang bersifat nasional.

21
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. KTSP dikembngkan dengan
melihat relevansi dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat dan
daerah sert kebutuhan yang bersifat nasional.
6. Belajar sepanjang hayat. Maksudny KTSP dikembangkan dan
diarahkan kepada proses pengembangan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal, dengan
tujuan untuk membangun kehidupan masyarakat yang bermartabat,
berbangsa dan bernegara dengan tetap berpegang pada bhineka
tunggal ika dala kerangka NKRI.20

F. KESIMPULAN
Pengertian kurikulum berasal dari bahasa latin yang dalam pengertian
aslinya sebagaia running course, or race course, specially, a chariot race
course. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah
kurikulum menjadi istilah teknis dalam dunia pendidikan, kurikulum itu pada
umumnya selalu diartikan sebagai rencana pelajaran (lessom plan). Kurikulum
pendidikan Islam selain harus berlandaskan pada dasar-dasar yang telah
dikemukakan, juga harus menganut prinsip-prinsip yang akan mewarnai sebuah
kurikulum. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang diharapkan, maka
sudah barang tertentu kurikulum yang diformulasikan pun harus mengacu pada
dasar pemikiran yang islami, pandangan hidup tentang manusia dan diarahkan
pada tujuan pendidikan yang dilandasi oleh kaida-kaidah Islam.
Sebagai sebuah sistem, kurikulum mempunyai komponen-komponen.
Seperti halnya dalam sistem manapun, kurikulum harus mempunyai komponen
lengkap dan fungsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum tidak
dikatakan baik apabila didalamnya terdapat komponen yang tidak lengkap
sekarang dipandang kurikulum menjadi tidak sempurna Dengan menyadari hal
ini, maka suatru kurikulum yang akan disusun dan dikembangkan harus
berdasarkan pertimbangan niali-niali kegunaan untuk hari ini dan masa depan,

20
Heri Gunawan, Op.cit; hlm.45.
22
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)
dalam rangkan menumbuh kembangkan kemampuan masyarakat sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
G. Daftar Pustaka
Gunawan, Heri, Kurikulum dan Pembelajran Pendidikan Islam, Jakarta: Alfabeta.
2013.
Hasibuan, Lias, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada.
2010.
Riadi, Dayun, Ilmu pendidikan Islam. IAIN Bengkulu Press.2017
Siddik, Dja’far, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media. 2006.
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Tafsir, Ahad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif dalam Islam, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2001.

23
*Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok terstruktur mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam semester IV lokal V Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan,
dipresentasekan pada tanggal 29 April 2019.
**Atas nama Diani (1720100045), Sri Paridatul Rahma (1720100223), Sri Mauliana
(1720100192), Tri Aida Nita (1720100015)

Anda mungkin juga menyukai