Anda di halaman 1dari 16

UNGSI DAN PERANAN KURIKULUM

Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam dunia
pendidikan. Dalam pengertian sederhana, kurikulum dianggap sebagai sejumlah mata
pelajaran (subjects) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program
pelajaran untuk memperoleh ijazah, sedangkan dalam pengertian lebih luas kurikulum
mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan
mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif,
peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif. Ketiga peranan kurikulum tersebut harus
berjalan seimbang dan harmonis untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Pelaksanaan ketiga peranan kurikulum menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait
dalam proses pendidikan.

FungsiKurikulum
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta
didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum
itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru
dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi
siswa, disusun secara sistematis dan logis,diberikan oleh sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat,
rencana dan harapan.Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :

1. Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan


tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan
dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan
menuju individu yang well adjusted.
2.

Fungsi Integrasi, kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi.


Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka
pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan
atau pengintegrasian masyarakat.

3. Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaanperbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong
orang berpikir kritis dankreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat.
4.

Fungsi Persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu


melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke
masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin
memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat
mereka.

5. Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang


erat.Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang
untuk memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan
yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu
diprogram secara fleksibel.
6.

Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya
sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila
mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi
dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar
dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Sedangkan fungsi praksis dari kurikulum adalah meliputi :


1. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan yakni sebagai alat untuk mencapai tujuantujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan
pendidikan sehari-hari.
2. Fungsi bagi sekolah yang diatasnya adalah untuk menjamin adanya pemeliharaan
keseimbangan proses pendidikan
3. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan .

Peranan Kurikulum
Kurikulum bagi program pendidikan dimana sekolah sebagai institusi social
melaksanakan oprerasinya, paling tidak dapat ditentukan 3 jenis kurikulum :

1. Peranan KonservatifMenekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana


untuk mentramisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih
relevan dengan masa kini bagi generasi muda
2. Peranan Kritis dan evaluativePerkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek
lainnya senantiasa terjadi setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum
harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan.
3. Peranan Aktif
Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya
yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Sehingga pewarisan
dan nilai-nilai budaya masa lalu.kepada siswa perlu disesuaikan dengan masa
sekarang.

http://www.idsejarah.net/2014/01/fungsi-dan-peranan-kurikulum.html. Diunduh
pada 28 sep 2016 pukul 20:51

Doa ku selalu untuk mu


RABU, 12 NOVEMBER 2014

Makalah Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum dalam Ilmu Pendidikan

KURIKULUM
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan
Dosen Pengampu :

Nama kelompok :

H. Suwadi M.Ag., M.Pd.

Muhammad Amirrudin

(13410110)

Maitsa Ulinnuha Assalwa

(13410179)

Ulfah Khusnaini

(13410181)

M. Syauqi Asfiya R.

(13410218)

Pendidikan Agama Islam


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum sering diartikan sebagai wadah seperangkat konsep tentang
praktik pendidikan. Seperangkat konsep tersebut dibuat sebagai acuan dari
pelaksanaan praktik pendidikan. Kurikulum berusaha menerjemahkan tujuan
pendidikan sekaligus tujuan dari pengembangan manusia suatu bangsa ke dalam
konsep-konsep

yang

sistematis.

Dengan

harapan

agar

pendidikan

bisa

dilaksanakan lebih terarah sehingga bisa efektif dan efisien. Jadi sedikit banyak
kurikulum merupakan gambaran orientasi suatu bangsa.
Dari cuplikan di atas, akan sangat menarik mengetahui sejarah dari
perkembangan kurikulum di Indonesia. Kami dalam makalah ini berusaha
membahas tentang sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia. Tetapi
sebelum masuk ke pembahasan tentang sejarah perkembangan kurikulum di
Indonesia, kami merasa perlu untuk menyelipkan sedikit tentang kurikulum.

B. RUMUSAN MASALAH
1.

Apa pengertian kurikulum?

2.

Bagaimana peranan kurikulum dalam ilmu pendidikan?

3.

Bagaimana fungsi kurikulum dalam ilmu pendidikan?

4.

Apa saja prinsip dalam pengembangan kurikulum?

5.

Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia?

C. TUJUAN
1.

Untuk mengetahui apa itu kurikulum.

2.

Untuk mengetahui bagaimana peranan kurikulum dalam ilmu pendidikan.

3.

Untuk mengetahui bagaimana fungsi kurikulum dalam ilmu pendidikan.

4.

Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum.

5.

Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar Tentang Kurikulum
1.

Pengantar Dasar Kurikulum

1.1

DEFINISI KURIKULUM
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin curir
yang artinya pelari, dan currere yang artinya tempat berlari. Pengertian awal
kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari
garis startsampai garis finish. Dengan demikian, istilah awal kurikulum diadopsi
dari bidang olahraga pada zaman romawi kuno di Yunani, baru kemudian
diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Yang diartikan sebagai rencana dan
pengaturan tentang belajar peserta didik di suatu lembaga pendidikan.
[1] Sedangkan

dalam

bahasa

Arab

diterjemahkan

dengan

kata Manhaj (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang yang dilalui manusia
di berbagai bidang kehidupannya.[2]
Definisi kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional tertuang dalam pasal 1 butir 19 sebagai berikut:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi


dan

bahan

pelajaran

serta

cara

yang

digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan


tertentu
Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia
pendidikan mengandung pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu
tujuan pendidikan atau kompetensi yang telah ditetapkan.[3]
Secara operasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:
1.

Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu
sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.

2.

Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam melaksanakan


pengajaran untuk siswa-siswanya.

3.

Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana
pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di
sekolah.

4.

Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara


penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

5.

Suatu

program

pendidikan

yang

direncanakan

dan

dilaksanakan

untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.[4]

1.2

KOMPONEN KURIKULUM
Komponen kurikulum adalah bagian-bagian penting dan penunjang yang
dapat menunjang tercapainya tujuan dari kurikulum. Diantara komponen
tersebut adalah:

Komponen Tujuan

Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan.

Komponen Isi/Materi
Komponen isi berupa materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.

Komponen Media

Komponen

media

atau

sarana

prasarana

merupakan

perantara

untuk

menjabarkan isi kurikulum.

Komponen Strategi
Komponen strategi merupakan cara yang ditempuh dalam melaksanakan
pengajaran agar efektif dan efisien.

Komponen Proses Belajar-Mengajar


Pengkondisian suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif yang mendorong
peserta didik mengembangkan kreatifitasnya.

1.3

PERANAN KURIKULUM
Kurikulum

sebagai

program

pendidikan

yang

telah

direncanakan

mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Apabila dianalisis


secara sederhana, paling tidak terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai
sangat pokok, yaitu: Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan
evaluative.
a.

Peranan Konservatif
Peranan

konservatif

menekankan

bahwa

kurikulum

dapat

diajadikan

sebagai sarana untuk mentransmisikan niali-nilai warisan budaya masa lalu yang
dianggap masih relevan dengan masa kini kepada anak didik selaku generasi
penerus.
Dengan

demikian

kurikulum

bisa

dikatakan

konservatif

karena

mentransmisikan dan menafsirkan warisan social kepada anak didik atau


generasi muda. Pada hakekatnya, pendidikan itu berfungsi untuk menjembatani
antara siswa selaku peserta didik dengan orang dewasa didalam suatu proses
pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Dalam hal ini
kurikulum menjadi sangat penting, serta turut membantu dalam proses tersebut.
b.

Peranan kreatif
Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa
terjadi

setiap

konstruktif,

saat.

dalam

Kurikulum

melakukan

arti menekankan

kegiatan-kegiatan

bahwa

kurikulum

kreatif

harus

dan

mampu

mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi


dan

kebutuhan-kebutuhan

masyarakat

pada

masa

sekarang

dan

masa

mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap


siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh

pengetahuan-pengetahuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam


kehidupannya.
c.

Peranan Kritis dan Evaluative


Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa niali-nilai dan
budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan,
sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada anak didik perlu
disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selai itu
perkembangan yang terjadi masa sekarang dan masa mendatang belum tentu
sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu peranan kurikulum tidak
hanya

mewariskan

nilai

dan

budaya yang

ada

atau

menerapkan

hasil

perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untul menilai
dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan
tersebut. Dalam hal ini kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control
atau filter social. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan
tuntunan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaanpenyempurnaan.

1.4

FUNGSI KURIKULUM
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik,
terdapat enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander
Inglis dalam bukunya Principle of secondary Education (1981)[5], yaitu:

a.

Fungsi Penyesuaian (the adjust fine of adaptive function)


Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan anak didik agar memiliki sifat well
adjustedyaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan social.[6]
Sebagai makhluk Allah, anak didik perlu diarahkan melalui program
pendidikan agar dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Sebagai khalifah
fil ardhi, anak didik diharapkan mampu mengimplementasi nilai-nilai pendidikan
yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada-Nya.

b.

Fungsi Pengintegrasian (the integrating function)


Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Dalam hal ini,
orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak didik agar mempunyai

pribadi yang integral. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral

dari

masyarakat,

pribadi

yang

integrasi

itu

akan

memberikan

sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

c.

Fungsi Perbedaan (the differentiating function)


Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu
anak didik. Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang
berbeda-beda dan peran pendidikanlah yang mengembangkan potensi-potensi
yang ada, sehingga anak didik dapat hidup dalam bermasyarakat yang
senantiasa beraneka ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut[7].
Jadi fungsi kurikulum sebagai pembeda dapat dimulai dengan memprogram
kurikulum pendidikan yang relevan dan mengaplikasikannya dalam proses
belajar-mengajar yang mendorong perbedaan anak didik tersebut dapat berpikir
kreatif, kritis dan berorientasi kedepan.

d.

Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)


Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan

harus

mampu

memepersiapakan

anak

didik

agar

mampu

melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkau yang lebih jauh, baik itu
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi maupun untukl belajar di masyarakat
seandainya ia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
e.

Fungsi Pemilihan (the selective function)


Dalam fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada anak didik dalam
memilih

program-program

belajar

yang

sesuai

dengan

kemempuan

dan

membantu

dan

minatnya.
f.

Fungsi Diagnostik (the diacnostic function)


Salah

satu

aspek

pelayanana

pendidikan

adalah

mengarahkan anak didik agar mampu memahami dan menerima dirinya


sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan anak didik untuk dapat
memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila anak
didik sudah mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya,

maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang


dimilikinya atau memperbaiki kelemahannya.

2.

PRINSIP PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

2.1

Hakikat Pengembangan Kurikulum


Menurut

Hasan

Lunggulung,

bahwa

kurikulum

merupakan

sejumlah

pengalaman pendidikan, kebudayaan,social, olahraga, dan kesenian yang


disediakan sekolah untuk anak didiknnya baik di dalam maupun di luar sekolah
dengan maksud menolongnya agar dapat berkembang secara menyeluruh di
semua aspeknya dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuantujuan pendidikan.[8]
Dari sana dapat di tarik garis terang tentang hakikat perkembangan
kurikulum. Bahwasannya kurikulum pendidikan itu harus sesuai dengan dinamika
zaman, dimana implikasi dari pengembangan kurikulum terhadap peserta didik
adalah mereka akan semakin aktual serta mampu membawa dirinya sesuai
dengan hakikatnya dan hakikat lingkungannya.

2.2

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum


Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini dibagi menjadi dua jenis
yaitu;

a.

Relevansi eksternal
Artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat.
Dimana kurikulum seharusnya menyiapkan peserta didik agar bisa beradaptasi di
masyarakat.

b.

Relevansi internal
Relevansi internal yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.[9]

Prinsip Fleksibilitas
Prinsip Fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus lentur atau tidak kaku dan ada
semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan untuk bertindak.

Prinsip Kontinuitas

Prinsip Kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara berkesinambuangan


yang meliputi sinambung antar kelas maupun sinambung antar jenjang
pendidikan.

Prinsip Praktis atau Efesiensi


Prinsip Praktis atau Efisiensi, kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
prinsip praktis yaitu dapat dan mudah diterapkan di lapangan. Salah satu kriteria
praktis itu adalah efisien artinya tidak mahal alias murah. Murah disini merujuk
pada pengertian bahwa kurikulum harus dikembangkan secara efisien tidak
boros dan sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki.

Prinsip Efektifitas
Prinsip Efektifitas, ini menunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum
selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai.

B.

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

1.

Rencana pelajaran 1947


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
leer plan. Dalam bahasa belanda , artinya rencana pelajaran, lebih populer
ketimbang Curriculum (Bahasa ingris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih
bersifat politis: dari orientasi pendidikan belanda ke kepentingan nasional. Asas
pendidikan ditetapkan pancasila.
Rencana pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
kurikulum 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum
diawali dari kurikulum 1950. Bentuknya memuat 2 hal pokok: daftar mata
pelajaran dan dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengejaran.
Rencana pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap keseniaan dan
pendidikan jasmani.

2.

Rencana pelajaran terurai 1952


Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut rencana
pelajaran terurai 1952. silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru
mengajar satu mata pelajaran, kata djuzak ahmad, direktur pendidikan dasar

depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, diusia 16 tahun Djuzak adalah guru SD
Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Dipenghujung era presiden Soekarno, muncul rencana pendidikan 1964
atau kurikulm 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.

3.

Kurikulum 1968
Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti rencana pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama. Tujuannya pada pembentukan
manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut kuurikulum 1968 sebagai sebagai kurikulum bulat.
Hanya memuat mata pelajaran pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran
bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual dilapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa disetiap
jenjang pendidikan.

4.

Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. yang melatarbelakangi adalah pengeruh konsep dibidang manajemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs Mudjito,
Ak, Msi, direktur pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pelajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah satuan pendidikan, yaitu
rencana in etiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk
umum, tujuan khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

5.

Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach meski mengutamakan
pendekatan proses tapi paktor tujuan tetap penting. Kurikuylum ini juga sering
disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai

sabjek belajar dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusiakn hingga


melaporkan. Model ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA).
Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, disana sini ada
tempelan gambar dan yang menyolok guru tak lagi model berceramah.
6.

Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999


Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan abtara kurikulum 1975 dan 1984
antara pendekatan proses.
Sayangnya perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Materi muatan
local disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing, misalnya bahasa daerah,
kesenian,keterampilan daerah dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok
masyaraka juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Alhasil, kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan
rezim Suharto pada 1998 diikuti kehadiran suplemen kurikulum 1999. Tapi
perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi.

7.

Kurikulum 2004
Bahasa kerennya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) setiap pelajaran
diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya
kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa yakni ujian.
Uijian akhir nasional masih berupa pilihan ganda. Bila target kompetensi yang
ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau uraian yang
mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski
baru diuji cobakan di sejumlah sekolah kota-kota di pulau Jawa dan kota besar di
luar pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Gugu-gurupun
tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat
kurikulum (sumber: Depdiknas.co.id)

8.

KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan muncullah kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi
tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol

adalah

guru

lebih

diberikan

kebebasan

untuk

merencanakan

pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah
berada.

Hal

ini

disebabkan

kerangka

dasar

(KD),

setandar

kompetensi

lulusan( SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk satuan pendidikan telah ditetapkan oleh departemen pendidikan

nasional. Jadi pengembangan perangkat pembelajaran seperti silabus dan


system penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah kabupaten/kota.
9.

Kurikulum 2013
Kurikumlum 2013 mempunyai ciri dan karakteristik tertentu. Karakteristik
dan ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.[10]
1.

Mewujudkan pendidikan berkarakter Pendidkan berkarakter sebenarnya

merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum pendidikan sebelumnya. Dimana


dalam kurikulum tersebut dituntut bagaimana mencetak peserta didik yang
memiliki karakter yang baik, bermoral dan mmemiliki budi pekerti yang baik.
Namun pada implementasi kkurikulum ini masih terdapat berbagai kekuragan
sehingga menuaiberbagai kritik. sehingga kurikulum berbasis kompetensi ini
direvisi guna menciptakan sistem pendidikan yang berkelanjutan dan dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.

Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal Wawasan lokal merupakan

satu hal yang sangat penting. NAmun pada kenyataan yang terjadi selama ini,
potensi dan budaya lokal seaan terabaikan dan tergerus oleh tingginya pengaruh
buudaya modern. Budaya yang cenderung membawa masyarakat untuk
melupakan cita-cita luhur nenek moyang dan potensi yang dimilikinya dari dalam
jiwa. Hal itulah yang mendoronggg bagaimana penanaman budaya lokal dalam
pendidikan dapat diterapkan. Sistem ini akan diterapkan dalam konsep sintem
pendidikan kurikulum 2013. Sistem yang dapat lebih mengentalkan budaya lokal
yang selamaa ini dilupakan dan seakan diacuhkan. Olehnya itu dengan sistem
pendidkan kurikulum 2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali menjadi
inspirasi dan implementasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dihrapkan budaya
lokal dapat menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri sendiri dan tidak
punah ditelan zaman.
3.
hanya

Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat Pendidikan tidak


sebagai

media

pembelajaran.

Tetapi

pada

dasarnya

pendidikan

merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam diri. Olehnya itu,
dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada kurikulum 2013 nantinya akan
diharapkan dapat menggali seluruh potensi diri peserta didik, baik restasi
akademik maupun non akademik. Maka dengan begitu pada kurikulum 2013
nantinya akan diterapkan pendidikan yang lebih menyenangkan, bersahabat,
menarik dan berkompeten. Sehingga dengan cara tersebut diharapkan seluruh
potensi dan kreativitas serta inovasi peserta didik dapat tereksploitasi secara
cepat dan tepat.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan

bahan

pelajaran

serta

cara

yang

digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan


tertentu.
Kurikulum mempunyai komponen-komponen penting yang saling berkaitan
dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum. Komponen tersebut
diantaranya: komponen tujuan, komponen isi, komponen media, komponen
strategi dan komponen proses belajar mengajar.
Kurikulum dalam pendidikan formal memiliki peranan yang strategis dan
menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Bentuk-bentuk peranan tersebut
adalah peran konservatif, peran kreatif, peran kritis dan evaluative.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis yaitu
Fungsi Penyesuaian, Fungsi Pengintegrasian, Fungsi Perbedaan, Fungsi Persiapan,
Fungsi Pemilihan, Fungsi Diagnostik

DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz


Media, 2007.
Tim

pengembang

MKDP

Kurikulum

dan

Pembelajaran. Kurkulum

dan

Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.


Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran.Jakarta:
Bumi Aksara

Loeloek Endah Poerwanti, Sofan Amri. Panduan Memahami Kurikulum 2013


(Sebuah Inovasi Struktur Kurikulum Penunjang Pendidikan Masa Depan).Jakarta:
Prestasi Pustaka Raya. 2013
http://semangatinspirasi.blogspot.com/2013/06/ciri-karaktertistik-kurikulum2013.html diakses tanggal 28-04-2014 jam 19:30 WIB

[1] Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara. hal 34
[2]Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik. Hal:184
[3] Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara,hal 37
[4] Pengembangan dan inovasi kurikulum hal:2
[5] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz

Media. Hal 211


[6] Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan

Pembelajaran.2011. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 9


[7] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz

Media. Hal 214

[8] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz

Media. Hal 186


[9] Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan

Pembelajaran.2011. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 68


[10] http://semangatinspirasi.blogspot.com/2013/06/ciri-karaktertistik-kurikulum-2013.html

Anda mungkin juga menyukai