Anda di halaman 1dari 25

HAKIKAT KURIKULUM

Oleh : Mufidurrahman Hardiyanto


Gmail: mufidurrahmanh@gmail.com

A. Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada

zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat

berpacu). Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus

ditempuh oleh seorang pelari, kemudian orang mengistilahkannya dengan

tempat berpacu atau tempat berlari mulai start sampai finish.1

Kemudian dengan bertambah majunya zaman baik dari segi

perkembangan pengetahuan ataupun dari segi perkembangan tekhnologi,

istilah mulai di pakai dalam dunia pendidikan, hal ini karena kurikulum

pendidikan sebagai acuan rencana arahan pendidikan dari awal pendidikan

hingga akhir pendidikan.

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan

dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk

mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam

pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.2

1
Nana Syaodih Syaodih, Prinsip dan Pegembangan kurikulum, (P2PLTK; Jakarta, 2004),
267.
2
Muhammad Roihan Alhaddad, Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam, (Jurnal Tarbiyatul
Islamiyah Raudhah, Volume 3 Nomor 1 Edisi Juni 2018), 1

1
Oleh karena kurikulum menjadi komponen penting dalam dunia

pendidikan, sehingga banyak kalangan yang berusaha untuk memaknai atau

mendefinisikan pengertian kurikulum baik secara bahasa maupun secara

istilah. Berikut cakupan pengertian kurikulum secara bahasa :

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum adalah perangkat

mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, cakupannya

berisikan uraian bidang studi yang terdiri atas beberapa mata pelajaran yang

disajikan secara kait-berkait.3

Istilah Kurikulum secara Harfiah berasal dari bahasa latin Criculate,

yang berarti bahan pelajaran.4 Namun ada juga yang mengatakan berasal

dari bahasa Prancis Courier, yang berarti berlari digunakan dalam dunia

Atletik.5 Istilah kurikulum semula berasal dari istlah yang dipergunakan

dalam dunia atletik curire yang berarti berlari. Istilah ini hubungannya

dengan kata corear yang berarti penghubung atau seseorasng yang bertugas

menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain. Seorang kurir haruas

menempuh perjalanan untuk mencapai suatu tujuan, maka kemudian

kurikulum diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh. 6 Kata

kurikulum selanjutnya menjadi istilah yang digunakan untuk menunjukkan

3
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai
Pustaka; Jakarta, 2006), 617.
4
S. Nasution, Azas-azas Kurikulum, (PT. Bumi Aksara; Jakarta, 2005), 5
5
Noah Webster, Webster New Twontenth Century Dictionary, (Unabrigde: William Collin
Publisher, 1980), 447
6
S. Nasution, Azas-azas Kurikulum., 6

2
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dalam mencapai gelar suatu

ijazah.7

Dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan istilah al-manhaj yang

berarti jalan terang yang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya.8

konsep kurikulum bermakna manhaj yaitu jalan terang yang dilalui oleh

pendidik dan anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap mereka.9

Secara Istilah, kurikulum kemudian didefinisikan oleh UU Sisdiknas

No. 20 Tahun 2003, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan dalam penyusunan kurikulum

tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada dan setiap tahun pendidikan

kegiatan belajar mengajar.10

Menurut Anselmus kurikulum adalah suatu program pendidikan yang

berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,

direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma yang

berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga

kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.11

7
Umar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), 16
8
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (CV. Alfabeta;
Bandung, 2013), 1
9
Noorzanah, Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam, (Ittihad Jurnal Kopertais
Wilayah XI Kalimantan Volume 15 Nomor 28 Oktober 2017), 1
10
Zaenal Arifin, Pegembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam, (DIVA
Press; Jogjakarta, 2012), 36.
11
Anselmus JE Toenlie, Pengembangan Kurikulum, Teori, Catatan Kritis, dan Panduan,
(PT Refika Aditama; Bandung, 2017), 2

3
Menurut Rohinah12 kurikulum adalah suatu rencana, suatu program

yang diharapakan, atau tentang kebutuhan yang diperlukan selama studi

berlangsung. Kurikulum mengacu pada suatu rencana tertulis yang

menguraikan apa yang akan dipelajari para siswa. Kurikulum adalah suatu

metode dan pengetahuan yang ditentukan yang dapat dikomunikasikan.

Kurikulum harus dapat diwujudkan dalam kelas riil, misalnya kurikulum

yang berbasis pada pengalaman pada siswa dibawah bimbingan para guru.

Kurikulum menjadi rencana yang dibuat untuk memandu pelajaran di dalam

sekolah tersebut, yang pada umumnya dalam bentuk dokumen yang

retrievable serta aktualisasi semua rencana tersebut di dalam kelas

2. Peran Kurikulum

Kurikulum memiliki peran yang sangat penting mengingat fungsinya

sebagai alat untuk menjabarkan program pendidikan agar dapat dilakukan

secara terencana, sistematis dan sistemik.13 Kurikulum dianggap sebagai ruh

dan proses pembelajaran dianggap sebagai tubuh. Kurikulum dan proses

pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam proses

pendidikan, bahkan kurikulum menjadi tempat kembali seluruh kebijakan-

12
M. Noor, Rohinah, The Hidden Curriculum: Membangun Karakter Melalui Kegiatan
Ekstra Kurikuler. (Insan Madani; Yogyakarta, 2012), 1
13
M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Pustaka Setia; Bandung, 1998), 10.

4
kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak menejemen sekolah atau

pemerintah.14

Menurut Umar Hamalik,15 program pendidikan yang telah

direncanakan secara sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat

penting bagi pendidikan siswa. Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan

kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam melaksanakan

operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak tiga peranan kurikulum yang

sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan

peranan kreatif.

a. Peran Konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat

dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan

budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini

kepada generasi muda (siswa).16 Sekolah sebagai suatu lembaga sosial

dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan

berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan

peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial.17

Kurikulum berperan dalam melestarikan nilai-nilai budaya

sebagai warisan nenek moyang agar tidak tergerus oleh arus globalisasi

14
Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Gaung Persada Press; Jakarta,
2010), 20
15
Umar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), 11
16
Tim pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), 10
17
Umar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,. 11

5
dan budaya-budaya asing. Dimana saat ini arus globalisasi dan budaya-

budaya asing dapat masuk lebih mudah ke dalam masyarakat dan

semakin menggerogoti budaya-budaya lokal. Dalam hal ini kurikulum

memiliki peran untuk menangkal berbagai pengaruh dari luar yang

dapat merusak nilai-nilai budaya dan sosial sehingga keajegan dan

identitas budaya, suku, bangsa, negara akan tetap terjaga dan terpelihara

dengan baik.18

b. Peran Kreatif

Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu

mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang

terjadi dan kebutuhan- kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan

masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal- hal yang dapat

membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada

dirinya untuk memperoleh pengetahuan- pengetahuan baru,

kemampuan- kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang

dibutuhkan dalam kehidupannya.19 Kurikulum berperan dalam

menciptakan dan menyusun program-program atau kegiatan yang

kreatif, inovatif dan konstruktif sesuai dengan kebutuhan masyarakat

dan perkembangan peserta didik.20

18
Irma Agustiana & Gilang Hasbi Asshidiqi, Peranan Kurikulum dan Hubungannya
dengan Pengembangan Pendidikan pada Lembaga Pendidikan, (Jurnal Ilmu Pendidikan Islam
Universitas Islam Lamongan, Volume 05, No. 01, Maret 2021), 27
19
Tim pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran,. 11
20
Elisa, Pengertian, Peranan, dan Fungsi Kurikulum, (Jurnal Ilmiah Fakultas KIP
Universitas Quality 1, no. 2, 2017), 8

6
c. Peran Kritis dan Evaluatif

Peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya

yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,

namun kurikulum juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih

nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut.

Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol

atau filter sosial. Nilai- nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan

keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan

penyempurnaan.21

Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak

hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan

memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal

ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan

memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang

tidak sesuai lagi dengan keadaan dimasa mendatang dihilangkan, serta

diadakan modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus

merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.22

3. Fungsi Kurikulum

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan

pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di

masyarakat, tidak hanya menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan

21
Tim Pengembangan MKDP, Kurukulum dan Pembelajaran, 12
22
Umar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran., 12

7
norma-norma masyarakat akan tetapi pendidikan juga harus berisi tentang

pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan kemampuannya

sesuai dengan minat dan bakat mereka. Orientasi kurikulum sebagai bahan

ajar (subject matter) merupakan gambaran dari suatu kurikulum sebagai

bahan untuk membentuk kerangka isi materi (contents) untuk disampaikan

dan dilatih kepada siswa. Dalam konteks ini, kurikulum berfungsi sebagai

acuan untuk menentukan bahan ajar yang akan disampaikan dan dilatih

kepada siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah direncanakan dalam

ditetapkan.23

Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah alat untuk

mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti sebagai alat pendidikan,

kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat

mendukung operasinya dengan baik.24

Pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. bagi pengawas

dan kepala sekolah, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam

melaksanakan service atau pengawasan.bagi orang tua, kurikulum berfungsi

sebagai pedoman dalam fungsi membimbing anaknya belajar dirumah bagi

masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan

bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan disekolah sedangkan bagi

23
Zurinal Z, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan,
(UIN Jakarta Press; Jakarta, 2006), 87-88
24
Umar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (PT Bumi Aksara; Jakarta, 2001), 66.

8
siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.25 Menurut Abdul

Mujib dkk merinci beberapa fungsi kurikulum yaitu:

a. Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia

sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

b. Pedoman dan program harus dilakukan oleh subjek dan objek

pendidikan.

c. Fungsi kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah berikutnya dan

penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan.

d. Standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan,

atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada

semester maupun pada tingkat pendidikan tertentu.26

Berbeda dengan Adi Saputra,27 ia memperinci Fungsi Kurikulum

berdasarkan substantinya, yakni :

a. Fungsi Penyesuaian

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus

mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat Well Ejusted yaitu

mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik itu lingkungan

fisik maupun lingkungan sosial.lingkungan itu sendiri senantiasa

mengalami perubahan dan sifat dinamis oleh karena itu, siswapun harus

25
Adi Saputra, Manajemen Kurikulum Pendidikan, (Jurnal At Ta’lim, Vol. 13, No. 2,
Juli 2014), 368.
26
Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Kencana; Jakarta, 2008), 134
27
Adi Saputra, Manajemen Kurikulum Pendidikan, 369-370

9
mempunyai sifat kemampuan menyesuaikan dirinya dengan perubahan

yang terjadi dilingkungannya.

b. Fungsi Integrasi

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai

alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh

siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari

masyarakat.oleh karena itu siswa harus memilki kepribadian yang

dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakat.

c. Fungsi Deferensial

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu

siswa. Setiap siswa memilkii perbedaan, baik fisik, maupun psikis yang

harus dihargai dan dilayani dengan baik.

d. Fungsi Persiapan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi kejenjang

pendidikan selanjutnya.selain itu kurikulum juga diharapkan dapat

mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seadanya

karena suatu hal sehingga tidak dapat melanjutkan kejenjang

selanjutnya.

e. Fungsi Pemilihan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan

harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih

10
programprogram belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi

deferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa

berarti pula diberikan kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih

apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

f. Fungsi Diasnogsis

Mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus

mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat menerima dan

memahami kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa

sudah mampu memahami kekuatan –kekuatan dan kelemahan-

kelemahan yang ada pada dirinya,maka diharapkan siswa dapat

mengembangkan sendiri potensi yang dimilikinya atau memperbaiki

kelemahan- kelemahannya.

B. Kurikulum Ideal dan Aktual

Kurikulum ideal adalah suatu rencana atau program tertulis, yang

merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar

di sekolah. Oleh sebab itu setiap guru seharusnya dapat melaksanakan kegiatan

sesuai dengan tuntutan kurikulum. Karena kurikulum ideal merupakan pedoman

bagi guru, maka kurikulum ini juga dinamakan kurikulum formal atau kurikulum

tertulis (written curriculum).28

28
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori (Prenada Media; Jakarta, 2008),
22

11
Kurikulum ideal merupakan suatu bentuk kurikulum yang berisi sesuatu

yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tercantum di dalam

dokumen kurikulum, seperti yang terdapat pada program tahunan (prota),

program semester (prosem), silabus, RPP, dan sebagainya.29

Sebagai sebuah pedoman, kurikulum ideal memegang peranan yang

sangata penting dalam merancang pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru

dan peserta didik, sebab, melalui pedoman tersebut guru minimal dapat

menentukan hal-hal sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta

didik. Dapat kita bayangkan tanpa tujuan yang jelas sebagai rambu-

rambu, maka guru akan kesulitan menentukan dan merencanakan

program pembelajaran.

2. Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk

pencapai tujuan atau penguasaan kompetensi.

3. Menyusun strategi pembelajaran untuk guru dan peserta didik sebagai

upaya pencapaian tujuan.

4. Menentukan keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi. 30

Kurikulum aktual adalah apa yang terlaksana dalam proses belajar

mengajar atau yang menjadi kenyataan dalam kurikulum yang direncanakan atau

terprogram dalam pendidikan. Kurikulum aktual sering juga disebut dengan

29
Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran, (Bumi
Aksara; Jakarta, 2011), 56.
30
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP ), (Cet. VI; Jakarta: Kencana, 2015), 22.

12
kurikulum fungsional (fuctioning, live or operative curriculum), yaitu kurikulum

yang merupakan implementasi dari kurikulum ideal atau kurikulum yang

dioperasikan di kelas.31

Bentuk dari kurikulum aktual ini adalah sebuah poses pembelajaran antara

guru dan siswa yang terjadi di dalam kelas sesuai dengan rencana yang telah

dibuat. Biasanya, bentuk dari proses ini adalah penerapan strategi-strategi dan

media pembelajaran.32

C. Kurikulum Tersembunyi

Kurikulum tersembunyi atau hidden curriculum, terdiri dari dua kata,

yaitu curriculum (kurikulum), dan hidden (tersembunyi). Kata “hidden" Secara

etimologi berasal dari bahasa Inggris, yaitu hide yang berarti tersembunyi.33

Hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) adalah hal atau kegiatan

yang terjadi di sekolah dan ikut memengaruhi perkembangan peserta didik, tetapi

tidak diprogramkan dalam kurikulum ideal.34 Kurikulum tersembunyi (hidden

curriculum) pada dasarnya adalah suatu proses pendidikan yang tidak

terencanakan. Adapun hidden curriculum menurut para ahli sebagai berikut: .

31
Sukmadinata, N.Syaodih, Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. (PT. Remaja
Rosdakarya; Bandung, 2004), 5
32
Muhammad Nurhalim, Optimalisasi Kurikulum Aktual dan Kurikulum Tersembunyi
dalam Kurikulum 2013, (Jurnal Insania STAIN Purwokerto, Vol. 19, No. 1, Januari-Juni, 2014),
118
33
Echols, John M. Dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Gramedia Pustaka
Utama; Jakarta 1996), 297
34
Sukiman, Pengembangan. Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi, (PT Remaja
Rosdakarya; Bandung, 2015), 4.

13
1. Kohlberg : mengatakan bahwa hidden curriculum sebagai hal yang

berhubungan dengan pendidikan moral atau akhlak serta peran guru dalam

mentransformasikan nilai-nilai standar moral.35

2. Jane Martin : hidden curriculum adalah hasil sampingan dari proses

pembelajaran, baik diluar ataupun di dalam sekolah tetapi tidak secara

formal dicantumkan sebagai tujuan pendidikan.36

3. Paul wilis : mengatakan bahwa hidden curriculum segala sesuatu yang di

pikirkan oleh sekolah dan sering kali tidak di ucapkan oleh guru, hidden

curriculum mencangkup sebuah pendekatan untuk hidup dan sikap dalam

belajar di sekolah.37

4. Dede Rosyada mengemukakan bahwa hidden curriculum secara teoritik

sangat rasional mempengaruhi siswa, baik menyangkut lingkungan sekolah,

suasana kelas, pola interaksi guru dengan siswa di dalam kelas, bahkan pada

kebijakan serta manajemen pengelolaan sekolah secara lebih luas dan

perilaku dari semua komponen sekolah dalam hubungan interaksi vertikal

dan horizontal. Dede rosyada memaparkan bahwa hidden curriculum

memiliki fungsi karakter yang kuat untuk pondasi bagi umat manusia untuk

hidup bersama dalam kedamaian serta keamanan yang terbebas dari

tindakan-tindakan tak bermoral.38

35
H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Rineka Cipta; Jakarta, 2004),
7.
36
Caswita, The Hidden Curriculum (Leutikoprio; Yogyakarta, 2013), 45
37
Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum, (PT Rajagrafindo Persada; Jakarta
2011), 80.
38
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Kencana Prenada Media Group;
Jakarta, 2007), 31.

14
Melihat berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

hidden curriculum merupakan segala kegiatan yang mempengaruhi siswa baik

menyangkit lingkungan sekolah, suasana kelas, pola interaksi guru dengan siswa

di kelas bahkan pada kebijakan serta manajemen pengelolaan sekolah. bahwa

hidden curriculum memiliki fungsi karakter yang kuat untuk pondasi bagi umat

manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta keamanan yang terbebas

dari tindakan-tindakan tak bermoral. Dalam kebijakan sekolah yaitu bagaimana

sekolah menerapkan kebiasaan atau berbagai aturan disiplin yang harus

diterapkan pada seluruh komponen sekolah atau warga sekolah.

Diantara kebiasaan sekolah tersebut misalnya : kebiasaan ketepatan guru

melalui pelajaran, kemampuan dan cara guru menguasai kelas, bagaimana guru

menyikapi berbagai kenakalan siswa baik di luar ataupun di dalam sekolah.

Pengembangan dari pengertian kurikulum menurut penulis adalah segala bentuk

kegiatan yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah baik di dalam kesehariannya

serta interaksinya terhadap sesama warga sekolah maupun dengan Tuhan. Segala

kegiatan yang dilakukan ini tidak tertulis dalam dokumen sebagaimana

kurikulum yang ideal, akan tetapi sebuah kebijakan sekolah yang menerapkan

kegiatan-kegiatan tersebut.

Dalam dimensi pelaksanaan implementasi kurikulum di dalam kelas atau

pengembangan kurikulum dalam skala mikro, hidden curriculum memiliki dua

makna. Pertama, hidden curriculum dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak

tertulis (tersembunyi), akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh

setiap guru agar kualitas pembelajaran semakin bermakna.

15
Kedua, hidden curriculum juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu

yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu, yang dapat dimanfaatkan oleh

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai contoh misalkan, ketika guru

akan mengajarkan tentang serangga (binatang insekta), tiba-tiba lewat di jendela

kelas seekor kupu-kupu yang masuk ke dalam kelas, kemudian kemunculan

kupu-kupu yang tidak disengaja itu menjadi hidden curriculum yang dapat

dijadikan sebagai awal pembahasan dalam materi pelajaran yang akan

disampaikan.39

Berdasar dua dimensi hidden cuirriculum yang sudah dipaparkan pada

penjelasan di atas, yaitu konteks pendidikan, proses yang terjadi di atau melalui

sekolah dan tingkatan intensionalitas yang kesemuanya merupakan faktor yang

signifikan dalam membantu mencapai tujuan kurikulum ideal dan kurikulum

aktual dan merupakan faktor paling “manjur” dalam mewujudkan pembentukan

siswa, maka optimalisasi kurikulum tersembunyi dapat dilakukan dengan tujuh

kegiatan :40

1. Penguatan rules (aturan), yaitu setiap tata kerja dan tata sikap yang secara

tidak tertulis disepakati oleh sekolah dan dikembangkan berdasarkan

kompetensi dan karakter yang telah disepakati. Sebagai contoh, untuk

menumbuh-kembangkan karakter menghormati maka sekolah ada

kesepakakatan bersama bahwa setiap siswa harus berbicara dengan “bahasa

halus” ketika berbicara dengan guru atau tenaga pendidik lainnya dan

39
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, 27
40
Muhammad Nurhalim, Optimalisasi Kurikulum , 129-130.

16
konsekuensinya yang harus diterima apabila siswa tidak melakukannya

maka harus ada pihak yang menegur atau adanya sanksi sosial yang

mendidik.

2. Penguatan regulation (peraturan), yaitu berupa poin-poin kebijakan sekolah

secara tertulis tentang kompetensi maupun karakter yang disepakati

bersama. Seperti contoh, untuk membudayakan karakter dan kepribadian

yang disiplin, maka sekolah membuat peraturan tentang aturan seragam,

aturan masuk kelas, ataupun aturan yang secara tertulis dan mempunyai

konsekuensi administratif.

3. Penguatan Routines (rutinitas), yaitu berupa kegiatan-kegiatan harian,

mingguan, bulanan, semesteran bahkan tahunan yang dengan sengaja dibuat

untuk menumbuhkembangkan kompetensi maupun karakter yang sudah

disepakati.

4. Bekerjasama dengan orang tua atau masyarakat, terutama dalam upaya

penanaman karakter-karakter yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini guru

maupun pihak sekolah harus berkoordinasi dan membangun komunikasi

yang baik dan intensif dengan wali siswa maupun masyarakat tentang

perkembangan karakter siswa.

5. Membuat tulisan maupun simbol-simbol yang dipajang di tempattempat

yang strategis guna menumbuh kembangkan kompetensi maupun karakter

yang sudah disepakati.

6. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, baik hubungan antar warga

sekolah maupun hubungan antar warga sekolah dengan lingkungan sekitar

17
sekolah, sehingga proses penanaman kompetensi maupun pembentukan

karakter siswa yang telah disepakati bersama dapat berjalan dengan baik dan

memperoleh hasil yang maksimal.

7. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa di dalam

menumbuh kembangkan kompetensi dan karakter yang disepakati melalui

sistem yang terbuka dan transparan.

D. Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum dari waktu ke waktu senantiasa mengalami perkembangan

yaitu dari pengertian yang sederhana sempit dan tradisional hingga pengertian

yang lebih luas, canggih, dan modern. Dilihat dari segi rumusnya, kurikulum

Pendidikan Islam bias dikatakan tergolong sederhana atau tradisional, karena

yang dibicarakan hanya masalah ilmu pengetahuan atau ajaran yang akan

diberikan. Namun dilihat dari segi ilmu yang akan diajarkan dapat dikatakan

sangat luas, mendalam dan modern, karena bukan hanya mencakup ilmu agama

saja, melainkan juga ilmu yang terkait dengan perkembangan intelektual,

keterampilan, emosional, social, dan lain sebagainya.41

Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam

berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan

sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah

semua aktivitas, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara

41
Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam, (Prenada Media; Jakarta, 2016), 113

18
sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan

pendidikan Islam.42

Imam Al-Ghazali tidak disebutkan secara langsung apa yang dimaksud

dengan kurikulum pendidikan Islam itu sendiri, tetapi secara maksud Imam Al-

Ghazali menjelaskan bahwa kurikulum itu didasarkan kepada dua kecenderungan

yaitu kecenderungan agama dan tasawuf yang dimana ilmu-ilmu agama itu di

atas segalanya sebagai alat menyucikan diri dari pengaruh kehidupan di dunia.

Kemudian kecenderungan pragmatis yang berarti ilmu memiliki manfaat bagi

manusia baik di dunia dan akhirat. Maka dari itu, kurikulum yang disusun harus

berisi ilmu yang memberikan manfaat yang dapat dipahami, dan disampaikan

secara berurutan.43

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan, serta cara pembelajaran

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan. Ia merupakan sekumpulan studi keislaman yang

meliputi al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Tarikh, dan Kebudayaan

Islam.44

Sama halnya dengan kurikulum mata pelajaran lain, kurikulum

Pendidikan Agama Islam di sekolah juga menjadi acuan dalam kegiatan

42
Noorzanah, Konsip Kurikulum dalam Pendidikan Islam, (Ittihad Jurnal Kopertais
Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No. 28 Oktober 2017), 2
43
Yudi Candra Hermawan dkk, Konsep Kurikulum dan Kurikulum Pendidikan Islam,
(Jurnal Mudarisuna, Vol. 10. No. 1 Januari-Maret 2020), 41
44
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

19
pembelajaran PAI. Kurikulum PAI dicantumkan dalam kesatuan yang integral

bersama–sama dengan bidang studi lainnya dalam satuan kurikulum untuk

sekolah. Setiap guru agama sebagai pelaksana kurikulum PAI diharapkan dapat

mempelajari dengan sebaik–baiknya dan kemudian dapat menggunakannya

sesuai dengan teknik pengajaran berdasarkan prinsip interaktif dan komunikatif

dengan memperhatikan kegiatan murid, akan tetapi harus bertindak sebagai

pembimbing dan dapat mengkoordinir lingkungan serta menyediakan fasilitas

agar anak belajar sendiri.45

Mata pelajaran PAI masuk pada kelompok mata pelajaran agama dan

akhlak mulia dan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia

beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa serta berakhlak mulia,

cakupan materinya meliputi etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan

dari pendidikan agama.46 Guna mewujudkan harapan tersebut, kurikulum

disusun dengan berpedoman pada SI-SKL, SK-KD, serta panduan penyusunan

kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dengan

mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Pendidikan agama Islam menurut Ahmad Tafsir sebgai sebuah kegaiatan

dalam memberikan ajaran Islam atau mendidikan agama Islam, dengan

45
Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar, (Bulan Bintang;
Jakarta), 12.
46
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Penerbit PT Remaja Rosdakarya;
Bandung, 2004), 47

20
pengertian bahwa pendidikan Islam merupakan nama sistem, dan pendidikan

agama Islam adalah usaha-usaha dalam mendidikan agama Islam pada pelajar.47

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa

dalam menyakini, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan

untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama

dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.48

Dengan demikian, maka pengertian Pendidikan Agama Islam

berdasarkan rumusan-rumusan di atas adalah pembentukan perubahan sikap dan

tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam. Sebagaimana yang

pernah dilakukan Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama dengan

berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan

berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung

pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. Untuk itu perlu adanya usaha,

kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya

Adapun ruang lingkup ajaran Islam, meliputi Aqidah, Syariah, dan

Akhlak (dalam Surat Luqman ayat, 13-19). Akidah yaitu segala yang berkaitan

dengan keyakinan atau lebih khusus lagi tentang keimanan (Ilmu Tauhid,

Ushuluddin atau Ilmu Kalam), Syariah yaitu segala sesuatu yang mengatur aturan

yang berhubungan dengan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan dengan

47
Ahmad Tafsir, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Mimbar Pustaka; Bandung,
2014), 2.
48
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: upaya mengefektifkan pendidikan Islam di
sekolah. (Remaja Rosdakarya; Bandung, 2001), 75-76

21
alam (Ibdah dan Muamalah), dan Akhlak yaitu pengajaran yang kaitannya

dengan tabiat, tingkah laku dan perbuatannya dengan pondasi norma agama

(Akhalak kepada Tuhan, Nabi/Rasul, diri sendiri, keluarga, tetangga, sesama

muslim, non-muslim, lingkungan/alam dan lain sebagainya).49

Kompetensi yang diperoleh setelah mempelajari pendidikan agama Islam

secara integral mencakup dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dimensi

sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: beriman dan bertakwa

kepada Tuhan yang maha Esa, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab,

pembelajar sejati sepanjang hayat, serta sehat jasmani dan rohani sesuai dengan

perkembangan anak dilingkungan keluarga, istansi pendidikan, masyarakat dan

lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara. Dimensi pengetahuan memiliki

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat

dasar, teknis, spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan: ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya dan humaniora. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas

dalam konteks diri sendiri, keluarga, istansi pendidikan, masyarakat dan

lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara. Dan dimensi keterampilan memiliki

keterampilan berpikir dan bertindak: kreatif, produktif, kritis, mandiri,

kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan

dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.50

49
Muhtadin, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, (Mandala Nasioanal;
Jakarta 2016), 36-37.
50
Muhammad Zia Ul Haq & Tasman Hamami, Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Era 4.0, (Islamika : Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 2, Nomor
2, Juli 2020), 259

22
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2012. Pegembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan


Islam, (DIVA Press; Jogjakarta).
Ahmad, M. 1998. Pengembangan Kurikulum, (Pustaka Setia; Bandung).
Agustiana, Irma. & Hasbi Asshidiqi, Gilang, 2021. Peranan Kurikulum dan
Hubungannya dengan Pengembangan Pendidikan pada Lembaga
Pendidikan, (Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Universitas Islam Lamongan,
Volume 05, No. 01, Maret).
Elisa, 2017. Pengertian, Peranan, dan Fungsi Kurikulum, (Jurnal Ilmiah
Fakultas KIP Universitas Quality 1, no. 2)
Echols, John M. Dan Hassan Shadily, 1996. Kamus Inggris Indonesia,
(Gramedia Pustaka Utama; Jakarta)
Caswita, 2013. The Hidden Curriculum (Leutikoprio; Yogyakarta).
Gunawan, Heri. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(CV. Alfabeta; Bandung).
Hamalik, Umar, 2015. Kurikulum dan Pembelajaran, (Bumi Aksara; Jakarta).
Hasibuan, Lias. 2010. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Gaung Persada
Press; Jakarta)
Hermawan, Candra, Yudi dkk, 2020. Konsep Kurikulum dan Kurikulum
Pendidikan Islam, (Jurnal Mudarisuna, Vol. 10. No. 1 Januari-Maret).
Hidayat, Rakhmat, 2011. Pengantar Sosiologi Kurikulum, (PT Rajagrafindo
Persada; Jakarta).
H. Dakir, 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Rineka Cipta;
Jakarta).
JE Toenlie, Anselmus. 2017. Pengembangan Kurikulum, Teori, Catatan Kritis,
dan Panduan, (PT Refika Aditama; Bandung).
Muhaimin, 2001. Paradigma Pendidikan Islam: upaya mengefektifkan
pendidikan Islam di sekolah. (Remaja Rosdakarya; Bandung).

23
Muhtadin, 2016. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, (Mandala
Nasioanal; Jakarta).
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Penerbit PT Remaja
Rosdakarya; Bandung).
Nata, Abudin, 2016. Ilmu Pendidikan Islam, (Prenada Media; Jakarta).
Nasution, S. Azas-azas Kurikulum, 2005. (PT. Bumi Aksara; Jakarta).
Noorzanah, 2017. Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam, (Ittihad Jurnal
Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 Nomor 28 Oktober)
Noor Rohinah, M. 2012. The Hidden Curriculum: Membangun Karakter Melalui
Kegiatan Ekstra Kurikuler. (Insan Madani; Yogyakarta).
Nurhalim, Muhammad, 2014. Optimalisasi Kurikulum Aktual dan Kurikulum
Tersembunyi dalam Kurikulum 2013, (Jurnal Insania STAIN Purwokerto,
Vol. 19, No. 1, Januari-Juni).
Noorzanah, 2017. Konsip Kurikulum dalam Pendidikan Islam, (Ittihad Jurnal
Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No. 28 Oktober).
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Balai Pustaka; Jakarta).
Rosyada, Dede, 2007. Paradigma Pendidikan Demokratis, (Kencana Prenada
Media Group; Jakarta).
Roihan Alhaddad, Muhammad. 2018. Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam,
(Jurnal Tarbiyatul Islamiyah Raudhah, Volume 3 Nomor 1 Edisi Juni).
Sanjaya, Wina, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Teori (Prenada Media;
Jakarta).
Sanjaya, Wina, 2015. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP ), (Cet. VI;
Jakarta: Kencana).
Shaleh, Rachman, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar, (Bulan Bintang;
Jakarta).
Sukmadinata, N.Syaodih, 2004. Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. (PT.
Remaja Rosdakarya; Bandung).

24
Sukiman, 2015. Pengembangan. Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi,
(PT Remaja Rosdakarya; Bandung).
Suparlan, 2011. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi
Pembelajaran, (Bumi Aksara; Jakarta).
Syaodih Syaodih, Nana. 2004. Prinsip dan Pegembangan kurikulum, (P2PLTK;
Jakarta).
Tafsir, Ahmad, 2014. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, (Mimbar
Pustaka; Bandung).
Tim pengembangan MKDP, 2011. Kurikulum dan Pembelajaran, (Rajawali
Pers; Jakarta)
Webster, Noah .1980. Webster New Twontenth Century Dictionary, (Unabrigde:
William Collin Publisher).
Zia Ul Haq, Muhammad & Hamami, Tasman. 2020. Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Era 4.0, (Islamika : Jurnal Keislaman dan
Ilmu Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Juli).
Zurinal, Z, 2006. Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-dasar
Pelaksanaan Pendidikan, (UIN Jakarta Press; Jakarta).

25

Anda mungkin juga menyukai