Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kalangan


mahasiswa pendidikan. Dalam berbagai tulisan banyak para ahli memberikan
rumusan jelas apa itu kurikulum. Kurikulum banyak memberikan pandangan
bagaimana kita menjalankan roda pembelajaran yang efektif dan efesien. Tanpa
memahami secara medalam tentang kurikulum sulit kiranya mengadakan
pembelajaran yang diingkan.
Dalam pembelajaran sudah seyogyannya memeiliki tujuan dan target yang
jelas. Diperlukan alat ataupun mediator untuk mengarah kepada target yang
ditentukan. Untuk itu kurikulum menjadi sarana yang tepat sebagai penunjang
keberhasialan pembelajaran. Juga perluanya kita lebih mengenal apa itu
kurikulum, dan para ahli banyak memberikan pengertian atau defenisi kurikulum
tersebut.
Mengingat pentingnya pehamanan kurikulum, maka pemakalah disini
menyusun materi yang berkenaan dengan definisi kurikulum,

kedudukan

kurikulum, dan fungsingya. Besar harapakan kami dengan hadirnya makalah ini
dapat memberikan pengetahuan dan tambahan wawasan bagi pembaca dan
terkhusus bagi pemakalah sendiri.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum.
Kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari
bahasa Latin yang kata dasarnya adalah currere, secara harfiah berarti
lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan batas
finish. Dalam lapangan pendidikan pengetian tersebut dijabarkan bahwa
bahan belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkannya
dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat
mencapai gelar. Dulu kurikulum pernah diartikan sebagi Rencana
Pelajaran, yang terbagi menjadi rencana pelajaran minimum dan rencana
pelajaran terurai. Dalam kenyataannya di sekolah rencana pelajaran
tersebut tidak semata-mata hanya membicarakan proses pengajaran saja,
bahkan dibahas lebih luas lagi, yaitu mengenai masalah pendidikan. Olah
karena itu istilah rencana pelajaran kiranya kurang mengena.1
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat
mengenai pengertian kurikulum, maka secara teoritis agak sulit
menentukan satu pengertian merangkum semua pendapat. Namun,
pemahaman konsep dasar mengenai kurikulum ini tetaplah penting
adanya. Berikut ini adalah beberapa kurikulum ditinjau dari beberapa
sudut pandang:

1. Pengertian Kurikulum Secara Etimologis.


Websters Third New International Distionery
menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere dalam bahasa Latin
currere yang berarti :
a. Berlari cepat
b. Tergesa-gesa
c. Menjalani

H. Dakir. 2010. Perencanaan dan pengebangan kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 2.

Currere dikata bendakan menjadi Curriculum berarti :


a. Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki
b. 2. Perjalanan, suatu pengalaman tanda berhenti
c. 3. Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan
Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum berasal dari
bahasa Yunani yang berarti jarak yang ditempuh. Semula dipakai
dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start
sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.

2. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional.


Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang
dan dipakai dalam dunia pendidikan yang berarti sejumlah pelajaran
yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah.
Pengertian ini termasuk juga dalam pandangan klasik, dimana disini
lebih ditekankan bahwa kurikulum 4 dipandang sebagai rencana
pelajaran di suatu sekolah, yang mencakup pelajaran-pelajaran dan
materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum.
Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan
kurikulum seperti Kurikulum SD dengan nama Rencana Pelajaran
Sekolah Rakyat tahun 1927 sampai pada tahun 1964 yang isinya
sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada kelas I s.d. kelas VI.

3. Pengertian Kurikulum Secara Modern.


Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam
bukunya Curriculum Planning menyatakan Kurikulum adalah
Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik
berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah.
Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa Kurikulum adalah
semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah

Menurut Soedijarto, Kurikulum adalah segala pengalaman dan


kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh
siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan
bahwa Kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu
usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman
belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.

4. Pengertian Kurikulum Dari Berbagai Ahli


George A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : A
Curriculum is a written document which may contain many
ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during
their enrollment in given school.
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap
sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses
pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935)
yang mengatakan bahwa kurikulum to be composed of all the
experiences children have under the guidance of teachers.
Dipertegas lagi oleh pemikiran Ro nald C. Doll (1974) yang
mengatakan bahwa : the curriculum has changed from content of
courses study and list of subject and courses to all experiences which
are offered to learners under the auspices or direction of school.
Sedangkan Hilda Taba (1962) mengemukakan bahwa: A
curriculum usually contains a statement of aims and of specific
objectives; it indicates some selection and organization of content; it
either implies or manifests certain patterns of learning and teaching,
whether because the objectives demand them or because the content
organization requires them. Finally, it includes a program of
evaluation of the outcomes. Pengertian kurikulum menurut Hilda
Taba menekankan pada tujuan suatu statemen, tujuan-tujuan khusus,

memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola


pembelajaran dan adanya evaluasi.
Sementara Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa
curriculum is defined as a plan for achieving intended learning
outcomes: a plan concerned with purposes, with what is to be learned,
and with the result of instruction. Ini berarti bahwa kurikulum
merupakan suatu rencana untuk keberhasilan pembelajaran yang di
dalamnya mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan
apa yang harus dipelajari, dan dengan hasil dari pembelajaran.
Olivia (1997) mengatakan bahwa we may think of the
curriculum as a program, a plan, content, and learning experiences,
whereas we may characterize instruction as methods, the teaching act,
implementation, and presentation. Olivia termasuk orang yang setuju
dengan

pemisahan

antara

kurikulum

dengan

pengajaran

dan

merumuskan kurikulum sebagai a plan or program for all the


experiences that the learner encounters under the direction of the
school.
Pendapat yang sedikit berbeda tentang kurikulum dikemukakan
oleh Marsh (1997), dia mengemukakan bahwa kurikulum merupakan
suatu hubungan antara perencanaan-perencanaan dengan pengalamanpengalaman yang seorang siswa lengkapi di bawah bimbingan sekolah.
Senada dengan Marsh, Schubert (1986) mengatakan: The
interpretation that teachers give to subject matter and the classroom
atmosphere constitutes the curriculum that students actually
experience. Pengertian tersebut menggambarkan definisi kurikulum
dalam arti teknis pendidikan. Pengertian tersebut diperlukan ketika
proses pengembangan kurikulum sudah menetapkan apa yang ingin
dikembangkan, model apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana
suatu dokumen harus dikembangkan. Kebanyakan dari pengertian itu
berorientasi pada kurikulum sebagai upaya untuk mengembangkan diri
peserta didik, pengembangan disiplin ilmu, atau kurikulum untuk
mempersiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan tertentu.

Selanjutnya Dool (1993) memperkuat pendapatnya tentang


kurikulum yang ada sekarang dengan mengatakan: Education and
curriculum have borrowed some concepts from the stable, nonechange
concept - for example, children following the pattern of their parents,
IQ as discovering and quantifying an innate potentiality. However, for
the most part modernist curriculum thought have adopted the closed
version, one where - trough focusing - knowledge is transmitted,
transferred. This is, I believe, what our best contemporary schooling is
all about. Transmission frames our teaching-learning process.
Dengan transfer dan transmisi maka kurikulum menjadi suatu
fokus pendidikan yang ingin mengembangkan pada diri peserta didik
apa yang sudah terjadi dan berkembang di masyarakat. Kurikulum
tidak menempatkan peserta didik sebagai subjek yang mempersiapkan
dirinya bagi kehidupan masa datang tetapi harus mengikuti berbagai
hal yang dianggap berguna berdasarkan apa yang dialami oleh orang
tua mereka. Dalam konteks ini maka disiplin ilmu memiliki Dalam
konteks ini maka disiplin ilmu memiliki posisi sentral yang menonjol
dalam kurikulum. Kurikulum, dan pendidikan, haruslah mentransfer
berbagai disiplin ilmu sehingga peserta didik menjadi warga
masyarakat yang dihormati.
Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam
implementasi kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang
tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan 7 Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan
bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:
a. . Peningkatan iman dan takwa;

b. Peningkatan akhlak mulia;


c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. Tuntutan dunia kerja;
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global;
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan


kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan
pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama,
ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global.
Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan
serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada
kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang
pendidikan.2

B. Kedudukan Kurikukulum
Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031
-ENDANG_RUSYANI/Pengertian,_Fungsi_dan_Peran.pdf di akses pada
1September 2015

Kalau kurikulm merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa kurikulum
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran.
Dapat kita bayangkan, bagaimana bentuk pelaksanaan suatu pendidikan
atau pengajaran di sekolah yang tidak memiliki kurikulum.
Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan
tertentu,

apakah

berkenaan

dengan

pengusahan

pengetahuan,

pengembangan pribadi, kemampuan social, ataupun kemampuan bekerja.


Untuk

menyampaikan

bahan

pelajaran,

ataupun

mengembangkan

kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian alatalat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga
diperlukan cara-cara dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal
tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian merupakan
komponen-kompenen utama kurikulum. Dengan berpedoman pada
kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung.
Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi
dalam lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain lingkungan fisik,
alam, social budaya, ekonomi, politik, dan religi.
Kurikulm mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulm mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan,
memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi,
serta proses pendidikan. Di samping kedua fungsi itu, kurikulum juga
merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan
landasan-landasan teroretis bagi pengembangan kurikulum berbagai
institusi pendidikan. 3
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori
dan praktik pendidikan, serta munculnya berbagai aliran pendidikan.
Perkembangan ini

menimbulkan perbedaan pandangan para ahli

kurikulum

mendefenisikan

dalam

konsep

kurikulum.

Perbedaan

pandangan para ahli kurikulum dikeranakan adanya perbedaan sudut


3

Nana Syaodih Sukmadinata. 2014. Pengembangan kurikulum teori dan praktik.


Bandung: remaja rosdakarya, cet. 17, 2014. Hal. 1-4

padangan yang berlainan dalam memberikan batasan konsep kurikulum,


yang pada akhirnya memunculkan penegasan terhadap batasan konsep
kurikulum.
Kurikulum sebegai bentuk pendidikan dan pengajaran yang
senantiasa diimplementasikan di sekolah/madrasah dapat dibedakan atas
dua bentuk, yaitu : kurikulum yang terdokumentasi (document curriculum)
dan tanpa terdokumentasi (hidden curriculum).

Kedudukan Kurikulum :

1. Kurikulum sebagai Desain.


Kurikulam adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang

digunakan

sebagai

pedoman

penyelenggaraan

pembelajaran. Karena itu, isi kurikulum merupakan sususan


dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaran pengajaran dalam rangka mewujudkan
tujuan pembelajaran.
Kurikulum

sebagai

pedoman

dokumen

(tertulis)

merupakan kurikulum yang memuat suatu program


pendidikan yang disesuaikan untuk membelajarkan materi
ajar kepada siswa. Rencana kurikulum tertulis merupakan
dokumen kurikulum (curriculum document or inert
curriculum). Dengan desain program tertulis tersebut
peserta didik diharapkan dapat melakukan kegiatan
pembelajaran,

sehingga

terjadi

perubahan

dan

perkembangan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan


pembelajaran.

Dengan

kata

lain,

sekolah/madrasah

menyediakan lingkungan belajar yang dapat memberikan


kesempatan belajar tentang berbagai materi dan atau
informasi ilmu pengetahuan kepada seluruh peserta didik.

Atas dasar itu, maka kukikulum didesain dan disusun


sedemikian rupa agar maksud dan tujuan pengajaran mata
pelajaran tertentu dapat tercapai. Perlu diingat bahwa,
kurikulum tidak hanya sebatas mata pelajaran saja,
melainkan

meliputi

segala

sesuatu

yang

dapat

mempengaruhi perkembangan siswa, seperti alat pelajaran,


perlengkapan,

perpustakaan,

gambar-gambar

(poster),

halaman sekolah, dan orang-orang yang terlibat dalam


memberikan bantuan belajar kepada siswa, yang pada
gilirannya menyediakan kemungkinan untuk bias belajar
secara efektif dan efesien, memberikan pengetahuan/ilmu
secara utuh dan kongkrit.

2. Kurikulum Sebagai Pengaturan.


Dalam kerangka mewujudkan tujuan pembelajaran,
maka perencanaan dan pengaturan kurikulum memuat
berbagai komponen meliputi : perencanaan dan pengaturan
: perencanaan terkait dengan, perencanaan : (1) tujuan
kurikulum, (2) tujuan penyelenggaraan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan. Sedangkan pengaturan terkait
dengan pengaturan : (1) isi, (2) bahan pelajaran; dan (3)
cara/metode.
a. Kurikulum pengaturan muatan isi/materi ajar.
Kurikulum merupakan sejumlah materi ajar yang
harus dipelajari siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahun. Materi ajar (subject matter) dipandang
sebagai pengalaman orang-orang pandai masa lampau,
yang telah disusun secara sistematis dan logis.
Sistematis artinya menurut urutan tertentu, sedangkan
logis artinya dapat diterima oleh akal dan pikiran.
Contoh muatan materi isi kurikulum mata pelajaran
fikih di MI, materi ajar yang dimuat meliputi: (1) aspek

ibadah; (2) aspek muamalah. Aspek ibadah bertujuan


memberikan pengetahuan/ilmu tentang ketentuan dan
tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah
(hablumminallah).

Sedangkan

materi

ajar

aspek

muamalah bertujuan memberikan pengetahuan/ilmu


kepada peserta didik tentang ketentuan dan tata cara
hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas).
b. Kurikulum sebagai pengaturan metode.
Kurikulum memuat cara-cara membelajarkan materi
isi pelajaran dengan menggunakan berbagai strtategi
dan metode, serta media pembelajaran guna membantu
mempermudah proses belajar siswa dalam mencapai
kompentensi-kompetensi yang dituju.
c. Kurikulum sebagai pengaturan pengalaman belajar.
Kurikulum
mengandung

sebagai
makna

pengalaman
bahwa,

belajar

kegiatan-kegiatan

kurikulum tidak terbatas dalam ruangan saja, melainkan


mencakup juga kegiatan-kegitan di luar kelas. Tidak
ada pemisahan yang jelas antara intra dan ekstra
kurikulum.

Semua

kegiatan

yang

memberikan

pengalaman

belajar/pendidikan

bagi

siswa

pada

hakikatnya adalah kurikulum.


Atas dasar itu, maka guru dalam merencakan dan
melakukan

proses

pembelajaran

harus

berupaya

memberi pengalaman belajar yang menekankan pada


pemahaman materi ajar secara kongkrit. Misalnya
materi ajar yang berkaitan dengan aspek ibadah, maka
pengalaman belajar yang diberikan dan dialami peserta
didik menekankan pada pengalaman praktis dengan
pengamalan-pengamalan.
Untuk

materi

ajar

berkaitan

dengan

aspek

muamalah maka pengalaman belajar yang diberikan dan

dialami peserta didik menekankan pada pengalaman


praktis

tentang

cara

hubungan

manusia

dengan

manusia.

C. Fungsi Kurikulum.

Sebelum kita bicara mengenai fungsi kurikulum, terlebih dahulu


akan dijelaskan, apa yang dimaksud dengan fungsi. Kata fungsi berasal
dari bahasa Inggris function yang mempunyai banyak arti, di antaranya
berarti jabatan, kedudukan, kegiatan dan sebagainya. Dalam kalimat
bahasa Indonesia kata fungsi, tugas, dan tujuan kadang-kadang agak rancu.
Kalimat tersebut akan menjadi jelas kalau ditandai dengan kata depan
sebagai berikut:
-

Ali berfungsi sebagai guru, tugasnya mengajar, tujuannya


untuk mencerdaskan siswa.

Amat berfungsi sebagai polisi, tugasnya mengamankan daerah,


tujuannya agar tercapainya ketenangan warga.

Kalau subjeknya bukan person, keguanaan kata fungsi agak berbeda,


misalnya:
-

Pensil ini berfungsi sebagai alat untuk menulis.

Pisau ini berfungsi sebagai alat untuk menyayat.

Mobil ini berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Dengan kata lain kalau subjeknya adalah orang:


Fungsi

= jabatan, kedudukan.

Tugas

= kegiatan yang akan dilaksanakan.

Tujuan

= sesuatu yang akan dicapai.

Kalau subjeknya bukan orang:

Fungsi

= sebagai alat

Tugas

= sebagai alat.

Siti Halimah. 2010. Telaah Kurikulum. Medan : Perdana Publishing. Hal. 17-19

Tujuan

= sesuatu yang akan dicapai.

Kembali pada defenisi awal kurikulum adalah: seperangkat rencana dan


pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara belajar mengajar.
Atas dasar defenisi tersebut maka dapat dikatakan fungsi kurikulum itu berkaitan
dengan komponen-komponen yang ada mengarah pada tujuan pendidikan.
Kompenen yang dimaksud dalam defenisi tersebut adalah:
a.

Apakah seperangkat rencana tersebut sesuai denga tujuan yang akan


Dicapai?

b.

Apakah komponen materi yang tersusun dalam kurikulum itu sesuai


dengan tujuan yang akan dicapai?

Yang terkait dalam kurikulum sekolah secara langsung ialah: guru, kepala
sekolah, para penulis buku ajar, dan masyarakat. Berikut akan dipaparkan
seberapa jauh keterlibatan mereka dalam melaksanakan kurikulum.
1. Fungsi Kurikulum bagi Para Penulis.
Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum
yang berlaku pada waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan
maupun subpokok bahasan, hendaknya penulis buku ajar membuat analisis
instruksional terlebih dahulu. Kemudian menyusun garis-garis besar program
pelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran tertentu, baru mencari berbagai
sumber bahan yang relevan. Sumber bahan tersebut dapat berupa bahan cetak
(buku, makalah, majalah, jurnal, Koran, hasil penelitian, dan sebagainya) yang
diambil dari para narasumber, pengalaman penulis sendiri atau dari
lingkungan. Perlu diingat bahwa tidak semua bahan dari berbagai sumber
tersebut dapat ditulis sebagai bahan pelajaran. Yang perlu mendapat
pertimbangan ialah kreteria sebagai berikut:
a. Bahan hendaknya bersifat pedagogis.
b. Bahan hendaknya bersifat psikologis.
c. Bahan hendaknya disusun secara didaktis.
d. Bahan hendaknya bersifat sosiologis.
e. Bahan hendaknya bersifat yuridis.
f. Bahan hendaknya memerhatikan perkembangan IPTEKS.

Kreteria penulisan bahan tentu saja disesuaikan dengan kelas-kelas yang


Bersangkutan. Bahan untuk sekolah dasar kretarianya akan lebih ketat daripada
bahan untuk sekolah menengah. Apalagi untuk perguruan tinggi bahkan di sini
hamper tidak difilter oleh berbagai kreteria sehingga menyebabkan luas bahan
tidak terbatas. Sebaiknya bahan pelajaran dari suatu buku yang dijadikan buku
wajib, hendaknya diambil dari buku yang ditulis oleh suatu tim yang isinya
disahkan oleh yang berwenang. Akan lebih baik lagi kalau bahan tulis tersebut
ditulis oleh tim guru yang bersangkutan dengan bimbingan oleh ahli yang relevan.
Dulu, bagi sebagaian besar guru terutama guru sekolah dasar, dasar
pegangan adalah segala-segalanya. Mereka akan mengikuti halaman per halaman
untuk diajarkan tanpa menghiraukan buku banding yang lain.
2. Fungsi Kurikulum bagi Guru.
Bagi guru baru, sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan
adalah kurikulumnya. Setelah kurikulum didapat pertanyaan berikutnya adalah
garis-garis besar program mengajar. Setelah garis-garis besar program mengajar
ditemukan, barulah guru mencari berbagai sumber bahan yang relevan atau yang
telah ditentukan oleh Depdiknas. Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum
adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka guru mestinya
mencermati tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tempat
ia bekerja.
Sebagai contoh akan dipaparkan tujuan pendidikan pada sekolah
menengah umum di Indonesia yang tertara pada PP No. 29 Bab 2 pasal 2 ayat 1
yang berbunyi sebagai berikut: pendidikan menengah bertujuan meningkatkan
pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan jenjang yang lebih tinggi dan
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian.
Pada pasal 2 berbunyi sebagai berikut: pendidikan menengah umum
mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan
tinggi. Peserta didik dan juga orang tua siswa sangat mengharapakan agar setelah
yang bersangkutan tamat dari SMA mereka dapat melanjutkan ke perguraan tinggi
negeri. Untukdapat diterima di perguruan tinggi peserta didik harus lulus Ujuan
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Dengan demikian bahan pelajaran

yang diberikan pada peserta didik juga harus mengacu pada bahan-bahan
UMPTN. Akibatnya sasaran kurikulum yang sasarannya untuk mencapai manusia
yang bulat dan utuh, berubah menjadi manusia penghafal soal-soal UMPTN.
Mengapa terjadi demikian? Mengapa lulusan SMA memilih melanjutkan ke
perguruan tinggi? Dasar jawabannya adalah:
a. Tujuan pendidikan di SMA memang diarahkan ke perguruan tinggi.
b. Orang tua menginginkan anaknya untuk masuk ke perguruan tinggi,
meskipun yang bersangkutan tidak mampu.
c. Lapangan kerja lulusan SMA sangat terbatas.
d. Pemuda-pemuda lulusan SMA sesuai dengan gejolak jiwanya salalu
menginginkan cita-cita yang ideal.
Dengan demikian, fungsi kurikulum untuk guru SMA berubah sebagai alat
Untuk mengarahkan lulus UN dan Ujain Sekolah kemudian cita-cita terakhir
sebagai siwa SMA untuk lulus UMPTN.
3. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah baru, yang dipelajari pertama kali adalah tujuan
lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari kurikulum yang berlaku
sekarang untuk dipelajari, terutama pada buku petunjuk pelaksanaan. Selanjutnya
tugas kepala pada buku petunjuk pelaksnaan. Selanjutnya tugas kepada sekolah
melaksanakan supervise kurikulum. Menurut Oemar Hamalik (1991) yang
dimaksud dengan supervise adalah semua usaha yang dilakukan supervisor dalam
bentuk pemberian bimbingan, pengarahan motivasi, nasihat, dan pengarahan yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
yang pada gilirinya meningkatkan hasil belajar siswa.
Sebarnya yang menjadi sasaran supervise dalam pelaksanaan kurikulum bagi
kepala sekolah adalah bagaiman guru melaksanakan kurikulum yang berlaku, di
antaranya adalah:
a. Bagaimana guru menyusun satpel?
b. Bagaiman guru menyusun rencana kerja atas dasar kurikulum?
c. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran?
d. Bagaimana guru melaksanakan penilaian hasil belajar?
Supervise dapat dilaksanakan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan

sebagainya. Dengan demikian, akan ditentukan berbagai kelemahan guru dalam


melaksanakan kurikulum, kemudian diadakan pembinaan seperlu-nya, baik yang
berupa pembinaan bidang studi maupun bidang administrasi kurikulum dengan
harapan proses pembelajaran maupun produknya akan lebih memuaskan.
4. Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat.
Kurikulum adalah alat produsen dari sekolah, sedang masyarakat adalah
Konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen dan konsumen harus sinkron.
Kurikulum sekolah output nya harus dapat link and match dengan kebutuhan
masyarakat.

Bagaimana

fungsi

kurikulum

sekolah

dengan

harapan

masyarakatnya?
Berbagai jenis kurikulum sekolah di Indonesia hubungannya dengan harapan
masyarakat dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Pendidikan umum, kurikulumnya mengutamakan perluasan pengetahuan
dan peningkatan keterampilan dengan pengkhususan yang diwujudkan
pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.
b. Pendidikan kejuruan, kurikulumnya mempersiapkan peserta didik dapat
bekerja bidang tertentu di masyarakat.
c. Pendidikan luar biasa kurikulumnya disediakan bagi peserta didik yang
meyandang kelainan untuk disiapkan.
d. Pendidikan kedinasan, kurikulumnya disiapkan oleh suatu Departemen
pemerintahan atau Lembaga Pemerintah non-Departemen dengan maksud
untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan di
masyarakat nantinya.
e. Pendidikan keagamaan kurikulumnya menjadikan lulusnya Pembina
agama yang di masyarat.
f. Pendidikan akademik, kurikulumnya menyiapakan penguasan ilmu
pengetahuan agar lulusannya dapat menjadi pioneer-pioner pembangunan
atas dasar konsep yang tangguh.
g. Pendidikan professional, kurikulumnya menyiapkan penerepan tertentu,
dengan harapan, lulusannya dapat bekerja secara profesinal di masyarakat.
Untuk ulusan selanjutnya kurikulum akan diibaratkan seperti kendaraan

yang berfungsi sebagai alat angkut untuk mencapai tujuan yang sudah ditemukan.
Dengan demikian, dapat diutarakan sebagai missal perbandingan sebagai berikut:

1. Auto (kendaraan)

sebagai Kurikulum

2. Sopir

sebagai Guru

3. Penumpang

sebagai Siswa

4. Tempat yang di tuju

sebagai Tujuan Pendidikan

5. Jarak yang dituju

sebagai Target

6. Hambatan di jalan

sebagai Constraint

7. Bengkel

sebagai Biro Perencanaan Kurikulum.5

H. Dakir. 2010. Perencanaan dan pengebangan kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.12-20

PENUTUP

Simpulan
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat
mengenai pengertian kurikulum, maka secara teoritis agak sulit menentukan satu
pengertian merangkum semua pendapat. Namun, pemahaman konsep dasar
mengenai kurikulum ini tetaplah penting adanya. Dari berbagai pengertian
kurikulum dapat disimpulkan bahwa Kurikulum ditinjau dari pandangan modern
merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.
Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah. Kalau
kurikulm merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Yang pertama
kurikulum sebagai desain, Kurikulam adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pembelajaran. Yang kedua kurikulum sebagai pengatur yang
memuat berbagai komponen meliputi : perencanaan dan pengaturan : perencanaan
terkait dengan, perencanaan : (1) tujuan kurikulum, (2) tujuan penyelenggaraan
pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Sedangkan pengaturan terkait dengan
pengaturan : (1) isi, (2) bahan pelajaran; dan (3) cara/metode.
Fungsi berarti jabatan, kdududan, kegiatan fungsi kurikulum sebagai alat
untuk mecapai tujuan pendidikan. Kalau salah satu kompnen dalam kurikulum
tidak berfungsi akan mengakibatkan kompenen yang lain terganggu, fungsi
kurilukulum bagi guru sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan proses
pembelajaran. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah sebagai pedoman untuk
melaksanakan supervise kurikukulum terhadap guru pemegang mata pelajaran.
Fungsi kurikulum bagi masyarakat mendorong sekolah agar dapat menghasilkan
berbagai tenaga yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sedangkan fungsi kurikulum
bagi para penulis buku ajar adalah untuk dijadikan pedoman dalam menyusun
bab-bab dan sub-sub beserta isinya. Sebagai bahan perbandingan dipaparkan

bahwa fungsi kurikulum diibaratkan sebagai kendaraan yang kedua-duanya


mempunyai fungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
Dakir, H. 2010. Perencanaan dan pengebangan kurikulum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Halimah Siti, 2010. Telaah Kurikulum. Medan : Perdana Publishing
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101
985031-ENDANG_RUSYANI/Pengertian,_Fungsi_dan_Peran.pdf
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2014. Pengembangan kurikulum teori dan
praktik. Bandung: remaja rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai