Dosen Pengampu :
Oleh :
2011031013
A. Pengertian Kurikulum
a) Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran adalah kumpulan
warisan budayadan pengalaman-pengalaman masa lampau yang mengandung nilai-
nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda. Mata pelajaran tersebut harus
mewakili semua aspek kehidupan dan semua domain hasil belajar sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
b) Peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran
c) Mata pelajaran tersebut hanya dipelajari disekolah secara terpisah-pisah
d) Tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.
D. Teori Kurikulum
Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang
disusun sedemikian rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap
serangkaian kejadian. Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi
deskriptif atau fungsional, suatu konstruksi fungsional, asumsi-asumsi, hipotesis,
generalisasi, hukum, atau term-term. Isi rumusanrumusan tersebut ditentukan oleh
lingkup dari rentetan kejadian dicakup, jumlah pengetahuan empiris yang ada, dan
tingkat keluasan dan kedalaman teori dan penelitian di sekitar kejadian-kejadian tersebut.
Kalau konsep-konsep itu diterapkan dalam kurikulum, maka dapatlah dirumuskan
tentang teori kurikulum, yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan yang memberikan
makna terhadap kurikulum sekolah. Makna tersebut terjadi karena adanya petunjuk
perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Bahan kajian dari teori kurikulum
adalah hal-hal yang berkaitan dengan penentuan keputusan, penggunaan, perencanaan,
pengembangan, evaluasi kurikulum, dan lain-lain.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia.
Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumah
kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan
tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk
dapat terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya
maupun jenis lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut
penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu
merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman
yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah
yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell. Dalam
peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara bagian di
Amerika Serikat (Tennessee, Alabama, Florida dan Virginia), ia mengembangkan konsep
kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan (society centered) maka
Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan
kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru, berpartisipasi dalam
menentukan kurikulum, menentukan struktur
organisasi dari penyusunan kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum,
merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan belajar, desain kurikulum,
menilai hasil, dan sebagainya.
Ralph W. Tylor (1949) sebagaimana dikutip Sukmadanata mengemukakan empat
pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum: 1) Tujuan pendidikan yang
manakah yang ingin dicapai oleh sekolah? 2) Pengalaman pendidikan yang
bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan tersebut? 3) Bagaimana
mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif? 4) Bagaimana kita
menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?.
Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960
sampai dengan 1965. la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai
bidang studi, yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa
kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.
Thomas L. Faix (1966) menggunakan analisis struktural-fungsional yang berasal
dari biologi, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum. Fungsi
kurikulum dilukiskan sebagai proses bagaimana memelihara dan mengembangkan
strukturnya. Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam analisis struktural-fungsional
ini. Topik dan subtopik dari pertanyaan ini menunjukkan fenomena-fenornena
kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan itu menyangkut: (1) pertanyaan umum tentang
fenomena kurikulum, (2) sistem kurikulum, (3) unit analisis dan unsur-unsurnya, (4)
struktur sistem kurikulum, (5) fungsi sistem kurikulum, (6) proses kurikulum, dan (7)
prosedur analisis struktural-fungsional. Alizabeth S. Maccia sebagaimana dikutip
Sukamadanata dari hasil analisisnya menyimpulkan adanya empat teori kurikulum, yaitu:
(1) teori kurikulum, (2) teori kurikulumformal, (3) teori kurikulum evaluasional, dan (4)
teori kurikulum praksiologi.
Mauritz Johnson (1967) membedakan antara kurikulum dengan proses
pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan hasil dari sistem pengembangan
kurikulum, tetapi sistem pengembangan bukan kurikulum. Menurut Johnson, kurikulum
merupakan seperangkat tujuan belajar yang terstruktur. Jadi, kurikulum berkenaan
dengan tujuan dan bukan dengan kegiatan. Berdasarkan rumusan kurikulum tersebut,
pengalaman belajar anak menjadi bagian dari pengajaran.
Sukmadanata mengemukakan tiga unsur dasar kurikulum, yaitu aktor, artifak, dan
pelaksanaan. Aktor adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum.
Artifak adalah isi dan rancangan kurikulum. Pelaksanaan adalah proses interaksi antara
aktor yang melibatkan artifak. Studi kurikulum menurut Frymier meliputi tiga langkah;
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Betapapun ragamnya pengertian kurikulum, sebagaimana dijelaskan di atas, namun
pada hakikatnya, kurikulum itu adalah alat/sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Hal ini, seperti dikemukakan John S. Brubacher whatever its name, it discribes the
ground which pupil and teacher cover to reach the goal of education.
4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964
yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran
dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok saja,” . Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di
setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien. latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,”
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi :
tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari
setiap kegiatan pembelajaran.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam
komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap
mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada
setiap level. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas
kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik
penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator
adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa
telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”
9. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24
tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan,
lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004.
Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu
mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan. Pada kurikulum 2006,
pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan
sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil
pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat
yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP
menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas
pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah
Standar Isi dikembangkan melalui perumusan ruang lingkup materi yang sesuai
dengan kompetensi lulusan.Ruang lingkup materi merupakan bahan kajian dalam
muatan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan: 1) muatan wajib sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, 2) konsep keilmuan, dan 3) jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan. Standar Isi menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum
darurat, dan Kurikulum Merdeka.
Memuat 3 opsi kurikulum yang dapat digunakan disatuan pendidikan dalam rangka
pemulihan pembelajaran beserta struktur Kurikulum Merdeka, aturan terkait
pembelajaran dan asesmen, serta beban kerja guru.
Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada
fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru dan
menyenangkan.
2. Peserta didik : Tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata
pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.
Guru : Guru mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
Sekolah: memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
3. Lebih Relevan dan Interaktif
DAFTAR REFERENSI
Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, Pustaka Setia, Bandung 1998
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum
http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-pengertian-kepentingan-
dan-masalah-yang-dihadapi/
http://destalyana.blogspot.com/2007/09/beberapa-pengertian-kurikulum.html
Joko susilo, Muhammad, Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan, Pustaka Pelajar, yogyakrta,
2007
Mulyasa. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2005. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rusma. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya