Anda di halaman 1dari 12

Nama : Luh Putu Suci Tegarrini

Nim : 2011031013

Jurusan : Dharma Acarya

Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Kelas : 4A

Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran SD

Materi Daring 3

Tujuan Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar sebaiknya dapat mengungkap semua aspek domain


pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Siswa dengan kemampuan
kognitif yang baik ketika diuji dalam ujian tertulis mungkin tidak selalu dapat menerapkan
pengetahuannya dengan baik, terutama dalam mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Tujuan yang dicapai dalam proses pembelajaran erat kaitannya dengan evaluasi hasil
belajar. Secara umum, tujuan pembelajaran mengikuti hasil belajar yang dilakukan oleh
Bloom: klasifikasi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif adalah ranah yang
menekankan pada pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual. Afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi. Sedangkan
psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau ketrampilan motorik
(Sylvia dkk, 2019; Suardipa & Primayana, 2020).

1. Pengertian Assesment

Penilaian (Assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar dari siswa
guna mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu (Matondang dkk,
2013; Febriana, 2021).

Dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan ini dapat mencakup keputusan tentang
siswa (misalnya nilai yang akan diberikan), keputusan tentang kurikulum dan program, atau
keputusan tentang kebijakan pendidikan. Assesment merupakan istilah umum yang
didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang
digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum,
programprogram, dan kebijakan pendidikan (Prijowintato, 2020; Prasasati & Dewi, 2020).

Penilaian adalah proses memilih, mengumpulkan, dan menafsirkan informasi untuk


mengambil keputusan atau menilai kelemahan suatu produk atau program, atau sejauh mana
keberhasilan pendekatan yang dipilih dapat memecahkan masalah dalam rangka
menyempurnakan suatu tujuan (Zahro, 2015; Ananda & Rafida, 2017; Elisa dkk, 2021).

2. Prinsip Assesment Dalam modul sekolah penggerak Setyawan & Masduki (2021),
terdapat 5 prinsip dalam assesment yaitu :
1) Assesment merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi
pembelajaran, menyediakan informasi sebagai umpan balik untuk guru, peserta didik,
dan orang tua.
2) Assesment perlu dirancang dan dilakukan sesuai dengan tujuan.
3) Assesment dirancang secara adil, valid dan dapat dipercaya, memberikan informasi
yang kaya bagi guru, peserta didik dan orang tua mengenai kemajuan dan pencapaian
pembelajaran, serta keputusan tentang langkah selanjutnya.
4) Assesment sebaiknya meliputi berbagai bentuk tugas, instrumen, dan teknik yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditargetkan.
5) Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan
informatif, memberikan informasi yang bermanfaat untuk peserta didik dan orang tua,
dan data yang berguna untuk penjaminan dan peningkatan mutu pembelajaran.

3. Tujuan Assesment Secara umum, assesment diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis


kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Assesment diagnostik
terbagi menjadi asesmen diagnostik non kognitif dan asesmen diagnosis kognitif
(Komalawati, 2020).

Tujuan dari masing masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut :


1) Asesment non-kognitif, bertujuan :
a) Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa.
b) Mengetahui aktivitas selama belajar di rumah.
c) Mengetahui kondisi keluarga siswa.
d) Mengetahui latar belakang pergaulan siswa.
e) Mengetahui gaya belajar karakter serta minat siswa.

2) Asesment kognitif, bertujuan :


a) Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa.
b) Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa.
c) Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang
kompetensinya di bawah rata-rata.

4. Jenis-Jenis Assesment Diagnostik

Assesment diagnostik terbagi menjadi :

1) Assesment non-kognitif Assesment diagnostik non kognitif di awal pembelajaran


dilakukan untuk menggali hal hal seperti berikut :

a) Kesejahteraan psikologis dan sosial emosi sisiwa.

b) Aktivitas siswa selama belajar di rumah.

c) Kondisi keluarga dan pergaulan siswa.

d) Gaya belajar , karakter , serta minat siswa

Tahapan melaksanakan asesmen diagnostik non kognitif adalah :

a) Persiapan

b) Pelaksanaan

c) Tindak Lanjut

2) Assesment kognitif Assesment Kognitif bisa berupa :

a) Assesment Formatif

 Metode evaluasi yang dilakukan untuk evaluasi proses pemahaman murid, kebutuhan
pembelajaran, dan kemajuan akademik selama pembelajaran.
 Assesment formatif memantau pembelajaran murid dan memberikan umpan balik yang
berkala, dan berkelanjutan

 Bagi murid, asesmen formatif berfungsi membantu murid mengidentifikasi kekuatan


dan aspek yang perlu dikembangkan.

 Bagi guru dan sekolah , asesmen formatif berfungsi memberikan informasi mengenai
tantangan apa saja yang dihadapi murid dalam proses pembelajaran projek sehingga
dukungan yang memadai dapat diberikan.

 Assesment formatif dapat diberikan oleh guru, teman, atau diri sendiri

b) Assesment Sumatif

 Metode evaluasi yang dilakukan di akhir pembelajaran.

 Assesment sumatif seringkali memiliki taruhan tinggi karena berpengaruh terhadap


nilai akhir murid sehingga sering diprioritaskan murid dari pada assesment formatif.

 Umpan balik dari assesment hasil akhir ini (sumatif) dapat digunakan untuk mengukur
perkembangan murid untuk memandu guru dan sekolah merancang aktivitas mereka
untuk projek berikutnya.

Bentuk-bentuk Assesment Formatif dan Sumatif ini antara lain :

1) Assesment tidak tertulis, contohnya diskusi kelas, drama, produk, presentasi, tes lisan.
2) Assesment tertulis, contohnya refleksi, jurnal, esai, poster, tes tertulis.

Menurut Marisa (2021), Nadiem Makarim terdorong untuk melakukan inovasi dalam
menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa membebani pendidik ataupun peserta
didik dengan harus memiliki ketercapaian tinggi berupa skor atau kriteria ketuntasan
minimal. Oleh karena itu, terkait kebijakan baru hal ini dipaparkan oleh Nadiem
Makarim kepada para kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota se-Indonesia di
Jakarta, 11 Desember 2019. Dengan demikian, Nadiem memaparkan empat pokok
kebijakan baru Kemendikbud RI, yakni:
1) Ujian Nasional (UN) yang akan ditiadakan dan diganti dengan Assesment Kompetensi
Minimum serta Survei Karakter. Dalam hal ini bahwa kemampuan menalar dalam literasi
dan numerik yang didasari dengan praktik terbaik tes PISA. Hal ini tentu berbeda dengan
UN yang dijadwalkan akan terlaksana pada akhir jenjang pendidikan. Namun, Assesment
dilaksanakan di tingkat kelas IV, VIII, dan XI. Dari sistem penilaian yang telah
dilakukan inovasi ini, tentu memiliki harapan bahwa pada hasilnya dapat memberi
masukan bagi sekolah dalam memperbaiki proses pembelajaran sebelum peserta didik
menyelesaikan pendidikannya.

2) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) terkait kebijakan ini bahwa USBN
diserahkan seutuhnya pada sekolah masing-masing. Menurut Kemendikbud, sekolah
diberikan keleluasan dalam menentukan penilaian, baik itu melalui proses portofolio,
karya tulis serta bentuk penugasan lainnya.

3) Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Nadiem Makarim


mengatakan, RPP cukup dibuat dalam satu halaman tanpa harus ratusan halaman. Tidak
hanya itu, penyederhanaan administrasi diharapkan para pendidikan mampu
mengalihkan kegiatan belajar dengan capaian meningkatkan kompetensi.

4) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yakni terkait kebijakan PPDB lebih
ditekankan dengan penerapan sistem zonasi, namun tidak termasuk wilayah 3T. Dengan
demikian, bahwa peserta didik yang memalui jalur afirmasi dan prestasi lebih memiliki
kesempatan yang banyak dari sistem PPDB. Pemerintah daerah diberikan kewenangan
secara teknis dalam menentukan daerah zonasi.

Batasan Penilaian

Istilah penilaian (assessment) sering di samaartikan dengan evaluasi (evaluation). Beberapa


ahli mengatakan bahwa terdapat kesamaan pengertian antara evaluasi dan penilaian, namun
para ahli lainnya menganggap bahwa kedua hal itu berbeda.

Penilaian adalah proses pengumpulan informasi secara sistematis berkaitan dengan belajar
siswa, pengetahuan, keahlian, pemanfaatan waktu, dan sumber daya yang tersedia dengan
tujuan penilaian untuk mengambil keputusan mengenai hal-hal yang mempengaruhi
pembelajaran peserta didik.
Penilaian adalah penggunaan berbagai macam teknik untuk mengumpulkan data yang di
gunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan berkaitan dengan tingkat
kemajuan belajar dan hasil pembelajaran.

Berdasarkan uraian- uraian di atas dapat di deskripsikan batasan penilaian sebagai berikut.

1. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan bentuk kualitatif kepada atribut
atau karakteristik seseorang, kelompok, atau objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu.
2. Asesmen atau penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil
pengukuran.

3. Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi


yang di peroleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen
tes maupun non tes.

Contoh hasil penilaian adalah penetapan lulus dan tidak lulus, kompeten dan tidak kompeten,
baik dan tidak baik, memuaskan dan tidak memuaskan, dan sebagainya. Secara garis besar,
penilaian dapat di bagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif.

Penilaian yang bersifat formatif di lakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh
manakah suatu proses pembelajaran berlangsung sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sudah di rencanakan. Dengan kata lain, penilaian formatif di lakukan
untuk mengetahui sejauhmanakah peserta didik menguasai materi ajar yang sudah di
sampaikan pada setiap kali pelaksanaan proses pembelajaran.

Penilaian formatif dapat dilakukan pada setiap tatap muka atau beberapa kali tatap muka pada
penyampaian materi pokok bahasan atau sub pokok bahasan.

Sementara, penilaian yang bersifat sumatif di lakukan untuk mengetahui sejauh manakah
peserta didik telah menguasai materi ajar dalam periode waktu tertentu sehingga peserta didik
dapat melanjutkan atau pindah ke unit pembelajaran berikutnya.

Acuan Penilaian

Dalam kegiatan penilaian pembelajaran dapat merujuk pada dua macam acuan yakni
penilaian acuan norma (norm reference test) dan penilaian acuan kriteria/patokan (criterion
reference test). Perbedaan utama antara kedua acuan tersebut adalah pada penafsiran skor
hasil tes.

Dengan demikian, informasi yang di peroleh memiliki makna yang berbeda satu sama lain.
Kedua acuan tersebut menggunakan asumsi yang berbeda dalam melihat kemampuan seorang
peserta didik. Penilaian acuan norma memiliki asumsi bahwa kemampuan belajar peserta
didik adalah berbeda dengan peserta didik lain yang di ukur dalam waktu yang sama.

Penilaian acuan kriteria/patokan berasumsi bahwa kemampuan belajar semua peserta didik
adalah sama untuk periode waktu yang berbeda. Tingkat kemampuan belajar antar peserta
didik berbeda, ada yang relatif cepat dapat menyerap materi ajar, tetapi ada juga yang
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

Hal ini membawa implikasi bahwa untuk membuat kemampuan semua peserta didik dalam
satu kelas relatif sama atau memenuhi kriteria minimal di perlukan upaya-upaya
pembelajaran yang relevan. Salah satu program pembelajaran yang di gunakan untuk
membawa peserta didik memiliki kompetensi memenuhi kriteria minimal adalah program
remidial

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran dikela tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Menurut Sugihartono
dkk “2007: 76-77”, menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai
berikut:

 Faktor Internal ialah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor
internal meliputi, faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
 Faktor eksternal ialah faktor yang ada diluar individu, faktor eksternal meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli

Implementasi dari belajar ialah hasil belajar, nah berikut ini dikemukakan defenisi hasil
belajar menurut para ahli yang diantaranya yaitu:

1. Menurut Dimyati Dan Mudjiono “2006”

Hasil belajar ialah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan
tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan
untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

2. Menurut Djamarah Dan Zain “2006”

Hasil belajar ialah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktifitas belajar.

3. Menurut Benjamin S. Bloom “Dimyati Dan Mudjiono, 2006: 26-27”

Yang dalam hal menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif sebagai berikut:

 Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tengtang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip atau metode.
 Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.

 Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi


masalah yang nyata dan baru misalnya menggunakan prinsip.

 Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian


sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi
masalah menjadi bagian yang telah kecil.

 Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan


menyusun suatu program.

 Evaluasi mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal


berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil ulangan.

4. Menurut Hamalik “2008”


Hasil belajar ialah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya
yang tidak tahu menjadi tahu.

5. Menurut Mulyasa “2008”

Hasil belajar ialah prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator
kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus
dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil
belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.

6. Menurut Suprijono “2009”

Hasil belajar ialah pola-pola perbuatan, niali-niali, pengertian-pengertian, sikap-sikap,


apresiasi dan keterampilan.

7. Menurut Nana Sudjana “2009: 3”

Mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya ialah perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.

8. Menurut Winkel “Dikuti Oleh Purwanto, 2010”

Hasil belajar ialah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya.

9. Menurut Sudjana “2010”

Menyatakan hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia


menerima pengalaman belajar.

Fungsi Hasil Belajar

Menurut Suryabrata “2001” mengemukakan beberapa fungsi penilaian dalam proses


pendidikan yaitu:

1. Dasar Psikologis
Secara psikologis seseorang butuh mengetahui sudah sampai sejauh mana ia berhasil
mencapai tujuannya, masalah kebutuhan psikologis akan pengetahuannya mengenai hasil
usaha yang telah dilakukannya dapat ditinjau dari dua sisi yaitu dari segi anak didik dan dari
segi pendidik.

1. Dari Segi Anak Didik


Seorang anak dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya seringkali berpedoman
pada orang dewasa, dengan adanya pendapat guru mengenai hasil belajar telah
diperoleh maka anak merasa mempunyai pegangan, pedoman dan hidup dalam
kepastian. Selain itu seoranga anak juga butuh mengetahui statusnya di hadapan
teman-temannya, tergolong apakah dia “apakah anak yang pintar sedang dan
sebagainya” juga terkadang dia membutuhkan membandingkan dengan teman-
temannya dan alat paling baik untuk melihat ini ialah pendapat pendidik “khususnya
guru” terhadap kemajuan mereka.
2. Dari Segi Pendidik
Seorang pendidik yang profesional butuh mengetahui hasil-hasil usahanya sebagai
pedoman dalam menjalankan usaha-usaha lebih lanjut.

2. Dasar Didaktis

Adapun dasar didaktis diantaranya yaitu:

 Dari Segi Anak Dididk


Pengetahuan akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada umumnya
berpengaruh baik terhadap prestasi selanjutnya, selain itu dengan adanya tes hasil
belajar, siswa dapat juga mengetahui kelebihan kelemahan yang dimilinya sehingga
siswa dapat mempergunakan pengetahuannya untuk memajukan prestasinya.
 Dari Segi Pendidik
Dengan adanya tes hasil belajar, maka seorang guru juga dapat mengetahuai sejauh
mana kelemahan dan kelebihan dalam pengajarannya. Mengetahui kelebihan dan
kekurang dalam pengajarannya akan menjadi modal bagi guru untuk menentukan
usaha-usaha selanjutnya. Selain itu tes hasil belajar juga berfungsi membantu guru
dalam menilai kesiapan anak didik, mengetahui status anak dalam kelasnya,
membantu guru menentukan siswa dalam pembentukan kelompok, membantu guru
dalam memperbaiki metode mengajarnya dan membantu guru dalam memberikan
materi pelajaran tambahan.

3. Dasar Administratif

1. Memberikan data untuk dapat menentukan status siswa di kelasnya.


2. Memberikan iktisar mengenai segala hasil usaha yang dilakukan oleh sebuah lembaga
pendidikan.

3. Merupakan inti laporan kemajuan belajar siswa terhadap orang tuas atau walinya.

Daftar Referensi

Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.

Matondang. dkk. 2013. Diagnosis Fisis Pada Anak. edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto

Dewi, W. A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring Di


Sekolah Dasar. Edukatif; Jurnal Ilmu Pendidikan, 2 (1), 55-61.

Ananda, R. & Rafida, T. (2017). Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan: Perdana
Publishing.

Albi Anggito, Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif - Albi Anggito, Johan
Setiawan. Yogyakarta: CV Jejak.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta

Djamarah & Zain. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

hamalik, Oemar.2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:


Bumi Aksara.

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Sudjana, Nana. (2009:3). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai