NIM: 180321614516 Offering: P7 2021 Tugas: Resume video dan mandiri Penilaian Pendidikan
1. Sejarah singkat penilaian pendidikan
Awalnya penilaian digunakan untuk tes calon pegawai pemerintahan di Tiongkok tahun 260 SM. Lalu kegiatan penilaian ini ditiru oleh bangsa Eropa sebagai seleksi pegawai pemerintahan dan swasta pada abad ke 16. Hingga akhirnya penilaian ini berkembang menjadi instrumen untuk mengetahui ketercapaian suatu perbaikan di Eropa tahun 1800. Tidak sampai di Eropa saja, penilaian pendidikan juga menyebar sampai ke Amerika Serikat pada tahun 1845 yaitu dalam bentuk ujian tulis. 2. Jenis penilaian pendidikan a. Penilaian formatif Penilaian yang tujuannya memberikan informasi sehingga pembelajaran selanjutnya lebih berkualitas karena tersirat kegiatan memperbaiki proses pembelajaran dan memantau perkembangan belajar siswa. Penilaian formatif dilakukan di akhir pembelajaran. b. Penilaian sumatif Penilaian yang bertujuan untuk menentukan kelulusan. Penilaian ini dilakukan pada saat UTS, UAS, apa pun yang intinya untuk menentukan kelulusan. Tambahan: Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap pendidik melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, berarti pendidik tersebut melakukan assessment of learning. Ujian Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk penilaian sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar). Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Dengan assessment for learning pendidik dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya. Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk meningkatkan performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian formatif, misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contoh- contoh assessment for learning (penilaian untuk proses belajar) (Khamim, 2011) 3. Tujuan penilaian pendidikan a. Memberi umpan balik Hal ini untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam memahami materi dan informasi ini diperuntukkan agar siswa dan pendidik tahu apa langkah yang harus ditempuh selanjutnya. b. Menentukan apa yang dipelajari selanjutnya Dengan kata lain, siswa diajarkan dasarnya terlebih dahulu agar dapat mematangkan materi yang akan segera ditempuh. Contoh sebelum mempelajari Besaran dan Satuan siswa diharap mampu untuk menguasai konsep Satuan SI dan Notasi Ilmiah. c. Diagnosis kesulitan belajar dan miskonsepsi Diagnosis miskonsepsi ini digunakan agar pendidik tahu siswa tersebut telah tepat atau belum dalam mengonsepkan suatu materi. Misal, pada speedometer motor itu menunjukkan kelajuan bukan kecepatan karena kecepatan itu suatu besaran vektor yang memiliki arah. d. Menentukan kemajuan belajar dan mengetahui perkembangannya Dari tujuan ini, pendidik nantinya tahu seberapa jauh kemajuan belajar siswa ditinjau dari peringkat dan prestasi siswa. e. Sebagai alat evaluasi dan akuntabilitas program. Tambahan tujuan: Tujuan satuan pendidikan melakukan penilaian adalah menilai pencapaian standar kompetensi lulusan (SKL) untuk semua mata pelajaran. Informasi yang diperoleh dari kegiatan penilaian dapat membantu sekolah dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi lulusan peserta didiknya. Jika kesimpulan atau keputusan dari penilaian telah ditentukan, maka sekolah bisa menentukan kebijakan terkait hasil penilaian tersebut. Hasil belajar peserta didik yang sudah baik akan mendorong sekolah untuk meningkatkan dan mempertahankan faktor-faktor yang mendukung (Kusainun, n.d.). 4. Prinsip-prinsip penilaian pendidikan yang baik a. Mengumpulkan bukti hasil belajar yang berhubungan dengan kegiatan belajar dan mengajar b. Melakukan interpretasi bukti tersebut secara tepat c. Memahami dimensi-dimensi utama dalam pembelajaran. Dimensi utama tersebut terdiri dari aspek kognitif (menyangkut pemahaman terhadap materi pelajaran), aspek psikomotorik (menyangkut keterampilan dalam keahlian tertentu), dan aspek afektif (menyangkut nilai sikap dan norma yang positif). Tambahan prinsip: Penilaian terhadap peserta didik harus dilakukan secara adil. Penilaian tidak boleh memandang latar belakang gender, suku, budaya, adat istiadat, agama, sosial ekonomi, dan lain-lain. Pendidik juga harus memahami bahwa setiap peserta didik mempunyai kesempatan yang sama dalam belajar, termasuk dalam kegiatan penilaian.(Kusainun, n.d.) Skor Penilaian Penilaian yang dilakukan pendidikan dapat berupa ulangan, pengamatan, penugasan, dan bentuk lainnya yang relevan dengan kompetensi yang akan dinilai. Penilaian oleh pendidik bertujuan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran pada setiap materi pelajaran. Penilaian oleh pendidik juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan kenaikan kelas bagi peserta didik (Kusainun, n.d.) Prosedur atau tahap-tahap penilaian yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah secara umum terdiri dari kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data. Mengumpulkan data diawali dengan perencanaan dan penyusunan instrumen penilaian, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan penilaian. Mengolah data dilakukan dengan menindaklanjuti dan memanfaatkan hasil penilaian. Adapun menginterpretasikan data adalah membuat laporan hasil penilaian, baik dalam bentuk angka maupun deskripsi (Kusainun, n.d.) Skala nilai tidak hanya memberikan dampak pada guru namun juga pada siswa dan orang tua. Penerapan rentang 0-100 yang sudah berjalan sangat lama membuat orang tua terbiasa atau bahkan nilai sudah identik dengan skala tersebut. Keterbacaan nilai dengan rentang baru menjadi permasalahan karena orang tua kesulitan dalam merepresentasikan arti dari simbol nilai dalam rapor. Sedikit berbeda dengan universitas yang tidak masalah dengan rentang nilai 1-4 karena identitas nilai dengan rentang tersebut telah berjalan lama dan level mahasiswa sudah mampu memberikan interpretasi pada orang tua mengenai capaian belajar. Namun, untuk level siswa masih belum dapat memberikan pemahaman pada orang tua mengenai arti dan interpretasi dari simbol nilai di rapor. Banyak orang tua mengusulkan pelaporannya untuk kembali ke rentang nilai 0-100. Dengan demikian, maka sekolah memiliki peran sentral dalam memberikan edukasi pada orang tua mengenai sistem penilaian baru sehingga orang tua dapat mengakses dengan baik informasi di rapor. Rapor merupakan produk akhir dari suatu penilaian. Rapor memuat kompilasi kemampuan seorang siswa. (Setiadi, 2016) Referensi resume tambahan: Khamim. (2011). ANALISIS STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI INDONESIA. Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–14. https://doi.org/10.1088/1751- 8113/44/8/085201 Kusainun, N. (n.d.). ANALISIS STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Setiadi, H. (2016). Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), 166–178. https://doi.org/10.21831/pep.v20i2.7173