Anda di halaman 1dari 20

1.

1 Fungsi Kurikulum

A. Fungsi Kurikulum

Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan

yang terjadi dalam dunia pendidikan. Dalam pengertian sederhana,

kurikulum dianggap sebagai sejumlah mata pelajaran (subjects) yang harus

ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program

pembelajaran untuk memperoleh ijazah, sedangkan dalam pengertian lebih

luas kurikulum mencakup semua pengalaman belajar (learning

experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan

kepribadiannya.

Kurikulum merupakan produk dari perencanaan mengenai strategi

pengalaman belajar yang disiapkan sedemikian rupa. Perencanaan disusun

secara terstruktur untuk sebuah mata pelajaran  sebagai suatu pedoman dan

instruksi untuk mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tertentu.

Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional yang sesuai

dengan kekhasan, kondisi, potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta

didik.

Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan

pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses

pendidikan. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh

proses pendidikan. Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau

sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar


mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan

demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

Menurut Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan (2008:

31)Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk

membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat

bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga

negara dan masyarakat dengan memilih isi (materi), strategi, kegiatan dan

teknik yang sesuai.

Pendidikan tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak ada

yang mengendalikan jalannya proses pendidikan ini, yang mengendalikan

jalannya proses pendidikan adalah kurikulum (Hasibuan (2010:20).

B. Fungsi Kurikulum

Secara umum fungsi kurikulum adalah alat untuk membantu

peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan

pendidikan. Kurikulum yaitu segala aspek yang mempengaruhi peserta

didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.

Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis

dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.

Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum

memiliki empat fungsi,yaitu :

1. Fungsi pendidikan umum (common and general education)


Fungsi pendidikan umum, yaitu fungsi kurikulum untuk

mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat

yang yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan

bertanggung jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar

kepada setiap peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai

dalam kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota

masyarakat dan mahluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum ini

harus diikuti oleh setiap siswa pada jenjang dan level atau jenis

pendidikan mana pun.

2. Suplementasi (suplementation)

Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari

perbedaan kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedan bakat.

Kurikulum sebagai alat pendidikan seharusnya dapat memberikan

pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.

Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata harus

terlayani untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal,

sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga

harus terlayani sesuai dengan kemampuannya.

3. Eksplorasi

Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat

menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing

siswa. Melalui fungsi ini siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan

minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar


tanpa adanya paksaan. Namun demikian, proses eksplorasi terhadap

minat dan bakat siswa bukan pekerjaan yang mudah. Adakalanya terjadi

pemaksaan dari pihak luar, misalnya para orang tua, yang sebenarnya

anak tidak memiliki bakat dan minat terhadap bidang tertentu, mereka

dipaksa untuk memilihnya hanya karena alasan-alasan tertentu yang

sebenarnya tidak rasional. Oleh karena itu para pengembang kurikulum

mesti dapat menggali rahasia keberbakatan anak yang kadang-kadang

tersembunyi.

4. Keahlian (spesialization)

Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak

sesuai dengan keahlian yang didasarkan atas minat dan bakat siswa.

Dengan demikian, kurikulum harus memberikan pilihan berbagai

bidang keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, industri, atau

disiplin akademik. Yang bertujuan agar peserta didik memiliki

keterampilan-keterampilan sesuai dengan bidang spesialisnya. Untuk

itu pengembangan kurikulum harus melibatkan para spesialis untuk

menentukan kemampuan apa yang harus dimiliki setiap siswa sesuai

dengan bidang keahliannya.

Alexander Inglis(dalam Hamalik, 1990) mengemukakan enam fungsi

kurikulum untuk siswa yang meliputi :

1. Fungsi Penyesuaian

Yang dimaksud adalah bahwa kurikulum harus dapat mengantar

siswa agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan soaial


masyarakat. Karena individu hidup dalam lingkungan, sedangkan

lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap

individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan dibalik

lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah

letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu yang

well adjusted.

2. Fungsi Integrasi

Kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara

utuh. Baik itu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh

karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat,

maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam

rangka membentuk sikaf sesuai dengan sistem nilai yang berlaku di

masyarakatnya.

3. Fungsi Deferensiasi

Kurikulum harus dapat melayani setiap siswa dengan segala

keunikannya. Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap

perbedaan perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya

deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini

akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi Persiapan

Kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar bagi

anak. kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu

melanjutkan studi lebih lanjut ke jenjang yang lebih tinggi untuk


jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan

kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan

semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat

mereka, maka kurikulum harus membekali mereka dengan berbagai

pengetahuan yang diperlukan agar dapat mengikuti pelajaran pada level

pendidikan di atasnya juga agar dapat belajar di masyarakat.

5. Fungsi Pemilihan

Kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada setiap

siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Antara

keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Ini

merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang

demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel.

6. Fungsi Diagnostik

Adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan

kekuatan siswa. Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah

membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu

memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan

semua potensi yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka

menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui

eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan

membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara

optimal.
Memperhatikan fungsi-fungsi di atas, maka jelas kurikulum berfungsi

untuk setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun

tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum berfungsi

sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai

pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan

pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan

supervise atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai

pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,

kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi

terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri,

kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

C. Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan

Dalam sistem pendidikan nasional, kita mengenal tiga komponen

utama, yakni (1) peserta didik, (2) guru, dan (3) kurikulum (Agus, 2012).

Dalam proses belajar mengajar, ketiga komponen tersebut terdapat hubungan

yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Tanpa peserta didik,

guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa guru para

siswa juga tidak akan dapat secara optimal belajar. Tanpa kurikulum, guru pun

tidak akan mempunyai bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik.

Selanjutnya Syaodih (1988) dalam Ghufron (2008) mengatakan bahwa

pada hakekatnya pendidikan berintikan interaksi edukatif antara pendidik

dengan peserta didik. Interaksi edukatif tersebut bertujuan untuk mewujudkan


aspek-aspek kurikulum yang berlaku menuju pada tercapainya tujuan

pendidikan yang telah dirumuskan. Interaksi edukatif tersebut sangat

dipengaruhi oleh lingkungan, dimana kegiatan pendidikan terjadi.

Berdasarkan paparan diatas, kurikulum dapat dikatakan sebagai jantung

kegiatan pendidikan. Artinya, aktivitas edukasi antar pendidik dengan peserta

didik sangat dipengaruhi oleh muatan-muatan yang ada dalam kurikulum.

Tanpa ada kurikulum kegiatan pendidikan mustahil tejadi. Dengan posisi

tersebut kurikulum yang berlaku disuatu sekolah tentu saja sangat dipengaruhi

oleh teori-teori pendidikan yang dipakai.

Pendidikan di lingkungan sekolah lebih terencana dan sistematis.

Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam

lembaga pendidikan guru, ia telah mempelajari ilmu, keterampilan dan seni

sebagai guru. Di sekolah guru melaksanakan fungsi sebagai pendidik secara

sadar dan terencana berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumnya.

Guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan

yang matang. Mereka mengejar dengan tujuan yang jelas, bahan-bahan yang

disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara dan alat-alat tang telah dipilih 

dan dirancang secara cermat.

Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi proses pendidikan dengan

berbagai bentuk. Ada yang dilakukan secara formal seperti kursus atau

pelatihan; dan ada pula yang tidak formal seperti ceramah-ceramah, sarasehan,

atau pergaulan hidup sehari-hari. Gurunya juga bervariasi mulai dari yang
berpendidikan formal guru sampai dengan mereka yang menjadi guru hanya

karena pengalaman.

Dari perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal

mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, memiliki kurikulum tertulis yang

tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci. Kedua, pelaksana kegiatan

pendidikan telah dipersiap-kan secara formal sebagai pendidik yang telah

dibekali dengan berbagai macam kompetensi. Ketiga, kegiatan pendidikan

dilaksanakan secara formal, terencana, dan diakhiri dengan kegiatan penilaian

untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Keempat, interaksi berlangsung

dalam situasi dan lingkungan tertentu dengan dukungan berbagai fasilitas

yang diperlukan.

Adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis merupakan ciri

utama pendidikan disekolah. Dengan kata lain, kurikulum merupakan syarat

mutlak bagi pendidikan sekolah (Mustofa).

Jika kurikulum merupakan syarat mutlak, hal tersebut berarti bahwa

kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau

pengajaran. Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan

tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan

pribadi, kemampuan sosial ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan

bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut

diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai

hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara dan alat-alat penilaian

tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode dan alat,
serta penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan

berpedoman pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa

berlangsung. Interaksi ini selalu terjadi dalam lingkungan fisik, alam, social

budaya, ekonomi, politik dan religi.

Kurikulum dalam pendidikan formal menempati posisi yang sangat strategis

karena tanpa kurikulum pendidikan akan kehilangan jati diri, serta arah dan

tujuan yang hendak diraihnya.

Berkaitan dengan hal itu, kurikulum merupakan sesuatu yang

dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan,

termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas.

Sejalan dengan Syaodih (1988) dalam Hasibuan (2010:21) mengemukakan

bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk

mengendalikan jalannya proses pendidikan. Berkaitan dengan posisi

kurikulum yang demikian akan menjadi semakin dipandang penting apabila

kurikulum itu dikembalikan kepada pengertiannya disebut bahwa kurikulum

itu adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas sekolah yang dapat

merangsang berkembangnya kegiatan pembelajaran siswa.

Hal ini menunjukkan berarti kurikulum menjadi tempat kembali dari

semua kebijakan-kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak manajemen

sekolah atau pemerintah. Jika batasan yang seperti ini digunakan, maka

dengan sendirinya kedudukan atau posisi kurikulum di dalam keseluruhan

proses pendidikan menempati posisi yang sangat sentral. 

Dalam posisi yang sangat sentral, maka posisi kurikulum dapat dicontohkan
seperti halnya posisi pemerintah pusat ditengah-tengah pemerintah daerah

dalam suatu wilayah negara kesatuan. Pemerintah pusat dalam hal ini disebut

menempati posisi yang sangat sentral, dimana setiap pemerintah daerah di

negara kesatuan tersebut selalu berhubungan dan tergantung dengan

pemerintah pusat, dan tidak akan ada satu daerah pun yang dapat melepaskan

diri dari kebijakan pemerintah pusat. Dengan perbandingan seperti ini, posisi

kurikulum dalam proses pendidikan dapat juga disebut menempati posisi inti,

dimana semua kebijakan pendidikan yang diambil mulai dari tingkat yang

paling makro sampai ke tingkat meso (menengah) dan mikro (sekolah)

haruslah selalu mencerminkan kepentingan-kepentinga kurikulum (Hasibuan,

2010:21).

Posisi sentral kurikulum dalam proses pendidikan dapat juga dilihat

dari posisi kurikulum dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Dalam

posisi ini kurikulum dapat disebut sebagai “kontrak kerja” untuk transaksi

pendidikan yang berlangsung diruang kelas. Sebagai kontrak kerja atau suatu

“transaksi” pendidikan yang dilaksanakan diruang kelas, maka kurikulum

dapat diibaratkan sebagai sebuah kendaraan (media) yang dirancang untuk

mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. Karena itu “kendaraan”

yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan , mendorong kurikulum harus

dapat diwujudkan dalam “suatu transaksi” dengan berbagai aspek dan

komponen lainnya yang terdiri antara lain seperti; tenaga pendidik, anak

didik, alat dan situasi pendidikan. Tenaga pengajar dan anak didik menjadi

“motor” penggerak utama kurikulum. Sedangkan alat-alat dan situasi


pendidikan menjadi faktor pendukung untuk kepentingan pencapaian

keberhasilan dan pelaksanaan kurikulum.

Sejalan dengan hal tersebut Muliani (2012) mengemukakan bahwa

kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.

Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan. Kurikulum juga

merupakan suatu rencana pendidikan memberikan pedoman dan pegangan

tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping

kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni

para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau

memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembang kurikulum berbagai

instusi pendidikan.

Fungsi kurikulum dalam pendidikan adalah sebagai acuan atau dasar

dalam menjalankan kegiatan pembelajaran, kurikulum juga sebagai

standarisasi pendidikan. Di indonesia kurikulum pendidikan terus berubah.

Perubahan tersebut dari tahun 1947 sampai tahun  2013, indonesia pernah

mengalami sebelas kali perubahan kurikulum, perubahan kurikulum

dipengaruhi oleh kondisi politik, ekonomi, sosial budaya, dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi perubahan kurikulum lebih berdasarkan

internal di indonesia.

Pada tahun 2013 kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2013 yang

didalamnya menggunakan pendekatan saintifik. Namun pada pertengahan

2014 kurikulum di indonesia kembali ke kurikulum 2006 yaitu KTSP, namun

tidak semua satuan pendidikan kembali ke kurikulum KTSP, sehingga pada


tahin 2015 di indonesia terdapat dua kurikulum, ini adalah pertama kali

indonesia memiliki dua kurikulum dalam satu periode.

Ada beberapa  fungsi kurikulum   dalam kaitannya dengan

pendidikan di indonesia yaitu:

1. Bagi kelapa sekolah

Kepala sekolah sebagi ketua dalam pengelolaan sekolah memiliki

peran aktif dalam merancang program, dan merancang kebijakan sekolah.

sebingga Kurikulum dijadikan sebagai pedoman untuk pengelolaan

sekolah bagi kepala sekolah. Selain itu kurikulum juga sebagai pengukur

keberhasilan pengelolaan sekolah yang dipimpinnya.

2. Bagi Setiap Jenjang Pendidikan

Dalam pendidikan terdapat tiga tahap yaitu input,proses dan

output. Fungsi kurikulum dalam jenjang pendidikan adalah sebagi acuan

dalam menjalankan setiap proses pendidikan, sehingga setiap jenjang

pendidian yang sederajat memiliki proses yang sama, dan diharapkan juga

akan memiliki output yang sama dalam hal kualitas. kurikulum berperan di

dalam tahap proses

3. Bagi guru

Guru merupakan pemeran utama dalam proses pendidikan,

sehingga guru dituntut untuk terus mengembangkan dirinya karena terus

berkembangnya ilmu. Sebagia guru sebelum menyampaian materi juga

harus menyusun perencanaan terlebih dahulu, peran kurikulum bagi guru


adalah sebagai acuan dalam penentuan materi, metode dan model

pembelajaran yang akan di sampaiakan.

4. Bagi pengawas (supervisor)

Pengawas bertugas untuk mengawasi semua kegiatan pendidikan

dalam satuan pendidikan, dengan adanya kurikulum yang sama maka

pengawas sudah memiliki acuan standarisasi dalam proses pengawasan.

Selain itu tugas pengawas juga mengawasi penerapan kurikulum apakah

sudah sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum.

5. Bagi masyarakat

Dalam proses pendidikan tidak hanya guru yang berperan, tetapi

juga masyarakat, masyarakat berperan sebagai pemberi usul kebijakan

kurikulum, misalnya orang tua dapat melihat keberhasilan kurikulum

dengan melihat perubahan sikap, pengetahuan anaknya apakan sudah

sesuai atau belum.

6. Bagi pemakai lulusan

Output dalam tahap pembelajaran pasti berbeda-beda hal ini karena

dalam proses juga dengan kurikulum yang berbeda, semakin bagus

kurikulum maka kualitas lulusanpun akan berbeda. Fungsi kurikulum bagi

pemakai lulusan yaitu para pembuka lapangan pekerjaan pasti menjadi

perhatian khusus. Semakin baik kurikulum maka lulusanpun akan lebih

baik.
1.2 Bentuk Kurikulum

A. Bentuk Kurikulum

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang

melakukan penyederhanaan, dan tematik-integratif, menambah jam

pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu

lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan

mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau

mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan

siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh

lebih baik.

Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga

nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan

tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

B. Karakteristik Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:

1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk

Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut

dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan

(kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk

suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.


3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta

didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas

tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah

diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan

menengah berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual

(kemampuan kognitif tinggi).

5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)

Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran

dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip

akumulatif saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)

antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan

vertikal) diikat oleh kompetensi inti

7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD).

Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di

kelas tersebut

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang

untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.


C. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses

pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai

metode pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan

pembelajaran, antara lain:

1. Metode ceramah

Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan

baik verbal maupun nonverbal.

2. Metode latihan

Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-

kebiasaan tertentu sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi

secara optimal.

3. Metode tanya jawab

Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus

dijwab oleh anak didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan

pertanyaan selama proses pembelajaran atau guru mengajukan

pertanyaan dan anak didik menjawab.

4. Metode karya wisata

Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak

didik ke objek diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar

siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung.


5. Metode demonstrasi

Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses

atau suatu benda yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.

6. Metode sosiodrama

Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak

didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang

terdapat dalam kehidupan sosial.

7. Metode bermain peran

Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan

anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik

tokoh hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan penghayatan,

tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.

8. Metode diskusi

Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa

dan siswa diminta untuk memecahkan masalah secara kelompok.

9. Metode pemberian tugas dan resitasi

Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada

siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada

siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru.

10. Metode eksperimen

Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.

11. Metode proyek

Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang lain.


Adapun prinsip dalam pemilihan dalam metode pembelajaran adalah

disesuaikan dengan tujuan, tidak terikat pada suatu alternatif, penggunaannya

bersifat kombinasi. Faktor yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam

pembelajaran antara lain:

1. Tujuan pembelajaran

2. Tingkat kematangan anak didik

3. Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran

D. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

1. Kelebihan Kurikulum 2013

a. Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan

inovatif, pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi

menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter

harus diintegrasikan kesemua program studi.

b. Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara

anak desa atau kota. Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi

kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.

c. Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui

jenjang pendidikan anak usia dini.

d. Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu

kemampuannya melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru

untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus.


2. Kelemahan Kurikulum 2013

a. Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki

kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah

dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.

b. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan

hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena

kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.

c. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena

rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.

Anda mungkin juga menyukai