Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergerakan arus informasi di era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang
kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar sesuai kebutuhan
dan tidak ketinggalan zaman. Semua sistem kehidupan, baik mikro maupun makro, perlu
mengadakan pembaharuan dan pengembangan agar dapat mengimbangi kemajuan global.
Tidak terkecuali sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional harus selalu
dikembangkan agar dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat, baik lokal, regional
maupun nasional.
Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum
merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan,
baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah.
Oleh karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan bagi anakanak bangsanya, pemerintah mulai menyusun kurikulum. Dalam hal ini, kurikulum
dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik dan diberlakukan bagi seluruh anak
bangsa di seluruh Indonesia.
Namun, memperhatikan kondisi pendidikan beberapa tahun belakangan ini,
penyelenggara pendidikan tampaknya menghadapi kesulitan dalam menerapkan
kurikulum yang berlaku. Berbagai kasus menunjukkan kurangnya pemahaman para
penyelenggara pendidikan terutama yang berkaitan dengan peran dan fungsi pendidikan.
Kekurang pahaman penyelenggara pendidikan tentang peran dan fungsi kurikulum dapat
berakibat fatal terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terbukti ketika penyelenggara
pendidikan dihadapkan pada permasalahan ujian nasional (UN), mereka sering kelabakan
dan takut jika anak didiknya tidak mampu menyelesaikan ujian dengan baik. Hal ini
sangat disayangkan mengingat kurikulum merupakan komponen penting untuk
membangun sistem pendidikan yang baik.
Berdasarkan kenyataan ini, penulis merasa tertarik untuk membahas lebih jauh
tentang peran dan fungsi kurikulum yang nanti diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber belajar bagi para penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini, penulis menyusun makalah yang berjudul Dasar-dasar Kurikulum, Fungsi dan
Peran Kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum?
2. Apa Fungsi Kurikulum?
3. Bagaimana Peran Kurikulum ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.
2. Mengetahui Fungsi Kurikulum.
3. Mengetahui Peran Kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pengembangan Nasional
2

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal 1


disebutkan bahwa, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan
belajar mengajar.1
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan pesrta didik dan kesesuainnya dengan lingkungan,
kebutuhan pembangunan nasional perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Bab IX, Ps.
37). Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional
berakar pada kebudayaan nasional, dan pendidikan nasional berdasarkan pada Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945. Berdasarkan ketentuan dan konsep-konsep tersebut,
pengembangan kurikulum agar berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut :2
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam
merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3. Perkembangan peserta didik, yang merujuk pada karakteristik perkembangan peserta
didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan
hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencangkup kebutuhan pembangunan dibidang
ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hamkan, dan sebagainya.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan
manusiawian serta budaya bangsa.
Keenam faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya tidak bisa
dipisah-pisahkan.
Dasar-dasar dalam mengembangkan kurikulum yaitu:
1. kuriulum disusun untuk mewujudkan system pendidikan nasional.
2. kurikulum pada semua jenjang pendidikan dkembangkan dengan pendekatan
kemampuan.
3. kurikulum harus sesuai dengan cirri khas satuan pendidikan pada masing-masing
jenjang pendidikan.
1 Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. 2004. Jakarta: Rineka Cipta. hal. 3.
2 Oemar Hamalik. Kurikulum dan pembelajaran. 1994. Bandung: Bumi Aksara. Hlm 18
3

4. kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ,


potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan
berkepentingan.
5. kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan tuntutan
lingkungan .
6. kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan,
intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan
hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika dan rasa
kebangsaan
Adapun Asas-Asas Pengembangan Kurikulum sebagai berikut : 3
1. Asas Filsafat
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Ketika
kita berbicara tetang masalah pendidikan maka kita sedang berhadapan dengan
msalah hidup dan kehidupan manusia, sebagai mana yang dikemukakan oleh
Lodge , yaitu: bahwa life is education, and cducation is life, akan berarti bahwa
seluruh proses hidup dan kehidupan manisia itu adalah proses pendidikan.
Bagaimanapun pengertian dari pendidikan, namun masalah pendidikan adalah
merupakan

masalah

yang

berhubungan

langsung

dengan

hidaup

dan

kehidupanmanusia. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan


pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,
progresivisme, dan rekonstruktivisme.
Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran aliran
filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi
kurikulum yang dikembangkan.
2. Asas Psikologis
Asas filosofis dan sosiologis lebih mengarah pada tujuan akhir yang
diharapkan bagi anak didik dalam kurikulum itu, pengetahuan psikologi sangat
dibutuhkan untuk membantu para penembang kurikulum agar lebih realistic dalam
memilih tujuan-tujuan,tetapi tidak akan menentukan tujun-tujuan apa yang
seharusnya.

3http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/2015/09/27/dasar-dasar-pengembangan-kurikulum/.diunduh pada 28
september 2016 pukul 20.08

Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua


bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar.
3. Asas Sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi
individu dan rekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya
semata-mata digunaka dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional,
melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakt sekolah atau bahkan
tingkat pengajaran, menurut Doll , sekolah mempersisapkan anak untuk kehidupan
di masyarakat kini dan yang akan datang. Agar sekolah dapat memberikan persiapan
sebaik-baiknya, maka apa ang dipersiapkan harus sesuai dengan apa yang ada atau
diharapkan oleh masyarakat. Hal yang sulit bagi pendidikan berkenaan dengan dasar
masyarakat ini adalah sifat masyarakat yang selalu berubah. Atau yang sesuai
sekarang belum tentu tetap sesuai dengan 10 atau 20 tahun yang akan datang.
4. Asas Pengetahuan dan Teknologi
Dasar ini berkenaan dengan materi yang akan disampaikan dalam kurikulum.
Apakah pendidikan akan memberikan pegetahuan lama atau pengetahuan baru ? kita
mengetahui bahwa pekembangan sangat pesat, mampukah sekolahmengikuti
perkembangan pengetahuan ini untuk disampaikan pada anak. Pengetahuan mana
yang sangat uregen untuk dikuasai anak ? mengenai teknologi selain teknologi
sebagai bahan ajar dalam penyusunan kurikulum juga teknologi berfungsi sebagai
peunjang pelaksanaan pendidikan. dengan perkembangan teknologi yang sangat
pesat dapat menunjang efisiensi pelaksanaan pendidikan, terutama dengan
mengunakan alat-alat bantu seperti, computer, radio, televise, tape recorder, film dll.
5. Asas Organisatoris
Keadaaan masyarakat yang berubah-ubah dan mengalami peruubahan yang
sangat pesat, tentu akan memberi beban baru bagi para pengembang kurikulum,
yang berperan sebagai pembuat keputusan dan memilih apa saja yang harus
diajarkan kepada siapa. Dalam hal ini Nasution mennyaakan bahwa ada dua masalah
pokok yang harus dipertimbangkan , yaitu:
a) pengetahuan apa yang harus diberikan kepada peserta didik dalam suatu bidang
studi,
b) bagaimana mengorganisasi bahan itu agar peserta didik dapat mengusai dengan
sebaik-baiknya.
B. Fungsi Kurikulum
5

Kurikulum

berfungsi

sebagai

pedoman

dalam

pelaksanaan

pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara


langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah,
pengawas, orang tua, masyarakat, dan pihak peserta didik itu sendiri.
Selain sebagai pedoman, bagi peserta didik, kurikulum memiliki enam
fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi
diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan/seleksi, dan fungsi
diagnostik.
Secara umum, fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik
untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum adalah segala
aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta
prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara
sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem (system), artinya
kurikulum tersebut merupakan suatu kesatuan atau totalitas yang
terdiri dari beberapa komponen, di mana antara komponen satu
dengan

komponen

lainnya

saling

berhubungan

dan

saling

mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan. Komponen-komponen


kurikulum tersebut, yaitu tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan
evaluasi.
Tujuan kurikulum menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan
terbina dari suatu proses pendidikan. Dengan demikian suatu tujuan
memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan
dari suatu kurikulum. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang
jelas pula terhadap pemilihan isi/bahan ajar, strategi pembelajaran,
media, dan evaluasi. Bahkan dalam berbagai model pengembangan
kurikulum, tujuan dianggap sebagai dasar, arah, dan patokan dalam
menentukan komponen-komponen yang lainnya. Tujuan yang harus
dicapai dalam pendidikan di Indonesia bersifat hierarkis, yang terdiri
atas Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Mata
Pelajaran, dan Tujuan Instruksional (Umum dan Khusus).
Isi/materi kurikulum menempati posisi yang penting dan turut
menentukan kualitas pendidikan. Secara umum isi/materi kurikulum
merupakan pengetahuan ilmiah yang terdiri atas fakta, konsep,
6

prinsip,

dan

keterampilan

yang

perlu

diberikan

kepada

siswa.

Pengetahuan ilmiah tersebut jumlahnya sangat banyak dan tidak


mungkin semuanya dijadikan sebagai isi kurikulum. Oleh karena itu,
perlu diadakan pilihan-pilihan. Untuk menentukan pengetahuan mana
saja yang akan dijadikan isi kurikulum, diperlukan berbagai kriteria.
Strategi pembelajaran merupakan bagian integral dalam pengkajian
tentang kurikulum. Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan siasat,
cara atau sistem penyampaian isi kurikulum. Pada dasarnya ada dua
jenis

strategi

pembelajaran,

yaitu

strategi

pembelajaran

yang

berorientasi kepada guru (teacher oriented) dan yang berorientasi


kepada siswa (student oriented). Strategi pertama disebut model
ekspositori atau model informasi, sedangkan strategi kedua disebut
model inkuiri atau problem solving. Strategi mana yang digunakan
atau dipilih biasanya diserahkan sepenuhnya kepada guru dengan
mempertimbangkan hakikat tujuan, sifat bahan/isi, dan kesesuaian
dengan tingkat perkembangan siswa.
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan
kurikulum

dan

menilai

proses

implementasi

kurikulum

secara

keseluruhan. Hasil evaluasi kurikulum dapat dijadikan umpan balik


untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Selain
itu, hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai masukan dalam penentuan
kebijakan-kebijakan pengambilan keputusan tentang kurikulum dan
pendidikan. Gambaran yang komprehensif mengenai kualitas suatu
kurikulum, dapat dilihat dari komponen program, komponen proses
pelaksanaan,

dan

komponen

hasil

yang

dicapai.

Berbicara Kurikulum berarti berbicara kerangka acuan yang harus di


kuasai

oleh

Tutor/Pamong

belajar

dalam

menyampaikan

materi

pelajaran kepada peserta didik /warga belajar, di dalam kurikululum


terdapat asas-asas kurikulum yang di dalamnya terdapat sejumlah
faktor yang harus dipertimbangkan seperti misalnya:
a) Tujuan pendidikan yang biasanya terkandung dalam filsafat suatu
negara, yang merupakan dasar filsafat.
b) Keadaan masyarakat dengan keaneka ragaman agama, adat
istiadat, ekonomi, sosial.politik dan budaya.
7

c) Psikologi anak, seperti perkembangannya, minat, kesanggupan,


serta perbedaan antar individu.
d) Organisasi kurikulum seperti bahan pembelajaran, misalnya, mata
pelajaran yang di sajikan dalam bentuk tertentu. Sebagai dasar
wawasan

yang

mengembangkan

memungkinkan
yang

berkaitan

penulis
dengan

untuk

fungsi

dapat

dan

peran

kurikulum, maka terlebih dahulu akan penulis paparkan pengertian


dari kurikulum yaitu pedoman atau acuanyang menginformasikan
sejumlah pengalaman dalam proses kegiatan pembelajaran yang
melibatkan perubahan pada mental dan fisik melalui inter aksi
antar peserta didik / warga belajar, peserta didik/warga belajar
dengan guru/pamong belajar/tutor, peserta didik/warga belajar
dengan lingkungan serta suber belajar lainnya dalam upaya
pencapaian
Kurikulum

kompetensi
dengan

sendiri

merupakan

dasar.
seperangkat

rencana

program dan pengaturan yang di dalamnya terdapat isi serta


bahan

pengajaran,

merupakan

panduan

bagi

guru

dalam

menginformasikan sejumlah materi pelajaran yang menjadi ramburambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran secara profesional
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, yang teruang
dalam

tujuan

pendidikan

nasional.

Kurikulum memiliki dua fungsi, yang terdiri fungsi umum dan fungsi
khusus, fungsi umum dalam kurikulum yaitu sebagai penyedia dan
pengembang individu peserta didik, sementara yang di maksud
dengan fungsi khusus adalah terdiri dari dua hal yang harus di
perhatikan yaitu :
a) Fungsi Preventif yaitu, fungsi dimana guru terhindar untuk
melakukan

hal-hal

kurikulum.
b) Fungsi Korektif
pedoman

yang

yaitu

dalam

tidak

sesuai

merupakan

membetulkan,

dengan

rambu-rambu
ketika

menyimpang dari kurikulum.


c) Fungsi Konstruktif, yaitu memberikan

yang

ketetapan
sebagai

pelaksanaan
benar

bagi

pelaksanaan serta pengembangan dengan berpedoman pada


8

kurikulum

yang

berlaku.

Dalam fungsi kurikulum ada hal hal yang harus diperhatikan


yang erat kaitannya dengan komponen-komponen dalam fungsi
kurikulum yaitu sasaran atau arah yang hendak dituju oleh
proses

penyelenggaraan

yang

tertuang

dalam

Tujuan

Pendidikan Nasional yang merupakan tujuan jangka panjang


juga merupakan Tujuan Ideal Pendidikan Bangsa Indonesia.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum yang merupakan
tuntutan bagi guru/pamong belajar dalam mengembangkan daya
nalar serta wawasan dimana seorang guru ataupun pamong
belajar untuk pendidikan non formal harus mampu menjabarkan
hal hal seperti :
a) Tujuan Institusional, yang merupakan sasaran pendidikan suatu
lembaga pendidikan.
b) Tujuan Kurikuler yaitu tujuan yang ingin di capai oleh suatu
program study yang merupakan suatu target yang ingin dicapai
oleh suatu mata pelajaran yang masih di bagi menjadi tujuan
instruksional umum, dan memerlukan waktu lebih lama (tujuan
jangka panjang) memerlukan waktu yang lebih lama serta
sukar di ukur, misalnya penekanan pada peri laku peserta
didik/warga belajar.
c) Isi Kurikulum, yaitu terdiri dari pengalaman-pengalaman yang
aka di peroleh peserta didik/warga belajar, dalam proses
kegiatan pembelajaran di sekolah yang didalamnya mencakup :
tujuan khusus, bahan ajar, media pembelajaran dan sumber
belajar, yang di rancang sedemikian rupa sehingga apa yang
diperpleh peserta didik/ warga belajar sesuai dengan tujuan
yang

ingi

di

capai.

d) Metode Pembelajaran, yaitu panduan yang menjembatani


kegiatan

peserta

didik/warga

belajar

dalam

memperoleh

pengalaman belajar dalam satu kesatuan untuk mencapai


tujuan.

d) Evaluasi Kurikulum, adalah media untuk mengetahui apakah


sasaran yang ingin di jangkau dapat tercapai atau tidak,
evaluasi adalah tolak ukur dari kompetensi belajar peserta
didik, apakahmateri pelajara yang telah di sampaikan itu dapat
di kuasai oleh peserta didik atau tidak, evaluasi kurikulum juga
adalah merupakan upaya untuk mengukur tingkat keberhasilan
kurikulum, juga tingkat keberhasilan proses kurikulum
Sedangkan Menurut Mc. Neil (1990), isi kurikulum memiliki empat fungsi yaitu,
sebagai berikut: 4
a) Fungsi Pendidikan Umum (common and general education)
Fungsi pendidikan umum (common and general education) yaitu fungsi
kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab
b) Suplementasi (Suplementation)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan baik dilihat dari perbedaan
kemampuan, perbedaan minat, maupun perbedaan bakat. Sebagai alat pendidikan
seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan
perbedaan tersebut.
c) Eksplorasi (Eksploration)
Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat menemukan
dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa. Melalui fungsi ini
siswa dapat diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga
memungkinkan mereka akan belajar tanpa adanya paksaan.
d) Keahlian (Spesilization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan
keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakatnya siswa. Dengan demikian,
kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya
perdagangan, pertanian, industri atau disiplin akademik lainnya.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis dalam
bukunya Principle of secondary Education (1981), yaitu: 5
a) Fungsi Penyesuaian (the adjust fine of adaptive function)
4 http://andraputraa.blogspot.co.id/2014/03/peran-dan-fungsi-kurikulum.htm. ldiunduh pada 28 September
2016 pukul 20.15

10

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pendidikan harus mampu mengarahkan anak didik agar memiliki sifat well
adjustedyaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan social.6
Sebagai makhluk Allah, anak didik perlu diarahkan melalui program
pendidikan agar dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Sebagai khalifah fil
ardhi, anak didik diharapkan mampu mengimplementasi nilai-nilai pendidikan
yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada-Nya.
b) Fungsi Pengintegrasian (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Dalam hal ini,
orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak didik agar mempunyai
pribadi yang integral. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral
dari masyarakat, pribadi yang integrasi itu akan memberikan sumbangan dalam
rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
c) Fungsi Perbedaan (the differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu anak
didik. Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda
dan peran pendidikanlah yang mengembangkan potensi-potensi yang ada, sehingga
anak didik dapat hidup dalam bermasyarakat yang senantiasa beraneka ragam
namun satu tujuan pembangunan tersebut.7
Jadi fungsi kurikulum sebagai pembeda dapat dimulai dengan memprogram
kurikulum pendidikan yang relevan dan mengaplikasikannya dalam proses belajarmengajar yang mendorong perbedaan anak didik tersebut dapat berpikir kreatif,
kritis dan berorientasi kedepan.
d) Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memepersiapakan anak didik agar mampu melanjutkan
5 Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Hlm211

6 Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan Pembelajaran.2011. Jakarta:
Rajawali Pers. Hlm 9

7 Ibid. Hlm 214


11

studi lebih lanjut untuk suatu jangkau yang lebih jauh, baik itu melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi maupun untukl belajar di masyarakat seandainya ia tidak
mungkin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
e) Fungsi Pemilihan (the selective function)
Dalam fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada anak didik dalam
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemempuan dan minatnya.
f) Fungsi Diagnostik (the diacnostic function)
Salah satu aspek pelayanana pendidikan adalah membantu dan mengarahkan
anak didik agar mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan anak didik untuk dapat
memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila anak
didik sudah mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya,
maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahannya
Memperhatikan fungsi-fungsi di atas, maka jelas kurikulum berfungsi untuk
setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung
dengan penyelenggaraan pendidikan. Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak
berpedoman kepada kurikulum, maka tidak akan berjalan dengan tidak efektif sebab
pembelajaran adalah proses yang bertujuan, sehingga segela sesuatu yang dilakukan
guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan. Sedangkan arah dan tujuan
pembelajaran beserta bagaimana cara dan strategi yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan itu merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum.
Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencacaan dan
program sekolah. Dengan demikian, penyusunan kelender sekolah, pengajuan sarana
dan prasarana sekolah kepada dewan sekolah, penyusunan berbagai kegiatan sekolah
baik yang menyangkut kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lainnya, harus
didiasarkan pada kurikulum.
Bagi pengawas, kurikulum

akan

berfungsi sebagai

panduan

dalam

pelaksanaan supervisi. Dengan demikian, dalam proses pengawasan para pengawas


akan dapat menentukan apakah program sekolah termasuk pelaksanaan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum

12

atau belum, sehingga berdasarkan kurikulum itu juga pengawas dapat memberikan
saran perbaikan.
Fungsi kurikulum bagi orang tua adalah sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan baik bagi penyelenggaraan program sekolah, maupun dalam membantu
putra/putri mereka belajar di rumah sesuai dengan program sekolah. Melalui
kurikulum orang tua akan mengetahui tujuan yang harus dicapai serta ruang lingkup
materi pelajaran.
Bagi siswa sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui
kurikulum siswa akan memahami apa yang harus dicapai, isi atau bahan pelajaran
apa yang harus dikuasai, dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan.
Adapun Fungsi kurikulum menurut imansjah Alipandie sebagai berikut :8
a) Bagi sekolah yang bersangkutan :
1) Merupakan alat mencapai tujuan pendidikan yang di ingikan . fungsi ini
mengandung uraian tentang :
Jenis program apa yang diselenggarakan .
Begaimana menyelenggarakan setiap jenis program.
Siapa yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan.
Perlengkapan apa yang perlu dipersiapkan.
2) Pedoman mengatur kegiatan sehari-hari.
b) Bagi sekolah pada tingkatan yang lebih atas :
1) bagi keseimbangan :
Sekolah pada tingkatan yang lebih atas harus mengetahui kurikulum yang
digunakan pada tingkatan bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulum
yang

diselenggarakannya.

Penyesuaina

tyersebut

berdasarkan

beberapa

pertimbangan, antara lain :


Apakah mata-mata pelajaran yang telah diajarkan tersebut masih perlu
dimasukan kurikulum atau tidak sebagai urutan pelajaran dalam

menyelesaikan pendidikan secara vertikal.


Apakah kecakapan tertentu yang belum diajarkan perlu dimasukkan dalam

kurikulum atau tidak.


2) Sebagai penyiapan tenaga :
Bila sekolah tertentu diberikan wewewnang mempersiapkan tenaga guru bagi
sekolah yang berada dibawahnya, maka sekolah yang diberi tugas itu perlu
mempelajari kurikulum sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik
mengenai isi, organisasi maupun cara pengajaran. Dengan mengetahui hal
tersebut, sekolah yang lebih tinggi itu mengadakan penyesuain seperlunya.
8 Imansjah Alipandie. Didktik Metodik. 1984. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm 119

13

Sebagai contoh yang telah berlaku sekarang, dengan diperkenalkannya pelajaran


matematika tingkat SD maka guru mengadakan penyesuain kurikulumnya
tentang cara-cara mengajar matematika.

3) Bagi masyarakat :
Melalui kurikulum sekolah yangbersangkutan, masyarakat dapat mengetahui
apakah ketrampilan-ketrampilan tertentu yang dibutuhkannya dapat terpenuhi
atau tidak. Sehubungan dengan hal tersebut, masyarakat yang memang selalu
berkembang dan bersifat dinamis dapat melakukan :
Memberikan bantuan bagi pelaksaba kurikulum
Memberikan saran-sarann, usul serta pendapat sesuai dengan keperluankeperluan yang paling mendesak untuk dimasukkan kedalam kurikulum
sekolah

sehingga

anak-anak

benar-benardipersiapkan

untuk

dapat

mengatasi maslah-masalah didalam masyarakat tempat mereka hidup.


Dengan demikian akan terwujudlah keserasian antara penghasil (sekolah)
dengan pemakai (masyarakat).
C. Peran Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah memiliki peranan yang sangat
strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Oemar Hamalik
(1990), kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis
mengemban peran sebagai berikut :
1. Peran konservatif
Kurikulum memiliki tugas dan tanggung jawab mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Sekolah sebagai suatu lembaga
sosial dituntut dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan
nilai- nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan peranan
pendidikan sebagai suatu proses sosial. Karena itu pendidikan pada hakekatnya
berfungsi pula menjembatani antara siswa dengan orang dewasa di dalam proses
pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks, dan di sinilah
peranan kurikulum turut membantu proses tersebut.
Melalui kurikulum, siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan
pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika kembali ke masyarakat, dapat
menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Peran ini
penting bagi masyarakat, dikaitkan dengan cepatnya pengaruh budaya asing yang
masuk sebagaikonsekuensi era globalisasi, yang dimungkinkan budaya baru yang
14

tidak sesuai dengan budaya lokal, akan semakin menggerogoti budaya asli. Dengan
peran konservatif kurikulum berperan menangkal berbagai macam pengaruh yang
dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga identitas masyarakat dapat selalu
terjaga dan terpelihara.
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga
pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya masyarakat kepada generasi
muda yakni siswa. Siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan
pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat
mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma
tersebut. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya
sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya
asing menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki
arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam
menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat,
sehingga keajegan dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih relevan dengan
masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.
2. Peran kreatif
Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru sesuai
dengan tuntutan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis,
akan tetapi dinamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah
kurikulum memiliki peran kreatif. Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif
dan konstruktif, dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan
kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat. Guna
membantu setiap individu mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka
kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan
keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga
dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya
agar dapat berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Kurikulum
yang tidak mengandung unsur-unsur baru, akan menghasilkan pendidikan yang
ketinggalan zaman, sehingga berarti bahwa apa yang diberikan sekolah bagi siswa

15

menjadi kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan
sosial masyarakat.
Apakah tugas dan tangung jawab sekolah hanya sebatas pada mewariskan
nilai-nilai lama? Ternyata juga tidak. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam
mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada
kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang selalu
mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.
Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya, kurikulum
harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam
kehidupan sosial masyarakat yang senan tiasa bergerak maju secara dinamis.
Mengapa kurikulum harus berperan kreatif? Sebab, manakala kurikulum tidak
mengandung unsur-unsur baru maka pendidikan selamanya akan tertinggal, yang
berarti apa yang diberikan di sekolah pada akhirnya akan kurang bermakna, karena
tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan sosial masyarakat.
Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran di atas harus berjalan
secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya
cenderung akan membuat pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman; sebaliknya
kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilainila budaya masyarakat.
Sesuai dengan peran yang harus dimainkan kurikulum sebagai alat dan
pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu
sendiri. Mengapa demikian? Sebab, tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan pada
dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya itu sendiri. Dilihat dari cakupan
dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu :
a) fungsi pendidikan umum (Common and General Education). 2
b) Suplementasi (Supplementation),
c) Eksplorasi (Esploration)
d) Keahlian (Specialization).
Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhankebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
3. Peran Kritis dan Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya mewariskan
kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaan yang
akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol
16

sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Kurikulum berperan untuk
menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya
baru yang mana harus dimiliki anak didik. Kurikulum harus berperan dalam
menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk
kehidupan anak didik.
Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus berjalan secara seimbang
dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi
ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum persekolahan
menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjad
tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan, diantaranya guru,
kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat. Denegan demikian,
pihak-pihak yang terkait idealnya dapat memahami tujuan dan isi dari kurikulum yang
diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
Apakah setiap nilai dan budaya lama harus diwariskan kepada setiap anak
didik? Apakah setiap nilai dan budaya baru sesuai dengan perkembangan zaman juga
harus dimiliki oleh setiap anak didik ? Tentu tidak. Tidak setiap nilai dan budaya lama
harus tetap dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat; demikian juga ada kalanya nilai
dan budaya baru itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih relevan
dengan keadaan dan tuntutan zaman. Dengan demikian kurikulum berperan untuk
menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau buadaya
baru yang mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan
evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikukum harus berperan dalam menyeleksi dan
mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang
hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilainilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi pada masa sekarang.
Pengembangan kurikulum harus memperhatikan ketiga peran tersebut, karena
ketiganya

harus

berjalan

seimbang.

Kurikulum

yang

menonjolkan

peran

konservatifnya akan cenderung membuat pendidikan ketinggalan zaman, sebaliknya


kurikulum yang menonjolkan peran kreatifnya, dapat membuat nilai-nilai budaya
lokal hilang.
Proses pengembangan silabus melibatkan berbagai pihak, seperti pusat
pengembangan (puskur) departemen pendidikan nasional, dinas pendidikan provinsi,
17

dinas pendidikan kota dan kabupaten, serta sekolah yang akan mengimplementasikan
kurikulum, sesuai dengan kapasitas dan proporsinya masing-masing.9
1. Pusat Kurikulum Depdiknas
Peran dan tanggung jawab pusat kurikulum dalam pengembangan silabus
Kurikulum adalah sebagai berikut :
a) Memberikan pelayanan kepada tim perekayasa kurikulum tingkat provinsi,
dan apabila dimungkinkan memberikan pelayanan langsung ke tingkat
kabupaten atau kota.
b) Menyelenggarakan seminar, dan loka karya untuk meningkatkan kualitas
implementasi kurikulum.
c) Menguji kelayakan silabus Kurikulum melalui penilaian ahli, baik ahli
kurikulum, ahli bahasa maupun ahli bidang studi.
d) Melakukan penilaian secara berkala dan berkesinambungan tentang
efektifitas dan efesiensi kurikulum secara nasional.
2. Dinas Pendidikan Provinsi
Peran dan tanggung jawab Dinas Pendidikan Provinsi dalam pengembangan
kurikulum adalah sebagai berikut :
a) Memberikan kemudahan dalam pembentukkan tim pengembangan silabus
tingkat kabupaten atau kota, melalui pembinaan, penataran, dan pelatihan.
b) Memberikan dukungan sumber-sumber daya pendidikan untuk kepentingan
penyusunan silabus.
c) Mengupayakan dana

secara

rutin

untuk

kepentingan

pengembangan

kurikulum, khususnya dalam pengembangbangan silabus; termasuk penilaian


dan montoring.
d) Memantau penyusunan silabus dan impelementasi Kurikulum pada tingkat
kabupaten dan kota.
e) Menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas implementasi
kurikulum pada tingkat kabupaten dan kota.
f) Memberikan layanan operasional impelemantasi kurikulum dan penyusunan
bagi seluruh kabupaten dan kota.
3. Dinas pendidikan Kabupaten dan Kota
Peran dan tanggung jawab Dinas Pendidikan kabupaten dan Kota dalam
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut :
a) Mengembangkan rambu-rambu pengembangan silabus yang sesuai dengan
kebutuhan daerah yang bersangkutan, sebagai pedoman tim pengembangan
silabus, dan bagi sekolah yang mampu mengembangkannya sendiri.

9 Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2004: panduan pembelajaran KBK. 2004. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hlm 37
18

b) Memberikan kemudahan bagi sekolah yang mampu mengembangkan silabus


sendiri .
c) Mengkaji kelayakan silabus yang dibuat oleh sekolah-sekolah yang memiliki
kemampuan untuk mengembangkannya.
d) Memberikan dukungansumber-sumber daya pendidikan untuk kepentingan
penyusunan silabus.
e) Membentuk tim pengembang silabus di kota dan kabupaten.
f) Mendistribusikan silabus kurikulum untuk diimplementasikan oleh setiap
sekolah.
g) Melakukan supervisi, penilaian, dan monitoring terhadap implementasi
kurikulum, khususnya yang berkaitan dengan kesesuaian silabus.
h) Mengupayakan tersedianya sumber dana pada tingkat kabupaten dan kota yang
dialokasikan untuk pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan
silabus.
4. Sekolah
Peran dan tanggung jawab Dinas Sekolah dalam pengembangan kurikulum
adalah sebagai berikut :
a) Membentuk tim pengembang silabus kurikulum tingkat sekolah bagi yang
mempu melakukannya.
b) Mengembangkan silabus sendiri bagi yang mampu dan memenuhi kriteria
untuk melakukannya.
c) Mengidentifikasi kompetensi sesuai dengan perkembangan peserta didik
dankebutuhan daerah yang perlu dikembangkan ke dalam silabus kurikulum.
d) Memohon bantuan dinas Kabupaten dan Kota dalam proses penyusunan
silabus.
e) Mengimplementasikan silabus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
sekolah, baik buatan sendiri maupun yang disusun oleh sekolah lain.
f) Menguji kelayakan silabus yang diimplementasikan disekolahnya, melalui
analisis kualitas silabus, dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi belajar
pesrta didik.

19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan ketentuan dan konsep-konsep tersebut, pengembangan kurikulum agar
berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
2.
3.
4.
5.
6.

merumuskan tujuan institusional


Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
Perkembangan peserta didik
Keadaan lingkungan
Kebutuhan pembangunan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keenam faktor tersebut saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisah-pisahkan.

20

Fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk
mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum adalah segala aspek
yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana
lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan
logis, diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan kurikulum harus memperhatikan peran konservatif, peran kreatif dan
peran kritis karena ketiganya harus berjalan seimbang. Kurikulum yang menonjolkan
peran konservatifnya akan cenderung membuat pendidikan ketinggalan zaman,
sebaliknya kurikulum yang menonjolkan peran kreatifnya, dapat membuat nilai-nilai
budaya lokal hilang.
B. Saran
Untuk dapat memahami dasar-dasar, peran dan fungsi kurikulum, kita perlu
memperdalam pengetahuan tentang konsep-konsep penting yang merupakan dasar
pengembangan kurikulum untuk benar-benar memahami.
Peran dan fungsi kurikulum, sebaiknya kita membaca banyak literatur yang
berkaitan. Kiranya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber belajar bagi mahasiswa
terutama bagi Calon Guru MI yang berada disini.
DAFTAR PUSTAKA

Alipandie, Imansyajah. 1984. Didaktik Metodik: Surabaya: Usaha Nasional.


Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum,Jakarta: Rineka Cipta.
http://andraputraa.blogspot.co.id/2014/03/peran-dan-fungsi-kurikulum.html diakses tanggal 28
september 2016 jam 20.07 WIB.
http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/2015/09/27/dasar-dasar-pengembangan-kurikulum/.Diakses
pada 28 september 2016 pukul 20.08
Idi, Abdullah. 2007.Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
21

Oemar, hamalik. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.


Rusman. 2009. Managemen Kurikulum. Jakarta : Raja Grafindo.
Tim

pengembang

MKDP

Kurikulum

dan

Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

22

Pembelajaran.

2011.

Kurkulum

dan

Anda mungkin juga menyukai