Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PEDAGOGIKA
“KONSEP, KARAKTERISTIK DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN”

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu


Tugas Mata Kuliah Pedagogika
Dosen Pengampu: Monalisa Gherardini, M. Pd.
Kelas: 2E

Kelompok 5:

1. Mia Nuriati (5018047)


2. Ranty Septria Putri (5018140)
3. Retno Ambar Arum (5018151)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai.
Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamat umat
di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pedagogika di program
studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, jurusan Ilmu Pendidikan pada STKIP-
PGRI Lubuklinggau.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Monalisa Gherardini,
M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pedagogika.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, Februari 2019

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. II

DAFTAR ISI ................................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3


A. Konsep dan Pengertian Alat Pendidikan .................................. 3
B. Karakteristik Alat Pendidikan ................................................... 8
1. Karakteristik Alat Pendidikan ............................................ 8
2. Penggunaan Alat Pendidikan ............................................. 10
3. Jenis-Jenis Alat Pendidikan ............................................... 12

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 25


A. Kesimpulan .............................................................................. 25
B. Saran ........................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan
karena pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia, dengan
kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia.
Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan
sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya sebagai manusia.
Pendidikan dapat mengubah manusia dari yang asalnya tidak tahu menjadi
tahu, asalnya tidak baik menjadi baik. Sedemikian pentingnya nilai
pendidikan bagi manusia, maka keharusan untuk mendapatkannya pun adalah
suatu keharusan.
Pendidikan adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan
yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi
perkembangan individu. Sedangkan, dalam arti sempit pendidikan hanya
berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah atau
mahasiswa pada suatu perguruan tinggi (lembaga pendidikan formal). proses
dalam pendidikan itu adalah bagaimana seorang pendidik dapat
menyampaikan ilmu atau pesan kepada peserta didiknya. Penyampaian ilmu
atau pesan tersebut membutuhkan adanya alat atau sarana demi tercapainya
tujuan pendidikan. Alat atau sarana yang dapat menunjang tercapainya suatu
tujuan pendidikan tersebut dinamakan alat pendidikan. Mengingat bahwa alat
pendidikan tersebut begitu penting dalam usaha penyampaian ilmu atau pesan
bagi seorang pendidik, maka pemahaman tentangnya menjadi sangat
mendasar bagi seorang pendidik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan pengertian alat pendidikan ?
2. Bagaimana karakteristik alat pendidikan ?

1
A. Tujuan Penulisan
1. Memahami konsep dan pengertian alat pendidikan.
2. Mengetahui karakteristik alat pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Pengertian Alat Pendidikan


Alat pendidikan merupakan suatu tindakan atau perbuatan atau situasi,
yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, yaitu
kedewasaan. Alat-alat pendidikan, lebih konkret dan lebih jelas pengaruhnya
pada proses pelaksanaan pendidikan. Istilah lain dari alat pendidikan yang
dikenal hingga saat ini adalah media pendidikan Audio Visual Ads (AVA),
alat peraga, sarana, dan prasarana pendidikan (Maunah, 2009:57).
Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus
dengan maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
Apabila perbuatan dalam situasi tidak sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka perbuatan tersebut disebut faktor pendidikan. Faktor
pendidikan adalah semua benih kegiatan yang akan dipergunakan untuk
mendidik yang terdapat dalam situasi pergaulan. Dengan kata lain situasi
pergaulan memiliki sesuatu yang berpotensi untuk dijadikan alat pendidikan.
Seperti oleh orang dewasa yang bergaul dengan anak, dapat memilih dengan
leluasa (apabila mau) apakah akan memberi nasihat, petunjuk, teguran,
sindiran, hukuman, ganjaran, ujian dan sebagainya. Semua tindakan tersebut
sudah ada dalam situasi pergaulan dan dalam situasi pergaulan semua
tindakan tersebut disebut faktor pendidikan. (Situasi pergaulan terjadi tanpa
tujuan pendidikan, sedangkan situasi pendidikan didasari untuk mencapai
tujuan pendidikan).
Sebagai contoh, misalnya ibu menyuruh anaknya untuk mencuci
booting dengan tujuan anak tersebut memiliki tanggung jawab dan disiplin
kerja, maka perbuatan tersebut adalah alat pendidikan. Dipihak lain seorang
ibu menyuruh anaknya mencuci piring dengan tujuan hanya sekedar untuk
membantu meningkatkan beban pekerjaan ibunya, maka perbuatan tersebut
adalah faktor pendidikan.

3
Pada perbuatan pertama, jelas ibu (pendidik) menyadari akan tujuan
tindakannya, yaitu agar dalam diri anak tertanam tanggung jawab dan disiplin
kerja, sedangkan pada tindakan kedua tujuannya hanya untuk kepentingan ibu
(pendidik) tidak disadari tujuan untuk mengembangkan pribadi anak. Akibat
dari kedua tindakan tersebut bisa sama, dimana anak terbiasa mencuci piring,
yang pada akhirnya dalam diri anak akan muncul tanggung jawab dan disiplin
kerja. Untuk menentukan apakah perbuatan tersebut merupakan alat atau
faktor pendidikan akan tergantung pada kata hati atau kemauan sipendidik
sendiri.
Contoh lainnya misalkan anak diajak atau diperintah makan, maka kita
baru akan melakukan tindakan pendidikan, kalau tujuan yang dikejar dengan
ajakan atau perintah tersebut, umpamanya untuk membiasakan si anak turut
serta dengan perbuatan bersama yang dilakukan oleh dan dalam rumah tangga
itu. Ajakan atau perintah tersebut merupakan alat pendidikan.
Pada situasi lain mungkin juga bahwa seorang anak diajak atau
diperintah untuk makan hanya karena orang tua merasa senang dapat makan
bersama-sama dengan anaknya, atau karena dianggap menyusahkan atau
melelahkan Meraka kalau masih ada anak yang belum makan atau karena
mereka kuatir anak itu akan "kekurangan makan", kalau ia tidak makan
bersama atau sebagainya. Akibat ajakan atau perintah tersebut bisa sama
secara insidental, dan lambat laun dapat juga anak itu memiliki kebiasaan
yang dikehendaki. Namun ajakan atau perintah demikian hanya merupakan
faktor pendidikan, bukan alat pendidikan.
Jika suatu situasi diciptakan dengan maksud mempengaruhi secara
pedagogis, misalnya dinding rumah atau kamar tidur dicat putih bersih untuk
membiasakan anak melihat setiap kotoran yang terletak didinding atau serta
mendidik kebersihan, maka kita memiliki alat pendidikan. Seandainya
dinding itu kita cat putih bersih hanya atas pertimbangan estetis ( keindahan),
maka akibatnya dapat sama dengan yang diuraikan diatas, namun yang kita
hadapi dalam hal terakhir bukan alat pendidikan melainkan faktor pendidikan.

4
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi
yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat
pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi, dengan
perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai
tujuan pendidikan. Alat pendidikan adalah: kalau dengannya, pendidik
melakukan pekerjaan mendidik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan.
Pendidikan dalam menggunakan alat pendidikan sudah ditentukan
adanya cita-cita yang ingin dicapai, dan sudah pula ada tujuan tertentu untuk
mempengaruhi anak didik. Misalnya, madrasah, gereja. Dan sebagainya,
merupakan alat pendidikan untuk pendidikan keagamaan, karena dalam
kemadrasahan atau kegerejaan tadi, secara formil diberikan pendidikan
keagamaan. Jadi sesuatu hal itu apakah merupakan komponen/faktor
pendidikan atau alat pendidikan, tergantung situasi atau tujuan yang ingin
dicapai.
Fungsi media pendidikan adalah menciptakan interaksi langsung dan
tidak langsung antara sumber pesan, guru, media dan siswa untuk membantu
mengatasi berbagai hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar,
sehingga proses komunikasi akan berhasil. Media memiliki kedudukan
penting dalam pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, pendidik hendaknya tidak
meremehkan maslahat. Pendidik hendaknya mengadakan studi secara
mendalam tentang masalah ini. Tidak sedikit kegagalan dalam pembelajaran
disebabkan pendidik tidak memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan media, seperti fungsi, pemilihan, dan cara-cara menggunkannya.
Media tidak terpisahkan dari tujuan karena tujuan tidak mungkin tercapai
tanpa media. Ini berarti bahwa media berfungsi mengantarkan penggunanya
utnuk mencapai tujuan. Selain itu, penggunaan penggunaan media
pembelajaran pada masa orientasi pembelajaran akan sangat membantu
mengefektifkan prose pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pembelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi dan minat
siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa menigkatkan

5
pemahaman, menyajikan data dengan enarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan mendapatkan informasi.

Secara umum, media pendidikan memiliki kegunaan-kegunaan, yaitu:


1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat vertibilitis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
objek yang terlalu besar, objek yang terlalu kecil, gerak terlalu lambat atau
cepat, kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lalu, objek terlalu
kompleks dan konsep terlalu luas.
3. Mengatasi sikap pasif anak didik, dalam hal ini media pendidikan berguna:
menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi lebih langsung
antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
4. Mendorong terjadinya interaksi langsung antara siswa dan guru, siswa
dengan sesama mereka, serta siswa dengan lingkungannya.
5. Memungkinkan kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung sesuai
dengan pilihannya dan dengan kemampuan serta kesenangannya.
Faktor pendidikan adalah hal yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan
mendidik atau dapat dikatakan bahwa faktor pendidikan memuat kondisi-
kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik.
Pergaulan misalnya, merupakan faktor pendidikan yang sangat penting.
Masyarakat yang mementingkan keagamaan, misalnya merupakan
faktorpendidikan dalam pendidikan keagamaan.
Faktor pendidikan sering juga dikenal dengan nama komponen
pendidikan dan ada lima komponen atau faktor pendidikan, yaitu:
1. tujuan pendidikan
2. pendidik
3. anak didik
4. lingkungan
5. alat pendidikan.

6
Perlu diketahui bahwa alat pendidikan adalah suatu tindakan atau
perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan. (Dr. Sutari Imam Barnadib, Pengantar
Ilmu Pendidikan, 1984:96),
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Selain itu, apabila media
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang mebuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media sebagai
proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronisuntuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. Jadi, yang dimaksud dengan media
pendidikan adalah alat, metode, dan tehnik yang digunakan dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pendidik dan anak didik
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. (Asnawir dan
Basyiruddin Usman, 2002:11),
Media pendidikan adalah suatu benda yang dapat diinde berupa
perngkat lunak dan perangkat keras.rai, khususnya penglihatan dan
pendengaran, baik yang terdapat di dalam maupun di luar kelas, yang
digunakan sebagai alat bantu penghubung (media komunikasi) dalam prose
interaksi belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar siswa.
(Zakiah Daradjat, 1995:226),
Media pendidikan adalah perangkat lunak yang berisi pesan atau
informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan alat.
Sedangkan perangkat keras adalah sarana untuk menampilkan pesan yang
terkandung pada media tersebut. (Abyan Amir, 2007:139).
Jadi, menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa alat
pendidikan adalah sesuatu atau tindakan yang bersifat menyalurkan pikiran
dan perasaan yang dapat diinderai

7
B. Karakteritik Alat Pendidikan
1. Karakteristik alat pendidikan menjadi bagian yang perlu dipahami oleh
pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan.
a. Pengertian karakteristik alat pendidikan
Karakteristik alat pendidikan adalah alat pendidikan dapat diartikan
sebagai kondisi ideal alat pendidikan baik yang berkaitan dengan alat
pendidikan bentuk non-material maupun yang digunakan dalam
kegiatan pendidikan.

b. Karakteristik alat pendidikan non-material


Ada beberapa karakteristik perbuatan atau tindakan sebagai alat
pendidikan non-material, yakni:
1) Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya dilakukan awal-awal
dalam proses pendidikan dengan memikirkan terlebih dahulu
tentang bagaimana cara melakukan sesuatu karena manusia
mempunyai sifat konservatif yang cenderung untuk
mempertahankan atau tidak merubah kebiasaan.
2) Perbuatan atau tindakan hendaknya membiasakan terdidik akan
hal-hal yang harus dikerjakan agar menjadi biasa umtuk melakukan
sesuatu secara otomatis, tanpa harus disuruh lagi orang lain, atau
menunggu sampai orang lain merasa tidak senang padanya karena
kebiasaan yang buruknya.
3) Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya dilakukan dengan
baik dalam frekuensi maupun cara melakukannya.
4) Perbuatan atau tindakan hendaknya digunakan dengan diikuti oleh
bimbingan apa yang sebaiknya harus dilakukan terdidik.
5) Perbuatan atau tindakan hendaknya dilakukan atau diawali dengan
memberikan beberapa gambaran yang sesuai sebelum mengajak
terdidik untuk melakukannya.

8
6) Perbuatan atau tindakan hendaknya pendidik tidak harus
memaksakan diri sedemikian rupa sehingga pendidik tidak lagi
hidup wajar sebagai pribadi atau sebagai diri sendiri.
7) Perbuatan atau tindakan hendaknya tidak berlebihan, misalnya
dalam memuji karena akan berakibat kurang baik, terutama pada
pendidik yang sudah lebih mampu menimbang dengan akalnya.
8) Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya bijaksana menanggapi
kalau ada sesuatu kesalahan dari terdidik, sebab belum tentu suatu
kesalahan itu dibuat dengan sengaja.

c. Karakteristik alat pendidikan Material


Alat pendidikan kebendaan/material seperti: lahan, gedung, prabot,
dan perlengkapan lebih berkaitan dengan kegiatan pendidikan di
sekolah, namun karena sifat pendidikan secara umumpun
memanfaatkan pentingnya peran akat pendidikan berbentuk material,
maka beberapa karakteristik berikut ini perlu dipahami dan dijadikan
pertimbangan dalam menjalankan kegiatan pendidikan seperti:
1) Alat pendidikan hendaklah terbuat dari alat yang kuat dan tahan
lama dengan memperhatikan keadaan setempat.
2) Pembuatan alat pendidikan mudah dan dapat dikerjakan secara
masal.
3) Biaya alat pendidikan relatif murah.
4) Alat pendidikan hendaknya enak dan nyaman bila ditempati atau
dipakai sehingga tidak mengganggu keamanan pemakainya.
5) Alat pendidikan relatif ringan utnuk mudah dipindah-pindahkan.

Secara lebih rinci syarat-syarat alat pendidikan yang harus


diperhatikan pendidik adalah:
a. Ukuran fisik terdidik, agar pemakainya efektif.
b. Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

9
1) Sesuai dengan aktivitas terdidik dalam proses pendidikan
2) Kuat, mudah pemeliharaan dan mudah dibersihkan
3) Mempunyai pola dasar yang sederhana
4) Mudah dan ringkas untuk disimpan atau disusun
5) Fleksibel, sehingga mudah digabungkan dan dapat pula berdiri
sendiri.

Konstruksi perabot hendaknya:


1) Kuat dan tahan lama
2) Mudah dikerjakan secara masal
3) Tidak terganggu keamanan terdidik
4) Bahannya mudah didapatkan di pasaran dan disesuaikan
dengan keadaan setempat.

2. Penggunaan Alat Pendidikan

Penggunaan alat pendidikan dipengaruhi oleh kecakapan pendidik


yang harus menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan sebagai
seorang pendidik sebaiknya harus menghindari tindakan yang memaksa.
Penggunaan alat pendidikan juga dipengaruhi oleh pribadi yang akan
memakainya. Pemakai alat pendidikan juga harus dapat menyesuaikan diri
dengan tujuan yang dikandung oleh alat itu. Penggunaan alat pendidikan
mempunyai hubungan yang erat dengan sifat kepribadian pemakainya
yang merupakan sifat khas dari alat pendidikan.
Di dalam memilih alat-alat pendidikan yang akan digunakan perlu
diingat hal-hal berikut:
a. Tujuan apakah yang akan dicapai dengan alat itu
b. Siapakah yang akan menggunakan alat itu
c. Alat-alat manakah yang tersedia dan dapat digunakan
d. Terhadap siapakah alat itu digunakan.

10
Selain itu perhatikan pula, apakah di dalam penggunaan alat
pendidikan itu akan menimbulkan pengaruh dalam lapangan lain yang
tidak menjadi tujuan utama dari penggunaan alat itu dan apakah alat yang
digunakan itu sudah dapat untuk mencapai tujuan itu atau belum, atau
mungkin masih perlu dibantu dengan yang lain.
Selain itu perlu pula diperhatikan bagaimana reaksi anak-anak
terhadap penggunaan alat pendidikan itu jangan sampai reaksi anak didik
hanya sekedar reaksi rangsangan belaka, tetapi dengan penggunaan alat itu
diharapkan anak didik akan mengalami perubahan yang sesuai dengan
tujuan yang diharapakan atau perubahan yang tidakn hanya bersifat
mekanistis, tetapi benar-benar merupakan pencerminan dan pribadi anak
didik.
Meskipun tujuan pendidikan itu adalah sesuatu yang baik, namun apa
bentuk/jenis dari pada tujuan itu adalah bermacam-macam, sesuai dengan
bidang studi dan tingkatan. Apabila bidang studi dan tingkatan tujuan
pendidikan berbeda, tentunya alat pendidikan bisa berbeda.
Pendidik sebagai pemakai alat pendidikan juga berbeda-beda keahlian dan
orientasinya meskipun dalam bidang studi yang sama, lebih-lebih
dalam bidang studi yang berbeda, maka tentunya alat yang dipakai
juga berbeda. Pendidik tidak boleh memaksakan diri menggunakan alat
yang bukan ahlinya yang tidak cocok.

Anak didik sebagai pihak yang dikenai perbuatan mendidik adalah


pihak yang pertama-tama diperhatikan dalam menimbang-nimbang
penggunaan alat-alat pendidikan. Adapun hal-hal yang perlu
dipertimbangkan tentang anak didik adalah dari segi:

a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Bakat
d. Perkembangan
e. Alam sekitar.

11
Contohnya, penggunaan alat pendidikan non material dalam bentuk
paksaan, tentunya tidaklah sama tingkatan paksaan tersebut terhadap anak
perempuan dan laki-laki, terhadap kanak-kanak dan orang tua, terhadap
anak-anak berbakat dan anak-anak malas, terhadap anak jenius dan anak
idiot, terhadap anak yang hidup di daerah yang hidup di pegunungan dan
anak yang hidup di pantai. Dalam penggunaan alat pendidikan materialpun
perlu diperhatikan adanya perbedaan jenis kelamin, usia, bakat dan
perkembangan anak didik serta dimana anak didik itu hidup,
contohnya, pelajaran yang menggunakan komputer, bagi anak SD berbeda
dengan anak SMP, bagi anak didesa berbeda dengan anak di kota, bagi
anak yang kurang mampu status ekonomi orang tuanya berbeda dengan
anak yang mampu atau berkecukupan orang tuanya.

3. Jenis – Jenis Alat Pendidikan


a. Alat Pendidikan Pendahuluan.
Alat pendidikan yang diterapkan /digunakan bagi anak didik yang telah
mengerti dan menginsyafi akan arti kewibawaan, dan terdiri dari:
1) Keteraturan, berarti berlangsung pada waktu, tempat dan dengan
cara yang sama / ajeng / tetap.
2) Kebersihan, berarti menanamkan kebiasaan bagi anak didik agar
tetap besih dan rapi.
3) Ketenangan, artinya menanamkan kebiasaan bagi anak didik untuk
ikut menjaga keharmonisan keluarga, sehingga dapat hidup dengan
tenang.
4) Pembiasaan, artinya memberi kesempatan kepada anak akan
kesibukan dalam lapangan indra dan motorik, dan kesempatan
untuk bergaul dengan sesamanya.

12
b. Alat Pendidikan yang Sebenarnya.
Alat pendidikan yang sebenarnya ini, secara fenomena logis dapat
dibedakan menjadi lima macam:
1) Memberi perlindungan: orang dewasa mempunyai tugas
mengawasi anak didik, dengan maksud memberi perlindungan
terhadap kejasmanian dan kerohanian.
Tujuan melakukan perlindungan ini, untuk menghalangi si anak
berbuat sesuatu yang baik langsung maupun tidak langsung akan
merugikan anak didik.
Alat pendidikannya dalam memberi perlindungan inindapat berupa:
Memberi kesempatan untuk mengalami sesuatu, membatasi
perbuatannya, melarang, atau mengajurkan untuk berbuat sesuatu,
membiasakan untuk menciptakan keteraturan pada anak didik.

2) Verstandhouding yaitu agar mengerti, yang dimaksudkan adalah


agar anak dapat mengerti tingkah laku orang tuanya (Abu Ahmadi
dan Nur Uhbiyati, 2001). Orang tua memberikam sikap, yang
dimaksud agar di mengerti oleh anak didik apa maksud dari sikap
itu, agar dapat dicontoh oleh anak didik.
Dalam hal ini, anak didik meniri sikap oarang tua, atau perbuatan
orang tua, baik secara sadar maupun tidak. Pendidikan sendiri
dapat secara terang - terangan dan tegas menghendaki agar sikap
atau tindakannya itu dicontoh atau dimaksudkan untuk tidak
dicontoh. Dalam hal ini, setidak-tidaknya bagi anak didik
memperoleh kesempatan untuk mencontoh sikap/ perbuatan itu.
Alat pendidikan dalam hal ini berujud contoh, memperlihatkan
contoh, menyuruh anak didik meniru/mencontoh apa yang
dilihatnya, menyuruh anak didik untuk turut serta dalam suatu
oerbuatan, memberi kesempatan terhadap anak didik untuk turut
serta dalam suatu aktivitas, memberitahukan sesuatu kepada anak

13
didik, memberi petunjuk kepada anak didik, memberi tugas,
melarang menghalangi, terhadap sesuatu perbuatan yang tidak baik.
Jadi dalam hal Verstandhouding atau agar anak mengerti, tercakup
berbagai alat pendidikan, yang dapat dipisahkan menjadi yang
pantas dan tidak pantas bagi anak didik.

3) Kesemaan arah dalam berbuat dan berpikir :


Dalam hal ini, alat pendidikan bercorak meragakan sesuatu contoh,
seperti dalam verstandhouding, hanya dalam kesamaan arah dalam
berbuat dan berpikir ini, disertai dengan penjelasan atau dialog.
Dengan alat pendidikan yang berupa percakapan ini anak didik
memperoleh penjelasan, pemberitahuan, gambaran, akan sesuatu
keadaan, dan selanjutnya kita libatkan anak didik dengan atau
dalam kehidupan orang dewasa, dengan memberi tanggung jawab
kepada anak didik, dengan tujuan agar anak berusaha
menyesuaikan dengan orang dewasa, dan timbul keinginan pada
anak didik agar mau menyesuaikan diri dengan peraturan -
peraturan, berusaha menepati janji.

4) Merasa hidup bersama, merasa ada perpaduan :


Apabila pendidik dan anak didik berada dlam pergaulan, maka ini
berarti bahwa mereka itu merasa hidup bersama, merasa ada
perpaduan. Hal ini merupakan corak/bentuk azasi, bentuk pokok
dari penghidupan bersama.
Dalam hal merasa hidup bersama ini, timbul rasa saling oercaya
mempercayai, cintai mencintai; kesemuanya ini diwujudkan oleh
pendidik menciptakan sesuatu kesempatan untuk terwujudnya
"merasa hidup bersama" itu.

14
5) Pembentukan Kemauan.
Pada hubungan merasa hidup bersama ini, pendidik mengantarkan
anak didik memasuki kedewasaan melewati beberapa pengalaman -
pengalaman.
Pengalaman saja ternyata belum cukup, masih harus ditambah
suatu sikap yang timbul dari diri anak didik sendiri yang berupa
keinginan untuk membentuk diri sendiri, serta hakikat anak didik
sebagai makhluk yang harus memperlajari apa yang patut dan apa
yang tidak patut, sesuai dengan usia anak didik.
Sikap yang datangnya dari anak didik ini, merupakan alat
pendidikan yang kelima, yang dinamakan dengan "pembentukan
kemauan", alat pendidikan ini menghantar anak didik secara
langsung dan sadar agar anak dididik memiliki kemauan untuk
membentuk diri sendiri. Atau dapat dikatakan, bahwa dengan
pembentukan kemauan ini, membentuk agar anak didik
mempunyai kesanggupan untuk berbuat kesusilaan atas keputusan
kemauannya sendiri, pertanggung jawab sendiri.

6) Hukuman
Hukuman adalah suatu perbuatan yang secara sadar dan sengaja
menjatuhkan nestapa kepada orang lain, dimana orang lain itu
mempunyai kelemahan bila dibandingkan dengan diri kita.
Tujuan yang terkandung dalam memberikan hukuman kepada anak
didik antara lain:
a) Hukuman diberikan oleh karena adanya pelanggaran
(puniturquia pecamtum est)
b) Hukuman diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi
pelanggaran (punitur ne pecatur)

15
Hal ini dapat diperinci lagi dalam:
(1) Hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan, atau
untuk meniadakan kejahatan.
(2) Hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari
perbuatan yang tidak wajar.
(3) Hukuman diadakan untuk menakuti si pelanggar, agar
meninggalkan perbuatannya yang melanggar itu.
(4) Hukuman diadakan untuk segala pelanggaran.
(5) Hukuman diadakan untuk memperbaiki pelanggaran.

Pada dunia pedagogis, hukuman itu merupakan hal yang wajar,


bilamana derita yang ditimbulkan oleh hukuman itu memberi
sumbangan bagi perkembangan moral anak didik. Perkembangan
moral yang dimaksud ialah keinsyafan terhadap moralitas dan
kerelaan untuk berbuat sesuatu sesuai dengan moralitas.
Hukuman dikatakan berhasil, bilamana dapat membangkitkan
perasaan bertobat, penyesalan akan perbuatannya. Disamping itu,
hukuman dapat pula menimbulkan hal-hal lain seperti:
a) Karena hukuman anak merasa hubungan dengan orang dewasa
terputus, tidak wajar, karena dengan hukuman itu anak merasa
dirinya tidak dicintai oleh pendidiknya, maka merasa bahwa
hubungan cinta itu terputus.
b) Dengan diterimanya hukuman, anak didik merasa harga dirinya
atau martabat pribadinya terlanggar, anak merasa mendapatkan
penilaian yang tidak wajar.

Dua hal diatas harus diperhatikan oleh pendidik, karena dari


segi psikologis, hukuman diatas ini sangat berbeda dengan
hukuman yang menimbulkan rasa penyesalan. Hukuman yang
menyebabkan retaknya hubungan anak didik dengan pendidik

16
harus dihindarkan, sedangkan hukuman yang diberikan harus dapat
membangkitkan rasa kesusilaan.
Dalam mendidik, tidak pernah menghukum dan terlalu banyak
menghukum, keduanya merupakan tindakan yang tidak seharusnya.
Tindakan yang pantas dan wajar adalah kurangi menghukum, beri
contoh yang baik serta anjuran untuk berbuat baik, dalam
membentuk kemauan anak didik, maka tujuan pendidikan akan
tercapai. Karena bukan hanya hukuman saja yang merupakan alat
pendidikan. Hukuman hanya menimbulkan derita bagi anak didik,
baru wajar bila sama sekali tidak ada jalan lain. Artinya bila
menggunakan alat yang lebih halus dari hukuman, maka tujuan
tidak tercapai.

a) Jenis Hukuman
Ada beberapa jenis hukuman diantaranya:
(1) Hukuman membalas dendam, orang merasa tidak senang
karena anak berbuat salah. Anak lalu dihukum. Hukuman
demikian memuaskan orang tua, namun tidak ada
kepentingan untuk anak. Pokok orang tua senang telah
melampiaskan marahnya. Hukuman ini tidak boleh
diterapkan, karena dampaknya tidak baik.

(2) Hukuman badan/jasmani, hukuman ini memberi akibat


yang merugikan anak, bahkan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan bagi anak. Misalnya guru menangkap
basah anak didik sedang merokok, maka kepada anak
dihukum dengan keharusan merokok terus menerus
selama waktu bersekolah. Hal ini dapat berakibat anak
batuk atau pusing dan sakit.

17
(3) Hukuman jeruk manis (sinaas apel), menurut Jan Ligthart
tokoh yang mengemukakan teori hukuman ini. Anak yang
nakal tidak perlu dihukum, tetapi didekati dan diambil
hatinya. Contoh, di suatu kampung ada penghuni baru,
sombong tidak mau kenal dengan penduduk lama, maka
salah seorang penduduk lama, berlaku baik, memberi apa-
apa, maka penduduk sombong itu akhirnya berubah
menjadi baik, dan mau membaur dengan warga yang lain.

(4) Hukuman alam, J. J Rousseau dari aliaran Naturalisme


berpendapat “kalau ada anak yang nakal jangan dihukum,
biarlah jera dengan sendirinya”. Misalnya gadis yang
sangat bebas pergaulan, oleh orang tuanya tidak pernah
dimarahi, tidak pernah ditegur, biar jera dengan sendirinya
sebagai akibat dari pergaulan bebas itu. Akhirnya gadis itu
merasa jera setelah hamil. Dengan hukuman alam, anak
diharapkan menyadari kesalhannya sendiri.

(5) Hukuman memperbaiki, menghukum dengan tujuan agar


anak mau memperbaiki kesalahannya. Kesalahan itu akan
diperbaiki oleh anak, bilamana anak sudah mengetahui apa
kesalahannya, mengakui akan kesalahannya yang telah
dilakukan, insyaf dan sadar bahwa perbuatannya salah dan
baru memungkinkan anak memperbaikinya.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hukuman itu dapat


diterapkan dalam pendidikan, terutama pendidikan yang bersifat
pedagogis, menghukum bilamana perlu, jangan terus menerus, dan
hindarilah hukuman jasmani. Dalam menghukum harus disesuaikan
dengan kesalahan yang telah dilakukan oleh anak, umur anak, dan
juga keadaan anak. Namun, jika terpaksa menghukum hendaknya:

18
a. Jangan menghukum waktu marah.
b. Berikan hukuman pada waktu yang tepat.
c. Hukuman harus setimpal dengan kesalahannya.
d. Jagan menghukum secara rutin.
e. Ada hukuman, ada maaf.
f. Berilah hukuman sedikit mungkin.

7) Ganjaran
Ganjaran merupakan isyarat, kata-kata, perbuatan, atau barang-
barang yang diberikan kepada anak didik setelah mereka berhasil
melakukan kegiatan positif dan istimewa. Menurut Montessori dan
K. H. Dewantara tidak melakukan hukuman dan ganjaran dalam
proses pendidikan, karena hukuman dan ganjaran itu sebenarnya
telah terkandung di dalam perbuatan anak didik itu sendiri.
Bila perbuatan mereka salah, mereka susah (hukuman) dan bila
perbuatan mereka sukses mereka senang (ganjaran).
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada waktu memberikan ganjaran:
a. Ganjaran wajib diberikan kepada anak untuk menumbuhkan
kesadaran anak bahwa anak telah menjalankan kewajibannya.
Tapi ganjaran jangan dilakukan terlalu sering.
b. Hendaknya diusahakan, agar ganjaran itu menimbulkan rasa
peka akan arti ganjaran.
c. Tujuan pemberian ganjaran itu ialah mengajak anak didik untuk
bertingkah laku yang lebih baik. Anak didik jangan sampai
merasa sombong atas keberhasilannya.
d. Ganjaran hendaknya diberikan secra adil. Ganjaran itu tidak
boleh diberikan atas dasar simpati atau antipasti terhadap
seseorang.
e. Ganjaran harus dapat dicapai oleh semua anak didik atas dasar
kejujuran, kesungguhan atau ketekunan.

19
Macam-macam ganjaran yang dapat diberikan kepada anak didik
antara lain:
a) Isyarat, misalnya anggukan tanda berkenan, tepukan pada bahu
anak yang sukses.
b) Kata-kata, misalnya kata bagus, jempol, hebat.
c) Perbuatan, misalnya berupa perluasan kerja bagi mereka yang
sukses.
d) Barang, misalnya buku tulis, ballpoint, spidol, alat-alat pelajran
yang lain. tapi hal ini harus diberikan pada waktu yang
istimewa, antara lain dalam peristiwa lomba.

Langeveld (1980) pengelompokan lima jenis alat pendidikan, yaitu:


perlindungan, kesepahaman, kesamaaan arah dalam fikiran dan perbuatan,
perasaan bersatu dan pendidikan karena kepentingan diri sendiri (Uyoh
Sadulloh, 2010).

a. Perlindungan
Perlindungan merupakan syarat dasar bagi pergaulan, termasuk
didalamnya pergaulan pendidikan. Perlindungan harus datang dari
pihak orang dewasa, yang bertindak untuk melindungi anak didik,
baik jasmani maupun rohani, sehinggga anak merasa terlindung oleh
orang dewasa. Beberapa tindakan atau perbuatan pendidikan yang
dapat dilakukan berupa memerintah, membiarkan, menghalangi atau
melarang, menciptakan dan memelihara tata tertib.
Orang dewasa (orang tua, guru) dalam menjaga anak, selalu
memperhatikannnya, anak dilindunginya pada latar jasmaniah,
rohaniah dengan membatasi diri pada perbuatan, kelakuan adan
ucapan, dan menjaga anak tersebut agar jangan sampai merugikan
dirinya sendiri. Dalam situasi pendidikan bisa muncul alat alat
pendidikan berupa membuat supaya mengalami, membiarkan supaya,
menyelidiki, menghalangi atau melalarang, memerintahkan,

20
menciptakan dan mempertahankan tata tertib dan peraturan( misalnya
tidur harus pada waktunya, kalau makan apa yang ada dalam
piringnya harus dihabiskan, dan sebagainya)

b. Kesepahaman
Kesepahaman timbul karena orang dewasa, baik disadari
maupun tidak disadari, akan menjadi contoh (teladan) bagi anak didik,
dan sebaliknya pula disadari atau tidak, anak akan mencoba (meniru)
perbuatan pendidik. Seandainya anak ingin mencontoh perbuatan
pendidik, hal ini berarti bahwa anak telah mengalami perbuatas
pendidik sebagai orang dewasa. Dengan kesepahaman ini terjadilah
interaksi pendidikan antara anak dan pendidik, orang dewasa dan anak
dapat berbuat bersama-sama dalam hal ini pendidik termasuk guru
tidak hanya menyampaikan (mengajarkan) kebaikan, melainkan juga
harus memberikan teladan anak meniru perbuatan pendidik, karena ia
berkesempatan untuk ikut berpartisipasi dengan pendidik, yang
menjelaskan, menunjukan, dan memberi tugas.
Orang tua atau guru, berbuat bersama-sama dengan anak, atau
berbuat dihadapan anak (perbuatan ini dapat dituuhkan kepada anak,
namun mungkin jiga tidak) dalam situasi pendidikan mungkin akan
muncul alat-alat pendidikan seperti: menjadi teladan dengan
memperlihatkan atau berbuat sesuatu yang dapat dijadikan contoh
bagia anak, menyuruh meniru (perbuatan), memberi kesempatan
untuk turut serta atau untuk melihat dalam suatu kegiatan,
menjelaskan, menugaskan, melarang, menghambat (supaya jangan
terjadi).

c. Kesamaan alat dalam pikiran dan perbuatan


Kesamaan arah dalam fikiran dan perbuatan dapat berupa
pembauran dari pendidik dan penyesuayan dari anak didik . jadi,
kesamaan arah ini terjadi antara pembuatan pendidik dan perbuatan

21
anak didik. Kesaan arah telah melampaui kesepahaman. Karena dalam
hal ini anak didik berbuat atau bertindak sesuai dengan kata hati dan
kehendaknya. Anak diikut sertakan dalam kehidupan orang dewasa (
pendidik) dengan memberikan kesempatan kepadanya turut
bertanggung jawab agar anak-anak mau turut memikul tanggung
jawab. Dalam hal-hal tertentu anak dapat diberikan tanggung jawab
penuh. Anak mengamati berkaitan dengan kepentingannya sendiri.
Dalam hubungan ini perlu diadakan perencanaan bersama,
dikemukakan maksud dan tujuan kegiatan, diadakan perjanjian, anak
diingatkan pada tanggung jawabnya dan pada janjinya. Dari pihak
anak dituntut kedisiplinan pada peraturan dan janjinya.

d. Perasaan bersatu
Perassan timbul karena interaksi yang berlangsung antara pendidik
dan anak didik yang bersifat kekeluargaan, dan menimbulkan saling
pengertian serta saling mengisi diantara kedua pihak. Anak yang telah
terbiasa dalam suasana perasaan yang bersatu, akan memperoleh,
pengalaman dasar tentang corak hidup bersama (hidup
bermasyarakat), untuk saling mengisi, mempercayai, setia, dan jujur.
Tindakan atau perbuatan untuk memelihara perasaan bersatu dapat
berupa menasehati, memperingatkan, menegur, dan dapat juga
melaksanakan hukuman.

e. Pendidikan karena kepentingan diri sendiri


Pendidikan karena kepentingan sendiri, berarti anak telah
menyadari kepentingan dirinya sendiri, dan dia bertnggung jawab
untuk membentuk dirinya sendiri. Pendidik memberikan tanggug
jawab penuh kepada anak didik agar ia dapat melaksanakan tugas
sebagai hasil pilihannya sendiri. Pendidik mengetauhi dan menyadari
terhadap kepentingan si anak untuk membentuk diri sendiri, dan anak
menyadari terhadap kepentingan tersebut.

22
Memberikan kebebasan kepada anak didik merupakan alat
pendidikan yang terakhir karena anak didik harus bertanggung jawab,
harus berdiri sendiri dan bebas untuk memilih nilai-nilai hidup yang
sesuai dengan kata hatinya, dan disinilah ia memilih pendidikan dalam
taraf penyadarannya. Jadi alat pendidikan ini diberikan kepada anak
pada tahap akhir dari pendidikan, dimana anak akan mencapai
kedewasaannya.

Adapun pembagian alat pendidikan menurut Drs. Suwarno


dibedakan menjadi bermacam-macam, yaitu:

1. Alat pendidikan positif dan negatif


a. Positif yaitu ditunjukkan agar anak mengerjakan sesuatu yang
baik, misalnya: perintah, pujian
b. Negatif yaitu jika tujuannya menjaga agar anak didik jangan
mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya larangan, celaan,
hukuman, ancaman.

2. Alat pendidikan preventif dan korektif


a. Preventif, jika maksudnya mencegah anak sebelum ia berbuat
sesuatu yang tidak baik, misalnya: pembiasaan perintah, pujian.
b. Korektif, jika maksudnya memperbaiki karena anak telah
melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang buruk misalnya,
ancaman, hukuman.

3. Alat pendidikan yang menyenangkan dan yang tidak


menyenangkan
a. Yang menyenangkan yaitu menimbulkan perasaan senang pada
anak-anak, misalnya ganjaran, pujian.
b. Yang tidak menyenangkan yaitu yang menimbulkan perasaan
tidak senang pada anak-anak, misalnya hukuman dan celaan.

23
Alat-alat pendidikan yang bersifat positif mengarah kepada agar
anak didik mengerjakan hal-hal yang baik, sedangkan alat pendidikan
yang bersifat negatif mengarah kepada agar anak didik tidak
mengerjakan hal-hal buruk.
Alat pendidikan yang preventif adalah alat pendidikan yang bersifat
pencegahan yaitu untuk mencegah masuknya pengaruh buruk dari luar
kedalam diri anak didik.
Kewajiban pendidik adalah mendidik anak didik menjadi anak
yang baik dan mencegah/membentengi anak didik dari masuknya
pengaruh-pengaruh buruk ke dalam dirinya.
Jenis alat pendidikan preventif yang abstrak misalnya tata tertib,
anjuran, larangan, dan disiplin.
Adapun yang termasuk alat-alat pendidikan korektif yang abstrak
misalnya pemberitahuan, teguran, peringatan, ganjaran dengan cara
bijaksana.
Alat pendidikan korektif artinya bersifat memperbaiki. Hal-hal
yang diperbaiki adalah perbuatan-perbuatan jelek yang sudah menjadi
kebiasaan diperbuat anak didik, seperti suka bertengkar, mengambil
barang milik orang lain, suka mengejek, dan suka menggangu.
Kewajiban pendidik dalam hal ini adalah mengikis sifat-sifat
negatif, kebiasaan-kebiasaan buruk dan penyakit-penyakit jiwa yang
ada pada anak didik.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alat pendidikan merupakan suatu tindakan atau perbuatan atau situasi,
yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, yaitu
kedewasaan Alat pendidikan merupakan suatu tindakan atau perbuatan atau
situasi, yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan, yaitu kedewasaan. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang
diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi anak didik secara
pedagogis (edukatif). Situasi pergaulan terjadi tanpa tujuan pendidikan,
sedangkan situasi pendidikan didasari untuk mencapai tujuan pendidikan.
Karakteristik alat pendidikan menjadi bagian yang perlu dipahami oleh
pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan. Karakteristik alat
pendidikan adalah alat pendidikan dapat diartikan sebagai kondisi ideal alat
pendidikan baik yang berkaitan dengan alat pendidikan bentuk non-material
maupun yang digunakan dalam kegiatan pendidikan, alat pendidikan non-
material, karakteristik alat pendidikan Material. Penggunaan alat pendidikan
dipengaruhi oleh kecakapan pendidik yang harus menyesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai dan sebagai seorang pendidik sebaiknya harus
menghindari tindakan yang memaksa. Jenis – jenis alat pendidikan yaitu: alat
pendidikan pendahuluan, alat pendidikan yang sebenarnya. Langeveld (1980)
pengelompokan lima jenis alat pendidikan, yaitu: perlindungan,
kesepahaman, kesamaaan arah dalam fikiran dan perbuatan, perasaan bersatu
dan pendidikan karena kepentingan diri sendiri.

B. Saran
Bagi pendidik atau calon pendidik seperti kita sebaiknya mengetahui dan
memahami mengenai konsep, karakteristik dan jenis alat pendidikan. Guna
membantu dalam proses pembelajaran supaya pembelajaran berjalan dengan
baik. Guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang baik dengan

25
menerapkan konsep, karakteristik dan jenis alat pendidikan itu di dalam
tercapainya tujuan pembelajaran di kelas. Pendidik juga harus mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar proses dari
konsep, karakteristik dan jenis alat pendidikan dapat tersampaikan dengan
maksimal.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A, Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, SB. 2010. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukasi. Jakarta:
Rineka Cipta.

Maunah, B. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

S, Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sadulloh, U. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Sumber lain:
Https://www.slideshare.net, diakses tanggal 25 Februari 2019, pukul 20.24

27

Anda mungkin juga menyukai