Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD 1945 DAN KONSTITUSI


SONIALITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BAWAH
UUD 1945
MATA KULIAH: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh Kelompok 5:


1. Diah Wahyu Agustin (226910832)
2. Diah Agesti (226910933)
3. Habib Zikri (226910929)
4. Lesmana Putri Rahmawati (226910810)
5. Lesmana Sari (226910870)
Dosen Pengampu: Megawati, S.H., M.H

KELAS 2i
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis
ucapkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Nilai dan Norma
Konstitusional UUD 1945 dan konstitusi sonialitas peraturan perundangan-undangan dibawah
UUD 1945 sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, segala
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah kami di masa yang akan datang . Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 7 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
Latar Belakang.........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
Tujuan......................................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
Pengertian dan Klasifikasi Konstitusi.......................................................................................................5
Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara...........................................................9
Sumber Historis, Sosiologis dan Politik tentang konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Negara
Indonesia.................................................................................................................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................11
KESIMPULAN.........................................................................................................................................11
Saran......................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi dalam arti luas yaitu meliputi hukum dasar tertulis dan tak tertulis.
Sedangkan dalam arti sempit yaitu hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar.
Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar yang
tertulis. Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang
terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara,
maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara.
Dalam bab ini kita akan membahas nilai dan norma konstitusional UUD NRI
1945 dan konstitusionalitas perundang-undangan di bawah UUD. Yang mencakup
konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara, pentingnya konstitusi
dalam kehidupan berbangsa-negara, sumber historis sosiologis dan politik konstitusi
dalam berbangsa-negara indonesia, dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan
berbangsa-negara indonesia, esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara indonesia. verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan istilah
masyrutiyah (Riyanto, 2009).

Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Klasifikasi Konstitusi
2. Perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3. Sumber historis, sosiologis dan politik tentang konstitusi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia.

Tujuan
1. Mengetahui bagaimana klasifikasi konstitusi
2. Mengetahui seberapa penting nya konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
3. Mengetahui sumber sejarah konstitusi dan politik tentang konstitusi
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Klasifikasi Konstitusi
Pengetian Konstitusi

Istilah Konstitusi itu sendiri pada mulanya dari “constituer” (bahasa Prancis) yang berarti
“membentuk”. Pemakaian istilah Konstitusi yang dimaksudkan ialah pembentukan suatu negara
atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Di negara-negara yang menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa nasional, dipakai istilah “constitution” dalam bahasa Indonesia disebut
Konstitusi. 3' Dan dalam bahasa Latin “constitutio” yang berkaitan dengan kata jus atau ius
yang berarti “hukum atau prinsip.” Di zaman modern, bahasa yang biasa dijadikan sumber
rujukan mengenai istilah ini adalah Ingris, Jerman, Prancis, Italia, dan Belanda. Sehubungan
dengan istilah Konstitusi ini para sarjana dan ilmuwan hukum tata negara terdapat perbedaan
pendapat. Ada yang bermanfaat Konstitusi sama dengan Undang-Undang Dasar dan ada pula
yang berpendapat Konstitusi tidak sama dengan Undang-Undang Dasar. Bagi para sarjana ilmu
polittik istilah “constitution” merupakan sesuatu yang mencermati di kotomi antara Istilah
Contitusional dengan grodwet lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan, baik yang
bersifat tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara terikat kata-kata bagaimana sesuatu
pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

Istilah Konstitusi sebenarnya tidak digunakan untuk menunjukan kepada satu pengertian
saja. Dalam prakteknya, istilah Konstitusi sering digunakan dalam beberapa pengertian. Di
Indonesia selain dikenal istilah Konstitusi juga dikenal istilah Undang-Undang Dasar. Demikian
juga di Belanda, di samping dikenal istilah “groundwet” (Undang-Undang Dasar) dikenal pula
istilah “constitutie”. Konstitusi dan Undan-Undang Dasar sering kali memiliki batasan yang
berbeda sungguhpun keduanya sama- sama menunjukkan pada pengertian hukum dasar. Secara
umum Konstitusi menunjuk pada pengertian hukum dasar tidak tertulis, sedangkan Undang-
Undang Dasar menunjukkan pada pengertian hukum dasar tertulis.
Konstitusi suatu negara termuat dalam Undang-Undang Dasar dan berbagai aturan
konversi. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar merupakan aturan dasar aturan pokok negara
yang menjadi sumber dan dasar bagi terbentuknya aturan hukum yang lebih rendah. Disebut
aturan dasar atau aturan pokok negara karena dia hanya bersifat pokok dan masih merupakan
norma tunggal, tidak disetai norma sekunder. Mencermati Dikotomi antara istilah contitution dan
Grondwet (Undang-Undang Dasar) diatas, L.J. Van Apeldoorn telah membedakan secara jelas di
antara keduanya, Grondwet (Undang-Undang Dasar) adalah bagian tertulis dari suatu Konstitusi,
sedangkan constitution (Konstitusi) memuat baik peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis.
Sementara itu, Sri Soemantri M, dalam disertainya mengartikan Konstitusi samadengan Undang-
Undang Dasar. Persamaan arti dari keduanya ini sesuai dengan praktik ketatanegaraan
disebagian besar negara-negara dunia termasuk Indonesia.

Klasifikasi Konstitusi

pandanganya oleh banyak penulis hukum tata negara di dunia tentag pengelompokan
Konstitusi di dunia. Wheare membagi beberapa Konstitusi berdasarkan pola-pola tertentu, yaitu:

Berdasarkan Bentuk Konstitusi Itu Sendiri

1. Konstitusi Tertulis (Written Constitution)


2. Konstitusi Tidak Tertulis ( Unwritten Constitution)

Pertama, yang dimaksud dengan Konstitusi tertulis ialah

Konstitusi yang dituangkan dalam sebuah dokumen formal. Sedangkan Konstitusi yang
bukan dalam bentuk tidak tertulis ialah suatu Konstitusi yang tidak dituangkan dalam suatu
dokumen formal, sperti Konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel, dan New Zaeland.41

Berdasarkan Sifatnya Konstitusi

1. Konstitusi Lentur (Flexible)


2. Konstitusi Kaku (Rigid)

Menurut Eheare pembagian ini didasarkan dari dua prinsip, yaitu:


Pertama, dari proses perubahan Konstitusi itu sendiri. Apabila Konstitusi itu mudah
diubah, maka Konstitusi itu flexible, namun jika Konstitusi itu sulit diubah maka Konstitusi itu
rigid.Sedangkan indikator kedua adalah sejauh mana kemampuan Konstitusi itu menyesuaikan
diri terhadap perkembangan zaman. Apabila konsitusi itu dengan mudah mengikuti
perkembangan zaman maka Konstitusi itu flexible dan Konstitusiakan dikelompokkan rigid jika
berlaku sebaliknya.42

Adapun ciri-ciri khusus dari konsonstitusi flexible menurut Bryce adalah; a. Elastis, b.
Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama dengan undang-undang. Berbeda dengan ciri-
ciri pokok dari Konstitusi yang rigid, meliputi; a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih
tinggi dari peraturan perundang-undangan yang lain, dan b. Hanya dapat diubah dengan carayang
khusus atau istimewa atau dengan persyaratan yang berat.43

Berdasarkan Nilai Kedudukan Hukum Konstitusi

1. Konstitusi Derajat Tinggi Dari Legislatif (Supremen Constitution)


2. Konstitusi Derajat Rendah Dari Legislatif (Unsupreme Constitution)

Maksud dari Konstitusi yang berderajat tinggi adalah suatu

Konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara, seperti diketahui dalam
setiap negara selalu terdapat tingkat perundang- undangan, baik dilihat dari bentuk maupun dari
materi muatannya. Konstitusi yang termasuk kategori berderajat tinggi, apabila dilihat dari
jjenisnya berada diatas peraturan perundang-undangan dan juga syarat-syarat untuk
mengubahnya berbeda, dalam arti lebih berat dibandingkan dengan yang lainnya.44

Konstitusi yang tidak berderajat tinggi adalah Konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat seperti Konstitusi yang berderajat tinggi. Persyaratan yang diperlukan
untuk mengubah Konstitusi ini sama dengan persyaratan yang dipakai untuk mengubah
peraturan perundang-undangan lain,umpamanya undang-undang45

Berdasarkan Bentuk Negara

1. Konstitusi Serikat (Federal Constitution)


2. Konstitusi Kesatuan (Unitary Constitution)
Klasifikasi Konstitusi serikat dan kesatuan ini berkaitan erat dengan bentuk suatu negara.
Artinya, jika bentuk neara itu serikat, maka akan didapatkan sistem pembagian kekuasaan antara
pemerintah negara serikat dengan pemerintah negara vagian. Pembagian kekuasaaan tersebut
diatur dalam Konstitusi atau Undang-Undang Dasarnya. Dalam negara kesatuan pembagian
kekuasaan tersebut tidak dijumpai, karena seluruh kekuasaannya tersentralkan di pemerintah
pusat, walaupun dikenal juga sistem desentralisasi. Hal ini juga diatur dalam Konstitusi
kesatuannya.46

Berdasarkan Sistem Pemerintahan Negaranya;47

1. Konstitusi Sistem Pemerintahan Presidensial (Presidential Executive


Constitution)
2. Konstitusi Sistem Pemerintahan Parlementer (Parlimentary Executive
Constitution)

Konstitusi sistem presidential terdapat ciri-ciri pokok sebagi berikut;

1. Disamping mempunyai kekuasaan nominal (sebagai kepala negara) presiden juga


berkedudukan sebagai kepala pemerintahan, dia mempunyai kekuasaan yang besar.
2. Presiden tidak dipilih langsung oleh pemengang kekuasaan Legislatif, akan tetapi dipilih
langsung oleh rakyat atau oleh dewan pemilih seperti di Amerika Serikat.
3. Presiden tidak termasuk pemeang kekuasaan Legislatif.
4. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan Legislatif dan tidak dapat
memerintah diadakan pemilu Sedangkan Konstitusi Sistem Pemerintah Parlemen
mempunyai ciri- ciri sebagai berikut;
1) Kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri dibentuk oleh atau berdasarkan
kekuasaan-kekuasaan yang menguasai parlemen.
2) Para anggota kabinet mungkin seluruhnya atau sebahagiannya adalah anggota
parlemen dan mungkin pula seluruhnya bukan anggota parlemen.
3) Perdana menteri bertanggung jawab kepada parlemen.
4) Kepala negara dengan saran atau nasihat perdana menteri dapat membubarkan
parlemen dan memerintah diadakan pemilu.
Berdasarkan klasifikasi Konstitusi diatas, Undang-Undang Dasar 1945 termasuk dalam
klasifikasi Konstitusi rijid, Konstitusi tertulis dalam arti dituangkan dalam dokumen, Konstitusi
berderajad tinggi, Konstitusi kesatuan, dan yang terakhir termasuk Konstitusi yang menganut
sistem pemerintahan campuran. Karena dalam Undang-Undang Dasar 1945 disamping mengatur
ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial, juga mengatur beberapa ciri sistem pemerintahan
parlementer. Disinilah keunikan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.

2. Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa Negara Indonesia Syarat terbentuknya


suatu negara yaitu setiap negara harus memiliki konstitusi, tanpa adanya konstitusi negara
tersebut tidak mungkin terbentuk. Dalam suatu ketatanegaraan konstitusi merupakan hal pokok
yang harus terpenuhi dan tidak dapat terpisahkan. Beberapa unsur berdrinya suatu negara yakni :

1. Adanya pemerintahan yang berdaulat.


2. Memiliki wilayah.
3. Rakyat
4. Pengakuan dari negara lain.

Namun keempat unsur tersebut belum menjamin bahwa suatu negara apakah dapat menjalankan
fungsi kenegaraannya dengan baik apabila negara yersebut belum memiliki konstitusi.

3. Sumber Historis, Sosiologis dan Politik tentang konstitusi dalam


Kehidupan Berbangsa dan Negara Indonesia

Secara historis, dalam sejarah kebangsaan Indonesia, berdirinya organisasi Boedi Oetomo
tahun 1908 disepakati sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena pada saat itulah dalam diri
bangsa Indonesia mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa walaupun belum menamakan
Indonesia. Setelah berdiri Boedi Oetomo, berdiri pula organisasi - organisasi pergerakan
kebangsaan lain seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan
organisasi lainnya yang tujuan akhirnya ingin melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Yang
akhirnya Indonesia dapat merdeka pada 17 Agustus 1945.
Secara Sosiologis, terdapat pernyataan dari seorang sejarawan, yaitu Prof. Nina Lubis
(2008), “... dahulu, musuh itu jelas: penjajah yang tidak memberikan ruang untuk mendapatkan
keadilan, kemanusiaan, yang sama bagi warga negara, kini, musuh bukan dari luar, tetapi dari
dalam negeri sendiri: korupsi yang merajalela, ketidakadilan, pelanggaran HAM, kemiskinan,
ketidakmerataan ekonomi, penyalahgunaan kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat
orang lain, suap- menyuap, dll.”

Dari pernyataan tersebut tampak bahwa proses perjuangan untuk menjaga eksistensi
negara-bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara- bangsa (the
founding fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Pada tataran sosial seluruh pemimpin
bangsa membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai
dan menduduki Indonesia yang telah dinyatakan merdeka. PKn dalam dimensi sosiologis sangat
diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya negara-bangsa untuk menjaga, memelihara, dan
mempertahankan eksistensi negara- bangsa.

Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah


dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari
pernyataan Somantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1)
Kewarganegaraan (1957); (2) Civics (1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968). Pada
masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn membahas cara pemerolehan
dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak membahas
tentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama
diarahkan untuk "nation and character building” bangsa Indonesia. Pada awal pemerintahan Orde
Baru, kurikulum sekolah yang berlaku dinamakan Kurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di
dalamnya tercantum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Konstitusi merupakan salah satu syarat terbentuknya suatu negara, tanpa adanya
konstitusi negara tersebut tidak mungkin terbentuk. Di dalam sebuah konstitusi memuat banyak
kepentingan seputar tatanan organisasi negara, HAM, UUD dan banyak lagi. Konstitusi juga
memiliki kedudukan dan pengaruh sangat besar bagi suatu negara karena fungsinya dalam
mengatur kekuasaan.

Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sekalian. Apabila terdapat saran maupun kritik yang sekiranya ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon untuk memaafkan, kami manusia tak
ada yang sempurna maupun luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, 2017. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT BumiAksara

Thaib, Dahlan,2009. Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: Total Medi

https://ankes3mk.blogspot.co.id/2017/01/dinamika-konstitusi-di-indonesia.html

http://yukimuri.blogspot.co.id/2013/06/peranan-konstitusi-dalam-kehidupan.html

Anda mungkin juga menyukai