Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH PPKN

NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NKRI 1945 DAN


KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG – UNDANGAN

Nama Penyusun:
Sasa Wahyuningtyas 2211511011
Yunita Triafani Banoet 2211511012
Putu Daniel Anderson 2211511015
Vanessa Julian Kylie 2211511020
Ni Putu Dita Yesa Maharani 2211511025
Jeremia Frederick Nicolas Turnip 2211511034
Joevio Dimas Tafazzul 2211511035
Ni Made Nopitriana 2211511038
Citra Laili Agustina 2211511039
Donbosco Joakim Boka 2211511047
Adiya Amanda Zahra 2211511052

PROGRAM STUDI PARIWISATA


FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang diberikan oleh dosen pengampu
kami Bapak Saptono Nugroho, S.Sos., M.Par.

Sebelumnya kami berterimakasih kepada pihak yang membantu dalam


penyusunan makalah ini, diantaranya ucapan terimakasih untuk:
1. Dr. I Wayan Suardana, SST.Par., M.Par selaku dekan Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana.
2. Gde Indra Bhaskara M.Sc, Ph.D. selaku Koordinator Program Studi
Pariwisata.
3. Saptono Nugroho, S.Sos., M.Par selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
4. Orang tua penyusun.
5. Dan teman – teman dan pihak lain yang membantu dan mendukung dalam
penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini kurang mendekati


kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan diberinya kritik, saran
untuk pengembangan makalah ini. Terima kasih.

Jimbaran, 27 September 2022

Penyusun
Daftar Isi

ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................2
BAB II Pembahasan...............................................................................................3
2.1 Penerapan Ideologi di Indonesia...................................................................3
2.2 Pengaruh dan dampak RKUHP terhadap Pancasila......................................8
2.3 Dampak suatu negara yang tidak memiliki ideologi...................................12
BAB III Penutup..................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara tentang konstitusi sebenarnya sangat luas dilihat dari
setiap konsepnya serta dari segi bahasa atau asal katanya. Namun jika
dilihat semua hal tersebut bahwa tujuan dari konstitusi tetap satu yaitu
sebagai aturan yang mengikat untuk membantu mengatur jalannya
pemerintahan agar terciptanya tuntutan kehidupan bernegara yang sesuai
dicita-citakan oleh setiap negara. Sehingga setiap aturan yang dibuat
tersebut akan memiliki fungsi dan dampaknya masing-masing terhadap
jalannya pemerintahan.
Di Indonesia sendiri sudah menerapkan hal tersebut yaitu
dibentuknya konstitusi yang bernama Undang-Undang 1945. Konstitusi
yang digunakan oleh Indonesia sering mengalami perubahan atau kata
lainnya yaitu diamandemen. Perubahan yang terjadi itu dikarenakan
tuntutan agar adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara sehingga dengan penataan ulang tersebut dapat mencapai cita-
cita yang diharapkan bersama melalui Pancasila sebagai ideologi negara.
Jadi setiap adanya perubahan isi kontitusi di negara Indonesia pasti
Pancasila diterapkan sebagai tolak ukur itu sesuai dan tidaknya dapat
diterapkan di Indonesia.
Realita yang dapat dilihat di negara Indonesia akan seringnya
terjadi konflik yang merupakan hal yang biasa dikarenakan Indonesia
tersendiri dikarenakan Indonesia adalah negara yang menerapkan sistem
demokrasi. Sehingga pemerintahan tidak bisa sewenang-wenang akan
membuat aturan dengan paham partikularisme yang dapat membuat
terjadinya yang dapat menghambat integrasi sosial dan nasional. Jadi
peranan masyarakat sangatlah penting juga di dalam jalannya
pemerintahan, karena negara tidak dapat berjalan jika tidak memiliki 4
unsur penting diantaranya ; wilayah yang pasti, penduduk yang permanen,

1
pemerintahan yang berdaulat, dan kemampuan akan menjalin hubungan
internasional dengan negara lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana esensi dan urgensi konstitusi terhadap jalannya
pemerintahan?
2. Bagaimana sejarah dalam penerapan konstitusi di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami esensi dan urgensi konstitusi terhadap jalannya
pemerintahan.
2. Untuk mengetahui sejarah dalam penerapan konstitusi di Indonesia.

1.4 Manfaat
1. Memahami pentingnya keberadaan konstitusi di sebuah negara.
2. Menjadikan sejarah mengenai konstitusi sebagai tolak ukur
berjalannya pemerintahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penerapan Konstitusi di Indonesia


2.2.1 Sejarah Terciptanya Konstitusi
Berbicara akan konstitusi yang dimiliki oleh setiap negara. Kita tidak
pernah lepas akan sejauh mana kita tahu terciptanya atau awal mulanya
konstitusi tersebut terbentuk serta asas apa yang mendasari setiap negara
harus memiliki konstitusi.
Secara historis pengertian akan konstitusi senantiasa berkembang.
Dari pendapat setiap para ahli hingga istilah-istilah konstitusi dari
terjemahan bahasa asing. Istilah konstitusi dalam bahasa Indonesia antara
lain berpadanan dengan kata constitutio (bahasa Latin, Italia), constitution
(bahasa Inggris), constitutie (bahasa Belanda), constitutionnel (bahasa
Perancis), Verfassung (bahasa Jerman), masyrutiyah (bahasa Arab). Istilah
konstitusi berasal dari bahasa Perancis yaitu constituer, yang berarti
membentuk. Bisa disimpulkan istilah konstitusi dimaksudkan ialah
pembentuk suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara.
Selain istilah-istilah yang bisa diambil dari berbagai terjemahan
bahasa asing mengenai konstitusi. Berikut merupakan pendapat akan
konstitusi tersebut dari setiap ahli, diantaranya:

Jadi konstitusi adalah hal penting didalam mendirikan serta


membangun suatu negara yang merdeka (Santoso, 2013). Hal tersebut juga
dicatat dalam sejarah mengenai timbulnya negara yang konstitusional yang
dimulai sejak jaman Yunani tepatnya pada masa Aristoteles yang dapat
mengumpulkan begitu banyaknya konstitusi dari berbagai negara.
Konstitusi awalnya dipahami sebagai kumpulan aturan-aturan serta adat
kebiasaan (norma) pada suatu peradaban sehingga pada masa itu ada

3
penambahan arti yaitu konstitusi adalah kumpulan aturan atau ketentuan
yang dibuat oleh para Kaisar.
Selain perubahan-perubahan yang terjadi di masa Yunani Kuno
mengenai konstitusi. Pada masa peradaban Roma, konstitusi ini memiliki
pengaruh sangat besar sampai pada abad pertengahan. Di masa tersebut
adanya demokrasi yang mendobrak budaya yang dimana paham demokrasi
ini menjadi cikal bakal munculnya paham konstitusionalisme modern
sebuah negara.
Konstitusi di setiap negara dapat dikatakan berfungsi atau berjalan
dengan baik jika di negara tersebut memiliki 4 unsur pembentuk negara
yang dikenal sebagai Konvensi Montevideo yang isinya, antara lain:
1. Adanya wilayah atau teritori tertentu.
2. Memiliki rakyat atau penduduk yang tetap.
3. Memiliki pemerintahan yang berdaulat.
4. Memiliki kemampuan hubungan internasional dengan negara lain.
Keempat unsur dapat dikatakan sebagai tolak ukur konstitusi
berfungsi dengan baik dikarenakan unsur-unsur tersebut memiliki
keterkaitan sangat erat. Dari wilayah yang harus dimiliki oleh suatu negara
dan juga adanya hubungan antara pemerintahan yang memiliki kedaulatan
dan juga rakyat sehingga konstitusi tersebut dapat mengikat dari daerah
kekuasaannya (wilayah), konstitusi yang ditunjukkan (rakyat), dan juga
adanya kekuasaan untuk membuat konstitusi tersebut (pemerintah yang
berdaulat). Namun ketiga hal tersebut masih kurang akan hadirnya satu
unsur yang dapat membuat konstitusi tersebut diakui oleh negara lain
(hubungan internasional dengan negara lain).
Ide paragraph ini tentang konstitusi tertulis dan tak tertulis

Sisanya ada di mkri

4
2.2 Pengaruh dan dampak RKUHP terhadap Pancasila
Ancaman demi ancaman terhadap melunturkannya nilai Pancasila
sering terjadi, tidak hanya kegiatan – kegiatan yang terjadi di masa lampau
namun sampai masa sekarang kita sering menghadapi ancaman tersebut
secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu contoh yang kita
sedang hadapi pada saat ini yaitu permasalahan dimana pemerintah
Indonesia yang akan mengesahkan RKUHP yang sudah dirancang sejak
lama namun isi dari RKUHP yang dibuatnya masih ada banyak masalah
dan perlu dipertanyakan kejelasan dan mengapa pasal – pasal yang
bermasalah itu tetap dimasukkan ke dalam RKUHP yang pada akhirnya
akan dapat membuat ancaman terhadap ideologi kita yaitu Pancasila secara
tidak langsung.
Sebelumnya kita harus tahu dulu asal – usul dari RKUHP yang
masih kita pakai. RKUHP yang kita pakai itu merupakan peninggalan dari
zaman kolonialisme Belanda yaitu dengan nama awalnya Wetbook van
Strafrecht voor Netherlands Indie (WvS) Stb No. 732/1915 mulai berlaku
pada 1 Januari 1918. Lalu pada saat itu, UU No. 1/1946 tentang Peraturan
Hukum Pidana, dan UU No. 73/1958 memberlakukan WvS, atau yang
lebih popular dengan nama KUHP, sebagai Peraturan Hukum Pidana
Nasional.
Pemerintah Indonesia kembali memulai untuk membuat atau
merancang KUHP yang terbaru. Awal mula pembahasan RKUHP itu
dimulai pada tahun 1963 dengan diadakannya Seminar Hukum Nasional I
yang menghasilkan desakan didalam membuat KUHP Nasional yang baru
dalam waktu yang sangat singkat. Kemudian pemerintah kembali
merancang RKUHP pada tahun 1970 untuk mengganti KUHP bekas dari
kolonialisme Belanda. Dan pada waktu itu dibentuknya lah tim perancang
yang diketuai oleh Prof. Sudarto dan diikuti oleh beberapa Guru Besar
Hukum Pidana lain di Indonesia. Tapi, upaya agar RKUHP tersebut
diserahkan kepada DPR dan dibahas tidak kunjung terwujud. Selanjutnya
pada tahun 2004 kembali untuk membahas RKUHP yang dibentuk oleh

5
Prof. Dr. Muladi, S.H. dan juga RKUHP tersebut baru diserahkan oleh
Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada DPR, namun RKUHP
tersebut hanya baru akan dibahas delapan tahun kemudian tepatnya pada
tahun 2012. Setelah mengalami penundaan yang sangat lama, DPR pada
periode 2014 – 2019 kemudian menyepakati draf RKUHP dalam
pengambilan keputusan tingkat pertama. Namun setelah itu terjadinya
berbagai reaksi dari berbagai pihak yaitu protes terhadap sejumlah pasal
RKUHP muncul dari masyarakat, termasuk dari pegiat hukum dan
mahasiswa. Pada September 2019, Presiden Joko Widodo yang
menggantikan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan untuk
kembali menunda pengesahan pengesahan RKUHP dan memerintahkan
peninjauan kembali untuk pasal – pasal yang bermasalah. Pada April 2020,
anggota DPR secara resmi melanjutkan kembali pembahasan mengenai
RKUHP. Sehingga sampai pada terakhir DPR melakukan revisi final yang
bertepatan pada tanggal 4 Juli 2022, namun masih ada pasal – pasal yang
bermasalah tetap dicantumkan dan tidak ditinjau kembali.
Ini merupakan hasil – hasil penelitian kami setelah kembali lagi
melihat pasal – pasal yang bermasalah bagi RKUHP final revisi per
tanggal 4 Juli 2022 yang berhubungan dengan ancaman terhadap
Pancasila, diantaranya:
1. Pasal 64 huruf (c) dan Pasal 67
Pada revisi KUHP yang terbaru dengan memasukannya
pidana mati sebagai pidana yang bersifat khusus untuk Tindak
Pidana tertentu (narkotika, terorisme, korupsi, tindak pidana
berat terkait pelanggaran HAM) yang tertentu dan ditentuka
dalam Undang – Undang sesuai dengan pasal 64 huruf (c).
Selanjutnya pidana mati dipertegas sebagai pidana alternatif,
sebagai berikut:
“pidana yang bersifat khusus untuk Tindak Pidana
tertentu yang ditentukan dalam Undang-Undang.”

6
Serta pada pasal 67 menyampaikan bahwa pidana mati
ini ditunjukkan kepada
“Tindak Pidana yang dapat diancam dengan pidana
yang bersifat khusus adalah Tindak Pidana yang sangat serius
atau yang luar biasa, antara lain, Tindak Pidana narkotika,
Tindak Pidana terorisme, Tindak Pidana korupsi, dan Tindak
Pidana berat terhadap hak asasi manusia. Untuk itu, pidana
mati dicantumkan dalam bagian tersendiri untuk menunjukkan
bahwa jenis pidana ini benar-benar bersifat khusus. Jika
dibandingkan dengan jenis pidana yang lain, pidana mati
merupakan jenis pidana yang paling berat. Oleh karena itu,
harus selalu diancamkan secara alternatif dengan jenis pidana
lainnya yakni pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling lama 20 (dua puluh) tahun”.
Kedua pasal ini sangat berkaitan dengan isi dari sila
kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang
dimana sila ini menjunjung keadilan bersama tanpa
membedakan suku, ras, agama, dan antar golongan. Namun
pasal tersebut membuat banyak pertanyaan akan pemberian
pidana mati ini apakah diberikan secara adil kepada pihak –
pihak yang terlibat akan kasus yang disampaikan sebagaimana
mestinya pada pasal 67 “Tindak Pidana narkotika, Tindak
Pidana terorisme, Tindak Pidana korupsi, dan Tindak Pidana
berat terhadap hak asasi manusia”. Sehingga pasal ini
memberikan dampak dan pengaruh yang sangat besar apabila
pasal dari KUHP ini dilakukan secara tidak adil sehingga
melunturkan nilai dan pengamalan dari sila kelima Pancasila.

2. Pasal 218 ayat 1, pasal 240, dan pasal 351 ayat 1


Pada revisi KUHP ini, ada 3 pasal yaitu, pasal 218 ayat
1 yang berbunyi “Setiap Orang yang Di Muka Umum

7
menyerang kehormatan atau harkat dan martabat diri
Presiden atau Wakil Presiden dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) Bulan atau
pidana denda paling banyak kategori IV.”. lalu pasal 240 yang
berbunyi “Setiap Orang yang Di Muka Umum melakukan
penghinaan terhadap pemerintah yang sah yang berakibat
terjadinya kerusuhan dalam masyarakat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda
paling banyak kategori IV.”. dan yang terakhir pasal 351 ayat 1
yang berbunyi “Setiap Orang yang Di Muka Umum dengan
lisan atau tulisan menghina kekuasaan umum atau lembaga
negara dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun 6 (enam) Bulan atau pidana denda paling banyak
kategori II. “. Ketiga pasal diatas berkaitan dengan kritik dan
penghinaan terhadap presiden dan Lembaga negara, hal ini
menarik perhatian karena tidak ada standar yang tertulis dalam
pasal ini, yang membedakan kritik dan penghinaan. Apalagi
seperti yang tercantum dalam pasal tersebut, apabila menghina
presiden dan Lembaga negara, bisa di penjara. Hal ini menarik
perhatian, karena secara tidak langsung membuat kebebasan
berpendapat dikekang, hal ini melenceng dari isi sila keempat
“Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan.”. hal ini menyeleweng
dari ideologi Pancasila.

Dari 5 pasal diatas, bukan tidak mungkin pasal itu bisa


menjadi bahaya laten bagi ideologi kita, apalagi dengan
kontroversi 5 pasal tersebut bisa saja memicu perpecahan di
masyarakat.

8
2.3 Dampak suatu negara yang tidak memiliki ideologi
Semua negara harusnya memiliki suatu landasan, gagasan, konsep
atau kata lainnya yaitu ideologi didalam menjalankan suatu
pemerintahannya. Karena ideologi tersebut merupakan cerminan cara
berpikir seseorang, masyarakat, atau negara yang pada akhirnya ideologi
ini dapat membentuk dan membantu menuju cita-cita yang ingin diraih
tersebut. Sehingga juga ideologi dapat dikatakan juga sebagai komitmen.

Indonesia pun demikian yang dimana memiliki ideologi yang


dimana ideologi tersebut merupakan cita-cita dari rakyatnya sendiri.
Sehingga suatu pemerintahan juga harus menerapkan ideologi tersebut
didalam menjalankan pemerintahannya agar yang pada akhirnya sesuai
dengan cita-cita atau tujuan masyarakat Indonesia itu sendiri.

Jika suatu negara tidak memiliki ideologi tentu saja akan memiliki
dampak tersendiri yang dimana pada akhirnya negara tersebut tidak akan
lama bertahan juga. Berikut dampak-dampak yang akan dihadapi oleh
negara jika tidak memiliki ideologi, antara lain:

1. Tidak adanya pedoman bernegara


Seharusnya setiap negara harus memiliki ideologi, namun jika
tidak memiliki hal tersebut pasti negara tersebut akan tidak
dapat bertahan lama karena tidak adanya impian dari
masyarakatnya sendiri, visi dan misi, serta cita-cita. Sehingga
negara tersebut juga tidak memiliki pedoman didalam
berbangsa dan bernegara.
2. Tidak memiliki dasar hukum yang pasti
Dengan tidak adanya ideologi di suatu negara, hal ini
menyebabkan pada saat penyusunan suatu dasar hukum atau
peraturan tidak memiliki patokan sehingga dasar hukum tidak
mencerminkan cita-cita bangsa.
3. Berpengaruh terhadap kinerja pemerintah

9
Selain tidak memiliki dasar hukum yang pasti, tentunya kinerja
pada pemerintahan negara tersebut akan berpengaruh. Karena
tanpanya ideologi kinerja pemerintahan tersebut akan
sewenang-wenangnya di dalam hal yang dilakukannya. Hanya
memperhatikan kepentingan pribadi / golongan diatas
kepentingan bersama.
4. Rakyat tidak memiliki nilai atau pedoman di dalam kehidupan
bermasyarakat
Tidak adanya ideologi di suatu negara sama halnya tidak
memiliki pedoman bagi masyarakatnya di dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat. Sehingga pastinya kesatuan dan
persatuan didalam kehidupan bermasyarakat tidak ada.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
KUHP dari waktu ke waktu mengalami perubahan hingga saat ini,
yang di dalamnya terdapat beberapa pasal yang kontroversial karena tidak
sesuai dengan pancasila, yang memungkinkan pasal tersebut bisa menjadi
ancaman dari ideologi Pancasila. Sehingga kita sebagai warga negara harus
menjaga ideologi kita yaitu Pancasila dan terus mengamalkan nilai – nilai dari
tiap sila tersebut.

10
3.2 Saran
Pemerintah bisa mengkaji ulang keseluruhan dari RKUHP terutama
pasal pasal yang kontroversial dan juga dalam membuat keputusan lebih
bijak, jangan hanya mementingkan kepentingan sendiri. Dan untuk
masyarakat, agar lebih peka terhadap masalah-masalah di masyarakat, agar
tidak menyesal dan mengurangi terjadinya disinformasi.

DAFTAR PUSTAKA

2013. Sejarah dan Isi Piagam Jakarta (Jakarta Charter). From


https://www.negeripesona.com/2013/05/sejarah-dan-isi-piagam-jakarta.html,
diakses 05 Oktober 2022.

2022. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia. From


https://reformasikuhp.org/data/wp-content/uploads/2022/07/RUU-KUHP-FINAL-
4-Juli-2022.pdf, diakses 06 Oktober 2022.

11
2022. Sejarah dan Kronologi G30S PKI. From
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220923100643-25-851604/sejarah-
dan-kronologi-g30s-pki/amp#, diakses 05 Oktober 2022.

Dominique Hilvy Febriani, 2022. Contoh Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Dalam


Kehidupan Sehari-hari. From
https://nasional.sindonews.com/read/701061/15/contoh-penerapan-nilai-nilai-
pancasila-dalam-kehidupan-sehari-hari-1646208185, diakses 05 Oktober 2022.

Rico Afrido Simanjuntak, 2022. Sejarah Pemberontakan DI/TII dan Latar


Belakangnya. From https://nasional.sindonews.com/read/861957/14/sejarah-
pemberontakan-ditii-dan-latar-belakangnya-1661029682, diakses 05 Oktober
2022.

12

Anda mungkin juga menyukai