Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR TERBENTUKNYA NEGARA DAN KETERKAITANNYA


DENGAN KONSTITUSI

Disusun oleh :

Kelompok 3

Mutmainna (105611101222)

Nur Fatima (105611101622)

Fachirah Makhul (105611101522)

Anggela Oktavanisari

PROGRAM STUDY ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat Menyusun makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah i
ni adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegara
an, dengan judul “DASAR TERBENTUKNYA NEGARA DAN KETERKAITANNYA
DENGAN KONSTITUSI ”. Dengan materi kuliah ini kami diharapkan mahasiswa mam
pu untuk memahami makna dari dasar terbentuknya negara dan keterkaitannya dengan ko
nstitusi di Indonesia.

Dengan demikian, kami sadar materi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh kare
na itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbag
ai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi p
embacanya, terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian negara dan konstitus
i, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

LATAR BELAKANG........................................................................................4

RUMUSAN MASALAH...................................................................................5

TUJUAN............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................6

SEJARAH KONSTITUSI DI INDONESIA......................................................6

DEFINISI KONSTITUSI...................................................................................7

TUJUAN DAN FUNGSI KONSTITUSI...........................................................8

NILAI KONSTITUSI (NORMATIF, NOMINAL DAN SEMANTIK..............10

JENIS-JENIS KONSTITUSI.............................................................................12

KONSTITUSI DI INDONESIA.........................................................................13

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

KESIMPULAN..................................................................................................

SARAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah menga
lami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupak
an tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau denga
n kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara men
uju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). P
erubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otor
itarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Den
gan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini men
jadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas ya
ng berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap el
emen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen it
u dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi,
menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karen
a dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masy
arakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indone
sia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan
kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apak
ah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurn
a. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersa
ma. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanju
tnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah peruba
han.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah konstitusi yang ada di Indonesia?
2. Apakah pengertian konstitusi dan menurut parah ahli?
3. Apa fungsi tujuan konstitusi ?
4. Nilai – nilai apa saja yang terkandung dalam konstitusi ?
5. Jelaskan jenis- jenis konstitusi ?

4
6. Jelaskan perkembangan konstitusi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah konstitusi yang ada di indoesia
2. Untuk mengetahui fungsi, tujuan dan nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis konstitusi dan perkembagan konstituis saat ini di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah konstitusi Indonesia

Proses terbentuknya konstitusi di Indonesia berawal dari ketika pemerintah Hindi


a Belanda secara resmi menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 9 Maret 1
942. Sejak saat itu, kedudukan Hindia Belanda di Indonesia pun diambil alih oleh Jepang.
Akan tetapi, tiga tahun setelahnya, kondisi Jepang terdesak oleh kedatangan Belanda ke I
ndonesia. Dalam kondisi itu, Jepang pun berusaha mencari simpati rakyat Indonesia deng
an cara menjanjikan kemerdekaan suatu hari nanti. Janji kemerdekaan itu disampaikan ol
eh Perdana Menteri Jepang, Koiso, pada 7 September 1944, berdasarkan keputusan Teiko
ku Gikai atau Parlemen Jepang. Setelah itu, Jepang membentuk sebuah badan untuk men
yelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang disebut BPUPKI pada 29 Ap
ril 1945.
Seusai dibentuk, BPUPKI menyelenggarakan sidang sebanyak dua kali. Sidang B
PUPKI pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945, sedangkan Sidang Ked
ua BPUPKI dilaksanakan pada 10-17 Juli 1945. BPUPKI membentuk panitia kecil yang
disebut Panitia Sembilan. Panitia Sembilan adalah kelompok yang bertugas untuk menye
mpurnakan kembali dasar negara Indonesia, yakni Pancasila. Hampir Semua Politisi di In
donesia Alumni Partai Golkar Setelah tugas BPUPKI selesai, dibentuk badan lanjutan ya
ng disebut Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945. Sejak
dibentuk, PPKI menyelenggarakan sidang sebanyak tiga kali, yakni tanggal 18, 19, dan 2
2 Agustus 1945.
Hasil sidang pertama PPKI adalah pengesahan UUD 1945 oleh Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) sebagai konstitusi negara Republik Indonesia pada 18 Agustus 1
945. Naskah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI meliputi Pembukaan dan pasal-pasal y
ang terdiri atas 71 butir ketentuan tanpa penjelasan. Konstitusi yang sudah disahkan itu te
rdiri atas tiga bagian, sebagai berikut: Mukaddimah Konstitusi atau Pembuka. Batang Tu
buh Konstitusi yang terbagi atas XV Bab dalam 36 Pasal. Penutup Konstitusi yang terbag
i atas Bab XVI pasal 37 tentang perubahan UUD, Aturan Peralihan dalam IV Pasal dalam
dua ayat. Lebih lanjut, UUD yang sudah disahkan oleh PPKI telah mengalami beberapa k
ali perubahan. Perubahan ini terjadi karena dipengaruhi oleh adanya tuntutan untuk meny
empurnakan aturan dasar, seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian ke

6
kuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum. Sejak 1999, UUD 1945 atau Ko
nstitusi Indonesia telah diamandemen sebanyak empat kali hingga tahun 2000.

B. Definisi Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis “constituer” yang artinya membentuk negara, me
nyusun negara, dan menyatakan negara. Sedangkan dalam bahasa Latin kata konstitusi berasal da
ri 2 (dua) kata yakni “cume” dan “statuere”. Kata “cume” artinya “bersama dengan”, sedangkan
“statuere” adalah “membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan atau menetapkan”. Dengan dem
ikian pengertian konstitusi dalam bentuk tunggal (konstitutio) adalah menetapkan sesuatu secara
bersama-sama dan pengertian konstitusi dalam bentuk jamak (constitusiones) adalah segala sesua
tu yang telah ditetapkan.
Negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris memakai istilah constitution yang dalam b
ahasa Indonesia dikenal sebagai konstitusi. Sedangkan istilah UUD merupakan terjemahan dari b
ahasa Belanda “Gronwet”.[3] Selain gronwet, Belanda juga mengenal istilah constitutie. Adapun
pengertian Konstitusi Menurut Para Ahli, Berikut adalah beberapa pengertian konstitusi menurut
para ahli.
1. Soehino

Konstitusi adalah dokumen yang memuat aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pok
ok-pokok atau dasar-dasar yang sifatnya, baik tulisan maupun tidak tertulis yang mengambarkan tentang s
istem ketatanegaraan suatu negara.

2. Menurut Jimly Asshiddiqie

konstitusi bukan merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintahan, melainkan merupakan peraturan ya
ng dibuat oleh rakyat untuk mengatur pemerintahan, dan pemerintahan itu sendiri. Tanpa keberadaan kon
stitusi, maka sama dengan kekuasaan tanpa kewenangan. Konstitusi adalah hukum dasar, norma dasar, da
n sekaligus paling tinggi kedudukannya dalam sistem bernegara. Namun, sebagai hukum, konstitusi itu se
ndiri tidak selalu bersifat tertulis (schreven constitutie atau written constitution). Konstitusi dalam pengert
ian arti sempit adalah konstitusi yang bersifat tertulis atau biasa disebut UUD. Sedangkan konstitusi dala
m pengertian arti luas adalah konstitusi yang tidak tertulis.

3. L. J. Van Apeldoorn

Gronwet atau UUD adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan constitution memuat baik perat
uran tertulis maupun yang tidak tertulis.

7
4. Herman Heller

Pengertian konstitusi dibagi menjadi tiga, yaitu konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam mas
yarakat sebagai suatu kenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis), konstitusi sebagai kaidah yang
hidup dalam masyarakat (mengandung arti hukum atau yuridis), dan konstitusi sebagai kesepakatan yang
ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.

C. Tujuan Dan Fungsi Konstitusi

Tujuan Konstitusi menurut Para Ahli :

Menurut Jimly Asshiddiqie, pada umumnya hukum memiliki tiga tujuan pokok, yaitu:

1. keadilan (justice), sepadan dengan keseimbangan, kepatutan, dan kewajaran


2. kepastian (certainty atau zekerheid), berkaitan dengan dengan ketertiban dan ketenterama
n
3. kegunaan (utility) yang diharapkan dapat menjamin bahwa semua nilai akan mewujudkan
kedamaian hidup bersama.
Oleh karena konstitusi sendiri adalah hukum yang dianggap paling tinggi tingkatannya, sehingga
tujuan konstitusi sebagai hukum tertinggi juga untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang terti
nggi.
Adapun tujuan yang tertinggi dari konstitusi adalah:
1. keadilan
2. ketertiban
3. perwujudan nilai ideal seperti kemerdekaan, kebebasan, kesejahteraan, dan kemakmuran
bersama, sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh para pendiri negara (the
founding fathers and mothers).
Menurut J. Barents, terdapat ada tiga tujuan negara, yaitu:
1. untuk memelihara ketertiban dan ketenteraman;
2. untuk mempertahankan kekuasaan; dan
3. untuk mengurus hal-hal yang berkenaan dengan kepentingan- kepentingan umum.
Maurice Hauriou menegaskan bahwa tujuan konstitusi adalah untuk menjaga keseimbangan a
ntara ketertiban, kekuasaan, dan kebebasan. Kebebasan individu warga negara harus dijamin, na
mun kekuasaan negara juga harus berdiri tegak, sehingga tercipta sebuah tertib bermasyarakat da
n bernegara. Ketertiban juga akan terwujud apabila dipertahankan oleh kekuasaan yang efektif.

8
Kemudian, G. S. Diponolo menjelaskan tujuan konstitusi ke dalam 5 (lima) kategori seba
gai berikut:

a. kekuasaan;
b. perdamaian, keamanan dan ketertiban;
c. kemerdekaan;
d. keadilan; dan
e. kesejahteraan dan kebahagiaan.

Fungsi Konstitusi

Konstitusi memiliki fungsi khusus untuk menentukan dan membatasi kekuasaan negara, serta me
njamin dan melindungi hak-hak warga negara dan hak asasi manusia (“HAM”). Kekuasaan tersebut harus
memiliki batasan yang tegas dan dengannya penguasa diharapkan tidak memanipulasi konstitusi untuk ke
pentingan kekuasaannya sendiri, sehingga hak-hak warga negara akan terlindungi.

Tujuan dan fungsi konstitusi dalam sebuah negara berubah dari zaman ke zaman. Sebagai contoh,
pada masa peralihan dari negara feodal monarki atau oligarki dengan kekuasaan mutlak penguasa ke nega
ra nasional demokrasi, kedudukan konstitusi adalah sebagai benteng pemisah antara rakyat dengan pengu
asa yang kemudian secara bertahap memiliki fungsi sebagai alat rakyat dalam memperjuangkan kekuasaa
nnya melawangolonganpenguasa.

Pada perkembangan selanjutnya, di dunia barat, fungsi konstitusi adalah untuk menentukan batas
wewenang penguasa, menjamin hak rakyat dan mengatur jalannya pemerintahan. Dengan kebangkitan pa
ham kebangsaan, kekuatan pemersatu, dan kelahiran demokrasi sebagai paham politik, konstitusi menjam
in alat negara untuk konsolidasi kedudukan hukum dan politik. Hal tersebut guna mengatur kehidupan ber
sama dan untuk mencapai tujuan konstitusi, yakni cita-citanya dalam bentuk negara.

D. Nilai Konstitusi UUD 1945 (Normatif, Nominal dan Semantik)


Suatu konstitusi memiliki 3 nilai, yaitu:

1. Normatif, suatu konstitusi dapat dikatakan memiliki nilai normatif apabila konstitusi tersebut ti
dak hanya tertulis didalam hukum melainkan dilakukan juga oleh seluruh rakyat dan ditaati.

2. Nominal, suatu konstitusi dapat dikatakan memiliki nilai nominal apabila konstitusi hanya dila
kukan oleh penguasa.

3. Semantik. suatu konstitusi dapat dikatakan memiliki nilai semantik apabila konstitusi tersebut
hanya menjadi jargon para penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya UUD 1945.

9
• Pasal 1 ayat 1 sampai 3 bersifat Normatif . Pasal 2 ayat 1 sampai 3 bersifat Nominal
• Pasal 3 ayat 1 sampai 3 bersifat Nominal
• Pasal 4 ayat 1 sampai 2 bersifat Nominal
• Pasal 5 ayat 1 sampai 2 bersifat Nominal
• Pasal 6 ayat 1 sampai 2 bersifat Nominal
• Pasal 6A ayat 1 sampai 5 bersifat Nominal
• Pasal 7 bersifat Nominal
• Pasal 7 A persifat Nominal
• Pasal 7B ayat 1 sampai 7 bersifat Nominal
• Pasal 7C bersifat Nominal Pasal 8 ayat 1 sampai 3 bersifat Nominal
• Pasal 9 ayat 1 sampai 2 bersifat Nominal
• Pasal 10 bersifat Semantik
• Pasal 11 ayat 1 sampai ayat 3 bersifat Nominal
• Pasal 12 bersifat Nominal Pasal 13 ayat 1 sampai 3 bersifat Nominal
• Pasal 14 ayat 1 sampai 2 bersifat Nominal Pasal 15 bersifat Nominal
• Pasal 16 bersifat Nominal
• Pasal 17 ayat I sampai 4 bersifat Nominal
• Pasal 18 ayat 1 sampai 7 bersifat Normatif Pasal 18A ayat 1 sampai 2 bersifat Normatif
• Pasal 18B ayat 1 sampai 2 bersifat Normatif
• Pasal 19 ayat 1 sampai 3 bersifat Nominal
• Pasal 20 ayat 1 sampai 5 bersifat Nominal
• Pasal 20A ayat 1 sampai 4 bersifat Nominal
• Pasal 21 bersifat Nominal
• Pasal 22 ayat 1 sampai 3 bersifat Nominal
o Pasal 22B bersifat Nominal
o Pasal 22C ayat 1 sampai 4 bersifat Nominal
o Pasal 22D ayat 1 sampai 4 bersifat Nominal
o Pasal 22E ayat I sampai 6 bersifat Normatif
o Pasal 23 ayat I sampai 3 bersifat Nominal
o Pasal 23A bersifat Normatif
o Pasal 23B bersifat Normatif Pasal 23C bersifat Normatif
o Pasal 23D bersifat Normatif
o Pasal 23E ayat 1 sampai 3 bersifat Nominal

10
o Pasal 23F ayat 1 sampai 2 bersifat Nominal . Pasal 236 ayat 1 sampai 2 bersifat Nominal
o Pasal 24 ayat I sampai 3 bersifat Nominal
o Pasal 24A ayat 1 sampai 5 bersifat Nominal
o Pasal 24B ayat I sampai 4 bersifat Nominal . Pasal 24C ayat 1 sampai 6 bersifat Nominal
o Pasal 25 bersifat Normatif.
E. Jenis-Jenis Konstitusi
1. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis
Konstitusi tertulis adalah konstitusi yang dibuat secara tertulis dalam suatu dokumen yang umum
nya berupa peraturan hukum yang mengatur pemerintahan. Sementara itu, konstitusi tidak tertulis
adalah konstitusi yang dibuat secara tidak tertulis berupa peraturan hukum yang mengatur pemeri
ntahan, seperti tradisi, kebiasaan, dan adat.

2. Konstitusi Lentur dan Konstitusi Kaku


Konstitusi lentur adalah konstitusi yang proses amandemennya bersifat umum, sama dengan huku
m lainnya. Konstitusi kaku adalah konstitusi yang amandemennya memerlukan proses yang bersi
fat khusus.

3. Konstitusi dengan Kedudukan Lebih Tinggi dan Tidak Lebih Tinggi dari Badan Legislatif
Konstitusi yang berkedudukan lebih tinggi (supreme) dari badan legislatif adalah konstitusi yang
tidak dapat diamandemen badan legislatif atau konstitusi yang proses amandemennya bukan menj
adi kewenangan badan legislatif.Sementara itu, konstitusi yang kedudukannya tidak lebih tinggi d
ari badan legislatif adalah konstitusi yang dapat diamandemen oleh badan legislatif atau konstitus
i yang proses amandemennya menjadi kewenangan badan legislatif.

IsiKonstitusi
Menurut ahli politik Miriam Budiardjo, konstitusi atau Undang-Undang Dasar memuat ketentua
n-ketentuan mengenai:
1. Organisasi negara, seperti pembagian kekuasaan antara badan legislatif, e
ksekutif, dan yudikatif, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dan pemerintah negara bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggar
an yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah, dan lain-lain.
Hak-hak asasi manusia.
2. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar.
Adanya pemuatan tentang larangan untuk mengubah sifat

11
3. tertentu dari Undang-Undang Dasar.
4. Sementara itu, menurut ahli hukum A.A.H Struycken, konstitusi atau Un
dang-Undang Dasar adalah dokumen formal yang berisi hasil perjuangan
politik bangsa di waktu lampau, tingkat-tingkat tertinggi perkembangan
ketatanegaraan bangsa, dan pandangan para tokoh bangsa yang hendak di
wujudkan.

F. Konstitusi Di Indonesi

Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis, yaitu constituer berarti membentuk, yang dimaksu
d ialah membentuk suatu negara, dalam bahasa Inggris dipakai istilah constitution yang dalam bahasa
Indonesia disebut konstitusi, dalam praktek dapat berarti lebih luas dari pada pengertian Undang-Und
ang Dasar, tetapi ada juga yang menyamakan dengan Undang-Undang Dasar (Dahlan Thaib, 2008 : 7
Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu cume adalah sebuah rep
osisi yang berarti bersama denga dan statuere berasal dari kata sta yang membentuk kata kerja pokok
stare yang berarti berdiri. Atas dasar itu maka kata statuere mempunyai arti membuat sesuatu agar ber
diri atau mendirikan / menetapkan (Dahlan Thaib, 2008 : 7).

Pengertian konstitusi menurut bahasa Perancis, bahasa Inggris dan bahasa Latin, pada intinya ada
lah suatu ungkapan untuk membentuk, mendirikan/menetapkan, lebih lanjut dikenal dengan maksud p
embentukan, penyusunan atau menyatakan suatu negara, maka dengan kata lain secara sederhana, kon
stitusi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tentang bentuk dan susunan suatu negara, yang dipersi
apkan sebelum maupun sesudah berdirinya negara yang bersangkutan (Jazim Hamidi, 2009 : 87).

Secara terminologi, pengertian konstitusi tidak hanya dipahami sesederhana itu, tetapi dapat dipa
hami secara lebih luas lagi, hal itu disebabkan karena semakin kompleksnya permasalahan dalam suat
u negara, maka pendekatannya dalam memahami konstitusi bukan saja dilihat dari sudut pandang huk
um, khusunya Hukum Tata Negara saja, tetapi harus pula dipahahi dari sudut pandang ilmu politik. K
arena itu tidak mengherankan jika sebagian konstitusi akan lebih bermuatan politis ketimbang bermua
tan yuridis. Lebih lanjut mengenai istilah konstitusi ini para Sarjana dan ilmuan Hukum Tata Negara t
erdapat perbedaan, sebagian ada yang berpendapat bahwa konstitusi sama dengan Undang-Undang D
asar, dengan dasar bahwa semua peraturan hukum itu harus ditulis, dan konstitusi yang tertulis itu ada
lah Undang-Undang Dasar.
Ada pula yang berpendapat bahwa konstitusi tidak sama dengah Undang-Undang Dasar, dengan
dasar bahwa tidak semua hal penting harus dimuat dalam konstitusi, melainkan hal-hal yang bersifat

12
pokok saja. Pendapat kedua kelompok tersebut tidak terdapat perbedaan yang prinsipiil, karena kelom
pok pertama mempersamakan istilah konstitusi dengan Undang-Undang Dasar, sedangkan kelompok
kedua meninjau dari segi materi yang ada dalam konstitusi atau Undang-Undang Dasar (Dasril Radja
b, 2005 : 45). Sehingga perbedaan itu hanyalah persoalan penting atau tidak penting saja yang harus d
imuat dalam Konstitusi atau Undang-Undang Dasar, oleh karenanya perbedaan itu bukanlah suatu ya
ng prinsip dalam memahami konstitusi. Berdasarkan definisi konstitusi menurut C.F. Strong, yang dit
ulis oleh Jazim Hamidi, terdapat tiga unsur yang termuat dalam konstitusi, yaitu :
1. Prinsip-prinsip mengenai kekuasaan pemerintahan;
2. Prinsip-prinsip mengenai hak-hak mengenai warga negara; dan
3. Prinsip-prinsip mengenai hubungan antara warga negara dengan pemerintah

(Jazim Hamidi, 2009 : 88). Konstitusi secara umum memiliki sifatsifat formil dan materiil. Konsti
tusi dalam arti formil berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu ketatanegaraan suatu negara, Dalam
pandangan ini suatu konstitusi baru bermakna apabila konstitusi tersebut telah berbentuk nakskah tert
ulis dan diundangkan, misalnya UUD 1945, Sedangkan konstitusi materiil adalah suatu konstitusi jika
orang melihat dari segi isinya, isi konstitusi pada dasarnya menyangkut hal-hal yang bersifat dasar ata
u pokok bagi rakyat dan negara ( Titik Triwulan Tutik, 2006 : 2.
Sifat konstitusi tertulis dituangkan dalam bentuk Undang-Undang Dasar pada suatu negara, sed
angkan konstitusi disamping memuat aspek hukum juga memuat aspek politik yang lebih banyak lagi,
yaitu politik pada masa tertentu suatu negara. Pada suatu negara selalu mengalami perkembangan poli
tik, dengan demikian konstitusipun juga selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembang
an politik suatu bangsa, demikian pula Indonesia telah mengalami perkembangan konstitusi sejalan d
engan perkembangan politik sejak kemerdekaan. Konfigur si pol itik tertentu ak an mempengaruhi pe
rkembangan ketatanegaraan suatu bangsa, begitu juga di Indonesia yang telah mengalami perkemban
gan politik pada beberapa periode tentu akan mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan Indonesia.
Perkembangan ketatanegaraan tersebut juga sejalan dengan perkembangan dan perubahan konstit
usi di Indonesia seperti diuraikan dalam pembehasan berikut ini :
Periode 18Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, masa berlakunya Undang-Undang
Dasar 1945. Pada masa periode pertama kali terbentuknya Negara Republik Indonesia, konstitusi atau
Undang-Undang Dasar yang pertama kali berlaku adalah UUD 1945 hasil rancangan BPUPKI, kemu
dian disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Menurut UUD 1945 kedaulatan berada ditan
gan rakyat dan dilaksanakan oleh MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara. Berdasarkan UUD
1945, MPR terdiri dari DPR, Utusan Daerah dan Utusan Golongan. dalam menjalankan kedaulatan ra
kyat mempunyai tugas dan wewenang menetapkan UUD, GBHN, memilih dan mengangkat Presiden

13
dan wakil Presiden serta mengubah UUD. Selain MPR terdapat lembaga tinggi negara lainnya dibawa
h MPR, yaitu Presiden yang menjalankan pemerintahan, DPR yang membuat Undang-Undang, Dewa
n Pertimbangan Agung (DPA) dan Mahkamah Agung (MA). Menyadari bahwa negara Indonesia bar
u saja terbentuk, tidak mungkin semua urusan dijalankan berdasarkan konstitusi, maka berdasarkan h
asil kesepakatan yang termuat dalam Pasal 3 Aturan Peralihan menyatakan :”Untuk pertama kali Pres
iden dan Wakil Presiden dipilih oleh PPKI.” Kemudian dipilihlah secara aklamasi Soekarno dan Moh.
Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama kali. Dalam menjalank
an tugasnya presiden dibantu oleh Komite Nasional, dengan sistem pemerintahan presidensial artinya
kabinet bertanggung jawab pada presiden. Pada masa ini terbukti bahwa konstitusi belum dijalankan s
ecara murni dan konskwen, sistem ketatanegaraan berubah-ubah, terutama pada saat dikeluarkannya
maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang berisi bahwa Komite Nasional Indon
esia Pusat (KNIP) sebelum terbentuknya MPR dan DPR diserahi tugas legislatif dan menetapkan GB
HN bersama Presiden, KNIP bersama Presiden menetapkan Undang-Undang, dan dalam menjalankan
tugas sehari-hari dibentuklah badan pekerja yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat (
Titik Triwulan Tutik, 2006 : 67).

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

14
1. Pengawasan Mahkamah Konstitusi oleh Komisi Yudisial Menurut Undang-Undang Nomor 4 T
ahun 2014 dengan menitik beratkan kepada dua kebijakan yaitu pengawasan dan seleksi hakim di nila
i sudah tepat. Dengan adanya pembentukan panel ahli berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2014 tentang Mahkamah Konstitusi ini menegaskan dalam rangka seleksi Hakim Konstitusi. Hal ini a
kan membuat seleksi hakim konstitusi menjadi transparan, lebih jelas, dan akuntabel. Panel ahli sendi
ri hanya berwenang mengadakan uji kelayakan dan kepatutan (fit & proper test). Sedangkan dalam m
engajukan calon Hakim Konstitusi masih terlibat kewenangan dari DPR, Presiden, MA tanpa mengur
angi amanat yang diberikan pasal 24C UUD NRI 1945. Dan, melalui pembentukan MKHK secara ind
ependen dapat memberikan keleluasaan bagi MKHK dalam mengawasi hakim tanpa di intervensi ole
h lembaga negara lain. Yang diawasi oleh MKHK adalah perilaku dari hakim itu sendiri, dan tidak m
encampuri dalam urusan putusan-putusan yang dikeluarkan MK.
2. Penghapusan pengawasan MK melalui putusan No. 1-2/PUUXII/2014 tentang pengawasan ter
hadap hakim konstitusi karena Mahkamah Konstitusi sebagai penafsir konstitusi memutuskan bahwa
yang dimaksud dengan hakim dalam Pasal 24B ayat (1) UUD 1945 98 adalah hakim dan Hakim Agu
ng (tidak termasuk Hakim Konstitusi) dengan alasan prinsip utama yang harus dianut oleh negara huk
um maupun rule of law state adalah kebebasan kekuasaan yudisial atau kekuasaan kehakiman. Setiap
campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman dari lembaga negara apa pun yang menyebabkan tidak
bebasnya kekuasaan kehakiman dalam menjalankan fungsinya, akan mengancam prinsip negara huku
m.
3. Pasca putusan MK Nomor 1-2/PUU-XII/2014, untuk menjamin kepastian hukum dan agar tida
k terjadinya kekosongan hukum dan lembaga pengawas perilaku hakim konstitusi, MK menerbitkan
PMK Nomor 2 Tahun 2014 tentang Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKHK), dengan me
mbentuk panel pengawasan internal yang secara struktural dibuat oleh MK sendiri, dan secara finansi
al juga di danai oleh MK.
B. Saran
1. Disarankan agar pemerintah lebih menegaskan bahwasanya lembaga pengadilan adalah setiap
lembaga yang memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara. Maka dari itu MK adalah lembaga
peradilan yang berisikan para hakim yang patut diawasi KY tanpa terkecuali sesuai dengan yang diam
anatkan dalam pasal 24B ayat (1) UUD NRI 1945.
2. Disarankan kepada lembaga negara yaitu DPR, Presiden, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial haruslah duduk 99 bersama dalam suatu rapat/forum dalam menindak lanjuti makna pengaw
asan terhadap hakim yang disiratkan dalam pasal 24B ayat (1) UUD NRI 1945, dalam hal ini memba
has masalah siapa saja yang patut diawasi sehingga dapat lebih memperjelas kewenangan masing-mas
ing lembaga negara tersebut agar tidak berlarut-larut dalam sambut dan lempar kewenangan.

15
3. Disarankan agar dilakukannya amandemen UUD NRI 1945 yang ke 5 (lima) oleh MPR, teruta
ma pada Bab Kekuasaan Kehakiman dengan menyatakan atau penjelasan secara tegas bahwa hakim y
ang dimaksud dalam Pasal 24B ayat (1) adalah mencakup keseluruhan hakim yang berada pada MA d
an lembaga peradilan yang berada dalam lingkup dibawahnya, hakim ad hoc dan hakim MK.

DAFTAR PUSTAKA

Media, K. C. (2023, Januari 10). Sejarah Terbentuknya Konstitusi di Indonesia. KOMPAS.com. https://w

ww.kompas.com/stori/read/2023/01/10/140000079/sejarah-terbentuknya-konstitusi-di-indonesia

16
(Konstitusi adalah, ketahui pengertian, nilai, dan jenisnya, 2022) Konstitusi adalah, ketahui pengertian, n

ilai, dan jenisnya. (2022, Juni 4). brilio.net. https://www.brilio.net/wow/konstitusi-adalah-ketahu

i-pengertian-nilai-dan-jenisnya-220603b.html

Pengertian Konstitusi dan Fungsinya serta Jenis, Tujuan hingga Nilai-Nilai—Gramedia Literasi. (t.t.). Di

ambil 20 Maret 2023, dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konstitusi/

S.H, R. C. A. (t.t.). Pengertian Konstitusi Menurut Para Ahli dan Secara Etimologis. hukumonline.com.

Diambil 20 Maret 2023, dari https://hukumonline.com/klinik/a/pengertian-konstitusi-menurut-par

a-ahli-dan-secara-etimologis-lt62f1f95c8b86c

Media, K. C. (2023, Januari 10). Sejarah Terbentuknya Konstitusi di Indonesia. KOMPAS.com. https://w

ww.kompas.com/stori/read/2023/01/10/140000079/sejarah-terbentuknya-konstitusi-di-indonesia

(Konstitusi adalah, ketahui pengertian, nilai, dan jenisnya, 2022) Konstitusi adalah, ketahui pengertian, n

ilai, dan jenisnya. (2022, Juni 4). brilio.net. https://www.brilio.net/wow/konstitusi-adalah-ketahu

i-pengertian-nilai-dan-jenisnya-220603b.html

Pengertian Konstitusi dan Fungsinya serta Jenis, Tujuan hingga Nilai-Nilai—Gramedia Literasi. (t.t.). Di

ambil 20 Maret 2023, dari https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konstitusi/

S.H, R. C. A. (t.t.). Pengertian Konstitusi Menurut Para Ahli dan Secara Etimologis. hukumonline.com.

Diambil 20 Maret 2023, dari https://hukumonline.com/klinik/a/pengertian-konstitusi-menurut-par

a-ahli-dan-secara-etimologis-lt62f1f95c8b86c

(Pengertian Konstitusi dan Fungsinya serta Jenis, Tujuan hingga Nilai-Nilai - Gramedia Literasi, t.t.)

17

Anda mungkin juga menyukai