Anda di halaman 1dari 22

DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945

MAKALAH

Dosen Pengampu : Levi Olivia, S.H., M.H.

Oleh :
NAINA
SILVIA APSARI
SYAHYADI

FAKULTAS KESEHATAN PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur kami panjatkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah tentang “DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945
“ dan untuk memenuhi tugas dengan baik. Dalam penyajiannya kami menyusun
tiap bab dengan uraian singkat dan pembahasan serta kesimpulan akhir.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PENGATAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. TujuanPenulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian UUD 1945 .........................................................................3
B. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Awal Kemerdekaan.....7
C. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Orde Lama.................10
D. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Orde Baru ..................11
E. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Reformasi...................14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................19

BAB IV PENUTUP
B. Kesimpulan .......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan keseluruhan naskah yang terdiri dari
Pembukaan dan Pasal-pasal. Pembukaan terdiri dari 4 Alinea. Pasal-pasal
terdiri dari 16 Bab, Bab I sampai dengan Bab XVI, pasal 1 sampai dengan
pasal 37. Setelah amandemen IV, UUD 1945 terdiri dari 20 Bab, Bab I
sampai dengan Bab XVI (Bab IV dihapus), dan 72 pasal, Pasal 1 sampai
dengan Pasal 37, ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal
Aturan Tambahan.

Pembukaan dan Pasal-pasal merupakan satu kesatuan. Disamping hukum


dasar tertulis, di Negara Indonesia juga berlaku hukum dasar yang tidak
tertulis, yaitu konvensi sebagai kebiasaan yang hidup dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan kenegaraan. Sebagai hukum dasar tertulis UUD
1945 mengikat: Pemerintah, Lembaga Negara, Lembaga Masyarakat, setiap
Warga Negara Indonesia, dan setiap Penduduk yang berada di Wilayah
Negara Republik Indonesia.

UUD 1945 bukan hukum biasa melainkan hukum dasar yang merupakan
sumber hukum yang tertinggi, sehingga seluruh hukum yang berlaku tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945 terbentuk melalui sejarah
yang amat panjang melalui pasang surutnya kejayaan bangsa dan masa-masa
penderitaan penjajahan, dan masa-masa perjuangan untuk merdeka,
menentukan sendiri hidup dan masa depannya. UUD 1945 untuk pertama
kalinya diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 1945, naskahnya pertama kali
dimuat secara resmi dalam Berita Negara yaitu Berita Republik Indonesia
Tahun II Nomor 7 tanggal 15 Februari 1946. Sebagai warga negara Republik
Indonesia, Anda perlu mengetahui apakah yang dimaksud dengan UUD 1945,
bagaimana fungsi dan kedudukannya dalam Tata Hukum Negara Republik
Indonesia, dan perlu juga mengetahui bagaimana terjadinya

1
(pembentukannya) serta keterangan suasana pada waktu UUD 1945 itu
dibuat.

B. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, Kami akan merumuskan masalah antara lain :
1. Apakah yang dimaksud dengan UUD 1945?
2. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal
kemerdekaan?
3. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama?
4. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru?
5. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul pelaksanaan dinamika UUD
1945 yaitu:
1. Mengetahui tentang sejarah, kedudukan, hakikat pembukaan ,makna
setiap alinea UUD 1945
2. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal
kemerdekaan
3. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama
4. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru
5. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian UUD 1945


1. Sejarah Terbentuknya UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni
1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia ( BPUPKI ) yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua, dengan 19 orang anggota yang
terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatera dan masing-
masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda Kecil. Badan ini
kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesiamerdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang
1945( UUD 1945 ). Para tokoh perumus itu adalah : dr. Radjiman
Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran
Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetardjo Kartohamidjojo, Prof. Dr.
Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (
Sumatera ), Mr. Abdul Abbas ( Sumatera), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang
( keduanya dari Sulawesi ), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja ( Bali ), AH.
Hamidan ( Kalimantan ), R.P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan Mr.
Mohammad Hassan (Sumatera ).

Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk
memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari.Janji
tinggalah janji, setelah Jepang berhasil memukul mundur tentara Belanda,
malah mereka sendiri yang menindas kembali bangsa Indonesia, bahkan
lebih sadis dari sebelumnya.

2. Pengertian UUD
UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam
Negara dan merupakan hukum dasar Negara tertulis, yang mengikat berisi
aturan yang harus ditaati. Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan
system ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk

3
Negara dan mengatur pemerintahannya.UUD merupakan dasar tertulis
(convensi). UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan itu
bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu Negara. UUD disebutkan
bersifat singkat dan super karena hanya memuat 37 pasal adapun pasal-
pasal yang lain, hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal
ini bermakna :
a. UUD 1945 hanya memuat aturan pokok, memuat GBHN intruksi
kepala pemerintahan pusat dan lain-lain untuk menyelenggarakan
Negara.
b. Sifatnya yang super atau elastis maksudnya senantiasa harus ingat
bahwa masyarakat harus berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Memang sifat aturan yang tertulis semakin supel sifat aturannya
semakin baik agar tidak ketinggalan zaman.

3. Kedudukan Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 bersama – sama dengan pasal – pasal UUD 1945,
disahkan oleh PPKI pada tanggal  18 Agustus 1945, dan diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia Tahun II NO.7. Pembukaan UUD 1945
terdiri atas empat alinea, pada bagian alinea  IV memuat pernyataan
mengenai keadaan setelah Negara Indonesia terbentuk dan memiliki
hubungan yang bersifat kausal dan organis dengan pasal – pasal UUD
1945.
Hubungan tersebut menyangkut beberapa hal, antara lain :
a. Undang – undang Dasar ditentukan akan ada
b. Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan
Negara
c. Negara Indonesia adalah bentuk Republik yang berkedaulatan Rakyat
d. Ditetapkannya Pancasila sebagai dasar falsafat Negara Indonesia
Hal – hal tersebut “ bersifat fundamental dan asasi bagi Negara Indonesia,
sehingga Pembukaan UUD 1945 berkedudukan tetap dan tidak dapat
diubah “

4
Hal ini sesuai dengan ketetapan MPR / MPRS, yang menyatakan :
“ Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci
yang mengandung cita – cita luhur dari Proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 dan yang memuat Pancasila sebagai dasar Negara,
merupakan satu rangkaian dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945 dan oleh karena itu tidak dapat diubah oleh siapapun juga termasuk
MPR hasil Pemilu, karena merubah pembukaan UUD 1945 berarti sama
halnya dengan pembubaran Negara RI”.

4. Hakekat Pembukaan UUD 1945


a. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi
Oleh sebab itu, maka kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945  adalah sebagi sumber dari segala
sumber hukum Indonesia, sehingga semua peraturan perundangan yang
digunakan di Indonesia harus berdasarkan dan bersumber pada
Pancasila.
Hubungan  antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal – pasal UUD
1945, bahwa Pembukaan UUD 1945  memuat pokok – pokok pikiran ,
yaitu :
1) Pokok pikiran “ Persatuan “
2) Pokok pikiran “ Keadilan Sosial “
3) Pokok pikiran “ Kedaulatan Rakyat “
4) Pokok pikiran “ Ketuhanan YME, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab “
5) Dan, keempat pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD
1945 tersebut, dijabarkan dalam pasal – pasal UUD 1945.Jadi,
Pasal – pasal UUD 1945 merupakan penjabaran dari pokok –
pikiran yang termuat dalam pembukaan UUD 1945.Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945
adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia.

5
b. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok kaidah Negara yang
Fundamental  (Staatsfundamentalnorm)

Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, Pembukaan UUD 1945 ,


memiliki beberapa ciri,antara lain:
a. Sebagai norma dasar yang memberikan arah serta dasr-dasar cita-cita
hukum bagi Undang-Undang Dasar negara.
b. Memiliki kedudukan hukum yang tinggi dari pada pasal UUD 1945
c. Mengandung pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-
pasalnya.
d. Mengandung norma yang harus dipatuhi
e. Memiliki hakikat kedudukan hukum yang bersifat tetap.

5. Makna setiap alinea dalam pembukaan UUD


a. Alinea Pertama
Adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau kemerdekaan semua
bangsa dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa
lain(dalil obyektif),dan untuk mempertanggungjawabkan bahwasanya
pernyataan kemerdekaan adalah sesuatu yang sudah selayaknya,karena
berdasar atas hak kodrat yang sifatnya mutlak dari moral bangsa
Indonesia untuk merdeka (pernyataan subyektif).
b. Alinea Kedua
Adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan dan
pengakuan azasi ekonomi yang berupa kemakmuran dan
kesejahteraan,sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
c. Alinea Ketiga
adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
kepada semua bangsa. Memiliki nilai religious.
d. Alinea Keempat
Adalah memuat tujuan Negara ,sebagai ketentuan pedoman dan
pegangan yang tetap serta praktis,yaitu dalam realisasi hidup bersama

6
dalam Negara Indonesia yang berdasar pada Pancasila. Kelanjutan
berdirinya NKRI.

B. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Awal Kemerdekaan (17


Agustus 1945 – 29 Desember 1949)
Pada masa awal kemerdekaan UUD 1945 belum dapat dijalankan
sebagaimana yang diatur mengingat kondisi lembaga negara yang masih
belum tertata dengan baik. Faktor lainnya adalah UUD 1945 masih sangat
sederhana karena dibuat dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih 49 hari
oleh BPUPKI pada 29 Mei-16 Juli 1945 dan PPKI tanggal 18 Agustus. Pada
tahun ini di bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum
dapat dibentuk karena harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan
pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan, “Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar, segala
kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite
nasional.”

Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan indonesia yaitu :


berubahnya fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal ini berdasarkan maklumat
wakil presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga
maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Yang isinya perubahan
sistem pemerintahan negara dari sistem Kabinet Presidensial menjadi
sistem Kabinet Parlementer, berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BP-KNIP). Akibat perubahan tersebut pemerintah menjadi
tidak stabil, Perdana Menteri hanya bertahan beberapa bulan serta berulang
kali terjadi pergantian.

Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang


ditandatangani oleh Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai
politik. Hal ini bertujuan agar berbagai aliran yang ada didalam masyarakat

7
dapat di arahkan kepada perjuangan untuk memperkuat mempertahankan
dengan persatuan dan kesatuan.

Sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) dipegang


oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kabinet. Secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri, perdana menteri atau para menteri itu bertanggung jawab
kepada KNPI, yang berfungsi sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawab
kepada presiden sebagaimana yang dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini
berakibat semakin tidak setabilnya Negara Republik Indonesia baik di bidang
politik, ekonomi, pemerintahan maupun keamanan. Semangat ideologi liberal
itu kemudian memuncak dengan dibentuknya Negara Federal yaitu negara
kesatuan Republik Indonesia Serikat dengan berdasar pada konstitusi RIS,
pada tanggal 27 Desember 1949. Konstitusi RIS tersebut sebagai hasil
kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag negeri Belanda.
Syukurlah konstitusi itu tidak berlangsung lama dan Indonesia kembali
bersatu pada tahun 1950.Dalam negara RIS tersebut masih terdapat negara
bagian Republik Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Kemudian
terjadilah suatu persetujuan antara Negara RI Yogyakarta dengan negara RIS
yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk kembali, untuk membentuk
negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-Undang
Dasar Sementara sejak 17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD
1945 terutama dalam sistem pemerintahan negara yaitu menganut sistem
Parlementer, sedangkan UUD 1945 menganut sistem Presidensial.

Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan pemilihan


umum,yang masing-masing untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota konstituante. Tugas konstituante adalah untuk
membentuk, menyusun Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai pengganti
UUDS 1950. Untuk mengambil putusan mengenai Undang-Undang dasar
yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai berikut :
1. Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.

8
2. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota yang hadir.
3. Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada
Presiden untuk disahkan oleh pemerintah.
4. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta
mengumumkan  Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.

Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang


belum mampu menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar
yang baru. Hal ini dikarenakan dalam sidang konstituante , muncullah suatu
usul untuk mengembalikan Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru.
Oleh karena itu Presiden pada tanggal 22 april 1959 memberikan pidatonya
didepan sidang Konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal ini
diperkuat dengan suatu alasan bahwa sidang Konstituante telah mengalami
jalan buntu. Terutama setelah lebih dari separuh anggota Konstituante
menyatakan untuk tidak akan menghadiri sidang lagi.

Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit yang
didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini
menginggat keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan,
persatuan, keselamatan serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.
Dekrit presiden 5 juli 1959 :
1. Menetapkan pembubaran konstituante.
2. Menetapkan Undang-Undang dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia serta tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal
penetapan dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar
1950.
3. Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-
utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta Dewan Agung
Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dekrit itu diumumkan oleh Presiden dari Istana Merdeka  di hadapan
rakyat pada tanggal 5 juli 1959, pada hari minggu pukul 17.00 Dekrit

9
tersebut dimuat dalam keputusan Presiden No.150 tahun 1959 dan di
umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia no.75 tahun 1959.

C. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Orde Lama (5 Juli 1959 –
11 Maret 1966).
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku
kembali di Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis
formal sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi
ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu
sendiri. Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis
banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai
macam penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang
kebijaksanaan dalam negara.

Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara dalam


keadaan revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden
sebagai Kepala Negara yang sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi,
diangkat menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sehingga Presiden masa
jabatannya seumur hidup.Penyimpangan ideologis maupun konstitusional ini
berakibat pada penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai
berikut,
1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang
dipimpin oleh presiden, sehingga praktis bersifat otoriter. pada sebenarnya
di negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila berazas-kan
kerakyatan,sehingga seharusnya rakyatlah sebagai pemegang serta asal
mula kekuasaan negara, demikian juga sebagaimana yang tercantum dalam
UUD 1945.
2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki
wewenang yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mengeluarkan produk hukum yang
setingkat denganUndang-Undang tanpa melalui persetujuan DPR dalam
bentuk penetapan presiden.

10
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak  dapat menyetujui rancangan
pendapatan dan Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian
presiden waktu itu membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian
membentuk DPR gotong royong. Hal ini jelas-jelas sebagai pelanggaran
konstitusional yaitu kekuasaan eksekutif di atas kekuasaan legislatif.
4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara,
yang berarti sebagai pembantu presiden. Selain penyimpangan-
penyimpangan tersebut masih banyak penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan ketatanegaraan yang seharusnya berdasarkan pada UUD 1945.
Karena pelaksanaan yang inskonstitusional itulah maka berakibat pada
ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi terutama dalam bidang
keamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai dengan
pemberontakan G30S.PKI. dan pemberontakan tersebut dapat digagalkan
oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda. Dengan dipelopori oleh
pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula
(Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a.       Bubarkan PKI.
b.      Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c.       Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu


lagi mengembalikannya ,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966
yangmemberikan kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-
langkah dalam mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah
sejarah ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru.

D. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Orde Baru  (11 Maret 1966
– 22 Mei 1998)
Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi
mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga
mempelopori pembangunan nasional sehingga sering dikenal sebagai orde

11
pembangunan. MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting,
antara lain :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang
menyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal
Soeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik
kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur
hidup.
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai
sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang
-undangan.
4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,
keormasan dan kekaryaan.
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis
Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang
diseluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untuk
menyebar luaskan atau mengembangkan faham ajaran
komunisme/Marxisme, Leninisme.

Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yang
menyangkut bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan
yangdemikian inilah pada bulan Februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu
resolusi yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan
maret 1967. Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai
berikut :
1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional
dan tidak menjalankan GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
2. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang
pemilihan/ penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat
presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6 
IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-

12
Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan
umum. 

Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga
murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung
kekuasaan lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah kekuasaan presiden
tetapi seluruhnya hampir dituangkan dalam mekanisme peraturan antara lain :
1. UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.
2. UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.
3. UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.

Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib
bangsa dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya maupun keamanan. Di bidang politik dilaksanakanlah pemilu
yang dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu
umum, Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis
permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan
rakyat daerah. Atas dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian
pemerintah Orde Baru berhasil mengadakan pemilu pertama.

Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan peningkatan


nasib bangsa dalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang
dituangkan dalam GBHN yang disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal
ini wajar dirasakan oleh bangsa Indonesia karena sejak tahun 1945 setelah
kemerdekaan nasib bangsa Indonesia senantiasa dalam kesulitan
dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun program-program negara
buakannya diperuntukan kepada rakyat melainkan demi kekuasaan. Mulailah
ambisi kekuasaan orde baru menjalar keseluruh sandi-sandi kehidupan
ketatanegaraan Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun
seakan-akan dilaksanakan secara demokratis.

Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidak


dilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung
dalam Undang-Undang Dasar  tersebut melainkan dimanipulasikan demi

13
kekuasaan. Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan
dan tindakan presiden.Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR
No.II/MPR/1978. Tentang P-4 yang dalam kenyataannya sebagai media untuk
propaganda kekuasaan orde baru. Realisasi UUD 1945 lebih banyak
memberikan porsi atas kekuasaan presiden. Walaupun sebenarnya UUD 1945
tidak mengamanatkan demikian.

E. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Reformasi (22 Mei 1998 –
Sekarang)
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun
1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai
demokrasi seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak
mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-
pasal UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN). Keadaan tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita.
Terutama karena adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang
membuat perekonomian Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan munculnya
berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda Indonesia
terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya reformasi
disegala bidang Negara.

Keberhasilan reformasi tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto


dari jabatannya sebagai presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada
tanggal 21 mei 1998. Kemudian bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD
1945 yang berlaku pada zaman orde baru masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga perlu diadakan amandemen lagi. Berbagai macam produk peraturan
perundang-undangan yang dihasilkan dalam reformasi hukum antara lain UU.
Politik Tahun 1999, yaitu UU. No.2 tahun 1999, tentang partai politik, UU.
No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umum dan UU. No. 4 tahun 1999 tentang
susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU otonomi daerah, yaitu
meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahan daerah, UU. No.25
tahun 1999, tentang pertimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan
daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang

14
bersih dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia
sudah mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR,
DPR dan DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.

1. Krisis Multidimensi dan Munculnya Reformasi


Krisis moneter di Indonesia dimulai dengan menurunnya nilai tukar
rupiah. Hal itu memicu penurunan produktivitas ekonomi serta
munculnya fungsi institusi ekonomi  dalam mengatasi krisis tersebut. Hal
ini kemudian mengarah pada munculnya krisis legitimasi kepercayaan
atas pemerintahan Orde Baru yaitu krisis kepercayaan pada bidang
politik, bidang hukum, bidang sosial dan bidang ekonomi. Permasalahan
krisis kepercayaan terhadap pemerintahan Orde Baru makin meningkat
dengan diangkatnya kembali Soeharto sebagai presiden Republik
Indonesia. Dimulai dari krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada
medio 1997, efek domino pun langsung mendera masyarakat Indonesia
diberbagai lini. Penurunan tingkat daya beli, munculnya krisis sosial, dan
meningkatnya pengangguran karena PHK menjadi permasalahan sosial
yang krusial. Krisis politik, krisis social, dan krisis legitimasi atas
pemerintahan Orde Baru kemudian bermunculan sebagai reaksi pertama.

2. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi  melanda Indonesia pada 1997, merupakan sebuah efek
domino dari krisis ekonomi Asia yang melanda berbagai Negara, seperti
Thailand, Filipina, dan Malaysia. Perkembangan ekonomi Indonesia
telah mengalami stagnansi sejak 1990-an.. barang-barang produksi
Indonesia menjadi tidak memiliki daya saing apabila dibandingkan
dengan barang-barang luar negeri yang secara bebas memasuki pasaran
Indonesia. Oleh bank dunia, pembangunan ekonomi tergolong berhasil
apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Bank Dunia.
Syarat-syarat tersebut diantaranya adalah adanya peningkatan investasi di
bidang pendidikan, yang ditandai dengan peningkatan sumber daya
manusia, rendahnya tingkat korupsi yang ada di tataran pemerintahan,
dan adanya stabilitas dan kredibilitas politik.. adanya krisis moneter

15
ditandai dengan rendahnya mutu sumber daya manusia, tingginya tingkat
korupsi di instansi-instansi pemerintah, dan kondisi instabilitas politik.
Perekonomian Indonesia mengalami penurunan hingga mencapai 0%
pada 1998.

3. Krisis Sosial
Kerusuhan sistematis yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia pada
13-14 Mei 1998, menjadi bukti dari adanya pergesekan social antar
masyarakat. Munculnya berbagai kerusuhan horizontal ini merupakan
implikasi dari kebijakan ekonomi sentralistik yang menimbulkan jurang
pemisah kesejahteraan yang begitu tinggi antara pusat dan daerah

4. Krisis Politik
Proses aspirasi politik ke pemerintahan tidak terdistribusi secara
sempurna. Dengan demikian, proses penyaluran aspirasi rakyat pun
terhambat. Segala peraturan yang dibentuk oleh MPR/DPR pada
prinsipnya tidak berorientasi jangka panjang, melainkan semata-mata
bertujuan untuk memenuhi keinginan dan kepentingan para oknum-
oknum tertentu. Selain itu, budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
telah mengakar kuat didalam tubuh birokrasi pemerintahan. Unsure
legislative yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam
membuat dasar-dasar hukum dan haluan Negara menjadi sepenuhnya
dilakukan oleh Presiden Soeharto. Kondisi ini memicu munculnya
kondisi status quo yang berakibat pada munculnya krisis politik, baik itu
dalam tataran elite politik maupun masyarakat yang mulai
mempertanyakan legitimasi pemerintahan Orde baru.

5. Kelebihan dan Kekurangan pada Masa Reformasi


a. Kelebihan – Kelebihan pada Masa Reformasi
1) Munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya reformasi bagi
bangsa Indonesia.
2) Kebebasan berpendapat kembali ditegakkan.

16
3) Pengurangan masalah Dwi Fungsi ABRI dalam pemerintahan.
4) Melakukan reformasi hukum dan perundang-undangan di
Indonesia.
5) Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia.
6) Sector social politik Indonesia menjadi terbuka.
7) Pemilu yang tadinya hanya dapat diikuti oleh 3 parpol saja
sekarang dapat diikuti oleh 48 parpol melalui seleksi.
8) Kekakuan hukum masa Orde Baru menjadi terpecah atau mulai
lenyap.
9) Pemerintah memikirkan masalah social yang dialami masyarakat
dengan mewujudkan program membentuk lapangan pekerjaan
bagi pengangguaran.
10)Corak karya sastra menjadi lebih berwarna dan banyak jenisnya
sesuai dengan kondisi social-politik saat itu.
11) Pemublikasian karya sastra menjadi lebih mudah dan terbantu
karena adanya media komunikasi.

b. Kekurangan – Kekurangan pada Masa Reformasi


1) Adanya perpecahan presepsi antara mahasiswa dan kelompok
masyarakat mengenai pengangkatan B.J Habibie sebagai
Presiden.
2) Tidak adanya pemberian subsidi terhadap masyarakat.
3) Keputusan reformasi ekonomi yang dibutuhkan tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan masyarakat.
4) Terlalu dibebani oleh program penyesuaian structural dari IMF.
5) Posisi militer tidak mendapat tempat yang cukup baik dihati
masyarakat.
6) Penanganan masalah ekonomi dan social menjadi tidak optimal
karena konflik politik internal dalam negeri.

17
7) Adanya krisis multidimensi yang dihadapi oleh Indonesia.
8) Pemerintah hanya terfokus pada perbaikan ekonomi.
9) Kurangnya minat para pembaca pada karya sastra angkatan
reformasi.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam Negara
dan menjadi hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan berisi
aturan yang harus ditaati oleh setiap warga Negara.

Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan, Sistem


pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun
ini di bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum
dapat dibentuk karena harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan
pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan, “Sebelum Majelis
Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar, segala
kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite
nasional.” Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas
nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi
Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan
PKI 1965.

Pelaksanaan UUD 1945 pada masa Orde Baru masih terjadi banyak
penyimpangan meskipun telah dilakukan berbagai upaya oleh MPRS untuk
mengatasinya yakni salah satunya dengan mengeluarkan Tap MPRS dan
sidang istimewa yang dilakukan oleh MPRS.

Pelaksanaan dinamika UUD 1945 pada orde reformasi masih banyak


penyimpangan yang terjadi karena pada masa ini belum semua UUD 1945
dilaksanakan dan masih adanya korupsi, kolusi dan nepotisme. Sehingga
memunculkan orde ini terjadi krisis ekonomi, krisis social, krisis politik dan
krisis hukum.

19

Anda mungkin juga menyukai