MAKALAH
Oleh :
NAINA
SILVIA APSARI
SYAHYADI
i
KATA PENGANTAR
Ucapan puji syukur kami panjatkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah tentang “DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945
“ dan untuk memenuhi tugas dengan baik. Dalam penyajiannya kami menyusun
tiap bab dengan uraian singkat dan pembahasan serta kesimpulan akhir.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. TujuanPenulisan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian UUD 1945 .........................................................................3
B. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Awal Kemerdekaan.....7
C. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Orde Lama.................10
D. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Orde Baru ..................11
E. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Reformasi...................14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................19
BAB IV PENUTUP
B. Kesimpulan .......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan keseluruhan naskah yang terdiri dari
Pembukaan dan Pasal-pasal. Pembukaan terdiri dari 4 Alinea. Pasal-pasal
terdiri dari 16 Bab, Bab I sampai dengan Bab XVI, pasal 1 sampai dengan
pasal 37. Setelah amandemen IV, UUD 1945 terdiri dari 20 Bab, Bab I
sampai dengan Bab XVI (Bab IV dihapus), dan 72 pasal, Pasal 1 sampai
dengan Pasal 37, ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal
Aturan Tambahan.
UUD 1945 bukan hukum biasa melainkan hukum dasar yang merupakan
sumber hukum yang tertinggi, sehingga seluruh hukum yang berlaku tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945 terbentuk melalui sejarah
yang amat panjang melalui pasang surutnya kejayaan bangsa dan masa-masa
penderitaan penjajahan, dan masa-masa perjuangan untuk merdeka,
menentukan sendiri hidup dan masa depannya. UUD 1945 untuk pertama
kalinya diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 1945, naskahnya pertama kali
dimuat secara resmi dalam Berita Negara yaitu Berita Republik Indonesia
Tahun II Nomor 7 tanggal 15 Februari 1946. Sebagai warga negara Republik
Indonesia, Anda perlu mengetahui apakah yang dimaksud dengan UUD 1945,
bagaimana fungsi dan kedudukannya dalam Tata Hukum Negara Republik
Indonesia, dan perlu juga mengetahui bagaimana terjadinya
1
(pembentukannya) serta keterangan suasana pada waktu UUD 1945 itu
dibuat.
B. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, Kami akan merumuskan masalah antara lain :
1. Apakah yang dimaksud dengan UUD 1945?
2. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal
kemerdekaan?
3. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama?
4. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru?
5. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul pelaksanaan dinamika UUD
1945 yaitu:
1. Mengetahui tentang sejarah, kedudukan, hakikat pembukaan ,makna
setiap alinea UUD 1945
2. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal
kemerdekaan
3. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama
4. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru
5. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Latar belakang terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk
memberikan kemerdekaan bangsa Indonesia di kemudian hari.Janji
tinggalah janji, setelah Jepang berhasil memukul mundur tentara Belanda,
malah mereka sendiri yang menindas kembali bangsa Indonesia, bahkan
lebih sadis dari sebelumnya.
2. Pengertian UUD
UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam
Negara dan merupakan hukum dasar Negara tertulis, yang mengikat berisi
aturan yang harus ditaati. Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan
system ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk
3
Negara dan mengatur pemerintahannya.UUD merupakan dasar tertulis
(convensi). UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan itu
bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu Negara. UUD disebutkan
bersifat singkat dan super karena hanya memuat 37 pasal adapun pasal-
pasal yang lain, hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal
ini bermakna :
a. UUD 1945 hanya memuat aturan pokok, memuat GBHN intruksi
kepala pemerintahan pusat dan lain-lain untuk menyelenggarakan
Negara.
b. Sifatnya yang super atau elastis maksudnya senantiasa harus ingat
bahwa masyarakat harus berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Memang sifat aturan yang tertulis semakin supel sifat aturannya
semakin baik agar tidak ketinggalan zaman.
4
Hal ini sesuai dengan ketetapan MPR / MPRS, yang menyatakan :
“ Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci
yang mengandung cita – cita luhur dari Proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 dan yang memuat Pancasila sebagai dasar Negara,
merupakan satu rangkaian dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945 dan oleh karena itu tidak dapat diubah oleh siapapun juga termasuk
MPR hasil Pemilu, karena merubah pembukaan UUD 1945 berarti sama
halnya dengan pembubaran Negara RI”.
5
b. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok kaidah Negara yang
Fundamental (Staatsfundamentalnorm)
6
dalam Negara Indonesia yang berdasar pada Pancasila. Kelanjutan
berdirinya NKRI.
7
dapat di arahkan kepada perjuangan untuk memperkuat mempertahankan
dengan persatuan dan kesatuan.
8
2. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota yang hadir.
3. Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada
Presiden untuk disahkan oleh pemerintah.
4. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta
mengumumkan Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.
Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu dekrit yang
didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini
menginggat keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan,
persatuan, keselamatan serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.
Dekrit presiden 5 juli 1959 :
1. Menetapkan pembubaran konstituante.
2. Menetapkan Undang-Undang dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia serta tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal
penetapan dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar
1950.
3. Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-
utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta Dewan Agung
Sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dekrit itu diumumkan oleh Presiden dari Istana Merdeka di hadapan
rakyat pada tanggal 5 juli 1959, pada hari minggu pukul 17.00 Dekrit
9
tersebut dimuat dalam keputusan Presiden No.150 tahun 1959 dan di
umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia no.75 tahun 1959.
C. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Orde Lama (5 Juli 1959 –
11 Maret 1966).
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku
kembali di Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis
formal sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi
ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu
sendiri. Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis
banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai
macam penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang
kebijaksanaan dalam negara.
10
3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan
pendapatan dan Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian
presiden waktu itu membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian
membentuk DPR gotong royong. Hal ini jelas-jelas sebagai pelanggaran
konstitusional yaitu kekuasaan eksekutif di atas kekuasaan legislatif.
4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara,
yang berarti sebagai pembantu presiden. Selain penyimpangan-
penyimpangan tersebut masih banyak penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan ketatanegaraan yang seharusnya berdasarkan pada UUD 1945.
Karena pelaksanaan yang inskonstitusional itulah maka berakibat pada
ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi terutama dalam bidang
keamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai dengan
pemberontakan G30S.PKI. dan pemberontakan tersebut dapat digagalkan
oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda. Dengan dipelopori oleh
pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula
(Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
D. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Orde Baru (11 Maret 1966
– 22 Mei 1998)
Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi
mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga
mempelopori pembangunan nasional sehingga sering dikenal sebagai orde
11
pembangunan. MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting,
antara lain :
1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang
menyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal
Soeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.
2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik
kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur
hidup.
3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai
sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang
-undangan.
4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,
keormasan dan kekaryaan.
5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis
Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang
diseluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untuk
menyebar luaskan atau mengembangkan faham ajaran
komunisme/Marxisme, Leninisme.
Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yang
menyangkut bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan
yangdemikian inilah pada bulan Februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu
resolusi yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan
maret 1967. Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai
berikut :
1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional
dan tidak menjalankan GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
2. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang
pemilihan/ penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat
presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6
IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-
12
Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan
umum.
Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga
murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung
kekuasaan lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah kekuasaan presiden
tetapi seluruhnya hampir dituangkan dalam mekanisme peraturan antara lain :
1. UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.
2. UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.
3. UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.
Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib
bangsa dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya maupun keamanan. Di bidang politik dilaksanakanlah pemilu
yang dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu
umum, Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis
permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan
rakyat daerah. Atas dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian
pemerintah Orde Baru berhasil mengadakan pemilu pertama.
13
kekuasaan. Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan
dan tindakan presiden.Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR
No.II/MPR/1978. Tentang P-4 yang dalam kenyataannya sebagai media untuk
propaganda kekuasaan orde baru. Realisasi UUD 1945 lebih banyak
memberikan porsi atas kekuasaan presiden. Walaupun sebenarnya UUD 1945
tidak mengamanatkan demikian.
E. Dinamika Pelaksanaan Uud 1945 Pada Masa Reformasi (22 Mei 1998 –
Sekarang)
Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun
1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai
demokrasi seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak
mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-
pasal UUD 1945. Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN). Keadaan tersebut membuat rakyat Indonesia semakin menderita.
Terutama karena adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang
membuat perekonomian Indonesia hancur. Hal itu menyebabkan munculnya
berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda Indonesia
terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang menuntut adanya reformasi
disegala bidang Negara.
14
bersih dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia
sudah mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR,
DPR dan DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.
2. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997, merupakan sebuah efek
domino dari krisis ekonomi Asia yang melanda berbagai Negara, seperti
Thailand, Filipina, dan Malaysia. Perkembangan ekonomi Indonesia
telah mengalami stagnansi sejak 1990-an.. barang-barang produksi
Indonesia menjadi tidak memiliki daya saing apabila dibandingkan
dengan barang-barang luar negeri yang secara bebas memasuki pasaran
Indonesia. Oleh bank dunia, pembangunan ekonomi tergolong berhasil
apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Bank Dunia.
Syarat-syarat tersebut diantaranya adalah adanya peningkatan investasi di
bidang pendidikan, yang ditandai dengan peningkatan sumber daya
manusia, rendahnya tingkat korupsi yang ada di tataran pemerintahan,
dan adanya stabilitas dan kredibilitas politik.. adanya krisis moneter
15
ditandai dengan rendahnya mutu sumber daya manusia, tingginya tingkat
korupsi di instansi-instansi pemerintah, dan kondisi instabilitas politik.
Perekonomian Indonesia mengalami penurunan hingga mencapai 0%
pada 1998.
3. Krisis Sosial
Kerusuhan sistematis yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia pada
13-14 Mei 1998, menjadi bukti dari adanya pergesekan social antar
masyarakat. Munculnya berbagai kerusuhan horizontal ini merupakan
implikasi dari kebijakan ekonomi sentralistik yang menimbulkan jurang
pemisah kesejahteraan yang begitu tinggi antara pusat dan daerah
4. Krisis Politik
Proses aspirasi politik ke pemerintahan tidak terdistribusi secara
sempurna. Dengan demikian, proses penyaluran aspirasi rakyat pun
terhambat. Segala peraturan yang dibentuk oleh MPR/DPR pada
prinsipnya tidak berorientasi jangka panjang, melainkan semata-mata
bertujuan untuk memenuhi keinginan dan kepentingan para oknum-
oknum tertentu. Selain itu, budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
telah mengakar kuat didalam tubuh birokrasi pemerintahan. Unsure
legislative yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam
membuat dasar-dasar hukum dan haluan Negara menjadi sepenuhnya
dilakukan oleh Presiden Soeharto. Kondisi ini memicu munculnya
kondisi status quo yang berakibat pada munculnya krisis politik, baik itu
dalam tataran elite politik maupun masyarakat yang mulai
mempertanyakan legitimasi pemerintahan Orde baru.
16
3) Pengurangan masalah Dwi Fungsi ABRI dalam pemerintahan.
4) Melakukan reformasi hukum dan perundang-undangan di
Indonesia.
5) Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia.
6) Sector social politik Indonesia menjadi terbuka.
7) Pemilu yang tadinya hanya dapat diikuti oleh 3 parpol saja
sekarang dapat diikuti oleh 48 parpol melalui seleksi.
8) Kekakuan hukum masa Orde Baru menjadi terpecah atau mulai
lenyap.
9) Pemerintah memikirkan masalah social yang dialami masyarakat
dengan mewujudkan program membentuk lapangan pekerjaan
bagi pengangguaran.
10)Corak karya sastra menjadi lebih berwarna dan banyak jenisnya
sesuai dengan kondisi social-politik saat itu.
11) Pemublikasian karya sastra menjadi lebih mudah dan terbantu
karena adanya media komunikasi.
17
7) Adanya krisis multidimensi yang dihadapi oleh Indonesia.
8) Pemerintah hanya terfokus pada perbaikan ekonomi.
9) Kurangnya minat para pembaca pada karya sastra angkatan
reformasi.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam Negara
dan menjadi hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan berisi
aturan yang harus ditaati oleh setiap warga Negara.
Pelaksanaan UUD 1945 pada masa Orde Baru masih terjadi banyak
penyimpangan meskipun telah dilakukan berbagai upaya oleh MPRS untuk
mengatasinya yakni salah satunya dengan mengeluarkan Tap MPRS dan
sidang istimewa yang dilakukan oleh MPRS.
19