Anda di halaman 1dari 25

DINAMIKA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG RI 1945

Makalah yang ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pend. Pancasila

Di Susun Oleh :

Nunung Fuad

NIM P27904121073

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN 2021

Jl. DR. Sintanala, RT.002/RW.003,Karang Sari, Kec. Neglasari, Kota Tangerang,


Banten 15121. No. Telepon: (021) 5522250
KATA PENGANTAR

Puji syukuh saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh teman yang
telah membantu saya dalam meyelesaikan makalah ini, baik secara langsung
maupun tidak. terlebih terhadap Dosen pembimbing saya“Drs. Anwar Aulia, M.
pd” yang dengan penuh sabar membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini
dengan judul “Dinamika Pelaksanaan Undang-Undang 1945”. Atas kepeduliannya
serta bimbinganna kami mengucapkan banyak kata terima kasih kiranya makalah
ini dapat menjadi sumber pembelajaran kita semua dalam menambah ilmu
pengetahuan.

Banyak hambatan atau kesulitan sehingga makalah ini mungkin kurang


sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk penyempurnaan
makalah ini. Dan kami ucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak
tertentu yang telah memotivasi kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu.

Pandeglang, 20 Oktober2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFRTAR ISI……………………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...2

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Terbentuknya Dan Pengertian UUD 1945……………………………..3

2.2 Kedudukan Pembukaan UUD 1945……………………………………………4

2.3 Hakekat Pembukaan UUD 1945……………………………………………….5

2.4 Makna setiap alinea dalam pembukaan UUD………………………………….6

2.5 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Awal Kemerdekaan (17 Agustus
1945 – 29 Desember 1949)………………………………………………………...7

2.6 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Order Lama (5 Juli 1959 – 11
Maret 1966)………………………………………………………………………10

2.7 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Order Baru (11 Maret 1966 – 22
Mei 1998)………………………………………………………………………...12

2.8 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Repormasi (22 Mei 1998 –
Sekarang)…………………………………………………………………………14

2.9 Kelebihan dan Kekurangan pada Masa Reformasi……………………………17

ii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...19

3.2 Saran………………………………………………………………………….19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...21

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan keseluruhan naskah yang terdiri


dari Pembukaan dan Pasal-pasal. Pembukaan terdiri dari 4 Alinea. Pasal-pasal
terdiri dari 16 Bab, Bab I sampai dengan Bab XVI, pasal 1 sampai dengan pasal 37.
Setelah amandemen IV, UUD 1945 terdiri dari 20 Bab, Bab I sampai dengan Bab
XVI (Bab IV dihapus), dan 72 pasal, Pasal 1 sampai dengan Pasal 37, ditambah
dengan 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Pembukaan dan
Pasal-pasal merupakan satu kesatuan. Disamping hukum dasar tertulis, di Negara
Indonesia juga berlaku hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu konvensi sebagai
kebiasaan yang hidup dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan kenegaraan.
Sebagai hukum dasar tertulis UUD 1945 mengikat: Pemerintah, Lembaga Negara,
Lembaga Masyarakat, setiap Warga Negara Indonesia, dan setiap Penduduk yang
berada di Wilayah Negara Republik Indonesia.

UUD 1945 bukan hukum biasa melainkan hukum dasar yang merupakan
sumber hukum yang tertinggi, sehingga seluruh hukum yang berlaku tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945. UUD 1945 terbentuk melalui sejarah yang amat
panjang melalui pasang surutnya kejayaan bangsa dan masa-masa penderitaan
penjajahan, dan masa-masa perjuangan untuk merdeka, menentukan sendiri hidup
dan masa depannya.

UUD 1945 untuk pertama kalinya diberlakukan pada tanggal 18 Agustus


1945, naskahnya pertama kali dimuat secara resmi dalam Berita Negara yaitu Berita
Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 tanggal 15 Februari 1946. Sebagai warga
negara Republik Indonesia, Anda perlu mengetahui apakah yang dimaksud dengan
UUD 1945, bagaimana fungsi dan kedudukannya dalam Tata Hukum Negara

1
2

Republik Indonesia, dan perlu juga mengetahui bagaimana terjadinya


(pembentukannya) serta keterangan suasana pada waktu UUD 1945 itu dibuat.

1.2 Rumusan Masalah

Pada penulisan makalah ini, Kami akan merumuskan masalah antara lain :

1. Apakah yang dimaksud dengan UUD 1945?

2. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan?

3. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama?

4. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru?

5. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul pelaksanaan dinamika UUD 1945
yaitu:

1. Mengetahui tentang sejarah, kedudukan, hakikat pembukaan ,makna setiap alinea


UUD 1945

2. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa awal kemerdekaan

3. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde lama

4. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa orde baru

5. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945 pada masa reformasi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Dan Pengertian UUD 1945

Sejarah Terbentuknya UUD 1945 Undang-Undang Dasar 1945 dirancang


sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) yang beranggotakan 21 orang,
diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua, dengan 19 orang
anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatera dan
masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda Kecil. Badan ini
kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesiamerdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang 1945(
UUD 1945 ). Para tokoh perumus itu adalah : dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki
Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetardjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir,
Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir ( Sumatera ), Mr. Abdul Abbas (
Sumatera), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang ( keduanya dari Sulawesi ), Mr.
Latuharhary, Mr. Pudja ( Bali ), AH. Hamidan ( Kalimantan ), R.P. Soeroso, Abdul
Wachid Hasyim dan Mr. Mohammad Hassan (Sumatera ). Latar belakang
terbentuknya UUD 1945 bermula dari janji Jepang untuk memberikan kemerdekaan
bangsa Indonesia di kemudian hari.Janji tinggalah janji, setelah Jepang berhasil
memukul mundur tentara Belanda, malah mereka sendiri yang menindas kembali
bangsa Indonesia, bahkan lebih sadis dari sebelumnya.

Pengertian UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang


tertinggi dalam Negara dan merupakan hukum dasar Negara tertulis, yang mengikat
berisi aturan yang harus ditaati. Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan system
ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk Negara dan
mengatur pemerintahannya.UUD merupakan dasar tertulis (convensi). UUD

3
4

menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan itu bekerja sama dan


menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam hubungan-hubungan
kekuasaan dalam suatu Negara. UUD disebutkan bersifat singkat dan super karena
hanya memuat 37 pasal adapun pasal-pasal yang lain, hanya memuat aturan
peralihan dan aturan tambahan. Hal ini bermakna :

a. UUD 1945 hanya memuat aturan pokok, memuat GBHN intruksi kepala
pemerintahan pusat dan lain-lain untuk menyelenggarakan Negara.

b. Sifatnya yang super atau elastis maksudnya senantiasa harus ingat bahwa
masyarakat harus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Memang sifat
aturan yang tertulis semakin supel sifat aturannya semakin baik agar tidak
ketinggalan zaman.

2.2 Kedudukan Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 bersama – sama dengan pasal – pasal UUD 1945,
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II NO.7. Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat
alinea, pada bagian alinea IV memuat pernyataan mengenai keadaan setelah Negara
Indonesia terbentuk dan memiliki hubungan yang bersifat kausal dan organis
dengan pasal – pasal UUD 1945.

Hubungan tersebut menyangkut beberapa hal, antara lain :

a. Undang – undang Dasar ditentukan akan ada

b. Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan Negara

c. Negara Indonesia adalah bentuk Republik yang berkedaulatan Rakyat

d. Ditetapkannya Pancasila sebagai dasar falsafat Negara Indonesia


5

Hal – hal tersebut “ bersifat fundamental dan asasi bagi Negara Indonesia,
sehingga Pembukaan UUD 1945 berkedudukan tetap dan tidak dapat diubah “ Hal
ini sesuai dengan ketetapan MPR / MPRS, yang menyatakan :

“ Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang


mengandung cita – cita luhur dari Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
yang memuat Pancasila sebagai dasar Negara, merupakan satu rangkaian dengan
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan oleh karena itu tidak dapat diubah
oleh siapapun juga termasuk MPR hasil Pemilu, karena merubah pembukaan UUD
1945 berarti sama halnya dengan pembubaran Negara RI”.

2.3 Hakekat Pembukaan UUD 1945

a. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi

Oleh sebab itu, maka kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum dalam


Pembukaan UUD 1945 adalah sebagi sumber dari segala sumber hukum Indonesia,
sehingga semua peraturan perundangan yang digunakan di Indonesia harus
berdasarkan dan bersumber pada Pancasila.

Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal – pasal UUD 1945,
bahwa Pembukaan UUD 1945 memuat pokok – pokok pikiran , yaitu :

• Pokok pikiran “ Persatuan “

• Pokok pikiran “ Keadilan Sosial “

• Pokok pikiran “ Kedaulatan Rakyat “

• Pokok pikiran “ Ketuhanan YME, menurut dasar kemanusiaan yang adil


dan beradab “• Dan, keempat pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan
UUD 1945 tersebut, dijabarkan dalam pasal – pasal UUD 1945.Jadi, Pasal–
pasal UUD 1945 merupakan penjabaran dari pokok – pikiran yang termuat
dalam
6

pembukaan UUD 1945.Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa


pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia.

b. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok kaidah Negara yang Fundamental


(Staatsfundamentalnorm)

Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, Pembukaan UUD 1945 ,


memiliki beberapa ciri,antara lain:

a. Sebagai norma dasar yang memberikan arah serta dasr-dasar cita-cita hukum bagi
Undang-Undang Dasar negara.

b. Memiliki kedudukan hukum yang tinggi dari pada pasal UUD 1945

c. Mengandung pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasalnya.

d. Mengandung norma yang harus dipatuhi

e. Memiliki hakikat kedudukan hukum yang bersifat tetap.

2.4 Makna setiap alinea dalam pembukaan UUD

a. Alinea Pertama

Adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau kemerdekaan semua


bangsa dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain(dalil
obyektif),dan untuk mempertanggungjawabkan bahwasanya pernyataan
kemerdekaan adalah sesuatu yang sudah selayaknya,karena berdasar atas hak
kodrat yang sifatnya mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk merdeka
(pernyataan subyektif).

b. Alinea Kedua

Adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan dan


pengakuan azasi ekonomi yang berupa kemakmuran dan
kesejahteraan,sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
7

c. Alinea Ketiga

adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada
semua bangsa. Memiliki nilai religious.

d.Alinea Keempat

Adalah memuat tujuan Negara ,sebagai ketentuan pedoman dan pegangan


yang tetap serta praktis,yaitu dalam realisasi hidup bersama dalam Negara
Indonesia yang berdasar pada Pancasila. Kelanjutan berdirinya NKRI.

2.5 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Awal Kemerdekaan (17
Agustus 1945 – 29 Desember 1949)

Pada masa awal kemerdekaan UUD 1945 belum dapat dijalankan


sebagaimana yang diatur mengingat kondisi lembaga negara yang masih belum
tertata dengan baik. Faktor lainnya adalah UUD 1945 masih sangat sederhana
karena dibuat dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih 49 hari oleh BPUPKI
pada 29 Mei-16 Juli 1945 dan PPKI tanggal 18 Agustus. Pada tahun ini di bentuklah
DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena harus
melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang
menyatakan, “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang- Undang
Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah
komite nasional.” Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan
indonesia yaitu : berubahnya fungsi komite nasional Indonesia pusat dari
pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal ini berdasarkan maklumat wakil
presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga maklumat
pemerintah tanggal 14 Nopember 1945. Yang isinya perubahan sistem
pemerintahan negara dari sistem Kabinet Presidensial menjadi sistem Kabinet
8

Parlementer, berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat


(BP-KNIP). Akibat perubahan tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, Perdana
Menteri hanya bertahan beberapa bulan serta berulang kali terjadi pergantian.
Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang ditandatangani
oleh Wakil Presiden yang isinya tentang pembentukan partai politik. Hal ini
bertujuan agar berbagai aliran yang ada didalam masyarakat dapat di arahkan
kepada perjuangan untuk memperkuat mempertahankan dengan persatuan dan
kesatuan.

Sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif)


dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kabinet. Secara bersama-sama
atau sendiri-sendiri, perdana menteri atau para menteri itu bertanggung jawab
kepada KNPI, yang berfungsi sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawab kepada
presiden sebagaimana yang dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini berakibat semakin
tidak setabilnya Negara Republik Indonesia baik di bidang politik, ekonomi,
pemerintahan maupun keamanan. Semangat ideologi liberal itu kemudian
memuncak dengan dibentuknya Negara Federal yaitu negara kesatuan Republik
Indonesia Serikat dengan berdasar pada konstitusi RIS, pada tanggal 27 Desember
1949. Konstitusi RIS tersebut sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag negeri Belanda. Syukurlah konstitusi itu tidak berlangsung
lama dan Indonesia kembali bersatu pada tahun 1950.Dalam negara RIS tersebut
masih terdapat negara bagian Republik Indonesia yang beribukota di Yogyakarta.
Kemudian terjadilah suatu persetujuan antara Negara RI Yogyakarta dengan negara
RIS yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk kembali, untuk membentuk
negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang- Undang
Dasar Sementara sejak 17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD 1945
terutama dalam sistem pemerintahan negara yaitu menganut sistem Parlementer,
sedangkan UUD 1945 menganut sistem Presidensial. Pada bulan September 1955
9

dan Desember 1955 diadakan pemilihan umum,yang masing-masing untuk


memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota konstituante. Tugas
konstituante adalah untuk membentuk, menyusun Undang-Undang Dasar yang
tetap sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil putusan mengenai Undang-
Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai berikut :

1. Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru


sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.

2. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari


jumlah anggota yang hadir.

3. Rancangan yang telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada Presiden


untuk disahkan oleh pemerintah.

4. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta


mengumumkan Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.

Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang


belum mampu menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang
baru. Hal ini dikarenakan dalam sidang konstituante , muncullah suatu usul untuk
mengembalikan Piagam Jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena itu
Presiden pada tanggal 22 april 1959 memberikan pidatonya didepan sidang
Konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan suatu
alasan bahwa sidang Konstituante telah mengalami jalan buntu. Terutama setelah
lebih dari separuh anggota Konstituante menyatakan untuk tidak akan menghadiri
sidang lagi. Atas dasar kenyataan tersebut maka Presiden mengeluarkan suatu
dekrit yang didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini
menginggat keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan, persatuan,
keselamatan serta keutuhan bangsa dan negara Repubik Indonesia.

Dekrit presiden 5 juli 1959 :


10

• Menetapkan pembubaran konstituante.

• Menetapkan Undang-Undang dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa


Indonesia serta tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan
dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1950.

• Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang terdiri atas


anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan serta Dewan Agung Sementara, akan
diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dekrit itu diumumkan
oleh Presiden dari Istana Merdeka di hadapan rakyat pada tanggal 5 juli 1959, pada
hari minggu pukul 17.00 Dekrit tersebut dimuat dalam keputusan Presiden No.150
tahun 1959 dan di umumkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia no.75
tahun 1959.

2.6 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Order Lama (5 Juli 1959 –
11 Maret 1966).

Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945
berlaku kembali di Negara Republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis
formal sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi
ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu sendiri.
Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis banyak
dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai macam
penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang kebijaksanaan
dalam negara. Dikukuhkannya ideologi Nasakom, dipaksakannya doktrin Negara
dalam keadaan revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka Presiden
sebagai Kepala Negara yang sekaligus juga sebagai Pemimpin Besar Revolusi,
diangkat menjadi Pemimpin Besar Revolusi, sehingga Presiden masa jabatannya
seumur hidup.Penyimpangan ideologis maupun konstitusional ini berakibat pada
penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai berikut,
11

1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang dipimpin


oleh presiden, sehingga praktis bersifat otoriter. pada sebenarnya di negara
Indonesia yang berdasarkan Pancasila berazas-kan kerakyatan,sehingga seharusnya
rakyatlah sebagai pemegang serta asal mula kekuasaan negara, demikian juga
sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.

2. Oleh karena Presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki


wewenang yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu mengeluarkan produk hukum yang setingkat
denganUndang-Undang tanpa melalui persetujuan DPR dalam bentuk penetapan
presiden.

3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan pendapatan
dan Belanja Negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian presiden waktu itu
membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian membentuk DPR gotong
royong. Hal ini jelas-jelas sebagai pelanggaran konstitusional yaitu kekuasaan
eksekutif di atas kekuasaan legislatif.

4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara, yang
berarti sebagai pembantu presiden. Selain penyimpangan- penyimpangan tersebut
masih banyak penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan ketatanegaraan
yang seharusnya berdasarkan pada UUD 1945. Karena pelaksanaan yang
inskonstitusional itulah maka berakibat pada ketidak stabilan dalam bidang politik,
ekonomi terutama dalam bidang keamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama
tersebut ditandai dengan pemberontakan G30S.PKI. dan pemberontakan tersebut
dapat digagalkan oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda. Dengan
dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan
Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,

a. Bubarkan PKI.
12

b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.

c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu


lagi mengembalikannya ,maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966
yangmemberikan kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-
langkah dalam mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarah
ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru.

2.7 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Order Baru (11 Maret 1966
– 22 Mei 1998)

Masa orde baru berada dibawah kepemimpinan Soeharto dalam misi


mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI, masa orde baru juga
mempelopori pembangunan nasional sehingga sering dikenal sebagai orde
pembangunan. MPRS mengeluarkan berbagai macam keputusan penting, antara
lain :

1. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang menyatakan


agar presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal Soeharto untuk segera
membentuk kabinet Ampera.

2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik


kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup.

3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai


sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan.

4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian,


keormasan dan kekaryaan.

5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia


dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang diseluruh wilayah
13

Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau
mengembangkan faham ajaran komunisme/Marxisme, Leninisme.

Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yang
menyangkut bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan
yangdemikian inilah pada bulan Februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu
resolusi yaitu meminta MPR(S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan
maret 1967.Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai berikut:

1. Presiden Soekarno tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional dan


tidak menjalankan GBHN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.

2. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/


penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan
mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. 6 IX/MPRS/1966, sebagai
pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga
dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.

Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945 belum juga
murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara langsung kekuasaan
lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah kekuasaan presiden tetapi seluruhnya
hampir dituangkan dalam mekanisme peraturan antara lain :

1. UU no.16/1969 dan UU no.5/1975 tentang kedudukan DPR, MPR, DPRD.

2. UU no.3/1975 dan UU no.3/1985 tentang parpol dan golkar.

3. UU no.15/969 dan UU no.4/1975 tentang pemilu.

Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa
dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya
maupun keamanan. Di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan
dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum, Undang-Undang
14

No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan rakyat, dewan


perwakilan rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah. Atas dasar ketentuan
undang-undang tersebut kemudian pemerintah Orde Baru berhasil mengadakan
pemilu pertama. Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan
peningkatan nasib bangsa dalam berbagai bidang melalui suatu program negara
yang dituangkan dalam GBHN yang disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal
ini wajar dirasakan oleh bangsa Indonesia karena sejak tahun 1945 setelah
kemerdekaan nasib bangsa Indonesia senantiasa dalam kesulitan dan
kemiskinan.Namun demikian lambat laun program-program negara buakannya
diperuntukan kepada rakyat melainkan demi kekuasaan. Mulailah ambisi
kekuasaan orde baru menjalar keseluruh sandi-sandi kehidupan ketatanegaraan
Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun seakan-akan dilaksanakan
secara demokratis.

Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidak


dilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung dalam
Undang-Undang Dasar tersebut melainkan dimanipulasikan demi kekuasaan.
Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan dan tindakan
presiden.Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR No.II/MPR/1978. Tentang
P-4 yang dalam kenyataannya sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde
baru. Realisasi UUD 1945 lebih banyak memberikan porsi atas kekuasaan presiden.
Walaupun sebenarnya UUD 1945 tidak mengamanatkan demikian.

2.8 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Reformasi (22 Mei 1998 –
Sekarang )

Masa Orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto sampai tahun


1998 membuat pemerintahan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi
seperti yang tercantum dalam Pancasila, bahkan juga tidak mencerminkan
pelaksanaan demokrasi atas dasar norma-norma dan pasal-pasal UUD 1945.
15

Pemerintahan dicemari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Keadaan tersebut


membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Terutama karena adanya krisis
moneter yang melanda Indonesia yang membuat perekonomian Indonesia hancur.
Hal itu menyebabkan munculnya berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori
oleh generasi muda Indonesia terutama mahasiswa sebagai gerakan moral yang
menuntut adanya reformasi disegala bidang Negara. Keberhasilan reformasi
tersebut ditandai dengan turunnya presiden Soeharto dari jabatannya sebagai
presiden dan diganti oleh Prof. B.J Habibie pada tanggal 21 mei 1998. Kemudian
bangsa Indonesia menyadari bahwa UUD 1945 yang berlaku pada zaman orde baru
masih memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu diadakan amandemen lagi.
Berbagai macam produk peraturan perundang- undangan yang dihasilkan dalam
reformasi hukum antara lain UU. Politik Tahun 1999, yaitu UU. No.2 tahun 1999,
tentang partai politik, UU. No.3 tahun 1999, tentang pemilihan umum dan UU. No.
4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; UU otonomi
daerah, yaitu meliputi UU. No.25 tahun 1999. Tentang pemerintahan daerah, UU.
No.25 tahun 1999, tentang pertimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan
daerah dan UU. No.28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih
dan bebas dari KKN. Berdasarkan reformasi tersebut bangsa Indonesia sudah
mampu melaksanakan pemilu pada tahun 1999 dan menghasilkan MPR, DPR dan
DPRD hasil aspirasi rakyat secara demokratis.

A. Krisis Multidimensi dan Munculnya Reformasi

Krisis moneter di Indonesia dimulai dengan menurunnya nilai tukar rupiah. Hal
itu memicu penurunan produktivitas ekonomi serta munculnya fungsi institusi
ekonomi dalam mengatasi krisis tersebut. Hal ini kemudian mengarah pada
munculnya krisis legitimasi kepercayaan atas pemerintahan Orde Baru yaitu krisis
kepercayaan pada bidang politik, bidang hukum, bidang sosial dan bidang ekonomi.
Permasalahan krisis kepercayaan terhadap pemerintahan Orde Baru makin
16

meningkat dengan diangkatnya kembali Soeharto sebagai presiden Republik


Indonesia. Dimulai dari krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada medio
1997, efek domino pun langsung mendera masyarakat Indonesia diberbagai lini.
Penurunan tingkat daya beli, munculnya krisis sosial, dan meningkatnya
pengangguran karena PHK menjadi permasalahan sosial yang krusial. Krisis
politik, krisis social, dan krisis legitimasi atas pemerintahan Orde Baru kemudian
bermunculan sebagai reaksi pertama.

B. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997, merupakan sebuah efek


domino dari krisis ekonomi Asia yang melanda berbagai Negara, seperti Thailand,
Filipina, dan Malaysia. Perkembangan ekonomi Indonesia telah mengalami
stagnansi sejak 1990-an.. barang-barang produksi Indonesia menjadi tidak memiliki
daya saing apabila dibandingkan dengan barang-barang luar negeri yang secara
bebas memasuki pasaran Indonesia. Oleh bank dunia, pembangunan ekonomi
tergolong berhasil apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Bank
Dunia. Syarat-syarat tersebut diantaranya adalah adanya peningkatan investasi di
bidang pendidikan, yang ditandai dengan peningkatan sumber daya manusia,
rendahnya tingkat korupsi yang ada di tataran pemerintahan, dan adanya stabilitas
dan kredibilitas politik.. adanya krisis moneter ditandai dengan rendahnya mutu
sumber daya manusia, tingginya tingkat korupsi di instansi- instansi pemerintah,
dan kondisi instabilitas politik. Perekonomian Indonesia mengalami penurunan
hingga mencapai 0% pada 1998.

C. Krisis Sosial

Kerusuhan sistematis yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia pada 13-


14 Mei 1998, menjadi bukti dari adanya pergesekan social antar masyarakat.
Munculnya berbagai kerusuhan horizontal ini merupakan implikasi dari kebijakan
17

ekonomi sentralistik yang menimbulkan jurang pemisah kesejahteraan yang begitu


tinggi antara pusat dan daerah

D. Krisis Politik

Proses aspirasi politik ke pemerintahan tidak terdistribusi secara sempurna.


Dengan demikian, proses penyaluran aspirasi rakyat pun terhambat. Segala
peraturan yang dibentuk oleh MPR/DPR pada prinsipnya tidak berorientasi jangka
panjang, melainkan semata-mata bertujuan untuk memenuhi keinginan dan
kepentingan para oknum-oknum tertentu. Selain itu, budaya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) telah mengakar kuat didalam tubuh birokrasi pemerintahan.
Unsure legislative yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam membuat
dasar-dasar hukum dan haluan Negara menjadi sepenuhnya dilakukan oleh Presiden
Soeharto. Kondisi ini memicu munculnya kondisi status quo yang berakibat pada
munculnya krisis politik, baik itu dalam tataran elite politik maupun masyarakat
yang mulai mempertanyakan legitimasi pemerintahan Orde baru.

2.9 Kelebihan dan Kekurangan pada Masa Reformasi

A. Kelebihan – Kelebihan pada Masa Reformasi

• Munculnya kesadaran masyarakat akan pentingnya reformasi bagi bangsa I


ndonesia.

• Kebebasan berpendapat kembali ditegakkan.

• Pengurangan masalah Dwi Fungsi ABRI dalam pemerintahan.

• Melakukan reformasi hukum dan perundang-undangan di Indonesia.

• Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia.

• Sector social politik Indonesia menjadi terbuka.


18

• Pemilu yang tadinya hanya dapat diikuti oleh 3 parpol saja sekarang
dapatdiikuti oleh 48 parpol melalui seleksi.

• Kekakuan hukum masa Orde Baru menjadi terpecah atau mulai lenyap.

• Pemerintah memikirkan masalah social yang dialami masyarakat dengan

mewujudkan program membentuk lapangan pekerjaan bagi pengangguaran.

• Corak karya sastra menjadi lebih berwarna dan banyak jenisnya sesuai
dengan kondisi social-politik saat itu.

• Pemublikasian karya sastra menjadi lebih mudah dan terbantu karena


adanya media komunikasi.

B. Kekurangan – Kekurangan pada Masa Reformasi

• Adanya perpecahan presepsi antara mahasiswa dan kelompok masyarakat


mengenai pengangkatan B.J Habibie sebagai Presiden.

• Tidak adanya pemberian subsidi terhadap masyarakat.

• Keputusan reformasi ekonomi yang dibutuhkan tidak sesuai dengan apa


yang diinginkan masyarakat.

• Terlalu dibebani oleh program penyesuaian structural dari IMF.

• Posisi militer tidak mendapat tempat yang cukup baik dihati masyarakat.

• Penanganan masalah ekonomi dan social menjadi tidak optimal karena


konflik politik internal dalam negeri.

• Adanya krisis multidimensi yang dihadapi oleh Indonesia.

• Pemerintah hanya terfokus pada perbaikan ekonomi.

• Kurangnya minat para pembaca pada karya sastra angkatan reformasi.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi dalam


Negara dan menjadi hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat mengikat dan berisi
aturan yang harus ditaati oleh setiap warga Negara. Pada awal masa Indonesia
setelah memproklamasikan kemerdekaan, Sistem pemerintahan berdasarkan UUD
1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun ini di bentuklah DPA sementara,
sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena harus melalui pemilu.
Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan,
“Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang- Undang Dasar, segala
kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.”
Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita
adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan
UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.

Pelaksanaan UUD 1945 pada masa Orde Baru masih terjadi banyak
penyimpangan meskipun telah dilakukan berbagai upaya oleh MPRS untuk
mengatasinya yakni salah satunya dengan mengeluarkan Tap MPRS dan sidang
istimewa yang dilakukan oleh MPRS. Pelaksanaan dinamika UUD 1945 pada orde
reformasi masih banyak penyimpangan yang terjadi karena pada masa ini belum
semua UUD 1945 dilaksanakan dan masih adanya korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sehingga memunculkan orde ini terjadi krisis ekonomi, krisis social, krisis politik
dan krisis hukum.

3.2 Saran

Kita sebagai bangsa Indonesia hendaknya mempelajari, memahami, dan


menghayati pancasila sebagai dasar Negara kita. Karena pancasila merupakan

19
20

wujud dari kepribadian bangsa kita sendiri yang telah digali dan ditemukan oleh
para pejuang di masa lalu.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma Offset: Yogyakarta.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/18/190000569/penerapan-
pancasila-sebagai-dasar-negara-di-awal-kemerdekaan

https://bpip.go.id/bpip/berita/991/638/penerapan-pancasila-dari-masa-ke-
masa.html

https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-lama-soekarno-
1959-1966-ghT9

https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru

https://tirto.id/sejarah-penerapan-pancasila-masa-reformasi-1998-sampai-
sekarang-gh2f

https://www.dictio.id/t/apa-saja-kelebihan-dan-kekurangan-era-
reformasi/62166

21

Anda mungkin juga menyukai