Anda di halaman 1dari 21

Makalah Proses Amandemen UUD 1945

Mata Kuliah Kewarganegaraan


Dosen:

Niken Prasetyawati

Disusun oleh:

Kelompok 3

Wijaya Sakti Muhammad Sampurna (02411840000144)


Adinda Kusumawati (02411840000074)
Moch Kevin Alvianno (02411840000130)
Balladiffa Nisrina Maheswari (02411840000200)
Dahniar Achlis (08111840000011)
Fadhlurrahman Nur Ramadhani (08111840000032)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt.-Tuhan Yang
Maha Esa, kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang
telah disepakati.
Makalah “Proses Amandemen UUD 1945” yang telah kami selesaikan ini
dengan tujuan penyelesaian salah satu tugas dari mata kuliah Kewarganegaraan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Niken
selaku dosen pengajar mata kuliah Kewarganegaraan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada rekan – rekan yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan
makalah ini. Dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah swt.-Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai,
melindungi, dan melimpahkan rahmat-Nya kepada bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang kita cintai.

Surabaya, 30 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………. i


Daftar Isi ……………………………………………………………………… ii

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………….. 1


1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………... 2
1.4 Manfaat …………………………………………………………………….. 2

BAB II Pembahasan ………………………………………………………….. x


2.1 Pengertian Amandemen ……………………………………………………. x
2.2 Alasan Diadakan Amandemen ……………………………………………... x
2.3 Prosedur atau Tata Cara Amandemen ……………………………………... x
2.4 Inti dari Amandemen 1 Sampai Dengan 4 dan Kekurangannya …………… x

BAB III Penutup ……………………………………………………………… x


3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….... x
3.2 Saran ……………………………………………………………………….. x

Daftar Pustaka ………………………………………………………………... x


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki konstitusi yang tertulis
dan dalam mempertahankannya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dalam
sejarah perjalanannya konstitusi di Indonesia sudah mengalami beberapa kali
pergantian setelah merdeka. Dimana setiap pergantian tersebut berdasarkan
persetujuan bersama dan dalam perundingan yang sudah matang. Konstitusi yang
pernah diterapkan di Indonesia adalah UUD 1945, Konstitusi RIS, dan UUDS 1950.
Dan sekarang ini Indonesia menggunakan UUD 1945 yang sudah diamandemen.
UUD 1945 ini pernah mengalami pergantian menjadi Konstitusi RIS karena
keadaan mendesak pada saat itu dengan perjuangan melawan belanda di KMB.
Dikarenakan ketidaksesuaian Konstitusi RIS dengan kesatuan bangsa Indonesia
maka diuabahlah ke UUDS 1950 yang bersifat sementara. Pada tahun 1955 telah
dibentuk panitia untuk membuat UUD baru yang mana akan sesuai tujuan hidup
bangsa, tetapi panitia konstitusi tersebut gagal karena banyaknya paham dari
berbagai partai politik. Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada saat
5 Juli 1959 yang mana salah satu isinya adalah menetapkan kembali UUD 1945.
UUD 1945 yang ditetapkan itu di tahun 1999 mengalami amandemen hingga tahun
2002.
Pada masa reformasi yang dimulai pada tahun 1999 hingga sekarang
terdapat sejarah mengenai pengamandemenan UUD 1945. Amandemen dilakukan
dengan persetujuan bersama dan memang itu adalah keinginan dari rakyat. UUD
1945 yang dipakai selama masa orde baru sebenarnya belum sesuai demokrasi yang
sebenarnya untuk bangsa Indonesia. Dengan beberapa penyimpangan oleh oknum
– oknum di masa orde baru sehingga disalahgunakan untuk UUD 1945 tersebut.
Menanggapi hal itu maka terjadilah empat kali amandemen untuk UUD 1945 ini.
Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai proses amandemen UUD
1945 yang mana itu berlangsung selama empat kali. Pertama kali bertepatan pada
tanggal 19 Oktober 1999, kedua pada tanggal 18 Agustus 2000, ketiga tanggal 10
November 2001, dan yang keempat 10 Agustus 2000. Keempat amandemen
tersebut dilakukan dengan keputusan yang matang dan dengan persetujuan
bersama.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah kali ini akan membahas mengenai beberapa permasalahan yang
sudah kami penulis sepakati bersama:
1.2.1 Apakah pengertian dari amandemen itu ?
1.2.2 Mengapa perlu diadakan amandemen untuk UUD 1945 ?
1.2.3 Bagaimana prosedur atau tata cara mengamandemen UUD 1945 ?
1.2.4 Apakah inti dari hasil amandemen 1 hingga 4 dan kekurangannya ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah yang dibuat sebagai tugas kelompok mata kuliah
Kewarganegaraan ini bertujuan untuk memahami dan mamaknai mengenai:
1.3.1 Pengertian dari amandemen
1.3.2 Alasan diadakan amandemen untuk UUD 1945
1.3.3 Prosedur dalam mengamandemen UUD 1945
1.3.4 Inti dan kekurangan dalam hasil amandemen 1 hingga 4

1.4 Manfaat
Manfaat makalah tugas kelompok mata kuliah Kewarganergaraan yang
berkaitan dengan proses konstitusi di Indonesia ini yaitu:
1.4.1 Untuk memberikan kemudahan bagi orang awam maupun pakar dalam
mengilhami proses amandemen untuk UUD 1945
1.4.2 Bagi penulis sebagai pemenuhan tugas mata kuliah dan sebagai
penambah pengetahuan mengenai proses amandemen konstitusi negara
Republik Indonesia ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Amandemen

Konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraan negara yang


terdiri dari kumpulan atauran yang membentuk, mengatur, atau memerintah dalam
pemerintahan suatu negara. Umumnya suatu negara memiliki konstitusi untuk
menjalankan roda pemerintahan. Konstitusi merupakan aturan tertinggi dalam
sebuah negara. Apabila konstitusi suatu negara ingin disempurnakan, maka satu-
satu nya cara yang ditempuh adalah dengan melakukan amandemen.

Secara harfiah, amandemen berasal dari Bahasa Inggris yaitu to


amend yang memiliki arti untuk merubah. Perubahan yang dimaksud yaitu sebuah
perubahan yang lebih baik dan mengoreksi sebuah kesalahan. Amandemen bukan
lah penggantian atau perubahan total dengan merumuskan konstitusi baru, namun
merupakan perbaikan sesuai dengan keadaan pada saat itu. Kata amandemen
biasanya merujuk kepada perubahan perundang-undangan negara (amandemen
konstitusonal) yang bertujuan untuk memperbaiki suatu catatan atau dokumen
penting suatu negara yang menakup bentuk, struktur, prosedur, agar lebih baik dari
sebelumnya.

2.2 Alasan Diadakan Amandemen UUD 1945

2.2.1 Latar Belakang Amandemen UUD 1945

1. UUD 1945 bersifat sementara


Sifat kesementaraan UUD 1945 ini sebetulnya telah disadari
sepenuhnya oleh para perumus UUD 1945. Mereka berpacu
dengan momentum kekalahan bala tentara Jepang dalam perang
pasifik. Oleh karena itu UUD sementara harus segera
diselesaikan dengan harapan bisa dijadikan landasan sementara
bagi negara yang hendak didirikan. Para pemimpin kita tidak
mau berlama-lama membuat undang-undang dasar karena harus
mengutamakan kemerdekaan bangsa.

2. UUD 45 memiliki kelemahan dan terlalu sederhana


Sebagai sebuah konstitusi yang dibuat secara darurat dan
terkesan buru-buru, UUD 1945 memiliki kelemahan yang cukup
mendasar. Kita ketahui bahwa UUD 45 yang hanya berisi 37
pasal itu terlalu sederhana untuk sebuah konstitusi bagi Negara
sebesar dan seberagam Indonesia. Hal ini bukannya tanpa
disadari oleh para pembuatnya. Mereka berpendapat bahwa
pelaksanaan UUD 1945 bisa diatur lebih lanjut dalam Undang-
Undang (UU).
Apabila para pembuat Undang-Undang tidak memilki visi,
semangat dan cita-cita yang sama dengan para pembuat UUD
1945 akan membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara. Oleh karena kondisi inilah yang membuka peluang
terjadinya praktik penyimpangan dan kesewenang-wenangan
presiden selaku pembuat undang-undang. Presiden pun bisa
berkelit bahwa undang-undang yang ia buat merupakan amanat
UUD 1945.
Kelemahan UUD 1945 yang lain adalah belum secara tegas
mengatur kehidupan yang demokratis, supremasi hukum,
penghormatan hak asasi manusia, dan otonomi daerah.
Konstitusi kita tersebut juga tidak mengatur peamberdayaan
rakyat sehingga terjadi kesenjangan social ekonomi. Praktik
monopoli, oligopoly, dan monopsoni tumbuh dengan susbur
tanpa kendali.

3. UUD 1945 memberi kekuasaan yang besar kepada presiden


UUD 1945 jelas-jelas memberi kekuasaan terlalu besar
kepada presiden. Setidaknya 12 pasal dari 37 pasal UUD 1945
(pasal 4-pasal 15) memberikan hak kepada presiden tanpa
adanya perimbangan. Persiden mempunayi hak prerogatif dan
legislatif sekaligus. Dampak dari pelimpahan kekuasaan itu
adalah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, munculnya
kekuasaan otoriter, korup dan menindas rakyat, serta
menciptakan penyelenggaraan negara yang buruk. Hal itu bisa
kita temui selama kepemimpinan presiden Ir. Soekarno dan
Soeharto.
Prinsip kedaulatan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh
MPR (pasal 1 UUD 1945), pun membuka praktik
penyimpangan. Hal itu diperparah dengan pengangkatan
anggota MPR utusan daerah dan golongan oleh presiden
berdasar Undang-Undang. Presiden mempunyai keleluasaan
memilih anggota MPR yang sesuai dengan kepentingannya .

4. UUD 1945 tidak menganut Checks and Balances


UUD 1945 mendelegasikan kekuasaan yang sangat besar
kepada kepada eksekutif. Menurut penjelasan UUD 1945,
presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang
tertinggi dibawah majelis. Presiden merupakan pusat kekuasaan
yang diberi kewenangan menjalankan pemerintahan sekaligus
berkuasa membuat Undang-Undang.
Dua cabang kekuasaan yang berada ditangan presiden ini
menyebabkan tidak jalannya prinsip saling mengawasi dan
saling mengimbangi (checks and balances). Selain itu,
kekuasaan yang menumpuk pada satu orang berpotensi
melahirkan kekuasaan yang otoriter. Inilah yang menjadi selama
kepemimpinan dua orde di Indonesia.

5. Pasal-Pasal UUD 1945 terlalu “luwes”


Sebagai sebuah konstitusi , UUD 1945 selain sederhana juga
hanya berisi pokok-pokok. Harapannya segera ditindaklanjuti
dengan Undang-Undang. Namun, hal ini justru menetapkan
UUD 1945 sebagai sesuatu yang luwes dan multitafsir. UUD
1945 dapat dengan mudah diinterpretasikan oleh siapapun
termasuk penguasa. Oleh karena itu, kepentingan pribadi atau
golongan bisa dengan mudah menyelinap dalam praktik
pemerintahan dan ketatanegaraan kita . misalnya pada pasal 7
UUD 1945 disebutkan, ”presiden dan wakil presiden memegang
jabatannya selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali”.

2.2.2 Tujuan Amandemen UUD 1945


Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrin, mantan
wakil ketua MPR adalah :
1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara
agar dapat lebih mantap dalam mencapai tujuan nasional serta
menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaan kekuatan rakyat,
2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan
perkembangan paham demokrasi,
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
perlindungan hak agar sesuai dengan perkembangan HAM dan
peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara hukum,
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern melalui pembagian kekuasan secara
tegas sistem check and balances yang lebih ketat dan transparan
dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk
mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan jaman,
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan
konstitusional dan kewajiban negara, mewujudkan
kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa,
menegakkan etika dan moral serta solidaritas dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan
negara kesejahteraan,
6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang
sangat penting bagi eksistensi negara dan perjuangan negara
mewujudkan demokrasi,
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara
dan berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi kebutuhan
dan kepentingan bangsa dan negara Indonesia ini sekaligus
mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang
akan datang.

2.2.3 Manfaat AMANDEMEN UUD 1945


1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tata negara, hak asasi
manusia, pembagian kekuasaan, jaminan dan kewajiban negara,
serta aturan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Tidak lagi menimbulkan pasal-pasal yang multitafsir.
3. Semakin terciptanya negara yang berdemokrasi.
4. Lebih sesuai dengan perkembangan zaman yang terus maju.

2.3 Prosedur dalam Mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945

Berdasarkan buku “Modern Political Constitution” yang ditulis oleh C. F.


Strong, ada empat tata cara perubahan UUD 1945, yaitu:

1. Melalui lembaga legislatif biasa, tetapi di bawah batasan-batasan tertentu.


Pertama, diwajibkan adanya kuorum tetap anggota untuk
mempertimbangkan usulan perubahan dan mayoritas istimewa untuk pengesahan
usulan amandemen. Kedua, diwajibkan adanya pembubaran dan pemilihan umum,
sehingga lembaga legislatif baru dibentuk dengan mandat untuk membahas usulan
amandemen itu. Ketiga, perubahan konstitusional oleh lembaga legislatif
diwajibkan suara mayoritas dari kedua majelis dalam sidang gabungan, artinya
kedua majelis tersebut duduk bersama sebagai satu majelis.
2. Melalui rakyat lewat referendum.
Singkatnya, parlemen terlebih dahulu menyiapkan apa saja yang akan
diubah hingga tercapai kesepakatan sesuai kuorum dalam konstitusinya, kemudian
parlemen meminta pendapat rakyat. Dalam hal ini, kedaulatan ada di tangan rakyat
secara murni.

3. Melalui suara mayoritas dari seluruh unit pada negara federal.


Metode ini merupakan metode khas federasi yang mewajibkan adanya
persetujuan untuk amandemennya dalam satu bentuk atau bentuk lainnya,
diantaranya adalah persetujuan suara mayoritas atau seluruh unit federasi.
Pengambilan suara tentang usulan itu dapat dilakukan melalui suara rakyat atau
lewat lembaga legislatif negara bagian yang berkepentingan.

4. Melewati Konvensi Istimewa.


Perubahan menurut cara ini dilakukan oleh lembaga yang dibentuk dan
diberi wewenang khusus untuk melakukan perubahan UUD. Setelah perubahan
UUD selesai dilakukan, lembaga tersebut tidak diperlukan lagi dan dibubarkan.

Berdasarkan amandemen-amandemen yang telah dilakukan, berikut adalah


prosedur perubahan UUD negara republik Indonesia tahun 1945.

A. Cara Perubahan UUD 1945 sejak dinyatakan berlaku kembali.

Berdasarkan Ketetapan MPR No. 1/MPR/1983 dan Undang-Undang No. 5 Tahun


1985 tentang Referendum, lebih jelasnya dalam Pasal 18 yang berbunyi; “Rakyat
dinyatakan menyetujui kehendak Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk
mengubah Undang-Undang Dasar 1945, apabila hasil referendum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 (UU No. 5/1985) menunjukkan bahwa:

1. sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh persen) dari jumlah Pemberi


Pendapat Rakyat yang terdaftar telah menggunakan haknya memberikan
pendapat rakyat, dan;
2. sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh persen) dari Pemberi Pendapat
Rakyat yang menggunakan haknya tersebut menyatakan setuju terhadap
kehendak MPR untuk mengubah Undang-Undang Dasar 1945.

Artinya, dalam praktik pelaksanaannya, Undang-Undang Dasar 1945 pernah


dijalankan tidak seperti yang tersurat didalamnya. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan perubahan UUD secara konstitusionalisme dalam aspek
prosedur formal telah menciderai Negara Indonesia sebagai Negara Hukum.
Kenyataanya, hukum tersebut sengaja dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan
ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasan belaka dengan tujuan untuk
mempertahankan kekuasaan yang dibangun secara otoriter.

B. Cara Perubahan UUD 1945 menurut Pasal 37 sebelum perubahan.

UUD 1945 mengatur perubahan konstitusinya dalam dua ketentuan. Pertama,


ketentuan mengatur kewenangan MPR menetapkan UUD; dan kedua, ketentuan
yang mengatur cara perubahan UUD, yang terdiri dari persyaratan kuorum dan
pengesahan perubahan. Menurut pasal 37 ini, sahnya perubahan UUD adalah
apabila disetujui oleh 2/3 dari jumlah anggota majelis yang hadir, yaitu 2/3 dari
jumlah seluruh kali berturut-berturut, dari tahun 1999 sampai dengan 2002. Adapun
pelaksanaan cara perubahan UUD diatur dalam Ketetapan MPR No.II/MPR/1999
tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI.

1) Perubahan Pertama

Secara prosedural, perubahan terdiri dari beberapa tahap yaitu:

a) Adanya pengambilan keputusan majelis melalui empat tingkat


pembahasan, yaitu tingkat I sampai tingkat IV;
b) Pembentukan Badan Pekerja (BP) MPR;
c) Pemandangan Umum Fraksi atas Perubahan Pertama;
d) Pembahasan di Panitia Ad Hoc III terkait 7 prioritas perubahan
pertama;
e) Pembahasan pada tingkat Komisi C.
Berdasarkan prosedural tersebut, dikarenakan sempitnya waktu yaitu dalam
tempo 1 (satu) minggu, maka Panitia Ad Hoc III hanya sempat melakukan Rapat
Dengar Pendapat Umum dengan beberapa ahli Hukum Tata Negara saja, dan tidak
sempat melakukan “Tingkat-Tingkat Pembicaraan” sesuai prosedur diatur dalam
Pasal 92 Ketetapan MPR No.II/MPR/1999. Meskipun dalam waktu yang sangat
terbatas, PAH III berhasil menyusun Rencana Perubahan Pertama dan
Menghasilkan 15 dictum perubahan.

2) Perubahan Kedua dan Perubahan Ketiga

Dalam Rapat Paripurna ke-4 BP MPR tanggal 25 November 1999, telah


disepakati perlunya dibentuk tiga Panitia Ad Hoc (PAH) yang terdiri dari PAH I,
PAH II, dan PAH Khusus. PAH I bertugas untuk melanjutkan Perubahan UUD
1945 dan materi Usulan Rancangan-rancangan Ketetapan MPR yang berkaitan
dengan perubahan UUD 1945.

Oleh karena waktu Kerja bagi PAH I BP MPR lebih cukup lama
dibandingkan PAH III, maka PAH I dapat melaksanakan tugas sesuai prosedur
yang ditentukan dalam Pasal 92 Peraturan Tata Tertib MPR-RI. Tingkat-tingkat
pembicaraan dalam ketentuan Pasal 92 Peraturan Tata Tertib MPR tersebut adalah:

a) Pembicaraan Tingkat I

PAH I memulai melaksanakan tugas kegiatan dengan menerima


aspirasi rakyat, terdiri dari: Rapat dengan Pendapat Umum; Kunjungan
Kerja ke daerah; Seminar; Studi banding ke luar negri; dan
Pembentukan Tim Ahli PAH I BP MPR. Setelah itu, dilakukan
Pembahasan Rancangan Materi Perubahan UUD 1945 dan perumusan
oleh Tim Perumus PAH I. Hasil kerjanya dibahas dalam Sidang Pleno,
kemudian disosialisasikan. Masukan dari hasil sosialisasi dijadikan
bahan review. Setelah dirangkum, disahkan oleh PAH I dan dijadikan
bahan pokok “Pembicaraan Tingkat II”.
b) Pembicaraan Tingkat II

Dilakukannya pembahasan materi rancangan perubahan UUD 1945


yang dilakukan oleh Rapat Paripurna MPR pada Sidang MPR yang
didahului dengan Penjelasan Pimpinan MPR dan dilanjutkan dengan
Pandangan umum fraksi-fraksi MPR.

c) Pembicaraan Tingkat III

Pembahasan oleh Komisi Majelis (Komisi A) terhadap semua hasil


pembicaraan Tingkat I dan II. Mekanisme pembahasan di Komisi A
adalah: Forum Rapat Pleno Komisi A, MPR-RI; Forum Lobi Pimpinan
Komisi A dan Wakil Fraksi-fraksi; Forum Rapat Tim Perumus; dan
Forum Legal Drafter.

d) Pembicaraan Tingkat IV

Hasil kerja Komisi A MPR-RI dilaporkan Pimpinan Komisi A.


Setelah adanya hasil pembicaraan tingkat III, disepakatilah bahwa
keputusan diambil secara aklamasi. Hasil pembicaraan tingkat IV
kemudian dibawa ke Sidang Pleno MPR-RI untuk disahkan sesuai
dengan Ketentuan Pasal 37 UUD 1945 sebelum Perubahan (Teruntuk
Perubahan kedua dan perubahan ketiga).

C. Cara Perubahan UUD 1945 Menurut Pasal 37 Setelah Perubahan

Sebagaimana disebutkan diatas, pada intinya adalah sama dengan perubahan


kedua dan ketiga, perbedaan terletak pada kuorumnya yang diatur dalam Pasal 37
Setelah Perubahan, yang mengatur:

1) Pertama, adanya hak usul insiatif apabila diajukan (disetujui) sekurang-


kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR yang sebelumnya tidak diatur
dalam Pasal 37 sebelum perubahan;
2) Kedua, usul perubahan tersebut diajukan secara tertulis disertai dengan
alasan yang kongkrit;
3) Ketiga, untuk mengubah pasal-pasal dalam UUD tersebut harus dihadiri
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR, dan;
4) Keempat, putusan untuk melakukan perubahan tersebut harus mendapatkan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu dari
seluruh anggota MPR bukan berdasarkan dari jumlah anggota yang hadir
seperti yang tertuang dalam prosedur Pasal 37 sebelum perubahan.

Secara keseluruhan, terkait mengenai sistem dan prosedur perubahan atau


amandemen UUD 1945, ada empat macam cara perubahan:

a) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif,


tetapi menurut pembatasan-pembatasan tertentu.
b) Perubahan konstitusi oleh rakyat melalui referendum.
c) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian.
d) Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan
oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan
perubahan.

Prosedur perubahan atau amandemen UUD 1945 secara eksplisit diatur dalam Pasal
37 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu:

1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan


dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkabn dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.
3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.

2.4 Inti dan Kekurangan Dalam Hasil Amandemen 1 Hingga 4

Pada hal ini kita akan memahami apa itu yang dimaksud dengan
amandemen dan hal apa sajakah yang diubah dalam amandemen kali ini. Mengingat
Indonesia pernah melakukan 4 kali melakukan amandemen yang pada setiap
amandemennya ada faktor-faktor tersendiri yang memicu dilakukannya
amandemen. Sebagai contohnya pada masa pemerintahan presiden Soeharto terjadi
banyak penyimpangan yang terjadi. Mulai dari bobroknya pemerintahan akibat
Korupsi Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan para pejabat pemerintahan, faktor
selanjutnya adalah pemerintah yang sangat otoriter terhadap rakyatnya sehingga
rakyat tidak dapat menyampaikan aspirasinya yang mengakibatkan kebebasan pers
menjadi terbatas.

Media pemberitaan pun tidak daapt menyampaikan hal-hal buruk mengenai


pemerintahan akan tetapi hanya boleh menyampaikan hal-hal yang dianggap
pemerintahan baik dan tidak menyinggung pemerintahan. Lamanya kekuasaan
presiden yang menjabat pada saat itu menyebabkan banyak terjadi tindak
kecurangan dari pemilihan para wakil rakyat. Pada saat itu semua pejabat wakil
rakyat dipilih langsung oleh presiden karena di dalam undang-undang dasar 1945
terdapat banyak pernyataan yang sangat ambigu sehingga mengandung dua atau
lebih arti yang membuat presiden berlaku secara penuh terhadap pemerintahan.
Presiden pada masanya sangat berkuasa penuh dalam segala sisi politik, ekonomi,
sosial maupun sisi lainnya.

Amandemen adalah proses perubahan terhadap ketentuan dalam sebuah


peraturan. Berupa penambahan maupun pengurangan/penghilangan ketentuan
tertentu. Amandemen hanya merubah sebagai ( kecil ) dari peraturan.
A. Perubahan Pertama. Perubahan pertama terhadap UUD 1945 ditetapkan pada
tanggal 19 Oktober 1999 dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah yang berhasil
mematahkan semangat yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD 1945
sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh disentuh oleh ide perubahan. Perubahan
Pertama terhadap UUD 1945 meliputi 9 pasal, 16 ayat.
Pasal yang diubah: Pasal 5 Ayat 1, Pasal 7, Pasal 9 Ayat 1 Dan 2, Pasal 13
Ayat 2 Dan 3, Pasal 14 Ayat 1, Pasal 14 Ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 Ayat 2 Dan
3, Pasal 20 Ayat 1 – 4, Pasal 21.
Isi Perubahan : Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada
DPR, Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden harus dilakukan
pergeseran kekuasaan yang dipandang terlalu kuat (executive heavy), Sumpah
Presiden dan Wakil Presiden, Pengangkatan dan Penempatan Duta, Pemberian
Grasi dan Rehabilitasi, Pemberian amnesti dan abolisi, Pemberian gelar, tanda jasa
dan kehormatan lain, Pengangkatan Menteri, DPR, Hak DPR untuk mengajukan
RUU.

B. Perubahan Kedua. Perubahan kedua ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000,


meliputi 27 pasal yang tersebar dalam 7 Bab.
Bab yang Diubah :Bab VI, Bab VII, Bab IXA, Bab X, Bab XA, Bab
XII, Bab XV.
Isi Perubahan : Pemerintahan Daerah, Dewan Perwakilan
Daerah, Wilayah Negara, Warga Negara dan Penduduk, Hak Asasi
Manusia, Pertahanan dan Keamanan, Bendera, Bahasa, Lambang Negara
serta Lagu Kebangsaan.

C. Perubahan Ketiga. Perubahan ketiga ditetapkan pada tanggal 9 November


2001, meliputi 23 pasal yang tersebar 7 Bab.
Bab yang Diubah :Bab I, Bab II, Bab III, Bab V, Bab VIIA, Bab
VIIB, Bab VIIIA.
Isi Perubahan : Bentuk dan Kedaulatan, MPR, Kekuasaan Pemerintahan
Negara, Kementerian Negara, DPR, Pemilihan Umum, BPK.
D. Perubahan Keempat, ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19
pasal yang terdiri atas 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam
naskah perubahan keempat ini ditetapkan bahwa: Hasil perubahan UUD 1945 yang
berupa pengubahan atau penambahan pasal-pasal ini yaitu: Pasal 2 Ayat 1,Pasal 6a
Ayat 4,Pasal 8 Ayat 3,Pasal 11 Ayat 1,Pasal 16,Pasal 23b,Pasal 23d,Pasal 24 Ayat
3:Bab XIII,Pasal 31 Ayat1-5,Pasal 32 Ayat 1-2 : Bab XIV,Pasal 33 Ayat 4-5,Pasal
34 Ayat1-4,Pasal 37 Ayat 1-5,Aturan Peralihan Pasal I,II dan III,Aturan Tambahan
Pasal I Dan II UUD 1945.
Isi Perubahan : DPD sebagai bagian MPR, Penggantian Presiden,
pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral, pendidikan
dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, perubahan UUD.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Langkah pemerintah Indonesia untuk mengamandemen Undang Undang


Dasar 1945 tentu sudah dipikirkan secara matang. Hal ini dikarenakan UUD 1945
itu sendiri masih memiliki banyak kekurangan yang mana pembentukannya dulu
juga dilaksanakan pada keadaan yang genting. Hingga akhirnya pada saat era
reformasi, masyarakat menuntut untuk mengadakan perubahan terhadap UUD 1945
yang sebelumnya sudah silih berganti menjadi konstitusi di Indonesia.
Pemerintahan yang otoriter pada masa itu juga menjadi salah satu faktor yang
mendorong perubahan UUD 1945.

Kebijakan ini bertujuan untuk menyempurnakan aturan dasar


penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern melalui pembagian
kekuasan secara tegas, menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara
agar dapat lebih mantap dalam mencapai tujuan nasional dan lebih berpihak kepada
kepentingan rakyat, sehingga kekurangan yang terdapat pada UUD 1945 yang dulu
tidak dimanfaatkan oleh para penguasa untuk memenuhi kepentingan pribadi
mereka sendiri.

Proses amandemen UUD 1945 bukanlah merupakan suatu hal yang mudah
untuk dilakukan. Butuh proses yang rumit dan waktu yang cukup lama agar hasil
amandemen UUD 1945 ini dapat berjalan dengan baik dan maksimal dalam
memenuhi kebutuhan rakyat dan sebagai panutan dalam bertata negara.
3.2 Saran

Seiring dengan berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, zaman semakin


canggih begitu pula pemikiran manusia yang semakin di luar kendali. Kita sebagai
masyarakat harus patuh dan taat terhadap semua peraturan yang telah dibuat oleh
pemerintah karena sejatinya peraturan yang telah dibuat bertuuan untuk
mensejahterakan masyarakat dan untuk mencapai tujuan bangsa itu sendiri.
Kebijakan untuk mengamandemen UUD 1945 merupakan salah satu contoh
perjuangan rakyat Indonesia dalam menghadapi ketidakadilan yang terjadi di masa
itu. Selain patuh dan taat kepada aturan yang berlaku, kita sebagai masyarakat juga
harus turut serta dalam mengawasi pelaksanaan aturan itu sendiri. Kita tidak boleh
diam apabila aturan yang telah ada tidak berjalan dengan semestinya. Sebagai
rakyat kita dapat mengaspirasikan pendapat kita kepada pemerintah, terutama para
mahasiswa yang merupakan generasi penerus bangsa dan akan menjadi pemimpin
negeri ini pada masa yang akan datang. Pada masa reformasi, mahasiswa memiliki
peran penting dalam menjatuhkan rezim orde baru. Hal itu semata-mata adalah
upaya untuk menuntut keadilan yang mulai pudar pada masa itu. Semangat
perubahan ke arah yang positif ini harus di pertahankan oleh mahasiswa sekarang
agar kita dapat membawa bangsa ini meraih tahun keemasan pada 2045.
DAFTAR PUSTAKA

2017. Pengertian dan Fungsi UUD 1945 Lengkap, (online)


(https://www.sepengetahuan.co.id/2017/03/pengertian-dan-fungsi-amandemen-
uud-1945-lengkap.html). Diakses pada 27 Oktober 2018

2010. Tujuan Amandemen 1945, (online)


(https://rippleworld.wordpress.com/2010/03/18/tujuan-amandemen-uud-1945/).
Diakses pada 27 Oktober 2018

2013. Latar Belakang Perubahan UUD 1945, (online) (http://ilmuhukumuin-


suka.blogspot.com/2013/05/latar-belakang-perubahan-uud-1945.html). Diakses
pada 27 Oktober 2018

Reschentia, Beby. 2016. Prosedur Perubahan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 Sebelum dan Sesudah Perubahan, (online)
(https://media.neliti.com/media/publications/120026-ID-prosedur-perubahan-
undang-undang-dasar-n.pdf). Diakses pada 27 Oktober 2018

Sandy, Roby Ihkwan. Prosedur Amandemen UUD 1945 Serta Kelebihan dan
Kelemahan UUD 1945 Pasca 4 Kali Amandemen, (online)
(https://www.academia.edu/35147127/PROSEDUR_AMANDEMEN_UUD_1945
_SERTA_KELEBIHAN_DAN_KELEMAHAN_UUD_1945_PASCA_4_KALI_
AMANDEMEN). Diakses pada 27 Oktober 2018

Scholachuddin, Hanif. 2016. Inti Amandemen UUD 1945 dari Amandemen


Pertama hingga Keempat, (online)
(http://hanifhanifku.blogspot.com/2016/09/inti-amandemen-uud-1945-dari-
amandemen.html). Diakses pada 27 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai