Anda di halaman 1dari 17

DINAMIKA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

DASAR 1945

Dosen Pembimbing : Dr. Adi Prhastanto M.Pd

Disusun oleh:
1. AISHA WULAN SAFITRI (1421129)
2. DEVINURAISYAH (1421052)
3. DIANA PUSPITASARI (1421065)
4. GISI NUR ARTAMI (1421099)
5. NANDA PRATAMA (1421059)
6. NAUFAL AZRIL AFIFBYAN (1421090)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ASSHOLEH


S1 MANEJEMEN KELAS B

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah
yang berjudul “Dinamika Pelaksanaan Undang-Undang 1945” dengan tepat waktu
dan tanggung jawab mengingat ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Pancasila.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Dr. Adi Prhastanto M.Pd selaku dosen PPKn yang telah memberikan tugas
ini, sehingga penulis dapat tambahan ilmu tentang Dinamika Pelaksanaan
Undang-Undang 1945.
Sebagai penulis makalah ini, menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang ada relevansinya
dengan penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan dari pembaca. Kritik
dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan dan pertimbangkan guna
perbaikan di masa datang.

Pemalang, 15 Oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 2
A. Dinamika pelaksanaan UUD 1945.............................................. 2
B. Masa Awal Kemerdekaan........................................................... 4
C. Masa Orde Lama......................................................................... 5
D. Masa Orde Baru.......................................................................... 6
E. Masa Reformasi dan Globalisasi................................................. 7
F. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat............................................... 8
G. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem
Filsafat........................................................................................ 10

BAB III PENUTUP.............................................................................. 13


A. Simpulan..................................................................................... 13
B. Saran.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia
mengalami perkembangan yang pesat, hal ini secara tidak langsung juga
mempengaruhi hukum-hukum di beberapa Negara termasuk Indonesia.
Indonesia mengalami perubahan hukum yang mendasar, ditandai dengan
adanya amandemen pada UUD 1945. Pada awal terbentuknya, UUD 1945
memiliki 37 pasal, hingga sekarang setalah mengalami beberapa
amandemen UUD 1945 telah memiliki pasal seumlah 39 pasal.
Amandemen tersebut telah dilakukan sebanyak empat kali. Amandemen
pertama dimulai pada tanggal 19 oktober 1999 sebanyak dua pasal,
amandemen kedua pada tanggal 18 agustus 2000 sebanyak 10 pasal,
amandemen ke tiga pada tanggal 10 november 2001 sejumlah pasal, dan
amandemen keempat pada tanggal 10 agustus 2002 sejumlah 10 pasal
ditambah 3 pasal aturan peralihan dan aturan tambahan 2 pasal. pasal-
pasal yang di amandemen diharapkan dapat memberikan perubahan
bangsa kea rah yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Dinamika Pelaksanaan UUD 1945?
2. Bagaimana Dinamika Masa Awal Kemerdekaan?
3. Bagaimana Dinamika Masa Orde Lama?
4. Bagaimana Dinamika Masa Orde Baru?
5. Bagaimana Dinamika Masa Reformasi dan Globalisasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu dinamika pelaksanaan UUD 1945.
2. Untuk mengetahui dinamika masa awal kemerdekaan.
3. Untuk mengetahui Dinamika Masa Orde Lama?
4. Untuk mengetahui Dinamika Masa Orde Baru?
5. Untuk mengetahui Dinamika Masa Reformasi dan Globalisasi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dinamika Pelaksanaan UUD 1945


Dinamika dapat diartikan keseluruhan perubahan dari seluruh
komponen masyarakat dari waktu ke waktu berupa perubahan-
perubahannilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku di masyarakat,
pola-pola perilaku individu dan organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan,lapisan-lapisan maupun kelas-kelas dalam masyarakat,
kekuasaan, dan wewenang. Dengan kata lain dinamika merupakan
perubahan sosial meliputi perubahan organisasi sosial, status, lembaga,
dan struktur sosial masyarakat.
UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi
dalam Negara dan merupakan hukum dasar Negara tertulis, yang mengikat
berisi aturan yang harus ditaati.Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan
system ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk
Negara dan mengatur pemerintahannya.UUD merupakan dasar tertulis
(convensi).

Oleh karena itu UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu
naskah yang memaparkan karangan dan tugas-tugas pokok cara kerja
badan tersebut 2. UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan
itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu Negara. UUD disebutkan
bersifat singkat dan super karena hanya memuat 37 pasal adapun pasal-
pasal yang lain, hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal
ini bermakna :
a. UUD 1945 hanya memuat aturan pokok, memuat GBHN intruksi
kepala pemerintahan pusat dan lain-lain untuk menyelenggarakan
Negara.

2
b. Sifatnya yang super atau elastis maksudnya senantiasa harus ingat
bahwa masyarakat harus berkembang seiring dengan perubahan
zaman. Memang sifat aturan yang tertulis semakin supel sifat
aturannya semakin baik agar tidak ketinggalan zaman.
Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD
1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II NO.7.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea, pada bagian
alinea IV memuat pernyataan mengenai keadaan setelah Negara
Indonesia terbentuk dan memiliki hubungan yang bersifat kausal dan
organis dengan pasal-pasal UUD 1945.
Hubungan tersebut menyangkut beberapa hal, antara lain :
1. Undang – undang Dasar ditentukan akan ada.
2. Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan
pemerintahan Negara.
3. Negara Indonesia adalah bentuk Republik yang berkedaulatan
Rakyat.
4. Ditetapkannya Pancasila sebagai dasar falsafat Negara Indonesia.
Hal-hal tersebut “bersifat fundamental dan asasi bagi Negara
Indonesia, sehingga Pembukaan UUD 1945 berkedudukan tetap dan
tidak dapat diubah”.
Hal ini sesuai dengan ketetapan MPR / MPRS, yang menyatakan :
“Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang
terperinci yang mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan yang memuat Pancasila sebagai
dasar Negara, merupakan satu rangkaian dengan proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan oleh karena itu tidak dapat diubah
oleh siapapun juga termasuk MPR hasil Pemilu, karena merubah
pembukaan UUD 1945 berarti sama halnya dengan pembubaran
Negara RI”.

3
B. Pada Masa Awal Kemerdekaan
UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak
pelaksanaannya pada kurun waktu 1945-1949, dan jelas tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, karena kita memang sedang dalam masa
pancaroba, dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan
yang baru saja diproklamirkan.
Pada masa ini juga terdapat berbagai penyimpangankonstitusional
yang dapat dicatat, yaitu pertama, berubahnya fungsi Komite Nasional
Pusat dari pembantu Presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan
legislative dan ikut menentukan GBHN berdasarkan maklumat Wakil
Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945. Kedua, berdasarkan perubahan
system cabinet presidensial menjadi cabinet parlementer.
Pada 3 November 1945 atas usul BP-KNIP, pemerintah
mengeluarkan suatu Maklumat untuk pembentukan partai-partai politik
agar segala aliran paham yang ada di masyarakat ke jalan yang teratur.
a. Sistem Presidensial
Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut
system dari Negara manapun, tetapi adalah system khas bangsa
Indonesia.Di dalam system ini, kepala pemerintahannya adalah
presiden, sehingga menurut konstitusi ketatanegaraan ini, pemerintah
padaa hakikatnya adalah presiden.System ini berlangsung untuk
pertma kalinya pada 18 Agustus-14 November 1945.
b. Penyimpangan UUD 1945
Pada tanggal 11 November 1945, Badan Pekerja KNIP
mengusulkan kepada presiden agar system pertanggungjawaban
menteri kepada parlemen dengan beberapa pertimbangan.Dan presiden
menerima usulan tersebut, sehingga pada 14 November 1945
dikeluarkannya maklumat Pemerintah, yaitu sitem pemerintahan
presidensial menjadi parlementer. Dan disinilah letak penyimpangan
yang terjadi, karena Maklumat tersebut melanggar Pasal 4 dan 17

4
UUD 1945, yang menunjukkan bahwa UUD 1945 menganut system
pemerintahan presidensial.
 UUD 1945 sebagai UUD Negara Lain
Berdasarkan hasil KMB yang menyatakan bahwa telah
didirikannya Negara Republik ndonesia Serikat (RIS), dan adanya
pengakuan kedaulatan kerajaan Belanda kepada negara RIS.
Untuk Negara RIS akan dibuat rancangan undang-undang yang baru oleh
delegasi RI dan delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg). Dan
undang-undanga dasar tersebut mulai berlaku pada 27 September
1949.Dengan berdirinya Negara RIS ini, berarti negar RI hanya berstatus
sebagai Negara bagian saja.
 UUD 1945 Sudah Tidak Berlaku Lagi
Dalam perkembangan selanjutnya, untuk merealisasikan tuntutan
kembali menjadi Negara kesatuan, satu per satu Negara bagian
menggabungkan diri kepda Negara Republik Indonesia.Dan pada tanggal
19 Mei 1950 telah tercapai kata sepakat antara RIS dan Negara Republik
Indonesia yang dituangkan dalam piagam RI-RIS.
Pada pasal 1 UU No. 7 tahun 1950 dikatakan bahwa konstitusi RIS diubah
menjadi UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara).UUDS 1950 ini
mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.
C. Masa Orde Lama
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955, diadakan
pemilihan umum yang memilih anggota DPR dan anggota
Konstituante.Tugas Konsituante adalah untuk merancang UUD sebagai
pengganti UUDS 1950.
Presiden dalam pidatonya pada tanggal 22 April 1959 di depan
siding konstituante yang menyarankan “marilah kembali kepada UUD
1945”.Dan, penggunaan kembali UUD 1945 ditandai dengan
dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Jadi, sejak saat
itu, Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi.

5
Banyak terjadi penyimpangan yang mengakibatkan memburuknya
keadaan politik dan keamanan serta kemerosotan ekonomi yang mencapai
puncaknya pada pemberontakan G30 S/PKI. Pemberontakan ini dapat
digagalkan melalui kekuatan-kekuatan yang melahirkan pemerintahan
orde baru.
D. Masa Orde Baru
Gerakan G30 S/PKI yang didalangi oleh PKI telah menimbulkan
banyak korban jiwa serta banyak juga terjadi pelanggaran hukum dan
UUD yang berlaku. Dan juga, gerakan tersebut jelas memiliki tujuan untuk
mengganti dasar falsafah Negara yaitu Pancasila dengan dasar falsafah
yang lain.
Keadaan semakin memburuk, keadaan ekonomi dan keamanan makin
tidak terkendalikan. Dengan dipelopori oleh pemuda/mahasiswa, rakyat
menyampaikan tiga tuntutan kepada Pemerintah, yang disebut juga dengan
Tritura, yaitu:
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan cabinet dari unsure-unsur PKI
3. Turunkan harga-harga / perbaiki ekonomi.
Lalu, dikeluarkanlah Surat Perintah 11 Maret (supersemar) oleh
pemerintah yang dianggap juga sebagai kelahiran pemerintah orde baru.
Dan pengemban superemar, yaitu Soeharto telah melaksanakan tugasnya,
yaitu membubarkan PKI dan ormas-ormasnya serta mengadakan koreksi
terhadap berbagai penyimpangan dalam berbagai bidang selama
pemerintahan orde lama.

6
E. Masa Reformasi dan Globalisasi
Setelah berakhirnya Pemerintahan Soeharto, terbukalah
kesempatan para pakar untuk membicarakan perlunya UUD 1945
dilakukan amandemen.Beberapa pakar, mengutamakannya perubahan
UUD 1945.Laica Marzuki berpendapat, dalam menuju Indonesia baru
yang demokratis, UUD 1945 perlu diamandemen.
Dalam kenyataannya, selama 32 tahun pemerintahan orde baru
memberikan kekuasaan yang maha dasyat kepada Presiden.Sehingga,
hasilnya justru lebih parah daripada yang terjadi pada masa orde lama.
Dan, menurut Prof. muchsan pasti ada sesuatu yang salah dalam UUD
1945 yang mengakibatkan kerancuan dalam kehidupan bernegara.
Sehingga, UUD 1945 sebagai hukum dasar Negara harus subjektif dan
tidak menimbulkan celah interpretasi yang salah.
Sebagai usaha untuk mengembalikan kehidupan Negara yang
berkedaulatan rakyat yang berdasarkan UUD 1945, salah satu aspirasi
yang terkandung dalam semangat reformasi adalah melakukan amandemn
terhadap UUD 1945.
Dengan disah kannya perubahan UUD 1945, berarti Indonesia
telah melakukan lompatan besar, karena bangsa Indonesia telah
mempunyai UUD yang lebih sempurna dari yang sebelumnya.Dengan
pengesahan ini juga, berarti MPR telah menuntaskan reformasi konstitusi
sebagai suatu langkah demokrasi dalam upaya menyempurnakan UUD
1945, menjadi konstitusi yang demokratis.

7
F. Pancasila Sebagai Sitem Filsafat

1. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai
berikut : Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem
filsafat dikenal dengan istilah “Philosofische Grondslag”. Gagasan
tersebut merupakan perenungan filosofis Soekarno atas rencananya
berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai
dasar kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide
tersebut ternyata mendapat sambutan yang positif dari berbagai
kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1
Juni 1945. Namun, ide tentang Philosofische Grondslag belum
diuraikan secara rinci, lebih merupakan adagium politik untuk menarik
perhatian anggota sidang, dan bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno
lebih 169 menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa Indonesia. Pada
era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang
ke arah yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah
weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya bertujuan
mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto
mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi penataran P-4. Pada
era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar
resonansinya. Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam
wacana akademik, termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh
Habibie dalam pidato 1 Juni 2011.

8
Habibie menyatakan bahwa: “Pancasila seolah-olah tenggelam
dalam pusaran sejarah masa lalu yang tidak lagi relevan untuk
disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari
memori kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan,
dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan,
kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di
sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa
Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan
berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2).

2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat
muncul dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa


kebebasan individual pemilik modal untuk mengembangkan usahanya
dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya merupakan upaya
untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk tantangan
kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah meletakkan
kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme,
dan lain-lain.
Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai
reaksi atas perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat
liberal. Komunisme merupakan aliran yang meyakini bahwa
kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat
secara merata. Salah satu bentuk tantangan komunisme terhadap
Pancasila sebagai sistem filsafat ialah 170 dominasi negara yang
berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam
kehidupan bernegara.

9
G. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai
Sistem Filsafat

1. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat Hakikat


(esensi)
Pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal sebagai berikut:

Pertama; hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa


Indonesia bahwa Tuhan sebagai prinsip utama dalam kehidupan
semua makhluk. Artinya, setiap makhluk hidup, termasuk warga
negara harus memiliki kesadaran yang otonom (kebebasan,
kemandirian) di satu pihak, dan berkesadaran sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa yang akan dimintai pertanggungjawaban atas
semua tindakan yang dilakukan. Artinya, kebebasan selalu
dihadapkan pada tanggung jawab, dan tanggung jawab tertinggi
adalah kepada Sang Pencipta.

Kedua; hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis,


yang terdiri atas 3 monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga),
sifat kodrat (makhluk individu, sosial), kedudukan kodrat (makhluk
pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan) (Notonagoro).

Ketiga, hakikat sila persatuan terkait dengan semangat


kebangsaan. Rasa kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air,
yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah air
formal, dan tanah air mental. Tanah air real adalah bumi tempat
orang dilahirkan dan dibesarkan, bersuka, dan berduka, yang dialami
secara fisik sehari-hari. Tanah air formal adalah negara bangsa yang
berundang-undang dasar, yang Anda, manusia Indonesia, menjadi
salah seorang warganya, yang membuat undang-undang,
menggariskan hukum dan peraturan, menata, mengatur dan

10
memberikan hak serta kewajiban, mengesahkan atau membatalkan,
memberikan perlindungan, dan menghukum, memberikan paspor
atau surat pengenal lainnya. Tanah air mental bukan bersifat
teritorial karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, melainkan
imajinasi yang dibentuk dan dibina oleh ideologi atau seperangkat
gagasan vital (Daoed Joesoef, 1987: 18-20)

Empat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip


musyawarah. Artinya, keputusan yang diambil lebih didasarkan atas
semangat musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan begitu
saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.

Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu


keadilan distributif, legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah
keadilan bersifat membagi dari negara kepada warga negara.
Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap negara atau
dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan
antara sesama warga negara (Notonagoro dalam Kaelan, 2013: 402).

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila
sebagai sistem filsafat meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pertama, meletakkan Pancasila sebagai sistem filsafat dapat
memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka dalam
mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik
secara materiil maupun spiritual.

Kedua, Pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam


pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
sendiri sehingga mampu dalam menghadapi berbagai ideologi dunia.

11
Ketiga, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar
pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dapat
melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi
perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.

Keempat, Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way


of life sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga
keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan pemikiran.
Bahaya yang ditimbulkan kehidupan modern dewasa ini adalah
ketidakseimbangan antara cara bertindak dan cara berpikir sehingga
menimbulkan kerusakan lingkungan dan mental dari suatu bangsa.

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
UUD 1945 merupakan peraturan perundang-undangan tertinggi
dalam Negara dan menjadi hukum dasar tertulis Negara, yang bersifat
mengikat dan berisi aturan yang harus ditaati oleh setiap warga negara.
Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan
kemerdekaan, Sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat
dilaksanakan.
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 juli 1959 itu maka UUD
1945 berlaku kembali di Negara Republik Indonesia.Dengan dipelopori
oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan
Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a. Bubarkan PKI.
b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas
nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi
Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan
Pemberontakan PKI 1965.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca serta menjadi jalan
untuk kita mempelajari dinamika pelaksanaan UUD 1945 di indonesia
lebih lanjut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Roeslan. 1979. Pengembangan Pancasila Di Indonesia. Jakarta:


Yayasan Idayu.
Admoredjo, Sudjito bin. 2009. “Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila”.
Makalah dalam Kongres Pancasila di UGM Yogyakarta, 30 --31 Mei s.d. 1 Juni
2009.
Aiken, H. D.. 2009. Abad Ideologi, Yogyakarta: Penerbit Relief.
Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta:
Pustaka LP3ES.
Asdi, Endang Daruni. 2003. Manusia Seutuhnya Dalam Moral Pancasila.
Jogjakarta: Pustaka Raja.
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.). 1995,
Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 --22
Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Listiana Patia. “Dinamika Pelaksanaan UUD 1945”.
http://patiahlistiana11.blogspot.com/2014/12/makalah-dinamika-pelaksanaan-uud-
1945.html . Diakses pada 10 November 2020.
Mutiara Ayunda.“Dinamika pelaksanaan UUD 1945”.
https://ayundamutiara.wordpress.com/2013/04/28/dinamika-pelaksanaan-uud-
1945-di-indonesia/ . Diakses pada 10 November 2020.
http://nefieliana.blogspot.com/2013/05/dinamika-pelaksanaan-uud-1945-di.html.

14

Anda mungkin juga menyukai