Disusun Oleh :
Nuryani
NIM : A40120104
Dosen Pengampu :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Hasil Amandemen UUD 1945 dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan
Nasional” ini.
Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Konsep Dasar PKN. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai Hasil Amandemen UUD 1945 dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan Nasional bagi para pembaca dan penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari, bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk dijadikan acuan agar penulis
dapat menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
BAB III
PENUTUP .............................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................................... 16
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jatuhnya pemerintahan orde baru telah memberikan rasa lega bagi
demokrasi di Indonesia. Berbagai perubahan di berbagai sector mulai
dilakukan seperti di sector ekonomi, pilitik, social, budaya, dan juga di bidang
hukum. Pada bidang hukum, berbagai perubahan dilakukan demi
pembangunan hukum. Salah satu upaya yang dilakukan saat itu adalah dengan
mengamandemen UUD 1945, karena UUD 1945 dianggap memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan yang membuat rezim orde baru bisa
menyalahgunakan kekuasaan dan berbuat semena-mena. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan suatu perubahan terhadap UUD 1945 guna menyempurnakan dan
meminimalisasi celah-celah untuk terjadinya penyelewengan.
Amandemen UUD 1945 bertujuan untuk memberi payung hukum bagi
reformasi dan berbagai perubahan yang terjadi dan yang akan terjadi. Untuk
merubah suatu sistem pemerintahan yang korup pada saat itu, diperlukan
suatu payung hukum yang jelas agar perubahan dapat terlaksana dengan baik.
Tata urutan peraturan Perundang-Undangan di Indonesia telah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang tata urutan peraturan
PerundangUndangan. Perundang-Undangan di Indonesia menganut system
hierarki peraturan perundang-undagan. Adanya hierarki peraturan Perundang-
Undangan tersebut berfungsi untuk menciptakan kepastian hukum dan juga
sebagai implementasi dari negara hukum. Dengan adanya hierarki peraturan
Perundang-Undangan, antara satu peraturan Perundang-Undangan diharuskan
tidak lagi bertentangan dengan peraturan yang kedudukan nya lebih tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hasil Amandemen UUD 1945?
2. Bagaimana Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Nasional?
C. Tujuan
1. Mengetahui Hasil Amandemen UUD 1945
2. Mengetahui Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Nasional
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Amandemen
Amandemen (bahasa Inggris: amendment) artinya perubahan.
Mengamandemen artinya mengubah atau juga mengadakan perubahan.
Istilah amandemen sebenarnya merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk
mengubah atau mengusulkan perubahan rancangan undang-undang.
Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD yang artinya
perubahan UUD. Istilah perubahan konstitusi itu sendiri mencakup dua
pengertian (Taufiqurohman Syahuri, 2004), yaitu:
a. Amandemen kontitusi (constitutional amendment)
b. Pembaruan konstitusi (constitutional reform)
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan
addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Jadi, konstitusi yang asli
tetap berlaku. Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi
bagian dari konstitusinya. Jadi, antara bagian perubahan dengan konstitusi
aslinya masih terkait. Nilai-nilai lama dalam konstitusi asli yang belum
berubah masih tetap eksis. Sistem perubahan ini dianut oleh Amerika
Serikat dengan istilah populernya amandemen. Dalam hal pembaruan
konstitusi, perubahan yang dilakukan adalah ‘baru” secara keseluruhan.
Jadi, yang berlaku adalah konstitusi yang barn, yang tidak lagi ada
kaitannya dengan konstitusi lama atau asli. Sistem ini dianut oleh negara
seperti Belanda, Jerman, dan Prancis.
2. Boleh atau Tidaknya UUD 1945 diAmandemen
Sebagai kontrak sosial sebuah UUD harus jelas mekanisme
perubahannya, dan diberikan waktu yang cukup untuk merubah dan
merevisi UUD. Harus difikirkan untuk membentuk sebuah badan yang
seperti Komisi Konstitusi dan mempunyai waktu dan wewenang yang
cukup untuk merubah UUD secara menyeluruh ataupun mensinkronisasi
UUD sehingga baik secara proses maupun substansi. Jika pembentukan
Komisi Konstitusi kembali diserahkan kepada BP MPR atau minimal
melalui kewenangan Badan Pekerja MPR ditakutkan kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada amandemen atu hingga empat akan kembali
menyesatkan.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen Pertama
Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, adalah perubahan pertama pada Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil
Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1999 tanggal
14-21 Oktober 1999. Perubahan Pertama menyempurnakan pasal-pasal
berikut:
Pasal 5 ayat (1), 7, 9 ayat (1) dan (2), 13 ayat (2) dan (3),14 ayat (1)
dan (2), 15, 17 ayat (2) dan (3), 20 ayat (1), (2), (3) dan (4), 21 ayat
(1).
Peristiwa yang terjadi sebelum amandemen pertama ialah
peristiwa reformasi. Pada reformasi 1998, isu yang sangat santer di
bincangkan adalah adanya rezim Soeharto yang berkuasa terlalu lama.
Salah satu yang akibat yang dituntut dari reformasi 1998 adalah
amandemen UUD 1945. Oleh karena itu, amandemen pertama yang
dilakukan adalah untuk mempertegas manakah yang menjadi
wewenang presiden dan yang tidak bisa dilakukan oleh seorang
penguasa (dalam hal ini presiden). Dalam amandemen yang pertama
ini, sebagian pasal yang dirubah adalah pasal-pasal yang selama ini
multi tafsir, terutama yang mengatur tentang wewenang seorang
presiden. Selain itu, sistem MPR yang berlaku sebagai pelaksana
tertinggi kedaulatan rakyat sudah dapat dipegang oleh Soeharto.
Seharusnya yang terjadi adalah, soeharto sebagai presiden melaporkan
hasil kerjanya kepada MPR karena MPR lebih berwenang daripada
presiden.
Dari amandemen pertama UUD 1945, dapat disimpulkan
bahwa reformasi yang terjadi `pada 1998 adalah pemicu dari
diamandemennya UUD 1945. Amandemen juga terjadi karena sebab-
sebab tertentu yang menyebabkan perubahan tersebut perlu dilakukan.
Sebagai contoh saat Reformasi 1998, keadaan di Indonesia sudah
kacau balau dari sisi ekonomi (krisis moneter) dan dari sisi lainnya
yang terlihat dari penjarahan, pembakaran dll. Amandemen yang
dilakukan tentu saja tidak mengubah namun memperbaiki agar lebih
baik dan tidak multi tafsir. Selain itu, untuk melakukan amandemen
diperlukan suatu alasan yang sangat kuat untuk melakukannya dan
terdapat alur yang jelas agar amandemen dapat terjadi.
b. Amandemen Kedua
Perubahan Kedua UUD 1945, adalah perubahan kedua pada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun
2000 tanggal 7- 18 Agustus 2000. Perubahan Kedua menyempurnakan
dan menambahkan pasal-pasal berikut:
Pasal 18 ayat (1) s/d (7), 18A ayar (1) dan (2), 18B ayat (1) dan (2), 19
ayat (1) s/d (3), 20 ayat (5), 20A ayat (1) s/d (4), 22A, SSB, 25A, 26
ayat (2) dan (3), 27 ayat (3), 28A, 28B ayat (1) dan (2), 28D ayat (1)
s/d (4), 28E ayat (1) s/d (3), 28F, 28G ayat (1) dan (2), 28H ayat (1)
s/d (4), 28I ayat (1) s/d (5), 28J ayat (1) dan (2), 30 ayat (1) s/d (5),
36A, 36B, 36C.
Alasan diamandemennya Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya untuk mengamanatkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah untuk
mengatur pelaksanaan otonomi daerah dengan menerbitkan peraturan
perundang-undangan, sehingga pemerintahan daerah bisa dan mampu
mengatur rumah tangganya sendiri dan dapat mengatur dan
melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan yang diberikan
kepada pemerintahan daerah. Dengan pemberian otonomi daerah,
pemerintahan daerah mendapat kekuasaan dan wewenang yang penuh
membentuk peraturan daerah bersama Dewan Perwakilan Daerah
dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah yang sesuai dengan
asas otonomi dan tugas pembantuan, yang dapat memberi dampak
yang besar terjadi perubahan pola hubungan pusat dan daerah yang
selama ini berlaku sistem sentralisasi berubah menjadi desentralisasi
dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah. Selanjutnya dikeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu, tujuan perubahan juga
untuk menyempurnakan dan memperjelas hal-hal tentang HAM,
Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan.
c. Amandemen Ketiga
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah perubahan ketiga pada Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai hasil Sidang
Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2001 tanggal 1–9
November 2001. Perubahan Ketiga menyempurnakan dan
menambahkan pasal-pasal berikut:
Pasal 1 ayat (2) dan (3), 3 ayat (1) s/d (3), 6 ayat (1) s/d (3), 6A ayat
(1), (2), (3) dan (5), 7A, 7B ayat (1) s/d (7), 7C, 8 ayat (1) s/d (3), 11
ayat (2) dan (3), 17 ayat (4), 22C ayat (1) s/d (4), 22D ayat (1) s/d (4),
22E ayat (1) s/d (3), 23F ayat (1) dan (2), 23G ayat (1) dan (2), 24 ayat
(1) dan (2), 24A ayat (1) s/d (5), 24B ayat (1) s/d (4), 24C ayat (1) s/d
(6).
Pasal 1 ayat 2 “kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilakukan menurut Undang Undang Dasar”. Penjelasannya bahwa
rakyat memiliki kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan di
distribusikan berdasarkan UUD. Pasal ini diubah karena Indonesia
adalah negara yang konstitusional jadi di Indonesia menjunjung tinggi
konstitusi dan demokrasi Demokrasi ada 2 macam, demokrasi
langsung dan tidak langsung Demokrasi langsung: rakyat diikut serta
kan dalam pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan
pemerintah. Demokrasi tidak langsung: pengambilan keputusan
dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui
pemilu. Dengan kata lain, aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-
wakil rakyat yang duduik di lembaga perwakilan rakyat.
Tujuan amandemen ketiga yang lainnya yaitu untuk
memperkuat sistem presidensial di Indonesia dengan mengadakan
pemilihan umum untuk memilih Presiden/wakil Presiden secara
langsung oleh rakyat. Pilpres memperkuat legitimasi presiden karena
ia dipilih langsung oleh rakyat seperti DPR. Disamping itu, UUD 1945
hasil amandemen mempersulit pemecatan (impeachment) presiden
oleh MPR. Bila DPR melihat bahwa presiden telah menyimpang dari
GBHN atau telah melakukan kebijakan yang berbeda dari pandangan
DPR, DPR dapat mengundang MPR untuk melakukan sidang istimewa
yang khusus diadakan untuk memecacat Presiden. Dalam hasil
amandemen presiden tidak dapat di pecat karena masalah politik.
d. Amandemen Keempat
Perubahan Keempat UUD 1945, adalah perubahan keempat pada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sebagai hasil Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun
2002 tanggal 1-11 Agustus 2002. Perubahan Keempat
menyempurnakan dan menambahkan pasal-pasal berikut:
pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat (3), 11 ayat (1), 16 23B,
23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4)
dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I
s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II.
Tujuan dilakukan amandemen keempat salah satunya yaitu
untuk mengoptimalkan kepengurusan MPR dengan menjadikan MPR
terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan
Umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Selain itu,
amandemen keempat juga menghapus Dewan Pertimbangan Agung
(DPA) dan kemudian Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan
yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden,
yang selanjutnya diatur dalam Undang-undang. Alasan DPA dihapus
karena nasehat kepada presiden tidak perlu di berikan oleh lembaga
negara yang kedudukannya setara dengan presiden tetapi dapat
diberikan oleh institusi yang keanggotaannya ditentukan sendiri oleh
presiden. Selain itu, amandemen keempat juga menyempurnakan
berbagai urusan ekonomi, keamanan, dan kesejahteraan sosial.
B. Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Nasional
b. Ketetapan MPR
Ketetapan MPR adalah ketetapan yang dikeluarkan MPR
sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR
sesuai UUD 1945.
Adapun yang dimaksud Ketetapan MPR yang menjadi sumber
hukum menurut penjelasan UU No 12 tahun 2011 adalah adalah
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Pasal 4 Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dan Republik Indonesia Nomor: 1/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002,
tanggal 7 Agustus 2003.
c. Undang-Undang
Undang-undang merupakan peraturan perundang-undangan
untuk melaksanakan UUD 1945. Yang berwenang membuat UU
adalah DPR bersama Presiden. Adapun kriteria agar suatu masalah
diatur dengan UU antara lain :
a) UU dibentuk atas perintah ketentuan UUD 1945
b) UU dibentuk atas perintah Ketetapan MPR
c) UU dibentuk atas perintah ketentuan UU terdahulu
d) UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah dan
menambah UU yang sudah ada
e) UU dibentuk karena berkaitan dengan hak sasai manusia
f) UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban atau
kepentingan orang banyak.
Adapun materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi:
a) pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
c) pengesahan perjanjian internasional tertentu
d) tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e) pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
f. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden merupakan peraturan perundang-undangan
yang dibentuk Presiden berdasarkan pasal 4 UUD 1945. Dilihat dari
sifatnya Presiden dapat membuat dua macam keputusan yaitu yang
bersifat pengaturan dan yang bersifat penetapan. Yang termasuk jenis
peraturan perundang-undangan adalah keputusan presiden yang bersfat
pengaturan atau yang dikenal dengan Peraturan Presiden .
Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang
diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan
Peraturan Pemerintah, materi untuk melaksanakan penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amandemen (bahasa Inggris: amendment) artinya perubahan.
Mengamandemen artinya mengubah atau juga mengadakan perubahan. Pada
kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yaitu sebagai berikut: amandemen pertama pada 19 Oktober
1999 – 18 Agustus 2000, amandemen kedua pada 18 Agustus 2000 – 9
November 200, amandemen ketiga pada 9 November 2001 – 10 Agustus 2002
dan amandemen keempat pada 10 Agustus 2002 – sampai sekarang.
Amandemen UUD 1945 bertujuan untuk memberi payung hukum bagi
reformasi dan berbagai perubahan yang terjadi dan yang akan terjadi. Untuk
merubah suatu sistem pemerintahan yang korup pada saat itu, diperlukan
suatu payung hukum yang jelas agar perubahan dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut: UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Ketetapan MPR; Undang-Undang /
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu); Peraturan
Pemerintah (PP); Peraturan Presiden; Peraturan Daerah Provinsi; Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih berhati-hati dalam
menjelaskan tentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
dapat lebih dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA