Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PPKN

PERUNDANG UNDANGAN MENURUT UNDANG UNDANG DASAR NEGARA


REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Kelompok 4:
2.Aditya Arya Saputra
9. Gusti Ayu Putu Indita Esadewi
11.I Gusti Ayu Komang Rahminata
12.Gusti Bagus Andika Lesmana
27.Ni komang Nanda Febriyana Saridevi
32.Ni Putu Ayu Intan Prameswari

1| P a g e
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Sang Hyang Widhhi Wasa,karena berkat
limpahan Rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar,seta tepat pada waktunya.Dalam makalah ini kami akan membahas materi tentang
“PERUNDANG UNDANGAN MENURUT UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945”

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan seperti google
untuk membantu kami mencari materi materi dan menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dari makalah ini.Oleh karena itu
kami meminta saran dan kritiknya untuk dapat membantu kami menyempurnakan makalah
kami selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

2| P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG…………………………………………………………………4
B.RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………4
C.TUJUAN…………………………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN
A.MEMBUAT KESEPAKATAN BERSAMA DALAM PEMBENTUK PERUNDANG-
UNDANGAN MENURUT UUD NKRI 1945…………………………………………5-7
B.PRODUK DAN HIERARKI PERUNDANG UNDANGAN…………………………8-9
C.HUBUNGAN TENTANG PERUNDANG UNDANGAN……………………………10
D.MENGANALISIS PRODUK PERUNDANG UNDANGAN…………………………11
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN………………………………………………………………………11
B.DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………11

3| P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Undang-undang dasar 1945 memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan
ketatanegaraan di Indonesia. Peranannya dapat dilihat dari kandungan yang terdapat di
dalamnya. UUD 1945 mengandung cita- cita dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan diikat oleh pasal dan ayat yang dijelaskan didalam
batang tubuh UUD 1945.
Dalam perkembangannya, batang tubuh UUD 1945 telah diamandemen sebanyak empat kali.
Amandemen yang dilakukan bertujuan untuk memperjelas hukum-hukum yang terkandung di
dalamnya, atau untuk membentuk suatu hukum yang belum dijelaskan, demi penyempurnaan
UUD 1945. Dengan dilakukannya amandemen UUD 1945 diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan hukum dalam pelaksanaan ketatanegaraan. Sehingga tidak ada celah untuk
melakukan pelanggaran terhadapnya.
Pemikiran untuk melaksanakan amandemen didasarkan pada kenyataan yang terjadi selama
masa pemerintahan orde lama dan baru, sehingga kehidupan ketatanegaraan berjalan secara
sentralisasi kekuasaan sepenuhnya ditangan presiden. Karena latar belakang inilah, UUD
1945 menjadi suatu peraturan dasar yang tidak dapat diganggu gugat.
Amandemen UUD 1945 dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999, amandemen
pertama dilaksanakan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap 9 pasal UUD
1945. Selanjutnya amandemen kedua dilaksanakan pada tahun 2000, amandemen ketiga
dilaksanakan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir dilaksanakan pada tahun 2002 dan
disahkano pada tanggal 10 Agustus 2002.
Amandemen UUD 1945 mengawali kehidupaan ketatanegaraan baru bagi rakyat Indonesia
yang diharapkan dapat meningkatkan kehidupan rakyat. Disamping itu, Sebagai warga
negara, kita hendaknya memahami UUD 1945. Sehingga kita dapat menjalankan fungsi kita
sebagi seorang intelek yang dapat mengkritik jalannya pemerintahan. Untuk itu, penulis
membahas makalah yang bertemakan UUD 1945, yang berisi mengenai hukum dasar tertulis
dan tidak tertulis,konstitsi, struktur pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945, isi
pokok batang tubuh UUD 1945, hubungan antar lembaga-lembaga negara dan hak asasi
manusia.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana proses pembentukan undang undang di indonesia?
2.Bagaimana produk dan hirearki dalam perundang-undangan?
3.Bagaimana hubungan antar perundang undangan?
4.Hal hal analisis apa saja yang dilakukan?
C.TUJUAN
1.Mengetahui pembuatan kesepakatan bersama dalam pembentukan perundang undangan
2.Mengetahui produk dan Hierarki perundang undangan
3.Mengetahui hubungan antar perundang undangan
4.Mengetahui cara menganalaisis produk perundang undangan

4| P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
A.MEMBUAT KESEPAKATAN BERSAMA DALAM PEMBENTUKAN
PERUNDANG-UNDANGAN MENURUT UUD NKRI 1945
Kesepakatan Bersama bisa terjadi hanya antara dua orang atau lebih. Hubungan antara 2
orang, apalagi dalam sebuah perjalanan bersama, tentu memerlukan kesepakatan bersama
Kesepakatan bersama juga bisa dilakukan dalam kesatuan sosial terkecil, yakni keluarga.
Antara Orang tua dan anak bisa dibangun kesepakatan bersama agar.Kesepakatan bersama
dapat dikaitkan dengan integrasi sosial.Integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di
antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan
pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Integrasi sosial diperlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan
fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.Bersama merupakan kesepakatan kat
atau permufakatan bersama dalam sebuah proses negosiasi termasuk dalam negosiasi untu
terciptanya integrasi sosial.
Dalam hal membentuk perundang-undangan, kesepakatan bersama akan menghasilkan
produk peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam kehidupan sosial kesepakatan
bersama akan membuahkan peraturan bersama atau yang disebut sebagai norma.Kesepakatan
nasional dalam menjaga keutuhan kita taati bersama yaitu Pancasila,UUD Negara R Kesatuan
Republik Indonesia Kesepakatan bersama dalam hubungannya dengan Tahun 1945 ini
merupakan kesepakatan bersama diambil karena sebuah kepemimpinan Kesepakatan dapat
tertulis dan tidak tertulis.Dalam kehidupan di masyarakat,termasuk dalam lingkungan
sekolah,ada kesepakatan bersama yang diwujudkan dalam peraturan kampung atau (1)
Presiden dengan persetujuan Dewan peraturan sekolah yang ditulis, ditempel, dan dapat
dibaca di berbagai tempat. Sedangkan kesepakatan antarteman sejawat sering kali tidak
tertulis.
Pelanggaran atas kesepakatan formal kenegaraan dalam Pancasila dan UUD NKRI Tahun
1945 atau peraturan perundangan akan menyebabkan tatanan kehidupan bernegara tidak
dapat mencapa idealita yang diharapkan bersama.
dalam membuat norma dalam masyarakat atau dalam lembaga pendidikan selalu diasumsikan
dari kesepakatan bersama.
Pada unit ini,diperlukan seni kepemimpinan,seperti bagaimana seorang pemimpin bertindak
dan bagaimana cara mencapai kesepakatan bersama, namun ini memerlukan jiwa yang
tangguh
pasal dalam UUD NRI tahun 1945 yang mengatur tentang Presiden dan DPR
Pasal 11
1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang
pasal 12 Presiden menyatakan keadaan bahaya Syarat-syarat dan akibatnya bahaya ditetapkan
dengan undang-undang
pasal 13
1).Presiden mengangkat duta dan konsul
2).presiden menerima penempatan dura negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
dewan perwakilan rakyat
Pasal 14.
5| P a g e
1). Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung.
2).Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat."
Pasal 15
1)Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
undang-undang
Pasal 20
Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang
1).Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Pres untuk
mendapat persetujuan bersama
2).Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama un menjadi
undang-undang
UUD NO.12 th 2011 tentang pembentukan peraturan perundang undangan yang telah diubah
dengan undang undang No.15 th2019 tentang perubahan atas UUD NO.12 th 2011 tentang
pembentukan peraturan perundang undangan pada pasal 103 menyebutkan
DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Rancangan undang-undang dapat
berasal dari DPR, Presiden, atau DPD.Rancangan undang-undang dan DPR sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat diajukanoleh Anggota, komisi, atau gabungan komisi
Rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan oleh Presiden.Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103
ayat (2) disusun B.Produk dan Hierarki Perundang-undanganberdasarkan Prolegnas. dapat
mengajukan rancangan.Dalam keadaan tertentu, hanya DPR dan Presiden yang undang-
undang di luar Prolegnas.Rancangan undang-undang yang sudah disetujui bersama antara
DPR dan Presiden paling lambat 7 (tujuh) Han disampaikan oleh pimpinan DPR kepada
Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang,DPR memegang kekuasaan membentuk
undang-undang. Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau
DPD.Rancangan undang-undang dan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diajukan oleh Anggota, komisi, atau gabungan komisi Rancangan undang-undang yang
berasal dari Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh Presiden.Rancangan
undang-undang dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan ole DPD, dalam hal
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan pemekaran, dan
penggabungan daeran, pengelolaan sumber daya alam dan sumber day ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.Rancangan undang-undang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan dan diserta dengan naskah akademis, kecuali
rancangan undang-undang mengenai:
a APBN:
b penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang menjadi undang-undang, atau c.
pencabutan undang-undang atau pencabutan peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2) disusun B.
Produk dan Hierarki Perundang-undangan
berdasarkan Prolegnas.Dapat mengajukan rancangan.Dalam keadaan tertentu, hanya DPR
dan Presiden yang undang-undang di luar Prolegnas.Rancangan undang-undang yang sudah
disetujui bersama antara DPR dan Presiden paling lambat 7 (tujuh) Han disampaikan oleh
pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang

6| P a g e
Proses pembentukan undang-undang sebagai berikut:
1. Perencanaan penyusunan UU dilakukan dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
yang disusun oleh DPR Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan pemerintah untuk jangka
menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas pembentukan RUU
2.RUU dapat berasal dan DPR, presiden, atau DPD
3 .Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan naskah akademik, kecuali untuk RUU
anggaran pendapatan dan belanja negara, RUU penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang ("Perpu") menjadi UU, serta RUU pencabutan UU atau pencabutan Perpu
4 .RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau Badan
Legislasi
5 .RUU yang diajukan oleh presiden diajukan dengan surat presiden kepada pimpinan DPR
dan usulannya berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
6.Materi muatan RUU yang diajukan oleh DPD serupa dengan yang dapat diajukan oleh
presiden
yang telah diterangkan di atas. RUU tersebut beserta naskah akademiknya diajukan secara
tertulis oleh pimpinan DPD kepada pimpinan DPR.
7. Selanjutnya RUU ditindaklanjuti dengan dua tingkat pembicaraan
8. Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat Badan
Legislasi, rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus.
9. Kegiatan dalam pembicaraan tingkat I meliputi pengantar musyawarah, pembahasan daftar
inventarisasi masalah, dan penyampaian pendapat mini.
10. Pembicaraan tingkat II dilakukan dalam rapat paripurna DPR yang berisi:
a. penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat mini DPD, dan
hasil pembicaraan tingkat 1:
b. pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi dan anggota DPR secara lisan
yang diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
c. pendapat akhir presiden yang disampaikan oleh menteri yang ditugaskan..
11. Bila tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah mufakat, keputusan diambil dengan
suara terbanyak.
12.RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan presiden diserahkan kepada
presiden untuk disahkan menjadi UU dengan dibubuhkan tanda tangan, ditambahkan kalimat
pengesahan, serta diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
13. Apabila pembahasan RUU telah memasuki pembahasan daftar inventarisasi masalah pada
periode masa keanggotaan DPR saat itu, hasil pembahasan RUU tersebut disampaikan
kepada DPR periode berikutnya dan berdasarkan kesepakatan DPR, presiden, dan/atau DPD,
RUU tersebut dapat dimasukkan kembali ke dalam daftar Prolegnas jangka menengah
dan/atau Prolegnas prioritas tahunan.
7| P a g e
B.PRODUK DAN HIERARKI PERUNDANG UNDANGAN
Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan UU Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pembentukan Peratuan Perundang-undangan.
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
ngikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
wenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku saat ini undang undang nomer 12 tahun 2011 yang telah di ubah dengan nomer 15
tahun 2019 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.Undang-undang ini
mencakup tahapan pencernaan, penyusunan, pembahasan,pengesahan atau penetapan dan
pengundangan sebuah peraturan perundang-undangan. dalam pembentukan peraturan
perundang undangan , masyarakat berhak memberikan masukan baik lisan atau tertulis
melalu rapat dengan pendapat umum(RDPU).Mengapa undang-undang ini dipandang
penting, beberapa pertimbangan di antaranya ada sebagai berikut:
a. Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, negara berkewajiban melaksana
pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanju
dalam sistem hukum nasional yang menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap ra
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
b. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik, p
dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksana
dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga y
berwenang membentuk peraturan perundang-undangan
Setidaknya ada tujuh jenis peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Berdasa
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang telah diubah dengan UU Nomo
Tahun 2019, berikut adalah jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang berlak
Indonesia terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/kota.
JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,YANG BERWENANG
MENETAPKAN MENGESAHKAN,DAN MATERI MUATAN YANG DIATURNYA:
N Jenis Peraturan Perundang- Yang Berwenang Materi Muatan yang
O undangan Menetapkan/Mengesahka Diatur
n
1 Undang-Undang Dasar Negara Ditetapkan oleh MPR Meliputi jaminan hak
Republik Indonesia Tahun yang terdiri dari anggota asasi manusia bagi
1945(UUD NRI Tahun 1945) DPR(Dewan Perwakilan setiap warga
Rakyat)dan anggota negara,prinsip-prinsip
DPD(Dewan Perwakulan dan dasar negara,tujuan
Daerah) bernegara,dan lain
sebagainya

8| P a g e
2 Ketetapan MPR Ditetapkan oleh MPR Yang dimaksud dengan
“Ketetapan MPR” adalah
ketetapan MPR yang
sementara dan ketetapan
MPR masih berlaku
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 dan pasal 4
ketetapan MPR
no.1/MPR/2003 tentang
peninjauan terhadap
materi dan status hukum
ketetapan MPR
sementara dan ketetapan
MPR tahun 1960 sampai
dengan tahun 2002
3 Undang-Undang(UU) atau Rancangan UU yang disetujui Materi muatan yang
peraturan pemerintah bersama oleh DPR dan harus diatur dengan UU
pengganti Undang- Presiden disampaikan oleh berisi:
Undang(Perppu) pimpinan DPR kepada 1)Pengaturan lebih lanjut
presiden untuk disahkan mengenai ketentuan
menjadi UU dalam jangka UUD NRI Tahun 1945
waktu paling lama 7 hari 2)Perintah suatu UU
sejak tanggal persetujuan untuk diatur dengan UU
bersama.Perppu adalah 3)Pengesahan Perjanjian
peraturan perundang- internasional tertentu
undangan yang ditetapkan 4)Pemenuhan kebutuhan
oleh Presiden dalam hal ihwal hukum dalam masyarakat
kegentingan yang memaksa Materi muatan Perppu
sama dengan materi
muatan UU
4 Peraturan Pemerintahan Ditetapkan oleh Presiden Materi muatan PP berisi
(PP) untuk menjalankan UU materi untuk
sebagaimana mestinya menjalankan UU
sebagaimana mestinya.
5 Peraturan Presiden Ditetapkan oleh Presiden Berisi materi yang
untuk menjalankan perintah diperintahkan oleh
perintah peraturan UU,materi untuk
perundang-undangan yang melaksanakan PP,atau
lebih tinggi atau dalam materi untuk
menyelenggarakan kekuasaan melaksanakan
pemerintahan penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan

9| P a g e
C.Hubungan Antar Perundang-Undangan
Undang-undangan tentang pembentukan peraturan perundang-undangan adalah bagian dari
pembangunan hukum nasional. Pembentukan peraturan perundang-undangan dar
merencanakan sampai menetapkan, melibatkan legislatif dan eksekutif di tingkat nasional dan
daerah, juga partisipasi masyarakat. Diharapkan masing-masing produk perundang-undangan
dapat sinkron dan saling melengkapi, sehingga dapat menunjang pembangunan bangsa dan
negara seperti yang dicita-citakan dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.
Bappenas bersama Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia pada tahun 2019
menyelenggarakan kajian mendalam terkait dengan sistem perundang-undangan di Indonesia.
Menurut Diani Sadiawati, dkk sebagai peneliti dan penyusun laporan kajian ini, ada sejumlah
permasalahan mendasar dalam sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Di
antaranya, tidak sinkron antar-perencanaan peraturan perundang-undangan (pusat dan daerah)
dengan perencanaan dan kebijakan pembangunan. Selain itu, ada kecenderungan peraturan
perundang-undangan bahkan menyimpang dari materi muatan yang seharusnya diatur.
Dokumen Perencanaan Pembangunan diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sedangkan dokumen perencanaan peraturan rla
perundang-undangan diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Perencanaan pembangunan memerlukan kerangka regulasi (peraturan perundang-
undangan), dan kerangka regulasi juga memerlukan arah agar sesuai dengan tujuan nasional
melalui pembangunan. Adanya pemisahan dua dokumen (antara perencanaan dan kerangka
regulasi) menyebabkan keduanya berjalan sendiri-sendiri, tidak sinkron dan harmonis.
Dampaknya juga adalah pemborosan regulasi, ada banyak regulasi di setiap tingkatan
(nasional dan daerah) dan perencanaan.
Tidak sinkronnya antara perencanaan pembangunan dan perencanaan legislasi dapat
tergambar dalam dokumen perencanaan pembangunan dan dokumen perencanaan legislasi
periode tahun 2015-2019. Dari 70 Rancangan Undang-Undang dalam usulan RPJPN
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) dan Prolegnas 2015-2019, hanya 3 RUU
yang kemudian dapat disahkan.
Di luar 70 RUU tersebut, masih ada 12 RUU yang diusulkan oleh pemerintah dalam
Prolegnas yang berada di luar kerangka perencanaan pembangunan nasional, dan terdapat 14
RUU yang masuk dalam RPJMN tetapi tidak masuk ke dalam Prolegnas.
Selain itu, ada banyak peraturan perundang-undangan, seperti peraturan daerah (Perda),
yang bahkan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan diatasnya. Hal ini yang
kemudian memunculkan kebijakan pemerintah untuk mem batalkan sebanyak 3.143 Perda
pada tahun 2016, karena dinilai bertentangan dengan kebijakan nasional dan menjadi kendala
dalam mendorong percepatan pembangunan, menghambat pertumbuhan ekonomi daerah
memperpanjang jalur birokrasi, dan menghambat investasi dan kemudahan berusaha.

10| P a g e
D. MENGANALISIS PRODUK PERUNDANG- UNDANGAN
Hubungan antara Pancasila dan UUD Negara RI 1945 dan peraturan perundang-undangan di
bawahnya tidak boleh bertentangan dan harus berpedoman pada pancasila. Hubungan antara
UUD Negara RI Tahun 1945 harus merujuk atau berpedoman terhadap peraturan perundang-
undangan diatasnya. Selain isinya harus searah dan mendukung terhadap terhadap peraturan
perundang-undangan yang diatasnya, norma hukum yang ada harus dapat bermacam-macam.
Sebuah peraturan perundang-undangan dapat di gugat. Jika peraturan berbentuk UU dapat di
gugat ke Mahkamah Konstitusi. Sedangkan selain UU, dapat di layangkan gugatan ke
Mahkamah Agung (MA). Hal ini sekaligus merupakan alat sederhana untuk menganalisis
sebuah produk perundang-undangan
Analisis dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari dosen, maupun mahasiswa, dan ada
juga yang berasal dari lembaga pemerintah. Contohnya seperti yang dilakukan Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Salah
satunya yaitu “Analisis dan Evaluasi Hukum Mengenai Sistem Pendidikan Nasional”.
Analisis ini sendiri bertujuan kepada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Analisis dilakukan mencangkup setidaknya 4 hal:
a. Analisis dan evaluasi berdasarkan ketepatan jenis perundang-undangan.
b. Analisis dan evaluasi berdasarkan kejelasan dan rumusan ketentuan.
c. Analisis dan evaluasi berdasarkan potensi disharmoni dengan perundang-undangan yang
lain.
d. Analisis dan evaluasi berdasarkan efektivitas implementasi peraturan perundang-undangan.

BAB III
Kesimpulan
Kesimpulannya, Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan,lalu peraturan perundang undangan juga mengenal hirearki dalam ketentuan pasal
7 ayat 1 UU 12/2011,herarki peraturan perundang-undangan di Indonesia yang paling tinggi
adalah UUD 1945.Kemudian, penting untuk diketahui bahwa kekuatan hukum peraturan
perundang-undangan yang disebutkan berlaku sesuai dengan hierarkinya dan peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi,dalam hirearki peraturan perundang-undangan juga
terdapat 4 prinsip yaitu, Lex superiori derogat legi inferiori,Lex specialis derogat legi
generali,Lex posteriori derogat legi priorit,dan peraturan hanya bisa dihapus dengan peraturan
yang kedudukannya sama atau lebih tinggi.Lalu fungsi peraturan perundang-undnagan yaitu
mengatur hubungan antar manusia dalam hidup bermasyarakat,menjaga dan melindungi hak-
hak warga negara,menyelesaikan masalah atau sengketa secara adil,dan mengatur jalannya
pemerintahan negara.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/02/170000469/peraturan-perundang-
undangan-pengertian-fungsi-dan-asas-pembentuknya
https://www.hukumonline.com/klinik/a/hierarki-peraturan-perundang-undangan-di-
idonesia-cl4012/

11| P a g e

Anda mungkin juga menyukai