Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

UUD 1945 sebagai Hukum Dasar Penyelenggaraan


Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

KELOMPOK 3
Jihan Atiqah Permatasari (N011201005)
Amalia Putri (N011201019)
Sephianti Lolon (N011201022)
Ayuni Reskia Cahyani (N011201028)
Catlyea Ainun Musfirah (N011201034)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “UUD 1945 sebagai Hukum Dasar Penyelenggaraan
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan
kepada baginda Rasulullah yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menjadikan kami
kaum muslimin dan muslimat yang berada dizaman yang terang benderang.
Dalam makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi,
maupun cara penulisan. Maka kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk memberikan saran terhadap makalah kami. Semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi para pembaca khususnya penulis.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan bisa
menambah ilmu kita semua, Amin.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5


2.1 Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ............. 5
2.2 Realita dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara .......................... 6
2.3 Masalah dan Solusi Mengenai Nilai dan Norma Konstitusional................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 9


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 9
3.2 Saran .......................................................................................................................... 9

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang dasar 1945 memiliki peranan yang sangat penting dalam
pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia. Perannya dapat dilihat dari kandungan yang
terdapat di dalamnya. UUD 1945 mengandung cita-cita dan nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan diikat oleh pasal dan ayat
yang dijelaskan dalam batang tubuh UUD 1945.
Dalam perekmbangannya, batang tubuh UUD 1945 telah diamandemen
sebanyak empat kali. Amandemen yang dilakukan bertujuan untuk memperjelas
hukum-hukum yang terkandung di dalamnya dan untuk membentuk suatu hukum yang
belum dijelaskan demi penyempurnaan UUD 1945. Dengan dilakukannya amandemen
UUD 1945 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hukum dalam pelaksanaan
ketatanegaraan sehingga tidak ada celah untuk melakukan pelanggaran terhdapnya.
Pemikiran untuk melaksanakan amandemen didasarkan pada kenyataan yang
terjadi selama masa pemerintahan orde lama dan baru sehingga kehidupan
ketatanegaraan berjalan secara sentralisasi kekuasaan sepenuhnya ditangan presiden.
Dengan demikian, UUD 1945 menjadi suatu peraturan dasar yang tidak dapat diganggu
gugat.
Amandemen UUD 1945 dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999,
amandemen pertama dilaksanakan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap 9 pasal UUD 1945. Selanjutnya, amandemen kedua dilaksanakan pada tahun
2000, amandemen ketiga dilaksanakan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir
dilaksanakan pada tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
Amandemen UUD 1945 mengawali kehidupan ketatanegaraan baru bagi rakyat
Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan kehidupan rakyat. Di samping itu,
sebagai warga negara kita hendaknya memahami UUD 1945 sehingga kita dapat
menjalankan fungsi kita sebagai seorang intelek yang dapat mengkritik jalannya
pemerintahan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?

3
2. Bagaimana realitanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara?
3. Apa masalah dan solusniya menganai nilai dan norma konstitusional?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
penulisan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
2. Mengetahui realita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3. Mengetahui masalah dan solusi dari nilai dan norma konstitusional

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa Negara


Konsep konstitusi dari segi bahasa atau asal katanya (secara etimologis). Istilah
konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis dikenal
dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah constitutio, dalam
bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa Belanda digunakan istilah
constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah verfassung, sedangkan dalam
bahasa Arab digunakan istilah masyrutiyah. Constituer (bahasa Prancis) berarti
membentuk, pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini adalah
membentuk suatu negara. Kontitusi mengandung permulaan dari segala peraturan
mengenai suatu negara atau dengan kata lain bahwa konstitusi mengandung permulaan
dari segala peraturan mengenai negara, pembentukan suatu negara atau menyusun dan
menyatakan suatu negara, dan sebagai peraturan dasar mengenai pembentukan negara.
Konstitusi tentu saja memiliki fungsi. Berikut adalah fungsi-fungsi konstitusi :
1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan
konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam
arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti luas meliputi
undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan perundang-undangan
lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-Undang Dasar.
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan
demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi. Gagasan ini
dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich dijelaskan sebagai
gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan
untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas
untuk memerintah.
Selain itu, konstitusi juga berfungsi (a) membatasi atau mengendalikan
kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya; (b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat
yang dicitacitakan tahap berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan negara

5
menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga
negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.

2.2 Realita dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara


Dalam hierarki tata perundang-undangan di negara hukum terdapat hukum
tertinggi. Hukum tertinggi tersebut merupakan pedoman bagi berlakunya hukum yang
berada dibawahnya. Konstitusi merupakan perwujudan hukum tertinggi yang harus
dipatuhi oleh seluruh elemen negara dan sangat penting kedudukannya pada suatu
negara.
Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim
disebut Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Dengan adanya konstitusi
sebagai hukum tertinggi yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara, maka
kehidupan di Indonesia diharapkan akan lebih teratur dan tidak akan ada benturan-
benturan sosial yang diakibatkan oleh konflik kepentingan. Karena konstitusi
sebenarnya telah memberikan gambaran tentang lembaga-lembaga negara dan memuat
tentang kedudukan hak dan kewajiban warga negara. Namun dalam kenyataannya,
masih banyak ditemukan konflik-konflik sosial antara masyarakat satu dengan yang
lain atau antara masyarakat dengan aparat pemerintahan.
Selain itu, dalam prakteknya mengenai hak dan kewajiban sering kali
bertentangan atau tidak seimbang. Sebagai contoh warga negara memiliki hak dan
kewajiban mendapat penghidupan yang layak, namun masih banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani hidupnya. Hal ini terjadi karena
pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak yang mendahulukan hak atas dirinya
daripada kewajiban dirinya dalam melayani warga negara. Untuk mencapai
keseimbangan antara hak dan kewajiban, seorang warga negara harus mengetahui hak
dan kewajibannya, begitupun pemerintah atau penjabat harus mengetahui hak dan
kewajibannya. Dan setiap orang seharusnya sadar pada dirinya bahwa menjalankan
kewajiban harus didahulukan sebelum menuntut hak atas dirinya.

2.3 Masalah dan Solusi Mengenai Nilai dan Norma Konstitusional


Masalah yang berkaitan dengan nilai dan norma konstitusional salah satunya
adalah masalah tentang LGBT yang sedang merajalela untuk menunjukkan
eksistensinya. Dari persfektif manapun baik itu ke-Tuhan-an, agama, moral, keamanan,

6
maupun ketertiban umum, LGBT adalah hal yang terlarang. Kelompok yang pro
terhadap LGBT beranggapan bahwa hal ini termasuk hak asasi manusia untuk memilih
kebebasan dalam konteks orientasi seksual, serta merupakan kebebasan dalam
mengekspresikan jati diri mereka sebagai kaum LGBT. Namun perlu kita ketahui
bahwa konteks yang mereka inginkan sangat lah bertentangan dengan norma-norma
yang hidup dalam negara kita yang tercermin di dalam konstitusi, baik norma agama,
norma moral maupun norma ketertiban umum.
Sejatinya konstitusi memang memberi kebebasan dalam berkehidupan
berbangsa dan bernegara, akan tetapi perlu diingat bahwa seluruh kebebasan itu ada
batasannya. Sebagai contoh lain, hak hidup adalah salah satu hak yang tidak boleh
dikurangi dalam keadaan apapun atau non-derogable right, tetapi ketika hak hidup itu
telah melanggar norma-norma ataupun ketertiban umum maka hak hidup tersebut dapat
dicabut atau hukuman mati terhadap seseorang.
LGBT adalah sebuah penyimpangan dari kodrat dan fitrah manusia. Manusia
sejatinya diciptakan dalam dua jenis untuk berpasangan, yaitu pria dan wanita. Konsep
tersebut jelas terkandung dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Pasal 1
undang-undang tersebut menyebutkan bahwa perwakinan dilakukan hanya antara pria
dan wanita. Dengan begitu perkawinan sejenis bertentangan dengan hukum Indonesia
(Meilanny Budiarti Santoso dalam jurnalnya berjudul Social Work Journal, Vol 6, No.
2, Penerbit Universitas Padjadjaran).
Bagi bangsa Indonesia, dengan instrumen hukumnya haruslah menjamin
perlindungan dan pemenuhan HAM. Hukum tak boleh lepas dari nilai-nilai maupun
norma-norma keberadaban dan senantiasa bersesuaian dengan dengan akal sehat dan
fitrah manusia. Hukum ada untuk melindungi harkat dan martabat manusia. Tuntutan
LGBT terhadap pemenuhan hak asasi manusia, tentunya harus disesuaikan dengan
nilai-nilai dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia, dan pada hakikatnya tidak ada
satupun nilai maupun norma dalam konstitusi yang menghendaki LGBT hidup dan
berkembang di Indonesia.
Solusi yang tepat terhadap krisis permasahan LGBT yang saat ini melanda
bangsa Indonesia adalah dengan solution by law, yaitu urgensi percepatan pembentukan
produk hukum atau undang-undang berkenaan dengan zina maupun LGBT dari DPR.
RUU KUHP Nasional yang tak kunjung selesai dari tahun 1960-an harus dikebut dan
diselesaikan. Dengan memasukan delik zina maupun LGBT secara komprehensif

7
dalam RUU KUHP nantinya. Atau menerbitkan PERPU yang berkaitan dengan hal ini,
dengan mengingat kondisi moral bangsa yang semakin hari makin buruk.
Solusi kedua adalah solution by the social yaitu, sosialisasi kepada seluruh
masyarakat Indonesia prihal zina maupun LGBT agar tidak semakin marak. Misalnya
dengan meningkatkan pendidikan moral dan kasih sayang dari lingkungan yang paling
kecil yaitu keluarga.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konstitusi atau undang-undang dasar dalam negara adalah sebuah norma sistem
politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara yang biasanya dimodifikasikan
sebagai dokumen terturlis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci,
melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-
peraturan lainnya.
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tata susunan peraturan perundang-undangan negara, UUD 1945
menempati tempat tertinggi. Amandemen dalam bahasa Inggris amendement artinya
perubahan. Perubahan yang dilakukan merupakan suatu sisipan dari konstitusi yang asli
dan konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun bagian yang diamendemenkan akan
menjadi bagian dari konstitusinya.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Untuk
kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail dengan
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.

Anda mungkin juga menyukai