Anda di halaman 1dari 14

MODUL 3: PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

NAMA : CATLYEA AINUN MUSFIRAH


NIM : N011201034
KELOMPOK :3
GOLONGAN : RABU PAGI (B)
ASISTEN : GENI KURNIA R.L.
a) Urgensi Praktikum
Dalam praktikum ini, mahasiswa diajarkan keterampilan melakukan
pemeriksaan kadar elektrolit. Praktikum ini akan memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai jenis-jenis biomarker elektrolit dan
interpretasi hasil terhadap manifestasi klinik. Praktikum ini akan
mendukung teori yang diajarkan dalam kuliah pokok bahasan
Pemeriksaan Elektrolit

b) Deskripsi singkat praktikum


Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara
mengukur kadar elektrolit dan biokimia darah untuk mengetahui fungsi
jantung dengan parameter kadar kalsium, natrium, kalium, klorida dan
CKMB yang terdapat dalam spesimen darah probandus dengan
menggunakan fotometer/humalyzer. Selain itu, mahasiswa juga
diharapkan mampu menginterpretasikan hasil pengukuran terhadap
kondisi probandus.

c) Sasaran pembelajaran praktikum


Mahasiswa mampu melakukan tes kadar elektrolit dan biokimia darah
untuk mengetahui fungsi jantung melalui pengukuran beberapa
biomarker menggunakan prosedur standar

d) Alokasi waktu praktikum


Praktikum dilaksanakan selama 180 menit

e) Tempat praktikum
Praktikum bertempat di Laboratorium Farmasi Klinik

f) Teori dan Prinsip Dasar


Cairan Tubuh
Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50% - 60% dari berat badan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan tubuh
terbagi atas 2 kompartemen yaitu :
1. Cairan intraseluler
Cairan intraseluler terdiri dari 40% dari berat badan orang dewasa atau
70% total dari cairan tubuh
2. Cairan ekstraseluler.
Cairan ekstraseluler terdiri dari 20% dari berat badan orang dewasa atau
30% dari total dari cairan tubuh ( Metheny, 1992 dari C.Taylor, C. Lillis dan
P. LeMone, 1998). Cairan ekstraseluler terdiri dari cairan intravascular
dan interstisial. Cairan intravascular atau plasma merupakan cairan
dari komponen darah. Cairan interstisial adalah cairan yang terdapat pada
jaringan sel dan limpa. Cairan Total Tubuh (Total Body Water) atau
TBW/TBF adalah jumlah total cairan yang dikeluarkan prosentase dari
berat badan.

Elektrolit
Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat
pada cairan. Ion-ion positif disebut kation dan ion-ion negative disebut
anion. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent
(mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitas secara kimia dari 1 mg dari
hydrogen Pengaturan Elektrolit
Sodium (Natrium/ Na+)
Natrium adalah elektrolit paling banyak terdapat pada cairan ekstraseluler.
Natrium berfungsi mempertahankan keseimbangan air, pengatur utama
volume cairan ekstraseluler, mempengaruhi volume cairan intraseluler,
sebagai hantaran impuls saraf dan kontraksi otot, sebagai dasar elektrolit
pada pompa Natrium – Kalium. Natrium diatur oleh intake garam,
aldosteron dan pengeluaran urin. Nilai normal sekitar 135-145 mEq/L
(mmol/L)
Potassium (Kalium)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Kalium
berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dari
cairan sel. Berperan vital pada proses transmisi dari impuls listrik dan
kontraksi syaraf, jantung, otot, intestinal, dan jaringan paru; metabolisme
protein dan karbohidrat. Membantu pada pengaturan keseimbangan asam
basa karena ion K dapat diubah menjadi ion hydrogen.
Pengaturan ion K oleh pompa Natrium, sekresi aldosteron merangsang
ekskresi K dalam urin. Nilai normal Kalium sekitar 3,5 – 5 mEq/L

Calsium (Kalsium)
Kalsium berfungsi untuk transmisi impuls syaraf dan pembekuan darah,
katalisatos kontraksi otot dan kekuatan kontraksi otot. Dibutuhkan untuk
absorpsi vitamin B12 dan kekuatan tulang dan gigi. Kalsium dalam
cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon
paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal. Hormon thyrokalsitonin menghambat penyerapan kalsium tulang.
Nilai normal 1,3 – 2, 1 mEq/L atau 1/3 dari jumlah plasma protein.

Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
Berfungsi pada aktivitas enzim, metabolisme karbohidrat dan protein.
Magnesium di absorpsi oleh intestinal dan diekskresi oleh ginjal. Nilai
normal 1,3 – 2, 1 mEq/L atau 1/3 dari jumlah plasma protein.

Chlorida (Klorida)
Klorida merupakan cairan anion ekstraseluler ditemukan di darah, cairan
intestinal, dan limpa. Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik
darah. Nilai normal klorida sekitar 95 – 105 mEq/L (mmol/L)

Bikarbonat
Bikarbonat merupakan molekul anion. Berfungsi pada keseimbangan
asam basa. Di atur oleh ginjal. Nilai normal sekitar 25 – 29 mEq/ L
(mmol/L)
Fosfat
Ion fosfat merupakan anion dalam sel tubuh. Berfungsi sebagai
keseimbangan asam basa. Penting pada pembelahan sel dan transmisi
dari herediter. Fosfat diatur oleh PTH (Parathyroidhormon) dan
diaktifkan oleh vitamin D. Nilai normal sekitar 2,5 – 4,5 mEq/L (mmol/L)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit


a. Usia
b. Suhu lingkungan
c. Diet
d. Stress
e. Sakit

Pengeluaran Cairan
Cairan tubuh hilang melalui ginjal dalam bentuk urin, saluran intestinal
dalam bentuk feses, dan melalui keringat. Insensible Water Loss (IWL)
adalah kehilangan cairan yang tidak dapat di persepsikan, sekitar 15-20
ml/24 jam
Pengeluaran cairan melalui organ-organ:
1. Ginjal
a. Pengatur keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah
untuk disaring setiap hari
b. Produksi urin untuk semua usia 1 ml/kg/jam, (orang dewasa sekitar
1,5 lt/hari)
c. Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosterone
2. Kulit
a. Diatur oleh saraf simpatis
b. Rangsangan kelenjar dapat dihasilkan dari aktivitas otot, suhu
lingkungan dan demam
3. Paru-paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam
4. Gastrointestinal
a. Pada kondisi normal cairan yang hilang sekitar 100-200/ hari
b. IWL sekitar 10-15 cc/kg BB/24 jam dengan kenaikan 10% dari IWL
pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius
g) Peralatan
Jarum, spoit, tourniquet, sentrifuge, humalyzer junior, fotometer, tabung
sentrifuge, kuvet dan pipet mikron
h) Bahan
Alkohol 70%, plaster, serum, reagen enzim dan reagen substrat. Aquadest,
kapas, larutan standar dan reagen kalsium, larutan standar dan reagen
natrium, larutan standar dan reagen kalium, larutan standar dan reagen
klorida, larutan standar dan reagen CKMB, serum, tip.
i) Prosedur Kerja

Pra-analitik
Persiapan probandus : menghindari aktifitas berat
Persiapan sampel : hindari pemakaian sampel yang keruh, ikterik,
hemolysis
Pengambilan Spesimen
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Bagian pengambilan darah dibersihkan dengan alkohol 70%
c. Torniquet dipasang pada bagian atas lengan (probandus diminta
mengepal dan membuka tangannya berkali-kali)
d. Darah diambil melalui vena mediana cubital
e. Torniquet dilepaskan secara perlahan dan diambil darah sesuaijumlah
yang diinginkan
f. Darah dimasukkan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm, serumnya diambil
Analitik
1. Humalyzer dinyalakan dan diatur untuk pengukuran elektrolit
2. Larutan dibuat :
- 1000 µl buffer kalsium dan zat warna kalsium 1000 µl dimasukkan
ke dalam gelas beaker dan dihomogenkan dengan baik dan reagen
siap digunakan
3. Dipipet sampel sebanyak 20 µl lalu dimasukkan ke dalam kuvet dan
ditambahkan reagen kerja sebanyak 1000 µl kemudian diinkubasi
selama 5 menit dan dibaca hasil pada alat humalyzer.
Pasca-analitik
Interpretasi hasil sesuai dengan hasil pemeriksaan darah dan kondisi
pasien

Hasil Pemeriksaan

Elekrolit Hasil

Natrium (Na+) 130 mmol/L


Kalsium (Ca2+) 2,4 mmol/L

Klorida (Cl-) 102 mmol/L

Kalium (K+) 3,1 mmol/L

Pembahasan
Elektrolit adalah ion yang terdapat dalam cairan tubuh yang dapat
berupa kation (Na+, K+, Ca2+, Mg2+) atau anion (Cl-, HCO3-, HPO4-, SO4-, dan
laktat). Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion seimbang, sehingga
keberdayaan (potensial) listrik serum bersifat netral. Peran elektrolit dalam tubuh
manusia sangat penting, sebab tidak ada proses metabolisme yang tidak
bergantung atau tidak terpengaruh oleh elektrolit. Fungsi elektrolit antara lain
mempertahankan tekanan osmotik dan sebaran (distribusi) air di berbagai ruang
(kompartemen) cairan tubuh, mempertahankan pH dalam keadaan terbaik
(optimal), pengaturan (regulasi) fungsi jantung dan otot-otot lain terbaik
(optimal), berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi (transfer ion), dan berperan
sebagai kofaktor enzim dalam proses katalisis (Yustiani, 2019).
Elektrolit juga merupakan senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi
menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif
disebut kation dan ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan
keduanya disebut sebagai elektronetralitas. Sebagian besar proses
metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit
yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Contoh kation antara
lain natrium, kalium, kalium, dan magnesium. Contoh anion antara lain klorida,
bikarbonat, dan fosfat (Feriwati, 2016).
Cairan tubuh dibedakan atas cairan ekstrasel dan intrasel. Cairan
ekstrasel meliputi plasma dan cairan interstisial. Elektrolit terdapat pada seluruh
cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme
(seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis
garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit, contohnya NaCl akan
dipecah menjadi ion Na+ dan Cl‾. Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa
kation seperti Na+, K+, Ca2+, Mg2+ dan berupa anion seperti Cl-, HCO4-, HPO4-
,SO4- dan laktat. Pada cairan ektrasel kation utama adalah Na+, dan anion
utama adalah Cl- dan HCO3-, sedangkan pada cairan intrasel kation utama
adalah K+ (Supriyono, 2017). Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah
penting bagi kelangsungan hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan
osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah
fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida
(Cl-), dan bikarbonat (HCO3-) (Yaswir, 2012).
Peran elektrolit dalam tubuh manusia sangat penting, sebab tidak ada
proses metabolisme yang tidak bergantung atau tidak terpengaruh oleh
elektrolit. Fungsi elektrolit antara lain mempertahankan tekanan osmotik dan
sebaran (distribusi) air di berbagai ruang (kompartemen) cairan tubuh,
mempertahankan pH dalam keadaan terbaik (optimal), pengaturan (regulasi)
fungsi jantung dan otot-otot lain terbaik (optimal), berperan dalam reaksi
oksidasi-reduksi (transfer ion), dan berperan sebagai kofaktor enzim dalam
proses katalisis. Gangguan keseimbangan elektrolit kalium, walaupun kurang
rumit (kompleks) dibandingkan dengan natrium, tetapi pengaruhnya lebih
berbahaya, karena kalium merupakan salah satu analit terpenting, sehingga
kesalahan pengukuran dapat menimbulkan akibat parah/berat (konsekuensi
serius) apabila pengobatan (terapi) didasarkan oleh hasil yang tidak teliti (akurat)
(Yustiana, 2009).
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh nilai Natrium 130 mmol/L,
kalsium 2,4 mmol/L, klorida 102 mmol/L, dan kalium 3,1 mmol/L. Menurut
(Kemenkes, 2011), natrium merupakan kation yang banyak terdapat di dalam
cairan ekstraseluler. Berperan dalam memelihara tekanan osmotik,
keseimbangan asam-basa dan membantu rangkaian transmisi impuls saraf.
Kadar normal Natrium adalah 135-144 mmol/L. Natrium adalah kation terbanyak
dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat
badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel.
Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang
mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan
natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada
cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium (Yaswir,
2012).
Pada pemeriksaan kalsium, diperoleh hasil sebesar 2,4 mmol/L. Kadar
normal kalsium di dalam serum adalah 2,2-2,6 mmol/L. Kation kalsium terlibat
dalam kontraksi otot, fungsi jantung, transmisi impuls saraf dan pembekuan
darah. Lebih kurang 98-99% dari kalsium dalam tubuh terdapat dalam rangka
dan gigi. Sejumlah 50% dari kalsium dalam darah terdapat dalam bentuk ion
bebas dan sisanya terikat dengan protein. Hanya kalsium dalam bentuk ion
bebas yang dapat digunakan dalam proses fungsional. Penurunan konsentrasi
serum albumin 1 g/dL menurunkan konsentrasi total serum kalsium lebih kurang
0,8 mEq/dL (Kemenkes, 2011).
Pada pemeriksaan klorida, diperoleh hasil sebesar 102 mmol/L. Kadar
normal klorida di dalam serum adalah 97-106 mmol/L (Kemenkes, 2011).
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada
gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah
klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk
dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium. Ekskresi utama
klorida adalah melalui ginjal (Yaswir, 2012).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diperoleh kadar kalium sebesar 3,1
mmol/L. Hal ini menunjukkan kondisi yang tidak normal, dimana nilai normal dari
kalium adalah 3,6-5,2 mmol/L untuk usia 0-17 tahun dan 3,6-4,8 mmol/L untuk
usia ≥ 18 tahun (Kemenkes, 2011). Kalium atau potasium merupakan salah satu
jenis mineral dan elektrolit yang bermanfaat untuk menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh. Kalium berperan dalam menjaga kesehatan jantung,
mengatur kerja otot dan saraf, serta membawa nutrisi yang diserap tubuh
menuju sel (Yaswir, 2012).
Menurut (Yaswir, 2012), penurunan kadar kalium dapat disebabkan oleh
pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna seperti muntah-
muntah, melalui ginjal (pemakaian diuretik), kelebihan hormon mineralokortikoid
primer atau melalu keringat yang berlebihan. Berdasarkan pustaka, kurangnya
nilai kalium kemungkinan disebabkan oleh kurangnya asupan kalium dan dapat
disebabkan oleh pemakaian insulin. Namun, data yang diperoleh saat ini belum
dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya penyakit maupun gangguan
lainnya pada probandus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk
mendukung hasil pemeriksaan, seperti tanda vital, gejala klinis dan lainnya.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diperoleh nilai natrium yang normal
yaitu 130 mmol/L, nilai kalsium yang normal yaitu 2,4 mmol/L dan nilai klorida
yang normal sebesar 102 mmol. Sedangkan pada nilai kalium, diperoleh
ketidaknormalan yaitu 3,1 mmol/L. Namun, belum dapat disimpulkan
penyakit atau gangguan yang dialami probandus, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan lain. Dalam menjaga kondisi tubuhnya, pasien memerlukan
asupan kalium yang dapat diperoleh dari makanan yang mengandung ion
tersebut seperti kacang-kacangan. Pasien tidak memerlukan injeksi elektrolit
karena kadarnya masih mendekati jumlah normal artinya belum
memprihatikan. Sehingga untuk memenuhi asupan elektrolit dapat diperoleh
dari makanan.
Daftar Pustaka :

Ferawati I, dan Yaswir R. 2016. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan


Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboraorium. Jurnal
Kesehatan Andalas, 1(2): 80- 84.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi
Data Klinik. Kemenkes RI: Jakarta.
Supriyono. 2017. Mempersiapkan Makanan Bagi Atlet Sepak Bola.
Jakarta: Depkes
Yaswir, R. & Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan
Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal
Kesehatan Andalas. 1(2). 80-85.
Yustiana, NT. Et al. 2009. Kadar Na, K, Cl pada Ragam (Variasi) Selang
Waktu Pemeriksaan Serum. Indonesian Journal of Clinical Pathology
and Medical Laboratory. 25(20. 49-51. ISSN: 0854-4263.
Yustiani, NT. Dkk. 2009. Kadar Na, K, Cl pada Ragam (Variasi) Selang
Waktu Pemeriksaan Serum. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory, Vol 15. No. 2.
Nilai Laporan:
Mengetahui,
Asisten Kelompok

(Geni Kurnia R.L.)


LABORATORIUM FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ASPEK I. KEAKTIFAN
Format penilaian praktikum daring untuk keaktifan/diskusi interaktif :
No. Kriteria Pembobotan Nilai

Kemampuan untuk menjelaskan kembali dan


1. 15
menanggapi video demo praktikum

Kemampuan menginterpretasikan data


2. 20
Praktikum

3. Kemampuan mengemukakan pendapat 10

Memfokuskan perhatian pada kegiatan


4. 10
Praktikum

Mampu menyebutkan atau mengutip literature


5 15
yang menunjang materi praktikum

Kemampuan untuk mengerjakan dan memahami kasus


6 30

Total Nilai Pelaksanaan/Keaktifan

ASPEK II. LAPORAN


No. Kriteria Pembobotan Nilai

Menyajikan data hasil pengamatan yang lengkap


1. 30
dan sistematis

Mampu memahami dan menuliskan reaksi-reaksi


2. 20
yang tejadi pada pengujian sampel

Mampu menjelaskan fungsi dari penambahan tiap


3. 15
reagen dalam pengujian sampel

Membahas data hasil pengamatan dan


4. 25
membandingkannya dengan literature

5. Mampu membuat kesimpulan 10

Total Nilai Laporan


ASPEK III. DISKUSI
No. Kriteria Pembobotan Nilai

Mampu meriview secara singkat isi laporan yang


1. 20
dikerjakan

2. Mampu menjawab pertanyaan yang diberikan 25

3. Menyiapkan bahan rederensi untuk diskusi 20

Mampu mengambil kesimpulan sesuai hasil


4. 20
praktikum saat itu serta kritik saran

Mampu memahami kasus yang diberikan


5 berdasarkan literatur yang diperoleh 15

Total Nilai Diskusi

Anda mungkin juga menyukai