Pembimbing :
Disusun Oleh:
NURHAMIDAH, S. Kep
NIM. 1941232
1
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Defenisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk
berespon terhadap stressor fisiologi dan lingkungan. Cairan dan
elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk kelebihan dan kekurangan (Tarwoto &
Wartonah, 2010). Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam
bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu,
sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Elektrolit terdapat pada
seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan
sisa metabolisme, seperti karbondioksida, yang semuanya disebut
dengan ion (Hidayat, 2016).
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan
air. Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna
perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Sedangkan
Elektrolit adalah substansi yang menyebabkan ion kation (+) dan anion
(-).
2
semakin tua usia semakin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh,
bayi baru lahir jumlah cairan tubuhnya 70-80% dari
BB, usia 1 tahun 60% dari BB, usia pubertas sampai dengan usia 39
tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB, usia 40-60
tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB, sedangkan
pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46%
dari BB (Tarwoto & Wartonah, 2010).
4. Fungsi Cairan
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), fungsi cairan bagi tubuh
adalah sebagai berikut :
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
b. Transpor nutrien ke sel
c. Transpor hasil sisa metabolisme
d. Transpor hormon
e. Pelumas antar-organ
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler.
3
5. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake (masukan) cairan
dan output (pengeluaran) cairan. Pemasukan cairan berasal dari
minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-
2.500 ml/hari. Sekitar
1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1500
ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
4
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan
aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium , natrium
serum, dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam
mengendalikan hiperkalemia.
5
b. Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan
intrasel yang berfungsi sebagai exitability neuromukuler dan
kontraksi otot. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan
mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi
aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan
kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembentukan tulang dan
gigi, penghantar impuls kontraksi otot, koagulasi darah
(pembekuan darah) dan membantu beberapa enzim pankreas.
Kalsium diekresi melalui urine, keringat. Konsentrasi kalsium
dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid pada
reabsorbsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun, kelenjar
paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang
langsung meningkatkan jumlah kalsium darah.
d. Magnesium
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua pada cairan
intrasel. Keseimbangan magnesium diatur oleh kelenjar
parathyroid, dan magnesium diabsorbsi dari saluran pencernaan.
Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Jika magnesium dalam plasma darah kadarnya menurun, maka
ginjal akan mengeluarkan kalium lebih banyak, dapat terjadi pada
pasien alkoholisme kronis, muntah-muntah, diare, gangguan ginjal.
Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Fungsi
klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. Normalnya sekitar
95-105 mEq/lt.
6
f. Bikarbonat
Bikarbonat adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat
pada cairan ekstrasel dan intrasel. Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.
Fosfat berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular,
metabolisme kabohidrat, pengaturan asam basa.
7
a. Ginjal
Ginjal merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang
menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari. Hasil
penyaringan ginjal tersebut dikeluarkan dalam bentuk urine.
Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa
produksi urine sekitar 1500 ml/hari. Jumlah urine yang diproduksi
oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar
keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan
yang meningkat, dan demam. Hilangnya cairan melalui kulit
disebut juga dengan Isensible Water Loss (IWL), yaitu sekitar 15-
20 ml/24 jam.
c. Paru-paru
Paru-paru menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya
cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
(melalui feses) setiap hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL
secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg BB/24 jam, dengan
kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celsius.
8
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada
hipovolemik adalah
9
kering, kadar natrium dalam plasma kurang dari 135 mEq/lt. Dapat
terjadi pada pasien yang mendapat obat diuretik dalam jangka
waktu yang lama tanpa terkontrol, diare jangka panjang.
b. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan kadar natrium dalam
plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, rasa
haus, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, kadar natrium dalam plasma
lebih dari 148 mEq/lt. Dapat terjadi pasien dehidrasi, diare,
pemasukan air yang berlebihan sedang intake garam sedikit.
c. Hipokalemia
Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium
dalam darah ditandai dengan denyut nadi lemah, tekanan darah
menurun, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung,
otot lemah dan lunak, denyut jantung tidak beraturan (aritmia),
penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari
3,5 mEq/lt.
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kadar
kalium dalam darah tinggi yang ditandai dengan adanya mual,
hiperaktivitas
10
f. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium
dalam darah, yang ditandai dengan adanya nyeri pada tulang,
relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma dan kadar kalsium
dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/lt. Dapat dijumpai pada pasien
yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin
D yang berlebihan.
g. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam
darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada
kaki tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulsi. Kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,5 mEq/lt.
h. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kadar magnesium yang berlebihan
dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan
pernapasan dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/lt.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
11
energi, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial
ke intraseluler.
d. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan
jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan
cairan.
13. Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan
1. Pengkajian
Untuk mengidentifikasi masalah gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit serta mengumpulkan data guna menyusun suatu
rencana keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian
keperawatan. Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), hal-hal yang
perlu dikaji adalah sebagai berikut:
12
1. Riwayat Keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,
parenteral)
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis
cairan dan elektrolit
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu
status cairan
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang
mengganggu pengobatan.
2. Pengukuran Klinik
a. Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukan adanya
masalah keseimbangan cairan. Masalah keseimbangan cairan
akibat kehilangan/bertambahnya berat badan dikategorikan ke
dalam tiga kelompok, yaitu:
1) ± 2% : ringan
2) ± 5% : sedang
3) ± 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
b. Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu, pengukuran tingkat kesadaran.
c. Pengukuran pemasukan cairan
Pemasukan cairan yang perlu dihitung adalah cairan yang
diberikan melalui NGT dan oral, cairan parenteral termasuk
obat-obatan IV, makanan yang cenderung mengandung air yang
dikonsumsi oleh klien, dan cairan yang digunakan untuk irigasi
kateter atau NGT.
13
d. Pengukuran pengeluaran cairan
Pengeluaran yang perlu diukur meliputi volume dan
kejernihan/kepekatan urine, jumlah dan konsistensi feses,
muntah, tube drainase, dan IWL (Insensible Water Loss)
e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat, normalnya sekitar ± 200
cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :
a. Integumen
Pada pemeriksaan integumen yang peru diperhatikan adalah
keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani,
dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan kardiovaskuler yang perlu diperhatikan
adalah distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan
bunyi jantung.
c. Mata
Pada pemeriksaan mata perlu diperhatikan mata cekung atau
tidak, air mata kering atau tidak.
d. Neurologi
Pada pemeriksaan neurologi yang perlu diperhatikan adalah
refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal
Pada pemeriksaan gastrointestinal yang perlu diperhatikan
adalah keadaan mukosa mulut dan lidah, muntah-muntah, dan
bising usus.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang bisa berupa pemeriksaan elektrolit, darah
lengkap, PH, berat jenis urine, dan analisis gas darah.
1. Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel
darah, hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
14
a). Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b). Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik
c). Hb naik : adanya hemokonsentrasi
d). Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik
2. Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
3. pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan
ginjal untuk mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine
adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4. Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO,
HCO, PCO, dan saturasi O2.
a) . PCO2 normal : 35-40 mmHg
b) . PO2 normal : 80-100 Hg
c) . HCO3 normal : 25-29 mEq/l
d) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah,
normalnya di arteri (95%-98%) dan vena (60%-85%) (Tarwoto
& Wartonah, 2010)
2. Diagnosis
Setelah melakukan pengkajian, Tarwoto & Wartonah (2010)
merumuskan diagnosa yang muncul dari masalah yang ditemukan
pada pasien. Diagnosa yang dapat ditemukan oleh perawat pada klien
yang mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, antara
lain:
1. Aktual/risiko defisit volume cairan
Defenisi: kondisi seorang pasien mengalami risiko kekurangan
cairan pada ekstraseluler dan vaskuler.
15
penggunaan diuretik, atau pendarahan. Kemungkinan data yang
ditemukan: hipotensi, takhikardia, pucat, kelemahan, konsentrasi
urine pekat. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: penyakit
Addison, koma, ketoasidosis pada diabetik, anoreksia nervosa,
perdarahan gastrointestinal, muntah, diare, intake cairan tidak
adekuat, AIDS, pendarahan, ulcer kolon
2. Volume cairan berlebih
Definisi: suatu kondisi terjadinya peningkatan retensi dan edema.
Kemungkinan berhubungan dengan: retensi garam dan air, efek
dari pengobatan, dan malnutrisi. Kemungkinan
data yang ditemukan: orthopnea, oliguria, edema,
distensi vena jugularis, hipertensi, distres pernapasan, anasarka,
edema paru. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: obesitas,
hipothiroidism, pengobatan dengan
kortikosteroid, imobilisasi yang lama, cushings syndrome,
gagal ginjal, sirosis hepatis, kanker, dan toxemia.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diperoleh, Tarwoto
& Wartonah (2010) menyusun intervensi dan rasional dari masing-
masing diagnosa, yang terdapat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Intervensi keperawatan dengan diagnosa Aktual/risiko
defisit volume cairan
Tujuan yang diharapkan:
1) Mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine
adekuat, tekanan darah stabil, membran mukosa mulut lembap,
turgor kulit baik.
3) Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat
teratasi.(Tarwoto & Wartonah, 2010)
16
Intervensi Rasional
d. Tanda vital
e. Monitor IV infus
f. Elektrolit, BUN,
hematokrit, dan
hemoglobin
g. Status mental
h. Berat badan
17
jam
7. Meningkatkan informasi dan kerja
7. Berikan pendidikan kesehatan
sama
tentang:
a. Tanda dan gejala dehidrasi
8. Terapi
18
Tabel 1.2 Intervensi keperawatan dengan diagnosa volume cairan
berlebih
Tujuan yang diharapkan:
- Mempertahankan keseimbangan intake dan outpun cairan
- Menurunkan kelebihan cairan
Intervensi Rasional
19
Lanjutan
20
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
21
22
23