Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA KLINIK II

PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

TINGKAT III B

KELOMPOK 7

Disusun Oleh :

1. Hayyatun Nufus (P27903117068)


2. Meidina Aqmarina Iztasaq (P27903117078)
3. Nur Meutia Aushaf Zayyan (P27903117085)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Kimia Klinik II
yang telah membimbing kami, serta pihak lain yang ikut membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa, manusia tidak luput dari kesalahan, begitu juga dalam
pembuatan makalah ini yang masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan
dikemudian hari.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
setiap orang yang membacanya.

Tangerang , 10 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3

BAB I ............................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................................. 4

BAB II .......................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6

A. Pengertian Elektrolit ........................................................................................ 6

B. Pemeriksaan Elektrolit Darah ........................................................................ 6

1. Natrium (Na+) ................................................................................................. 6

2. Kalium (K+) .................................................................................................... 8

3. Klorida (Cl-) ................................................................................................. 10

4. Kalsium (Ca2+).............................................................................................. 13

5. Magnesium (Mg+) ........................................................................................ 16

BAB III ....................................................................................................................... 18

PENUTUP .................................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 18

B. Saran ............................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan
luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang
berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah,
meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Pada wanita
dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-
anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh
sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan
normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan
tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada
di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua
parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan
ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa
dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa
adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem
dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk
ion bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2

4
jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka
elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut
mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion.
Contoh dari kation adalah natrium (Na ) dan nalium (K ) & contoh dari anion
adalah klorida (Cl ) dan bikarbonat (HCO ). Elektrolit- elektrolit yang terdapat
dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na ), kalium (K )
kalsium (Ca ), magnesium (Mg ), klorida (Cl ), bikarbonat (HCO ), fosfat (HPO )
dan sulfat (SO) Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (HO)
elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi
antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian
cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga
pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta
ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan elektrolit?
2. Bagaimana cara pemeriksaan elektrolit darah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian elektrolit
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan elektrolit darah

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-
ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan
atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau
berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbebntuk asam, basa atau
garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi
tertentu misalnya pada suhu tinggi atau rendah. Elektrolit kuat identik dengan
asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit meruupakan senyawa yang beriktan ion
dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan
elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis
garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan
atau lelehan atau bentuk liquid dan aqueous. Sedangkan dalam bentuk solid
atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.

B. Pemeriksaan Elektrolit Darah


1. Natrium (Na+)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel
- Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
- Pisahkan serum/plasma dari endapan.
- Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.
c. Stabilitas Spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC
d. Persiapan Alat dan Bahan

6
Alat :
- Peralatan pengambilan darah
- Centrifuge
- Tabung tutup merah atau hijau
- Easylite
- Mikropipet
- Cuvet
- Blue tip/Yellow tip

Bahan :

- Serum
- Urin
- Plasma Lithium Heparin
- Reagen : Solution Pack Na/K/Cl

Analitik
a. Metode : Ion Selective Elektroda (ISE)
b. Prinsip : Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat
dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode
Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine
sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik,
khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride.
Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap
elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan
voltase(tegangan) yang stabil dan tetap.
c. Cara Kerja :
1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL.
2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan turun.
3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum,
kemudian tekan yes.

7
4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik
naik dan alat melakukan analisa sampel.
5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display.
6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan

Pasca Analitik
a. Nilai Normal : 135 - 145 mEq/L
b. Nilai Kritis :
- <120 mEq/L lemah, dehidrasi
- 155 mEq/L gejala kardiovaskular dan ginjal.
- >160 mEq/L gagal jantung
c. Indikasi Klinis :
- Penurunan natrium terdapat pada penderita muntah, diare,
penghisapan lambung, cedera jaringan, diet rendah garam, luka
bakar, gagal ginjal, penggunaan obat diuretik furosemid, thiazid
dan manitol.
- Peningkatan natrium terdapat pada penderita: dehidrasi, muntah,
diare, gangguan jantung kronis, hiperfungsi adrenal, gagal hepatik,
intake Na tinggi, dan penggunaan obat kortison, antibiotik,
laksansia dan obat batuk

2. Kalium (K+)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel
- Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
- Pisahkan serum/plasma dari endapan.

8
- Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.
c. Stabilitas Spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
- Peralatan pengambilan darah
- Centrifuge
- Tabung tutup merah atau hijau
- Easylite
- Mikropipet
- Cuvet
- Blue tip/Yellow tip

Bahan :

- Serum
- Urin
- Plasma Lithium Heparin
- Reagen : Solution Pack Na/K/Cl

Analitik
a. Metode : Ion Selective Elektroda (ISE)
b. Prinsip : Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat
dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode
Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine
sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik,
khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride.
Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap
elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan
voltase(tegangan) yang stabil dan tetap.
c. Cara Kerja :

9
1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL.
2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan turun.
3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum,
kemudian tekan yes.
4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik
naik dan alat melakukan analisa sampel.
5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display.
6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan

Pasca Analitik
a. Nilai Normal : 3,5 - 5,2 mEq/L
b. Nilai Kritis :
- Kalium Dewasa : <2,5 atau >6,5 mEq/L
- Kalium Anak-anak : <2,5 atau >8 mEq/L
c. Indikasi Klinis :
- Peningkatan kalium (hiperkalemia) dapat terjadi apabila ada
gangguan ginjal, oliguri, anuria,infuse KCL, oerlukaan, metabolic
asidosis, dan penggunaan obat sefalosporin, heparin,epinefrin,
histamine.
- Penurunan kalium (hipokalemia) dapat terjadi karena input kalium
rendah dan eksresi lewat urin berlebihan, misalnya pada penyakit
muntah, diare, dehidrasi, malnutrisi, diet ketat,trauma, luka
pembedahan, penghisapan lambung, DM asidosis, banyak makan
permen, luka bakar, hiperaldosteron, alkalosis metabolic dan
penggunaan obat diuretic, cortisone, insulin dan aspirin.

3. Klorida (Cl-)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus

10
b. Persiapan Sampel
- Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
- Pisahkan serum/plasma dari endapan.
- Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.
c. Stabilitas Spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
- Peralatan pengambilan darah
- Centrifuge
- Tabung tutup merah atau hijau
- Easylite
- Mikropipet
- Cuvet
- Blue tip/Yellow tip

Bahan :

- Serum
- Urin
- Plasma Lithium Heparin
- Reagen : Solution Pack Na/K/Cl

Analitik
a. Metode : Ion Selective Elektroda (ISE)
b. Prinsip : Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat
dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode
Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine
sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik,
khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride.

11
Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap
elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan
voltase(tegangan) yang stabil dan tetap.
c. Cara Kerja :
1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL.
2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan turun.
3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum,
kemudian tekan yes.
4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik
naik dan alat melakukan analisa sampel.
5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display.
6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan

Pasca Analitik
a. Nilai Normal : 96 – 106 mEq/L
b. Nilai Kritis : <70 atau > 120 mEq/L atau mmol/L
c. Indikasi Klinis :
- Peningkatan klorida dapat terjadi pada penderita dehidrasi,
hiperfungsi adrenal, peningkatan Na, cedera kepala, decompensasio
cordis, infuse NaCl, asidosis metabolic, gangguan ginjal, dan dapat
karena obat Amonium Chlorid (OBH), penggunaan kortison dan
asetazolamid.
- Penurunan Klorida dapat terjadi pada penderita muntah,
penghisapan lambung, diare, diet rendah garam, Ge, colitis,
insufisiensi adrenal, infeksi akut, luka bakar, alkalosis metabolic,
terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, asidosis respiratorik,
penurunan kadar Kalium dan Natrium, dapat juga terjadi karena
penggunaan obat Thiazid, diuretic loop dan bikarbonat.

12
4. Kalsium (Ca2+)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus

b. Persiapan Sampel
1) Cresolphtalein Compleks (CPC)
- Masukkan reagen 1 (Ion Kalsium) dan reagen 2 (Cresolphtalein
Compleks ) ke dalam beaker glass kecil dengan perbandingan 1:1
- Campur sampai homogen, tutup dengan parafilm.
- Inkubasi selama 10 menit pada suhu 20°C – 25°C.
2) Sulkowitch
- Diperlukan urin 24 jam
- Urin ditampung di wadah bersih bertutup ulir bermulut lebar
- Sampel baiknya langsung di periksa tanpa penundaan

c. Persiapan Alat dan Bahan


1) Cresolphtalein Compleks (CPC)
- Beacker glass
- Parafilm
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Tip biru atau kuning
- Fotometer
- Reagen CPC
- Sampel : Urin 24 jam
2) Sulkowitch

- Tabung Reaksi

- Pipet Pasteur

13
- Reagen Sulkowitch

- Sampel : Urin 24 jam sebanyak 6 mL

Analitik
a. Metode :
1) Cresolphtalein Compleks (CPC)
2) Sulkowitch
b. Prinsip :
1) CPC : Kalsium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi dengan
CPC (Cresolphtalein Compleks) membentuk warna ungu.
Intensitas warna yang terbentuk setara dengan konsentrasi kalsium
dalam serum. Kadarnya diukur pada panjang gelombang 578 nm.
2) Sulkowitch : Reagen sulkowitch akan mengendapkan kalsium
dalam bentuk kalsium oklasat, tanpa kalsium fosfat oleh pH reagen
itu.

c. Cara Kerja :
Cresolphtalein Compleks (CPC)
Blanko Standar Sampel
Standar - 20uL -
Serum - - 20uL
Reagen CPC 1000uL 1000uL 1000uL
Homogenkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25°C.
Baca pada panjang gelombang 578 nm.

Sulkowitch
1) Masukkan 3 mL urin ke dalam masing-masing 2 tabung reaksi.
2) Tabung reaksi kedua hanya dipakai sebagai control.
3) Pada tabung 1 tambahkan 3 mL reagen Sulkowitch, campur dan
biarkan selama 2-3 menit.

14
4) Baca hasil secara semikuantitatif.

Pasca Analitik
a. Nilai Normal :
1) CPC : 8,1 – 10,4 mg/dL
2) Sulkowitch (Interpretasi Hasil)
- Negatif : Tidak terjadi kekeruhan
- Positif 1 : Terjadi kekeruhan yang halus
- Positif 2 : Kekeruhan sedang
- Positif 3 : Kekeruhan agak berat yang timbul dalam
waktu < 20 detik
- Positif 4 : Kekeruhan berat yang terjadi seketika
b. Nilai Kritis Total Kalsium :
- 6 mg/dL (1,5 mmol/L) dapat menyebabkan tetanus dan kejang.
- 13 mg/dL (3,25 mmol/L) dapat menyebabkan kardiotoksisitas,
aritmia, dan koma).
- Terapi cepat pada hiperkalsemia adalah kalsitonin.
c. Indikasi Klinis :
- Hiperkalsemia terutama terjadi akibat hiperparatiroidisme atau
neoplasma (kanker). Penyebab lain meliputi paratiroid adenoma
atau hiperplasia (terkait dengan hipofosfatemia), penyakit hodgkin,
multiple mieloma, leukemia, penyakit addison, penyakit paget,
respiratori asidosis, metastase tulang, imobilisasi dan terapi dengan
diuretik tiazid.
- Hipokalsemia dapat diakibatkan oleh hiperfosfatemia, alkalosis,
osteomalasia, penggantian kalsium yang tidak mencukupi,
penggunaan laksatif, furosemide, dan pemberian kalsitonin.
Pseudohipokalsemia kadang-kadang ditemukan bila konsentrasi
albumin rendah karena adanya gabungan kalsium dengan albumin.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kalsium :

15
 Hormon paratiroid bekerja pada tulang untuk melepaskan
kalsium ke dalam darah, meningkatkan absorpsi kalsium di
usus dan meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal.
 Vitamin D menstimulasi absorpsi kalsium di usus.
 Estrogen meningkatkan simpanan kalsium dalam tulang.
 Androgen, glukokortik oid dan kelebihan hormon tiroid dapat
menyebabkan hipokalsemia dan kekurangan kalsium dalam
tulang

5. Magnesium (Mg+)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel
- Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
- Pisahkan serum/plasma dari endapan.
- Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.
c. Stabilitas Spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Tip biru atau kuning
- Fotometer
- Sentrifuge

Bahan :

- Serum

16
- Reagen Xylidyl Blue

Analitik
a. Metode : Xylidyl Blue
b. Prinsip : Magnesium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi
dengan Xylidyl Blue dalam suasana alkalis membentuk kompleks
berwarna ungu. Rekasi spesifik untuk magnesium karena dengan
penambahan EDTA kalsium membentuk kompleks ion kalsium EDTA .
c. Cara Kerja :
Blanko Standar Sampel
Standar - 10uL -
Serum - - 10uL
Reagen 1000uL 1000uL 1000uL
Xylidyl Blue
Campur, inkubasi selama 5 menit pada suhu 20-25°C
Baca pada panjang gelombang 546 nm

Pasca Analitik
d. Nilai Normal :
- Serum/plasma : 1,8 – 2,5 mg/dL (0,74 - 1,03 mmol/L)
- CSF : 2,5 – 3,5 mg/dL (1,03 - 1,44 mmol/L)
e. Indikasi Klinis :
- Penurunan magnesium terdapat apada malnutrisi protein,
malabsorbsi, sirosis hati, alkoholime, hipoparatiroid,,
hipoaldosteron, hipokalemia, diare kronis, reseksi usus, dehidrasi
dan karena penggunaan abat diuretik, kalsium glukomnas,
ampoterisin B, neomicin, dan insulin.
- Peningkatan magnesium dalam darah terdapat pada penderita
dehidrasi berat, gangguan ginjal, leukemia limpasitik dan
mielosistik, DM awal, obat antasid terutama Mg dan Laksansia Mg.

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu
kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit
tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai
muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari
kation adalah natrium (Na ), Kalsium (Ca) natrium (K ) dan Magnesium (Mg)
& contoh dari anion adalah klorida (Cl), Fosfor dan bikarbonat (HCO ).

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dari penulis,
diharapkan pembaca mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan
tentang materi pemeriksaan elektrolit.

18
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Nuraini. 2017. Pemeriksaan elektrolit pada serum darah menggunakan


elektrolit analyzer. Medan: Universitas Sumatera Utara

Asmita, Jeny Marianty. dkk. 2014. Makalah Elektrolit. Kendari: Akademi Analis
Kesehatan Kendari

Sari, Dewi Puspita. 2012. Laporan Praktikum Patologi Klinik Pemeriksaan Elektrolit.
Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. dr. Hamka

R, Gandosoebrata. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. DIAN RAKYAT: Jakarta


(http://id.m.wikipedia.org/wiki/elektrolit), diakses tanggal 10
Agustus 2019

Herawati, Fauna. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kemenkes RI

Kurniati, Nining. Dkk. 2019. Modul Praktikum Kimia Klinik II. Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis. Poltekkes Kemenkes Banten: Tangerang

19

Anda mungkin juga menyukai