Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA KLINIK III

PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

TLM NR 2

KELOMPOK 2

Disusun Oleh :

1. Okty Fiyanti (1805022)


2. Resti Oktavia (1805023)
3. Rini Kurniawati (1805024)
4. Suci Ramadani (1805025)
5. Aldya Hutrini (1805026)
6. Julian Putri (1905011)

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Kimia Klinik
III yang telah membimbing kami, serta pihak lain yang ikut membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa, manusia tidak luput dari kesalahan, begitu juga dalam
pembuatan makalah ini yang masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki
kesalahan dikemudian hari.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
setiap orang yang membacanya.

Padang , 28 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. Pengertian Elektrolit..................................................................................................6
B. Pemeriksaan Elektrolit Darah...................................................................................6
1. Natrium (Na+)...........................................................................................................6
2. Kalium (K+)..............................................................................................................8
3. Klorida (Cl-)...........................................................................................................10
4. Kalsium (Ca2+)........................................................................................................12
5. Magnesium (Mg+)..................................................................................................16
BAB III.................................................................................................................................18
PENUTUP............................................................................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................................................18
B. Saran.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan
luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang
berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah,
meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Pada
wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi
dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa
dan lansia. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang
diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan
keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada
kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi
yang ada di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion
hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan
mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia
dalam cairan tubuh.

4
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk
ion bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2
jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+)
maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit
tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut
sebagai anion. Contoh dari kation adalah natrium (Na ) dan nalium (K ) &
contoh dari anion adalah klorida (Cl ) dan bikarbonat (HCO ).
Elektrolit- elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam tubuh antara
lain adalah natrium (Na ), kalium (K ) kalsium (Ca ), magnesium (Mg ),
klorida (Cl ), bikarbonat (HCO ), fosfat (HPO ) dan sulfat (SO) Di dalam
tubuh manusia, kesetimbangan antara air (HO) elektrolit diatur secara ketat
agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh
manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam
menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam
kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan
juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan
dalam setiap proses metabolisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan elektrolit?
2. Bagaimana cara pemeriksaan elektrolit darah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian elektrolit
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan elektrolit darah

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-
ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan
atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau
berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbebntuk asam, basa
atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada
kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau rendah. Elektrolit kuat identik
dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit meruupakan senyawa yang
beriktan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion
merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah
satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam
bentuk larutan atau lelehan atau bentuk liquid dan aqueous. Sedangkan dalam
bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.

B. Pemeriksaan Elektrolit Darah


1. Natrium (Na+)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel
- Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
- Pisahkan serum/plasma dari endapan.
- Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.
c. Stabilitas Spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC

6
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
- Peralatan pengambilan darah
- Centrifuge
- Tabung tutup merah atau hijau
- Easylite
- Mikropipet
- Cuvet
- Blue tip/Yellow tip

Bahan :

- Serum
- Urin
- Plasma Lithium Heparin
- Reagen : Solution Pack Na/K/Cl

Analitik
a. Metode : Ion Selective Elektroda (ISE)
b. Prinsip : Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat
dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode
Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine
sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik,
khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride.
Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap
elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan
voltase(tegangan) yang stabil dan tetap.
c. Cara Kerja :
1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL.
2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan
turun.

7
3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum,
kemudian tekan yes.
4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik
naik dan alat melakukan analisa sampel.
5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display.
6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan

Pasca Analitik
a. Nilai Normal : 135 - 145 mEq/L
b. Nilai Kritis :
- <120 mEq/L lemah, dehidrasi
- 155 mEq/L gejala kardiovaskular dan ginjal.
- >160 mEq/L gagal jantung
c. Indikasi Klinis :
- Penurunan natrium terdapat pada penderita muntah, diare,
penghisapan lambung, cedera jaringan, diet rendah garam, luka
bakar, gagal ginjal, penggunaan obat diuretik furosemid, thiazid
dan manitol.
- Peningkatan natrium terdapat pada penderita: dehidrasi, muntah,
diare, gangguan jantung kronis, hiperfungsi adrenal, gagal hepatik,
intake Na tinggi, dan penggunaan obat kortison, antibiotik,
laksansia dan obat batuk

2. Kalium (K+)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel

8
- Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
- Pisahkan serum/plasma dari endapan.
- Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.
c. Stabilitas Spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
- Peralatan pengambilan darah
- Centrifuge
- Tabung tutup merah atau hijau
- Easylite
- Mikropipet
- Cuvet
- Blue tip/Yellow tip

Bahan :

- Serum
- Urin
- Plasma Lithium Heparin
- Reagen : Solution Pack Na/K/Cl

Analitik
a. Metode : Ion Selective Elektroda (ISE)
b. Prinsip : Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat
dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode
Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine
sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik,
khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride.
Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap

9
elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan
voltase(tegangan) yang stabil dan tetap.
c. Cara Kerja :
1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL.
2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan
turun.
3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum,
kemudian tekan yes.
4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik
naik dan alat melakukan analisa sampel.
5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display.
6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan

Pasca Analitik
a. Nilai Normal : 3,5 - 5,2 mEq/L
b. Nilai Kritis :
- Kalium Dewasa : <2,5 atau >6,5 mEq/L
- Kalium Anak-anak : <2,5 atau >8 mEq/L
c. Indikasi Klinis :
- Peningkatan kalium (hiperkalemia) dapat terjadi apabila ada
gangguan ginjal, oliguri, anuria,infuse KCL, oerlukaan, metabolic
asidosis, dan penggunaan obat sefalosporin, heparin,epinefrin,
histamine.
- Penurunan kalium (hipokalemia) dapat terjadi karena input kalium
rendah dan eksresi lewat urin berlebihan, misalnya pada penyakit
muntah, diare, dehidrasi, malnutrisi, diet ketat,trauma, luka
pembedahan, penghisapan lambung, DM asidosis, banyak makan
permen, luka bakar, hiperaldosteron, alkalosis metabolic dan
penggunaan obat diuretic, cortisone, insulin dan aspirin.

10
3. Klorida (Cl-)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel
- Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
- Pisahkan serum/plasma dari endapan.
- Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.
c. Stabilitas Spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
- Peralatan pengambilan darah
- Centrifuge
- Tabung tutup merah atau hijau
- Easylite
- Mikropipet
- Cuvet
- Blue tip/Yellow tip

Bahan :

- Serum
- Urin
- Plasma Lithium Heparin
- Reagen : Solution Pack Na/K/Cl

Analitik
a. Metode : Ion Selective Elektroda (ISE)

11
b. Prinsip : Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat
dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode
Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine
sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik,
khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride.
Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap
elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan
voltase(tegangan) yang stabil dan tetap.
c. Cara Kerja :
1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL.
2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan
turun.
3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum,
kemudian tekan yes.
4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik
naik dan alat melakukan analisa sampel.
5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display.
6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan

Pasca Analitik
a. Nilai Normal : 96 – 106 mEq/L
b. Nilai Kritis : <70 atau > 120 mEq/L atau mmol/L
c. Indikasi Klinis :
- Peningkatan klorida dapat terjadi pada penderita dehidrasi,
hiperfungsi adrenal, peningkatan Na, cedera kepala,
decompensasio cordis, infuse NaCl, asidosis metabolic, gangguan
ginjal, dan dapat karena obat Amonium Chlorid (OBH),
penggunaan kortison dan asetazolamid.
- Penurunan Klorida dapat terjadi pada penderita muntah,
penghisapan lambung, diare, diet rendah garam, Ge, colitis,

12
insufisiensi adrenal, infeksi akut, luka bakar, alkalosis metabolic,
terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, asidosis respiratorik,
penurunan kadar Kalium dan Natrium, dapat juga terjadi karena
penggunaan obat Thiazid, diuretic loop dan bikarbonat.

4. Kalsium (Ca2+)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus

b. Persiapan Sampel
1) Cresolphtalein Compleks (CPC)
- Masukkan reagen 1 (Ion Kalsium) dan reagen 2 (Cresolphtalein
Compleks ) ke dalam beaker glass kecil dengan perbandingan 1:1
- Campur sampai homogen, tutup dengan parafilm.
- Inkubasi selama 10 menit pada suhu 20°C – 25°C.
2) Sulkowitch
- Diperlukan urin 24 jam
- Urin ditampung di wadah bersih bertutup ulir bermulut lebar
- Sampel baiknya langsung di periksa tanpa penundaan

c. Persiapan Alat dan Bahan


1) Cresolphtalein Compleks (CPC)
- Beacker glass
- Parafilm
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Tip biru atau kuning
- Fotometer
- Reagen CPC

13
- Sampel : Urin 24 jam
2) Sulkowitch

- Tabung Reaksi

- Pipet Pasteur

- Reagen Sulkowitch

- Sampel : Urin 24 jam sebanyak 6 mL

Analitik
a. Metode :
1) Cresolphtalein Compleks (CPC)
2) Sulkowitch
b. Prinsip :
1) CPC : Kalsium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi dengan
CPC (Cresolphtalein Compleks) membentuk warna ungu.
Intensitas warna yang terbentuk setara dengan konsentrasi kalsium
dalam serum. Kadarnya diukur pada panjang gelombang 578 nm.
2) Sulkowitch : Reagen sulkowitch akan mengendapkan kalsium
dalam bentuk kalsium oklasat, tanpa kalsium fosfat oleh pH
reagen itu.

c. Cara Kerja :
Cresolphtalein Compleks (CPC)
Blanko Standar Sampel
Standar - 20uL -
Serum - - 20uL
Reagen CPC 1000uL 1000uL 1000uL
Homogenkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25°C.
Baca pada panjang gelombang 578 nm.

Sulkowitch

14
1) Masukkan 3 mL urin ke dalam masing-masing 2 tabung reaksi.
2) Tabung reaksi kedua hanya dipakai sebagai control.
3) Pada tabung 1 tambahkan 3 mL reagen Sulkowitch, campur dan
biarkan selama 2-3 menit.
4) Baca hasil secara semikuantitatif.

Pasca Analitik
a. Nilai Normal :
1) CPC : 8,1 – 10,4 mg/dL
2) Sulkowitch (Interpretasi Hasil)
- Negatif : Tidak terjadi kekeruhan
- Positif 1 : Terjadi kekeruhan yang halus
- Positif 2 : Kekeruhan sedang
- Positif 3 : Kekeruhan agak berat yang timbul dalam
waktu < 20 detik
- Positif 4 : Kekeruhan berat yang terjadi seketika
b. Nilai Kritis Total Kalsium :
- 6 mg/dL (1,5 mmol/L) dapat menyebabkan tetanus dan kejang.
- 13 mg/dL (3,25 mmol/L) dapat menyebabkan kardiotoksisitas,
aritmia, dan koma).
- Terapi cepat pada hiperkalsemia adalah kalsitonin.
c. Indikasi Klinis :
- Hiperkalsemia terutama terjadi akibat hiperparatiroidisme atau
neoplasma (kanker). Penyebab lain meliputi paratiroid adenoma
atau hiperplasia (terkait dengan hipofosfatemia), penyakit
hodgkin, multiple mieloma, leukemia, penyakit addison, penyakit
paget, respiratori asidosis, metastase tulang, imobilisasi dan terapi
dengan diuretik tiazid.
- Hipokalsemia dapat diakibatkan oleh hiperfosfatemia, alkalosis,
osteomalasia, penggantian kalsium yang tidak mencukupi,

15
penggunaan laksatif, furosemide, dan pemberian kalsitonin.
Pseudohipokalsemia kadang-kadang ditemukan bila konsentrasi
albumin rendah karena adanya gabungan kalsium dengan albumin.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kalsium :
 Hormon paratiroid bekerja pada tulang untuk melepaskan
kalsium ke dalam darah, meningkatkan absorpsi kalsium di
usus dan meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal.
 Vitamin D menstimulasi absorpsi kalsium di usus.
 Estrogen meningkatkan simpanan kalsium dalam tulang.
 Androgen, glukokortik oid dan kelebihan hormon tiroid dapat
menyebabkan hipokalsemia dan kekurangan kalsium dalam
tulang

5. Magnesium (Mg+)
Pra-Analitik
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel
- Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit.
- Pisahkan serum/plasma dari endapan.
- Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.
c. Stabilitas Spesimen
Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
- Tabung reaksi
- Mikropipet
- Tip biru atau kuning

16
- Fotometer
- Sentrifuge

Bahan :

- Serum
- Reagen Xylidyl Blue

Analitik
a. Metode : Xylidyl Blue
b. Prinsip : Magnesium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi
dengan Xylidyl Blue dalam suasana alkalis membentuk kompleks
berwarna ungu. Rekasi spesifik untuk magnesium karena dengan
penambahan EDTA kalsium membentuk kompleks ion kalsium EDTA
.
c. Cara Kerja :
Blanko Standar Sampel
Standar - 10uL -
Serum - - 10uL
Reagen 1000uL 1000uL 1000uL
Xylidyl Blue
Campur, inkubasi selama 5 menit pada suhu 20-25°C
Baca pada panjang gelombang 546 nm

Pasca Analitik
d. Nilai Normal :
- Serum/plasma : 1,8 – 2,5 mg/dL (0,74 - 1,03 mmol/L)
- CSF : 2,5 – 3,5 mg/dL (1,03 - 1,44 mmol/L)
e. Indikasi Klinis :
- Penurunan magnesium terdapat apada malnutrisi protein,
malabsorbsi, sirosis hati, alkoholime, hipoparatiroid,,
hipoaldosteron, hipokalemia, diare kronis, reseksi usus, dehidrasi

17
dan karena penggunaan abat diuretik, kalsium glukomnas,
ampoterisin B,  neomicin, dan insulin.
- Peningkatan magnesium dalam darah terdapat pada penderita
dehidrasi berat, gangguan ginjal, leukemia limpasitik dan
mielosistik, DM awal, obat antasid terutama Mg dan Laksansia
Mg.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu
kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit
tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai
muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari
kation adalah natrium (Na ), Kalsium (Ca) natrium (K ) dan Magnesium (Mg)
& contoh dari anion adalah klorida (Cl), Fosfor  dan bikarbonat (HCO ).

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dari penulis,
diharapkan pembaca mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan
tentang materi pemeriksaan elektrolit.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Nuraini. 2017. Pemeriksaan elektrolit pada serum darah menggunakan


elektrolit analyzer. Medan: Universitas Sumatera Utara

Asmita, Jeny Marianty. dkk. 2014. Makalah Elektrolit. Kendari: Akademi Analis
Kesehatan Kendari

Sari, Dewi Puspita. 2012. Laporan Praktikum Patologi Klinik Pemeriksaan


Elektrolit. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. dr. Hamka

R, Gandosoebrata. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. DIAN RAKYAT: Jakarta


(http://id.m.wikipedia.org/wiki/elektrolit), diakses tanggal 10
Agustus 2019

Herawati, Fauna. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kemenkes RI

Kurniati, Nining. Dkk. 2019. Modul Praktikum Kimia Klinik II. Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis. Poltekkes Kemenkes Banten: Tangerang

20

Anda mungkin juga menyukai