Anda di halaman 1dari 12

Pancasila sebagai

legitimasi politik
Kelompok 6
Riswanda Ikmalul Lail 22001031049
Mardiyah Izza Afkarina 22001031050
Anifah Laily Syafitri 22001031055
Robby Bagus Saputra 22001031063
2

Latar belakang
Pancasila memiliki kedudukan yang sangat tinggi di Indonesia. Bukan hanya sebagai
dasar negara saja, Pancasila merupakan pedoman hidup masyarakat Indonesia. Segala
tindak tinduk masyarakat Indonesia harus selaras dengan falsafah Pancasila. Sesuai
dengan kelima sila yang ada.

Dari sini dapat disimpulkan, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Pancasila adalah
salah. Pancasila bak kitab suci Al-Quran bagi Indonesia. Memiliki kekuatan politik
tersendiri. Semua harus tunduk pada Pancasila. Menjadi filter bangsa Indonesia, yang
sejalan dengan Pancasila bisa diterima. Sebaliknya, yang bertentangan dengannya akan
ditolak dengan legitimasi Pancasila.

Melihat kekuatan yang dimiliki Pancasila, hal ini berpotensi penyalah gunaan fungsi dari
Pancasila. Menunggangi kepentingan Pancasila untuk kepentingan pribadi atau golongan.
Berdalih atas nama Pancasila. Menggunakan legitimasi Pancasila.
3

Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan Pancasila hanya sebagai legitimasi
politik?

B. Dapatkah pancasila dijadikan legitimasi politik?

C. Bagaimana dampaknya apabila Pancasila hanya menjadi alat


legitimasi politik dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara ?
4

A. Apa yang dimaksud dengan Pancasila hanya


sebagai legitimasi politik?
Pancasila merupakan core philosophy bangsa Indonesia. Artinya, Pancasila menjadi dasar filosofi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam segala aspek kehidupan. Aspek beragama, demokrasi,
maupun politik. Semua didasarkan pada Pancasila.

Selain itu, Pancasila juga mengandung nilai kearifan lokal (local wisdom) ke Indonesia-an yang dijabarkan
dalam tiap silanya. Hal ini juga menunjukkan nilai dan tujuan bangsa yang ingin dicapai di masa yang akan
datang (Derita Prapti Rahayu, 2015). Pada intinya segala sesuatu harus sejalan dengan Pancasila. Harus
mendapat legitimasi dari Pancasila sebagai core philosophy.

Legitimasi merupakan salah satu konsep penting yang dikupas dalam kajian Ilmu Politik (Surbakti, 2010)..
Sebab, legitimasi berkaitan dengan keabsahan atau penerimaan masyarakat terhadap penguasa atau pihak
yang memiliki otoritas. Seandainya suatu kekuasaan tidak terlegitimasi, maka akan muncul pembangkangan
politik yang membuat keadaan kepemimpinan tidak kondusif bekerja.

Pengertian legitimasi pada umumnya adalah penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral
pemimpin untuk memerintah, membuat dan melaksanakn keputusan politik. Legitimasi merupakan bagian
dari kewenangan, dan kewenangan adalah bagian dari kekuasaan.
5

Sebagaimana dijelaskan oleh (Haryanto, 2005) bahwa pengakuan terhadap elit yang memiliki legitimasi
adalah terdapatnya suatu keyakinan yang menunjukkan mengapa ‘The Rullers’ (pemimpin atau penguasa)
dipatuhi kepemimpinannya. Pemimpin atau aturan yang keluar dari pemimpin akan dipatuhi jika pemimpin
memiliki legitimasi.

Jadi pada intinya, legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap kewenangan
dan kekuasaan pemimpin untuk memerintah, membuat, serta melaksanakan keputusan politik. Poin
penting lainnya adalah legitimasi seorang pemimpin akan didapatkan ketika dia sudah melaksanakan apa
yang menjadi hak bagi warga negara.

Menjadikan Pancasila sebagai legitimasi politik nampaknya menjadi keharusan. Pancasila sebagai dasar
negara memang harus selalu dilibatkan dalam setiap urusan bernegara dan berkehidupan. Menjadi
sebuah pembenaran atas segala yang dikerjakan.

Pancasila menjadi pengesahan politik dan mejadi diterimanya politik dalam masyarakat. Tanpa legitimasi,
politik tidak dapat diterima. Jika politik tidak terlegitimasi, maka pemerintahan tidak akan ada artinya
karena tak adanya kewenangan. Oleh karenanya penting menjadikan Pancasila sebagai legitimasi politik,
untuk mengesahkan keberadaan dari pemerintah.
6
B. Dapatkah pancasila dijadikan legitimasi
politik?
Dalam beberapa literatur Ilmu Politik, konsep legitimasi berkait erat dengan kewenangan. Letak
perbedaanya sederhana, kewenangan berkaitan dengan otoritas seseorang melakukan atau memutuskan
sesuatu yang mengandung legitimasi di dalamnya.

Untuk mendapatkan legitimasi, menurut (Hermawan, 2001) melalui tiga cara, yaitu secara simbolis,
prosedural, dan material.
1. Secara simbolis yaitu dengan menggunakan simbol-simbol untuk memanipulasi moral, nilai-nilai, tradisi
dalam masyarakat. Pancasila sebagai dasar filosofi sudah memenuhi syarat dari segi simbolis. Karena
Pancasila sendiri berisi tentang kearifan lokal (local wisdom) dapat mencerminkan nilai nilai dan tradisi
masyarakat Indonesia.
2. Secara prosedural adalah dengan melalui pemilihan umum sebagai cara untuk mendapatkan
kekuasaan yang sah dan terlegitimate. Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Pancasila lahir pada
tanggal 1 Juni 1945, dibidani oleh para founding father bangsa dan disepakati sebagai ideologi
bangsa.
3. Secara material yaitu melalui memberikan material kepada masyarakat dengan menjanjikan
kesejahteraan dan lainnya. Pancasila mampu mengakomodir hal tersebut. Sebagai ideologi bangsa
yang menggambarkan tujuan dan cita cita bangsa.
7

Menjadikan Pancasila sebagai legitimasi politik maka harus siap mengambil setiap ruh Pancasila dalam
tiap kebijakan politik. Mencerminkan perilaku Pancasila dalam setiap kebijakan. Bukan hanya
menggunakan legitimasi untuk kepentingan politis golongan.

Menurut (Roeslan, 1993) bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri terkesan "menunggangi" Pancasila,
karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan.
Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain.
Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh
aparat pemerintah atau negara. Pancasila seringkali digunakan sebagai legimitator tindakan yang
menyimpang. Ia dikeramatkan sebagai alasan untuk stabilitas nasional daripada sebagai ideologi yang
memberikan ruang kebebasan untuk berkreasi.

Pada intinya, Pancasila dapat dijadikan sebagai legitimasi politik Indonesia. Dengan dilihat dari aspek
simbolis, material, dan prosedural telah dianggap cukup. Namun menjadikannya sebagai legitimasi harus
memasukann juga ruh Pancasila dalam setiap kebijakan.
C. Bagaimana dampaknya apabila Pancasila hanya 8

menjadi alat legitimasi politik dalam kehidupan


bermasyarakat berbangsa dan bernegara ?

Legitimasi akan mendatangkan kestabilan politik dari kemungkinan-kemungkinan untuk perubahan


sosial. Pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pihak yang berwenang akan menciptakan
pemerintahan yang stabil sehingga pemerintah dapat membuat dan melaksanakan keputusan yang
menguntungkan masyarakat umum.

Pemerintah yang memiliki legitimasi akan lebih mudah mengatasi permasalahan daripada pemerintah
yang kurang mendapatkan legitimasi. Dampak yang di dapat dari Pancasila sebagai legitimasi politik
yaitu Pancasila tidak tertanam pada diri dan jiwa anak-anak bangsa.

Sehingga tak heran jika saat ini kondisi bangsa sendiri sudah dalam keadaan kritis dan diambang
dekandensi penurunan nilai budaya. Sehingga muncul persoalan dalam bidang politik seperti, korupsi,
kolusi, nepotisme dan anarkisme. Semua itu terjadi karena kurangnya pengamalan nilai-nilai Pancasila.
9

Hal ini terjadi karena, Pancasila sebagai sebagai ideologi bangsa tidak dipahami secara benar
makna serta nilai-nilai Pancasila. Maka kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
akan menyimpang dari norma-norma pancasila, bahkan banyak kebijakan yang hanya
memementingkan kelompok atau golongan saja. Hanya pembuat kebijakan yang mendapatkan
keuntungan, jadi secara tdak sadar Pancasila telah dijadikan alat legitimasi politik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Hal ini dapat membuat hilangnya legitimasi masyarakat terhadap pemerintah. Jika kondisi seperti
ini sampai terjadi, pemerintahan yang ada bisa menjadi pemerintahan gagal. Kekacauan akan ada
di mana mana. Masyarakat sudah tidak akan percaya sama sekali dengan pemerintah, padahal
pemerintah sendri adalah wakil dari rakyat.

Apabila pemerintah tidak berhati-hati, hal ini bisa jadi dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik
pemerintah dengan memutar balikkan keadaan. Seolah-olah ini menjadi bentuk intimidasi
pemerintah terhadap rakyat, seakan-akan doktrin yang dipaksakan.

Maka oleh sebab itu menjadikan Pancasila sebagai legitimasi politik harus menyertai ruh dari
Pancasila. Menggambarkan apa yang tercantum tiap sila Pancasila dalam tiap kebijakan politik.
10

Penutup
Kesimpulan

Pancasila merupakan core philosophy bangsa Indonesia. Oleh karenanya Pancasila memiliki
peran yang sangat penting. Sebagai dasar negara, falsafah hidup bangsa, ideologi bangsa, dan
pandangan hidup bangsa. Melihat begitu pentingnya peranan pancasila, menjadi sebuah
keharusan menjadikannya sebagai legitimasi politik. Namun juga harus mecerminkan ruh
Pancasila dalam tiap kebijakan politik.
 
Saran

Perkembangan zaman menuntut kita untuk terus improvisasi. Termasuk improvisasi dalam
pemaknaan pancasila. Menjadikan Pancasila sebagai legitimasi politik adalah hal yang sangat
tepat. Tepat bukan brarti tidak akan ada cobaan. Akan banyak tantangan bagi Pancasila. Hal yang
paling ditakutkan adalah penyelewengan kekuasaan. Maka sudah seharusnya selalu mendalami
ruh ruh Pancasila dan mengimpletasikanya. Mengamalkan setiap pemkanaan Pancasila. Jika jiwa
jiwa Pancasilais, tantangan sebesar apapun tidak akan ada artinya.
11

Daftar Pustaka
 
Alonso, Sonia, Keane, John dan Merkel, W. (2011). Masa Depan Demokrasi Representatif
(Cambridge).
Derita Prapti Rahayu. (2015). AKTUALISASI PANCASILA SEBAGAI LANDASAN POLITIK
HUKUM INDONESIA Derita. Yustisia Jurnal Hukum, 4(1).
https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/view/8634/7724
Haryanto. (2005). Kekuasaan Elit : Suatu Bahasan Pengantar (Penerbit Total Media. (ed.)).
Hermawan, E. (2001). Politik Membela Yang Benar: teori, kritik, dan nalar
(Klik dan D).
Roeslan, A. (1993). Proses Pengembangan Pancasila (Yayasan Wi).
Surbakti, R. (2010). Memahami Ilmu Politik. Gramedia Widya Sarana.
https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/view/8634/7724
12

Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai