Dasar Negara
Oleh : Siti Zuria Leina (2010112007)
Makna Pancasila sebagai
Dasar Negara
Secara luas, makna Pancasila sebagai dasar negara adalah Pancasila digunakan sebagai dasar oleh negara
dalam mengatur pemerintahan dan penyelenggaraan negara. Selain itu, arti Pancasila sebagai dasar negara
juga dapat dimaknai dengan dijadikannya Pancasila sebagai pedoman dan prinsip dasar dalam kehidupan.
KBBI mendefinisikan Pancasila sebagai dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia yang
terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3)
Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara kultural, Pancasila sebagai dasar negara merupakan sebuah hasil budaya bangsa. Oleh
karenanya, Pancasila haruslah diwariskan kepada generasi muda melalui pendidikan. Jika
tidak diwariskan, negara dan bangsa akan kehilangan kultur yang penting. Penting untuk
diingat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kepedulian kepada pewarisan
budaya luhur bangsanya.
Fungsi Pancasila sebagai Dasar
Negara
Secara yuridis, Pancasila sebagai dasar negara tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Sehubungan dengan itu, Pancasila memiliki kekuatan yang mengikat. Seluruh tatanan hidup
bernegara yang bertentangan dengan Pancasila dinyatakan tidak berlaku dan harus dicabut.
Secara filosofis, nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Tatanan
nilai ini tidak lain merupakan ajaran tentang berbagai bidang kehidupan yang dipengaruhi
oleh potensi, kondisi bangsa, alam, dan cita-cita masyarakat. Lebih lanjut, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, Pancasila diakui sebagai filsafat hidup yang berkembang dalam
sosial budaya Indonesia.
Sumber Yuridis
Pancasila sebagai Dasar Negara
Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia
sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, yang kelahirannya ditempa dalam proses kebangsaan Indonesia. Melalui
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai payung hukum,
Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam praktik berdemokrasinya tidak kehilangan arah
dan dapat meredam konflik yang tidak produktif Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi
MPR periode 2009--2014
Peneguhan Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana terdapat pada pembukaan, juga
dimuat dalam Ketetapan MPR Nomor XVIIIMPR1998, tentang Pencabutan Ketetapan MPR
Nomor IIMPR1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Ekaprasetya
Pancakarsa dan ketetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Meskipun
status ketetapan MPR tersebut saat ini sudah masuk dalam kategori ketetapan MPR yang
tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat einmalig final, telah
dicabut maupun telah selesai dilaksanakan Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR
periode 2009- 2014
Selain itu, juga ditegaskan dalam Undang-
Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Perundang-undangan bahwa
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum negara. Penempatan Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara, yaitu
sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
bahwa Pancasila ditempatkan sebagai dasar dan
ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis
bangsa dan negara sehingga setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang 86
terkandung dalam Pancasila Pimpinan MPR dan
Tim Kerja Sosialisasi MPR periode 2009-2014
Sumber Historis
Pancasila sebagai Dasar Negara
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih terbentuk
sebagai Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai
moral Pancasila belum ditegaskan kedalam sistem etika, tetapi nilai-nilai
moral telah terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam
masa orde lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh
Presisen Soekarno disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki
sendiri).
Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui penataran P-4
diinstitusionalkandalam wadah BP-7.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk-pikuk
perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaran etika politik. Salah satu
bentuk pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik oleh penyelenggara negara
di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan
inilah yang menciptakan korupsi diberbagai kalangan penyelenggara negara.
Sumber Sosiologis
Pancasila sebagai Dasar Negara
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan
masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya orang Minangkabau dalam hal
bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih
banyak lagi Mutiara kearifan local yang berterbaran dibumi Indonesia ini sehingga
memerlukan penelitian yang mendalam.
Sumber Politis
Pancasila sebagai Dasar Negara
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber penyusunan sebagai peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma yang berbentuk
piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuasaannya dari suatu norma yang
lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya,
semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan praktik
institusi social, hukum, komunitas, stuktur-sruktur social, politik, ekonomi. Etika politik
mempunyai 3 dimensi yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik ekonomi. Dimensi tujuan
terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan hidup damai yang
didasarkan pada kebebasan dan keadilan. Dimensi sarana memungkinkan pencapaian
yang meliputi sistem prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan
negara dan yang mendasari institusi-institusi sosial. Dimensi aksi politik berkaitan
dengan perilaku pemegang peran sebagai pihak yang menentukan rasionalitas politik.
Rasional politik terdiri atas rasionalitas tindakan dan keutamaan. Tindakan politik
dinamakan rasional bila berlaku mempunyai orientasi situasi dan paham permasalahan.
Urgensi dan Implementasi Pancasila sebagai Dasar
Negara
Menurut Maulana Arafar Lubis dalam buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berbasis
Blended Learning (2021), pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara bersifat mengikat dan sebagai
sebuah keharusan. Sebab Pancasila merupakan norma hukum yang tidak boleh dikesampingkan
bahkan dilanggar. Semua turunan peraturan dan Undang-Undang Dasar tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila.
Dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (2020) karya
Muhammad Ridha Iswardhana, sebagai ideologi negara, Pancasila hadir
untuk menjadi panduan atau pedoman kehidupan. Indonesia memiliki
tujuan dan cita-cita yang harus dicapai. Namun kadang, ada permasalahan
yang harus dihadapi dan diselesaikan, seperti kemiskinan, penyakit, dan
korupsi.