Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945

atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusipemerintahan negara Republik

Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada

tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS,

dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli

1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada

tanggal 22 Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen),

yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang

ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

 Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan

Pertama UUD 1945

 Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan

Kedua UUD 1945

 Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan

Ketiga UUD 1945

1
 Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan

Keempat UUD 1945

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16

bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat

berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat

Aturan Tambahan), serta Penjelasan. Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki

20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Dalam

Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa

Ada Opini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan makalah
yang akan dibahas, yaitu:

1. Bagaimana sejarah amandemen UUD 1945 di Indonesia ?


2. Bagaimana mekanisme dan tata cara perubahan UUD 1945 ?
3. Bagaiman kedudukan lembaga-lembaga negara pasca amandemen ?
4. Apa tujuan dari amandemen UUD 1945 ?
5. Apa saja dampak positif dan negatif dari amandemen UUD 1945 ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tujuan amandemen UUD 1945.

2. Mengetahui dan memahami dampak amandemen UUD 1945.

3. Memberikan sedikit wawasan kepada para pembaca mengenai amandemen UUD

1945.

4. Mengetahui hasil amandemen terbaru UUD 1945.

2
5. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila.

1.4 Batasan Permasalahan


Proses amandemen UUD 1945 sangat panjang dan banyak hal yang melatarbelakanginya,

begitu juga dengan hasil perubahan nya. Dalam tulisan makalah ini hanya dibatasi pada dua hal

saja yang akan dibahas, yaitu:

1. Tujuan amandemen UUD 1945.

2. Dampak amandemen UUD 1945.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teoritis Persoalan


Secara estimologis, amandemen berasal dari Bahasa Inggris: to amend diartikan sebagai

to make better, to remove the faults. Selanjutnya amandement diartikan sebagai a change for

the better; a correction of error, faults etc. Dalam istilah pengertian ketatanegaraan (US

Convention) amendment adalah an addition to, or a change of a constitution or an organic act

which is a pendent to the document rather than intercalated in the text (Smith and Zurcher

1966:14). Menurut Sujatmiko, amandemen yang pokok itu tidak serampangan dan

merupakan hal yang serius. Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi bernegara. Beliau

berpendapat bahwakonstitusi di negara kita belum sepenuhnya sempurna. Jika ingin

menyempurnakan konstitusi satu-satunya pilihan ialah amandemen.

Dari beberapa referensi di atas amandemen haruslah dipahami sebagai penambahan,

atau perubahan pada sebuah konstitusi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari naskah

aslinya dan diletakkan pada dokumen yang bersangkutan. Pemahaman lebih lanjut adalah

amandemen bukan sekedar menyisipkan kata-kata atau perihal baru dalam teks. Di sisi lain,

amandemen bukan pula penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan total dengan

merumuskan konstitusi baru mencakup hal-hal mendasar seperti mengganti bentuk negara,

dasar negara, maupun bentuk pemerintahan.

Dalam amandemen UUD 1945 kiranya jelas bahwa tidak ada maksud-maksud

mengganti dasar negara Pancasila, bentuk negara kesatuan maupun bentukpemerintahan

4
presidensiil. Salah satu bentuk komitmen untuk tidak melakukan perubahan terhadap hal-hal

mendasar di atas adalah kesepakatan untuk tidak melakukan perubahan atas

Preambul/Pembukaan UUD 1945. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa yang harus

mendasariAmandemen UUD 1945 adalah semangat menyempurnakan, memperjelas,

memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada tanpa harus

melakukanperubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri.

2.1.1 Tujuan Amandemen UUD 1945

Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua MPR dari F-PP,

adalah:

1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap

dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan

pelaksanaan kekuatan rakyat.

2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.

3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai dengan

perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara hukum.

4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern melalui

pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang lebih ketat dan transparan dan

pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan

kebutuhan bangsa dan tantangan jaman.

5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban Negara

mewujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika dan moral

5
serta solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan.

6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting bagi eksistensi

negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi.

7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan

perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan Negara Indonesia ini sekaligus

mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yangakan datang.

2.1.2 Dampak Positif dan Negatif Amandemen UUD 1945

Dampak dari amandemen UUD 1945 pada intinya adalah terjadinya perubahan kekuasaan

pada lembaga-lembaga negara dan perubahan mengenai pengakuan HAM, berikut ini akan di

uraikan mengenai perubahan-perubahan tersebut.

1. Perubahan Kekuasaan Legislatif

Amandemen UUD 1945 yang menyangkut lembaga MPR (Pasal 1 ayat [2], Pasal 2 ayat[1], Pasal

3 ayat [1 – 3]), maka ada lima perubahan mendasar berkenaan dengan keparlemen yaitu:

a. Susunan anggota MPR berubah secara struktural karena dihapuskannya keberadaan

utusan golongan yang mencerminkan prinsip perwakilan fungsional dari unsur keanggotaan

MPR.

b. Bersamaan dengan perubahan yang bersifat struktural tersebut, fungsi MPR juga

mengalami perubahan mendasar. Majelis ini tidak lagi berfungsi sebagai supreme body yang

memiliki kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol dan karena itu kewenangannyapun mengalami

perubahan mendasar.

6
c. Diadopsinya prinsip pemisahan kekuasaan secara tegas antara fungsi legislative dan

eksekutif dalam perubahan UUD 1945 tidak lagi menganut sistem MPR berdasarkan prinsip

supremasi parlemen dan sistem pembagian kekuasaan oleh lembaga tertinggi MPR ke lembaga-

lembaga negara dibawahnya.

d. Dengan diadopsinya prinsip pemilihan presiden dan wakil presiden dalam satu paket

secara langsung dalam Pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945, maka konsep dan system

pertanggungjawaban Presiden tidak lagi dilakukan oleh MPR, tetapi langsung oleh rakyat.

Kedaulatan rakyat tidak lagi dipegang oleh MPR melainkan ditangan rakyat dan dilaksanakan

menurut undangundang (Pasal 1 ayat 2) menggambarkan bahwa Indonesia dari sistem MPR

kepada sistem kedaulatan rakyat.

e. UUD 1945 lah yang mentukan bagian-bagian mana dari kedaulatan rakyat yang

diserahkan pelaksanaannya kepada badan/lembaga yang keberadaan, wewenang, tugas dan

fungsinya ditentukan oleh UUD 1945 itu serta bagian mana yang langsung dilaksanakan oleh

rakyat, artinya tidak diserahkan kepada badan/ lembaga mana pun, melainkan langsung

dilaksanakan oleh rakyat itu sendiri melalui pemilu.

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara teoritis berarti terjadi perubahan fundamental

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu sistem yang vertical hierarkis dengan prinsip

supremasi MPR menjadi Horizontal fungsional dengan prinsip saling mengimbangi dan saling

mengawasi antar lembaga negara (cheks and balance). Perubahan Pasal-pasal UUD 1945 yang

terkait dengan DPR yang salah satu Pasalnya memindahkan titik berat kekuasaan legislasi

nasional yang semula berada ditangan Presiden (Pasal 5) beralih ke tangan DPR (Pasal 20 ayat1-

5).

7
Pergeseran kewenangan ini merupakan langkah konstitusional untuk meletakkan secara

tepat fungsi-fungsi lembaga negara sesuai dengan bidangnya masing-masing, yakni DPR sebagai

lembaga pembentuk undang-undang (lekuasaan legislative) dan Presiden sebagai lembaga

pelaksana undang - undang (kekuasaan eksekutif). Perubahan ini dimaksudkan untuk

memberdayakan DPR dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perwakilan yang dipilih

oleh rakyat untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya bukan lagi sebagai hanya

“tukang stempel”. Perubahan lain yang terkait dengan fungsi dan hak lembaga DPR serta hak

anggota DPR dimaksudkan untuk menjadikan DPR berfungsi secara optimal sebagai lembaga

perwakilan rakyat sekaligus memperkokoh pelaksanaan checks and balance oleh DPR. Namun,

sejumlah ahli hokum tata Negara menilai bahwa perubahan ini justru telah menggeser executif

heavy ke arah legislative heavy sehingga terkesan bukan keseimbangan yang dituju melalui

perubahan UUD 1945, tetapi DPR ingin memusatkan kekuasaan di tangannya.

2. Perubahan kekuasaan Eksekutif

Perubahan UUD 1945 terhadap Pasal 7 jabatan Presiden dan Wakil Presiden dibatasi hanya dua

periode. Pembatasan ini untuk mengendalikan penyalahgunaan kekuasaan. Semakin kuat atau

semakin lama memegang kekuasaan maka semakin kuat pula untuk tidak amanah dan berlaku

sewenang- wenang yang mengarah pada absolutisme dan otoriterisme. Perubahan Pasal 13 dalam

hal Presiden mengangkat duta dengan pertimbangan DPR dalam rangka menjaga objektifitas

terhadap kemampuan dan kecakapan seseorang pada jabatan tersebut. Selama ini terkesan duta

merupakan pos akomodasi orang-orang tertentu yang berjasa pada pemerintah atau sebagai

pembuangan bagi orang-orang yang kurang loyal pada pemerintah.

8
Perubahan Pasal 14 yang berkenaan Presiden dalam memberi grasi dan rehabilitasi dengan

mempertimbangkan Makamah Agung dan dalam pemberian amnesti dan abolisi dengan

memperhatikan pertimbangan DPR. Alasan Presiden harus memperhatikan pertimbangan

Mahkamah Agung dalam pemberian grasi dan rehabilitasi, karena:

a. Grasi dan rehabilitasi adalah proses yudisial dan biasanya diberikan kepada orang sudah

mengalami proses, sedang amnesty dan abolisi lebih bersifat proses politik.

b. Grasi dan rehabilitasi lebih banyak bersifat perseorangan, sedang amnesty dan abolisi

biasanya bersifat massal. Perubahan Pasal 13 dan 14 tersebut sebagai pengurangan atas

kekuasaan Presiden yang selama ini dipandang sebagai hak priogratif. Perubahan yang

menyangkut mekanisme pemilihanPresiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A ayat 1,2,3 dan 4)

dimaksudkan agar rakyat dapat berpartisipasi secara langsung menentukan pilihannya sehingga

tidak terulang lagi kekecewaan yang pernah terjadi pada pemilu 1999. Presiden dan Wakil

presiden dapat memiliki otoritas dan legitimasi yang kuat karena dipilih langsung oleh rakyat

dan rakyat tidak mudah menjatuhkan Presiden. Presiden bisa diberhentikan, jika melakukan

pelanggaran hukum seperti pengkhianatan negara, korupsi dan tindak pidana yang berat lainnya.

Proses pemberhentiannya melibatkan DPR, Mahkamah Konstitusi dan finalnya pada sidang

MPR. Mencermati perubahan terhadap Pasal-Pasal UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan

eksekutif selalu diimbangi oleh kekuasaanDPR bahkan DPR lebih mendominasi dan lebih kuat

kedudukannya sehingga Presiden dalam salah satu Pasalnya tidak bisa menjatuhkan atau

membubarkan DPR. Nampak dalam perubahan pasal kekuasaan eksekutif diarahkan untuk

menempatkan kedudukan antar lembaga negara sederajat sehingga tidak dapat saling

menjatuhkan atau membubarkan.

9
3. Perubahan kekuasaan Yudikatif

Perubahan-perubahan terhadap UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan Yudikatif dengan

adanya lembaga baru Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, pada intinya untuk

menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula diatur dalam

penjelasanUUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum tidak

berdasar atas kekuasaan belaka. Prinsip lain yang memperkuat bahwa pemerintahan berdasar atas

sistem konstitusi tidak bersifat absolutisme. Prinsip ini mengandung makna bahwa ada

pembagian kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan. Penegasan prinsip tersebut, maka salah

satu prinsip dari negara hokum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang

merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan

badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan

peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh

Mahkamah Konstitusi. Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan kehakiman Indonesia

dimaksudkan agar warga masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan

dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim atau boleh

dikatakan keberadaan Komisi Yudisial ini sebagai pengontrol atau pengawasan terhadaphakim,

disamping berfungsi untuk merekrut hakim agung.

Perubahan-perubahan terhadap UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan Yudikatif dengan

adanya lembaga baru Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, pada intinya untuk

menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula diatur dalam penjelasan

UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum tidak berdasar atas

kekuasaan belaka. Prinsip lain yang memperkuat bahwa pemerintahan berdasar atas sistem

10
konstitusi tidak bersifat absolutisme. Prinsip ini mengandung makna bahwa ada pembagian

kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan. Penegasan prinsip tersebut, maka salah satu

prinsip dari negara hokum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang

merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hokum dan keadilan.

Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada

dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh Mahkamah Konstitusi.

Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan kehakiman Indonesia dimaksudkan agar warga

masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses

pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim atau boleh dikatakan

keberadaan Komisi Yudisial ini sebagai pengontrol atau pengawasan terhadaphakim, disamping

berfungsi untuk merekrut hakim agung.

4. Perubahan Hak Asasi Manusia

Intisari dari perubahan UUD 1945 (Pasal 28A– 28I) yang berkenaan dengan hak asasi

manusia adalah untuk mempertegas identitas negara Indonesia sebagai negara hukum, yang salah

satu unsur terpentingnya adalah adanya pengakuan dan jaminan perlindungan hak-hak asasi

manusia. Perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia tersebut

adalah menjadi tanggung jawab negara terutama pemerintah yang diatur, dituangkan dalam

peraturan perundang-undangan (Konstitusi). Dengan adanya Undang-Undang Dasar (konstitusi)

yang mengatur HAM akan memberikan jaminan konstitusional terhadap asas kebebasan dan

persamaan. Hal ini, akan mendukung dan memperkuat pada perubahan UUD 1945 yang

11
menyangkut kekuasaan legislative, eksekutif dan Yudikatif yang pada prinsipnya

mempertegasadanya pembagian kekuasaan, dalam rangka untuk menghindari penumpukkan

kekuasaan dalam satu tangan yang sangat cenderung terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, yang

akhirnya berakibat pada pemerkosaan terhadap asas kebebasan dan persamaan yang menjadi ciri

khas darinegara demokrasi. Bertitik tolak dari perubahan-perubahan UUD 1945 baik yang

menyangkut kekuasaan Legislative, kekuasaan Eksekutif, kekuasaan Yudikatif maupun hak asasi

manusia tersebut diatas maka dalam amandemen UUD 1945 Negara Indonesia yang dilakukan di

era reformasi secara makro walaupun banyak kritikan dari kalangan ahli tata negara, tetapi paling

tidak (untuktidak mengatakan “jauh dari sempurna”) hasil amandemen UUD 1945 terjadi

perubahan paradigma:

a. Kedaulatan rakyat dengan prinsip demokrasi yang tidak semata-mata representatif, tetapi

juga partisipatif, menggantikan paradigma lama yang cenderung dikontaminasi oleh faham

integralistik, sehingga menimbulkan dominasi atau hegemoni negara yang berlebihan.

b. Perubahan paradigma negara hukum dengan prinsip supremasi hukum yang adil dan

responsif menggantikan paradigma negara kekuasaan dengan typology hukumnya yang represif.

c. Perubahan paradigma pembatasan kekuasaan sebagai cermin konstitusionalisme dengan

prinsip chek and balances untuk menggantikan paradigma sentralisasikekuasaan/otoritarian.

d. Perubahan paradigma konstitusi yang berbasis hak asasi manusia (HAM) sebagai

perwujudan kontrak sosial menggantikan paradigma bahwa hakhak rakyat atau warga Negara

adalah merupakan pemberian negara atau penguasa negara.

2.2 Analisa tiga artikel yang terkait pokok bahasan memakai teori yang ada.

12
2.2.1 Artikel Pertama : Amandemen UUD 1945 Harus Melalui Referendum !

Dalam artikel ini membahas mengenai dampak negatif dari amandemen UUD 1945

sehingga perlu di referendum.Dalam kurun waktu tiga tahun UUD 1945 telah mengalami 4 kali

amandemen. Perubahan itu membongkar pula beberapa landasan dasar mengenai sistim politik

dan ekonomi Indonesia. Amandemen itu juga merombak batang tubuh dan menghapus

penjelasan UUD 1945. Sejalan dengan proses amandemen itu, sistem politik Indonesia pun

semakin mengarah pada model demokrasi liberal. Gedung parlemen kita hari ini dipenuhi

dengan riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen.

Akan tetapi, hampir semua perdebatan itu tidak pernah berkaitan dengan persoalan rakyat.

Itu lah salah satu kutipan dari artikel tersebut yang menjelaskan bahwa amandemen UUD 1945

telah merubah banyak hal bahkan sistem politik Indonesia pun semakin mengarah pada

demokrasi liberal, tentu saja hal ini sudah keluar jalur dari demokrasi yang kita anut hingga

sekarang. Dalam waktu singkat yaitu tiga tahun, UUD 1945 telah diamandemen sebanyak empat

kali, tentu saja tujuannya hanya satu yaitu untuk menciptakan peraturan yang sempurna dan

sesuai dengan rakyat Indonesia. Namun, sampai sekarang hasil dari amandemen tersebut sama

sekali belum bisa merubah kehidupan rakyat Indonesia yang masih banyak membutuhkan

bantuan. Banyak pasal yang diubah dalam amandemen UUD 1945 salah satunya pasal 33. Pasal

33 UUD 1945 hasil amandemen dibuat permisif terhadap kepemilikan swasta dan dominasi

modal asing.

Padahal, filosofi pasal 33 UUD 1945 sangatlah memerangi liberalisme dan anti-

kapitalisme. Seakan-akan amandemen UUD 1945 ini hanya untuk kepentingan imperialisme.

Dalam artikel tersebut pun menyebutkan bahwa gedung parlemen kita hari ini dipenuhi dengan

13
riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen. Akan tetapi, hampir semua perdebatan itu tidak pernah

berkaitan dengan persoalan rakyat. Hal ini sama saja mengulang kembali peristiwa Dekrit

Presiden 5 Juli 1959, perdebatan yang tidak ada hasilnya bahkan hanya memperdebatkan

peraturan yang baru bukan kehidupan rakyat. Selain itu, sejak dihapusnya Ketetapan MPR

nomor IV/MPR/1983 yang mengatakan bahwa “bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,

terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum” pada tahun 1998, amandemen

UUD 1945 tidak memerlukan lagi persetujuan dari rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Selain itu

hal ini pun telah melenceng dari tujuan awal amandemen UUD 1945 yang rata-rata bertujuan

untuk mensejahterakan kehidupan bangsa dan negara. Namun, pada kenyataannya dari

amandemen UUD 1945 keempat yaitu tahun 2002 sampai tahun 2014 ini, kehidupan rakyat

Indonesia tidak terlalu mengalami kemajuan bahkan korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia

semakin marajalela.

2.2.2 Artikel kedua : Amandemen UUD 1945 Disosialisasikan

Pada artikel ini membahas mengenai rencana Mantan Ketua MPR RI yaitu Hidayat Nur

Wahid untuk mensosialisasikan amandemen UUD 1945 pada rakyat Indonesia. Menurut beliau

banyak dari rakyat Indonesia yang masih kurang paham dengan amandemen UUD 1945, padahal

peran rakyat sangatlah penting karena sesuai dengan tujuan amandemen UUD 1945 yang ke 2

yaitu “Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi”. Jadi,

dapat dikatakan rakyat memiliki peran vital dalam menegakkan demokrasi di negara Indonesia.

Selain itu, dalam perubahannya nanti isi undang-undang tersebut akan mempertegas

system presidensial, di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan

kekuasaan legislatif. Meski demikian, ia tak menampik pro-kontra pasti, sehingga masukan dari

14
masyarakat akan sangat membantu, serta mendukung sosialisasi amandemen UUD 1945. Ucap

bapak Hidayat dalam artikel tersebut. Amandemen UUD 1945 memang telah banyak membawa

perubahan pada negara ini, salah satunya mengenai kekuasaan eksekutif dan legislative (sesuai

yang telah dijelaskan pada landasan teoritis persoalan). Dalam hal ini tidak mengherankan bila

amandemen UUD 1945 menghasilkan dampak positif dan negatif di waktu yang bersamaan.

2.2.3 Artikel ketiga : Amandemen UUD 1945 Harus Dikaji Ulang

Dalam artikel ini membahas mengenai amandemen UUD 1945 yang harus dikaji kembali

karena menurut beberapa sumber amandemen UUD 1945 telah berdampak pada kekacauan di

bidang tata negara dan melahirkan produk turunan berupa undang-undang yang eksesif selain itu

ketidakjelasan sistem pemerintahan saat ini, presidensial namun berbau parlementer adalah

akibat amandemen UUD 1945 yang dinilai parsial. Menurut beberapa narasumber penyebab

awal terjadinya penyimpangan terhadap amandemen UUD 1945 ini karena dicabutnya Ketetapan

MPR nomor IV/MPR/1983 mengenai referendum. Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 yang

mengatakan bahwa “ bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta

pendapat rakyat melalui referendum” ketetapan ini dihapus pada tahun 1998, setahun sebelum

amandemen UUD 1945 yang pertama. Dalam hal ini tentu saja timbul kejanggalan karena

bagaimana pun rakyat memiliki peran yang sangat vital dalam hal ini karena rakyak adalah

pemegang tertinggi demokrasi di negara ini, sesuai dengan kalimat dari rakyat, oleh rakyat

dan untuk rakyat. Namun kenyataannya hal ini sama sekali tidak dilakukan

padahal hal ini jelas telah melanggar tujuan dari amandemen UUD 1945.

Selain itu, menurut salah satu narasumber perubahan di bidang ekonomi lebih

parah lagi. Misalnya, undang-undang investasi Indonesia jauh lebih liberal dibanding Amerika

15
Serikat sekalipun dan keberadaan konstitusi yang terlalu bernafaskan neoliberalisme tidak boleh

didiamkan.

Pengaplikasian Amandemen UUD 1945 sama sekali tidak sesuai dengan jati diri bangsa

Indonesia. Bila seperti ini terus, bangsa Indonesia belum dapat dikatakan sudah reformasi karena

pada kenyataannya bangsa Indonesia malah mengalami deformasi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

a. Tujuan dari amandemen UUD 1945 ialah untuk menyempurnakan UUD yang

sudah ada agar tetap sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun amandemen yang

dilakukan bertujuan untuk membawa bangsa ini menuju perubahan yang lebih baik di

berbagai bidang dengan senantiasa selalu memperhatikan kepentingan rakyat.

b. Dampak dari amandemen UUD 1945 adalah terjadinya perubahan kekuasaan dari

lembaga - lembaga negara, perubahan tersebut antara lain adalah:

1. MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara tetapi menjadi lembaga tinggi negara.

16
2. Semua lembaga negara (MPR, DPR, Pemerintah, MK dan KY) kini kedudukannya

menjadi sederajat yaitu lembaga tinggi negara.

3. Masa jabatan presidendibatasi menjadi 2 periode saja.Dampak lainya dari amandemen

UUD 1945 adalah lebih ditegakkan dan diakuinyaHAM.

c. Banyak anggapan bahwa amandemen UUD 1945 telah melenceng dan lebih

kearah model demokrasi liberal dan sistem pemerintahan semakin kearah parlementer.

d. Rakyat tidak diikutsertakan dalam amandemen UUD 1945 dari yang pertama

sampai yang keempat.

3.2 Saran

Menurut saya, masih banyak hal-hal di Indonesia yang perlu diperbaiki demi

terciptanya negara republik Indonesia yang di cita-citakan. Bidang-bidang dasar seperti

politik, ekonomi, sosial & budaya, serta hukum harus banyak mengalami perubahan

mengarah kepada yang lebih baik. Amandemen UUD 1945 sangat lah penting karena itu

kita perlu memahami amandemen UUD 1945 dengan baik dan menanamkan pengamalan

nilai-nilai Pancasila demi terciptanya Indonesia yang lebih maju namun tetap

mempertahankan ciri ke-Indonesiaannya. Saya yakin meskipun secanggih-canggihnya

perubahan zaman nanti, apabila kita tetap berpegang teguh terhadap kedua pedoman

tersebut dan dapat mengaplikasikannya dengan benar, maka kehidupan negara ini akan

menjadi semakin baik kedepannya..

17
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Harun, 2008, Amandemen UUD 1945 Dalam Pandangan Hukum Islam,Universitas

Muhammadiyah Malang.

Ash-Shiddiqie, Jimly, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta; FHUI.

Dahlan, Thoib, 2011,Ketatanegaraan Indonesia pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta;

pintuonline.

http://www.berdikarionline.com/editorial/20111109/amandemen-uud-1945-harusmelalui-
referendum.html (Diakses tanggal 07 Januari 2014)

http://news.liputan6.com/read/347566/amandemen-uud-1945-disosialisasikan

(Diakses tanggal 07 Januari 2014)

http://www.antaranews.com/print/177387/ (Diakses tanggal 07 Januari 2014)

18
http://www.scribd.com/doc/93213915/Amandemen-UUD1945-makalah

(Diakses tanggal 07 Januari 2014)Sadono Sukirno. 1994. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi
Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

19

Anda mungkin juga menyukai