PENDAHULUAN
atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusipemerintahan negara Republik
Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS,
dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli
1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen),
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang
1
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16
bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat
berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat
Aturan Tambahan), serta Penjelasan. Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki
20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Dalam
Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa
Ada Opini.
Adapun rumusan masalah yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan makalah
yang akan dibahas, yaitu:
1945.
2
5. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila.
begitu juga dengan hasil perubahan nya. Dalam tulisan makalah ini hanya dibatasi pada dua hal
3
BAB II
PEMBAHASAN
to make better, to remove the faults. Selanjutnya amandement diartikan sebagai a change for
the better; a correction of error, faults etc. Dalam istilah pengertian ketatanegaraan (US
which is a pendent to the document rather than intercalated in the text (Smith and Zurcher
1966:14). Menurut Sujatmiko, amandemen yang pokok itu tidak serampangan dan
merupakan hal yang serius. Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi bernegara. Beliau
atau perubahan pada sebuah konstitusi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari naskah
aslinya dan diletakkan pada dokumen yang bersangkutan. Pemahaman lebih lanjut adalah
amandemen bukan sekedar menyisipkan kata-kata atau perihal baru dalam teks. Di sisi lain,
amandemen bukan pula penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan total dengan
merumuskan konstitusi baru mencakup hal-hal mendasar seperti mengganti bentuk negara,
Dalam amandemen UUD 1945 kiranya jelas bahwa tidak ada maksud-maksud
4
presidensiil. Salah satu bentuk komitmen untuk tidak melakukan perubahan terhadap hal-hal
Preambul/Pembukaan UUD 1945. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa yang harus
memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada tanpa harus
melakukanperubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri.
Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua MPR dari F-PP,
adalah:
1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap
dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai dengan
perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara hukum.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern melalui
pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang lebih ketat dan transparan dan
mewujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika dan moral
5
serta solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat
6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting bagi eksistensi
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan
perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan Negara Indonesia ini sekaligus
Dampak dari amandemen UUD 1945 pada intinya adalah terjadinya perubahan kekuasaan
pada lembaga-lembaga negara dan perubahan mengenai pengakuan HAM, berikut ini akan di
Amandemen UUD 1945 yang menyangkut lembaga MPR (Pasal 1 ayat [2], Pasal 2 ayat[1], Pasal
3 ayat [1 – 3]), maka ada lima perubahan mendasar berkenaan dengan keparlemen yaitu:
utusan golongan yang mencerminkan prinsip perwakilan fungsional dari unsur keanggotaan
MPR.
b. Bersamaan dengan perubahan yang bersifat struktural tersebut, fungsi MPR juga
mengalami perubahan mendasar. Majelis ini tidak lagi berfungsi sebagai supreme body yang
memiliki kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol dan karena itu kewenangannyapun mengalami
perubahan mendasar.
6
c. Diadopsinya prinsip pemisahan kekuasaan secara tegas antara fungsi legislative dan
eksekutif dalam perubahan UUD 1945 tidak lagi menganut sistem MPR berdasarkan prinsip
supremasi parlemen dan sistem pembagian kekuasaan oleh lembaga tertinggi MPR ke lembaga-
d. Dengan diadopsinya prinsip pemilihan presiden dan wakil presiden dalam satu paket
secara langsung dalam Pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945, maka konsep dan system
pertanggungjawaban Presiden tidak lagi dilakukan oleh MPR, tetapi langsung oleh rakyat.
Kedaulatan rakyat tidak lagi dipegang oleh MPR melainkan ditangan rakyat dan dilaksanakan
menurut undangundang (Pasal 1 ayat 2) menggambarkan bahwa Indonesia dari sistem MPR
e. UUD 1945 lah yang mentukan bagian-bagian mana dari kedaulatan rakyat yang
fungsinya ditentukan oleh UUD 1945 itu serta bagian mana yang langsung dilaksanakan oleh
rakyat, artinya tidak diserahkan kepada badan/ lembaga mana pun, melainkan langsung
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara teoritis berarti terjadi perubahan fundamental
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu sistem yang vertical hierarkis dengan prinsip
supremasi MPR menjadi Horizontal fungsional dengan prinsip saling mengimbangi dan saling
mengawasi antar lembaga negara (cheks and balance). Perubahan Pasal-pasal UUD 1945 yang
terkait dengan DPR yang salah satu Pasalnya memindahkan titik berat kekuasaan legislasi
nasional yang semula berada ditangan Presiden (Pasal 5) beralih ke tangan DPR (Pasal 20 ayat1-
5).
7
Pergeseran kewenangan ini merupakan langkah konstitusional untuk meletakkan secara
tepat fungsi-fungsi lembaga negara sesuai dengan bidangnya masing-masing, yakni DPR sebagai
memberdayakan DPR dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perwakilan yang dipilih
oleh rakyat untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya bukan lagi sebagai hanya
“tukang stempel”. Perubahan lain yang terkait dengan fungsi dan hak lembaga DPR serta hak
anggota DPR dimaksudkan untuk menjadikan DPR berfungsi secara optimal sebagai lembaga
perwakilan rakyat sekaligus memperkokoh pelaksanaan checks and balance oleh DPR. Namun,
sejumlah ahli hokum tata Negara menilai bahwa perubahan ini justru telah menggeser executif
heavy ke arah legislative heavy sehingga terkesan bukan keseimbangan yang dituju melalui
Perubahan UUD 1945 terhadap Pasal 7 jabatan Presiden dan Wakil Presiden dibatasi hanya dua
periode. Pembatasan ini untuk mengendalikan penyalahgunaan kekuasaan. Semakin kuat atau
semakin lama memegang kekuasaan maka semakin kuat pula untuk tidak amanah dan berlaku
sewenang- wenang yang mengarah pada absolutisme dan otoriterisme. Perubahan Pasal 13 dalam
hal Presiden mengangkat duta dengan pertimbangan DPR dalam rangka menjaga objektifitas
terhadap kemampuan dan kecakapan seseorang pada jabatan tersebut. Selama ini terkesan duta
merupakan pos akomodasi orang-orang tertentu yang berjasa pada pemerintah atau sebagai
8
Perubahan Pasal 14 yang berkenaan Presiden dalam memberi grasi dan rehabilitasi dengan
mempertimbangkan Makamah Agung dan dalam pemberian amnesti dan abolisi dengan
a. Grasi dan rehabilitasi adalah proses yudisial dan biasanya diberikan kepada orang sudah
mengalami proses, sedang amnesty dan abolisi lebih bersifat proses politik.
b. Grasi dan rehabilitasi lebih banyak bersifat perseorangan, sedang amnesty dan abolisi
biasanya bersifat massal. Perubahan Pasal 13 dan 14 tersebut sebagai pengurangan atas
kekuasaan Presiden yang selama ini dipandang sebagai hak priogratif. Perubahan yang
menyangkut mekanisme pemilihanPresiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A ayat 1,2,3 dan 4)
dimaksudkan agar rakyat dapat berpartisipasi secara langsung menentukan pilihannya sehingga
tidak terulang lagi kekecewaan yang pernah terjadi pada pemilu 1999. Presiden dan Wakil
presiden dapat memiliki otoritas dan legitimasi yang kuat karena dipilih langsung oleh rakyat
dan rakyat tidak mudah menjatuhkan Presiden. Presiden bisa diberhentikan, jika melakukan
pelanggaran hukum seperti pengkhianatan negara, korupsi dan tindak pidana yang berat lainnya.
Proses pemberhentiannya melibatkan DPR, Mahkamah Konstitusi dan finalnya pada sidang
MPR. Mencermati perubahan terhadap Pasal-Pasal UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan
eksekutif selalu diimbangi oleh kekuasaanDPR bahkan DPR lebih mendominasi dan lebih kuat
kedudukannya sehingga Presiden dalam salah satu Pasalnya tidak bisa menjatuhkan atau
membubarkan DPR. Nampak dalam perubahan pasal kekuasaan eksekutif diarahkan untuk
menempatkan kedudukan antar lembaga negara sederajat sehingga tidak dapat saling
9
3. Perubahan kekuasaan Yudikatif
adanya lembaga baru Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, pada intinya untuk
menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula diatur dalam
penjelasanUUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum tidak
berdasar atas kekuasaan belaka. Prinsip lain yang memperkuat bahwa pemerintahan berdasar atas
sistem konstitusi tidak bersifat absolutisme. Prinsip ini mengandung makna bahwa ada
pembagian kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan. Penegasan prinsip tersebut, maka salah
satu prinsip dari negara hokum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang
merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
dimaksudkan agar warga masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan
dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim atau boleh
dikatakan keberadaan Komisi Yudisial ini sebagai pengontrol atau pengawasan terhadaphakim,
adanya lembaga baru Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, pada intinya untuk
menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula diatur dalam penjelasan
UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum tidak berdasar atas
kekuasaan belaka. Prinsip lain yang memperkuat bahwa pemerintahan berdasar atas sistem
10
konstitusi tidak bersifat absolutisme. Prinsip ini mengandung makna bahwa ada pembagian
kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan. Penegasan prinsip tersebut, maka salah satu
prinsip dari negara hokum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang
merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh Mahkamah Konstitusi.
Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan kehakiman Indonesia dimaksudkan agar warga
masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses
pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim atau boleh dikatakan
keberadaan Komisi Yudisial ini sebagai pengontrol atau pengawasan terhadaphakim, disamping
Intisari dari perubahan UUD 1945 (Pasal 28A– 28I) yang berkenaan dengan hak asasi
manusia adalah untuk mempertegas identitas negara Indonesia sebagai negara hukum, yang salah
satu unsur terpentingnya adalah adanya pengakuan dan jaminan perlindungan hak-hak asasi
manusia. Perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia tersebut
adalah menjadi tanggung jawab negara terutama pemerintah yang diatur, dituangkan dalam
yang mengatur HAM akan memberikan jaminan konstitusional terhadap asas kebebasan dan
persamaan. Hal ini, akan mendukung dan memperkuat pada perubahan UUD 1945 yang
11
menyangkut kekuasaan legislative, eksekutif dan Yudikatif yang pada prinsipnya
kekuasaan dalam satu tangan yang sangat cenderung terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, yang
akhirnya berakibat pada pemerkosaan terhadap asas kebebasan dan persamaan yang menjadi ciri
khas darinegara demokrasi. Bertitik tolak dari perubahan-perubahan UUD 1945 baik yang
menyangkut kekuasaan Legislative, kekuasaan Eksekutif, kekuasaan Yudikatif maupun hak asasi
manusia tersebut diatas maka dalam amandemen UUD 1945 Negara Indonesia yang dilakukan di
era reformasi secara makro walaupun banyak kritikan dari kalangan ahli tata negara, tetapi paling
tidak (untuktidak mengatakan “jauh dari sempurna”) hasil amandemen UUD 1945 terjadi
perubahan paradigma:
a. Kedaulatan rakyat dengan prinsip demokrasi yang tidak semata-mata representatif, tetapi
juga partisipatif, menggantikan paradigma lama yang cenderung dikontaminasi oleh faham
b. Perubahan paradigma negara hukum dengan prinsip supremasi hukum yang adil dan
responsif menggantikan paradigma negara kekuasaan dengan typology hukumnya yang represif.
d. Perubahan paradigma konstitusi yang berbasis hak asasi manusia (HAM) sebagai
perwujudan kontrak sosial menggantikan paradigma bahwa hakhak rakyat atau warga Negara
2.2 Analisa tiga artikel yang terkait pokok bahasan memakai teori yang ada.
12
2.2.1 Artikel Pertama : Amandemen UUD 1945 Harus Melalui Referendum !
Dalam artikel ini membahas mengenai dampak negatif dari amandemen UUD 1945
sehingga perlu di referendum.Dalam kurun waktu tiga tahun UUD 1945 telah mengalami 4 kali
amandemen. Perubahan itu membongkar pula beberapa landasan dasar mengenai sistim politik
dan ekonomi Indonesia. Amandemen itu juga merombak batang tubuh dan menghapus
penjelasan UUD 1945. Sejalan dengan proses amandemen itu, sistem politik Indonesia pun
semakin mengarah pada model demokrasi liberal. Gedung parlemen kita hari ini dipenuhi
Akan tetapi, hampir semua perdebatan itu tidak pernah berkaitan dengan persoalan rakyat.
Itu lah salah satu kutipan dari artikel tersebut yang menjelaskan bahwa amandemen UUD 1945
telah merubah banyak hal bahkan sistem politik Indonesia pun semakin mengarah pada
demokrasi liberal, tentu saja hal ini sudah keluar jalur dari demokrasi yang kita anut hingga
sekarang. Dalam waktu singkat yaitu tiga tahun, UUD 1945 telah diamandemen sebanyak empat
kali, tentu saja tujuannya hanya satu yaitu untuk menciptakan peraturan yang sempurna dan
sesuai dengan rakyat Indonesia. Namun, sampai sekarang hasil dari amandemen tersebut sama
sekali belum bisa merubah kehidupan rakyat Indonesia yang masih banyak membutuhkan
bantuan. Banyak pasal yang diubah dalam amandemen UUD 1945 salah satunya pasal 33. Pasal
33 UUD 1945 hasil amandemen dibuat permisif terhadap kepemilikan swasta dan dominasi
modal asing.
Padahal, filosofi pasal 33 UUD 1945 sangatlah memerangi liberalisme dan anti-
kapitalisme. Seakan-akan amandemen UUD 1945 ini hanya untuk kepentingan imperialisme.
Dalam artikel tersebut pun menyebutkan bahwa gedung parlemen kita hari ini dipenuhi dengan
13
riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen. Akan tetapi, hampir semua perdebatan itu tidak pernah
berkaitan dengan persoalan rakyat. Hal ini sama saja mengulang kembali peristiwa Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, perdebatan yang tidak ada hasilnya bahkan hanya memperdebatkan
peraturan yang baru bukan kehidupan rakyat. Selain itu, sejak dihapusnya Ketetapan MPR
nomor IV/MPR/1983 yang mengatakan bahwa “bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945,
terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum” pada tahun 1998, amandemen
UUD 1945 tidak memerlukan lagi persetujuan dari rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Selain itu
hal ini pun telah melenceng dari tujuan awal amandemen UUD 1945 yang rata-rata bertujuan
untuk mensejahterakan kehidupan bangsa dan negara. Namun, pada kenyataannya dari
amandemen UUD 1945 keempat yaitu tahun 2002 sampai tahun 2014 ini, kehidupan rakyat
Indonesia tidak terlalu mengalami kemajuan bahkan korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia
semakin marajalela.
Pada artikel ini membahas mengenai rencana Mantan Ketua MPR RI yaitu Hidayat Nur
Wahid untuk mensosialisasikan amandemen UUD 1945 pada rakyat Indonesia. Menurut beliau
banyak dari rakyat Indonesia yang masih kurang paham dengan amandemen UUD 1945, padahal
peran rakyat sangatlah penting karena sesuai dengan tujuan amandemen UUD 1945 yang ke 2
yaitu “Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi”. Jadi,
dapat dikatakan rakyat memiliki peran vital dalam menegakkan demokrasi di negara Indonesia.
Selain itu, dalam perubahannya nanti isi undang-undang tersebut akan mempertegas
system presidensial, di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan
kekuasaan legislatif. Meski demikian, ia tak menampik pro-kontra pasti, sehingga masukan dari
14
masyarakat akan sangat membantu, serta mendukung sosialisasi amandemen UUD 1945. Ucap
bapak Hidayat dalam artikel tersebut. Amandemen UUD 1945 memang telah banyak membawa
perubahan pada negara ini, salah satunya mengenai kekuasaan eksekutif dan legislative (sesuai
yang telah dijelaskan pada landasan teoritis persoalan). Dalam hal ini tidak mengherankan bila
amandemen UUD 1945 menghasilkan dampak positif dan negatif di waktu yang bersamaan.
Dalam artikel ini membahas mengenai amandemen UUD 1945 yang harus dikaji kembali
karena menurut beberapa sumber amandemen UUD 1945 telah berdampak pada kekacauan di
bidang tata negara dan melahirkan produk turunan berupa undang-undang yang eksesif selain itu
ketidakjelasan sistem pemerintahan saat ini, presidensial namun berbau parlementer adalah
akibat amandemen UUD 1945 yang dinilai parsial. Menurut beberapa narasumber penyebab
awal terjadinya penyimpangan terhadap amandemen UUD 1945 ini karena dicabutnya Ketetapan
MPR nomor IV/MPR/1983 mengenai referendum. Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 yang
mengatakan bahwa “ bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta
pendapat rakyat melalui referendum” ketetapan ini dihapus pada tahun 1998, setahun sebelum
amandemen UUD 1945 yang pertama. Dalam hal ini tentu saja timbul kejanggalan karena
bagaimana pun rakyat memiliki peran yang sangat vital dalam hal ini karena rakyak adalah
pemegang tertinggi demokrasi di negara ini, sesuai dengan kalimat dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat. Namun kenyataannya hal ini sama sekali tidak dilakukan
padahal hal ini jelas telah melanggar tujuan dari amandemen UUD 1945.
Selain itu, menurut salah satu narasumber perubahan di bidang ekonomi lebih
parah lagi. Misalnya, undang-undang investasi Indonesia jauh lebih liberal dibanding Amerika
15
Serikat sekalipun dan keberadaan konstitusi yang terlalu bernafaskan neoliberalisme tidak boleh
didiamkan.
Pengaplikasian Amandemen UUD 1945 sama sekali tidak sesuai dengan jati diri bangsa
Indonesia. Bila seperti ini terus, bangsa Indonesia belum dapat dikatakan sudah reformasi karena
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Tujuan dari amandemen UUD 1945 ialah untuk menyempurnakan UUD yang
sudah ada agar tetap sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun amandemen yang
dilakukan bertujuan untuk membawa bangsa ini menuju perubahan yang lebih baik di
b. Dampak dari amandemen UUD 1945 adalah terjadinya perubahan kekuasaan dari
1. MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara tetapi menjadi lembaga tinggi negara.
16
2. Semua lembaga negara (MPR, DPR, Pemerintah, MK dan KY) kini kedudukannya
c. Banyak anggapan bahwa amandemen UUD 1945 telah melenceng dan lebih
kearah model demokrasi liberal dan sistem pemerintahan semakin kearah parlementer.
d. Rakyat tidak diikutsertakan dalam amandemen UUD 1945 dari yang pertama
3.2 Saran
Menurut saya, masih banyak hal-hal di Indonesia yang perlu diperbaiki demi
politik, ekonomi, sosial & budaya, serta hukum harus banyak mengalami perubahan
mengarah kepada yang lebih baik. Amandemen UUD 1945 sangat lah penting karena itu
kita perlu memahami amandemen UUD 1945 dengan baik dan menanamkan pengamalan
nilai-nilai Pancasila demi terciptanya Indonesia yang lebih maju namun tetap
perubahan zaman nanti, apabila kita tetap berpegang teguh terhadap kedua pedoman
tersebut dan dapat mengaplikasikannya dengan benar, maka kehidupan negara ini akan
17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadiyah Malang.
pintuonline.
http://www.berdikarionline.com/editorial/20111109/amandemen-uud-1945-harusmelalui-
referendum.html (Diakses tanggal 07 Januari 2014)
http://news.liputan6.com/read/347566/amandemen-uud-1945-disosialisasikan
18
http://www.scribd.com/doc/93213915/Amandemen-UUD1945-makalah
(Diakses tanggal 07 Januari 2014)Sadono Sukirno. 1994. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi
Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
19