Anda di halaman 1dari 3

Dalam perkembangannya, batang tubuh UUD 1945 telah diamandemen sebanyak

empat
kali. Amandemen yang dilakukan bertujuan untuk memperjelas hukum-hukum
yang terkandung
di dalamnya, atau untuk membentuk suatu hukum yang belum dijelaskan, demi
penyempurnaan
UUD 1945. Dengan dilakukannya amandemen UUD 1945 diharapkan dapat
memenuhi
kebutuhan hukum dalam pelaksanaan ketatanegaraan. Sehingga tidak ada celah
untuk melakukan
pelanggaran terhadapnya.
Amandemen UUD 1945 hingga empat kali yang dilakukan oleh MPR pascagerakan
reformasi 1999-2002, dirasakan oleh berbagai pihak dan komponen bangsa belum
membuahkan hasil nyata pada kesejahteraan rakyat. 41 Karenanya kemudian muncul
berbagai gagasan, seperti mengamandemen kembali UUD 1945, atau bahkan kembali ke
UUD 1945 sebelum amandemen. Dua arus gagasan ini sangat kuat di luar alur gagasan
yang relatif netral, yaitu memberi kesempatan untuk melihat hasil amandemen pertama
hingga keempat. 42 Pendapat yang tidak setuju amandemen serta menginginkan
kembali ke UUD 1945 yang asli diantaranya menyatakan bahwa UUD 1945 hasil
amandemen dinilai cacat hukum, batang tubuh UUD 1945 tidak lagi sesuai dengan
pembukaannya. Proses amandemen dinilai tidak berjalan sesuai prosedur yang benar.
Sebagai produk MPR, amandemen UUD 1945 mestinya dinyatakan dalam bentuk Tap
MPR. Namun, sejauh ini amandemen tersebut tidak memiliki dasar hukum dan hanya
sekadar notulen rapat.43

Proses amandemen juga dinilai ilegal, karena pada amandemen UUD 1945 Tahun 2002,
MPR, bukan mengamandemen UUD 1945, melainkan justru mengganti, sehingga produk
konstitusi hasil perubahan dianggap menyimpang dari semangat konstitusi awal. 44
Penyimpangan yang terjadi di ranah politik dan ekonomi ditengarai juga karena sudah
tercemar UUD 1945 produk amandemen. 45 Sementara, bagi pihak yang ingin
melanjutkan amandemen diantaranya beralasan bahwa amandemen kelima adalah
penyempurnaan sistem tata negara, pemerintahan dan hukum yang berlaku di
Indonesia. 46 Selain itu, amandemen juga perlu demi terciptanya keseimbangan tatanan
sosial, politik dan ekonomi, 47 serta mempunyai tujuan menciptakan tatanan
kenegaraan yang lebih baik di masa mendatang. 48 Maka, bagi kelompok ini, tuntutan
kembali ke UUD 1945 adalah tidak realistis. 49 Situasi hingar-bingar seperti ini
menunjukkan bahwa amandemen UUD 1945 memiliki kekurangan mendasar yang
menyebabkan posisinya belum mampu menjadi “the only game in town” sebagaimana
dipersyaratkan dalam mengkonsolidasikan demokrasi pada negara-negara yang
mengalami masa transisi. 50 Secara lebih substanti lagi, situasi itu pun memantulkan
masih rendahnya tingkat efektivitas amandemen UUD 1945 dalam membentuk
pemerintahan yang efektif mewujudkan tujuan negara sebagaimana ditetapkan dalam
Pembukaan UUD 1945. Maka, ke depan, tampaknya arus gagasan kembali
mengamandemen UUD 1945 akan bertambah kuat. Di atas semua itu, kontroversi dan
polemik amandemen UUD 1945 atau kembali ke UUD 1945 hendaknya dimaknai secara
positif, yaitu menyebabkan UUD menjadi lebih dekat dengan rakyat. Hal ini juga harus
Arah kemana konstitusi Indonesia, UUD 1945 hendak dibawa dapat dilihat dari tiga arus
utama yang sekarang berpolemik. Yaitu pertama yang ingin mengembalikan ke UUD
1945 asli. Kedua, yang ingin mempertahankan UUD 1945 yang ada kini dan hasil
amandemen. Ketiga, yang ingin melakukan amandemen lanjutan. Ke arah mana arus itu
lebih kuat, ke sanalah UUD 1945 akan dibawa. Amandemen kelima UUD 1945
betapapun urgennya sangat tergantung kepada hasil (kecenderungan) kontroversi atau
polemik konstitusi di atas. Namun sebagai catatan, jika amandemen kelima betulbetul
terlaksana, maka harus ada badan, lembaga, komisi atau panitia konstitusi yang
berpostur ideal, yaitu berwibawa, independen, non partisan dan profesional. Gagasan
penyempurnaan UUD 1945 ke depan, harus selalu berwawasan demokrasi dengan
memperhatikan dimensi sosial yang tengah berkembang seperti, pengaturan tentang
pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung, karena pemilihan kepala daerah
secara langsung merupakan bentuk pengakuan dan pengukuhan kedaulatan rakyat.
Dimensi global juga harus mendapat perhatian seperti pembangunan berwawasan
lingkungan yang merupakan hak konstitusional di bidang pengelolaan lingkungan hidup,
sebagai bentuk komitmen negara dalam mengakui hak-hak konstitusional warganya.
Wallahuallam Bissawab....!!!!dilihat sebagai usaha memperluas pendidikan politik dan
pendidikan konstitusi secara kritis. Dengan demikian sepanjang dilakukan secara terbuka
rasional dan substantif tentu dapat membantu mencerahkan pemahaman segenap
warga yang terlibat dalam mengembangkan kesadaran berkonstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan hukum. Perubahan tersebut sebagai respon tuntutan reformasi pada
waktu itu. Tuntutan tersebut antara lain dilatar belakangi oleh praktek
penyelenggaraan negara pada masa pemerintahan rezim Soeharto. Alasan filosofis,
historis, yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis juga mendukung dilakukannya
perubahan terhadap konstitusi.  Selain itu adanya dukungan luas dari berbagai
lapisan masyarakat. Perubahan UUD 1945 bukannya tanpa masalah. Karena ada
sejumlah kelemahan sistimatika dan substansi UUD pasca perubahan seperti
inkonsisten, kerancuan sistem pemerintahan dan sistem ketatanegaraan yang tidak
jelas. Perubahan Undang-Undang Dasar ternyata tidak dengan sendirinya
menumbuhkan budaya taat berkonstitusi. Amandemen UUD 1945 Sebelum
dilakukan amandemen, UUD 1945 memiliki 38 bab, 37 pasal, dan 64 ayat. Setelah
dilakukan empat kali amendemen ada 16 bab, 37 pasal 194 ayat, tiga pasa aturan
perakitan, dan dua pasal aturan tambahan. Baca juga: Pembukaan UUD 1945:
Makna dan Pokok Pikiran Jimly Asshiddiqie dalam bukunya Konsolidasi naskah UUD
1945 (2003). Berikut empat emendemen UUD 1945: Amandeman I Amandemen
yang pertama dilakukan pada Sidang Umum MPR pada 14-21 Oktober 1999. Pada
amandemen pertama menyempurnakan sembilan pasal, yakni pasal 5, pasal 7,
pasal 9, pasal 13. Kemudian pasal 13, pasal 15, pasal 17, pasal 20, dan pasal 21.
Ada dua perubahan fundamental yang dilakukan, yaitu pergeseran kekuasaan
membentuk undang-undang dari Presiden ke DPR, dan pembatasan masa jabatan
presiden selama 5 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Amandeman II Amandemen kedua terjadi
pada Sidang Tahunan MPR pada 7 hingga 18 Agustus 2010. Pada amandemen
tersebut ada 15 pasal perubahan atau tambahan/tambahan dan perubahan 6 bab.
Perubahan yang penting itu ada delapan hal, yakni: Baca juga: KALEIDOSKOP
2019: Wacana Amendemen UUD 1945 yang Makin Tak Jelas... Otonomi
daerah/desentralisasi. Pengakuan serta penghormatan terhadap satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa dan terhadap
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya. Penegasan fungsi
dan hak DPR. Penegasan NKRI sebagai sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang. Perluasan jaminan konstitusional hak asasi manusia. Sistem
pertahanan dan keamanan Negara. Pemisahan struktur dan fungsi TNI dengan Polri.
Pengaturan bendera, bahasa, lambang Negara, dan lagu kebangsaan. Amandemen
III Amandeman ketiga berlangsung pada Sidang Umum MPR, 1 hingga 9 September
2001. Ada 23 pasal perubahan/tambahan dan tiga bab tambahan. Perubahan
mendasar meliputi 10 hal, yakni: Penegasan Indonesia sebagai negara demokratis
berdasar hukum berbasis konstitusionalisme. Perubahan struktur dan kewenangan
MPR. Pemilihan Presiden dan wakil Presiden langsung oleh rakyat. Mekanisme
pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden. Kelembagaan Dewan Perwakilan
Daerah. Pemilihan umum. Pembaharuan kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan.
Perubahan kewenangan dan proses pemilihan dan penetapan hakim agung.
Pembentukan Mahkamah Konstitusi. Pembentukan Komisi Yudisial. Baca juga:
Dikunjungi MPR, Ini Tanggapan Muhammadiyah, PBNU, MUI, hingga PHDI soal
Amendemen UUD 1945 Amandemen IV Amandemen IV berlangsung pada Sidang
Umum MPR, 1 hingga 9 Agustus 20012. Ada 13 pasal, tiga pasal aturan peralihan,
dua pasal tambahan dan peruban dua bab. Dalam empat kali amandemen UUD
1945 tersebut relatif singkat. Bahkan selama pembahasannya tidak banyak menemui
kendala meski pada Sidang MPR berlangsung alot dan penuh argumentasi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Amandemen UUD 1945:


Tujuan dan Perubahannya", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/140000869/amandemen-uud-
1945-tujuan-dan-perubahannya?page=all.
Penulis : Ari Welianto
Editor : Ari Welianto

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Anda mungkin juga menyukai