Anda di halaman 1dari 136

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL DAN SHOPPING MALL


DI PURWOKERTO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

Disusun oleh:
REVI AULIA PURBANDINI
I0207079

Dosen Pembimbing:
Ir. EDI PRAMONO SINGGIH, MT
YOSAFAT WINARTO, ST.MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011to user
commit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau

oleh:
Revi Aulia Purbandini
I0207079

Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau adalah
suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di dalamnya yang berupa wadah
pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang yang melakukan perjalanan,
serta menyediakan sarana perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum
dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap
lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat. Dampak fenomena
pemanasan global ditandai dengan makin buruknya kondisi alam di muka bumi. Sektor
bangunan justru menjadi kontributor terhadap kerusakan alam dan konsumsi energi.
Arsitektur seringkali didesain dengan orientasi estetis dan ekonomis semata, serta
mengesampingkan aspek keberlanjutan. Arsitektur Hijau merupakan salah satu konsep yang
dapat mengatasi permasalahan dis-orientasi tersebut melalui konsep efisiensi energi dan
ramah lingkungan. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan landasan konseptual
perencanaan dan perancangan hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu
melayani wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.

Kata Kunci: hotel, shopping mall, purwokerto, arsitektur hijau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach

by:
Revi Aulia Purbandini
I0207079

Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach is a


building that has two functions that form of activity inside the container in the form of
service for hotel accommodation for people who travel, and provide shopping facilities for
both residential as well as the general public by applying the concept of architecture that
minimize impacts on the environment and produce a better life and healthier. The impact of
global warming phenomenon is characterized by worsening natural conditions on earth.
Building sector became contributors to the destruction of nature and of energy
consumption. Architectures are often designed with aesthetic and economic orientation
only, and exclude aspects of sustainability. Green architecture is a concept that can
overcome the problems of dis-orientation through the concept of energy efficiency and
environmentally friendly. This concept aims to formulate a conceptual foundation of
planning and design of the hotel and shopping mall in one building that can cater to tourists
and peoples in Purwokerto and surrounding communities.

Key Word: hotel, shopping mall, purwokerto, green architecture

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. PENGERTIAN JUDUL


JUDUL :Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto
SUB JUDUL :Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan
Pendekatan Arsitektur Hijau
Hotel
Hotel menurut surat keputusan Dirjen Pariwisata No 14/U/1988 adalah
suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa pelayanan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi
umum, yang dikelola secara komersial dam memenuhi ketentuan persyaratan
yang telah ditetapkan dalam keputusan tersebut.
Shopping Mall
Shopping Mall menurut Frank H. Spink Jr,1977 adalah suatu kelompok
fasilitas komersial (pertokoan dan jasa) yang menyatu secara arsitektural.
Fasilitas ini didirikan dalam suatu tapak (dalam satu bangunan) yang
direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan diatur sebagai suatu unit.
Purwokerto
Kota Administratif Purwokerto merupakan ibu kota Kabupaten Daerah
Tingkat II Banyumas yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, terletak di antara
108 derajat 39 17 - 109 derajat 27 15 Bujur Timur dan 7 derajat 15 05 -
7 derajat 37 10 Lintang Selatan. Kota Purwokerto merupakan salah satu
bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah yang berada di jalur transportasi antar
propinsi baik transportasi bus antar kota maupun kereta api, menjadikan kota
Purwokerto sangat strategis untuk menjadi tujuan bagi para pengunjung dari
luar kota.
Perbatasan wilayah meliputi:
Utara : Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Timur :Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten


Kebumen.
Selatan : Kabupaten Cilacap
Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
Jarak Kabupaten Purwokerto dengan kota-kota disekitarnya sebagai berikut:
- Ke Purbalingga = 20 km
- Ke Banjarnegara = 65 km
- Ke Cilacap = 53 km
- Ke Kebumen = 85 km

Gambar 1.1. Batas Wilayah Kabupaten Banyumas


Sumber: www.purwokerto.go.id

Arsitektur Hijau
Konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk
terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih
sehat.

Jadi, Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan


Arsitektur Hijau adalah suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalamnya yang berupa wadah pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi
orang-orang yang melakukan perjalanan, serta menyediakan sarana
perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum dengan
menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap
lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat.

I.2. LATAR BELAKANG


I.2.1. Latar Belakang Permasalahan
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi pada kota-
kota di Indonesia menuntut berbagai macam fasilitas yang salah satunya
adalah fasilitas layak lahan pakai yang menjadi kebutuhan pokok setiap
manusia. Lahan tersebut harus memiliki aksesibilitas dan kesiapan
infrakstruktur. Fasilitas tersebut diperlukan untuk mengatasi berbagai
persoalan yang timbul sebagai efek samping dari pertumbuhan penduduk
dan perkembangan ekonomi sehingga peremajaan kawasan strategis kota
harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan layak pakai bagi penduduk
di Purwokerto.

Gambar 1.2 : Peta Kepadatan Penduduk KabupatenBanyumas


Sumber: RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ditambah dengan adanya kesepakatan era globalisasi sekarang


ini, yang membuat Negara-negara sibuk untuk mengantisipasi hal
tersebut, termasuk Indonesia yang aktif dengan AFTA sebagai salah satu
upaya untuk menghadapi dan mengantisipasi era globalisasi.
Pembangunan pada beberapa pusat kawasan bisnis di kota-kota di
Indonesia saat ini mengarah pada konsep superblock. Dengan konsep ini
mengakibatkan munculnya konsep lain seperti CBD (Central Business
Distric), Superblock, Mix Use Development, yang merupakan upaya dari
pemanfaatan ruang lahan yang semakin terbatas.
Laju pembangunan yang terjadi pada dewasa ini sangat pesat, hal
ini terjadi karena pertambahan penduduk yang sangat cepat dan
mengakibatkan terjadinya pemekaran kota yang akhirnya menimbulkan
berbagai persoalan pemenuhan kebutuhan aktivitas penduduknya.
Dengan bertambahnya aktivitas penduduk tersebut maka semakin banyak
wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk tersebut maka
semakin banyak wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk
yang mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan peradaban
manusia yang semakin berkembang. Demikian juga dengan sarana
perdagangan perlu peningkatan.
Semakin pesatnya pertumbuhan kota-kota di Indonesia maka
semakin meningkat pula kota sebagai pusat dari perdagangan, sehingga
pusat-pusat perbelanjaaan tersebut akan lebih mendapat perhatian. Tak
terkecuali juga dengan kota Purwokerto yang sedang berkembang.
I.2.2. Perekonomian Purwokerto
Tahun 2009 krisis global masih mewarnai perekonomian dunia,
tidak terkecuali Indonesia. Terjadinya kenaikan harga BBM tahun 2008,
mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa yang tentunya
berpengaruh pada proses produksi. Kenaikan harga barang dan jasa
mengakibatkan kenaikan pada biaya produksi barang dan jasa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian. Namun demikian,


kinerja perekonomian Purwokerto selama tahun 2008 dan 2009 masih
menunjukkan kenaikan.
Selama periode 2005-2009, kinerja perekonomian Purwokerto
yang ditunjukkan dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, nilai PDRB atas
dasar harga berlaku mencapai Rp. 9,19 triliun. Secara nominal, PDRB
Kabupaten Purwokerto pada kurun waktu 2005-2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp.3,6 triliun. Namun demikian, kenaikan ini masih
mengandung kenaikan harga barang dan jasa yang diproduksi selama
kurun waktu tersebut.
Berdasarkan harga kenstan 2000, nilai PDRB juga mengalami
kenaikan dari Rp. 3,6 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 4,40 triliun di
tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Purwokerto
mengalami pertumbuhan yang positif. Kenaikan tersebut murni sebagai
peningkatan produksi, karena nilai PDRB atas dasar harga konstan telah
terbebas dari pengaruh inflasi.1
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral di Kota Purwokerto
2005-2009 (persen)
Sektor 2005 2006 2007 2008*) 2009
1. Pertanian 1,70 1,73 3,14 5,15 4,89
2. Penggalian 4,09 4,62 5,17 4,68 5,12
3. Industri Pengolahan 2,45 3,24 3,47 3,33 3,04
4. Listrik & Air Bersih 9,11 5,16 7,51 4,39 6,36
5. Konstruksi 4,12 4,07 4,71 5,38 6,60
6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 3,80 6,72 6,48 5,69 5,19
7. Pengangkutan & Komunikasi 3,13 4,32 5,18 5,95 4,60
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa 5,60 6,85 8,04 5,96 8,01

1 commit to user
Pendapatan Regional Kabupaten Banyumas 2009.Katalog BPS: 9200.3302
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9. Jasa-jasa 3,54 6,70 7,90 6,90 7,56


PDRB 3,21 4,48 5,30 5,38 5,49
*) = angka perbaikan
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas
Grafik 1.1. Kinerja Perekonomian Kota Purwokerto Tahun 2005-
2009

10
9
9.19
8.34
P 8
7 7.27
6.43
E 6
5.58
5
R 4
3
2 3.96 4.17 4.4
S 3.6 3.76
1
0 PDRB
E konstan
2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Banyumas Dalam Angka 2010


I.2.3. Purwokerto Ibu Kota Banyumas
Berdasarkan Kebijaksanaan Dasar Propinsi Dati I Jawa Tengah,
ditetapkan kota Purwokerto sebagai salah satu kawasan prioritas
pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan kota
Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan yang
akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya.2
Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang
menjadi salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan barat wilayah
propinsi Jawa Tengah berperan memeratakan pembangunan propinsi
Jawa Tengah bagian selatan.

2
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto,RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA, Tahun
2005-2015.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Kebijaksanaan Dasar Kabupaten Dati II Banyumas,


maka diharapkan peran sebagai pusat tersebut akan meningkatkan
ekonominya secara mandiri, bahkan akan membantu mengembangkan
daerah sekitarnya.
Di samping sebagai ibukota Kabupaten Banyumas, yang
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, kota
Purwokerto juga merupakan kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari
Jawa Tengah dan Jawa Barat yang merupakan simpul distribusi
perdagangan yang nantinya akan menjadi wilayah penyangga
(hinterland) bagi kota Cilacap yang merupakan kota industri yang
menjadi wilayah pengembangan Jawa Tengah Selatan bagian barat.3
Perkembangan kota Purwokerto dari tahun ke tahun semakin meningkat
dan bertambah pesat. Beberapa fasilitas umum ditingkatkan dan
ditambah. Tak terkecuali dengan fasilitas untuk perbelanjaan dan hunian
dengan menyatukan beberapa kegiatan fungsi utama pada satu lahan yang
merupakan salah satu kegiatan di Purwokerto. Dengan terpenuhinya
fasilitas tersebut, maka sektor perdagangan akan mengalami
perkembangan pula seperti sektor industri, sektor pendidikan, dan juga
sektor pariwisata adalah rangkaian yang saling mendukung dan saling
terkait yang masih memerlukan sarana-sarana untuk mendukung di
bidang lainnya.
I.2.4. Industri Pariwisata di Purwokerto
Meningkatnya volume dan dinamika ekonomi Asia Pasifik telah
menjadi salah satu faktor sangat kuat dari terjadinya transformasi industri
pariwisata dunia.

3
M.Koderi, PURWOKERTO Wisata dan Budaya, Purwokerto: Penerbit CV. Metro Jaya
Purwokerto,Tahun 1991. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Transformasi industri pariwisata dunia telah menempatkan negara-negara


Asia Pasifik menjadi pasar yang semakin penting bagi industri pariwisata
Indonesia, dan membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan
peranan di sektor pariwisata sebagai elemen sangat strategis di dalam
strategi pembangunan nasional.
Adanya perkembangan pariwisata Indonesia yang cukup baik,
mendukung terbukanya peluang berbagai pihak terkait dalam industri
pariwisata untuk ikut berperan di industri pariwisata seperti: hotel,
restorant, biro-biro perjalanan, dan cindera mata yang masih sangat
terbuka untuk dimasuki para investor penanam modal. Dalam industri
pariwisata, Purwokerto sangat potensial untuk dikembangkan sebagai
kota mode dan kota belanja. Hal ini semakin memacu pertumbuhan kota
Purwokerto di bidang-bidang industri pariwisata yang terkait seperti
hotel-hotel dan pusat-pusat perbelanjaan (Shopping Mall). Dengan
adanya fasilitas tersebut tidak terlepas dari desakan globalisasi dan
keseriusan pembangunan kepariwisataan nasional.
Dalam Propeda (Program Pembangunan Daerah) Kota
Purwokerto, merumuskan 4 (empat) prioritas pembangunan daerah, dan
bidang budaya dan pariwisata mendapatkan tempat pertama dalam
susunannya, yaitu: membangun ketahanan budaya sebagai unsur perekat
kehidupan masyarakat dengan komitmen cinta kota dan mengembangkan
pariwisata daerah.
Program program Prioritas:
a. Peningkatan apresiasi nilai budaya dan pelestarian asset budaya,
b. Pengembangan promosi serta potensi wisata dan budaya daerah,
c. Pemberdayaan fasilitas obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan
prasarana wisata,
d. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan seni dan budaya daerah,
e. Pembangunan dan pengembangan seni dan budaya daerah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Pengembangan jaringan wisata.


Bidang Pariwisata di kota Purwokerto cukup strategis apabila
dilihat dari kondisi, potensi, visi, dan misi kota. Bidang pariwisata sangat
dipengaruhi oleh faktorfaktor intern maupun ekstern dan bersifat
multidimensi. Sehingga dalam pengembangan bidang pariwisata tidak
dapat dipandang dari satu bidang pariwisata saja tetapi juga harus
didukung oleh bidang bidang yang lain.
Tabel 1.2. Banyaknya Pengunjung Objek Wisata di Wilayah
Purwokerto Selama Tahun 2005-2009
Objek Wisata Pengunjung (orang)
2005 2006 2007 2008 2009
Curug Cipendok 29.418 29.730 45.374 49.941 52.349

Telaga Sunyi 3.942 3.144 3.425 2.611 3.415

Pancuran Tiga 21.361 23.191 22.557 16.207 24.111

Pancuran Tujuh 64.610 66.977 26.327 12.352 21.894

Bumi Perkemahan Baturaden 10.443 2.590 1.518 2.323 1.750

Lokawisata Baturaden 412.444 464.876 385.143 428.978 346.873

Kalibacin 5.057 6.741 4.858 5.394 5.988

Wanawisata Baturaden 58.245 52.023 27.058 14.706 13.044

Curug Gede 15.542 1.602 16.133 25.218 22.605

Curug Ceheng 15.542 14.490 8.537 10.827 12.950

Museum Wayang Sendang 1.150 2.246 1.208 788 1.702


Mas
THR Pangsar Soedirman - 3.670 10.791 18.838 12.356

Masjid Saka Tunggal - 6.622 6.655 5.248 5.765

Sumber: -Perum Perhutani KPH Purwokerto Timur


- Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Kegiatan pariwisata Kota Purwokerto sangat didukung oleh


keberadaan budaya khas Purwokerto dan keberadaan objekobjek wisata.
Kegiatan pariwisata di kota Purwokerto juga disemarakkan
dengan adanya eventevent budaya yang menampilkan kesenian khas
Purwokerto. Promosi dan pemasaran di bidang pariwisata telah didukung
dengan adanya siaran rutin bidang pariwisata di stasiun radio,
selebaran/pamflet/leaflet promosi pariwisata melalui Biro Perjalanan
Wisata, pameran, serta pemantauan jaringan internet.
I.2.5. Peluang Perhotelan di Purwokerto
Tahun 2005 menjadi titik awal baru bagi dunia pariwisata Kota
Purwokerto dan sekitarnya. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota
Purwokerto tahun 2005 cenderung mengalami peningkatan setelah
beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh
berbagai hal salah satunya adalah kenaikan harga BBM.
Jumlah hotel berbintang di Purwokerto selama tahun 2009
berjumlah 7 buah, sedangkan untuk hotel non bintang sebanyak 164
buah.
Tabel 1.3. Banyaknya Hotel di Wilayah Kabupaten Purwokerto
Tahun 2009
Hotel Bintang Hotel Non Bintang Jumlah
7 164 171
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas (Listing Hotel Tahunan)
Terus membaiknya bisnis perhotelan di Purwokerto, dengan
semakin meningkatnya potensi wisata dan bisnis Kota Purwokerto, maka
sarana penunjang berupa hotel sebagai tempat menginap akan terus
mengalami peningkatan. Bahkan menurut kalangan biro perjalanan
wisata, menyatakan bahwa fasilitas bagi wisatawan di Purwokerto sejauh
ini masih kurang memadai. Sebagai contoh, jumlah hotel di Purwokerto

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

dan sekitarnya masih perlu ditambah. Hal tersebut dimaksudkan agar


wisatawan yang datang berkunjung ke Kota Purwokerto dan sekitarnya
mempunyai banyak pilihan untuk menginap.
Tabel 1.4. Hotel-hotel di Purwokerto
Nama Hotel Jumlah Kamar Jumlah Bed
Dynasti *** 103 179
Queen Garden *** 69 138
Rosenda *** 100 198
Borobudur * 31 70
Palapa * 50 85
Puri Wisata
Astro
Cendrawasih 18 36
Mutiara 17
Darajati 17 37
Wisata Niaga
Sumber: Purwokerto Guine Book (HMJM FE Universitas Jendral
Soedirman)
Potensi wisata kota yang semakin meningkat beberapa tahun
terakhir ini juga akan berdampak bagus dalam prospek perencanaan hotel
berbintang ini nantinya. Ditambah laju pertumbuhan bisnis Kota
Purwokerto yang semakin meningkat secara tidak langsung dapat
berhubungan juga dengan pariwisata kota. Peningkatan mobilitas para
pelaku bisnis tersebut pada akhirnya akan berimbas hingga ke sektor
pariwisata. Hal tersebut dikarenakan kesempatan pre dan past kegiatan
utama diisi dengan kegiatan wisata. Selain itu traveling yang mereka
lakukan biasanya tidak dilakukan sedirian melainkan melibatkan keluarga
yang kegiatan utamanya adalah berwisata. Dengan demikian keseluruhan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

kegiatan tersebut mencangkup dua sektor yaitu bisnis dan pariwisata.


Dalama dunia pariwisata sendiri kegiatan tersebut merupakan suatu
business travel, yaitu kegiatan wisata dengan tujuan utama adalah bisnis.
Dari gambaran di atas sangatlah terbuka bagi kota Purwokerto untuk
dapat menarik wisatawan dan pelaku bisnis datang ke Purwokerto, yang
tentunya hal tersebut juga harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai
sehingga nantinya para pengunjung tadi memperoleh kemudahan dan
fasilitas yang menunjang kegiatan mereka selama berada di Kota
Purwokerto.
I.2.6. Peluang Shopping Mall di Purwokerto
Hadirnya beberapa pusat perbelanjaaan yang sedang dibangun di
Purwokerto serta meningkatnya minat dan daya beli masyarakat
Purwokerto terhadap pusat perbelanjaan dan pusat hiburan yang lengkap,
menyebabkan Shopping Mall mempunyai masa depan yang cerah dalam
dunia perdagangan di kota Purwokerto.
Tabel 1.5. Banyaknya Pasar di Purwokerto Tahun 2009
Department Pasar Pusat Pasar
Store Swalayan Perbelanjaan Umum Hewan
Jumlah 1 21 - 86 12
Sumber: Dinas Perindagkop Kabupaten Banyumas
Keberadaan Shopping Mall di kawasan Purwokerto dan
sekitarnya belum ada, tetapi untuk jumlah pasar swalayan cukup banyak.
Namun diantaranya masih minim yang menyediakan kelengkapan
fasilitas rekreasi dan penginapan untuk wisatawan dan pebisnis dari luar
kota. Mereka hanya sekedar menyediakan fasilitas perbelanjaan saja.
Fasilitas rekreasi di Purwokerto masih terpisahpisah dan tersebar,
sehingga kurang efisien karena harus menyita waktu untuk menempuh
perjalanan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, perlu adanya unsur

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

unsur rekreatif untuk dimasukkan ke dalam kawasan perdagangan


sehingga dapat memberikan warna baru akan pusat bisnis dan pusat
perbelanjaan yang sudah ada, misalnya:
a. Bioskop
b. Caf, Restaurant, Foodcourt yang dilengkapi hotspot
c. Aneka jenis permainan dan ketangkasan seperti game center, billiard,
bowling
d. Tempat untuk melepas kepenatan seperti taman dan pusat jajan
e. Di sisi lain ada bagian yang terhubung ke hotel, sehingga pengunjung
hotel juga mengakses fasilitas di mall.
Penyebaran fasilitas perdagangan lebih banyak terkonsentrasi di
pusat kota. Hal ini menunjukkan belum adanaya pemerataan pelayanan
fasilitas perdagangan lokasi yang berupa toko. Perkiraan kebutuhan
pertokoan, juga pusat perbelanjaan untuk lingkungan dan perbelanjaan
seluruh kota.
Tabel 1.6. Tempat-tempat Perbelanjaan di Purwokerto
No Nama Toko Alamat Keterangan
1 Sri Ratu Jl. Jend. Soedirman Dept. Store & Supermarket
2 Moro Jl. Jend Soedirman Supermarket
3 Rita Jl. Jend. Soeprapto Dept. Store & Supermarket
4 Matahari Jl. Jend. Soedirman Dept. Store & Supermarket
5 Metro Jaya Komplek Book Store
Kebondalem
6 Intan Jl. Jend Soedirman Dept. Store & Supermarket
7 Aroma Jl. Jend Soedirman Dept. Store
8 Super Ekonomi Jl. Kyai Moch. Safii Dept. Store & Supermarket
Sumber: Analisa Pribadi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Hampir di setiap kota-kota besar dan sebagian kota kecil di


Indonesia telah terdapat suatu tempat perbelanjaan dengan berbagai
fasilitas pendukung telah berdiri, yaitu sebuah tempat perbelanjaan yang
terdiri dari pertokoan, pasaraya, department store, dan toko sebagai
tempat perbelanjaan, disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan
pendukung lainnya, yang kesemuanya tadi saling mendukung satu sama
lainnya.
Lain halnya di kota Purwokerto, fasilitas perbelanjaan yang ada
belum disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan pendukung lainnya.
Jadi keberadaannya pun masih belum terpusat karena antara fasilitas yang
satu dengan fasilitas yang lain keberadaannya saling berjauhan.
Perkembangan dan penyebaran fasilitas perdagangan dan jasa di
Purwokerto lebih banyak terdapat di sekitas jalan utama (jalan Gerilya
dan jalan Jendral Sudirman). Fasilitas perdagangan tersebut berupa
pertokoan dengan skala pelayanan lokal. Maka bagi Purwokerto yang
sedang berkembang perlu diadakannya tempat perbelanjaan skala kota
yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi atau hiburan yang
keberadaannya saling mendukung dan melengkapi.

I.2.7. Kondisi Ekologis di Purwokerto


I.2.7.1. Jumlah penduduk selalu bertambah baik penduduk asli
maupun pendatang.
Fenomena ini tentunya menuntut berbagai pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sekaligus
melengkapi fasilitasfasilitas yang belum ada. Hal ini
mengakibatkan semakin berkurangnya lahan hijau untuk ruang
publik di dalam kota. Padahal ruang publik merupakan salah satu
aspek penting dalam elemen kota. Kebanyakan pembangunan
yang ada tidak bersahabat dengan alam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

I.2.7.2. Penebangan pohon secara besar-besaran


Aksi babat pohon yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Purwokerto akhir-akhir ini banyak menimbulkan kontroversi di
masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang kemudian mengecam
tindakan tersebut karena dianggap merusak lingkungan dan
ekosisitem. Jalan jalan di Kota Purwokerto dirasa semakin
panas dan gersang akibat ditebangnya pepohonan di sepanjang
jalan tersebut.
Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2010
I.2.7.3. Peningkatan polusi di Purwokerto
Peningkatan polusi udara berasal dari industri
manufaktur, transportasi, dan bangunan untuk menunjang
kehidupan modern manusia yang berada di Kota Purwokerto.
Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi Juni 2009

I.3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN


I.3.1. Permasalahan
Diperlukannya bangunan dwi fungsi yang didalamnya merupakan
gabungan hotel dan shopping mall di suatu kawasan bisnis Purwokerto
yang mampu melayani wisatawan maupun masyarakat setempat yang
terintegrasi dengan baik sehingga dapat saling menunjang satu sama
lainnya dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan
pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup
yang lebih baik dan sehat.
I.3.2. Persoalan
a. Pemilihan lokasi
Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk hotel dan
shopping mall, sesuai dengan fungsi kegiatan dan keberadaannya
sebagai bangunan komersial sehingga sarana fisik yang direncanakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

akan mempunyai daya tarik yang tinggi bagi penyewa dan


pengunjung.
b. Pengolahan site
Bagaimana mengolah site yang tepat sehingga site dapat merespon
dengan baik kegiatan perbelanjaan, promosi sekaligus rekreasi dan
menghasilkan gubahan massa yang sesuai dengan data fisik yang ada,
sehingga akan mengoptimalakan gubahan masa hotel dan shopping
mall sebagai bangunan komersial dan akan mengoptimalkana
arsitektur hijau pada desain.
c. Sistem Kegiatan dan Peruangan
- Bagaimana menentukan jenis dan pola kegiatan yang mampu
mewadahi kebutuhan konsumen dan pengguna dalam memenuhi
kebutuhan kegiatan perbelanjaan sekaligus rekreasi.
- Bagaimana menentukan program ruang dimana menata dan
mengatur fasilitas berdasarkan jenis kegiatan dan kebutuhan ruang
yang menunjang efisiensi ruang bangunan komersial yang
mempertimbangkan aspek kelancaran dan sirkulasi, kenyamanan,
keseimbangan kebutuhan ruang fungsional, dan servis.
d. Tampilan
Bagaimana mewujudkan bentuk fisik hotel dan shopping mall, baik
interior maupun eksterior yang mampu mencitrakan sebuah bangunan
komersial yang representatif sebagai pusat perbelanjaan di kota
Purwokerto dengan penerapan arsitektur hijau yang unik dan sesuai
dengan jaman (20 25 tahun) sebagai daya tarik awal pengunjung dan
penyewa.
e. Bagaimana menentukan tata lansekap yang dapat menunjang kegiatan
perbelanjaan sekaligus rekreasi .
f. Bagaimana menentukan sistem struktur, konstruksi, material dan
utilitas yang diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

I.4. TUJUAN DAN SASARAN


1.4.1. Tujuan
Merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan
hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu melayani
wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.
I.4.2. Sasaran
Mewujudkan hotel dan shopping mall menjadi sebuah hunian dan
pusat perbelanjaan yang dapat mewadahi seluruh kegiatan yang mampu
memberi kepuasan pengunjung, penyewa maupun investor melalui
penyusunan strategi penataan atau pengaturan retail dan fasilitas
pendukung lainnya yang tepat dengan didukung arsitektur hijau, meliputi:
a. Konsep lokasi
b. Konsep site
c. Konsep sistem kegiatan dan peruangan
d. Konsep tampilan bangunan yang meliputi: konsep bentuk ruang,
bentuk massa banguanan, interior dan eksterior fasade bangunan yang
sesuai dengan karakter arsitektur hijau yang menerjemahkan karakter
hotel dan shopping mall yang identik dengan gaya hidup masyarakat
urban.
e. Konsep penataan lansekap
f. Konsep sistem struktur, konstruksi, material, dan utilitas.

I.5. LINGKUP BATASAN MASALAH


Pembahasan yang akan dilakukan dibatasi pada hal-hal yang
menyangkut disiplin ilmu arsitektur dan masalah lain yang dianggap dapat
mendasari dan mendukung pemecahan masalah pada pembahasan dalam
penulisan ini. Adapun topik batasan tersebut adalah:
a. Pembahasan ditekankan pada disiplin arsitektur dan halhal yang berkaitan
dengan hotel dan shopping mall yang ditekankan pada strategi-strategi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

penataan ruang dan fasitas pendukung lainnya yang tepat dan didukung oleh
arsitektur hijau pada desainnya. Halhal di luar disiplin ilmu arsitektur
seperti aspek sosial, ekonomi, bisnis, dan sebagaimana dianggap
menentukan dan mendasari perencanaan dan perancangan fisik akan dibahas
secara umum berdasarkan literatur yang terbatas dan logika yang sederhana.
b. Dalam pembahasan hotel dan shopping mall ini diproyeksikan dalam jangka
waktu 2025 tahun mendatang sengan pertimbangan untuk
mempertahankan konsep hijau yang sesuai dengan jaman pada periode
tersebut.
c. Untuk mendapatkan fungsi hotel dan mall dengan tampilan arsitektur hijau
yang optimal, maka masalah finansial tidak ditekankan dan dianggap sudah
tersedia,

I.6. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode yang akan dilakukakan guna mendapatkan data yang akan
digunakan untuk proses dasar penyusunan sebuah konsep. Dalam hal ini
terdapat beberapa metode yang dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari
metode pengumpulan data primer dan sekunder.
I.6.1. Metode Pengumpulan Data Primer
Melalui survey terhadap hotel dan shopping mall yang telah ada, survey
yang dilakukan guna mendapatkan data pendukung berupa data statistik
fakta-fakta tentang perkembangan hotel dan shopping mall yang terdapat
di Purwokerto.
Melakukan studi banding untuk menentukan preseden. Studi banding
dilakukan terhadap bangunan hotel dan shopping mall yang sesuai
dengan konsep hotel dan shopping mall yang direncanakan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

I.6.2. Metode Pengumpulan Data Sekunder


Studi Literatur
Mencari referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan
konsep sebuah hotel, shopping mall, dan arsitektur hijau
Mencari buku di perpustakaan baik perpustakaan umum, maupun
perpustakaan jurusan Arsitektur
Mencari referensi kasus konsep perancangan yang sudah ada
sebelumnya.
Mencari refrensi mengenai hotel dan shopping mall melalui pencarian
di internet
Mencari buku-buku yang berkaitan dengan hotel dan shopping mall
melalui toko buku.
I.6.3. Metode Mengolah Data
Terdapat beberapa langkah dalam mengolah data yang didapat
baik data primer maupun data sekunder, diantaranya:
I.6.3.1 Penyortiran Data
Menyortir data-data yang diperlukan, penyortiran
dilakukan sesuai dengan aspek penekanan hotel dan shopping
mall yang ingin dirancang.
I.6.3.2 Korelasi data
Mengkorelasikan/menghubungkan antara data yang satu
dengan data yang lainnya, data primer, dan data sekunder.
I.6.3.3 Pemaparan Data
Memaparkan hasil data yang didapat dan disajikan dalam
beberapa bentuk, diantaranya:
Deskripsi data
Gambar
Dokumentasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Tabel
Grafik
I.6.3.4 Analisis Data
Analisa data yang didapat di lapangan (data primer) dengan
data yang didapat melalui refrensi (data sekunder).
Menganalisa data, guna mendapatkan aspek-aspek yang sesuai
dengan dasar-dasar arsitektur hijau.
Membagi tiap-tiap data yang didapat kedalam pokok-pokok
pembahasan dan dijadikan sebagai data pendukung.
Mencari benang merah antara hotel dan shopping mall dari
data yang didapat dengan arsitektur hijau berdasarkan data
yang sudah didapat
I.6.3.5. Menarik kesimpulan

I.7. TAHAPAN PEMBAHASAN


TAHAP I PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, permasalahan,
persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode
pembahasan, dan sistematika pembahasan.
TAHAP II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas mengenai tinjauan data informasi secara teoritik, empiris, dan
preseden; serta Mencakup tinjauan data fisik kota, data non fisik, konteks
(peraturan, sosial budaya, lingkungan, dan teknologi), dan tinjauan obyek yang
direncanakan.
TAHAP III BANGUNAN YANG DIRENCANAKAN
Membahas tentang gambaran umum mengenai hotel dan shopping mall
di Purwokerto yang direncanakan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

TAHAP IV ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN


PERANCANGAN
Menganalisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan hotel dan
shopping mall di Purwokerto, meliputi pendekatan pelaku, kegiatan dan
peruangan, penentuan lokasi, pemilihan site, pengolahan site, sistem sirkulasi,
bentuk dan massa bangunan, environment, serta struktur bangunan.
TAHAP V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Merupakan hasil pengolahan TAHAP IV, proses penentuan konsep
melalui analisa terhadap pengguna dan site untuk mendapatkan suatu
kesimpulan mengenai peruangan, orientasi bangunan, pencapaian, tampilan
bangunan, tata massa bangunan, utilitas bangunan, dan struktur bangunan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN TINJAUAN KOTA

II.1. TINJAUAN HOTEL


II.1.1.Sejarah Singkat Hotel
Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis
kuno. Bangunan public ini sudah disebutsebut sejak akhir abad ke17,
Maknanya kirakira, tempat penampungan buat pendatang atau bisa juga
bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum. Jadi pada mulanya
hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tapi, seiring
perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inapmakan
ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran.
Sementara bangunan dan kamar kamarnya mulai ditata sedemikian rupa
membuat tamu betah. Meskipun demikian, bertahuntahun standar layanan
hotel tak banyak berubah.
Di Indonesia, kata hotel dikonotasikan sebagai bangunan penginapan
yang cukup mahal. Umumnya Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati
yang tarifnya cukup terjangkau umum hanya menyediakan tempattempat
menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha
swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh
perusahaan-perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada
kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan.
II.1.2. Pengertian Hotel
Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium,
yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan
pengertian dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang
berkembang saat itu, maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada
masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, dan
dikoordinir oleh seorang host. Seiring perkembangan dan adanya tuntutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

terhadap kepuasan, di mana orang tidak menyukai peraturan yang terlalu


banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni
penghilangan huruf s pada kata hostel sehingga menjadi hotel.
Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT 1987
adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum
serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.
Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan
memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta
akomodasi dengan syarat pembayaran (Lawson,1976:27).
Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan kamar
untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum
(kamus Webster).
Jadi, dapat disimpulkan pengertian hotel adalah suatu bangunan yang
menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya yang
diperuntukan bagi umum dan dikelola secara komersial.
II.1.3. Penggolongan Hotel
a. Hotel Berdasarkan Lokasi
1) Hotel Kota
Hotel yang terletak dipusat kota yang mendukung pengunjung yang
mempunyai tujuan utama untuk urusan bisnis dan kegiatan yang
lainnya yang berlokasi di kota.
2) Hotel Pegunungan
Hotel yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menikmati
keindahan alam pegunungan serta budaya masyarakat setempat atau
mempunyai kegiatan lain disekitar pegunungan.
3) Hotel Pantai
Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung yang ingin menikmati atau
mempunyai kegiatan lain disekitar pantai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

4) Hotel Pedalaman
Hotel yang terletak disuatu daerah yang sebagian alamnya masih asli
seperti hutan tropis, cagar alam khusus diperuntukkan bagi wisatawan
yang ingin menikmati keindahan flora dan fauna alam, serta adat
istiadat suatu penduduk asli pedalaman.
b. Hotel berdasarkan Lamanya Menginap
1) Seasonal Hotel
Hotel yang diperuntukkan bagi tamu yang menginap dalam jangka
waktu tertentu (singkat).
2) Transit Hotel
Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung, dimana hotel tersebut dekat
dengan jalur lalu lintas dan dipergunakan sebagai transit karena dekat
dengan fasilitas umum. Biasanya merupakan tempat singgah atau
istirahat sebelum melanjutkan tujuan.
3) Residential Hotel
Hotel diperuntukan bagi tamu yang tinggal dalam jangka waktu lama
tetapi tidak menetap.
c. Hotel Berdasarkan Peruntukan Hotel
1) Businness Hotel
Untuk tamu yang bertujuan bisnis / kegiatan lain yang berhubungan
degan profesi misalkan olahragawan, peserta seminar, dsb.
2) Resort Hotel
Salah satu bentuk akomodasi bagi wisatawan yang berlibur.
3) Pleasure Hotel
Pengunjung hotel pada umumnya menginap dengan tujuan untuk
bersenang-senang dan menikmati suasana serta fasilitas hiburan dari
pihak hotel.
4) Country Hotel
Hotel bagi tamu antar antarnegara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

5) Research Hotel
Hotel yang menyediakan akomodasi bagi tamu yang menginap dengan
tujuan mengadakan penelitian / riset.
6) Sport Hotel
Hotel di mana pengunjung pada umumnya adalah olahragawan.
d. Penggunaan Hotel berdasarkan Jumlah Kamar yang tersedia
1) Hotel kecil : jumlah kamarnya antara 10 49 kamar.
2) Hotel menengah : jumlah kamarnya antara 50 - 100 kamar.
3) Hotel besar : jumlah kamarnya lebih dari 100 kamar.
e. Hotel berdasarkan Kesibukan Lalu Lintas
1) Hotel Lintas (Highway / Motor Hotel / Motel)
Hotel yang terletak sepanjang jalur antarkota dengan fasilitas utama
sara parkir kendaraan yang letaknya dekat dengan kamar kamar yang
disewakan.
2) Hotel Station
Hotel yang terletak dekat dengan tempat transportasi darat.
3) Hotel Pelabuhan
Hotel yang terletak di pelabuhan dan difungsikan sebagai pendukung
aktivitas pelabuhan.
f. Hotel berdasarkan Sistem Operasi
1). Chain Hotel Operation
Hotel yang beroperasi secar berantai pada beberapa kota besar di
beberapa negara denga tetap memakai satu nama.
2). Federal Operation Sistem
Beberapa perhotelan yang bersatu dengan tujuan agar dapat saling
memberi informasi dan bantuan kepada yang lain.
3). Franchised Operation Sistem
Beberapa perhotelan secar bersama menunjuk suatu badan yang
menjadi induk dan bertindak sebagai wakil mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

g. Hotel Sistem Bintang


Hotel berbintang 1, 2, 3, 4,5 ditetapkan oleh Menteri Perhubungan
RI berdasarkan penilaian oleh tim penilai dan Dirjen Pariwisata selama 3
tahun sekali. Penilaian tersebut antara lain penilaian persyaratan fisik
mengenai kondisi lokasi hotel, pelayanan hotel, kualitas tenaga kerjanya
(tingkat pendidikan dan kesejahteraan), dan fasilitas-fasilitas lain yang
terdapat pada hotel tersebut antara lain seperti fasilitas hiburan, olahraga
dan sebagainya.
II.1.4. Pelaku Kegiatan dan Organisasi Pengelolaan Hotel
a. Pelaku Kegiatan Hotel
Tamu Hotel
Tamu hotel terdiri dari wisatawan yang bertujuan melakukan kegiatan
wisata atau kegiatan bisnis di kota Surakarta, dengan kegiatan
utamanya antara lain istirahat, makan minum, rekreasi.
Pengelola
Pengelola adalah orang yang mengelola fasilitas hote dapat
berlangsung baik, seperti:
- Melakukan kegiatan administrasi hotel.
- Memberikan pelayanan bagi para tamu hotel.
- Melakukan perawatan unit kamar.
b. Organisasi Pengelolaan Hotel
Pada dasarnya susunan organisasi pengelolaan hotel mempunyai
persamaan karena setiap hotel mempunyai pelayanan pokok yang sama
yaitu pelayanan penginapan, makanan dan minuman. Secara umum
pembagian organisasi ruang hotel dapat dibedakann menurut fungsi, sifat
maupun standart internasional.
Pembagian organisasi ruang menurut fungsi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Public Space Recreation and


Sport Space

Consession & Food and


Rentable Space Beverage Space

Guest Room General Service


Space Space

Diagram II.1. Organisasi ruang menurut fungsi


(Sumber : Analisa Pribadi)

Public Space, kelompok ruang untuk umum termasuk lobby utama


dan front office serta function room.
Consession and rentable space, kelompok ruang yang disewakan
untuk melayani keperluan tamu hotek dan juga usaha bisnis lainnya
yang terpisah dari kegiatan hotel.
Food and beverage space, kelompok ruang yang melayani bagian
makan dan minum bagi tamu yang menginap maupun yang tidak
mengianap, disamping juga melayani bagi keperluan function room
dan termasuk kelompok ini adalah restaurant, coffe chop, bar,
kitcen dan gudang.
General Service space, kelompok ruang pelayanan meliputi bagian
penarimaan, storage employees room, employee dining room,
laundry, linen room, house keeping, maintenance, dll.
Guest Room Space, kelompok yang terdiri daei ruang tidur bagi
tamu yang menginap yang dilengkapi fasilitas untuk ruang tidur,
toilet, koridor, lift dan perlengkapan lainnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Recreation and sport space, kelompok fasilitas rekreasi dan


olahraga yang biasanya diprioritaskan untuk tamu hotel yang
memerlukan selain itu terbuka bagi masyarakat luar.
Pembagian Organisasi Ruang menurut sifatnya

Bed Room Public Room

Service Room

Diagram II.2. Organisasi ruang menurut Sifat


(Sumber : Analisa Pribadi)
Public Room, kelompok ruang yang dipakai untuk keperluan umum
seperti lobby utama, front office, restaurant, recreation, and sport
centre, function room, and rentable room.
Bed room, kelompok ruang yang sifatnya melakukan pelayanan
yaitu kitchen, laundry, linen, general store, house keeping,
maintenance, dll.
II.1.5. Waktu Operasional Hotel
Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi 24 jam, dengan
spesifikasi kegiatan :
Waktu aktifitas penerimaan tamu : 24 jam
Waktu aktifitas clening service and laundry : 07.00 17.00
Waktu aktivitas kantor : 08.00 17.00
Waktu aktifitas Shopping mall : 09.00 21.00
Waktu aktifitas keamanan : 24 jam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

II.1.6. Sistem Penilaian Hotel


World Trade Organization telah menetapkan beberapa persyaratan dan
sistem klasifikasi untuk dapat menjadi pertimbangan dalam menilai kualitas
atau tingkatan sebuah hotel. Persyaratan persyaratan dan sistem klasifikasi
tersebut telah digunakan oleh banyak Negara. Di Indonesia ada instansi yang
berwenag dalam hal itu yaitu Dirjen Pariwisata dan menentukan persyaratan
persyaratan sesuai dengan kondisi lokal.
a. Penilaian World Trade Orrganization (WTO)
Sejak tahun 1962 telah menetapkan sistem penggolongan hotel
yang telah diterima secara universal. Proposal yang sama telah diajukan
oleh IHA (International Hotel Association). Confederation of National
and Restaurant association (HOTREC) atau konfederasi hotel nasional
dan asosiasi restaurant Negara Negara Eropa menemukan sistem
alternative menggunakan symbol untuk mewakili fasilitas yang ada tanpa
klasifikasi.
Pada tahun 1995 terdapat lebih dari 100 sistem klasifikasi yang
beroperasi mayoritas berdasarkan standar WTO, tetapi disesuaikan dengan
kondisi lokal. Sistem yang telah meluas dibagi dalam 2 grup, yaitu
klasifikasi resmi dan penilaian bebas.
Klasifikasi resmi merupakan standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, biasanya oleh menteri pariwisata. Hal tersebut merupakan
syarat wajib untuk pendaftaran atau pemberian ijin. Untuk penilaian bebas
dilakukan dengan cara hotel diperiksa dan dinilai oleh asosiasi perhotelan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
tingkat sebuah hotel menurut WTO adalah :
Infrastruktur lokal
Persyaratan dasar, seperti suplai air bersih, sanitasi dan pengeramikan
perlu dispesifikasi di Negara Negara berkembang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

Kulaitas keseluruhan
Beberapa perusahaan memiliki cirri- cirri yang istimewa baik itu
sejarah, lokasi dan karakter. Beberapa pola berdasarkan poin berharga
tersebut.
Dasar yang sesungguhnya
Seluruh pola mempertimbangkan factor yang nyata seperti ruangg,
fasilitas, cirri cirri dan penyediaan pelayanan. Aspek kulaitatif
seperti penampilan dan pelayanan pribadi yang melibatkan penilaian
subjektif cenderung lebih bervariasi.
Lokasi dan kebutuhan pasar
Persyaratan pengguna untuk hotel resort berbeda dengan hotel di pusat
kota. Standar yang terpisah dapat diterapkan.
Perawatan
Kualitas hotel tergantung pada kebersihan dan perawtan yang mampu
menghalangi kenyamanan dan keamanan, namun sulit untuk
dimonitor.
Berdasarkan persyaratan persyaratan tersebut, WTO memberikan
penilaian secara umum bagi sebuah hotel yaitu :
Hotel dengan fasilitas dasar yang baik dan menjamin kenyamanan
akomodasi. Pelayanan makanan dibatasi pada hotel ini. Termasuk
golongan ini adalah hotel pribadi kecil.
Hotel yang memiliki standar standar akomodasi yang lebih tinggi
dan memiliki fasilitas lebih untuk kenyamanan bagi tamu. Termasuk
golongan ini adalah hotel pribadi.
Hotel yang amat baik dengan akomodasi yang nyaman kebanyakan
dengan kamar mandi pribadi. Fasilitas dan minum disediakan secara
lengkap pada hotel ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Hotel kualitas tinggi dilengkapi dengan furniture dan perlengkapan


standar kenyamanan tinggi, pelayanan yang luas untuk tamu dan
pengunjung.
Hotel luar biasa dengan kulaitas akomodasi perlengkapan khusus
dengan standar kenyamanan internasional menyediakan kenyamanan
dan keleluasaan.
b. Penilaian Dirjen Pariwisata
Dirjen Pariwisata telah menetapkan persyaratan persyaratan
penilaian yang digunakan untuk menentukan klasifikasi bintang bagi
sebuah hotel yaitu :
Persyaratan fisik, meliputi lokasi hotel dan kondisi bangunan.
Bentuk pelayanan yang diberikan.
Jumlah kamar minimum yang tersedia.
Kulifikasi tenaga kerja, meliputi pendidikan dan kesejahteraan
karyawan.
Fasilitas olahraga dan rekreasi.
Berdasarkan persyaratan persyaratan tersebut, maka klasifikasi
bintang yang ditetapkan bagi sebuah hotel adalah :
1. Hotel Bintang I
a. Jumlah kamar minimum 10 kamar
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum:
Kamar single : 18 m2
Kamar double : 20 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal,
lobby, ruang makan (luas lantai minimal 30 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga
2. Hotel Bintang II
a. Jumlah kamar minimum 14 kamar + 1 suite room

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum:


Kamar single : 20 m2
Kamar Doule : 24 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal,
lobby, bar, ruang makan (luas lantai minimal 36 m2)
d. Pelayanan ; akomodasi + penitipan barang berharga.
3. Hotel Bintang III
a. Jumlah kamar minimum 28 kamar + suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum
Kamar single : 24 m2
Kamar double : 28 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal,
lobby, bar (minimal 25 m2), ruang makan (minimal 72 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran
uang asing + portal service + antar jemput.
4. Hotel Bintang IV
a. Jumlah kamar minimum 47 kamar + 3 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum
Kamar single : 24 m2
Kamar duble : 28 m2
c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby,
bar (minimal 40 m2), ruang makan (minimal 100 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran
uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan
dry cleaning dalam waktu 24 jam.
e. Fasilitas penunjang antara lain :
Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur
Ruang laundry minimal 40 m2
Dry cleaning minimal 20 m2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan.


f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan,
maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall,
fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat.
5. Hotel Bintang V
a. Jumlah kamar minimum 96 kamar +4 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum
Kamar single : 24 m2
Kamar duble : 28 m2
c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby,
bar (minimal 75 m2), ruang makan (minimal 135 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran
uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan
dry cleaning dalam waktu 24 jam.
e. Fasilitas penunjang antara lain :
Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur
Ruang laundry minimal 30 m2
Dry cleaning minimal 20 m2
Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan.
f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan,
maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall,
fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat.
II.1.7. Organisasi Fungsional Hotel
Secara prinsip, hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, antara lain:
Private area
Area ini merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti
kamar pada hotel.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Public area
Area ini merupakan area pertemuan antara yang melayani, yaitu karyawan
dengan yang dilayani, yaitu tamu dan juga tamu dengan tamu lainnya.
Semi Public area
Area ini merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama
karyawan administrasi, ruang rapat, zona di mana hanya orang-orang
tertentu yang dapat memasukinya.
Service area
Area ini merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam
pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung.
Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, antara lain:
Front of the house (sektor depan hotel)
Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front
of the house yaitu:
A. Guest Room
Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap.
B. Public Space Area
Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan
tema yang
ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan
utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi jelas
bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya.
 Lobby
Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi,
menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian
dengan penyewaan kamar.
Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby:
o Entrance hall

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau


main entrance dengan ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka
dengan besaran ruang yang cukup luas.
o Front desk / Reception desk
Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi untuk
memproses dan mengelola administrasi pengunjung.
o Guest elevator
Sebagai sarana sirkulasi vertikal untuk para tamu dari lobby atau
public area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas.
o Sirkulasi
Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai
sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk
kegunaan pengunjung.
o Seating Area
Menyediakan wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar
berbincangbincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya
kontak sosial di antara pengunjung.
o Retail Area
Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari
o Bell man
Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang atau
hendak meninggalkan hotel dengan pelayanan berupa
membawakan koper-koper pengunjung.
o Support function
Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area,
antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-
lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

o Consession space
Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk
hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan
merupakan bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari:
- Travel agent room
- Perawatan kecantikan / salon
- Toko buku dan majalah
- Money changer
- Souvenir shop
- Toko-toko khusus
 Food and Beverages outlets
Yaitu area yang digunakan untuk menikmati makanan dan minuman
berupa :
Restoran
Coffee shop
Lounge
Bar
 Ruang Serbaguna
Yaitu ruangan yang disediakan untuk berbagai macam penemuan
antara lain:
Pameran
Seminar
Pertemuan / pernikahan
 Area rekreasi
Daerah yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk berekreasi,
berolah raga, santai dan lain-lain, yang antara lain:
Swimming pool
Food court

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

Retail area
Kolam dan kanal buatan , Amphitheatre + Dancing Fountain
Taman
Sarana olahraga
Fitness
Spa dan Sauna
Back of the house (sektor belakang hotel)
Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu:
 Daerah dapur dan gudang (food and storages area)
Area ini merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman.
Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan
kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan.
 Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (receiving, trash
and general storage area)
Area ini merupakan tempat turun naiknya barang dari dan ke dalam
mobil pengangkut.
 Daerah pegawai / staff hotel (employees area)
Area ini merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk
karyawan, gudang, dll.
 Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping)
Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi
sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press yang
digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan. Pada area
housekeeping, terdapat ruang kepala dan asisten departemen, gudang,
tempat menjahit kain, sarung bantal, gorden, dll. Yang disiapkan untuk
melayani tamu hotel.
 Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa
tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara
keseluruhan. Yang harus diperhatikan adalah bahwa ruang publik juga harus
berhubungan dengan ruang pelayanan dan mempunyai batas yang jelas,
sehingga bagian publik tidak terganggu dengan aktivitas servis. Untuk itulah,
penzoningan berdasarkan jenis area sangat penting.

Hotel

Kamar Tamu
Administrasi
Public space
Lobby

F&B outlet Area rekreasi

R. serbaguna Area parkir

Diagram 2.3 Penzoningan Area Privat, Publik dan Semipublik pada Hotel
Sumber: Analisis Pribadi

II.1.8. Karakter Pengunjung Hotel


Menurut tujuan kedatangannya, pengunjung hotel terbagi dua, yaitu
untuk tujuan bisnis dan wisata. Karakteristik pengunjung hotel dapat dibagi
atas:
Tabel 2.1. Karakteristik pengunjung hotel:
Jenis Karakter Tujuan Tipe kamar
Pengunjung
Pengunjung
Bisnis
Group Single atau Konvensi dan King, twin,
double konferensi doubledouble
Menginap 2-4 Perkumpulan Kamar mandi yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

malam profesional memiliki area ganti


75% pria, 25% Rapat pelatihan pakaian
wanita dan perdagangan Terdapat area kerja
Harga tidak yang baik
dipermasalahkan
Perorangan Single Kerjasama King
Menginap 1-2 bisnis Kamar mandi
malam Perdagangan standar
85% pria, 15% Konvensi dan dengan shower
wanita konferensi Terdapat area kerja
Sangat
memperhitungkan
biaya
Wisata
Keluarga Double-plus Liburan Double-double,
(termasuk anak- keluarga king, sofa, kamar
anak) Bertamasya berdekatan
1-4 malam, Area duduk dan
Olahraga,
bahkan lebih lama televisi
aktivitas keluarga
di area resort Kamar mandi
Harga
Memiliki balkon,
menengah teras, dan jalan masuk
dari luar
Pasangan Double Tour, clubs, King
1-7 malam perkumpulan Area makan dan
Bertamasya
Harga kerja
Areapenyimpanan
menengah ke atas Teater,berolahraga Kamar mandi
Liburan akhir
pekan
Belanja, liburan

Single Single Tour, clubs, Queen


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Profesional perkumpulan Area makan dan


muda Budaya, seni, kerja
Harga teater Kamar mandi
berbelanja
menengah ke atas standar

II.1.9. Perkembangan Hotel di Indonesia


Dalam buku Hotel Management, Sihite (2000:63) mengatakan hotel
berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan
atau pelancong), sebagai tempat tinggal sementara selama berada jauh dari
tempat asalnya.
Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke
Indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat
memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah
hotel-hotel di Indonesia.
Menurut buku Pariwisata Indonesia dari Masa ke Masa, tercatat hotel-
hotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya :
Jakarta, dibangun Hotel Des Indes, Hotel Der Nederlanden, Hotel Royal
dan Hotel Rijswijk.
Surabaya, berdiri Hotel Sarkies dan Hotel Oranje.
Semarang, berdiri Hotel Du Pavillion.
Malang, Palace Hotel.
Solo, Slier Hotel.
Yogyakarta, Grand Hotel ( sekarang Hotel Garuda )
Bandung, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan Pension Van Hangel
( kini Hotel Panghegar ).
Bogor, Hotel Salak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

Purwokerto, Hotel de Boer dan Hotel Astoria.


Makasar, Grand Hotel dan Staat Hotel.
Setelah periode pemerintahan Orde Baru, pembangunan dan kehadiran
hotel di Indonesia sangat berkembang pesat. Terutama setelah masuknya
beberapa manajemen hotel international yang banyak merambah ke kota-kota
besar di Indonesia.
Sejalan dengan berkembangnya hotel di indonesia ,wajah arsitektur
hotel di Indonesia pun sangat berkembang dan inovatif. Hal ini menjadi satu
tolak ukur sejarah baru untuk hotel di Indonesia.
Adapun peranan usaha perhotelan dalam menunjang pembangunan
bangsa dan negara, antara lain:
Meningkatkan industri dan penghasilan masyarakat
Menciptakan lapangan kerja sekaligus alih teknologi

II.1.10. Perkembangan Hotel di Purwokerto


Perkembangan hotel di Purwokerto mengalami pertumbuhan yang
sangat baik, tercatat ada beberapa hotel berbintang dan berskala internasional
yang tertarik untuk mengembangkan usahanya di Purwokerto, salah satunya
adalah Hotel Aston yang dibangun dengan investasi 50 milliar, jumlah yang
sangat fantastis dan ini mungkin sudah diperhitungkan oleh investornya yang
percaya akan perkembangan ekonomi di kota Purwokerto, kebijakan
pemerintah daerah yang sangat mendukung dunia investasi merupakan salah
satu pemicu yang menarik bagi para investor untuk dapat menanamkan
bisnisnya di Purwokerto, kemudian ada juga Hotel Santika walaupun
pembangunannya agak terhenti mudah-mudahan dapat juga tetap dilanjutkan
dan terselesaikan pada akhirnya.
Sementara untuk hotel-hotel yang telah beroperasi, ada beberapa yang
tengah berbenah dan mengembangkan usahanya antara lain Hotel Wisata

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

Niaga yang terletak di jalan Merdeka dan Hotel Astro yang sedang
mempercantik diri dengan fasilitas pendukung seperti caf, tempat karaoke,
billiard dan ruang meeting.
Purwokerto merupakan kota yang cukup pesat pertumbuhan
ekonominya setelah kota Semarang dan kota Solo, sehingga sarana
pendukung seperti hotel sangat dibutuhkan sebagai sarana penunjang kegitan
bisnis di kota Purwokerto, meskipun boleh dibilang cukup banyak hotel di
Purwokerto, diperkirakan ada sekitar 170 hotel baik yang berkelas bintang
sampai yang melati, semua dapat hidup dan beroperasi dengan baik, ini
menandakan perekonomian Purwokerto sangat kondusif.
Adapun daftar hotel yang berada di Purwokerto berdasarkan bintang
antara lain:
Tabel 2.2. Daftar Hotel di Purwokerto
Nama Hotel Bintang Alamat
Dynasti Hotel *** Jl. Dr Angka No. 11 Purwokerto
Queen Garden Hotel *** Jl. Baturaden Munegangsari, Purwokerto
Rosenda Hotel *** Jl. Pariwisata Baturaden
Borobudur Hotel * Jl. Yos Sudarso No. 32, Purwokerto
Palapa Hotel * Jl. S. Parman, Purwokero
Puri Wisata Hotel Jl. Raya Baturaden
Astro Hotel Jl. Suparjo Rustam Km. 4 Purwokerto
Cendrawasih Hotel Jl. Jend. Sutoyo, Purwokerto
Mutiara Hotel Jl. Gatoto Subroto No. 70, Purwokerto
Darajati Hotel Jl. HR. Bunyamin Purwokerto
Wisata Niaga Hotel Jl. Merdeka Purwokerto
Atrium Resort and Hotel Jl. Supardjo Rustam Purwokerto
Green Valley Hotel Jl. Raya Baturaden km. 8 Purwokerto

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Moro Seneng Hotel Jl. Raya Baturaden km. 13


Ardi Kencana Hotel Jl. Raya Baturaden
Perhutani Alam Wisata Jl. Bumi Perkemahan Wana Wisata Baturaden
Resort Prima Hotel Jl. Pariwisata Baturaden
Madurodam Hotel Jl. Pariwisata 99, Baturaden
Asri Hotel Jl. Raya Baturaden
Orlando Hotel Jl. DI. Panjaitan, Purwokerto
Teratai Mas Hotel Jl. DI. Panjaitan, Purwokerto
Pandawa Hotel Jl. Gatot Subroto No. 08
Tiara Hotel Jl. Jend. S. Parman No. 130, Purwokerto
Wijaya Hotel Jl. Gerilya Timur, Purwokerto
Anggrek Hotel Jl. Dr. Soeparno No. 100
Cahya Nirwana Hotel Jl. Kol. Sugiono P, Purwokerto
Fatmaba Hotel Jl. Kedungbulu, Ajibarang
Arya Guna Hotel Jl. Raya Buntu
Kelapa Gading Indah Jl. Raya Timur No. 1317,
Sumber: http://hotelpurwokerto.com

II.2.TINJAUAN SHOPING MALL


II.2.1. Pengertian
Terdapat beberapa pengertian shopping mall, yaitu:
Shopping mall diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu
area pusat bisnis kota yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki;
berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang
interaksional (Rubinstein, 1978).
Shopping mall adalah shopping mall yang berintikan satu atau beberapa
departemen store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor


utama mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah
shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal
bagi terselenggaranya interaksi antarpengunjung dan pedagang ( Maitland,
1987).
Shopping mall sebagai kelompok kesatuan komersial yang dibangun pada
sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai dan diatur
menjadi sebuah unit operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe
toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan
parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko
(Urban Land Institute, 1997).

II.2.2. Klasifikasi Shopping mall


II.2.2.1. Menurut Bentuk Fisik
Pusat Perbalanjaan dapat digolongkan dalam tujuh bentuk, yaitu:
1. Shopping Street, yaitu deretan pertokoan di sepanjang sisi jalan.
2. Shopping Centre, yaitu komplek pertokoan yang terdiri dari stand-stand
(toko) yang disewakan atau djual.
3. Shopping Precint, yaitu komplek pertokoan dengan stand menghadap ke
ruang terbuka yang bebas dari kendaraan.
4. Departement Store, merupakan toko yang sangat besar, biasanya terdiri
dari beberapa lantai yang menjual macam-macam barang termasuk
pakaian. Perletakkan barang-barang memiliki tata letak yang khusus,
memudahkan sirkulasi dan memberikan kejelasan akses. Luas lantai
berkisar 10000-20000 m2.
5. Supermarket, mempunyai toko-toko yang menjual barang kebutuhan
sehari-hari dengan sistem self service. Area penjualan makanan tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

melebihi 15% dari seluruh area penjualan. Luas lantai berkisar 1000-
2500 m2.
6. Department store dan supermarket, merupakan bentuk-bentuk
perbelanjaan modern dengan penggabungan dua jenis perbelanjaan.
7. Super store merupakan toko satu lantai yang menjual macam-macam
barang kebutuhan sandang dengan sistem self-servixe dengan luas 5000-
7000 m2 dan luas area penjualan maksimum 2500 m2. 4
II.2.2.2. Menurut variasi barang yang dijual5
1. Speciality Shop, pertokoan yang menjual hanya satu jenis barang.
2. Variety and General Household Store, pertokoan yang menjual dengan
harga murah.
3. Super Market, pertokoan eceran yang sebagian besar menjual makanan
dan dilengkapi dengan barang-barang rumah tangga.
4. Hyper Market, pertokoan yang menjual barang-barang kebutuhan rumah
tangga dengan harga relative murah, swalayan dalam jumlah besar dan
pembayaran kontan.
5. Departement Store, usaha penyediaan kebutuhan masyarakat mulai dari
jenis makanan kepada peralatan dan bahan kebutuhan rumah tangga serta
jasa.
II.2.2.3. Menurut jenis barang yang diperdagangkan6
1. Convenience Store, toko yang menjual barang kebutuhan yang bersifat
member kesenangan belaka, seperti toko aksesoris dan toko mainan.
2. Demand Store, toko yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, missal
toko makanan, pakaian.

4
Gruen, Victor, 1960, p-23
5
Agung 1997, mengutip David Mun, 1981, h-14
6 commit
Endin, 1997, mengutip Nadine 1982, h-23 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

3. Impulse Store, toko yang menjual barang-barang yang sifatnya


memberikan penampilan khusus, missal yang menjual parfum, jam
tangan, jas.
II.2.2.4. Menurut sifat barang yang diperdagangkan7
1. Cair, missal sirup dan makanan botolan.
2. Kering, misal pakaian, ikat pinggang.
3. Tahan lama, missal sepatu, arloji.
4. Mudah rusak, missal buah-buahan, roti.
II.2.2.5. Menurut penyajian barang yang diperdagangkan8
1. Table Fixture atau Meja Menerus, biasanya untuk tempat buku-buku.
2. Counter Fixture atau Almari Rendah, missal untuk tempat mainan anak-
anak.
3. Cases Fixture atau Almari Transparan, missal untuk pakaian sejenis,
sewarna dalam keadaan terlipat.
4. Box Fixture atau Kotak Terbuka, missal untuk pakaian-pakaian yang
diobral.
5. Rack Fixture atau Rak Terbuka, missal untuk tempat sepatu, peralatan
mandi.
6. Hanging Lose atau Almari Penggantung, missal untuk kemeja, jaket, jas.
7. Etalase atau Ruang Peraga, berfungsi untuk memajang pakaian atau
produk-produk baru dengan penataan menarik.
II.2.2.6. Menurut Sistem Pembelian9
1. Grosir, pertokoan yang menjual barang dalam jumlah besar, transaksi
dapat dilakukan di toko dan disana hanya tersedia samplenya saja.
2. Eceran (retail), toko yang melayani penjualan dalan jumlah satuan, jenis
ini menawarkan banyak variasi dalam hal barang yang ditawarkan.

7
Guntoro, 1997, Shopping Mall di Lampung
8
ibid
9
Dedy, 1984, dikutip Guntoro, h-20 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

II.2.2.7. Menurut Lingkup Pelayanan10


1. Neighbordhood Center (Shopping mall Lokal), jangkauan pelayanan
antara 5.000-40.000 penduduk skala lingkungan. Luas area lebih kurang
30.000-100.000 sqq.ft. (2..87-9.290 m2). Unit terbesar berupa
supermarket atau bersifat eceran.
2. Community Center (Shopping mall Distrik), jangkauan pelayanan antara
40.000-150.000 penduduk dalam skala lingkungan. Luas area lebih
kurang 100.000-300.000 sq.ft. unit terbesar berupa junior Departement
Store dan jenis-jenis toko.
3. Main Center (Shopping mall Regional), jangkauan pelayanan antara
150.000-400.000 penduduk dalam skala lingkungan. Luas area berkisar
antara lebih kurang 300.000-1.000.000 sq.ft. (27.870-92.990 m2). Unit
terbesar berupa junior Departement Store, Departement Store dan jenis-
jenis toko.

II.2.3. Jenis-jenis Mall


II.2.3.1. Menurut Rubenstein11
1. Full Mall, terbentuk atas ruas jalan tertutup yang semula digunakan untuk lalu
lintas kendaraan, kemudian berkembang menjadi pedestrian atau plaa linier
dengan perkerasan paving block dan dilengkapi furnishing
(pepohonan,bangku, lampu, patung/sculpture, dan air mancur).
2. Transit Mall, sebuah transit atau jalur transit merupakan pengembangan dari
jalur pergerakkan kendaraan yang hanya memperbolehkan angkutan umum
seperti bus taksi. Perparkiran dilarang, area pejalan kaki diperluas dan fasilitas
kenyamanan ditambah.

10
Gideon Golany, dikutip Guntoro, TA/UII,1997
11
Rubenstein,Harvey,M.,Padestrian Malls,Streetscapes,and Urban Spaces, h-3,4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

3. Semi Mall, pada jenis ini terisi kegiatan lalu lintas namun perparkiran
dikurangi. Pola pedestrian berkembang sebagai akibat dipertingginya nilai
dengan pola perkerasan paving, pepohonan, perlengkapan jalan (bangku,
lampu, dan kenyamanan lain).
II.2.3.2. Menurut Mithland12
Open Mall (Mall Terbuka)
Mall ini memiliki keuntungan; menghasilkan kesan luas, perencanaan teknis
yang mudah. Kerugian dari open mall adalah sulitnya pengaturan suhu
kenyamanan (climatic control) dan kesan pewadahan kurang.
Enclosed Mall (Mall Tertutup)
Keuntungan mall ini adalah kenyamanan klimatik dapat diatur. Kerugiannya
adalah mahalnya biaya dan ruangan terkesan sempit.
Integrated Mall (Mall Campuran)
Mall campuran adalah penggabungan dari open mall dan enclosed mall. Biasa
berupa mall tertutup dengan akhiran mall terbuka. Munculnya bentuk
campuran ini sebagai antisipasi terhadap keborosan energi dan perencanaan
klimatik, mahalnya pembuatan dan perawatan mall tertutup. Mall ini juga
berusaha untuk mengkonsentrasikan daya tarik pengunjung pada mall
tertutup.

II.2.4. Mall sebagai perwujudan kota13


Shopping Mall juga merupakan gambaran dari sebuah kota yang terbentuk
oleh suatu elemen-elemen:
Magnet (Anchor):
Merupakan transformasi dari node yang dapat berfungsi sebagai land
mark. Dalam shopping mall dapat diwujudkan dengan plaza.
Magnet Sekunder:

12
Maithland,Bary,.Shopping Malls,Planning and Design,1978
commit to user Urban Spaces, h-25
13
Rubenstein,Harvey,M.,Padestrian Malls,Streetscapes,and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Merupakan transformasi dari district perwujudannya berupa took


pengecer, retail store, supermarket, superstore, dan bioskop.
Street Mall
Merupakan transformasi path perwujudan berupa pedestrian yang
menghubungkan magnet-magnet.
Landscaping:
Merupakan transformasi dari edge sebagai pembatas pusat pertokoan di
tempat-tempat luar.

II.2.5. Karakter Dasar Shopping Mall


Karakter shopping Mall menurut Maithland14 memiliki karakter
sebagai berikut:
a. Koridor : tunggal
b. Lebar koridor : 8-16 meter
c. Lantai : maksimal 3
d. Parkir :mengelilingi bangunan mall (tidak ada parkir di dalam
bangunan)
e. Pintu masuk : dapat dicapai dari segala arah
f. Atrium : disepanjang koridor
g. Magnet : disetiap akhir koridor (hubungan horizontal)
h. Jarak antar magnet: 100-200 meter

II.2.6. Bentuk Massa Bangunan Shoping Mall


Bentuk massa bangunan menentukan pola sirkulasi didalamnya.
Bentuk ini sedikitnya akan mempengaruhi sukses tidaknya sebuah mall. Di
Amerika Serikat, perencanaan suatu mall biasanya menggunakan bentuk-
bentuk yang sederhana,missal bentuk T, I, atau L. ini sesuai dengan konsep
mall yang mempunyai akses ke dalam dengan koridor tunggal, sehingga

14
Dedy, 1994, h-17, dikutip Guntoro commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

semua outlet berpeluang sama untuk dikunjungi. Beberapa contoh kasus


shoping mall yang sukses dengan bentuk sederhana di Amerika Serikat
adalah: York Dale dengan bentuk L di kota Toronto, Explanade Oxnar dengan
bentuk I yang terletak di kota California, dan Franklin Park Mall dengan
bentuk T di kota Ohio,Toledo. Di Amerika telah diteliti bahwa dimensi
panjang sebuah mall minimal 180 meeter sampai maksimal 240 meter.
Ketentuan tersebut tidak mutlak, tetapi dalam perencanaan suatu mall, tidak
boleh terlalu panjang karena akan membuat pengunjung merasa lelah berjalan
ke ujung mall. Untuk mengantisipasi kelelahan pengunjung biasanya telah
direncanakan sebuah anchor/magnet di tempat-tempat tertentu dengan jarak
antara lebih kurang 100-200 meter. Anchor tersebut dapat berupa: square,
courts, food court atau tempat-tempat santai lainnya yang dimaksudkan
supaya pengunjung dapat melupakan kelelahan dan melanjutkan sampai ke
ujung mall. Anchor tersebut minimal 10% dari total luas lantai dengan
pertimbangan total area mewadahi keluberan (termasuk court dan square).
Perencanaan mall biasanya juga cenderung horizontalism dengan penetapan
takaran arsitektur seperti proporsi,skala, simetri, balance, dan dimensi yang
dapat diterapkan kedalam fisik bangunan.

II.2.7. Fasilitas yang biasa terdapat pada suatu Mall:


Sport Center
Cinema/Cineplex/Theater
Community Hall
Swimming Pool
Disco/Scate/Ice Scate
Medical Centre
Area Bermain

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

II.2.8. Pelaku Kegiatan dalam Shopping Mall


Pelaku dalam kegiatan Shopping Mall terbagi atas:
a. Pengunjung
b. Tenant atau penyewa
c. Supplier
d. Pengelola
Bagan pelaku dan kegiatan dalam Shopping Mall

Bangunan Shopping Mall

Pengunjung Penyewa Suplier Pengelola


Tujuan Dept.Store Memasok barang Meliputi:
Belanja Supermarket yang dibutuhkan General Manager
Rekreasi Book Store oleh Tenant Staff-staff:
Jalan-jalan Retail-retail Sales and
Makan : Marketing
Administrasi
Accounting
Cleaning Service
Main. Building
Security
Diagram II.4. Pelaku dan Kegiatan dalam Shopping Mall
(Sumber: Analisa Pribadi)

II.2.9. Jenis-jenis Kegiatan


Kegiatan pelayanan untuk tenant dan supplier antara lain:
Distribusi barang
Penyimpanan dan penyajian barang
Kegiatan perpindahan dan pergerakkan pelaku
Kegiatan pengelola antara lain:
Kegiatan operasional

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

Kegiatan manajemen
Kegiatan pemeliharaan

II.2.10. Tinjauan Shopping Mall


1. Mall sebagai fasilitas sebuah kota
Pusat kota dapat terbentuk oleh hadirnya sebuah fasilitas komersial yang
mampu menjadi generator kota. Mall perbelanjaan merupakan satu
elemen pembentuk struktur komersial kota. Suatu bentuk mall yang
berhasil tidak dapat dipisahkan dari area pusat kota dan kota secara
keseluruhan (Frederick Gibbert, 1959).
Selain itu, mall juga tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan masyarakat
yaitu mudah dijangkau baik dengan berjalan kaki, berkendaraan pribadi
maupun dengan kendaraan umum.
2. Mall sebagai fasilitas penunjang
Melihat makin banyaknya bisnis usaha yang terdiri dari grosir dan retail,
macam-macam industry kota formal, maupun informal menuntut suatu
sarana untuk menyampaikannya kepada masyarakat. Maka untuk
memenuhi kebutuhan tersebut perlu dibangun sebuah mall perbelanjaan
yang didalamnya dapat menampung semua bisnis usaha tersebut diatas
dan untuk sarana semua golongan lapisan masyarakat. Oleh karena itu,
dalam perencanaannya mall perbelanjaan harus benar-benar menjadi
shopping mall yang modern, mudah, nyaman, aman, dan fleksibel.
3. Mall sebagai sarana rekreasi
Pengertian dari rekreasi adalah bersenang-senang; menciptakan kembali.
Maksudnya adalah menciptakan suasana baru setelah melakukan
pekerjaan.
Daya tarik mall adalah terletak pada keanekaragaman fungsi yang
dipadukan dengan desain perilaku control sehingga menciptakan suatu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

kedinamisan antara fungsi-fungsi tersebut. Keanekaragaman fungsi


komersial yang terdiri atas barang dan jasa mampu menarik pengunjung
untuk dapat melakukan kegiatan dalam satu tempat dan waktu. Sehingga
pengunjung dapat merasakan sarana rekreatif tersebut dan menjadi
hiburan tersendiri meskipun tidak melakukan aktivitas belanja.

II.3. TINJAUAN ARSITEKTUR HIJAU


II.3.1. Pengertian Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau memiliki arti seni dan ilmu merancang bangunan. Dalam
artian yang lebih luas, arsitektur mencangkup merancang secara keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,
perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain
perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasilhasil proses
perancanggan tersebut.
( sumber www.wikipedia.com)
Dalam pengertian yang lebih mendalam, arsitektur hijau berarti wawasan
arsitektur yang memadukan tidak hanya nilai arsitektur umum (kekuatan,
fungsi, kenyamanan, biaya, estetika) tetapi juga dimensidimensi lingkungan
berdasarkan kepedulian tentang lingkungan global alami dengan penekanan
pada efisiensi energi (energi efficient), Pola berkelanjutan (sustainable), dan
pendekatan holistic (holistic approach untuk meminimalkan kerusakan
kerusakan yang terjadi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

II.3.2. Makna dan lambang Arsitektur Hijau

Gambar 2.1.Lambang Arsitektur Hijau


(Sumber : www.wikipedia.com)
Lambang di atas memiliki arti sederhana yaitu :
1. Recycle
Pengolahan kembali, yaitu mengupayakan apapun yang digunakan dan
dihasilkan pada proses membangun akan dapat diolah untuk didaur ulang
agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan orang lain.
2. Reduce
Mengurangi pemanfaatan barangbarang yang berasal dari alam.
Pengurangan yang dilakukan akan memberi pengaruh secara global, baik itu
keberadaan materi itu sendiri di bumi secara kuantitas maupun pengaruhnya
terhadap energi saving yang dengan sendirinya berlangsung.
3. Reuse
Penggunaan kembali, yaitu pemanfaatan kembali material yang telah ada,
tanpa menekankan ego dalam pemanfaatan material baru akan menghemat
energi content yang terbuang.
II.3.3. Perlunya Arsitektur Hijau
Mengapa harus menggunakan arsitektur hijau? Tentu saja ada banyak
alasan. Meskipun biaya arsitektur hijau hampir sama dengan bangunan
konvensional, tetapi arsitektur hijau lebih estetis, nyaman, dan biaya
operasiionalnya relatif rendah. Arsitektur hijau lebih merespon terhadap panas,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

dingin, atau pencahayaan dalam bangunan. Karena mengkonsumsi sedikit


energi, arsitektur hijau lebih sedikit polusi. Biaya utilitas yang rendah
membuatnya lebih mudah untuk dipenuhi. Selain itu, arsitektur hijau lebih
sehat karena hampir dari 80% waktu dari penghuni bangunan dihabiskan di
dalam bangunan.
Beberapa alasan untuk selalu menggunakan arsitektur hijau dalam mendesain
bangunan yaitu:
1. Menguntungkan dari segi ekonomi
Arsitektur hijau selalu berusaha menggunakan prinsip prinsip
efisiansi terhadap energi, air, maupun limbah. Hal ini menurunkan biaya
operasional dan perawatan banguanan. Berbagai keuntungan keuntungan
tersebut mendorong kesadaran masyarakat untuk menggunakan desain
dengan prinsip arsitektur hijau. Dalam berbagai proyek bangunan seperti
perumahan dengan konsep green architecture, ternyata lebih laku dibanding
perumahan dengan bangunan konvensional, sehingga lebih menguntungkan
bagi pengembang.
2. Menghemat konsumsi energi
Dalam ukuran yang sama arsitektur hijau akan lebih hemat energi
jika dibanding dengan bangunan konvensional. Pengurangan energi hingga
50% cukup mudah dicapai, dan pengurangan sebesar 80%-90% dapat
dicapai apabila bangunan didesain dengan baik.
3. Meningkatkan Produktivitas
Dalam bangunan yang mewadahi para pekerja, penggunaan
arsitektur hijau dapat meningkatkan produktivitas sebesar 6% -15% bahkan
lebih. Hal ini dikarenakan kualitas ruangan yang tercipta lebih baik
sehingga para pekerja merasa nyaman dan dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik dan lebih cepat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

4. Ramah terhadap lingkungan


Desain yang kurang sesuai dapat merusak lansekap, mengurangi
produksi hasil pertanian dan merusak habitat liar. Penggunaan arsitektur
hijau akan menjaga habital alami dan kealamian lansekap. Penggunaan
material secara efisien juga dapat mengurangi kerusakan hutan yang
berdampak buruk terhadap lingkungan.
5. Meningkatkan kesehatan
Bangunan dengan desain yang kurang baik dapat menurunkan
kualitas kesehatan penghuninya. Penyakitpenyakit yang ttimbul misalnya;
sakit mata, sakit kepala, sakit telinga, flu yang diakibatkan pencahayaan
yang kurang, kulaitas penghawaan yang kurang baik, sistem akustik yang
buruk. Dalam arsitektur hijau digunakan pencahayaan alami yang
dikombinasikan dengan pencahayaan buatan, penghawaan alami,
penggunaan material yang bebas racun, dan desain struktur yang ramah
lingkungan sehingga gangguan kesehatan akibat kualitas bangunan dapat
dikurangi.

II.3.4. Unsur Pokok dalam Arsitektur Hijau


Unsur pokok dalam arsitektur hijau mengacu pada pola manusia tradisional
yang mengenal empat unsure yang menjadi dasar dari penyusunan segala jenis
material yang ada di alam. Elemen elemen tersebut dianggap sebagai pokok
permasalahan dari hubunga timbale balik antara arsitektur (bangunan) dengan
lingkungan. Keempat unsur itu yaitu :
1. Bumi (Tanah)
Merupakan sumber bahan bangunan baik bahan bangunan tradisional seperti
batu, pasir, tanah liat, logam, sulfur, ataupun bahan bangunan modern seperti
semen Portland untuk bahan dasar beton, baja, kaca, alumunium, plastic dan
bahan sintesis lainnya. Setiap bahan bangunan pada dasarnya merupakan
pinjaman yang pada kemudian hari harus kita kembalikan lagi kepada alam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

Manusia pada generasi sekarang harus dapat mempersiapkan generasi yang


akan datang agar mampu mengembalikan atau mempertahankan bahan
bangunan tersebut agar tidak mengalami kerusakan.
2. Udara
Udara merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup untuk bernafas agar
tetap hidup. Makin tercemar udara, pernafasan akan semakin sulit dan kualitas
kehidupan manusia akan menurun. Polusi udara juga berdampak buruk pada
lingkungan yaitu timbulnya ozon dan pemanasan global.
3. Air
Bumi ini terbentuk dari daratan dan perairan. Perairan yang terdiri atas lautan,
sungai sungai, lapisan es pada kutup, serta air bawah tanah mempunyai
volume yang dominan yaitu sebesar 1,384 x 106 km3. Dan banyaknya air
tersebut 97,4 % merupakan air asin dan 2,6 % merupakan air tawar.
Penggunaan air yang berlebihan serta pencemaran yang terus menerus
mengakibatkan penurunan kualitas air.
4. Api (energi)
Energi selalu dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk melakukan aktifitasnya.
Pembangkitan energi selalu membebani lingkungan alam. Energi dapat
digolongkan menjadi dua yaitu energi yang dapat diperbaharui dan energi yang
tidak dapat diperbaharui.

II.3.5. Hemat Energi


Dalam mendesain atau merancang bangunan sebaiknya tidak hanya
mempertimbangkan pembiayaan pada operasional bangunannya saja, tetapi
juga mempertimbangkan pada pembiayaan awal pembangunan dan proses
pembuatannya. Desain bangunannya juga hatus mampu memodifikasi iklim
lingkungan sekitarnya agar dapat berguna dalam bangunan bukan dengan
merubah lingkungan yan sudah ada.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

a. Strategi perancangan bangunan hemat energi:


1. Lokasi site
- Ketinggian lokasi yang berpengaruh pada pemanfaatan angin dan sinar
matahari
- Pemanfaatan potensi lingkungan semaksimal mungkin
- Pemanfaatan topografi, dimensi, dan aliran air tanah
2. Perletakan dan orientasi bangunan
- Pemanfaatan panjang bangunan pada sumbu timur dan barat
- Perancangan overhang pada sisi-sisi riskan bangunan
- Perletakan ruang-ruang servis pada area beban tinggi (barat)
- Mengurangi bukaan langsung arah barat
- Penanaman vegetasi sebagai peneduh dan penyegar ruang pada area
penerima beban panas dan angin yang besar
3. Penyediaan pergantian ruang
- Menyediakan ventilasi yang bekerja terus menerus
- Meletakkan ruang-ruang berjendela dengan pertimbangan ventilasi
silang
- Apabila ruang dirancang menggunakan AC, minimalkan volume ruang,
dan hindari bukaan langsung
4. Elemen bahan bangunan untuk atap, dinding, dan lantai
- Pemilihan bahan lokal yang sudah mempunyai kemampuan adaptasi
terhadap iklim lokal
- Ketahanan bahan pada akibat-akibat tak terduga dalam operasional
bangunan
- Kemudahan dan ketahanan dalam pemasangan
- Kesesuaian biaya yang tersedia
5. Pemilihan struktur dan konstruksi bangunan
- Pertimbangan kondisi tahan gempa
- Pertimbangan kondisi tahan angin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

- Pertimbangan kondisi tahan api


6. Program dan penataan massa bangunan
- Penentuan jumlah dan bentuk serta ketinggian massa yang tidak
mengurangi potensi alam
- Perletakan tidak menghambat laju angin
- Perletakan tidak menghalangi ruang lain untuk mendapatkan sinar
matahari kecuali memang tidak diperlukan
- Perletakan tidak mengganggu akses ke ruang lain
7. Utilitas dan perabot penunjang kegiatan
- Pertimbangan sistem utilitas dari awal, instalasi plumbing, dan sanitasi,
listrik, dan lain-lain.
- Sesuaikan perabot dengan luasan dan volume peruangan yang ada
- Ruang-ruang khusus (KM/WC, kamar mandi,dan lain-lain) yang
membutuhkan instalasi khusus, hendaknya diperhitungkan dari awal.
b. Tidak menggunakan material yang merusak lingkungan
Material yang dianggap hijau biasanya termasuk dalam bahan
bangunan yang dapat diperbaharui seperti bahan tanaman bambu, jerami dan
kayu yang berasal dari hutan yang bersertifikat dan harus dikelola secara
lestari, EPA (Badan Perlindungan Lingkungan Hidup) menyarankan untuk
menggunakan barang industri daur ulang, seperti pembongkaran puing dalam
proyek konstruksi. Bahan bangunan harus diolah kembali tetap pada
penggunaan energi hijau dalam bangunan.
c. Terdapat ruang terbuka hiijau dalam bangunan
Kota-kota di Indonesia memiliki masalah dengan keterbatasan lahan
untuk Runag Terbuka Hijau (RTH). Dimana lahan sudah habis terbangun
karena sifat land hungry (lapar lahan), yaitu sifat mengkonsumsi lahan
perkotaan untuk dijadikan built-space (lahan terbangun). Akibatnya jumlah
16
lahan terbuka hijau makin lama makin berkurang. menurut Evawani untuk
memperoleh lahan terbuka hijau.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Mal Namba Park Jepang,
atap hijau Namba Park dapat mengurangi panas dan menurunkan suhu di
permukaan hingga 170 celcius. Hal ini mengurangi penggunaan energi listrik
untuk mendinginkan suhu ruang. Selain itu dapat berfungsi sebagai ruang
rekreasi untuk menikmati hijaunya taman. Suasana yang hijau dan nyaman
dapat menurunkan stress bagi pengguna bangunan.17
Adapun fungsi dari ruang hijau (vegetasi), antara lain:
- Sebagai zona relaksasi dan zona hijau hunian
- Sebagai penyedia oksigen
- Sebagai filter
- Sebagai penahan air, yang dapat disimpan (sebagai cadangan air saat
musim hujan)
Di bawah ini terdapat tiga klasifikasi jenis tanaman pada suatu taman atau
ruang hijau dalam sebuah kawasan dan atau bangunan, yaitu:
- Tanaman kering, merupakan tanaman gurun yang membutuhkan sinar
matahari tinggi, sedikit air, dan tingkat kelembapan yang rendah. Yang
termasuk jenis tanaman kering antara lain jenis-jenis kaktus.
- Tanaman air, merupakan tanaman yang media hidup utamanya yaitu air.
Yang termasuk dalam jenis tanaman air antara lain Nymphaea (teratai),
Cyperus papyrus (papyrus), Nulembo nucifera (lotus), Equisentum
hyemale (paku ekor kuda), Thalia dealbata (kana air), Pistia tratiotes
(kubis air), dan sebagainya.
- Tanaman tropis, terbagi menjadi beberapa klasifikasi tanaman, yaitu:
Peneduh, seperti Cerbera manghas (bintaro), Jatropha integerrina
(Batavia), Pisonia alba, flamboyant, asoka, beringin, dan
sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

Pergola, atau dapat digolongkan dalam tanaman merambat. Beberpa


contoh diantaranya yaitu alamanda, mandevila, bogenvil, Ficus
pumilia (dolar), Ipumea pennata (songgolangit), dan sebagainya.
Tanaman berdaun indah, seperti Aglonema, keladi hias, sansivera,
suplir, paku sarang burung, paku pedang, palem kuning, kuping
gajah, dan sebagainya.
Tanaman berbubga, seperti Anthurium, Adenium, mawar,
eurphorbia, krisan, salvia, soka, krosandra, dan tanaman berbunga
lainnya.
Border plant, seperti lili paris, kucai jepang, ophiopogon sp, dan
Cuphea hyssopifolia (cendrawasih), dan lain-lain
Ground cover, seperti sutra Bombay, rumput jepang, rumput
manila,dolar hijau, dan lain-lain.
d. Pencahayaan alami
Matahari merupakan salah satu sumber energi alami di alam semesta.
Sebagai salah satu sumber energi di alam semesta matahari dapat digunakan
sebagai sumber cahaya maupun sumber energi. Dalam penggunaannya sebagai
sumber cahaya alami pada suatu bangunan, matahari dapat menimbulkan
beberapa masalah dalam penggunaannya. Seberapa bayak cahaya yang masuk
ke dalam bangunan harus dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dalam ruang.
e. Penghawaan alami
Penghawaan alami merupakan suatu usaha untuk mendapatkan suasana
yang nyaman di dalam ruangan, dapat dilakukan dengan mengontrol suhu
ruangan, kelembapan, tingkat penerangan, kualitas udara, dan
menyeimbangkan kondisi buruk dari luar yang mempengaruhi iklim mikro
bangunan. Salah satu cara menghasilkan penyegaran alami terbaik adalah
mengusahakan udara terus bergerak di dalam ruangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Sumber energi listrik yang terbatas dan biaya pemakaian listrik yang tinggi
memberikan tantangan untuk membuat suatu desain bangunan yang nyaman
dengan memanfaatkan kondisi alam. Selain itu, penggunaan cara penyejuk
udara alami tidak hanya menghasilkan suatu kenyamanan dan penghematan
energi serta biaya, tetapi juga menyederhanakan konstruksi, pembangunan, dan
perawatannya.

II.3.6 Penerapan prinsip Arsitektur Hijau


1. Green siting and Land use
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam mendirikan sebuah
bangunan adalah menentukan site yang sesuai dengan konsep green siting
dan sesuai dengan tata guna lahan yang sudah ada. Hal ini bertujuan untuk
menggabungkan desain dan konstruksi debgan melakukan modifikasi antara
site dan bangunan untik mencapai kenyamanan secara maksimal dan
efisiensi dalam mengoperasionalkan bangunan (www.doerr.org).
2. Site and Land use efficiency
Pengolahan site pada saat proses perancangan juga harus
memperhatikan ketetapan perbandingan KDB dan KDH dalam konteks
arsitektur hijau. Banyak orang yang memiliki pemahaman berbeda beda
dalam hal ini. Ada anggapan bahwa besaran volume bangunan (koofisien
dasar bangunan / KDB) harus lebih kecil dari koofisien dasar hijau (KDH)
pada total luas lahan. Sesuai standart, perbandingan KDB (50 70 %) dan
KDH (30 50 %) yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian
ideal dan sehat secara konsisten. (sumber : www.beritaiptek.com).
Dalam mendirikan bangunan, sebisa mungkin perlu dihindari
pembukaan lahan baru untuk mendirikan bangunan. Terutama pada lahan
lahan yang diperuntukkan sebagai lahana pertanian dan lahan konservasi.
Menggunakan lahan yang sudah ada dan sesuai dengan tata guna lahan akan
lebih efisian dibandingkan dengan membuka lahan baru, selain itu dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

menjaga kelestarian hutan dan lahan pertanian sehingga keseimbangan


ekosisitem tetap terjaga. (sumber : www,doer.org)
3. Healthy Site
Site yang dipilih sebaiknya memperhatikan faktorfaktor yang
mempengaruhi kesehatan penghuni di dalamnya. Berikut merupakan tabel
analisis site menurut factor kesehatan:
Tabel 2.3. Analisis Site Menurut Faktor Kesehatan
Analisis Site Menurut Faktor Kesehatan
Nilai Uraian Pembatasan
Sumber-sumber kebisingan di Nilai yang dianggap baik :
lingkungan site 25-35 dB (decibel) pada waktu malam
30-40 dB (decibel) pada waktu siang hari di
kamar duduk
Pengaruh oleh lingkungan Instalasi yang mengganggu :
buatan Kawat Listrik 220V-400kV
Transformator-transformator listrik
Kereta api listrik
Radio, radar, dan televise (frekuensi
tinggi dan gelombang mikro 100- 100.000MHz
Pengotoran udara di Disamping asap dank abut atau gas, timbul juga
lingkungan site gangguan oleh bau, misalnya : bau harum,
pembusukan, peragian, zat pelerang, zat klor, zat
lemas dan sebagainya.
Sinar kosmik, bumi yang Sinar kosmik : sinar matahari, sinar ultra
berhubungan violet, infra merah, frekuensi tinggi, dan
dengan atmosfer alternatif rendah. Sinar yang berhubungan dengan
Sinar kosmik yang atmosfer :
berhubungan Gaya magnet bumi, medan listrik udara,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

dengan bumi dan atmosfer radio aktivitas alam dan buatan.


Sinar yang berhubungan dengan bumi :
Gangguan geopatik, aliran air di bawah tanah,
kerusakan dan kelabilan geologic,perubahan
dalam
Sumber: Frick, Heinz, 1995
4. Transport Orientation
Polusi dan dampak lingkungan dari pemakaian mobil dapat
dikurangi dengan menempatkan bangunan di lokasi yang dekat dengan
akses transportasi umun, jalur sepeda, dan akses pejalan kaki menuju
fasilitas umum. Konstruksi jalan yang baik juga menghemat biaya karena
terhindar dari biaya biaya perbaikan jalan. (sumber: www,doer.org, 23-7-
2011)

Gambar 2.2. Bangunan dengan akses langsung ke jalan umum


Sumber: dokumen pribadi, 2011
5. Solar Orientation
Orientasi matahari di dalam site menentukan orientasi bangunan di
dalam site. Orientasi bangunan digunakan untuk menghasilkan kantong
sinar matahari (sun pocket) yaitu kondisi dimana mmatahari berada dalam
integritas paling rendah. Sesuai dengan siklus terbit dan tenggelamnya
matahari serta mempunyai sudut jatuh yang kecil. Dengan demikian area
yang tersinari akan lebih besar dan integritas radiasinya akan lebih rendah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

Gambar 2.3. Skematik desain berdasarkan orientasi matahari dan arah angin
Sumber: www.doer.org
6. Wind Orientation
Dalam penggunaannya untuk orientasi bangunan, bukaanbukaan
dalam banguanan dimaksimalkan pada sisi utara. Jendelajendela yang
besar dan ventilasi diperbanyak pada sisi barat lau, sehingga pada musim
hujan angin yang sejuk dapat masuk dengan leluasa ke dalam bangunan.
Bukaan pada sisi selatan sebaiknya dihindari khususnya pada permukaan
yang selalu terkena radiasi matahari pada saat intensitas tinggi.
Menggunakan sistem air pump (pemompaan angin) dan cross
ventilation untuk mendistribusikan udara yang paling bersih dan sejuk ke
dalam ruangan. Caranya dengan membuat jendela di atas atap (cerobong)
untuk menciptakan tekanan udara yang cukup tinggi di atas bangunan
supaya udara panas yang ada di dalam ruangan naik dan keluar keatas,
tekanan udara dalam ruangan menjadi rendah dan udara dari luar ruangan
yang lebih segar akan masuk ke dalam ruangan, sehingga penggunaan AC
(Air Conditioner) dapat dikurangi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

Gambar 2.4. Pola sirkulasi udara menurut jumlah dan letak ventilasi
Sumber: YB. Mangunwijoyo
7. Vegetative Cooling
Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan manusia,
yaitu panas matahari (solar radiation), suhu udara, kecepatan angin, dan
kelembaban. Pada iklim tropis, suhu dan kelembaban sangat berperan dalam
menentukan faktor kenyamanan. Tumbuhtumbuhan mempunyai
kemampuan sebagai pengensali faktorfaktor tersebut di atas.
Fungsi tanaman sebagai pengendali kelembaban dan suhu
lingkungan yang terkait langsung dengan siklus hidrologi yang dialami
tanaman. Proses tersebut adalah proses evapotranspirasi yaitu proses
penguapan air dari tanah lewat permukaan daun. Karena tumbuhan dapat
berperan sebagai absorban radiasi matahari dab untuk proses
evepotransporasi tersebut memerlukan panas maka tanaman dapat
menurunkan suhu lingkungannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Gambarr 2.5.Hubungan Jarak dari permukaan tanah pada suatu naungan pohon
dengan kerapatan dan jenis yang relatif sama dengan tingkat kelembaban dan suhu
udara
sumber : Better Living Environment, 2005

Gb. 2.6 Pohon melindungi bangunan dari panas matahari disekitarnya


(Sumber: Frick, Heinz 2005)

Gb. 2.7. Aliran udara pada bangunan dengan pohon disekitarnya


Sumber : Frick, Heinz 2005
8. Vertical Landscaping
Vertikal landscaping adalah penghijauan pada bangunan bertingkat
tinggi. Vertical landscaping mempengaruhi iklim mikro pada fasad
bangunan. Pemecah angin sama seperti kegunaan vegetasi pada Ground
Plane menyerap CO dan CO2, menyediakan oksigen bagi hasil fotosintesis,
dan mengurangi beban pendinginan sebanyak 8 % dari peningkatan 10 % di
area vegetasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Gb. 2.8. Vertical Landscaping


sumber: defpoints.wordpress.com
9. Green roof
Green roof adalah atap dari bangunan yang sebagian atau seluruhnya
ditutupi oleh vegetasi, tanah, atau suatu media tanam yang ditanam diatas
suatu lapisan tahan air. (sumber: www.wikipedia.org. 18-8-2011)

Gb2.9. Pengaplikasian green roof


Sumber : laely-widjajati.blogspot.com
Green roof dapat memberikan perlindungan terhadap sinar matahari
di musim kemarau dan mengkondisikan micro-climate pada musim dingin

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

Gb.2.10 Green roof dan lapisan penyusunnya


(Sumber : www.usemenow.com.20-6-2011)
Tabel 2.4. Kelebihan dan kekurangan green roof
Green roof
Kelebihan Kelemahan
Mengurangi polusi udara Memerlukan desain khusus pada struktur
atap agar dapat menahan beban
Melindungi material atap di Lebih mahal disbanding atap biasa
bawahnya karena memerlukan konstruksi dan
perawatan khusus
Mengurangi perpindahan kebisingan
dari luar bangunan ke dalam
bangunan
Melindungi bangunan dari suhu yang
sangat kuat
Menyaring polusi dari air hujan
Sumber: analisis penulis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

Tabel 2.5. Klasifikasi Green roof


Intensive and Extensive Green roof
Karakteristik Intensive Green roof Extensive Green roof
Gambar

Tanah Membutuhkan kedalaman Hanya membutuhkan min 2,5


min 30 cm cm
Vegetasi Digunakan untuk pohon Digunakan untuk ground
besar, semak cover dan rumput
belukar,(memerlukan
perawatan dengan baik)
Beban Membebani struktur 80-150 Membebani struktur 12-15
pon/sq.ft pon/sq.ft tergantung dari
karakteristik tanah dan jenis
substrat yang digunakan
Akses Dapat diakses dengan mudah Biasanya tidak diakses untuk
umum
Perawatan Memerlukan perawatan Pemeliharaan dilakukan
khusus secara berkala tiap tahun
Drainase Memerlukan system irigasi Menggunakan system
dan drainase yang kompleks drainase dan irigasi sederhana
(Sumber : www.epa.gov, 18-8-2011)
10. Ground cover
Ground cover merupakan sebutan untuk tanaman yang ukurannya
tidak terlalu tinggi (paling tinggi 15 cm) dan tumbuhnya menutupi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

permukaan tanah tempatnya berada. Karena tergolong tanaman kecil, akar


ground cover pada umumnya berbentuk serabut. Serabutserabut akar inilah
yang akan mengikat tanah sehingga pada musim hujan, tanah tidak menjadi
becek. Pada musim panas, tanah yang diberi ground cover lebih dingin bila
dibandingkan dengan tanah yang tidak diberi ground cover.
11. Water Cooling
Badan air dalam bentangan alam sangat berpengaruh terhadap iklim
mikro. Pada aplikasi dalam merancang suatu tapak, badan air (kolam atau
danau) dapat direncanakan pada area dimana mendapat penyinaran radiasi
sinar matahari. Dengan demikian panas matahari yang sedang terik-teriknya
akan diserap oleh badan air, sehingga suhu disekitarnya akan turun. Selain
itu, penggunaan air juga dapat ditempatkan dalam suatu bangunan atau
kompleks bangunan. Penurunan suhu dan penaikan lelembaban udara dapat
ditingkatkan dengan memuncratkan air ke udara (water fountain) untuk
menambah butir-butir air di udara sekaligus sebagai elemen estetis
tambahan dalam desain lansekap ( Sumber : SENVAR IV, Better Livung
Environment)

Gb. 2. 11. Water cooling (Sumber : Analisa Pribadi)


12. Daylighting ( Pencahayaan Alami)
Daylighting adalah memasukkan cahaya alami melalui suatu celah
atau jendela untuk mengurangi atau menghapuskan pemakaian lampu
elektrik. Dengan menyediakan suatu mata rantai yang dinamis dan terus

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

menerus dengan memanfaatkan iliminasi dari luar ruangan, daylighting


dapat membantu terbentuknya rangsangan visual dan menciptakan
lingkungan yang produktif bagi penghuni sekaligus mengurangi biaya
energi.
Keuntungan daylighting :
a. Meningkatkan nilai daur-hidup
Pada suatu perhitungan kenaikan biaya didapatkan bahwa kenaikan
mencapai harga sebesar $0.50-$0.75 / sq.ft pada ruangan dengan cahaya
redup. Daylighting dapat menyimpan $0.05-$0.20 setiap tahun. (sumber :
www.wbdg.org, 8-8-2011)
b. Meningkatkan produktivitas
Daylighting juga membuat orang lebih sehat dan produktif. Hal ini
dikarenakan adanya jendela-jendela yang dapat memperlihatkan
pemandangan di luar bangunan sehingga orang yang bekerja di dalamnya
tidak mengalami kejenuhan dan dapat bekerja lebih baik
c. Mengurangi Emisi
Dengan mengurangi kebutuhan akan konsumsi elektris untuk penerangan
dan pendinginan, penggunaan daylighting dapat mengurangi gas rumah
kaca dan melambat penghabisan bahan bakar fosil. (sumber :
www.wbdg.org, 8-8-2011)
d. Mengurangi biaya operasional
Lambu penerangan elektrik menggunakan 35-50% dari total energi listrik
di dalam bangunan komersial. Dengan menimbulkan sisa pemanasan,
penerangan ini juga menambah beban mesin pendingin bangunan. Hal ini
dapat dikurangi dengan menggunakan daylighting yang dapat
mengurangi beban pendinginan banguna sebanyak 10-20%. (sumber :
www.wbdg.org, 8-8-2011)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

Gb. 2. 12. Day Lighting


Sumber : metaefficient.com, 20-9-2011
Konsep daylighting
Penggunaan pencahayaan alami pada interior bangunan seringkali
mengalami kesulitan karena distribusinya sangat sulit untuk dicapai dan
tidak merata. Oleh karena itu desain harus dilakukan secara tepat.
Perencanaan daylighting sebaiknya menggabungkan ahli dari berbagai
cabang ilmu yang berkaitan seperti arsitektur, mesin, listrik dan
pencahayaan. Tim desain sebaiknya memastikan agar daylighting benar-
benar dipakai dalam keseluruhan desain. Adapun konsep-konsepnya adalah:
a. Permasalahan visual dan tampilan
Veiling Reflections (menyelubungi pemantulan)
Menyelubungi pemantulan pada sumber cahaya dengan penerangan
yang tinggi. Pemantulan juga harus segera dicegah bila terjadi
gangguan pada aspek visual.
Distribution (distribusi)
Menggunakan daylighting sebanyak mungkin pada interior bangunan.
Mata manusia dapat melakukan penyesuaian pada tingkat yang tinggi
pada cahaya sama panjang dengan distribusinya. Secara umum, cahaya
yang sampai secara tidak langsung (misal : cahaya yang dipantulkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

dari dinding putih akan menyediakan kualitas pencahayaan yang lebih


baik dibandingkan dengan cahaya langsung dari sumber alami maupun
buatan.
Glare (silau)
Tujuan dari desain daylighting yang efisien tidak hanya untuk
menyediakan tingkat pencahayaan yang cukup untuk tampilan yang
bagus. Tetapi juga untuk menciptakan kenyamanan dan kepuasan
atmosfer. Silau atau kekontrasan sinar berlebihan dalam pandangan
adalah aspek yang menyebabkan ketidaknyamanan pada penghuni.
Mata manusia dapat berfungsi cukup bagus melebihi cakupan luas dari
pencahayaan lingkungan, namun tidak berfungsi baik jika terdapat
kekontrasan pencahayaan yang sama dalam setiap sudut pandang.
Variety (variasi)
Beberapa kontras dalam tingkatan brightness mungkin diinginkan
dalam suatu keefektifan ruangan. Warna cahaya yang pudar dalam
pencahayaan dapat mendorong kea rah kelelahan dan dapat
mengurangi konsentrasi sehingga menciptakan lingkungan yang
kurang produktif.
b. Daylighting yang baik memerlukan perhatian pada aspek kualitatif dan
kuantitatif pada desain. Pastikan kombinasi dari pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan cukup untuk kebutuhan yang diperlukan.
c. Agar efektif, daylighting harus dikombinasikan dengan desain
pencahayaan elektrik. Selain ituagar hemat energi, daylighting perlu
digabungkan dengan pengontrol pencahayaan elektrik yang efisien.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan menggunakan
daylighting:
1. Perbandingan luas bukaan 20% dari luas lantai
2. Perbandingan tinggi jendela dengan kedalaman ruang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

Kedalaman ruang yang masih memungkinkan penggunaan pencahayaan


alami secara efektif adalah 2,5 kali ketinggian ruang untuk hunian dan
1,5 kali ketinggian ruang untuk kantor.
3. Batas kedalaman ruang
Frank Lloyd Wright menyarankan 6m sebagai batas ke dalam ruang
untuk pencahayaan alami, sedangkan britis planning legislation dan Ken
Yeang menyarankan dilakukan pada bangunan dengan perbandingan luas
bukaan dengan luas dinding sebesar 15-20%.
Berikut merupakan zona pencahayaan pada ruang :
Primarily daylight zone sedalam 4,5m dari bukaan, sumber cahaya
utama berupa cahaya alami atau daylight.
Partially daylight zone 4-5m berikutnya (9m dari bukaan), sebagian
memerlukan pencahayaan buatan.
Primarily artificial light zone, lebih dari 9m dari bukaan,
membutuhkan penerangan buatan
Material dan Konstruksi daylighting
a. Shading
Di iklim yan panas, shading yang dipasang di bagian eksterior bangunan
dapat bekerja dengan baik untuk mengurangi panas dan mendistribusikan
cahaya ke dalam ruangan.
b. Material kaca
Metode termudah yang digunakan untuk memaksimalkan daylighting di
dalam ruangan adalah dengan memasang material kaca. Namun
demikian, sebelumnya perlu dipahami kriteria berikut untuk
menegoptimalkan system penetrasi.
U-Value
Menciptakan tingkat pemindahan kalor dalam kaitannya dengan
perbedaan temperature melalui pemasangan material kaca.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

Shading Coefficient (SC)


Merupakan perbandingan dari panas matahari pada perakitan kaca
terhadap pemasangan kaca ganda dan kaca tunggal.
Visible Transmttance (Tvis)
Merupakan ukuran banyaknya cahaya untuk bangunan dengan skala
besar di beberapa iklim dianjurkan penggunaan kaca dengan nilai SC
sedang dan Nilai VT yang cukup tinggi.
c. Perletakan Lubang Cahaya
Strategi pencahayaan yang sederhana membiarkan daylighting untuk
memasuki ruang dan juga menyediakan kemudahan pandangan dan
ventilasi. Hal yang penting untuk diperhatikan yaitu kedalaman penetrasi
daylighting adalah sekitar 2 atau 1 kali jarak antara bagian puncak
jendela dengan ambang pencahayaan.

Gb. 2.13. Visible transmittance


(sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011)
d. Faktor refleksi permukaan ruang
Nilai factor refleksi untuk permukaan ruang akan berdampak secara
signifikan terhadap kualitas tampilan daylighting dan harus dijaga
setinggi mungkin. Hal ini untuk menjaga faktor refleksi di langit-langit
melebihi 80%, dinding melebihi 50%, dan lantai meliputi 20%. Pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

kebanyakan jenis ruang, factor refleksi lantai memiliki sedikit pengaruh


pada penetrasi daylighting.
e. Pengabungan dengan alat control pencahayaan elektrik
Desain pencahayaan daylighting yang sukses tidak hanya dari segi
arsitektural, tetapi juga harus digabungkan dengan sistem pencahayaan
elektrik. Dengan menambahkan alat pengontrol, penghuni dapat
menyesuaikan tingkatan daylighting dengan kebutuhan. Tiga jenis alat
control di pasaran meliputi :
Switching controls
Terdiri dari tombol on/off untuk memadamkan pencahayaan elektrik
ketika daylighting cukup untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan,
dan menghidupkan pencahayaan elektrik ketika daylighting dirasa
kurang.
Stepped controls
Menyediakan level menengah pada pencahayaan elektrik dengan
mengontrol lampu tunggal dalam pencahayaan.
Dimming controls
Secara berkala melakukan penyesuaian pencahayaan elektrik dengan
mengatur masuknya energi ke dalam lampu untuk melengkapi tingkat
iliminasi yang disediakan oleh daylighting.

Gb. 2.14. Daylighting contribution


(sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

Strategi-strategi tersebut sebaiknya diintegrasikan dengan sistem


manajemen bangunan untuk mendapatkan keuntungan dari sistem
pengendali secara keseluruhan didalam bangunan. Agar mendapatkan
keuntungan penuh dari daylighting dan mencegah daerah gelap (dark
zone) perencana harus merencanakan system rangkaian dengan baik.
f. Sistem pengontrol lainnya
Sebagai tambahan dari pengontrol daylighting, alat control elektrik
lainnya perlu ditambahkan untuk mendapatkan biaya yang efektif,
diantaranya meliputi penggunaan :
Occupancy controls
Gunakan inframerah, ultrasonic atau tekhnologi gelombang mikro,
sensor pemilik untuk menghidupkan atau memadamkan lampu. Ini
dapat menghemat 10-50%.
Timer
Alat ini digunakan untuk mengatur waktu menghidupkan dan
menyalakan lampu. Alat ini juga efektif untuk menghemat biaya.
13. Natural Ventilation (ventilasi alami)
Ventilasi alami adalah proses memasukkan udara ke dalam bangunan
dan mengeluarkan udara ke luar bangunan secara alami, hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan sifat udara yang mengalir dari tekanan tinggi ke
tekanan yang lebih rendah. Penggunaan ventilasi alami dapat menghemat
konsumsi energi di dalam bangunan akibat pengguanaan AC, kipas angin,
dan lain-lain. (sumber :www.wikipedia.com, 21-6-2011). Selain itu, terus
menerus dalam ruangan tanpa ventilasi alami yang mengalirkan udara segar
masuk ruangan dapat berdampak buruk bagi kesehatan,karena manusia
memiliki kebutuhan akan udara segar dengan standard 17-26 m3 /jam/orang
(van straiten, 1967)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

14. Solar Power (Photovoltaic System)


Photovoltaic (PV) adalah teknologi yang menggunakan solar cells
atau solar photovoltaic untuk mengubah energi matahari menjadi energi
listrik. Solar cells menghasilkan listrik arus searah dari sinar matahari yang
dapat digunakan untuk peralatan penghasil energi atau mencharge baterai.
Sistem ini menguntungkan karena biaya pemeliharaannya rendah, tahan
lama, dan tidak menimbulkan polusi namun sistem ini juga mempunyai
beberapa kelemahan diantaranya sangat tergantung pada musim, harganya
masih cukup mahal dan belum banyak diproduksi di negara-negara tertentu
termasuk Indonesia. (Sumber : www.wikipedia.com dan
www.earthtoys.com, 22-6-2011)

Gambar 2.15. diagram Photovoltaic


Sumber: www.earthtoys.com
Jenis-jenis ventilasi alami :
1. Wind Driven Ventilation
Aliran angin mengakibatkan tekanan positif
pada arah datangnya dan tekanan negative pada
sisi keluarnya. Untuk menyeimbangkan tekanan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

ini udara luar akan mengisi bukaan dan mengikuti aliran angin.

2. Stack effect ventilation


Berupa pemisah/ celah kecil pada komponen upper
structural bangunan atau cladding yang dapat
meningkatkan eksfiltrasi udara panas dalam jumlah
yang signifkan.

3. Thermo-shippon effect
Menggunakan prinsip yang sama dengan stack
effect, hanya saja pemanasan udara dibantu oleh
cahaya matahari. Variasi dari sistem ini adalah solar
chimney dan atrium spaces.

15. Building Envelope


Buiding Envelope atau kulit bangunan terdiri dari material struktur
dan finishing ruangan, memisahkan sisi dalam dan luar bangunan. Kulit
bangunan harus seimbang pada ventilasi dan daylighting untuk menyediakan
perlindungan suhu dan kelembaban pada kondisi iklim di dalam site. Kulit
bangunan adalah faktor utama yang menentukan banyaknya biaya operasional
bangunan yang dibutuhkan.
Agar desain berhasil, perancang harus menggabungkan desain kulit
bangunan dengan elemen desain lainnya yang meliputi: pemilihan material,
daylighting, passive solar design, HVAC, dan rencana elektrikal. Hal
terpenting yang paling mempengaruhi desain kulit bangunan adalah iklim.
Perbedaan iklim yang berpengaruh terhadap desain. Faktor kedua yang
berpengaruh adalah kegiatan apa yang diwadahi dalam bangunan tersebut.
Jika aktivitas dan peralatan yang terdapat di dalam bangunan memiliki nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

panas yang tinggi, beban termal justru lebih banyak secara internal daripada
secara eksternal (dari matahari).
16. Struktur dan Konstruksi
Struktur dan konstruksi yang baik harus memenuhi kualitas struktur:
a. Kualitas struktur fungsional, lingkungan, bangunan, dan bentuk
Struktur Fungsional
Menentukan dimensi geometris yang berhubungan dengan penggunaan
atau fungsi (kebutuhan ruang, ruang gerak, ruang sirkulasi, dimensi
pengaturan ruang, dan sebagainya).
Struktur Lingkungan
Meliputi lingkungan alam (iklim, topografi, geologi, hidrologi,
florafauna) serta lingkungan buatan (bangunan, sirkulasi, prasarana
teknis, dan radiasi buatan).
Struktur Bangunan
Susunan kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun, memelihara,
dan membongkar suatu gedung.
Struktur Bentuk
Mengandung masa dan isi, ruang antara dan segala kegiatan
membanguna ruang.
b. Integralistiknya dengan alam
Kualitas struktur kemudian dapat dinilai dari segi integralistiknya dengan
alam
c. Kesinambungan (sustainability) pada struktur
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan
mempengaruhi baik pilihan struktur maupun penggunaan bahan bangunan
menurut prinsip-prinsip kualitas struktur :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

Prinsip pembuangan dimana semua unsur dari sebagian bangunan


menyesuaikan diri dalam daya tahannya atas unsur-unsur yang paling
lemah/paling mudah rusak.
Prinsip Rolls Royce dimana unsur-unsur yang paling kuat menentukan
daya tahan bagian bangunan masing-masing.
Prinsip Struktural dimana setiap unsur bangunan yang daya tahannya
berbeda dengan bagian bangunan yang lain dapat diganti tanpa
merusak bahan bangunan yang lebih kuat. Makin banyak bagian
bangunan
17. Waste Recycling
Sampah dari sisa-sisa bangunan dan konstruksi gedung merupakan
bagian yang menonjol disamping sampah dari permukiman, perdagangan,
dan perindustrian. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan
maupun pemugaran tersebut terdiri dari dua macam yaitu sampa organik
(kayu, tripleks, bambu) dan sampah anorganik (semen, pasir, batu bata,
ubin, besi, baja, kaca, kaleng, cat sintesis, pipa plastik dan bahan sintetis
lainnya).
Tabel 2.6. Jenis sampah dan cara pengolahannya
Jenis Sampah Diolah Kembali Didaur Ulang Digunakan
Kembali
Bahan organik Dibakar dan abunya Konstruksi atap dan Kusen, jendela
kayu : diserap kembali oleh pintu Masih dalam
diserap kembali akar tumbuhan keadaan
baik
Tripleks Dibakar dan abunya Bekisting beton
diserap kembali oleh tripleks dapat
akar tumbuhan menjadi pelat
langit-langit
Bambu Dibakar dan abunya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

diserap kembali oleh


akar tumbuhan
Kertas/kardus Dikumpulkan+diproses Pembungkus
ulang menjadi kertas barang-barang
kembali (menghemat
50%
Bahan anorganik : Tanah timbunan
tanah
galian
Tanah liat Dicetak dan dibakar Dicetak batu tanah liat
menjadi batu bata,
genting flam
Pasir/kerikil Dicampur semen Lapisan kersik
menjadi beton buat
jalan
Ubin/genting beton Digiling menjadi pasir Lapisan pecahan
batu untuk jalan
Batu bata, genting Digiling menjadi
flam semen merah
Kaca Dilebur menjadi kaca Dipasang pada
baru jendela baru
Logam (besi, baja, Dilebur menjadi logam Dipotong/dilas,dibentuk Digunakan sebagai
kaleng) baru baru tulangan dalam
beton
Bahan sintetis: Diproses lagi menjadi Dipotong/dilem
pipa plastik, dsb bahan sintetis disambung pipa lagi
berkualitas rendah (mis: pipa air)
Cat sintetis Sisa digunakan
pada tempat lain

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

18. Green Material


Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan
macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru.
Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan
bangunan guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan
bangunan baru juga ditandai dengan kesadara terhadap ekologi, lingkungan
dan fisika bangunan. Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat
energi dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para
ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak
jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian
ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya
perlu diubah sesuai dengan pandangan pembangunan yang menyeluruh.
(Sumber : Frick Heinz, 2005)
Rantai Bahan Bangunan

Gb.2.16. Rantai Bahan bangunan


Sumber: Frick, Heinz, 2005
Rantai bahan bangunan menerangkan proses dan tingkatan
pengembangan (riwayat hidup bahan) bahan bangunan pada umumnya
(dari bahan mentah hingga menjadi puing dan sampah), dengan perhatian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

pada setiap tingkat perubahan transformasi, penggunaan energi dan


pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara).
Penggolongan Bahan Bangunan
a. Penggolongan bahan bangunan secara ekologis
Tabel 2.7. Penggolongan Bahan Bangunan Ekologis
Klasifikasi bahan secara ekologis Contoh bahan
Bahan bangunan yang dapat Bahan nabati: kayu, bambu, rotan,
dibudidayakan kembali (regenerative) rumbia, serabut kelapa, ijuk, kulit
kayu, kapas, kapuk, Bahan hewani:
kulit, binatang, wol
Bahan bangunan alam yang dapat Tanah, tanah liat, lempung, tras,
digunakan kembali (reuse) kapur, batu kali, batu alam
Bahan bangunan buatan yang dapat Limbah, potongan, sampah, ampas,
didaur ulang ( recycling) bahan bungkusan (kaleng, botol),
mobil bekas, serbuk kayu, potongan
bahan sintetis, kaca, seng
Bahan bangunan alam yang Batu merah, conblock, batako,
mengalami genting (genting flam dan genting
perubahan transformasi sederhana pres), bis beton, semen, beton tanpa
tulangan
Bahan bangunan yang mengalami Plastik, damar epoksi, produk
beberapa tingkat perubahan petrokimia yang lain
transformasi
Bahan bangunan komposit Beton bertulang, pelat serat semen,
cat kimia, perekat
Sumber: Frick, Heinz, 2005
b. Persyaratan bahan bangunan secara ekologis
 Eksploitasi dan pembuatan (produksi) bahan bangunan
menggunakan energi yang sesedikit mungkin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87

 Tidak mengalami perubahan bahan (transformasi) yang tidak dapat


dikembalikan kepada alam.
 Eksploitasi, pembuatan (produksi), penggunaan, dan pemeliharaan
bahan bangunan mencemari lingkungan sesedikit mungkin
 Bahan bangunan berasal dari sumber alam lokal (di tempat dekat).
19. Water Recycling
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus tersedia
setiap saat. Penggunaan air yang paling besar justru berasal dari operasional
bangunan. Saat ini kebanyakan bangunan tidak memiliki system pengolahan
limbah air dengan baik. Padahal sistem ini seharusnya merupakan hal yang
sangat penting untuk menghemat konsumsi air dan mengurangi dampak
lingkungan seperti pencemaran dan banjir. Air limbah dari bangunan dapat
diatur ulang dengan sistem-sistem sebagai berikut :
1. Grey Water System
Yang dimaksud dengan grey water adalah limbah air yang berasal dari
dapur, air cucian, air dari shower kamar mandi, dll. Sistem kerjanya
adalah sebagai berikut: air yang berasalhdari grey water ditampung dalam
suatu bak khusus yang dapat menyaring lemak, sabun, dan kotoran-
kotoran lainnya. Setelah itu air dialirkan melalui pipa menuju ke return
water tank. Kemudian air dialirkan untuk memenuhi kebutuhan seperti
menyiram tanaman, menyiram toilet, dan lain-lain.
2. Black Water System
Black Water merupakan air yang berasal dari air limbah yang berasal dari
toilet. Sistem kerja dari Black Water System adalah sebagai berikut: air
limbah dialirkan melalui pipa menuju ke bak penampungan dan diolah di
dalamnya. Setelah bersih air dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
3. Rainwater System
Air hujan yang terbuang percuma dapat dimanfaatkan menjadi sumber air
baru. Pada musim penghujan air ditampung dalam bak atau tangki air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

kemudian didaur ulang dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di


dalam bangunan. Air hujan dapat pula digunakan sebagai sumber air
minum karena air hujan cukup bersih dan tidak mengandung kuman-
kuman meskipun tidak mengandung mineral-mineral yang berguna untuk
gigi, tulang dan lain-lain.

II.3.7 Studi Kasus Bangunan dengan Prinsip Arsitektur Hijau


II.3.7.1. Graha Wonokoyo
1. Kriteria Bangunan
 Lokasi : Jalan Taman Bungkul 1-3-5-7, Surabaya.
 Fungsi : Kantor
 Luas Lahan : 1.854 sqm.
 Luas Bangunan: 7.121 sqm.
 Ketinggian : 10 lantai.
 Arsitek : Ir. Jimmy Priatman, M.Arch.

Gb. 2.17. Graha Wonokoyo


(Sumber : majalah I-Arch, edisi 3,2006)
Gedung ini dirancang hemat energi dan kontekstual terhadap
lingkungannya yang berupa situs arsitektur kolonial dengan mencitrakan
bangunan yang menghubungkan antara masa lalu dengan masa kini.
2. Program ruang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

Bangunan ini terdiri dari 3 massa. Massa pertama berupa bangunan


penerima, terdiri dari satu lantai yang menyelaraskan sendiri dengan
ketinggian bangunan sekitar. Massa kedua merupakan bangunan mediun
tiga lantai, berfungsi sebagai gallery, hall, dan ruang rapat kolektif pada
bagian tengah. Massa ketiga merupakan massa penanda yang berfungsi
sebagai perkantoran.
3. Kriteria Bangunan Green Architecture
a. Hemat Energi
Dicapai dengan penggunaan material hemat energi dan managemen
energi di dalam bangunan.
b. Bekerja dengan iklim
Site menghadap dan memanjang dari barattimur akan mempengaruhi
fasad dan selubung bangunan.
c. Respek terhadap calon pengguna
Layout ruang menyesuaikan dengan fungsi sebagai kantor sewa yang
mencerminkan efesiensi ruang.
d. Bekerja dengan tapak terpilih
Bangunan ini berusaha untuk menyelaraskan diri dengan
lingkungannya yang berupa bangunan konservasi arsitektur colonial.
4. Prinsip Green Architecture
a. Building Envelope
- Mengutamakan perhitungan OOTV (Overall Thermal Transfer
Value) untuk membatasi radiasi panas pada selubung bangunan.
- Selubung bangunan merespon arah matahari. Pada bagian utara
full dengan material kaca, sedangkan fasad selatan berupa kisi
kisi material cladding.
b. Green Structure
Struktur utama konstruksi beton bertulang, dan struktur atap
konstruksi baja. Pemilihan struktur tersebut didasarkan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

menghindari kerusakan pada bangunan perumahan yang padat di


sekitar bangunan.
c. Green Material
Untuk mewujudkan perpaduan yang sinergis antara citra monumental
dengan kriteria hemat energi, material dinding dipilih dari bahan metal
cladding ex indal, high performance glass exstoposal dilapisi kaca film
pada sisi barat, dan pada bangunan penerima dipilih granit dan panel
alumunium.

High performance glass

Panel Alumunium

Gb2.18. Graha Wonokoyo


(Sumber : majalah I-Arch, edisi 3,2006)

II.4. TINJAUAN KOTA PURWOKERTO


II.4.1. Batas Wilayah dan Keadaan Fisik
Kota Administratif Purwokerto merupakan Ibu Kota Kabupaten Daerah
Tingkat II Banyumas yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, terletak diantara :
1080 39 17 1090 27 15 BT dan 70 15 05 70 37 10 LS.
Perbatasan wilayah meliputi:
- Sebelah Utara : Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang
- Sebelah Timur :Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan
Kabupaten Kebumen
- Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap
- Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

Gambar 2.19. Peta Batas Wilayah Kabupaten Banyumas


Sumber: www.purwokerto.go.id
Kota Admisnistratif Purwokerto terletak pada ketinggian 75 meter di
atas permukaan laut yang meliputi areal seluas 3.873,482 ha dan jumlah
penduduknya sebanyak 233.841 jiwa (pada tahun 2010) dan laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Banyumas per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni
dari tahun 2000-2010 sebesar 0,58 persen.15
Aspek fisik kota yang penting untuk pertimbangan pengembangan Tata Ruang
Kota meliputi topografi dan hidrologi yakni;

15
Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Purwokerto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

- Dari kondisi topografi kota Purwokerto, kemiringan yang ada, kota ini cukup
ideal untuk penggunaan tanah sebagai kawasan pemukiman karena kemiringan
yang ada menunjukkan berkisar 0% - 15%.
- Adanya beberapa sungai yang melalui Kota Purwokerto, maka potensi untuk
perencanaan drainase yang baik dapat dikembangkan, sehingga kemungkinan
bahaya banjir dapat dicegah.
Dari kedua pertimbangan tersebut diatas wilayah Kota Purwokerto sangat
cocok untuk kawasan pemukiman atau perkotaan. 16
II.4.2. Data Klimatologi Kota Purwokerto
Keadaan cuaca dan iklim di Purwokerto memiliki iklim tropis basah
karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari pesisir pantai maka
pengaruh angin laut tidak begitu tampak. Namun dengan adanya dataran
rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak
bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata
antara 1.001 mbs. Suhu udara di Purwokerto berkisar antara 23 C - 31 C
dengan kelembapan 65-95% dan kecepatan angin 20 km/jam. (sumber: Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, berlaku mulai tanggal 14 Desember
2011 sampai dengan tanggal 15 Desember 2011).
II.4.3. Gambaran Terhadap Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota17
Perkembangan fisik kota disebabkan dari semakin tumbuh dan
berkembangnya beberapa elemen fisi kota seperti:
Pemukiman
Perkantoran
Perdagangan
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Sosial / Umum
Perkembangan elemen-elemen tersebut sesuai dengan fungsi atau
peran dan kebutuhan masing-masing elemen kota tersebut.
16
Pemerintah Kota Administratif Purwokerto, RTURK, Op.Cit.
17
Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kotacommit to user
Purwokerto Tahun 2010, p.II.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

Kecenderungan perkembangan dan letak elemen fisik Kota Purwokerto pada


umumnya dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu kemudahan-kemudahan
dalam menjalankan fungsi dan perannya serta pertimbangan efisiensi dan
factor ekonominya. Sehingga terlihat bahwa sebagian besar elemen fisik kota
tersebut tumbuh dan berkembang disepanjang jalur-jalur utama kota.
Untuk kawasan perdagangan atau komersial tingkat regional, tumbuh dan
berkembang di pusat kota, tepatnya di sepanjang jalan Jend. Soedirman dan
jalan Gerilya. Perdagangan ini meliputi pasar, pertokoan, warung, dan
sebagainya, dengan Pasar Wage sebagai pusat orientasi utamanya. Dengan
adanya potensi tersebut, di wilayah ini dimungkinkan akan berkembang
kompleks perdagangan, terutama untuk pertokoan dan pasar swalayan dengan
skala sedang dan besar.
II.4.3. Tinjauan Aspek Fisik18
Dari aspek fisik dapat diaplikasikan dalam pola tata peruntukkan tanah
untuk kegiatan sejenis (zoning) yang berbentuk bagian rencana untuk berbagai
dominasi kegiatan fungsi tertentu dan didukung oelh pola jaringan jalan
dengan berbagai tingkatan fungsi. Pola tata ruang peruntukkan tanah untuk
kegiatan sejenis (zoning) Kota Purwokerto susunannya diatur membentuk
struktur yang dibagi dalam pusat-pusat pengembangan sebagai berikut:
1. Pusat Pengembangan Wilayah Kota (BWK)
Terdiri dari 8 (delapan) Bagian Wilayah Kota (BWK), yaitu:
Bagian Wilayah Kota I, merupakan bagian pusat kota yang meliputi 4
(empat) SBWK.
Bagian Wilayah Kota II, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 3 (tiga) SBWK.
Bagian Wilayah Kota III, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.

18
Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto Tahun 2010, p.IV.1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

Bagian Wilayah Kota IV, merupakan bagian pengembangan wilayah


kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
Bagian Wilayah Kota V, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
Bagian Wilayah Kota VI, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
Bagian Wilayah Kota VII, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
Bagian Wilayah Kota VIII, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.
2. Daerah Cadangan Pengembangan dan Ruang Hijau Kota
Dipergunakan sebagai kawasan cadangan pengembangan kota
(kawasan terbangun), sempadan, penghijauan, maupun pertanian, yang
letaknnya menyebar di tiap bagian wilayah kota.
Pusat-pusat pengembangan susunan pola tata ruang peruntukkan
tanah untuk kegiatan sejenis (zoning) Kota Purwokerto membentuk
struktur kota sebagai berikut:
a. Pusat Kota
Sebagai pusat pengembangan terletak disekitar Kantor Kabupaten dan
Pasar Wage (sepanjang Jl. Jend. Soedirman).
b. Pusat Pengembangan Bagian Wolayah Kota (BWK)
Difungsikan oleh kegiatan skala wilayah dengan fasilitas jalan yang
melalui pusat-pusat. BWK dan berbagai fasilitas lingkungan, akan
menjadikan bagian-bagian wilayah kota akan lebih cepat berkembang
sehingga sesuai dengan sasaran di dalam upaya perencanaan kota
secara menyeluruh dan terpadu.
Kelompok fungsi kegiatan eksternal dan internal, terdiri antara
dominasi kegiatan yang satu dengan yang lainnya dan antara kelompok

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

fungsi kegiatan yang lebih tinggi ketingkat yang lebih rendah pada
daerah hunian.
Pada fungsi-fungsi eksternal terbagi dalam berbagai dominasi jenis
kegiatan yaitu:
Pemerintahan Pendidikan
Perkantoran Kesehatan, dll
Perdagangan/jasa
Ditinjau dari hirarkinya dalam menguraikan bagian fungsi kegiatan
tersebut menurut tingkatannya dibagi dalam pola jaringan jalan baik
langsung maupun tidak langsung.
II.4.4. Kondisi Umum
II.4.4.1. Penyebaran Kepadatan Penduduk19
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah
penduduk di Kota Purwokerto adalah 233.841 orang, yang terdiri dari
115.348 laki-laki dan 118.493 perempuan dan laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Banyumas per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari
tahun 2000-2010 sebesar 0,58 persen.
Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Kota Purwokerto
KECAMATAN Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk Sex Ratio
(jiwa) (jiwa) (jiwa)
Purwokerto Utara 28.168 29.010 57.178 97,10
Purwokerto Timur 27.929 29.231 57.160 95,55
Purwokerto Selatan 35.106 35.353 70.459 99,30
Purwokerto Barat 24.145 24.899 49.044 96,97
JUMLAH 115.348 118.493 233.841 388,92
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Purwokerto
Penyebaran kepadatan penduduk di Purwokerto belum sepenuhnya
merata, sebagian besar terkonsentrasi pada daerah pusat kota dan sepanjang
jalur jalan regional atau jalur jalan utama kota. Perkiraan jumlah penduduk
19
Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto Tahun 2010, p.III.9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

Kota Purwokerto sampai tahun 2020 adalah sebesar 235.866 jiwa dan dengan
luas wilayah sebesar 3.858,34 Ha. Maka diperhitungkan kepadatan rata-rata
penduduk Kota Purwokerto 10 tahun mendatang adalah sebesar 56 jiwa/Ha.
Sedangkan untuk kepadatan bersih (Netto) di daerah pemukiman penduduk
dengan peruntukkan lahan terbangun sebesar 2.146,92 Ha adalah sekitar 100
jiwa/Ha. Sehingga dilihat dari proyeksi tingkat kepadatan penduduk netto
Kota Purwokerto di tahun 2020 masih tergolong sebagai kota dengan tingkat
kepadatan penduduk sedang dan dari proyeksi kepadatan penduduk bruto
masih tergolong daerah dengan tingkat kepadatan penduduk rendah.
Sesuai dengan kecenderungan perkembangan penduduk Kota
Purwokerto maka distribusi penduduk untuk masa yang akan dating diarahkan
tidak terlalu terkonsentrasi di pusat kota dan sepanjang jalur jalan utama,
melainkan lebih merata dalam penyebarannya agar distribusi penduduk yang
terjadi lebih seinmbang dengan kondisi daya dukung lahan dan lingkungan
yang ada. Oleh karena itu, distribusi penduduk di Kota Purwokerto diarahkan
sebagai berikut:
Distribusi kepadatan penduduk akan diarahkan secara lebih merata dan
berimbang, dimana penduduk di daerah pusat kota dan di sepanjang jalur
jalan utama diarahkan pengembangannya ke daerah-daerah yang relative
masih kosong.
Kepadatan penduduk di daerah pusat kota, pertambahannya akan dibatasi
sesuai dengan daya dukung lahan bagi perumahan di pusat kota yang
semakin berkurang mengingat tingginya konsentrasi penduduk dan
aktivitas di daerah tersebut.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pola distribusi kepadatan
penduduk untuk masa mendatang adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Daerah di pusat kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk tertinggi


dengan rata-rata kepadatan penduduk rata-rata kepadatan penduduk netto
maksimal 200 jiwa/Ha.
Daerah di dekat pusat kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk
menengah/sedang dengan rata-rata kepadatan penduduk netto maksimal
175 jiwa/Ha.
Daerah yang jauh dari pusat kota atau daerah pinggiran kota, diarahkan
menampung kepadatan penduduk relatif rendah dengan rata-rata kepadatan
penduduk netto maksimal 100 jiwa/Ha.
Berdasarkan perhitungan terhadap proyeksi Kota Purwokerto pada
tahun 2020, maka gambaran distribusi kepadatan penduduk brutto masing-
masing BWK Kota Purwokerto dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2.9. Tabel BWK Kota Purwokerto
BWK Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/Ha)
I 388,56 40.734 105
II 542,31 26.983 50
III 564,67 25.776 46
IV 319,38 19.948 64
V 525,53 34.854 66
VI 396,95 28.743 72
VII 536,71 36.284 68
VIII 584,23 22.544 39
Kota 3.858,34 235.866 61
Sumber: Hasil Perhitungan Tim Penyusun RUTRK/RDTRK Purwokerto Tahun 2010
II.4.4.2. Sosial Ekonomi Penduduk
a. Aspek Ekonomi
Dengan melihat keadaan Kota Purwokerto, peningkatan perekonomian wilayah
perlu diupayakan, adapun strategi pengembangan tersebut diperlukan langkah
sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

- Diperlukan pengembangan seoptimal mungkin pada sector perdagangan, jasa, dan


pertanian.
- Kegiatan perekonomian sektor pariwisata perlu ditingkatkan dengan perencanaan
dan pengolahan yang lebih baik, untuk mendukung kepariwisataan Jawa Tengah
Bagian Barat. Dimana Kota Purwokerto dikembangkan sebagai pusat pelayanan
tingkat madya.
- Pengembangan sector tersebut perlu ditunjang oleh pengembangan sector
pendukung dan sarana lainnya. Misalnya sarana dan prasarana transportasi, sarana
jasa perdagangan yang merupakan kunci keberhasilan pengembangan sector
potensial tersebut.
b. Aspek Sosial
- Penyebaran fasilitas sosial diprioritaskan untuk menambah dan melengkapi
terutama pada kota yang sedang dan akan tumbuh menjadi pusat pertumbuhannya
dapat cepat berlangsung. Strategi ini diharapkan akan mengurangi beban yang
berlatar belakang kurangnya fasilitas social.
- Pemanfaatan peluang yang bertujuan memfungsikan kota kecil atau kota
kecamatan sebagai bumper urbanisasi sepertu yang telah digariskan dalam
National Urban Development Strategi, yaitu dalam strategi pengembangan
Secendory City karena sebagai konsekuensi policy tingkat nasional, urban
infrakstruktur akan lebih disebarkan di kota hirarki ke 3 dan 4 dalam skala
regional.
- Peningkatan kualitas tenaga kerja terutama di daerah yang tingkat pendapatannya
kecil agar mendapat porsi perhatian yang cukup besar karena kendala
pembangunan wilayah biasanya dilihat dari aspek social yang berasal dari sumber
daya manusia akan memberi daya kemungkinan perluasan dan pemerataan
kesempatan kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

II.4.5. Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Tata Ruang Mikro Kota


Purwokerto20
Kebijaksanaan dasar pengembangan tata ruang mikro Kota
Purwokerto berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain :
1. Pemerataan pengembangan meliputi seluruh bagian kota, yakni usaha
untuk memenuhi dan mengisi serta menciptakan struktur dan bentuk kota
yang kompak.
2. Penyebaran fasilitas pelayanan sebagai usaha untuk memeratakan
pelayanan bagi penduduk kota dan bagian kota, agar tidak terkonsentasi
pada suatu tempat saja. Fasilitas tersebut berupa pelayanan yang merata
prasarana dan sarana kotanya. Untuk penyebaran fasilitas tersebut, baik
jenis dan skala pelayanannya disesuaikan dengan fungsi pelayanan masing-
masing bagian kota.
3. Peningkatan aktivitas kekotaan pada daerah-daerah transisi dan pinggiran
Kota Purwokerto, terutama kegiatan-kegiatan yang bersifat sekunder
(perdagangan dan jasa)
4. Usaha untuk memeratakan arah perkembangan fisik kota ke segala arah,
untuk mengarahkan perkembangan fisik kota agar tidak selalu mengikuti
kecenderungan yang ada saat ini yakni kecenderungan perkembangan fisik
di sekitar jalan utama kota.
Pada bagian-bagian kota yang masih kosong di bagian dalam antara jalan
utama kota, perlu diciptakan suatu kegiatan aktivitas kota agar mendorong
perkembangan daerah tersebut, antara lain berupa kegiatan perdagangan,
rekreasi, perumahan, dan sebagainya.
5. Usaha untuk meningkatkan jumlah dan kepadatan penduduk, agar syarat
sifat kekotaan (minimum 50 jiwa/m2) dapat terpenuhi. Hal ini akan
membuat efisiensi dalam pembangunan prasarana dan sarana kota.

20
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

6. Upaya untuk lebih meningkatkan kualitas hidup kekotaan, misalnya dengan


meningkatkan pelayanan sistin prasarana kota berupa pelayanan
pembuangan sampah, pelayanan pemenuhan air bersih, drainase,
penghijauan dan lain sebagainya.
7. Upaya untuk mencegah kemacetan lalu lintas serta kelancaran pergerakan
arus barang dengan membangun dan mengembangkan jalan lingkar dalam
pada jangka pendek, jalan lingkar luar dalam jangka panjangnya, serta jalan
pembagi dan distribusi yang dapat menjangkau ke semua bagian kota.
8. Upaya untuk membuka daerah-daerah yang terisolir di bagian pedalaman
kota, dengan membangun jalan penghubung antar bagian wilayah kota,
antar blok bahkan sub blok.
9. Upaya untuk mengurangi polusi udara kota serta konservasi air dan tanah
dengan merencanakan sabuk hijau kota, daerah terbuka hijau kota serta
pengendalian pembangunan fisik kota yang berorientasi padat bangunan.

II.4.6. Konsep Pengembangan Lokal Kota Purwokerto21


Rumusan Kebijaksanaan Dasar Perencanaaan (RKDP) Kota merupakan
kebijaksanaan lokal yang diharapkan mampu mengembangkan Kota Purwokerto
untuk mendorong pengembangan potensi yang ada, yaitu antara lain :
Kemandirian kota sebagai kota Administratif
Keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang sudah ada yaitu kota
Cilacap sebagai kota pusat pertumbuhan kota
Fungsi dan citra kota yang spesifik serta fungsi-fungsi umum kota lainnya
II.4.6.1. Penentuan Fungsi Kota 22
Berdasarkan pada potensi dan kendala yang ada, RKDP penentuan
fungsi Kota Purwokerto pada masa yang akan dating dapat diarahkan
sebagai berikut:

21
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

a. Konsep arahan Fungsi Kota Umum (utama)


- Sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan administrative, politis bagi
wilayah Kota Purwokerto khususnya dan Kabupaten Dati II
Banyumas pada umumnya.
- Sebagai pusat pelayanan fasilitas social bagi kota Purwokerto dan
sekitarnya.
- Sebagai pusat pengelolaan dan pengendali pembangunan kota
Administratif Purwokerto.
- Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan transportasi.
b. Konsep Arahan Fungsi Khusus
- Sebagai kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari Jawa Tengah
dengan Jawa Barat dan simpul distribusi perdagangan.
- Sebagai kota transit pariwisata berskala local dan regional dengan
penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang wisata, misalnya taman
wisata remaja dan anak-anak, restoran motel, dan lainnya.
- Sebagai kota pemukiman tujuan pelajon dan penyangga urbanisasi
regional Jawa Tengah di kota besar dengan penyediaan fasilitas
perumahan, tempat kerja, terminal angkutan, dan sebagainya.
- Sebagai kota pendidikan, terlihat dari keberadaan UNSOED dan
UNWIKU yang menampung pelajar dalam skala regional dan
nasional, disamping itu juga sarana pendidikan yang cukup besar
jumlahnya merupakan potensi dasar dalam pengembangan Kota
Purwokerto sebagai Kota Pendidikan.
II.4.6.2. Arahan Penentuan Peran Kota 23
Berdasarkan pada potensi dan kendala, maka RDKP penentuan peran
Kota Purwokerto dilihat dari aspek regional antara lain sebagai berikut:

22
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, ibid
23
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.27

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

a. Konsep Arahan Peran Kota Terhadap Arahan Kebijaksanaan Propinsi


Dati I Jawa Tengah:
- Ditetapkan Kota Purwokerto sebagai salah satu Kawasan Prioritas
Pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan Kota
Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan
yang akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya.
- Ditetapkan Kota Administratif Purwokerto sebagai salah satu kawasan
prioritas juga membawa keuntungan terhadap Kota Purwokerto
khususnya, maupun Kabupaten Dati II Banyumas umumnnya karena
Pemda Tingkat I Jawa Tengah akan lebih memperhatikan
pembangunan di Purwokerto. Konsekuensi dari hal tersebut Kota
Purwokerto harus siap dengan rencana dan program pembangunannya.
- Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi
salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan-barat wilayah Propinsi
Jawa Tengah bersama-sama dengan Kota Cilacap untuk berperan
memeratakan pembangunan propinsi Jawa Tengah bagian selatan.
b. Konsep Arahan Peran Kota Terhadap Arahan Kebijaksanaan Dasar
Kabupaten Dati II Banyumas:
- Sebagai Ibukota Kabupaten dan salah satu pusat wilayah
pembangunan Kabupaten Dati II Banyumas, maka diharapkan peran
sebagai pusat tersebut tidak menjadikan kota Purwokerto akan
menyedot sebagian besar potensi pembangunan Kabupaten Dati II
Banyumas, melainkan akan meningkatkan ekonominya secara mandiri
dan bahkan membantu mengembangkan daerah sekitarnya.
- Sebagai pusat simpul distribusi perdagangan dan jasa utama di
wilayah Kabupaten Dati II Banyumas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

II.4.7. Rancangan Rencana Sistem Jaringan Jalan dan Transportasi Kota 24


Rencangan rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan
transportasi kota diharapkan dapat menunjang fungsi Kota Purwokerto
sebagai terminal sebaran jasa dan barang, kota transit, pendidikan dan
pariwisata. Untuk itu, rancangan rencana pengembangan jaringan jalan dan
transportasi kota adalah:
1. Meningkatkan atau melanjutkan jalan-jalan yang telah ada dan
direncanakan baik yang merupakan jalan regional, jaringan jalan utama
kota, jalan proses wilayah/BWK, dan jalan-jalan proses lingkungan.
2. Mengoptimalisasikan ruang jalan yang tersedia bagi lalu lintas kendaraan
dengan pengelolaan secara menyeluruh dan penambahan rambu-rambu
lalu lintas, penambahan fasilitas pejalan kaki, menyediakan lokasi untuk
pedagang kaki lima di luar badan jalan dan atau pada trotoar, serta
mengurangi parkir pada badan jalan.
3. Menetapkan kembali hirarki jalan-jalan yang ada dengan maksud untuk
memperkecil konflik kepentingan antara pemakai jalan lokal dengan lalu
lintas regional maupun menerus.
4. Mengembangkan sistem jaringan jalan yang menunjang rencana struktur
dan rencana penggunaan ruang yang ada sesuai dengan rencana
pengembangan Kota Purwokerto.
Adapun rancangan pengembangan sistem perparkiran di Kota
Purwokerto disesuaikan dengan kebijaksanaan criteria sebagai berikut:
1. Kawasan parkir dapat menempati daerah milik jalan di luar jalan lalu
lintas atau di luar daerah milik jalan berupa taman parkir atau gedung
parkir.
2. Tidak diperkenankan parkir di tepi jalan (on street parking) pada jalur
jalan kolektor primer dan kolektor sekunder.

24
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

3. Parkir tepi jalan (on street parking) pada jalan lainnya hanya
diperkenankan pada jalan yang tidak padat pada jam sibuk dan bersifat
sementara.
4. Parkir depan jalan (off street parking) berupa kantong-kantong yang
melayani kawasan tertentu seperti kawasan perdagangan dan kawasan
pemukiman.
Berdasarkan criteria tersebut diatas, konsep rancangan rencana sistem
perparkiran, direncanakan sebagai berikut:
1. Untuk melayani perdagangan di jalan Gerilya dan Komisaris Bambang
Suprapto dibuat model kantong parkir dengan mengambil salah satu sisi
jalur lambat yang ada dalam pengaturan antara parkir untuk kendaraan
roda dua, roda empat, dan plaza yang dapat dimanfaatkan untuk pedagang
kaki lima dalam suatu pengaturan tapak.
2. Untuk melayani terminal induk yang ada sekarang (sub terminal angkutan
antar kota pada tahun 2010) dan sekitarnya direncanakan taman parkir
untuk kendaraan roda dua (termasuk sepeda).
3. Untuk sub terminal pada pertemuan jalur local primer dengan jalur kolektor
sekunder direncanakan du buah kantong parkir di bagian utara kota.
4. Disediakan kantong parkir pada setiap lingkungan pemukiman.
5. Setiap tempat usaha atau kantor dan fasilitas umum lainnya diharapkan
menyediakan pelataran parkir untuk roda dua.
6. Pengaturan sebaran dan besaran sistem perparkiran,perlengkapan-
perlengkapan jalan termasuk di dalamnya pohon-pohon pelindung (strip
trees) dan fasilitas untuk pejalan kaki, tempat penyebrangan, traffic light,
dan pengaturan median.

Konsep dasar struktur jaringan jalan berdasarkan fungsinya dapat


diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai (Baewald, 1976: 601). Salah satu cara pengklasifikasian fungsi jalan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

yang sering digunakan yaitu berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 26


tahun !(*% tentang jalan dan Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Raya seperti berikut:
1. Jaringan Jalan Arteri Primer
Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua. Selain berfungsi sebagai penghubung, jalan ini
direncanakan dengan kecepatan terendah 60 km/jam, sehingga jalan ini
merupakan jalan bebas hambatan yang tidak boleh terganggu oleh lalu
lintas ulang alik maupun lalu lintas local. Untuk jaringan jalan arteri
primer di Kota Purwokerto tidak tersedia atau belum memungkinkan.
2. Jaringan Jalan Arteri Sekunder
Adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan
terendah sebesar 50 km.jam. untuk jaringan jalan arteri sekunder di Kota
Purwokerto yang dimaksud tidak direncanakan atau belum
memungkinkan.
3. Jaringan Jalan Kolektor Primer
Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua atau menhubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah sebesar
40 km/jam. Jaringan jalan kolektor primer di Kota Purwokerto ini pada
umumnya merupakan jalan protocol, seperti: Jalan S. Parman, jalan Prof.
Dr. Bunyamin, Jalan Gerilya, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Gatot Subroto,
dan jalan lingkar utara.
4. Jaringan Jalan Kolektor Sekunder
Adalah jalan yang menghubungkan antara kawasan sekunder kedua, atau
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

ketiga. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah 30 km/jam.


Jaringan jalan kolektor sekunder yang ada di Kota Purwokerto antara lain
adlah Jalan Dr. Sukarso, Jalan Jend. Achmad Yani, Jalan Kyai Wahi
Hasyim, Jalan Sultan Agung, Jalan Pancurawis, Jalan Pahlawan, Jalan
Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Pramuka.
5. Jaringan Jalan Lokal/Lingkungan
Adalah jalan yang melayani pergerakkan dalam suatu lingkungan atau
kegiatan tertentu dengan cirri-ciri perjalanan dekat, kecepatan rata-rata
rendah dan tertinggi sebesar 20 km/jam, serta ajalan masuk tidak dibatasi.
Jaringan jalan local ini dapat berfungsi sebagai local primer maupun local
sekunder tergantung dari fungsi yang dilayaninya. Jaringan jalan local
atau lingkungan di Kota Purwokerto pada umumnya berupa gang-gang
dan jalan-jalan kecil yang ada dalam suatu lingkungan tertentu.

II.4.8. Konsep Arahan Massa dan Bentuk Bangunan25


Perumusan tata guna lahan di Kota Purwokerto akan menentukan jenis
pola pergerakkan penduduk. Oleh karenanya kedua aspek tersebut berpengaruh
langsung terhadap perkembangan lahan, serta bentuk dan massa bangunan
yang ada.
Keadaan tersebut juga terjadi di Kota Purwokerto yang diwarnai dengan
pertumbuhan dan perkembangan kota. Hal ini disebabkan karena keadaan
sekarang merupakan refleksi sejarah kota yang bersangkutan. Disisi lain setiap
fragmentasi merupakan hasil sebuah keputusan yang bisa berlatar belakang
politik, keamanan, social, dan sebagainya.
Pertumbuhan kota khusunya di Kota Purwokerto merupakan proses
berkesinambungan yang erat kaitannya dengan evaluasi budaya (terutama
peradaban manusia), sehingga bentuk kota Purwokerto bukan hanya sekedar
produk, namun juga menyangkut proses akumulasi, manifestasi fisik dari

25 commitRUTRK,
Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, to user Loc.Cit,p.II.115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

kehidupan yang non fisik (poleksosbud) yang dilandasi norma-norma yang


berlaku dalam masa pertumbuhan.
Konsep arahan massa dan Bentuk Bangunan tidak dapat lepas dari
unsure-unsur yang berperan dalam pengambilan keputusan. Pada suatu proses
disain termasuk didalamnya aspek iklim, sumber daya, teknologi, nilai-nilai
social, ekonomi, dan kemasyarakatan. Aspek-aspek tersebut besar pengaruhny
terhadap proses pengambilan keputusan oleh unsure-unsur penentu dalam
menghasilkan masa dan bentuk bangunan di Kota Purwokerto.
Dasar pengendalian massa dan bentuk bangunan di Kota Purwokerto
yang digunakan akan dikaji dari aspek fisik yang diantaranya adalah
ketinggian bangunan. Ketinggian dari berbagai bangunan akan membentuk
Skyline kota yang bukan hanya susunan berbagai bangunan di suatu kota
tetapi mempunyai berbagai makna, diantaranya: skyline sebagai symbol kota,
indeks social, alat orientasi, perangkat estetik, dan perangkat ritual.

II.4.9. Kota Purwokerto Terkait Dengan Pariwisata


Dalam Propeda (Program Pembangunan Daerah) Kota Purwokerto,
merumuskan 4 (empat) prioritas pembangunan daerah, dan bidang budaya dan
pariwisata mendapatkan tempat pertama dalam susunannya, yaitu:
Membangun Ketahanan Budaya sebagai unsur perekat kehidupan masyarakat
dengan komitmen cinta Kota dan Mengembangkan Pariwisata Daerah.
Program program Prioritas:
i. Peningkatan apresiasi nilau budaya dan pelestarian asset budaya,
2. Pengeambangan promosi serta potensi wisata dan budaya daerah,
3. Pemberdayaan fasilitas obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan
prasarana wisata,
4. Pembinaan dan pengembangan kelembagaan seni dan budaya daerah,
5. Pembangunan dan pengembangan seni dan budaya daerah,
6. Pengembangan jaringan wisata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Bidang Pariwisata di kota Purwokerto cukup strategis apabila dilihat


dari kondisi, potensi, visi dan misi kota. Bidang pariwisata sangat dipengaruhi
oleh factor factor intern maupun ekstern dan bersifat multidimensi.
Sehingga dalam pengembangan bidang pariwisata tidak dapat dipandang dari
satu bidang pariwisata saja tetapi juga harus didukung oleh bidang bidang
yang lain.
Kegiatan pariwisata Kota Purwokerto sangat didukung oleh
keberadaan budaya khas Banyumas dan keberadaan objek objek wisata.
Adapun tempat-tempat wisata yang ada di Kabupaten Banyumas.
Obyek wisata di Purwokerto, antara lain:
 Curug Cipendok
 Telaga Sunyi
 Pancuran Tiga
 Pancuran Tujuh
 Buper Baturaden
 Lokawisata Baturaden
 Kalibacin
 Wanawisata Baturaden
 Curug Gede
 Curug Ceheng
 Museum Wayang Sendang Mas
 THR Pangsar Soedirman
 Masjid Saka Tunggal

Kegiatan pariwisata di kota Banyumas juga disemarakkan dengan adanya


eventevent budaya yang menampilkan kesenian khas Banyumas. Promosi dan
pemasaran di bidang pariwisata telah didukung dengan adanya siaran rutin bidang
pariwisata di stasiun radio, selebaran / pamflet / leaflet promosi pariwisata melalui
Biro Perjalanan Wisata, pameran serta pemantauan jaringan internet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

II.5. Preseden Bangunan


II.5.1. Hotel dan Mall Citraland
Bangunan multi fungsi ini terletak di daerah Jakarta Barat dengan akses
pencapaian melalui Grogol Fly Over ( jalan Let.Jend. Suparman) maupun dari jalan
Daan Mogot. Daerah sekitar terdapat dua buah instansi pendidikan Universitas Trisakti
dan Universitas Tarumanegara.
Fungsi Bangunan
Bangunan terdiri dari dua fungsi utama sebuah hotel dan shopping mall. Shopping
mall tersebut difokuskan bagi pengguna hotel dan masyarakat sekitar, terutama
daerah kawasan pendidikan. Sedangkan untuk hotel, difokuskan bagi wisatawan
bisnis dari nusantara maupun mancanegara. Kedua kegiatan tersebut dilengkapi
oleh fasilitas parkir basement dan sebagian di pelataran (pelataran hotel).
Tata Letak Fungsi
Shopping mall berada di lantai bawah, ground floor, lantai 1-4 untuk shopping mall
retail-retail dengan pola sirkulasi melingkar. Adanya pemisahan escalator naik turun
di ujung-ujung bangunan, tetapi di tengah bangunan terdapat ramp yang dapat
menghubungkan sisi-sisi yang terpisah oleh atrium. Transportasi lainnya adalah lift
berjumlah dua yang terletak agak ke belakang. Atrium terletak di tengah untuk
arena bermain dengan peralatan mainan yang berukuran raksasa.
Untuk hotel terletak di atas dengan fasilitas kamar sesuai dengan bintang empat.
Sirkulasi naik turun pengunjung dilakukan dengan lift yang terletak di tengah
bangunan.
Pola Pergerakkan dan Sirkulasi
Pola pergerakkan berbentuk huruf L, pemisahan tersebut dimulai dari pintu masuk
yang telah dipisah dengan tanda panah hotel dan mall. Pemisahan fungsi hotel
dan fungsi mall dimaksudkan untuk tetap menjaga privacy tiap fungsi dengan tanpa
mengabaikan akses ke tiap fungsi tersebut agar interaksi antar fungsi tetap terjalin,
untuk itu dibuat akses jalan laying yang memiliki akses langsung menuju lobby
hotel.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

Gambar2.20 :Bangunan multi fungsi Hotel dan Mall Citraland


Sumber: www.google.com, 2011

II.5.2. Grand Hyatt dan Plaza Indonesia


Bangunan dwi fungsi ini terletak pada kawasan perkantoran di jalan M.H.
Thamrin yang tersambung dengan
kawasan jalan Jend. Soedirman.
Akses untuk sampai pada bangunan
ini dapat dilakukan dari berbagai
arah, mengingat bangunan ini
memiliki lokasi yang sangat
strategis, yaitu di samping bunderan
HI, sehingga pencapaiannya dari
Gambar2.21. :Grand Hyatt & Plaza Indonesia
berbagai arah. Sumber: www.google.com, 2011

Sejak pembukaannya di tahun 1990, Plaza Indonesia berhasil menjaga reputasi


sebagai shopping mall kelas atas di Jakarta. Selama 17 tahun beroperasi, Plaza
Indonesia tetap berfokus pada pangsa pasar kelas atas dan membangun reputasi yang
kuat dan terpercaya melalui fashion, gaya hidup, kecanggihan dan kualitas.
Keunggulan Plaza Indonesia dengan para pesaingnya terletak dalam hal eksklusifitas
merek-merek internasional, keunggulan kualitas gedung, pelanggan-pelanggan kelas
atas dan lokasi yang strategis di pusat bisnis Jakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Plaza Indonesia berdiri di atas lahan seluas 38.050 meter persegi pada
pertemuan Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Kebon Kacang Raya, tepat di pusat bisnis
Jakarta. Shopping mall ini memiliki area seluas 62.747 meter persegi dengan 4 lantai
area ritel, satu lantai perkantoran dan lantai area parkir bawah tanah. Dengan total area
sewa seluas 41.536 meter persegi, Plaza Indonesia menampung 250 toko kelas atas
yang menyajikan pengalaman belanja kelas atas bagi para pengunjungnya.
Plaza Indonesia terhubung dengan Grand Hyatt Jakarta dan eX. Sinergi bisnis
yang kuat dengan keduanya merupakan salah satu keuntungan yang sangat kompetitif.
Merupakan suatu kebanggaan bagi Plaza Indonesia dengan mempunyai sejumlah
butik-butik papan atas dari merek-merek internasional yang terkenal. Shopping mall
ini juga mempunyai berbagai label fashion internasional, restoran kelas atas yang
menawarkan masakan internasional dan lokal serta berbagai konsep gaya hidupa
mewah dan pelayanan pelanggan.

Gambar 2.22.Grand Hyatt & Plaza Indonesia


Sumber: www.google.com, 2011

Bangunan ini pada awalnya hanya mengoperasikan hotel yang bekerja sama
dengan manajemen asing Hyatt International. Tetapi, seteelah melakukan studi,
dilakukan penambahan fasilitas yaitu sebuah shopping mall yang bertaraf
internasional dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tamu hotel, kawasan
perkantoran di jalan M.H. Thamrin ataupun kota Jakarta. Bangunan terdiri dari dua
fungsi utama yaitu sebuah hotel bintang 4 dan shopping mall. Terdapat 3 lantai
basement dengan jumlah parkir mobil menampung 1643 mobil. Penyewa terbesar
dari shopping mall tersebut adalah Sogo denganluas penyewaan lantai lebih kurang
80% dari area retail lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

Gambar 2.23 Grand Hyatt & Plaza Indonesia


Sumber: www.google.com, 2011
Tata Letak Fungsi
Shopping mall berada pada lantai bawah menempati 4 lantai yang terletak pada
basement ground floor, lantai 1,2,3. Sedangkan untuk hotel di lantai 2 podium
sampai 26 tower. Untuk lantai 27 dan 28 adalah ME, lantai 29 untuk helipad. Area
parkir dipisahkan antara hotel dan perbelanjaan pada basement dengan daya
tampung lebih kurang 1643 buah mobil. Pada shopping mall terdapat atrium
pameran lebar dengan koridor perbelanjaan lebih kurang 5-10 meter. Sirkulasi
hotel terpisah dan standar kamar hotel suite (merupakan salah satu unggulan dari
hotel Hyatt, memiliki kamar-kamar yang luas).
Pola Pergerakkan dan Sirkulasi
Pola pergetakkan pengunjung hotel dan perbelanjaan letaknya sangat berjauhan.
Ini untuk meminimalkan konflik pengunjung hotel dan perbelanjaan. Terdapat 4
(empat) entrance masuk ke dalam bangunan pada sisi tapak jalan. Untuk
pengunjung dengan kendaraan umum dapat masuk melalui akses yang mudah ke
shopping mall melalui pintu timur, sedangkan sirkulasi masuk pengunjung hotel
diarahkan dalam bahasa arsitektur berupa penunjuk arah dipersimpangan sirkulasi
perbelanjaan dengan jalan yang tertutup oleh tumbuhan perindang.
II.5.3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada kedua obyek tersebut adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

1. Antara kegiatan hotel dan mall tetap terdapat perbedaan peruangan yang jelas.
2. Dipertimbangkan sirkulasi antara hotel dan mall dapat disatukan dengan
menetapkan bahwa hanya pihak pengunjung hotel dapat mengakses ke dalam
bangunan mall, sedangkan untuk pengunjung mall sebaiknya tidak dapat
mengakses ke dalam bangunan hotel.
3. Meminimalkan atau menghindari konflik pertemuan antara pengunjung hotel dan
mall yang dating pada bangunan dwi fungsi tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

114

BAB III
LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
HOTEL DAN SHOPPING MALL YANG DIRENCANAKAN

III.1. Umum
1. Pengetian judul
Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto adalah suatu bangunan yang
memiliki dua fungsi kegiatan di dalamnya yang berupa wadah pelayanan
untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang yang melakukan
perjalanan, serta menyediakan sarana perbelanjaan baik bagi penginap
maupun masyarakat umum.
2. Tujuan
Tujuan dari pembangunan fasilitas hotel dan shopping mall adalah
menyediakan sarana penginapan berupa kamar-kamar hotel yang disewakan
juga menyewakan/ menjual ruang-ruang penjualan/ toko.
Sedangakn tujuan penggabungan dari dua macam fasilitas yang
berbeda dalam satu bangunan, antara lain:
- Kedua fasilitas tersebut diharapkan merupakan dua aktifitas yang saling
menunjang, sehingga akan memberikan sumbangan terhadap keterkaitan
pola aktivitas lingkungan sekitarnya.
- Optimasi penggunaan tanah yang tersedia karena merupakan bangunan
komersial maka pertimbangan ekonomis perlu diperhatikan.
- Hotel dan shopping mall masing-masing memiliki fasilitas umum,
dimana ruang-ruangnya ada yang sama, sehingga memungkinkan
adanya penyatuan kedua fasilitas umum tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

115

3. Status
Fasilitas hotel dan shopping mall di Purwokerto adalah milik swasta
dengan system Built, Operate, and Transfer (B O T) dengan jangka waktu
20-25 tahun.
III.2. Lokasi Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto yang Direncanakan

Gambar 3.1. Peta Purwokerto


Sumber: www.purwokerto.go.id
Lokasi pendirian Hotel dan Shopping Mall yang direncanakan dipilih di
wilayah Purwokerto Timur dengan memperhatikan beberapa persyaratan
sebagai berikut.
Kriteria pemilihan site secara umum
1. Berada pada zona komersial berdasarkan RUTRK.
2. Potensial bagi pengembangan pariwisata dan bisnis.
3. Pencapaian mudah, dapat diakses kendaraan penulis maupun umum.
4. Adanya fasilitas pendukung infrastruktur.
5. Tidak jauh dari pusat kota, memudahkan pencapaian.
Kriteria pemilihan site berdasarkan konsep arsitektur hijau.
1. Sesuai dengan tata guna lahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

116

2. Tidak terletak pada lahan konservasi.


3. Tidak terletak pada daerah rawan bencana.
4. Brownfield, memanfaatkan kembali lahan yang terkontaminasi atau terkena
bahaya polusi sebagai respon dan semangat tindakan tanggung jawab
terhadap lingkungan.
5. Memiliki sedikit dampak negatif terhadap kesehatan, kebisingan, polusi dan
lain lain.
III.3. Klasifikasi Jenis Bangunan
1. Hotel
a. Jenis Bangunan Hotel
Jenis bangunan hotel yang direncanakan berupa Hotel Kota,
yaitu jenis hotel atau pelayanan akomodasi yang terletak di pusat kota,
yang ditujukan memberikan fasilitas penginapan bagi pebisnis, dengan
tugas kedinasan dan wisatawan umum.
b. Jumlah Kamar
Hotel kota ini direncanakan dapat menampung jumlah penginap
sampai 20-25 tahun mendatang. Berdasarkan perhitungan perkiraan
kebutuhan kamar di Purwokerto sampai tahun 2020 adalah 135 buah
kamar, sedangkan tiap tahunnya membutuhkan 173 kamar. Untuk
mempertahankan tingkat hunian agar tetap tinggi karena pembangunan
hotel di Purwokerto yang berkembang pesat, maka penyediaan kamar
hotel tidak seluruhnya. Penyediaan kamar hotel diasumsikan 78% dari
kebutuhan kamar hotel per tahun di Purwokerto
Kesimpulan:
Bangunan hotel kota yang direncanakan menampung kamar sejumlah
0,78 x 173 = 134,9 ~ 135 kamar.
c. Program ruang
1. Tuntutan:
Sebagai sarana akomodasi, hotel harus mampu memberikan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

117

- Keamanan dan keselamatan


Terhadap benda milik pribadi tamu
Terhadap bahaya kebakaran
- Kenyamanan (comfort)
Keprivasian yang tinggi
Bebas dari gangguan: panas matahari, hujan, dingin,
kelembaban dan bising.
Fasilitas makan, minum, tidur.
- Tuntutan sosial dan lingkungan
Pencapaian mudah
Fasilitas rekreasi dan olah raga
2. Tinjauan unsur pelaku
a. Tamu hotel
Tamu hotel merupakan wisatawan dengan berbagai kegiatan
seperti perjalanan dinas untuk seminar atau konveksi, bisnis,
maupun hanya sekedar untuk berwisata, dapat ditinjau sebagai
berikut:
- Menempati kamar hotel
Melakukan kegiatan istirahat, santai, maupun tidur.
- Rekreasi dan olah raga
Dengan tujuan sebagai penyegaran fisik dan mental setelah
seharian melakukan tugas/ pekerjaan, sebagai penyaluran
hobi.
b. Pengelola
Pengelola merupakan pihak yang mengatur terselenggaranya
kegiatan perhotelan, seperti:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

118

- Mengatur berlangsungnya kegiatan perhotelan yaitu dari


pemesanan kamar sampai mempersiapkan kamar untuk
ditempati.
- Memberikan pelayanan bagi tamu hotel\melakukan kegiatan
administrasi, dari tamu mulai check-in sampai check out.
- Melakukan kegiatan perawatan unit kamar.
- Mengoordinir dan mengatur jadwal kegiatan fasilitas-fasilitas
yang ada di hotel.
3. Kegiatan yang ditampung
Kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam hotel secara garis
besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kegiatan utama
- Kegiatan intern
Kegiatan yang dilakuakan oleh tamu hotel di dalam kamar:
tidur, mandi, makan, minum.
- Kegiatan ekstern
Adalah kegiatan yang dilakukan oleh tamu hotel di luat
kamar hotel: makan, minum, berbelanja, olah raga, dan
rekreasi.
b. Kegiatan penunjang
Kelompok kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang
mendukung kegiatan utama, meliputi:
- Kegiatan restaurant
- Kegiatan pertokoan
- Kegiatan klinik kesehatan
- Kegiatan pertemuan
- Kegiatan rekreasi dan olah raga

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

119

c. Kegiatan pengelola
- Perkantoran (staf)
- Service (karyawan)
Pemeliharaan gedung
Pelayanan MEE
Pelayanan tamu hotel
4. Waktu Operasional
Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi selama 24
jam, dengan
spesifikasi kegiatan :
Waktu aktifitas penerimaan tamu : 24 jam
Waktu aktifitas clening service dan laundry : 07.00 - 17.00
Waktu aktifitas keamanan : 24 jam

2. Shopping Mall
a. Tinjauan Shopping Mall
1. Karakteristik Shopping Mall
Bentuk mall sebagai konsep shopping center modern
menjadikan sirkulasi pengunjung sebagai titik tolak konsepnya.
Pengembangan bentuk mall adalah pengembangan shopping center
modern, yaitu komplek pertokoan yang terdiri dari stand-stand
(toko) yang disewakan atau djual.
Dalam perencanaan Shopping Mall, ada tiga sistem yang
harus diperhatikan, yaitu:
- Desain
Untuk menghidupkan suasana dan minat pengunjung
shopping mall harus memberikan unsur penarik pengunjung
yang disebut magnet/anchor, berupa tempat bermain anak,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

120

supermarket, department store, restaurant, dan sebagainya.


Penempatan magnet dapat dilihat bermacam-macam variasinya,
tetapi yang paling baik adalah penempatan magnet yang dapat
menimbulkan efek ping-pong, sehingga membuat mall menjadi
daerah pergerakkan dengan aktivitas tinggi, dengan demikian
tidak ada toko/retail shop yang tidak dilalui pengunjung.
- Tenant Mix
Mengatur pihak pihak penyewa yang akan menempati retail
dan anchor agar sesuai dengan:
1. Tingkat ekonomi mayoritas pengunjung
2. Selera pengunjung
Megatur penempatan jenis-jenis retail sesuai dengan
kegiatannya, sehingga antar retail tidak saling mengganggu.
Anchor tenant: retail 40:60 atau 50:50 dengan dasar investasi
dan pengembalian modal.
- Desain criteria
Perencanaan suatu mall harus bersifat relaks, comfort,
dan mudah dilalui serta dapat dinikmati dengan baik karena
bebas dari sirkulasi kendaraan bermotor. Pada perencanaan mall
penempatan pintu masuk dan unit pusat harus jelas. Lay out mall
harus sederhana, mudah diidentifikasikan serta tidak
membosankan. Dalam sistem display shopping mall, semua retail
harus dapat dilihat pengunjung sehingga tidak ada penyewa yang
dirugikan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan standar


perencanaan dan studi perbandingan, maka fasilitas yang
direncanakan pada Shopping Mall adalah:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

121

- Retail shop - Mini bar


- Variety store - Bank dan ATM
- Restaurant - Tempat permainan anak
- Ice cream dan snack bar - Travel Agent
- Toko buku - Coffe Shop
- Salon - Fitness Center
b. Sistem pengelolaan, pelayanan, dan penjualan
Sistem-sistem yang direncanakan dalam mall ini, antara lain:
1. Sistem pengelolaan
Independent trade
Dikelola oleh suatu badan khusus, dibawah penanganan sebuah
managemen
2. Sistem pelayanan
Self service
Sistem pramuniaga, pembeli dilayani oleh pramuniaga dalam
memilih barang.
3. Sistem Operasi Penjualan
Clerk Wrapping
Central Wrapping
4. Barang yang dijual
Convenience goods
Demans goods
Impulse goods
c. Sistem pemilikan dan waktu operasioanal
1. Sistem pemilikan
Ruang-ruang atau unit pertokoan yang ada di dalam shopping
mall dapat dimiliki atau dipergunakan melalui sistem kontrak atau
sewa. Penyewa unit retai dibatasi jangka waktu tertentu, kalaupun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

122

penyewa ingin terus menyewa unit retail maka dapat pindah ke unit
lain. Hal ini dimaksudkan agar kondisi atau suasana mall selalu baru.
Penyewa terbesar disebut anchor tenant, dengan harga sewa yang
lebih rendah dibandingkan retail karena jangka waktu pemilikkan
yang lebih lama.
2. Waktu operasional
Waktu operasional shopping mall mempertimbangkan
kebiasaan masyarakat setempat, dimana masyarakat memanfaatkan
waktu dalam sehari kerja.
- Waktu aktifitas pertokoan dan fasilitas penunjang: 09.00-21.00
WIB.
- Waktu aktifitas theatre : 13.00-03.00 WIB
- Waktu aktifitas keamanan 24 jam.
d. Program ruang
1. Tinjauan Unsur Pelaku
- Pengunjung
Yaitu pelaku yang datang untuk tujuan berbelanja atau konsumen
maupun yang datang di samping untuk berbelanja juga berekreasi.
- Penyewa
Yaitu pemakai yang menyewa retail shop sebagai tempat usaha
komersial dengan kewajiban membayar sewa.
- Pengelola
Yaitu pelaku yang bertugas mengelola secara administrasi
umumnya, untuk organisasi fungsional suatu bangunan komersial,
menggunakan tenaga-tenaga untuk menangani bidang-bidang
yang sesuai dengan keahliannya.
2. Kegiatan yang ditampung
a. Kegiatan pengunjung/pembeli

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

123

Meliputi:
Kegiatan para pengunjung mall yang ingin berbelanja.
Kegiatan para pengunjung mall yang ingin berjalan jalan
menikmati suasana mall.
Kegiatan para pengunjung mall yang ingin menikmati fasilitas
hiburan di mall.
b. Penyewa/penjual
Meliputi:
Menjual barang di outletnya
Menerima barang dari supplier
Berhubungan dengan pengelola bangunan
c. Pengelola
- Staf
- Karyawan
3. Skope Pelayanan
Shopping mall yang direncanakan mempunyai skope pelayanan
lokal yaitu melayani suatu lingkungan dengan jumlah penduduk
antara 10-15 ribu jiwa. Hal ini berdasarkan pada perhitungan jumlah
penduduk pada bab sebelumnya. Fasilitas shopping mall di
Purwokerto, direncanakan untuk melayani:
- Daerah pelayanan primer, yaitu Kecamatan Purwokerto Timur
dengan jumlah penduduk 57.160 jiwa.
- Daerah pelayanan sekunder, merupakan daerah yang dipengaruhi
oleh fasilitas perbelanjaan lainnya, yaitu Kecamatan Purwokerto
Selatan, Kecamatan Purwokerto Utara, dan Kecamatan Purwokerto
Barat dengan jumlah penduduk sekitar 150.000 jiwa.
- Penduduk siang hari yang berada di daerah pelayanan sekitar
30.000 jiwa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

124

Jadi jumlah penduduk yang akan dilayani oleh fasilitas


perbelanjaaan ini adalah237.160 jiwa. Berdasarkan komposisi
penduduknya yang 60% g.b; 355 m.b; 5% m.a, maka kemampuan
daya belinya tidak sama. Jadi diperkirakan disini hanya sekitar
60% dari jumlah seluruhnya yang akan ditampung/dilayani, yaitu
9486 jiwa.
Kesimpulan:
Berdasarkan pada standar kebutuhan ruang fasilitas shopping mall
untuk kota dengan penduduk padat adalah 0,18 m2 orang ( Sumber:
Dirjen. Cipta Karya, Pedoman Perancangan Lingkungan Pemukiman
Kota. YLPMB, 1979), maka kebutuhan luas lantai shopping mall
adalah 0,18 x 9486=1707,5 m2

III.4. Program Ruang Hotel dan Shopping Mall


Kelompok ruang Macam ruang Kebutuhan ruang
Utama 1. Ruang privat r. tidur
KM/WC
r. ganti/dressing room
2. Ruang penjualan r. unit retail
r. supermarket
. r. penjualan
. r. penitipan barang
. r. kasir
. r. packing
. r. istirahat karyawan
. toilet
. r. direksi
. r. administrasi, gudang
r. variety store
. r. penjualan/display
. r. pas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

125

. r. kasir
. r. packing
. r. direksi
. r. administrasi
. r. supplier
. r. istirahat/locker
. toilet
. gudang
r. toko buku
. r. penjualan
. r. kasir
. r. penitipan barang
. r. packing
. r. direksi
. r. administrasi
. r. istirahat karyawan
. toilet
. gudang
Penunjang 1. R. Olah Raga r. fitness
. r. senam
. r. loker
. r. shower
. toilet
. gudang
Kolam renang
. r. shower
. r. ganti
. loker
. toilet
r. mandi uap/sauna
. r. mandi uap
. r. pijat dan basuh
. r. ganti
2. R. rekreasi/hiburan dan r. bermain anak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

126

restoran . r. theater simulator


. r. video game
. r. bom-bom car
. r. kasir
. r. loket
. r. pengelola
. toilet
Restaurant table service
. r. makan
. r. kasir
. r. ganti
. r. direksi/administrasi
. r. gudang makanan
. dapur/pantry
Coffee shop, ice cream,
snack bar
. r. kasir
. r. makan
. pantry
. dapur
. toilet
Bar/diskotik
. r. duduk
. r. bartender
. gudang
. r. dansa.
r. rapat pertemuan
3. Function Room r. prefuncitiom
gudang
biro perjalanan
4. Ruang yang disewakan
beauty parlour
bank/money changer
pos/telex

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

127

drugstore
boutique
coffee shop
5. Poliklinik r. tunggu
r. periksa
Pengelola 1. R. Manager dan Staf r. GM
. r. GM
. r. sekretaris
r. manajer+staf Hotel
. r. manager hotel
. r. sekretaris
. r. pimpinan restoran
.r. pimp. pemasaran+staf
.r. pimp. Pengadaan+staf
.r. pimp. Pembelian
.r. pimp. keuangan+staf
.r. pimp. Personalia+staf
r. manager+staf shopping
mall
.r. manager perbelanjaan
.r. ass. Manager
.r. sekretaris
.r. pimp. Keuangan+staf
.r. pimp. Pemasaran+staf
.r. pimp. Operasional+staf
.r. pimp. Personalia+staf
r. rapat
r. makan karyawan
r. ganti karyawan+loker

Pemeliharaan Peralatan 1. R. Mekanikal&elektrikal r. pimp. Teknik+staf


dan MEE .r. r. control
.r. sampah
.r. limbah/STP

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

128

.r. genset
.r. mesin AC
.r. pemanas air
.r. pompa + bak penampung
2. R. Front Office r. registrasi
lobby
lounge
save deposit
toilet
mail box
3. Tata Graha room boy stasion
r. linen
r. jahit menjahit
r. laundry
r. karyawan (KM+loker)
r. makan karyawan
r. ibadah
r. uniform
4. Gudang
Gd. Makanan & minuman
Gd. peralatan& perlengkapan
Gd.engineering
Gd. botol kodong
Gd. barang bekas
Gd.furniture
parker tamu hotel
5. Parkir perkir konsumen mall
parker pengelola
loading dock
6. R. Bongkar muat

7. R. security

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

129

III.5. Penggabungan Program Ruang


Penggabungan program ruang antara hotel dan shopping mall,
didasarkan atas: sifat dan tuntutan masing-masing kegiatan yang terjadi di
dalam hotel dan shopping mall, juga dengan mempertimbangkan tuntutan
pelaku kegiatan dari masing-masing fungsi tersebut.
1. Tuntutan Tamu Hotel
- Tingkat privasi masing-masing tamu terjaga, kegiatan bersifat
santai/rileks.
- Ketenangan, hal ini dikaitkan dengan sifat kegiatan yang ada di dalamnya
yaitu tidur/istirahat sehingga dibutuhkan suasana yang tenang, bebas dari
gangguan suasana bising, baik yang ditimbulkan oleh bangunan maupun
dari luar. Dibutuhkan daerah/zone yang tenang, pemakaian elemen kedap
suara.
- Kenyamanan, untuk kebutuhan yang berhubungan dengan kegiatan
istirahat/santai, diperllukan suatu suasana yang nyaman, hal ini
berhubungan dengan suatu yang dapat dirasakan oleh perasaan dan indera
fisik manusia. Dalam hal ini dikaitkan dengan pengkondisian ruang,
fasilitas ruang yang baik dan memenuhi syarat.
- Keamanan
- Pelayanan yang cepat dan lancer.
2. Tuntutan Konsumen Shopping Mall
- Kemudahan dalam pergerakkan, dikaitkan dengan luasan ruang berupa
lebar ruangan yang terukur sehingga memungkinkan arus manusia dapat
bergerak dari ruang satu ke ruang yang lain dengan leluasa.
- Kenyamanan pergerakkan dan perpindahan manusia, dikaitkan dengan
arah pencapaian serta jarak yang ditempuh.
- Kemudahan dalam mencari dan memilih barang yang dibutuhkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

130

Berdasarkan pada pertimbangan di atas, maka program ruang yang


memungkinkan untuk digabung adalah ruang-ruang yang memiliki fungsi,
sifat, dan tuntutan yang sama. Sehingga, dapat menghasilkan fungsi bangunan
yang optimal dan kemudahan dalam pelayanan. Adapun ruang-ruang tersebut
antara lain:
1. Ruang Publik
- Atrium/plaza
- Art shop
- Money changer, Bank
- Travel agent
- Restaurant, cafeteria
- Salon kecantikan/ barber shop
- Parkir
2. Ruang Pengelola
- Security office
- House keeping
- Ruang rapat
- Parkir staf
- Mushola
- Dapur
3. Ruang Servis
- Gudang, work shop/bengkel
- Area bongkar muat/loading dock
- Ruang MEE
- Ruang AC/water supplai
III.6. Sistem Zoning
Perlunya penetapan zoning vertical dan horizontal untuk memisahkan
fungsi-fungsi kegiatan yang berbeda. Zoning horizontal mendasari penempatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

131

ruang berdasarkan aksesibilitas, hirarki dan prioritas kenampakan. Zoning


vertical mendasari penempatan suatu fungsi dengan pertimbangan aksesibilitas,
segi kenampakan dan privacy yang dikaitkan dengan perletakkan pada level
bangunan.

Semakin jauh letak lantai dari permukaan


tanah, semakin rendah nilai aksesibilitasnya
dan kenampakannya, semakin tinggi
tingkat privasinya.

Semakin dekat dengan permukaan tanah,


semakin tinggi ilai aksesibilitasnya dan
kenampakannya semakin rendah dari
pricasi.

Gambar 3.2. system zoning


Sumber: analisis penulis
Sistem zoning dikaitkan dengan konteks lingkungan adalah semakin
tinggi lantai bangunan, akan semakin jauh dari sumber kebisingan yang
diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor di jalan, demikian sebaliknya.

III.7. Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur


Hijau yang Direncanakan
1. Pola Gubahan Massa
Masing-masing fungsi terletak di dalam bangunan sendiri yang
dihubungkan oleh bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas bersama.
Dengan adanya pemisahan, kepadatan traffic pengunjung akan berkurang,
keprivasian tamu hotel akan terjaga.
2. Tata Ruang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

132

a. Tatanan ruang relevan pada penerapan pola massa tunggal yaitu


memisahkan dan mengintegrasikan fungsi ruang dan kegiatan di dalam
bangunan melalui koridor sebagai penghubung dengan titik simpul
(magnet).
b. Tatanan ruang diletakkan pada pola gubahan massa dengan pemisahan
dan pengintegrasian ruang dan kegiatan serta pengorganisasian fungsi-
fungsi kegiatan dapat diatur dalam satu system pergerakan yang saling
terkait.
3. Sistem Bangunan
a. Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang digunakan dalam bangunan hotel dan
shopping mall terdiri dari dua macam, yaitu pencahayaan alami dan
buatan dimana keduanya memiliki peran dan fungsi yang berbeda akan
tetapi harus dapat saling mendukung satu sama lain. Pencahayaan alami
pada bangunan akan dimaksimalkan dengan penggunaan jendela yang
lebar dan adanya sky light pada atap.Sedangkan pencahayaan buatan
selain sebagai penerangan adalah sebagai pengarah sirkulasi dan
menonjolkan elemen dekoratif serta nilai estetis. Agar lebih hemat
energi, perlu dipertimbangkan pemilihan jenis lampu yang akan
digunakan.
b. Penghawaan
Penghawaan pada bangunan hotel dan mall dengan pendekatan
arsitektur hijau menggunakan sistem penghawaan alami. Penghawaan
alami pada bangunan juga dibantu dengan sistem penghawaan buatan
untuk mengantisipasi pengguna yang menginginkan penggunaan AC.
Ketika AC dalam ruang dinyalakan, jendela akan ditutup rapat sehingga
dapat mengefisienkan pemakaian energy, namun ketika tidak
membutuhkan AC, maka jendela dapat dibuka dengan mengatur sudut
kemiringan bukaan jendela. Pemakaian jenis jendela yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

133

mengoptimalkan sistem penghawaan secara pasif, yaitu dengan


menggunakan konstruksi gedung, bahan bangunan, dan pengkondisian
udara tanpa membutuhkan peralatan. Sistem inilah yang nantinya akan
banyak digunakan di dalan ruangruang hotel karena biayanya relatif
murah dan menghemat energi. Prinsip dasar penghawaan alami yang
digunakan adalah cross ventilation. Udara dialirkan melalui bukaan
bukaan pada dinding yang dipasang berhadapan dan tegak lurus.
c. Sistem Energi Bangunan
Bangunan hotel dan shopping mall merupakan fasilitas yang harus
tercukupi kebutuhan energi dan bebas dari gangguan energi seperti
pemadaman, oleh karena itu pada perencanaan hotel dan shopping mall,
sistem energi menggunakan tiga sumber energi, yaitu PLN (main
Energi), Genset (Backup energy), Solar Cell (alternative Energy).

III.8. Arsitektur Hijau pada Detail Arsitektural


Implementasi konsep Arsitektur Hijau pada perencanaan dan
perancangan hotel dan shopping mall yaitu dalam hal penyelesaian detail
asitektural pada desain bangunan eksterior maupun interior. Berdasarkan
beberapa teori dan preseden yang sudah ada, implementasi konsep
Arsitektur Hijau diwujudkan dalam pemilihan warna, dan material,
dimana dimaksudkan agar menjadi elemen pendukung proses hemat
energi pada bangunan.

III.9. Pendekatan Lokasi sesuai Arsitektur Hijau


Hotel dan shopping mall di Purwokerto diharapkan dapat menjadi
sebuah fasilitas publik yang dapat mewadahi kebutuhan pengunjung
wisatawan maupun sarana akomodasi bagi pendatang yang datang ke
kota Purwokerto. Dengan penerapan prinsip arsitektur hijau yang
bekerja di dalam bangunan dan lingkungan sekitarnya, dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

134

meminimalkan pengaruh terhadap lingkungan dan menghasilkan


tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat. Berikut criteria
pemilihan lokasi untuk hotel dan shopping mall yang direncanakan:
Sesuai dengan tata guna lahan.
Tidak terletak pada lahan konservasi.
Tidak terletak pada daerah rawan bencana.
Brownfield, memanfaatkan kembali lahan yang terkontaminasi
atau terkena bahaya polusi sebagai respon dan semangat tindakan
tanggung jawab terhadap lingkungan.
Memiliki sedikit dampak negatif terhadap kesehatan, kebisingan,
polusi.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai