(PAA)
DISUSUN OLEH
MUHAMMAD IQBAL FARHAN
NIM: 41215210011
BAB I PENDAHULUAN
Selain topografi dan suasana alam kota Magelang yang terus menarik
wisatawan, salah satu alasan utama kota Magelang berkembang pesat dalam segi
pariwisata adalah banyaknya candi-candi peninggalan masyarakat zaman dahulu
yang menjadi salah satu keajaiban dunia. Magelang terkenal akan candi
Borobudurnya yang menjadi candi terbesar dan terkompleks dalam sejarah.
Magelang juga merupakan kota dengan candi-candi yang lain selain candi
Borobudur seperti candi Pawon, candi Mendut, Candi Lumbung dan lainnya. Nilai
sejarah, budaya dan misteri yang terdapat pada candi-candi ini merupakan daya
tarik utama para wisatawan lokal maupun internasional.
Dalam tugas akhir ini, akan dirancang Hotel dan Resort yang berlokasi di
kota Magelang. Lebih tepatnya di Jalan Magelang Salatiga, Desa Banyuurip,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Dengan menerapkan tema Neo
Vernakular demi mempertahankan karakteristik dan budaya kota Magelang yang
merupakan daya tarik wisatawan yang datang ke kota Magelang serta Green
Building untuk mewujudkan bangunan ramah lingungan dan tetap menjaga
keasrian kota Magelang.
Saat ini tema Green Building telah menjadi kewajiban untuk setiap
perancangan bangunan terutama di kota-kota besar termasuk di kota Magelang.
Demi mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih baik dan nyaman serta
2. Membahas tentang studi Hotel dan Resort seperti studi bangunan dan studi
ruang.
3. Menganalisa tapak dan memberikan tanggapan serta rencana untuk
rancangan bangunan.
4. Menjelaskan konsep yang akan diterapkan pada bangunan.
5. Membuat rancangan dan gambar Pra-Desain
Bab ini berisi tentang latar belakang, permusan masalah, tujuan dan maksud
oerancangan serta batasan perancangan.
Bab ini berisi kajian deskripsi Kerangka Acuan Kerja yang memuat pasal-
pasal yang berlaku di dalamnya, serta kajian teknis dan sistematis mengenai studi
banding dan pengumpulan referensi terkait dengan judul perancangan.
BAB IV KONSEP
Bab ini bisa dikaitkan dengan tema perancangan. Berisi tentang apa yang
menjadi fokus dalam merancangm serta inovasi yang dapat ditawarkan. Penjabaran
rinci dari konsep dasar dalam aplikasi rancangan ini akan dijabarkan dalam sub-bab
pada bab ini.
Dari beberapa pengertian resort menurut para ahli, yang diambil dari artikel
Sri Kumiasih adalah:
Dari beberapa pengertian resort menurut para ahli, yang diambil dari artikel
Sri Kumiasih adalah:
yang ada kaitannya dengan objek wisata, oleh sebab itu sebuah hotel resort biasanya
berada di perbukitan, pegunungan, lembah, pulung kecil dan pinggiran pantai.
hubungan dengan orang lain diluar lingkungan kerja, serta pengenalan terhadap
budaya dan cara hidup yang berbeda. Menciptakan suati citra wisata yang menarik.
a. Commercial Hotels
a) Luxurious hotel
Hotel mewah. Desain dan tingkat pelayanan yang menekankan kepada
ekslusifitas, kualitas pelayanan dan menargetkan pelanggan kelas atas dan
VIP. Dilengkapi dengan fasilitas yang mewah dan semuanya serba megah.
Mulai dari kamar dengan view yang paling indah di lokasi hotel tersebut
berada, sampai pelayanan hotel seperti pengantaran makanan sampai
jemputan eksklusif.
b) Boutique hotel
Hotel butik termasuk juga hotel mewah, walaupun tidak semegah dan
semewah luxurious hotel dan tidak memiliki kamar yang banyak. Hotel ini
bisa berbintang 3, 4 atau 5. Mewahnya hotel ini terdapat pada keunikan
desain bangunan, pelayanan yang lebih personal dan pengalaman menginap
yang lebih intim. Hotel butik juga pada umumnya menekankan desain
bangunan, interior dan pelayanan sesuai dengan tema atau lokasi hotel
tersebut.
c) Normal hotel
Hotel yang paling umum baik di kota maupun di daerah wisata. Kemewahan
dan kelengkapan fasilitasnya didasarkan pada bintang yang disandang hotel
tersebut.
Morgan Hotel tidak seperti hotel pada umumnya pada saat itu yang memiliki desain,
bentuk dan tingkat pelayanan yang berbeda. Pelayanan yang lebih intim dan
keakbraban yang lebih hangat dibanding hotel yang termasuk kedalam jaringan
hotel-hotel ternama saat itu. Semenjak saat itu istilah hotel butik semakin dicari
orang yang menginginkan pengalaman berbeda pada saat mereka menginap di hotel
dan semakin menjamur pula bangunan hotel butik di seluruh dunia.
Hotel butik menaruh penekanan yang kuat kepada desain, suasana dan
penawaran pelayanan yang personal. Lokasi, kualitas, keunikan, pelayanan yang
ditawarkan dan personalitas kualitas pelayanan telah diidentifikasikan sebagai lima
atribut teratas untuk hotel jenis ini (Mandy, 2007).
Sejumlah artikel juga menjelaskan tentang apa hotel butik itu seperti yang
ditulis oleh Tripsavvy yang menyebutkan bahwa hotel butik memiliki ukuran yang
kecil, tidak sampai 100 kamar atau lebih, memiliki kepribadian yang kuat, kaya
akan budaya lokal dan berfokus kepada pelayanan. Hal ini juga disebutkan dalam
artikel yang ditulis oleh Covington yang menjelaskan bahwa hotel butik memiliki
perhatian lebih kepada dekorasi dan detail yang pada umumnya disesuaikan dengan
kontek lokasi seperti warisan budaya atau tema lokasi setempat. Artikel Covington
juga menyebutkan bahwa hotel butik memiliki pelayanan dengan selera humor dan
keakraban yang tidak akan ditemui pada hotel-hotel branded lainnya. Hotel butik
juga sering diincar oleh individu yang menginginkan pengalaman yang berbeda
ketika menginap dan berwisata, individu yang senang mencoba hal baru dan dengan
keingintahuan yang besar.
Ukuran
Hotel butik berukuran kecil yang hanya memiliki dari 10-100 unit
penginapan. Hal ini disebabkan oleh hotel butik cenderung
menargetkan individualitas, ketenangan dan privasi serta keakraban
yang tidak bisa didapat dalam kehidupan perkotaan.
Pelayanan
Meski tidak memiliki standar yang pasti dan peraturan yang jelas
tentang hotel butik ini, namun pelayanan yang ditawarkan oleh
hotel butik ada dalam level yang berbeda. Lain dengan hotel-hotel
tipikal pada umumnya yang memperlakukan semua pengunjungnya
dengan cara yang sama dan monoton, hotel butik memiliki
pelayanan dalam tingkat yang personal. Pelayanan yang terdapat
dalam hotel butik ini begitu dekat dan akrab serta unik antara
masing-masing pengunjung sesuai dengan karakter pengunjung
tersebut. Bahkan beberapa hotel butik memiliki selera humor dalam
melakukan pelayanan terhadap pelanggannya.
Desain
Setiap hotel butik memiliki keunikan dan kekhasan dalam desain
bangunan, dekorasi dan furniturnya. Semua tergantung dengan
tema hotel dan target pengunjung yang ditetapkan oleh pemilik
hotel.
Lokasi
Berkaitan dengan desain, lokasi hotel butik sangat mempengaruhi
desain dan pengalaman pelanggannya. Hotel butik pada umumnya
berada pada daerah wisata yang banyak dikunjungi. Hotel butik
biasanya akan menyesuaikan desain bangunan sesuai dengan
konteks lingkungan yang berada disekitarnya, mencoba
melestarikan budaya lokal lewat desain bangunan dan pelayanan
hotel tersebut.
Hotel butik adalah hotel kecil yang bergaya dan modis yang tidak mengikuti
standar hotel-hotel tipikal namun memberikan pelayanan dan pengalaman yang
unik tergantung tema, lokasi dan budaya yang terdapat pada hotel butik tersebut.
Dengan kata lain, hotel butik merupakan hotel yang dengan desain yang dinamis
dan mencoba beradaptasi dengan budaya lokal namun tetap memberikan fasilitas
dan kenyamanan layaknya hotel pada ummnya.
Setiap hotel juga melakukan penyetaraan ini juga untuk menyetarakan harga
sebagai alat untuk alasan marketing. Harga yang kompetitif cenderung menarik
lebih banyak pelanggan. Setiap hotel akan berusaha membuat para tamunya untuk
merasa betah dan nyaman untuk tinggal di hotel mereka. Namun seiring berjalannya
waktu, pengunjung merasa jenuh melihat kamar yang terlihat sama dan tanpa
karakter. Untuk mengatasi kondisi pasar ini, sejumlah hotel menawarkan produk
Ketiga pola pergerakan pada hotel tersebut dapat diolah untuk menciptakan
karakter tropis yang menyatu dengan alam melalui beberapa cara, antara lain:
mengikuti topografi tapak yang menurun dan memanfaatkan sungai kecil yang
berada di dalam tapak.
Gambar 2. 4 Pola Parkir Sudut 90° dan 45° (Sumber: Data Arsitek Jilid 2)
2. Entrance
Entrance atau pintu utama pada sebuah hotel merupakan hal yang
sangan penting karena area ini biasanya dijadikan sebagai salah satu
patokan bagi para pengunjung untuk memilih sebuah hotel. Desain entrance
harus dapat menarik pengunjung untuk masuk ke dalam hotel. Pada entrance
harus disediakan area untuk menerima pengunjung bagi pengunjung yang
datang. Pintu masuk ke dalam hotel harus cukup untuk dilewati pengunjung
yang membawa tas atau troli barang (lebar min. 0.9m). Sedangkan untuk
standar area parkir kendaraan adalah min. 5.5m dengan ketinggian 5m.
Standar ketinggian ramp untuk pengunjung yang menggunakan kursi roda
adalah 1:10 atau 1:12.
3. Lobby
Lobi merupakan pusat sirkulasi pada sebuah hotel. Kegiatan yang
berlangsung pada area lobi adalah mendaftar di resepsionis, menanyakan
informasi, dan/atau menunggu.
Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pengunjung Mencari informasi Front desk
Memesan kamar (Resepsionis)
Menitipkan pesan
Membayar tagihan
Toilet
Duduk menunggu Toilet
Ruang tunggu
Pada area lobi juga terdapat retail shop yang disediakan untuk
memenuhi kebutuhan tamu seperti agen perjalanan, toko cinderamata,
salon, lounge, dan coffee shop. Standar yang digunakan untuk mendesain
sebuah lobi hotel adalah sebagai berikut:
2. Entrance
Entrance atau pintu utama pada sebuah hotel merupakan hal yang
sangan penting karena area ini biasanya dijadikan sebagai salah satu
patokan bagi para pengunjung untuk memilih sebuah hotel. Desain entrance
harus dapat menarik pengunjung untuk masuk ke dalam hotel. Pada entrance
harus disediakan area untuk menerima pengunjung bagi pengunjung yang
datang. Pintu masuk ke dalam hotel harus cukup untuk dilewati pengunjung
yang membawa tas atau troli barang (lebar min. 0.9m). Sedangkan untuk
standar area parkir kendaraan adalah min. 5.5m dengan ketinggian 5m.
Standar ketinggian ramp untuk pengunjung yang menggunakan kursi roda
adalah 1:10 atau 1:12.
3. Lobby
Lobi merupakan pusat sirkulasi pada sebuah hotel. Kegiatan yang
berlangsung pada area lobi adalah mendaftar di resepsionis, menanyakan
informasi, dan/atau menunggu.
Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pengunjung Mencari informasi Front desk
Memesan kamar (Resepsionis)
Menitipkan pesan
Membayar tagihan
Toilet
Duduk menunggu Toilet
Ruang tunggu
4. Hotel Bedroom
Ukuran kamar tidur pada sebuah hotel dapat ditentukan
berdasarkan dimensi tempat tidur dan beberapa perabot yang digunakan
pada sebuah kamar hotel. Beberapa dimensi kamar yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam mendesain sebuah kamar hotel adalah sebagai berikut:
Perabot yang terdapat dalam kamar hotel adalah meja nakas, meja
tulis, kasur, lemari, peralatan dan furnitur kamar mandi dan lain lain. Sebuah
kamar hotel dapat didesain sesuai dengan kebijakan pemilik hotel dengan
pedoman standar berikut:
Standard Dimension
Furniture
Length Width Height
Bed:
Single 2 1 0.4 – 0.7
Double 2 1.5 0.4 – 0.7
Twin 2 1 0.4 – 0.7
Hanging:
Single 0.5 - 0.9
Double 0.9 - 1.2
Hanging for dress 0.6 - 1.75
Bedside table
For individual 0.37 – 0.37 - 0.45 0.6 –
Between bed 0.45 0.6 0.75
0.6 0.6 –
0.75
Luggage rack 0.75 – 0.9 0.75 – 0.9 0.45
Gambar 2. 6 Jarak Minimum Antar Tempat Tidur Hotel (Sumber: Neufert 33(2), 2002:128)
5. Service Room
Ruang servis digunakan untuk mewadahi kegiatan servis yang
merupakan bagian dari pelayanan kegiatan pada hotel. Beberapa ruang yang
dibutuhkan untuk menampung kegiatan servis adalah sebagai berikut.
Area Kebutuhan
Terdapat sirkulasi yang cukup dan
Service Lobby
area tunggu kereta dorong
Ruang penyimpanan kereta (1
kereta untuk 12 hingga 18
kamar).
Rak penyimpanan kain dengan
ukuran 0.6 x 0.2 x 1.5 meter.
Linen Store
Area penyimpanan vaccuum
cleaner.
Ruang untuk petugas, minimal
terdapat kursi dan papa
informasi.
Gambar 2. 6 Jarak Minimum Antar Tempat Tidur Hotel (Sumber: Neufert 33(2), 2002:128)
5. Service Room
Ruang servis digunakan untuk mewadahi kegiatan servis yang
merupakan bagian dari pelayanan kegiatan pada hotel. Beberapa ruang yang
dibutuhkan untuk menampung kegiatan servis adalah sebagai berikut.
Area Kebutuhan
Terdapat sirkulasi yang cukup dan
Service Lobby
area tunggu kereta dorong
Ruang penyimpanan kereta (1
kereta untuk 12 hingga 18
kamar).
Rak penyimpanan kain dengan
ukuran 0.6 x 0.2 x 1.5 meter.
Linen Store
Area penyimpanan vaccuum
cleaner.
Ruang untuk petugas, minimal
terdapat kursi dan papa
informasi.
Drying line - - -
Lavatory Basin 0.55 0.4
Showers 0.8 – 0.9 0.8 – 0.9 -
Tabel 2. 7 Standard Dimension for Hotel Bathroom (Sumber: Lawson, 1980)
6. Dining Area
a. Restaurant
Restoran harus dapat menyediakan makanan dengan cepat dan mudah
dibersihkan. Kapasitas yang harus disediakan adalah 1.5 hingga 1.7 kursi
tiap kamar hotel, dengan dimensi 1.3 hingga 1.5 m2. Selain meja dan kursi,
disediakan juga bar untuk menyediakan minuman. Sirkulasi restoran juga
harus memudahkan bagi karyawan saat melayani pengunjung. Dalam
menentukan besaran restoran, ukuran yang digunakan adalah orang per
meter persegi dikarenakan kebutuhan sirkulasi, susunan meja dan lain lain
amat bervariasi. Tabel berikut memberikan panduan dasar untuk
menentukan keperluan ruang pelanggan.
Coffee shop, Main or
Ethnic or
Hotel size caféa), speciality
gourmet
(rooms) brasserie restaurant
restaurant
(seas) (seats)
50 50-75 - -
150 80 60 -
250 100 60 50
Space
b)
1.6 m2 2.0 m2 2.0 m2
provision/seat
a) Exluding poolside, café-bar and other club facilites; area also
usable for breakfast meals with buffet or table service.
b) The area required per seat, dictated mainly by size and spacing of
furniture, proportion of tables seating two persons and
arrangements for food service (buffet, table service, etc).
Drying line - - -
Lavatory Basin 0.55 0.4
Showers 0.8 – 0.9 0.8 – 0.9 -
Tabel 2. 7 Standard Dimension for Hotel Bathroom (Sumber: Lawson, 1980)
6. Dining Area
a. Restaurant
Restoran harus dapat menyediakan makanan dengan cepat dan mudah
dibersihkan. Kapasitas yang harus disediakan adalah 1.5 hingga 1.7 kursi
tiap kamar hotel, dengan dimensi 1.3 hingga 1.5 m2. Selain meja dan kursi,
disediakan juga bar untuk menyediakan minuman. Sirkulasi restoran juga
harus memudahkan bagi karyawan saat melayani pengunjung. Dalam
menentukan besaran restoran, ukuran yang digunakan adalah orang per
meter persegi dikarenakan kebutuhan sirkulasi, susunan meja dan lain lain
amat bervariasi. Tabel berikut memberikan panduan dasar untuk
menentukan keperluan ruang pelanggan.
Coffee shop, Main or
Ethnic or
Hotel size caféa), speciality
gourmet
(rooms) brasserie restaurant
restaurant
(seas) (seats)
50 50-75 - -
150 80 60 -
250 100 60 50
Space
b)
1.6 m2 2.0 m2 2.0 m2
provision/seat
a) Exluding poolside, café-bar and other club facilites; area also
usable for breakfast meals with buffet or table service.
b) The area required per seat, dictated mainly by size and spacing of
furniture, proportion of tables seating two persons and
arrangements for food service (buffet, table service, etc).
b. Lounges
Lounges pada dining area biasanya adalah ruangan yang sama
dengan lounge yang ada pada lobi. Merupakan tempat yang santai
dan dapat melepas lelah serta juga bisa dapat dijadikan sebagai
tempat melakukan bisnis.
c. Bar
Desain sebuah bar disesuaikan dengan jenis minuman yang akan
disajikan. Peletakan tempat duduk biasanya di sekeliling meja
dengan menggunakan kursi tanpa sandaran atau kursi tinggi/bar.
Dimensi khusus yang perlu diperhatikan adalah area kerja bartender
dan ketinggian counter yang dapat dicapai oleh pengunjung saat
menggunakan fasilitas bar.
d. Dapur Hotel
7. Operation Area
a. Staffing
Banyak sedikitnya jumlah karyawan ditentukan oleh jenis
pekerjaannya. Selain itu biasanya karyawan hotel akan
menggunakan seragam sehingga memerlukan sebuah ruang untuk
berganti pakaian dan menyimpan barang-barang pribadi. Standar
kebutuhan jumlah karyawan adalah sebagai berikut.
6 for 78 – 100
Urinal Nill up to 6
1 for 7 – 20
2 for 21 – 45
3 for 46 – 70
4 for 71 – 100
Lavatory basins 1 per bedroom and 1 per
As for wcs
bathroom
Bathroom As for wcs
Cleaner’s Sinks Minimum 1 per floor
Locker, toilet and washing room
Toilet and washing room 0.4 m2 per employee
Locker and changing room 0.7 m2 per employee
Restroom and canteen
Restroom 0.9 m2 per employee
Canteen 0.6 m2 per employee
Tabel 2. 8 Standar Kebutuhan Karyawan (Sumber: Lawson, 1980)
c. Laundry
Laundry dapat dioperasikan oleh pihak hotel atau memperbolehkan
pengunjung untuk menggunakan fasilitas laundry sebagai salah satu
fasilitas pendukung. Standar dimensi laundry adalah sebagai
berikut.
Dari gambar diatas bisa terlihat susunan dan standar beberapa ruang yang
digunakan untuk penyimpanan.
Gambar 2. 8 Dimensi Manusia Pada Saat Solat (Sumber Neufert 33(2), 2002:249)
Gambar 2. 13 Toilet dan Ruang Bilas Untuk Difabel (Neufert (3), 1996:531)
B. Pengertian Waralaba
Waralaba berasal dari wara (lebih atau istimewa) dan laba (keuntungan).
Dengan demikian, usaha waralaba merupakan usaha yang memberikan keuntungan
lebih atau istimewa. Secara hukum, waralaba berarti persetujuan legal atas
pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa dari
pemilik (franchisor) kepada pihak lain (franchise) yang diatur dalam suatu aturan
permainan tertentu. Franchise disini bukanlah cabang perusahaan (company-owned
unit) milik franchisor melainkan usaha mandiri. Hubungan antara franchisor dan
franchisee bersifat horizontal, sehingga dalam hubungan bisnis dan hukum
keduanya setara. Dengan kata lain, sama-sama mempunyai hak dan kewajiban yang
harus ditaati dan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan (Karamoy, 1997).
Jenis usaha waralaba hingga tahun 1999, dari 48 waralaba yang ada, jenis
usaha restoran menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 25%, diikuti oleh retail
(food dan non-food) sebesar 22.9%, training/konsultan/komputer sebesar 14.8%,
percetakan/foto/furniture dan produk masing-masing sebesar 8.3%, binatu/jasa
perbaikan dan salon rambut/kecantikan masing-masing sebesar 6.2%, dan
kebugaran/hiburan serta sewa kendaraan/real estate masing-masing sebesar 4.1%
(Ruslina, 2000)
Saat ini franchise yang banyak berkembang adalah waralaba format bisnis
dan bisnis jasa boga (McD, KFC, dan lain lain) menggunakan sistem ini
(Syahmuharnis, 1994). Industri jasa boga waralaba yang banyak berkembang di
Indonesia adalah bentuk industri pangan khususnya restoran. Menurut
Wirakusumah (1996), restoran waralaba menjadi begitu disukai konsumen adalah
karena mampu menjawab tantangan trend makanan masa kini dengan memenuhi
B. Pengertian Waralaba
Waralaba berasal dari wara (lebih atau istimewa) dan laba (keuntungan).
Dengan demikian, usaha waralaba merupakan usaha yang memberikan keuntungan
lebih atau istimewa. Secara hukum, waralaba berarti persetujuan legal atas
pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa dari
pemilik (franchisor) kepada pihak lain (franchise) yang diatur dalam suatu aturan
permainan tertentu. Franchise disini bukanlah cabang perusahaan (company-owned
unit) milik franchisor melainkan usaha mandiri. Hubungan antara franchisor dan
franchisee bersifat horizontal, sehingga dalam hubungan bisnis dan hukum
keduanya setara. Dengan kata lain, sama-sama mempunyai hak dan kewajiban yang
harus ditaati dan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan (Karamoy, 1997).
Jenis usaha waralaba hingga tahun 1999, dari 48 waralaba yang ada, jenis
usaha restoran menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 25%, diikuti oleh retail
(food dan non-food) sebesar 22.9%, training/konsultan/komputer sebesar 14.8%,
percetakan/foto/furniture dan produk masing-masing sebesar 8.3%, binatu/jasa
perbaikan dan salon rambut/kecantikan masing-masing sebesar 6.2%, dan
kebugaran/hiburan serta sewa kendaraan/real estate masing-masing sebesar 4.1%
(Ruslina, 2000)
Saat ini franchise yang banyak berkembang adalah waralaba format bisnis
dan bisnis jasa boga (McD, KFC, dan lain lain) menggunakan sistem ini
(Syahmuharnis, 1994). Industri jasa boga waralaba yang banyak berkembang di
Indonesia adalah bentuk industri pangan khususnya restoran. Menurut
Wirakusumah (1996), restoran waralaba menjadi begitu disukai konsumen adalah
karena mampu menjawab tantangan trend makanan masa kini dengan memenuhi
kebutuhan akan pangan yang sehat dan higienis. Penyajian makanan dilakukan
dengan cepat dengan menu yang sederhana, sehingga dianggap cocok dan sesuai
memenuhi kebutuhan masyarakat kalangan kelas menengah yang sibuk. Selain itu
lingkungan usaha rumah makannya juga bersih, ditata sedemikian rupa sesuai
dengan trend minat konsumen.
Ayam Goreng
Ayam Goreng Sari Ratu Masakan Padang
Fatmawati
Ayam Goreng
Ayam Goreng Hoka Hoka Bento Masakan Jepang
Suharti*
Ayam Goreng
Ayam Goreng Salero Bagindo Masakan Padang
Mbok Berek
Ayam Bakar SM Ayam Bakar Trio Masakan Padang
Bakmi Jawa Mie Simpang Raya Masakan Padang
Bakmi Naga Mie Cahaya Baru Masakan Cina
Bakmi Gajahmada Mie Es Teler 77 Mie Baso
Bakmi Gajah
Mie Es Teler KEC Mie Basi
Kelinci
Bakmi Lap.
Mie Baso Lambung Andal Steak
Tembak
Mie Gunting Mie Nilasari*
Mie Tek Tek Mie Pasti Enak*
Hot Cwie Mie Pondok Ikan
Mie
Malang* Patin*
Ayam Goreng Ny.
Ayam Goreng R.M. Sederhana
Tanzil
Tabel 2. 13 Beberapa Nama Restoran Fast Food Asing dan Lokal Di Indonesia (Sumber: Sapuan, 1998,
*SWA, 2000)
Kebutuhan konsumen terhadap industri jasa boga tidak hanya pada produk,
akan tetapi menackup pula harga diri, menghargai orang lain, kelangsungan pola
kebiasaan (Juran, 1995), cepat santap dan harga terjangkau (Hadad, 1997).
Konsumen remaja membutuhkan restoran cepat saji untuk memenuhi keinginan
untuk bergaya modern bagi remaja, prestise, kebanggaan dan simbol status sosial.
Sedangkan bagi konsumen anak-anak, mainan/hadiah yang diperolehnya lebih
disukai dibandingkan makanannya sendiri (Sapuan, 1998). Banyak konsumen yang
mengunjungi resotran bukan untuk kenyang, tetapi untuk menunjukkan bahwa
mereka sudah menjadi bagian gaya hidup modern (Jatiman, 1997).
F. Mutu Produk
Industri jasa boga menyajikan dua aspek utama yaitu aspek produk dan
layanan yang keduanya mempunyai proporsi yang seimbang. Produk merupakan
sesuai yang ditawarkan ke pasa untuk yang diperhatikan, dimiliki, dipakai atau
Produk mencakup dua hal, yaitu produk tangible dan intangible. Produk
tangible adalah produk yang secara fisik disebut barang, dan dapat dirasakan
dengan sentuhan, dilihat, dibaui, dan seterusnya. Produk intangible adalah sesuatu
yang perlu dilakukan untuk konsumen, misal layanan pesta ulang tahun atau ruang
pertemuan, dimana dengannya dikenakan beberapa harga tertentu (Smith, 1991).
Produk jasa boga mencakup seluruh bagian menu, sesuai dengan jenis
pilihan layanan (kafetaria, mesin penjual, katering), dan atribut lain yang diinginkan
(atmosfir yang menyenangkan) (Palacio dan Theis, 1997). Produk juga termasuk
“goodie bag”, layanan pemesanan, tempat parkir dan lainnya yang secara normal
restoran menyediakan tanpa tambahan biaya (Smith, 1991).
Produk jasa boga yang memuaskan konsumen adalah (1) makanan dan
minuman yang berkualitas (keragaman pilihan, bentuk, warna, rasa, aroma yang
lezat dan menarik, bersih, sehat, komposisi gizi yang seimbang), (2) suasana yang
indah, sejuk, bersih, dan menyenangkan, (3) pelayanan profesional penuh keramah-
tamahan dan memiliki ciri pelayanan yang khas, (4) memiliki reputasi yang baik
akan makanan, nama baik restoran, sumber daya manusia, (5) harga yang pantas
(Soekresno, 2000).
G. Mutu layanan
Terdapat beberapa jenis layanan atu gaya penyajian dari operasi jasa boga
yang berbeda-beda, namun semuanya bertujuan sama yaitu memberikan kepuasan
konsumen dengan menj=yajikan makanan yang bermutu, suhu yang tepat untuk
meningkatkan selera dan keamanan mikrobial, dan penyajian yang menarik.
Terdapat empat jenis layanan yaitu: self-service (cafetaria, buffet, vending-
machine, dll), tray-service, waiter-waitresses service, dan portable meal (Palacio
dan Theis, 1997). Menu buffet merupakan hidangan secara prasmanan, dimana
tamu mengambil sendiri makanan di meja prasmanan dengan bebas (marsum,
1999).
H. Sistem Produksi
Sistem produksi jasa boga sangat tergantung pada perhatian personal
terhadap kebutuhan konsumen. Sistem produksi merupakan kumpulan yang
terpadu dari orang dan proses yang secara bersama-sama (tidak bekerja sendiri
secara terpisah) mentransformasikan sumber daya kedalam produk dan by-product.
Sistem produksi yang meliputi orang, produk, dan proses secara terikat bersama
membentuk rantai yang terpadu dari organisasi (Kolarik, 1999).
Lokasi rumah makan atau restoran terletak pada lokasi yang terhindar dari
pencemaran (debu, asap, serangga, dan tikus) dan tidak berdekatan dengan sumber
Ventilasi harus cukup menjamin peredara udara dengan baik dan dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau, dan debu (Soekresno, 2000). Ventilasi udara
diatur sedemikian rupa dan diberi kawat kaca untuk menghindari kontainasi udara,
menghindari masuknya hama mengontrol suhu udara, dan mengontrol bau yang
dapat mempengaruhi citarasa makanan (Bambang, 1998).
Gambar 2. 16 Layout Penempatan Meja dan Kursi Minimal (Sumber: Neufert (3), 1996:456)
2. Dapur
Dalam restoran cepat saji, kecepatan pelayanan menjadi fokus
utama dalam menjamin kenyamanan pelanggannya. Untuk mencapai
kecepatan yang ditentukan oleh standar pelayanan masing-masing
restoran, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kepuasan
konsumen. Restoran cepat saji tidak membuat bahan baku di tempat
seperti pemotongan daging mentah, dan penyiapan sayur dan buah,
semuanya ready-made dan dibekukan.
Gambar 2. 21 Susunan Tempat Persiapan Daging dan Sayur (Sumber: Neufert (3), 1996:459)
Gambar 2. 21 Susunan Tempat Persiapan Daging dan Sayur (Sumber: Neufert (3), 1996:459)
Washing area 10
Walkways 17
Staff rooms and offcie 15
Total 100
Tabel 2. 17 Dimensi Dasar dan Kebutuhan Ruang (Sumber: Neufert (3), 1996:460)
Gambar 2. 22 Dapur Untuk Restoran Dengan Kapasitas 60-100 Pelanggan (Sumber: Neufert
(3), 1996:461)
penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. (6)
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working With Climate (Memanfaatkan Kondisi Iklim)
Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik
dengan iklim dan sumber daya alam. Berikut pemaparannya: (1)
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari. (2) Menggunakan sistem
air pump dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara yang
bersih dan sejuk ke dalam ruangan. (3) Menggunakan tumbuhan dan air
sebagai pengatur iklim. Misal dengan membuat kolam air di sekitar
bangunan. (4) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian dapat
dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan sesuai
kebutuhan.
3. Minimizing New Resources (Meminimalkan Penggunaan Sumber
Daya Baru)
Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir
penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya bisa
digunakan untuk keperluan lain.
4. Respect for User (Memperhatikan Pengguna)
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua
pengguna dan memenuhi semua kebutuhannya.
5. Respect for Sites (Menanggapi Keadaan Tapak)
Bangunan yang akan dibangun nantinya jangan sampai merusak
kondisi tapak aslinya. Sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak
terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah. Bangunan didesain
dengan meminimalisir kerusakan alam. Hal ini dapat dicapai dengan
mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang
mengikuti bentuk tapak yang ada. Luas permukaan dasar bangunan
yang kecil, yaitu mempertimbangkan desain bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak
lingkungan.
6. Holistic
penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. (6)
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working With Climate (Memanfaatkan Kondisi Iklim)
Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik
dengan iklim dan sumber daya alam. Berikut pemaparannya: (1)
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari. (2) Menggunakan sistem
air pump dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara yang
bersih dan sejuk ke dalam ruangan. (3) Menggunakan tumbuhan dan air
sebagai pengatur iklim. Misal dengan membuat kolam air di sekitar
bangunan. (4) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian dapat
dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan sesuai
kebutuhan.
3. Minimizing New Resources (Meminimalkan Penggunaan Sumber
Daya Baru)
Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir
penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya bisa
digunakan untuk keperluan lain.
4. Respect for User (Memperhatikan Pengguna)
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua
pengguna dan memenuhi semua kebutuhannya.
5. Respect for Sites (Menanggapi Keadaan Tapak)
Bangunan yang akan dibangun nantinya jangan sampai merusak
kondisi tapak aslinya. Sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak
terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah. Bangunan didesain
dengan meminimalisir kerusakan alam. Hal ini dapat dicapai dengan
mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang
mengikuti bentuk tapak yang ada. Luas permukaan dasar bangunan
yang kecil, yaitu mempertimbangkan desain bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak
lingkungan.
6. Holistic
Ada 6 aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck,
diantaranya adalah historicism, straight revivalism, neo vernacular, contextualism,
metaphor dan post modern space. Dari semua aliran yang berkembang pada era Post
Modern ini memiliki ciri-ciri antara lain; (1) mengandung unsur komunikatif yang
bersikap lokal atau populer, (2) membangkitkan kembali kenangan historik, (3)
berkonteks urban, (4) menerapkan kembali teknik ornamentasi, (5) bersifat
representasional (mewakili seluruhnya), (6) berwujud metaforik (dapat berarti
wujud lain), (7) dihasilkan dari partisipasi, (8) mencerminkan aspirasi umum, (9)
bersifat plural, (10) bersifat ekletik.
Gambar 2. 23 Sketsa Rumah Adat Tradisional Jawa Tengah (Sumber: Trisulowati, 2003)
Rumah adat Kudus Joglo Pencu terdiri dari 4 buah massa yaitu Dalem,
pawon, pekiwan dan sisir. Dalem berisikan dapur dan ruang tambahan. Pekiwan
berisikan km/wc dan sumur. Sisir berisikan ruang kerja dan gudang. Pada beberapa
rumah tidak memiliki sisir. Jogosatru sebagai ruang penrima tamu, jogan sebagai
ruang berkumpul keluarga, sentong kanan dan kiri sebagai ruang tidur, sentong
tengah sebagai ruang sakral. Dapur sebaagai ruang untuk memasak, dan sisir
sebagai ruang untuk bekerja dan menyimpan barang hasil kerja. Konstruksi rumah
adat Kudus menggunakan konstruksi rangka kayu jati. Konstruksi utama rumah
pencu adalah 4 tiang soko guru dan tambahan sebuah soko geder pada jogosatru.
(Rasyidi & Amiuza, (2017).
empat buah tiang atau lebih dimana diatasnya digunakan untuk menjemur barang-
barang seperti daun teh, singkong/ketela pohon, jagung dll/
Bentuk rumah ini adalah bentuk yang paling tua, hal ini terlihat dari
bentuknya yang sangat sederhana, juga dilihat pada lukisan-lukisan/relief candi
maupun tempat-tempat pemujaan lain. Selain bentuknya yang sederhana bentuk ini
mudah dibuat, murah biayanya dan resiko rusak tidak besar.
3. Rumah Kampung
4. Rumah Tajug
Rumah bentuk Tajug mempunyai fungsi lain sebagai rumah ibadah berupa
masjid. Tajug atau tajub berfungsi sama dengan masjid sebagai sarana untuk
beribadah dan mengajarkan ajaran agama islam. Rumah Tajug mempunyai denah
bujur sangkar dan bentuk inilah yang masih mempertahankan bentuk denah aslinya
sampai sekarang.
dan/atau alumunium. (2) Bahan dinding partisi; papan kayu, kayu lapis, kaca,
calsium board, particle board, dan/atau gypsum board dengan rangka kayu kelas
kuat II atau rangka lainnya, yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai
dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya.
berupa atap beton, genteng, metal, fibrecement, calsium board, sirap, seng,
aluminium, maupun asbes/asbes gelombang. Untuk penutup atap
disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan serta kondisi
daerahnya.
B. Bahan penutup atap: digunakan bahan yang memenuhi SNI. Untuk penutup
atap genteng digunakan rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran: 2/3 cm
untuk reng atau ¾ cm untuk reng genteng beton.
C. Bahan kerangka penutup atap non kayu: gording baja profil C, dengan
ukuran minimal 125 x 50 x 20 x 3.2 cm, kuda-kuda baja profil WF dengan
ukuran minimal 250 x 150 x 8 x 7 cm, baja ringan, beton plat dengan tebal
12 cm.
2.6.1 Air
a. Setiap pembangunan baru bangunan negara harus dilengkapi dengan
prasarana air minum yang memenuhi standar kualitas, cukup jumlahnya dan
disediakan saluran air berlangganan kota (PDAM) atau sumur. Jumlah
kebutuhan minimum 100/orang/hari.
b. Setiap bangunan gedung negara, selain rumah negara (yang bukan dalam
bentuk rumah susun), harus menyediakan air untuk keperluan pemadaman
kebakaran dengan mengikuti ketentuan SNI yang dipersyaratkan. Reservoir
minimum menyediakan air untuk kebutuhan 45 menit operasi pemadaman
api dengan kebutuhan dan perhitungan.
No Alat Keterangan
1 Tangga kebakaran Jarak dari tiap titik max 25 m. dilengkapi
dengan blower. Lebar tangga minimal 1,2 m.
Dilengkapi dengan pintu tahan api selama 2
jam dengan lebar minimal 90 cm.
2 Koridor Lebar minimal koridor 1,8 m.
3 Pintu tahan api Pintu-pintu ditempatkan pada ruangan tersebut
dapat terisolasi bila ada kebakaran.
4 Sumber listrik cadangan Bekerja otomatis pada saat sumber listrik
utama mati, melayani lampu darurat dan
pompa hydrant.
5 Penerangan darurat Lampu penunjuk pada pintu darurat, tangga
kebakaran, koridor, dan arah jalur evakuasi
jarurat
Tabel 2. 19 Sistem Proteksi Pasif (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum)
Gambar 2. 30 Tangga dan Lift Kebakaran (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum)
Gambar 2. 32 Komponen Utama Sistem Proteksi Petir (Sumber: Neufert (3), 1996:139)
Pada hotel SIXX mempunyai pintu masuk utama dari taman hutan nasional
dan jalan komersial yang populer di sisi lain sungai. Hotel SIXX adalah kawasan
yang dilindungi secara diam-diam di tengah kemakmuran. Halaman hotel yang
mundur menciptakan relief alami dari lansekap aslinya yang penuh dengan tanaman
loquat, aprikot dan persik.
Ruang Arsitektural
Hotel SIXX dibangun pada sisi gunung. Arsitek yang membuatnya telah
menciptakan tempat view untuk para pengunjung dengan merubah bentuk tapak
menjadi ruang hotel. Hal ini membuat menunjukkan arsitektural bangunan dan
meningkatkan kualitas dari hotel tersebut. Karena kekurangan lahan parkir, dibuat
garasi untuk 8 mobil di entrance hotel dengan memanfaatkan ketinggian asli lahan.
Berlokasi dekat dengan garis pantai yang bersih di pulai Washington’s San
Juan – yang hanya bisa diakses dengan perahu atau pesawat kecil, terdapat
Saltwater Farm di Friday Harbor yang merupakan hotel butik bergaya dan area
liburan pada area sebesar 162 hektar. Dalam proyek ini terdapat lima kabin tamu
hotel dan rumah tinggal dua lantai untuk pemilik dan dua anaknya.
Lima kabin kecil ini diposisikan dengan cermat diantara hutan pinus untuk
menjamin privasi dan ketenangan tamu hotel. Lima kabin tersebut didesain mirip
dengan gaya Scandinavian minimalis namun setiap unit menawakan atmosfir yang
unik dengan interior custom dan view yang berbeda setiap unit.
Berlokasi dekat dengan garis pantai yang bersih di pulai Washington’s San
Juan – yang hanya bisa diakses dengan perahu atau pesawat kecil, terdapat
Saltwater Farm di Friday Harbor yang merupakan hotel butik bergaya dan area
liburan pada area sebesar 162 hektar. Dalam proyek ini terdapat lima kabin tamu
hotel dan rumah tinggal dua lantai untuk pemilik dan dua anaknya.
Lima kabin kecil ini diposisikan dengan cermat diantara hutan pinus untuk
menjamin privasi dan ketenangan tamu hotel. Lima kabin tersebut didesain mirip
dengan gaya Scandinavian minimalis namun setiap unit menawakan atmosfir yang
unik dengan interior custom dan view yang berbeda setiap unit.
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Nilai konteks denga lingkungan sekitar sangat
terasa apabila pengunjung memasuki kawasan resort ini. Anggapan kuno dalam
pemakaian konsep budaya lokal tidak terbukti dan hal ini membalikan fakta bahwa
arsitektur nusantara bisa dikolaborasikan dengan arsitektur masa kini. Kejujuran
dalam desain mempengaruhi tata nilai ruang yang nampak dalam konsep hirarki
ruang, proporsi dan skala manusia. (Lestari, 2010).
Gambar 2. 44 Deluxe Suites dan Dalem Suites Amanjiwo (Sumber: google.com, 2020)
Gambar 2. 44 Deluxe Suites dan Dalem Suites Amanjiwo (Sumber: google.com, 2020)
ditetapkan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayan Jawa Tengah dan KAK.
Kebutuhan terdapat dalam data program ruang, menjadi satu kesatuan dengan
fungsi-fungsi didalamnya dengan sesuai, efisien, dan ramah lingkungan.
Data teknis
o Lokasi : Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
o Luas tapak : 5.030 m2
o KDB : 60%
o GSB :8m
o GSS :1m
o Jumlah Lantai Maks. : 3 lantai di atas jalan dan 2 lantai di bawah
jalan.
o Utara : Rumah tinggal dan warung-warung
sederhana.
o Timur : Sungai dan lembah kebun.
o Barat : Lembah Kebun
o Selatan : Lembah kontur yang cukup tajam berupa
semak
Kondisi tapak berupa lahan berkontur yang cukup dalam, hingga 10 meter
di bawah jalan raya.
A. Hotel Butik
Hotel butik pada dasarnya memiliki struktur organisasi dan sistem
pelayanan yang sama pada hotel pada umumnya. Yang berbeda hanyalah cara
pelayanan yang seringkali disesuaikan dengan tema hotel tersebut bahkan
seringkali disebut memiliki pelayanan yang lebih baik dibanding hotel biasa,
dekorasi dan desain serta konsep unik dan sekali lagi sesuai dengan tema hotel
tersebut, dan juga target pasar yang berbeda.
1. Pengelola
a. Pimpinan
Jabatan pimpinan dipegang oleh direktur yang memegang tanggung jawab
utama atas pengelolaan dan keberlangsungan hotel.
b. Front Office
Peran dan fungsinya adalah menyewakan kamar pada tamu. Oleh karena
fungsinya maka letak front office berada di bagian yang paling mudah
terlihat orang. Untuk membantu pelaksanaan fungsi bagian front office
A. Hotel Butik
Hotel butik pada dasarnya memiliki struktur organisasi dan sistem
pelayanan yang sama pada hotel pada umumnya. Yang berbeda hanyalah cara
pelayanan yang seringkali disesuaikan dengan tema hotel tersebut bahkan
seringkali disebut memiliki pelayanan yang lebih baik dibanding hotel biasa,
dekorasi dan desain serta konsep unik dan sekali lagi sesuai dengan tema hotel
tersebut, dan juga target pasar yang berbeda.
1. Pengelola
a. Pimpinan
Jabatan pimpinan dipegang oleh direktur yang memegang tanggung jawab
utama atas pengelolaan dan keberlangsungan hotel.
b. Front Office
Peran dan fungsinya adalah menyewakan kamar pada tamu. Oleh karena
fungsinya maka letak front office berada di bagian yang paling mudah
terlihat orang. Untuk membantu pelaksanaan fungsi bagian front office
tersebut, maka bagian front office terbagi menjadi beberapa sub bagian yang
mana masing-masing bagian memiliki fungsi pelayanan yang berbeda,
antara lain sebagai berikut.
1. Pelayanan dan pemesanan kamar.
Melayani pemesanan kamar dari berbagai sumber dan cara
pemesanan.
Mengarsipkan pemesanan kamar.
Melakukan pengecekan kamar yang terpakai atau belum.
2. Pelayanan informasi.
Bertugas memberikan penjelasan-penjelasan informasi yang
diperlukan tamu yang menginap maupun yang tidak
menginap.
3. Pelayanan check-in dan check-out.
Bagian resepsionis adalah bagian yang melakukan
pendaftaran semua tamu yang datang untuk menginap.
4. Staff housekeeping.
Bagian housekeeping merupakan salah satu bagian yang
mempunyai peranan dan fungsi yang cukup vital dalam
memberi pelayanan pada tamu, yang menyangkut pelayanan
keamanan dan kebersihan kamar.
5. Staff food and beverage.
Bagian yang bertugas melayani makanan dan minuman pada
hotel.
6. Staff avccounting department.
Bertugas mengatur keuangan hotel baik pemasukan dan
pengeluaran.
7. Staff security department.
Bertugas dan bertanggung jawab dalam keamanan hotel.
Yang dibagi menjadi beberapa bagian:
o Kelompok keamanan luar
B. Restoran Waralaba
Restoran waralaba pada tugas akhir ini lebih menekankan kepada restoran
cepat saji yang memiliki kebutuhan ruang, pengelolaan serta sistem pelayanan yang
berbeda dibanding restoran mewah dan full dining restaurant. Restoran cepat saji
mengutamakan kecepatan pelayanan dengan sistem pelayanan self-service, yaitu
sistem pelayanan yang membiarkan pengunjung untuk mendatangi service counter
untuk memesan makanan sesuai menu yang ditawarkan. Kebutuhan ruang restoran
cepat saji juga berbeda dengan restoran jenis lainnya. Restoran ini biasanya
mempersiapkan bahan bakunya dengan dibekukan dan disimpan di dalam lemari
pendingin untuk segera dimasak dengan cepat.
1. Manager
Bertugas mengorganisasikan stok makanan dan peralatan,
memesan persediaan, dan mengawasi pekerjaan
maintenance, kebersihan dan keamanan.
Merencanakan biaya, memaksimalkan laba dan mencapai
target yang ditentukan oleh kantor pusat.
Membayar karyawan.
Menjamin standar kebersihan dan kesehatan.
Menjamin pelayanan tehadap pelanggan.
Menerima komplain dan pertanyaan dari pelanggan.
Menyiapkan laporan dan analisa performa restoran.
2. Karyawan Restoran
Karyawan restoran cepat saji pada umumya tidak memiliki bagian-
bagian khusus dalam organisasi strukturnya. Semua tergantung dari
kebutuhan restoran itu sendiri. Karyawan restoran cepat saji ini
biasanya melakukan semua yang perlu dilakukan di dalam dan di
luar seperti memasak, menjaga kebersihan dan menerima pesanan.
Menyiapkan dan memasak makanan.
Menerima pemesanan makanan dan minuman.
Melayani pelanggan.
Mengoperasikan mesin kasir dan menerima pembayaran dari
berbagai sumber.
Merawat area makan dan area dapur, seperti membersihkan
meja, membuang sampah, membersihkan lantai, dll.
3. Pelanggan
Pelanggan restoran cepat saji dapat dibedakan menjadi dua. Pelanggan dine-
in dan pelanggan drive-thru. Pelanggan yang makan ditempat melakukan
pemesanan dan menunggu pesanannya datang di meja pelayanan dan makan di area
makan restoran. Sedangkan pelanggan drive-thru hanya melakukan pemesanan dari
dalam mobil melalui interkom yang dipasang di jalan masuk, menerima pesanan
dan membayar di jendela khusus drive-thru restoran yang terintegrasi dengan jalan
keluar restoran atau site.
1. Pelanggan dine-in
Skema 3. 3 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Tamu Tidak Menginap Outdoor (Sumber: Analisa
Pribadi, 2020)
Skema 3. 4 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang GM (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Skema 3. 5 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang FOM (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Housekeeping Executive
Skema 3. 6 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang HKE (Sumber: Analisa Pribadi)
Skema 3. 5 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang FOM (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Housekeeping Executive
Skema 3. 6 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang HKE (Sumber: Analisa Pribadi)
Concierge
Skema 3. 9 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Concierge (Sumber: Analisa Pribadi)
Bell Boy
Skema 3. 10 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Bell Boy (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Room Service
Skema 3. 11 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Room Service (Sumber: Analisa Tapak, 2020)
F&B Chef
Skema 3. 12 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang F&B Chef (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Room Service
Skema 3. 11 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Room Service (Sumber: Analisa Tapak, 2020)
F&B Chef
Skema 3. 12 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang F&B Chef (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Housekeeper
Skema 3. 15 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Housekeeper (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Gate Security
Skema 3. 16 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang GS (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Housekeeper
Skema 3. 15 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Housekeeper (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Gate Security
Skema 3. 16 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang GS (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Site Security
Skema 3. 17 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang SS (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Chief Engineer
Skema 3. 18 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang CE (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Engineer
Skema 3. 19 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Engineer (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
B. Restoran Waralaba
General Manager
Skema 3. 20 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang GM (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Karyawan Restoran
Skema 3. 21 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Karyawan Restoran (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
C. Kantor Konsultan
Karyawan deepLay Energy
Skema 3. 22 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Karyawan deepLay Energy (Sumber: Analisa Pribadi,
2020)
Sirkulasi 20%
Total + sirkulasi 83.16
Storage Gudang 10 0.9 m2/kamar 2 18
Linen &
Laundry 10 0.6 m2/kamar 1 6
House House
keeping keeping 10 0.5 m2/kamar 1 5
Room
Service 10 0.8 m2/kamar 1 8
Dishwashing 10 1.2 m2/kamar 1 12
Freezer
Chiller 10 0.9 m2/kamar 1 9
Back of Meat Prep. 10 0.2 m2/kamar 1 2
the house F&V Prep. 10 0.2 m2/kamar 1 2
Cold
Kitchen 10 0.8 m2/kamar 1 8
Dapur Bakery 10 1 m2/kamar 1 10
Drinks
Counter 10 2.5 m2/kamar 1 25
Dry Storage 10 0.9 m2/kamar 1 9
Waiter
Station 2 unit 1 0
Chef Office - 6 unit 3 18
Cooking 10 1.8 m2/kamar 1 18
Genset - 10 m2/unit 1 10
R. Elektrikal - 9 m2 1 9
R. Pompa - 12 m2 3 36
STP - 2 m2/unit 4 8
Mekanikal
elektrikal WWTP - 2 m2/unit 2 4
Reservoir
Utilitas Bawah - 50 m2/unit 2 100
Pool Staff
ME - 15 m2/unit 1 15
Gudang
G. Perkakas - 9 m2/unit 4 36
Multiguna Workshop
ME - 9 m2/unit 2 18
Loker Pria 10 0.19 m2/kamar 1 1.9
Loker
Fasilitas Wanita 10 0.19 m2/kamar 1 1.9
Staff Area
staff
R. makan
dan toilet 10 1 m2/kamar 2 20
Tabel 3. 1 Kebutuhan Ruang Penerima (Sumber: KAK; SK Dirjen Pariwisata No. 14/U/II/88; Neufert (3),
1996)
2. Ruang Pengelola
Board of Houskeeping
Pengelola Executive - 12 unit 1 12
Directors
Security
Director - 12 unit 1 12
Chief
Engineer - 12 unit 1 12
Ruang Rapat 6 1.55 m2/orang 1 9.3
Total 69.3
Sirkulasi 20%
Total + sirkulasi 83.16
Storage Gudang 10 0.9 m2/kamar 2 18
Linen &
Laundry 10 0.6 m2/kamar 1 6
House House
keeping keeping 10 0.5 m2/kamar 1 5
Room
Service 10 0.8 m2/kamar 1 8
Dishwashing 10 1.2 m2/kamar 1 12
Freezer
Chiller 10 0.9 m2/kamar 1 9
Back of Meat Prep. 10 0.2 m2/kamar 1 2
the house F&V Prep. 10 0.2 m2/kamar 1 2
Cold
Kitchen 10 0.8 m2/kamar 1 8
Dapur Bakery 10 1 m2/kamar 1 10
Drinks
Counter 10 2.5 m2/kamar 1 25
Dry Storage 10 0.9 m2/kamar 1 9
Waiter
Station 2 unit 1 0
Chef Office - 6 unit 3 18
Cooking 10 1.8 m2/kamar 1 18
Genset - 10 m2/unit 1 10
R. Elektrikal - 9 m2 1 9
R. Pompa - 12 m2 3 36
STP - 2 m2/unit 4 8
Mekanikal
elektrikal WWTP - 2 m2/unit 2 4
Reservoir
Utilitas Bawah - 50 m2/unit 2 100
Pool Staff
ME - 15 m2/unit 1 15
Gudang
G. Perkakas - 9 m2/unit 4 36
Multiguna Workshop
ME - 9 m2/unit 2 18
Loker Pria 10 0.19 m2/kamar 1 1.9
Loker
Fasilitas Wanita 10 0.19 m2/kamar 1 1.9
Staff Area
staff
R. makan
dan toilet 10 1 m2/kamar 2 20
Tabel 3. 2 Kebutuhan Ruang Pengelola (Sumber: KAK; SK Dirjen Pariwisata No. 14/U/II/88; Neufert (3),
1996)
3. Ruang Pengunjung
Indoor
Rooftop Area Makan 30 1.8 m2/kursi 1 54.00
Bar Toilet 2 m2/unit 3 6
Waiter Station 1.5 m2/unit 2 3
Sirkulasi 30% 43.68
Area Renang
Dewasa 100 unit 1.5 150.00
Area Renang
Anak 50 unit 1 50.00
Kolam
Ruang Ganti 5.375 unit 3 16.13
Outdoor Renang
Ruang Bilas 1.875 unit 3 5.63
Toilet 1.56 unit 3 4.68
Ruang
Duduk/Jemur 1.36 unit 8 10.88
Sirkulasi 30% 71.19
Total 189.28
Tabel 3. 3 Kebutuhan Ruang Pengunjung (Sumber: KAK; SK Dirjen Pariwisata No. 4 U/II/88; Neufert (3),
1996; Lawson)
B. Restoran Waralaba
Jenis Jenis Kapa- Stan- Luas
Ruang Satuan JML
Kegiatan Ruang sitas dar (M2)
Back of PengelolaGeneral
The Manager 1 org 12 unit 1 12
House Karyawan Kasir 4 org 2 m2/org 1 8
Drive-
thru 3 org 3 m2/org 1 9
Storage 162 0.2 m2/cover 1 32.4
Veg.
Prep. 162 0.02 m2/cover 1 3.24
Cold
Meals 162 0.08 m2/cover 1 12.96
Meat
Prep 162 0.02 m2/cover 1 3.24
Cooking
area 162 0.08 m2/cover 1 12.96
Washing
Area 162 0.1 m2/cover 1 16.2
Walk-
ways 162 0.17 m2/cover 1 27.54
Staff
room 162 0.15 m2/cover 1 24.3
Janitor 2 unit 1 2
Total 163.8
Ruang
Restoran
Makan 90 1.6 m2/kursi 1 144
Front of Wanita 1 2 unit 2 4
The Toilet
House Pria 1 2 unit 3 6
Wash Dewasa 1 1 unit 2 2
Basin Anak 1 0.6 unit 1 0.6
Total 156.6
Sirkulasi 20%
Total 187.9
Parkir Mobil 10 15 m2/unit 1 150
Sirkulasi 100% 150
Parkir
Parkir Motor 25 2 m2/unit 1 50
Sirkulasi 100% 50
Total 400
Tabel 3. 4 Kebutuhan Ruang Pengunjung dan Staff Restoran Waralaba (Sumber: KAK; Neufert (3), 1996;
Pickard, 2002 )
Gudang 6 m2/unit 1 6
Kantor
Open-Plan 6 6 m2/orang 1 36
Resepsionis 1 2 m2/orang 2 4
Menerima Ruang
Tamu tamu 5 4 m2/org 1 20
Toilet 1 2 m2/org 4 8
Istirahat
Pantry 6 1.6 m2/kursi 1 9.6
Sirkulasi Schindler
Vertikal 3000 10 3.4 m2/unit 1 3.4
Total 217
Sirkulasi 15%
Total + Sirkulasi 249.55
Parkir
Mobil 6 15 m2/unit 1 90
Sirkulasi 100% 90
Parkir
Parkir
Motor 10 2 m2/unit 1 20
Sirkulasi 100% 20
Total 220
Tabel 3. 5 Kebutuhan Ruang Kantor Konsultan (Sumber: KAK; Neufert (3), 1996)
D. Rumah Tinggal
Jenis Jenis Kapa- Luas
Kebutuhan Ukuran Satuan JML
Kegiatan Ruang sitas (M2)
Kamar King Bed 2 org 200x200 cm 1
Tidur Nakas 40x40 cm 2
Lemari 120x60 cm 1 100.00
Meja Rias 105x50 cm 1
Meja Kerja 80x50 cm 1
Extra Twin Bed 2 org 200x90 cm 2 3.60
Room Nakas 40x40 cm 2 0.32
Rumah Lemari 120x60 cm 1 7.20
Tinggal Meja 105x50 cm 1 0.53
Ruang Meja TV 45x75 cm 1 0.34
Keluarga Sofa 85x85 cm 3 0.72
Meja Kopi 105x50 cm 1 0.53
Ruang Meja
Makan Makan 6 org 80x80 cm 6 3.84
Pantry Kursi Bar 50x40 cm 2 0.20
Meja Bar 150x50 cm 1 0.75
Lemari
makanan 200x50 cm 1 1.00
Ruang Single Bed 1 org 200x90 cm 1 1.80
Pembantu Nakas 40x40 cm 1 0.16
Lemari 60x60 cm 1 0.36
Meja 105x50 cm 1 0.53
Garasi Mobil 1 15 m2/unit 3 45.00
Motor 1 2 m2/unit 3 6.00
Sepeda 1 0.6 m2/unit 3 1.80
Ruang Mesin Cuci 60x63 cm 1 0.38
Cuci Ruang
Jemur 12 m2/unit 1 12.00
Ruang
Servis Setrika 9 m2/unit 1 9.00
Dapur Dishwasher 100x60 cm 1 0.60
Kompor 60x60 cm 1 0.36
Kulkas 60x60 cm 1 0.36
Tray 60x15 cm 2 0.09
Kamar WC 70x50 cm 1 0.35
Mandi Shower 75x75 cm 1 0.56
Bathtub 170x70 cm 1 1.19
Handbasin 60x40 cm 1 0.24
Gudang 4.5 m2/unit 1 4.50
Schindler
Lift 3000 10 org 3.4 m2/unit 1 3.4
Total 210.70
Sirkulasi 40%
Total + Sirkulasi 294.97
Ruang Tinggal Karyawan
Jenis Jenis Kapa- Luas
Kebutuhan Ukuran Satuan JML
Kegiatan Ruang sitas (M2)
Kamar Single Bed 1 org 200x90 cm 1 1.80
Tidur Nakas 40x40 cm 1 0.16
Lemari 120x60 cm 1 0.36
Ruang Meja kerja
Tinggal Kerja & kursi 150x60 cm 1 0.53
Lemari
Simpan 80x60 cm 1 0.48
Sofa 85x85 cm 1 0.723
Nakas 45x45 cm 1 0.203
Skema 3. 27 Organisasi Ruang Kantor deepLay Energy (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Skema 3. 28 Organisasi Ruang Ruang Tinggal Karyawan (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Skema 3. 29 Organisasi Ruang Back of the House Hotel Butik (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Skema 3. 30 Organisasi Ruang Back of The House Restoran Waralaba (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Gambar 3. 3 Hubungan Antar Ruang Bangunan Restoran (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)
Gambar 3. 4 Hubungan Antar Ruang Bangunan Hotel (Sumber: Analisa Pribadi, 2020; Permen Parekraf
Nomor PM. 53/HM001/MPEK/2013)
Tanggapan Lantai 1
Tanggapan Lantai 2
Tanggapan Lantai 3
Tanggapan Lantai 4
Tanggapan Lantai 5
Tanggapan Rooftop
Analisa
Tanggapan Lantai 1
Tanggapan Lantai 2
Tanggapan Lantai 3
Tanggapan Lantai 4
Tanggapan Lantai 5
Tanggapan Rooftop
Arah barat dan timur site dikelilingi oleh tebing dari kontur tapaknya itu
sendiri. Menjadikan bagian tersebut cenderung tersembunyi dan tidak mempunyai
view yang menarik. Sedangkan arah utara merupakan jalan utama yang merupakan
akses utama menuju tapak.
Analisa
Tanggapan Lantai 1
Tanggapan Lantai 2
Tanggapan Lantai 3
Tanggapan Lantai 4
Tanggapan Lantai 5
Tanggapan Rooftop
Tanggapan Rooftop
Tanggapan Lantai 2
Tanggapan Lantai 3
Tanggapan Lantai 4
Tanggapan Lantai 5
Tanggapan Rooftop
Tanggapan Lantai 1
Tanggapan Lantai 2
Tanggapan Lantai 3
Tanggapan Lantai 1
Tanggapan Lantai 2
Tanggapan Lantai 3
Tanggapan Lantai 2
Tanggapan Lantai 3
Tanggapan Lantai 4
Tanggapan Lantai 5
Tanggapan Rooftop
Waktu paling panas di daerah sekitar tapak adalah pada bulan September pada
jam 11.00 sampai jam 16.00 WIB yang ditunjukkan oleh garis kuning yang
merepresentasikan matahari di waktu tersebut.
Waktu paling panas di daerah sekitar tapak adalah pada bulan September pada
jam 11.00 sampai jam 16.00 WIB yang ditunjukkan oleh garis kuning yang
merepresentasikan matahari di waktu tersebut.
Bisa dilihat dari analisa sunlight hours bagian mana yang paling banyak
mendapatkan sinar matahari dalam waktu setahun terhitung dari matahari terbit
dan terbenam.
Bisa dilihat dari analisa sunlight hours bagian mana yang paling banyak
mendapatkan sinar matahari dalam waktu setahun terhitung dari matahari terbit
dan terbenam.
BAB IV KONSEP
4.1 Konsep Dasar Perancangan
Masyarakat Jawa memiliki kosmologi dan kepercayaan yang amat
berpengaruh dalam arsitektur bangunannya. Herusatoto (dalam Pitana, 2007)
menyebutkan bahwa manusia jawa dalam kehidupannya selalu beruhasa menjaga
keseimbangan dan keharmonian jagadnya yang meliputi jagad alit dan jagad gede.
Jagad Alit yang berupa mikrokosmos dan Jagad Gede yang merupakan
makrokosmos seperti yang dijelaskan oleh Frick (dalam Pitana, 2007) bahwa
makrokosmos manusia Jawa adalah lingkungan alam, sedangkan makrokosmosnya
adalah arsitektur sebagai ruang tempat hidup yang merupakan gambaran
makrokosmos yang tak terhingga.
Bagian fisik dari perwujudan rumah tradisional rumah Jawa yang paling
mudah diidentifikasi adalah perwujudan bentuk atap. Berbeda dengan bangunan-
bangunan tradisional lainnya di Nusantara yang mengambil filosofi bentuk sebuah
perahu, atap bangunan tradisional Jawa mengambil filosofi bentuk dari sebuah
gunung. Pada awalnya filosofi bentuk gunung tersebut diwujudkan dalam bentuk
Tajug. Pada perkembangannya, atap Tajug mengalami pegembangan menjadi atap
Joglo (tajug loro = penggabungan dua tajug) dan penyederhanaan menjadi atap
Limasan dan Kampung (Prijitomo, 1995; Ismunandar, 1986; Pitana, 2007).
Dalam sistem struktur bangunan tradisional Jawa, struktur atap ditopang dan
diikat oleh saka (kolom atau tiang), yang kemudian diteruskan ke pondasi bangunan
yangb berbentuk umpak (pondasi setempat yang terbuat dari batu berbentuk
trapesium). Kolom utama penyangga atap bangunan adalah saka guru, yang
berjumlah 4 buah. Jumlah dari saka guru ini merupakan simbol adanya pengaruh
kekuatan dari 4 penjuru mata angin, atau biasa disebut konsep Pajupat. Dalam
konsep ini, manusia berada di tengah perpotongan arah mata angin, tempat yang
dianggap mengandung getaran magis yang amat tinggi. (Pitana, 2007).
BAB IV KONSEP
4.1 Konsep Dasar Perancangan
Masyarakat Jawa memiliki kosmologi dan kepercayaan yang amat
berpengaruh dalam arsitektur bangunannya. Herusatoto (dalam Pitana, 2007)
menyebutkan bahwa manusia jawa dalam kehidupannya selalu beruhasa menjaga
keseimbangan dan keharmonian jagadnya yang meliputi jagad alit dan jagad gede.
Jagad Alit yang berupa mikrokosmos dan Jagad Gede yang merupakan
makrokosmos seperti yang dijelaskan oleh Frick (dalam Pitana, 2007) bahwa
makrokosmos manusia Jawa adalah lingkungan alam, sedangkan makrokosmosnya
adalah arsitektur sebagai ruang tempat hidup yang merupakan gambaran
makrokosmos yang tak terhingga.
Bagian fisik dari perwujudan rumah tradisional rumah Jawa yang paling
mudah diidentifikasi adalah perwujudan bentuk atap. Berbeda dengan bangunan-
bangunan tradisional lainnya di Nusantara yang mengambil filosofi bentuk sebuah
perahu, atap bangunan tradisional Jawa mengambil filosofi bentuk dari sebuah
Secara visual, semakin tertutup suatu ruang, semakin tinggi tingkat kesakralannya.
(Pitana, 2007)
Gambar 4. 8 Konsep Penerapan Struktur Atas dan Atap (Sumber: Perodiag.blogger.com, 2020)
Gambar 4. 8 Konsep Penerapan Struktur Atas dan Atap (Sumber: Perodiag.blogger.com, 2020)
Pada tapak sebaiknya memperbanyak saluran air dan resapan air sehingga
tidak terjadi genangan pada tapak, terutama pada lahan berkontur yang dapat