Anda di halaman 1dari 155

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

(PAA)

PERANCANGAN RESTORAN WARALABA DAN


HOTEL BUTIK DI BANYUURIP MAGELANG
Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Strata 1

DISUSUN OLEH
MUHAMMAD IQBAL FARHAN
NIM: 41215210011

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN 2020/2021
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Latar Belakang Proyek
Pariwisata merupakan prospek bisnis yang bisa menjadi sangat menjanjikan
bagi siapa saja yang dapat memanfaatkan dan mengembangkannya. Terutama
dengan kota yang sedang berkembang dengan pesat yang dapat menawarkan
sesuatu yang jarang ditemukan dalam kehidupan perkotaan. Kota Magelang
menjadi salah satu kota dengan potensi pariwisata terbesar dan juga sedang
mengalami perkembangan ekonomi yang cukup pesat dalam segi turisme.

Magelang merupakan kota dengan topografi yang menarik. Kota yang


terletak di antara dua gunung ini manawarkan pengalaman yang tidak mudah
didapatkan dalam kehidupan masyarakat kota. Suasana yang sejuk dan alam yang
masih tergolong asri memikat para wisatawan lokal maupun luar negeri untuk
datang menikmati pengalaman ini, yang terus mengembangkan sektor wisata kota
Magelang.

Selain topografi dan suasana alam kota Magelang yang terus menarik
wisatawan, salah satu alasan utama kota Magelang berkembang pesat dalam segi
pariwisata adalah banyaknya candi-candi peninggalan masyarakat zaman dahulu
yang menjadi salah satu keajaiban dunia. Magelang terkenal akan candi
Borobudurnya yang menjadi candi terbesar dan terkompleks dalam sejarah.
Magelang juga merupakan kota dengan candi-candi yang lain selain candi
Borobudur seperti candi Pawon, candi Mendut, Candi Lumbung dan lainnya. Nilai
sejarah, budaya dan misteri yang terdapat pada candi-candi ini merupakan daya
tarik utama para wisatawan lokal maupun internasional.

Dengan berkembangnya sektor wisata, berkembang pula sektor industri lain


seperti restoran, akomodasi, hiburan, dan sektor lainnya yang pada akhirnya
membantu mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan tingkat

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 1
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

pendapatan warga sekitar. Meningkatnya ekonomi, nilai sosial, dan kualitas


lingkungan dapat membuat masyarakat sekitar sejahtera.

Dalam tugas akhir ini, akan dirancang Hotel dan Resort yang berlokasi di
kota Magelang. Lebih tepatnya di Jalan Magelang Salatiga, Desa Banyuurip,
Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Dengan menerapkan tema Neo
Vernakular demi mempertahankan karakteristik dan budaya kota Magelang yang
merupakan daya tarik wisatawan yang datang ke kota Magelang serta Green
Building untuk mewujudkan bangunan ramah lingungan dan tetap menjaga
keasrian kota Magelang.

1.1.2 Latar Belakang Tema


Magelang adalah kota yang menjadi tempat wisata dikarenakan nilai budaya
dan sejarahnya yang amat kuat. Sehingga perlu adanya penerapan nilai budaya dan
sejarah pada perancangan bangunan agar menjadi daya tarik dengan ciri khas kota
Magelang dan tetap menjaga karakteristik serta budaya setempat. Maka dari itu
penerapan Neo Vernakular amat penting dalam perancangan bangunan Hotel dan
Resort untuk menyambut wisatawan lokal maupun internasional.

Bangunan dalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan


dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal,
material dan adat istiadat (Krier, 1971). Arsitektur Neo Vernakular merupakan
suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagao respon dan
kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme
yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo Vernakular
merupakan konsep arsitektur yang pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-
kaidah normatif, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat
lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselaran antara bangunan, alam dan
lingkungan.

Saat ini tema Green Building telah menjadi kewajiban untuk setiap
perancangan bangunan terutama di kota-kota besar termasuk di kota Magelang.
Demi mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih baik dan nyaman serta

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 2
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

mengurangi dampak buruk bangunan pada lingkungan sekitar. Terutama untuk


bangunan Hotel dan Resort di Magelang yang merupakan kota wisata yang menjada
kualitas dan keasrian lingkungan.

Green Architecture adalah sebuah proses perancangan dengan mengurangi


dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan
efisiensi dan pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan dan
pengelolaan sampah efektif dalam tatanan arsitektur (FuturArch, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah pada Laporan Perancangan Arsitektur Akhir ini adalah:

1. Bagaimana merancang Hotel dan Resort untuk memenuhi kebutuhan dan


memiliki nilai jual untuk wisatawan di Magelang?
2. Bagaimana cara menerapkan tema Neo Vernakular dan Green Building
pada rancangan Hotel dan Resort di Magelang?

1.3 Maksud dan Tujuan Perancangan


1.3.1 Maksud Perancangan
Maksud dari perancangan Hotel dan Resort ini adalah sebagai tempat
peristirahatan dan belanja wisatawan dengan segala kebutuhan lainnya sebagai
pendukung perkembangan sektor wisata kota Magelang.

1.3.2 Tujuan Perancangan


1. Dapat merencanakan dan merancang Hotel dan Resort yang memiliki nilai
jual serta memenuhi kebutuhan bagi wisatawan di Magelang.
2. Menjadi rancangan bangunan yang mengusung tema Neo Vernakular dan
mengutamakan prisip Green Building.

1.4 Lingkup dan Batasan Perancangan


1.4.1 Lingkup Perancangan
1. Membahas tentang latar belakang, permasalahan dan tujuan dilakukannya
perancangan Hotel dan Resort.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 3
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2. Membahas tentang studi Hotel dan Resort seperti studi bangunan dan studi
ruang.
3. Menganalisa tapak dan memberikan tanggapan serta rencana untuk
rancangan bangunan.
4. Menjelaskan konsep yang akan diterapkan pada bangunan.
5. Membuat rancangan dan gambar Pra-Desain

1.4.2 Batasan Perancangan


1. Rancangan dan gambar hanya sampai pada tahap Pra-Desain seperti Denah,
Tampak, Potongan, Detail-detail Arsitektural, Gambar 3D dan beberapa
gambar dan dokumen tambahan.
2. Tidak merancangan rencana struktur dan MEP secara terperinci, tetapi
hanya perletakan dan ukuran awal sebagai acuan arsitektural.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, permusan masalah, tujuan dan maksud
oerancangan serta batasan perancangan.

BAB II STUDI PUSTAKA

Bab ini berisi kajian deskripsi Kerangka Acuan Kerja yang memuat pasal-
pasal yang berlaku di dalamnya, serta kajian teknis dan sistematis mengenai studi
banding dan pengumpulan referensi terkait dengan judul perancangan.

BAB III DATA DAN ANALISA

Bab ini berisikan informasi-informasi dan juga temuan lapangan eksisting


baik data fisik maupun non-fisik. Setelah itu akan dikupas dalam analisa fisik dan
non-fisik. Pada akhirnya didapatkan konsep zoning yang diterapkan pada objek
studi banding tersebut.

BAB IV KONSEP

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 4
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Bab ini bisa dikaitkan dengan tema perancangan. Berisi tentang apa yang
menjadi fokus dalam merancangm serta inovasi yang dapat ditawarkan. Penjabaran
rinci dari konsep dasar dalam aplikasi rancangan ini akan dijabarkan dalam sub-bab
pada bab ini.

BAB V HASIL RANCANGAN

Bab ini berisikan hasil rancangan berupa gambar perencanaan (denah,


tampak, potongan), gambar detail, gambar 3D visualisasi interior dan eksterior.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 5
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

1.6 Kerangka Berpikir

Skema 1. 1 Kerangka Berpikir (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana | 6
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Terhadap Proyek


Sebelum membahas lebih dalam mengenai apa yang dimaksud dengan hotel
dan resort pada tugas Perancangan Arsitektur Akhir (PAA) kali ini, terlebih dahulu
dijabarkan mengenai ketentuan-ketentuan atau regulasi yang terkait dalam tugas
perancangan kali ini. Berikut ini merupakan dasar pemahaman terhadap kerangka
acuan kerja.

2.1.1 Penjelasan KAK


Dalam perencanaan dokumen perencanaan kerangka acuan kerja kegiatan
berisi penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa, siap, kapan, dimana dan
bagaimana suatu kegiatan yang akan direncanakan. Dengan kata lain, KAK berisi
uraian tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan dan
hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan. KAK dalam bahasa Inggris adalah Term
of Reference atau TOR.

KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang


akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementrian Negara/Lembaga.
Dalam KAK tercakup latar be;akang, maksud dan tujuan, indikator dan keluaran,
cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggung jawab kegiatan, jadwal
kegiatan dan biaya kegiatan.

2.1.2 Definisi Proyek


Secara harfiah, hotel berasal dari bahasa latin hospitium yang berarti ruang
tamu. Kemudian kata hospitium tersebut mengalami proses perubahan pengertian
dan untuk membedakan antara Guest House dengan Mansion House (Rumah Besar)
yang berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar tersebut disebut dengan
hostel (Kumiasih, 2006). Rumah-rumah besar atau hotel tersebut disewakan kepada
masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara wakut. Selama
menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan semua tamu-tamu
selama menginap harus tunduk kepada peraturan yang dibuat atau ditentukan oleh
host (host hotel).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 7
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin


mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang terlalu
banyak sebagaimana dalam hotel, kemuadian kata hotel lambat laun mengalami
perubahan. Huruf “s” pada kata hostel tersebut menghilang atau dihilangkan orang,
sehingga kemudian kata hostel berubah menjadi hotel.

Menurut beberapa sumber yang berbeda hotel didefinisikan sebagai berikut;


Pengertian hotel menurut Dirjen Pariwisata – Depparpostel adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan, untuk
menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum,
yang dikelola secara komersial.

Dari beberapa pengertian resort menurut para ahli, yang diambil dari artikel
Sri Kumiasih adalah:

1. Resort merupakan tempat peristirahatan di musim panas, di tepi


pantai atau di pegunungan yang banyak dikunjungi (Echois, 1987).
2. Resort merupakan tempat wisata atau rekreasi yang sering
dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati
potensi alamnya (Hornby, 1974).
3. Resort adalah sebuah tempat menginap yang mempunyai fasilitas
khusus untk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tenis, golf,
spa, dan fasilitas concierge berpengalaman dan mengetahui betul
lingkungan sekitar resort apabila ada tamu yang ingin melakukan
hitch-hiking/berkeliling sambil menikmati pemandangan di sekitar
resort (Pendit, 1999)
4. Resort adalah sebuah kawasan yang terencana dan tidak hanya
sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi
(Pendit, 1999).

Dari pengertian resort diatas dapat disimpulkan bahwa resort merupakan


tempat dimana orang berwisata dengan menikmati fasilitas serta keindahan alam
yang tersedia. Sebuah hotel resort menurut Pendit sebaiknya mempunyai lahan

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 8
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Terhadap Proyek


Sebelum membahas lebih dalam mengenai apa yang dimaksud dengan hotel
dan resort pada tugas Perancangan Arsitektur Akhir (PAA) kali ini, terlebih dahulu
dijabarkan mengenai ketentuan-ketentuan atau regulasi yang terkait dalam tugas
perancangan kali ini. Berikut ini merupakan dasar pemahaman terhadap kerangka
acuan kerja.

2.1.1 Penjelasan KAK


Dalam perencanaan dokumen perencanaan kerangka acuan kerja kegiatan
berisi penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa, siap, kapan, dimana dan
bagaimana suatu kegiatan yang akan direncanakan. Dengan kata lain, KAK berisi
uraian tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, masukan yang dibutuhkan dan
hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan. KAK dalam bahasa Inggris adalah Term
of Reference atau TOR.

KAK merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai kegiatan yang


akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementrian Negara/Lembaga.
Dalam KAK tercakup latar be;akang, maksud dan tujuan, indikator dan keluaran,
cara pelaksanaan kegiatan, pelaksana dan penanggung jawab kegiatan, jadwal
kegiatan dan biaya kegiatan.

2.1.2 Definisi Proyek


Secara harfiah, hotel berasal dari bahasa latin hospitium yang berarti ruang
tamu. Kemudian kata hospitium tersebut mengalami proses perubahan pengertian
dan untuk membedakan antara Guest House dengan Mansion House (Rumah Besar)
yang berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar tersebut disebut dengan
hostel (Kumiasih, 2006). Rumah-rumah besar atau hotel tersebut disewakan kepada
masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara wakut. Selama
menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan semua tamu-tamu
selama menginap harus tunduk kepada peraturan yang dibuat atau ditentukan oleh
host (host hotel).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 7
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin


mendapatkan kepuasan, tidak suka dengan aturan atau peraturan yang terlalu
banyak sebagaimana dalam hotel, kemuadian kata hotel lambat laun mengalami
perubahan. Huruf “s” pada kata hostel tersebut menghilang atau dihilangkan orang,
sehingga kemudian kata hostel berubah menjadi hotel.

Menurut beberapa sumber yang berbeda hotel didefinisikan sebagai berikut;


Pengertian hotel menurut Dirjen Pariwisata – Depparpostel adalah suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan, untuk
menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum,
yang dikelola secara komersial.

Dari beberapa pengertian resort menurut para ahli, yang diambil dari artikel
Sri Kumiasih adalah:

1. Resort merupakan tempat peristirahatan di musim panas, di tepi


pantai atau di pegunungan yang banyak dikunjungi (Echois, 1987).
2. Resort merupakan tempat wisata atau rekreasi yang sering
dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati
potensi alamnya (Hornby, 1974).
3. Resort adalah sebuah tempat menginap yang mempunyai fasilitas
khusus untk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tenis, golf,
spa, dan fasilitas concierge berpengalaman dan mengetahui betul
lingkungan sekitar resort apabila ada tamu yang ingin melakukan
hitch-hiking/berkeliling sambil menikmati pemandangan di sekitar
resort (Pendit, 1999)
4. Resort adalah sebuah kawasan yang terencana dan tidak hanya
sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi
(Pendit, 1999).

Dari pengertian resort diatas dapat disimpulkan bahwa resort merupakan


tempat dimana orang berwisata dengan menikmati fasilitas serta keindahan alam
yang tersedia. Sebuah hotel resort menurut Pendit sebaiknya mempunyai lahan

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 8
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

yang ada kaitannya dengan objek wisata, oleh sebab itu sebuah hotel resort biasanya
berada di perbukitan, pegunungan, lembah, pulung kecil dan pinggiran pantai.

2.1.3 Kriteria Desain Arsitektural


Adapun beberapa kriteria umum dalam merancang bangunan hotel resort
ialah sebagai berikut:

1. Mengusung gaya Arsitektur Neo Vernakular.


2. Seluruh bangunan diharapkan menggunakan pendekatan konsep
Green Building.

2.1.4 Dasar Acuan Perundang-undangan


Beberapa dasar acuan yang menjadi standarisasi perancangan hotel resort
diantaranya adalah:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No. 5 Tahun 2011 Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang Tahun 2010-
2030.
2. Permen PUPR No. 02 Tahun 2015 (Bangunan Gedung Hijau).
3. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomor Pm.53/Hm.001/Mpek/2013 Tentang Standar
Usaha Hotel
4. Dan beberapa peraturan teknis lainnya yang relevan.

2.1.5 Lokasi dan Kondisi Lingkungan


Lokasi pembangunan hotel resort pada Perancangan Tugas Akhir ini berada
di kota Magelang dengan luas lahan sebesar 5.030 m2. Berikut ini merupakan
pengaturan fungsi kawasan pada lokasi perencanaan dan perancangan:

1. Koefisien Luas Tanah


Besar Koefisien Luas Tanah pada tapak perancangan hotel dan
resort ini adalah 5.030 m2.
2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Besar KDB pada perancangan hotel dan resort ini adalah 3.018 m2.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 9
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

3. Koefisien Daerah Hijau (KDH)


Besar KDH pada perancangan hotel dan resort ini adalah 1.509 m2.
4. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
GSB pada tapak ini adalah sebesar 8 meter.
5. Garis Sempadan Sungai (GSS)
GSS pada bangunan ini adalah sebesar 1 meter.
6. Jumlah Lantai Maksimal
Maksimal tinggi bangunan pada tapak ini adalah 3 lantai diatas jalan
dan 2 lantai dibawah jalan.

Setelah memahami mengenai ketentuan-ketentuan atau regulasi yang


terdapat pada tugas Perancangan Arsitektur Akhir ini, berikut dapat dijabarkan
tinjauan umum mengenai proyek hotel dan resort pada kawasan kota Magelang.

2.1.6 Prinsip Desain Hotel Resort


Menurut Kurniasih (2006), penekanan perencanaan hotel yang
diklasifikasikan sebagai hotel resort dengan tujuan pleasure dan rekreasi adalah
adanya kesatuan antara bangunan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dapat
diciptakan harminosasi yang selaras. Disamping itu perlu diperhatikan pula bahwa
suatu tempat yang sifatnya rekreatif akan banyak dikunjungi wisatawan pada waktu
tertentu, contohnya pada hari libur. Dalam merencanakan sebuah hotel resort perlu
diperhatikan prinsip-prinsip desain yang mendukung dari fungsi hotel itu sendiri.
Prinsip-prinsip desain tersebut yang pertama adalah; kebutuhan dan persyaratan
individu dalam melakukan kegiatan wisata, yang meliputi; suasana tenang dan
mendukung untuk istirahat, fasilitas olah raga dan hiburan, kemudian Aloneness
(kesendirian) dan privasi, dan juga kesempatan untuk berinteraksi dengan orang
lain seperti berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, dan yang terakhir adalah
interaksi dengan lingkungan, budaya baru, negara baru dengan standar kenyamanan
rumah sendiri. Prinsip-prinsip desain yang kedua adalah pengalaman unik bagi
wisatawan, diantaranya; ketenangan, perubahan gaya hidup dan kesempatan
relaksasi, kedekatan dengan alam, kemudia memiliki skala yang manusiawi. Dapat
melakukan aktifitas yang berbeda seperti oleh raga dan rekreasi. Keakraban dalam

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 10
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

hubungan dengan orang lain diluar lingkungan kerja, serta pengenalan terhadap
budaya dan cara hidup yang berbeda. Menciptakan suati citra wisata yang menarik.

Jadi sebuah bangunan hotel resort yang berlokasi di daerah wisata


seharusnya memiliki fasilitas yang ada kaitannya dengan rekreasi setempat,
sehingga dalam penciptaan citra wisata didalam fungsi hunian tetap terjaga.

2.1.7 Faktor Penyebab Timbulnya Hotel Resort


Sesuai dengan tujuan dari keberadaan Hotel Resort yaitu selain untuk
menginap juga sebagai sarana rekreasi. Menurut Kurniasih (2006) timbulnya hotel
resort disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

a) Kebutuhan manusia akan rekreasi.


Menusia pada umumnya cenderung membutuhkan rekreasi untuk
dapat bersantai dan menghilangkan kejenuhan yang diakibatkan
oleh aktivitas mereka.
b) Kesehatan.
Gejala-gejala stress dapat timbul akibat pekerjaan yang melelahkan
sehingga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Untuk
dapat memulihkan kesehatan baik para pekerja maupun para manula
membutuhkan kesegaran jiwa dan raga yang dapat diperoleh di
tempat berhawa sejuk dan berpemandangan indah yang disertai
dengan akomodasi penginapan sebagai sarana peristirahatan.
c) Keinginan menikmati potensi alam.
Keberadaan potensi alam yang indah dan sejuk sangat sulit
didapatkan di daerah perkotaan yang padat dan sesak dengan polusi
udara. Dengan demikian keinginan masyarakat perkotaan untuk
menikmati potensi alam menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi secara langsung. Oleh sebab itu hotel resort menawarkan
pemandangan alam yang indah dan sejuk sehingga dapat dinikmati
oleh pengunjung ataupun pengguna hotel tersebut (Pendit, 1999).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 11
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Berdasarkan poin-poin diatas dapat disimpulkan bahwa timbulnya hotel


resort dikeranakan oleh kondisi manusia yang membutuhkan hiburan berupa
kenikamatan keindahan alam.

2.1.8 Produk Hotel


Produk hotel terdiri dari dua komponen utama yaitu barang dan jasa (good
and services). Barang (good) adalah segala sesuatu yang berwujuf, dapat diukur,
disentuh, dilihat serta dikonsumsi atau dimiliki oleh semua tamu sesaat setelah
terjadi transaksi pembayan seperti makanan, minuman, peralatan mandi, souvenir
dan sebagainya. Sedangkan jasa (service) adalah suatu produk yang tidak nyata
(intangible) dari hasil kegiatan timbal balik antara pemberi jasa (producer) dan
penerima jasa (customer) melalui suatu atau beberapa aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.

Prof. Phillip Kotler memberi batasan tentang jasa sebagai berikut:

“Pelayanan (Service) adalah suatu aktivitas yang memberikan manfaat dan


ditawarkan oleh suatu pihak lain dalam bentuk yang tidak nyata (intangible) dan
tidak menimbulkan perpindahan kepemilikan, seperti halnya terjadi pada produk
manufaktur”, yaitu comfort, convinient, courtesy and security – kenyamanan,
kemudahan, keramahan, dan keamanan.

2.1.9 Pendapatan Hotel


Pendapatan hotel diperoleh dari:

 Persewaan : Kamar, Ruang Meeting, Rental Space.


 Penjualan : Makanan dan minuman.

2.1.10 Klasifikasi Hotel


2.1.10.1 Berdasarkan Pembagian Kamar
a. Single room, yaitu dalam satu kamar, terdapat satu tempat tidur
untuk satu orang tamu.
b. Twin room, yaitu dalam satu kamar terdapat dua tempat tidur
untuk dua orang tamu.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 12
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

c. Triple room, yaitu dalam satu kamar terdapat double-bed atau


twin bed untuk dua orang tamu dan ditambah extra bed (untuk
tiga orang tamu)
d. Junior suite room, yaitu satu kamar besar terdiri dari ruang tidur
dan ruang tamu.
e. Suite room, yaitu kamar yang terdiri dari dua kamar tidur untuk
dua orang ditambah ruang tamu, ruang makan, dan ruang dapur
kecil.
f. President suite room, yaitu kamar yang terdiri dari tiga kamar
besar: kamar tidur, kamar tamu, ruang makan dan dapur kecil.

2.1.10.2 Berdasarkan Letak dan Fasilitas Kamar


a. Connecting room, kamar yang terdiri dari dua buah kamar
berdekatan, antara kamar yang satu dengan yang lain dan
dihubungankan oleh sebuah pintu.
b. Adjoining room, dua kamar yang berdekatan dan tidak
mempunyai pintu penghubung.
c. Inside room, kamar-kamar yang menghadap ke bagian belakang
hotel (facing the back).
d. Outside room, kamar-kamar yang menghadap ke jalan raya
(facing the street).
e. Lanais, kamar-kamar yang berlokasi di kawasan pantai atau
kolam renang, kamar ini dilengkapi dengan atau tanpa tempat
tidur. Lokasi kamar ini biasanya terpisah dari gedung utama.
f. House use room, kamar yang diperuntukan bagi staf hotel yang
mempunyai otoritas dan digunakan sebagai tempat tinggal dalam
jangka waktu tertentu karena dinas.

2.1.11 Jenis Hotel


Berikut adalah pengelompokan hotel berdasarkan target pemasaran, yaitu:

a. Commercial Hotels

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 13
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Ditujukan pada orang yang pekerjaanya berhubungan dengan berpergian


seperti bisnis manajer, kelompok meeting dan seminar. Tipe hotel komersial
merupakan tipe hotel terbesar dan fungsi utamanya adalah untuk melayani
klien bisnis.
b. Airport Hotels
Hotel bandara terkenal karena kedekatannya dengan pusat perjalanan
terbesar. Hotel bandara merupakan hotel yang memiliki ukutan pelayanan
yang luas. Ditujukan kepada klien bisnis, penumpang pesawat dengan
penerbangan malam atau pembatalan penerbangan dan pegawai perusahaan
penerbangan. Hotel ini memiliki limousine dan van yang banyak
dimanfaatkan untuk mengantardan menjemput tamu antara hotel dengan
bandara, beberapa hotel bandara menyediakan fasilitas ruang pertemuan
bagi tamu yang datan dengan pesawat terbang dan hendak melakukan
sebuah pertemuan. Menurut Sugiarto (1996) “Hotel bandara adalah hotel
yang terletak satu kompleks dengan bangunan dengan lapangan udara atau
berada di sekitar bandara. Target market dari jenis tamu hotel ini adalah para
usahawan atau penumpang pesawat yang penerbangannya mengalami
penundaan, juga para kru pesawat terbang.”
c. Suite Hotels
Hotel ini ditujukan untuk keluarga yang berlibur dan seseorang yang ingin
menikmati kenyamanan saat berpergian jauh dari rumah. Hotel ini juga
dimanfaatkan pula oleh para profesional seperi akuntan, pengacara, para
executive karena salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh hotel jenis ini
adalah kamar mandi terpisah. Adanya ruang kerja yang terpisah dengan
kamar memberikan kenyamanan bagi para profesional ini dalam bekerja.
d. Extended Stay Hotels
Hotel ini didirikan untuk menyediakan layanan bagi tamu yang datang
dengan tujan untuk tinggal selama lima hari atau waktu yang lebih lama.
Tamu yang menginap di hotel ini biasanya tidak terlalu membutuhkan
layanan dari hotel. Tidak seperti tipe hotel lainnya, tarif kamar ditentukan
dari lamanya tamu tinggal di hotel tersebut. Jenis hotel ini hampir sama

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 14
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

dengan suite hotels, namun hotel ini menyediakan peralatan dapur


sedangakan suite hotels tidak.
e. Residential Hotels
Ditujukan kepada tamu yang ingin tinggal di hotel dalam jangka waktu yang
panjang dengan melakukan kontrak tinggal terlebih dahulu. Kamar
akomodasi dengan kamar mandi dan ruang tamu terpisah, tipe kamarnya
seperti kamar suite. Jenis akomodasi ini disediakan untuk orang yang berada
di pinggiran kota, bersifat permanen atau jangka panjang.
f. Leisure Market (Resort Hotel)
Hotel ini ditujukan untuk orang yang bepergian, rekreasi, olahraga atau
untuk hiburan. Hotel ini bersifat musiman pada saat high season aktivitas
hotel tinggi dan tutup selain dari hari-hari tersebut.
g. Bed and Breakfast Hotels
Sebuah hotel yang terdiri dari 20-30 kamar. Dengan memberikan
penawaran kamar dan sarapan. Pemilik hotel ini biasanya tinggal di dalam
hotel ini dan bertanggung jawab terhadap penyediaan sarapan tamu.
h. Casino Hotels
Sebuah hotel yang fungsi utamanya adalah sebagai pendamping dari sebuah
casino. Layanan di dalam kamar, makanan, dan minuman bukanlah tujuan
utama untuk memperoleh keuntungan. Target market dari hotel ini adalah
orang yang sedang mengunjungi casino, mencari hiburan dan ingin
menggunakan fasilitas menginap di hotel ini.
i. Conference Hotels
Dirancang untuk kelompok meeting dan hampir keseluruhan pelayana hotel
ini menawarkan akomodasi bermalam selama meeting diadakan. Hotel ini
menekankan pada penyediaan layanan dan peralatan yang dibutuhkan untuk
kelancaran jalannya meeting.
j. Convention Hotels
Menawarkan lebih dari dua ribu kamar. Fasilitas hotel ini didesain untuk
mengakomodasi tamu dalam jumlah yang banyak untuk suatu event yang
besar.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 15
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Berikut adalah pengelompokan hotel berdasarkan kemewahan, yaitu:

a) Luxurious hotel
Hotel mewah. Desain dan tingkat pelayanan yang menekankan kepada
ekslusifitas, kualitas pelayanan dan menargetkan pelanggan kelas atas dan
VIP. Dilengkapi dengan fasilitas yang mewah dan semuanya serba megah.
Mulai dari kamar dengan view yang paling indah di lokasi hotel tersebut
berada, sampai pelayanan hotel seperti pengantaran makanan sampai
jemputan eksklusif.
b) Boutique hotel
Hotel butik termasuk juga hotel mewah, walaupun tidak semegah dan
semewah luxurious hotel dan tidak memiliki kamar yang banyak. Hotel ini
bisa berbintang 3, 4 atau 5. Mewahnya hotel ini terdapat pada keunikan
desain bangunan, pelayanan yang lebih personal dan pengalaman menginap
yang lebih intim. Hotel butik juga pada umumnya menekankan desain
bangunan, interior dan pelayanan sesuai dengan tema atau lokasi hotel
tersebut.
c) Normal hotel
Hotel yang paling umum baik di kota maupun di daerah wisata. Kemewahan
dan kelengkapan fasilitasnya didasarkan pada bintang yang disandang hotel
tersebut.

2.1.12 Hotel Butik


2.1.12.1 Sejarah Hotel Butik
Istilah hotel butik pertama kali dicetuskan oleh Steve Rubell ketika ia dan
Ian Schrager membuka hotel yang bernama Morgans Hotel di New York pada tahun
1984. “Hotels are like department store. They’re trying to be all thing for all people.
This is different, it’s like a boutique” – Hotel-hotel (pada saat itu) seperti toko serba
ada. Mencoba untuk menjadi semuanya kepada semua orang. Tapi ini (Morgans
Hotel) berbeda, seperti butik. Yang dimaksud oleh Steve disini adalah pada saat itu
hotel memiliki desain yang seragam dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang
seragam untuk menarik pelanggan dari semua kalangan masyarakat. Namun

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 16
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Morgan Hotel tidak seperti hotel pada umumnya pada saat itu yang memiliki desain,
bentuk dan tingkat pelayanan yang berbeda. Pelayanan yang lebih intim dan
keakbraban yang lebih hangat dibanding hotel yang termasuk kedalam jaringan
hotel-hotel ternama saat itu. Semenjak saat itu istilah hotel butik semakin dicari
orang yang menginginkan pengalaman berbeda pada saat mereka menginap di hotel
dan semakin menjamur pula bangunan hotel butik di seluruh dunia.

2.1.12.2 Pengertian Hotel Butik


Hotel Butik menurut kamus Cambridge University adalah “A small, stylish,
and fashionable hotel that is not a part of a chain or a group of hotels belonging to
one company” – Hotel butik adalah hotel kecil, bergaya, dan modis yang tidak
termasuk kedalam jaringan hotel-hotel yang dimiliki suatu perusahaan. Hotel butik
adalah hotel dengan fasilitas mewah dari berbagai ukuran dengan pengaturan yang
unik (Arsitag.com). David L. Jones (2013) menjelaskan bahwa hotel butik adalah
“small, stylish hotels that offers high level of service”, hotel kecil dan bergaya yang
menawarkan pelayanan tingkat tinggi.

Hotel butik menaruh penekanan yang kuat kepada desain, suasana dan
penawaran pelayanan yang personal. Lokasi, kualitas, keunikan, pelayanan yang
ditawarkan dan personalitas kualitas pelayanan telah diidentifikasikan sebagai lima
atribut teratas untuk hotel jenis ini (Mandy, 2007).

Sejumlah artikel juga menjelaskan tentang apa hotel butik itu seperti yang
ditulis oleh Tripsavvy yang menyebutkan bahwa hotel butik memiliki ukuran yang
kecil, tidak sampai 100 kamar atau lebih, memiliki kepribadian yang kuat, kaya
akan budaya lokal dan berfokus kepada pelayanan. Hal ini juga disebutkan dalam
artikel yang ditulis oleh Covington yang menjelaskan bahwa hotel butik memiliki
perhatian lebih kepada dekorasi dan detail yang pada umumnya disesuaikan dengan
kontek lokasi seperti warisan budaya atau tema lokasi setempat. Artikel Covington
juga menyebutkan bahwa hotel butik memiliki pelayanan dengan selera humor dan
keakraban yang tidak akan ditemui pada hotel-hotel branded lainnya. Hotel butik
juga sering diincar oleh individu yang menginginkan pengalaman yang berbeda

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 17
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

ketika menginap dan berwisata, individu yang senang mencoba hal baru dan dengan
keingintahuan yang besar.

Berdasarkan dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hotel


butik adalah hotel yang tidak mengikuti standar yang ada pada hotel-hotel tipikal
branded pada umumnya. Namun, meski tidak ada peraturan khusus mengenai
standar pelayanan hotel butik terdapat beberapa hal yang menonjol dan terus
menerus disebutkan dalam beberapa artikel dan jurnal yang sudah disebutkan
sebelumnya. Berikut adalah penjabaran hotel butik sebagai berikut:

 Ukuran
Hotel butik berukuran kecil yang hanya memiliki dari 10-100 unit
penginapan. Hal ini disebabkan oleh hotel butik cenderung
menargetkan individualitas, ketenangan dan privasi serta keakraban
yang tidak bisa didapat dalam kehidupan perkotaan.
 Pelayanan
Meski tidak memiliki standar yang pasti dan peraturan yang jelas
tentang hotel butik ini, namun pelayanan yang ditawarkan oleh
hotel butik ada dalam level yang berbeda. Lain dengan hotel-hotel
tipikal pada umumnya yang memperlakukan semua pengunjungnya
dengan cara yang sama dan monoton, hotel butik memiliki
pelayanan dalam tingkat yang personal. Pelayanan yang terdapat
dalam hotel butik ini begitu dekat dan akrab serta unik antara
masing-masing pengunjung sesuai dengan karakter pengunjung
tersebut. Bahkan beberapa hotel butik memiliki selera humor dalam
melakukan pelayanan terhadap pelanggannya.
 Desain
Setiap hotel butik memiliki keunikan dan kekhasan dalam desain
bangunan, dekorasi dan furniturnya. Semua tergantung dengan
tema hotel dan target pengunjung yang ditetapkan oleh pemilik
hotel.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 18
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

 Lokasi
Berkaitan dengan desain, lokasi hotel butik sangat mempengaruhi
desain dan pengalaman pelanggannya. Hotel butik pada umumnya
berada pada daerah wisata yang banyak dikunjungi. Hotel butik
biasanya akan menyesuaikan desain bangunan sesuai dengan
konteks lingkungan yang berada disekitarnya, mencoba
melestarikan budaya lokal lewat desain bangunan dan pelayanan
hotel tersebut.

Hotel butik adalah hotel kecil yang bergaya dan modis yang tidak mengikuti
standar hotel-hotel tipikal namun memberikan pelayanan dan pengalaman yang
unik tergantung tema, lokasi dan budaya yang terdapat pada hotel butik tersebut.
Dengan kata lain, hotel butik merupakan hotel yang dengan desain yang dinamis
dan mencoba beradaptasi dengan budaya lokal namun tetap memberikan fasilitas
dan kenyamanan layaknya hotel pada ummnya.

2.1.12.3 Faktor Penyebab Munculnya Hotel Butik


Industri perhotelan merupakan industri yang terus menerus mengalami
peningkatan. Namun, hotel-hotel kebanyakan hanya sebatas industri yang tujuan
utamanya adalah untuk menghasilkan keuntungan. Hal ini menyebabkan
banyaknya hotel mengadopsi desain yang monoton dan pelayanan yang seragam
untuk mengurangi biaya pemeliharaan gedung dan pelatihan staff gedung.
Kemudian hal tersebut diikuti oleh hotel-hotel lainnya untuk membuat pelanggan
tahu apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka memasuki hotel dengan
kategori yang sama seperti fasilitas, kualitas kamar dan pelayanan.

Setiap hotel juga melakukan penyetaraan ini juga untuk menyetarakan harga
sebagai alat untuk alasan marketing. Harga yang kompetitif cenderung menarik
lebih banyak pelanggan. Setiap hotel akan berusaha membuat para tamunya untuk
merasa betah dan nyaman untuk tinggal di hotel mereka. Namun seiring berjalannya
waktu, pengunjung merasa jenuh melihat kamar yang terlihat sama dan tanpa
karakter. Untuk mengatasi kondisi pasar ini, sejumlah hotel menawarkan produk

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 19
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

 Hotel butik berfokus kepada makanan dan minuman.

2.1.14 Tinjauan Program Ruang Hotel


2.1.14.1 Sirkulasi
Sirkulasi pada bangunan hotel yang dirancang pada kecamatan Banyuurip
kabupaten Magelang ini menggunakan pola linear yang memanjang. Sirkulasi ini
dibutuhkan untuk mengikuti bentuk site dan mempermudah pergerakan penghuni
di dalam bangunan. Sirkulasi pada bangunan ini dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Jalur Sirkulasi Publik


Jalur ini merupakan sirkulasi utama seluruh pengunjung baik pengguna
hunian maupun pengguna fasilitas hotel serta karyawan dan pengelola hotel.
Jalur ini bisa dilewati oleh pejalan kaki hingga kendaraan roda 4. Jalur ini
akan digunakan sebagai jalur entrance yang merupakan jalur utama
langsung menuju lobby dengan perpaduan sirkulasi linear dan radial untuk
memungkinkan untuk mengaskses dan keluar tapak.
2. Jalur Sirkulasi Semi-Privat
Jalur ini merupakan sirkulasi di dalam hotel bagi penghuni dan pengunjung
unit hunian hotel segala tipe kamar. Jalur sirkulasi ini bersifat menyebar ke
seluruh tipe unit hunian dimana jalur ini berupa jlur pedestrian serta
penggunaan mobil sejenis shuttle car untuk mempermudah pedestrian untuk
mengakses ke seluruh kawasan hotel dan fasilitas bangunan.
3. Jalur Sirkulasi Privat
Jalur in merupakan sirkulasi langsung yang hanya digunakan oleh penghuni
dan pengunjung suite room, dimana penghuni memiliki akses khusus
langsung ke hunian dengan sistem keamanan tersendiri. Melalui jalur ini
juga akan mampu mengakses fasilitas-fasilitas yang ada di dalam tapak.
Jalur ini juga digunakan untuk staff dan karyawan yang memiliki akses
khususdan tersembunyi dari jalur-jalur yang dilewati pengunjung.

Ketiga pola pergerakan pada hotel tersebut dapat diolah untuk menciptakan
karakter tropis yang menyatu dengan alam melalui beberapa cara, antara lain:

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 22
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

mengikuti topografi tapak yang menurun dan memanfaatkan sungai kecil yang
berada di dalam tapak.

2.1.14.2 Standar Kebutuhan Ruang Pada Hotel


1. Parking Area.
Berdasarkan pedoman teknis penyelenggara (1996) terdapat beberapa
standar mengenai pola parkir yang dapat diajadikan acuan dalam merancang
area parkir sebagai berikut.
a. Pola Parkir Mobil Penumpang.
Pola parkir pulau dapar diterapkan apabila ketersediaan lahan/ruang
cukup luas. Pola parkir pulau ini dapat membentuk 90° dan 45°.

Gambar 2. 4 Pola Parkir Sudut 90° dan 45° (Sumber: Data Arsitek Jilid 2)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 23
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

b. Pola Parkir Sepeda Motor

Pada umumnya posisi kendaraan sepeda motor menggunakan sudut


90°. Dikarenakan tidak banyak ruang yang diambil dan tidak
memerlukan ruang untuk sirkulasi seperti mobil dan truk/bus.

2. Entrance
Entrance atau pintu utama pada sebuah hotel merupakan hal yang
sangan penting karena area ini biasanya dijadikan sebagai salah satu
patokan bagi para pengunjung untuk memilih sebuah hotel. Desain entrance
harus dapat menarik pengunjung untuk masuk ke dalam hotel. Pada entrance
harus disediakan area untuk menerima pengunjung bagi pengunjung yang
datang. Pintu masuk ke dalam hotel harus cukup untuk dilewati pengunjung
yang membawa tas atau troli barang (lebar min. 0.9m). Sedangkan untuk
standar area parkir kendaraan adalah min. 5.5m dengan ketinggian 5m.
Standar ketinggian ramp untuk pengunjung yang menggunakan kursi roda
adalah 1:10 atau 1:12.

3. Lobby
Lobi merupakan pusat sirkulasi pada sebuah hotel. Kegiatan yang
berlangsung pada area lobi adalah mendaftar di resepsionis, menanyakan
informasi, dan/atau menunggu.
Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pengunjung Mencari informasi Front desk
Memesan kamar (Resepsionis)
Menitipkan pesan
Membayar tagihan
Toilet
Duduk menunggu Toilet
Ruang tunggu

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 24
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Pengelola Melayani tamu Semua ruangan pada


hotel
Tabel 2. 1 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang (Sumber: Kerangka Acuan Kerja)

Pada area lobi juga terdapat retail shop yang disediakan untuk
memenuhi kebutuhan tamu seperti agen perjalanan, toko cinderamata,
salon, lounge, dan coffee shop. Standar yang digunakan untuk mendesain
sebuah lobi hotel adalah sebagai berikut:

Typical Space Requiments Per Room In Hotel (m2)

Main Lobby including front desk 0.8 – 1.0


Combined lobby/lounge area 0.9 – 1.2

Tabel 2. 2 Standar Dimesi Lobi Hotel (Sumber: Lawson, 1980)

Fasilitas Dimension Area (m2)


Front Desk
50 guest rooms 5.50
100 guest rooms 9.50
200 guest rooms 18.5
400 guest rooms 30.0
Counter space for writing 0.75 x 0.6 (lxd)
Space in front of desk for guest standing with luggage 0.9 x 0.9 (lxd)
Additional circulation space for person passing (with
1.80
luggage)
Counter space for clerk with allowance for equipment
1.5 x 0.6 (lxd)
and fits
Space behind desk allowing for working at counter and
1.05
circulation

Restroom and Toilets

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 25
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

b. Pola Parkir Sepeda Motor

Pada umumnya posisi kendaraan sepeda motor menggunakan sudut


90°. Dikarenakan tidak banyak ruang yang diambil dan tidak
memerlukan ruang untuk sirkulasi seperti mobil dan truk/bus.

2. Entrance
Entrance atau pintu utama pada sebuah hotel merupakan hal yang
sangan penting karena area ini biasanya dijadikan sebagai salah satu
patokan bagi para pengunjung untuk memilih sebuah hotel. Desain entrance
harus dapat menarik pengunjung untuk masuk ke dalam hotel. Pada entrance
harus disediakan area untuk menerima pengunjung bagi pengunjung yang
datang. Pintu masuk ke dalam hotel harus cukup untuk dilewati pengunjung
yang membawa tas atau troli barang (lebar min. 0.9m). Sedangkan untuk
standar area parkir kendaraan adalah min. 5.5m dengan ketinggian 5m.
Standar ketinggian ramp untuk pengunjung yang menggunakan kursi roda
adalah 1:10 atau 1:12.

3. Lobby
Lobi merupakan pusat sirkulasi pada sebuah hotel. Kegiatan yang
berlangsung pada area lobi adalah mendaftar di resepsionis, menanyakan
informasi, dan/atau menunggu.
Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pengunjung Mencari informasi Front desk
Memesan kamar (Resepsionis)
Menitipkan pesan
Membayar tagihan
Toilet
Duduk menunggu Toilet
Ruang tunggu

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 24
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

4. Hotel Bedroom
Ukuran kamar tidur pada sebuah hotel dapat ditentukan
berdasarkan dimensi tempat tidur dan beberapa perabot yang digunakan
pada sebuah kamar hotel. Beberapa dimensi kamar yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam mendesain sebuah kamar hotel adalah sebagai berikut:

Guestroom Standard Dimension (m)


One bed units 3.7 x 4.3
Standard twin 3.8 x 4.9
Twin double and suites 1.8 x 5.5
4.5 x 5.5
Tabel 2. 4 Standard Dimension for Bedroom Hotel (Sumber: Lawson, 1980)

Perabot yang terdapat dalam kamar hotel adalah meja nakas, meja
tulis, kasur, lemari, peralatan dan furnitur kamar mandi dan lain lain. Sebuah
kamar hotel dapat didesain sesuai dengan kebijakan pemilik hotel dengan
pedoman standar berikut:

Standard Dimension
Furniture
Length Width Height
Bed:
 Single 2 1 0.4 – 0.7
 Double 2 1.5 0.4 – 0.7
 Twin 2 1 0.4 – 0.7
Hanging:
 Single 0.5 - 0.9
 Double 0.9 - 1.2
 Hanging for dress 0.6 - 1.75
Bedside table
 For individual 0.37 – 0.37 - 0.45 0.6 –
 Between bed 0.45 0.6 0.75
0.6 0.6 –
0.75
Luggage rack 0.75 – 0.9 0.75 – 0.9 0.45

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 27
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Writing desk 0.4 – 0.55 0.4 – 0.55 0.7 –


0.75
Mirror - - -
Tabel 2. 5 Standard Furniture Dimension for Bedroom Hotel (Sumber: Lawson, 1980)

Gambar 2. 6 Jarak Minimum Antar Tempat Tidur Hotel (Sumber: Neufert 33(2), 2002:128)

5. Service Room
Ruang servis digunakan untuk mewadahi kegiatan servis yang
merupakan bagian dari pelayanan kegiatan pada hotel. Beberapa ruang yang
dibutuhkan untuk menampung kegiatan servis adalah sebagai berikut.

Area Kebutuhan
Terdapat sirkulasi yang cukup dan
Service Lobby
area tunggu kereta dorong
 Ruang penyimpanan kereta (1
kereta untuk 12 hingga 18
kamar).
 Rak penyimpanan kain dengan
ukuran 0.6 x 0.2 x 1.5 meter.
Linen Store
 Area penyimpanan vaccuum
cleaner.
 Ruang untuk petugas, minimal
terdapat kursi dan papa
informasi.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 28
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Writing desk 0.4 – 0.55 0.4 – 0.55 0.7 –


0.75
Mirror - - -
Tabel 2. 5 Standard Furniture Dimension for Bedroom Hotel (Sumber: Lawson, 1980)

Gambar 2. 6 Jarak Minimum Antar Tempat Tidur Hotel (Sumber: Neufert 33(2), 2002:128)

5. Service Room
Ruang servis digunakan untuk mewadahi kegiatan servis yang
merupakan bagian dari pelayanan kegiatan pada hotel. Beberapa ruang yang
dibutuhkan untuk menampung kegiatan servis adalah sebagai berikut.

Area Kebutuhan
Terdapat sirkulasi yang cukup dan
Service Lobby
area tunggu kereta dorong
 Ruang penyimpanan kereta (1
kereta untuk 12 hingga 18
kamar).
 Rak penyimpanan kain dengan
ukuran 0.6 x 0.2 x 1.5 meter.
Linen Store
 Area penyimpanan vaccuum
cleaner.
 Ruang untuk petugas, minimal
terdapat kursi dan papa
informasi.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 28
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Drying line - - -
Lavatory Basin 0.55 0.4
Showers 0.8 – 0.9 0.8 – 0.9 -
Tabel 2. 7 Standard Dimension for Hotel Bathroom (Sumber: Lawson, 1980)

6. Dining Area
a. Restaurant
Restoran harus dapat menyediakan makanan dengan cepat dan mudah
dibersihkan. Kapasitas yang harus disediakan adalah 1.5 hingga 1.7 kursi
tiap kamar hotel, dengan dimensi 1.3 hingga 1.5 m2. Selain meja dan kursi,
disediakan juga bar untuk menyediakan minuman. Sirkulasi restoran juga
harus memudahkan bagi karyawan saat melayani pengunjung. Dalam
menentukan besaran restoran, ukuran yang digunakan adalah orang per
meter persegi dikarenakan kebutuhan sirkulasi, susunan meja dan lain lain
amat bervariasi. Tabel berikut memberikan panduan dasar untuk
menentukan keperluan ruang pelanggan.
Coffee shop, Main or
Ethnic or
Hotel size caféa), speciality
gourmet
(rooms) brasserie restaurant
restaurant
(seas) (seats)
50 50-75 - -
150 80 60 -
250 100 60 50
Space
b)
1.6 m2 2.0 m2 2.0 m2
provision/seat
a) Exluding poolside, café-bar and other club facilites; area also
usable for breakfast meals with buffet or table service.
b) The area required per seat, dictated mainly by size and spacing of
furniture, proportion of tables seating two persons and
arrangements for food service (buffet, table service, etc).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 30
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Biasanya terdapat lubang yang


didalamnya terdapat papan seluncur
(minimal berukuran 0.45 x 0.45
Soited linen area
meter) menuju shaft untuk
mengumpulkan kain-kain bekas
untuk dicuci.
Ruang penyimpanan berbagai
macam alat/cairan untuk
emmbersihkan ruang-ruang yang
Porter’s or cleaner’s store ada (biasanya pada kamar mandi).
Misalnya: material pembersih, kain,
sabun, deterjen, ember, peralatan
kebersihan sampai penggosok.
Untuk mengumpukan sampah dari
tiap ruangan, baik sampah plastik
maupun kertas. Biasanya melalui
sebuah shaft yang terhubung dengan
Trash chute
lantai, paling atas hingga menuju
incenerator untuk mengolah sampah
yang ada sebelum dikeluarkan dari
bangunan.

Tabel 2. 6 Standard Dimension for Service Room (Sumber: Lawson, 1980)

Untuk kamar mandi dapat digunakan standar sebagai berikut untuk


dijadikan acuan.

Area Minimun Dimension (m2)


Shower, wc basin 2.6 – 2.8
Bath basin wc
 Economy Class 2.8 – 3.3
 Average 3.7 – 4.2
Standard Dimension (m)
Area
Length Width Height
Water closet - - -
Baths 1.5 – 1.7 0.7 -

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 29
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Drying line - - -
Lavatory Basin 0.55 0.4
Showers 0.8 – 0.9 0.8 – 0.9 -
Tabel 2. 7 Standard Dimension for Hotel Bathroom (Sumber: Lawson, 1980)

6. Dining Area
a. Restaurant
Restoran harus dapat menyediakan makanan dengan cepat dan mudah
dibersihkan. Kapasitas yang harus disediakan adalah 1.5 hingga 1.7 kursi
tiap kamar hotel, dengan dimensi 1.3 hingga 1.5 m2. Selain meja dan kursi,
disediakan juga bar untuk menyediakan minuman. Sirkulasi restoran juga
harus memudahkan bagi karyawan saat melayani pengunjung. Dalam
menentukan besaran restoran, ukuran yang digunakan adalah orang per
meter persegi dikarenakan kebutuhan sirkulasi, susunan meja dan lain lain
amat bervariasi. Tabel berikut memberikan panduan dasar untuk
menentukan keperluan ruang pelanggan.
Coffee shop, Main or
Ethnic or
Hotel size caféa), speciality
gourmet
(rooms) brasserie restaurant
restaurant
(seas) (seats)
50 50-75 - -
150 80 60 -
250 100 60 50
Space
b)
1.6 m2 2.0 m2 2.0 m2
provision/seat
a) Exluding poolside, café-bar and other club facilites; area also
usable for breakfast meals with buffet or table service.
b) The area required per seat, dictated mainly by size and spacing of
furniture, proportion of tables seating two persons and
arrangements for food service (buffet, table service, etc).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 30
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

b. Lounges
Lounges pada dining area biasanya adalah ruangan yang sama
dengan lounge yang ada pada lobi. Merupakan tempat yang santai
dan dapat melepas lelah serta juga bisa dapat dijadikan sebagai
tempat melakukan bisnis.
c. Bar
Desain sebuah bar disesuaikan dengan jenis minuman yang akan
disajikan. Peletakan tempat duduk biasanya di sekeliling meja
dengan menggunakan kursi tanpa sandaran atau kursi tinggi/bar.
Dimensi khusus yang perlu diperhatikan adalah area kerja bartender
dan ketinggian counter yang dapat dicapai oleh pengunjung saat
menggunakan fasilitas bar.
d. Dapur Hotel

7. Operation Area
a. Staffing
Banyak sedikitnya jumlah karyawan ditentukan oleh jenis
pekerjaannya. Selain itu biasanya karyawan hotel akan
menggunakan seragam sehingga memerlukan sebuah ruang untuk
berganti pakaian dan menyimpan barang-barang pribadi. Standar
kebutuhan jumlah karyawan adalah sebagai berikut.

For Hotel and Residential For Non-Residential Staff


Fittings
Staff Male Female
Wcs 1 per 9 person omitting 1 for 1 – 15 1 for 1 – 12
occupants of room with wc en 2 for 16 – 35 2 for 13 – 25
suites 3 for 36 – 65 3 for 26 – 40
4 for 66 - 100 4 for 41 – 57
5 for 58 – 77

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 31
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

6 for 78 – 100
Urinal Nill up to 6
1 for 7 – 20
2 for 21 – 45
3 for 46 – 70
4 for 71 – 100
Lavatory basins 1 per bedroom and 1 per
As for wcs
bathroom
Bathroom As for wcs
Cleaner’s Sinks Minimum 1 per floor
Locker, toilet and washing room
Toilet and washing room 0.4 m2 per employee
Locker and changing room 0.7 m2 per employee
Restroom and canteen
Restroom 0.9 m2 per employee
Canteen 0.6 m2 per employee
Tabel 2. 8 Standar Kebutuhan Karyawan (Sumber: Lawson, 1980)

b. Food and beverage service


Desain sebuah dapur didasarkan pada jumlah makanan yang harus
disediakan dalam suatu periode. Berikut adalah standar dimensi
sebuah dapur.
Number of Meals at Peak
Total Area (m2)
Period
85 100
116 200
117 400
Tabel 2. 9 Standar Dimensi Dapur (Sumber: Lawson, 1980)

c. Laundry
Laundry dapat dioperasikan oleh pihak hotel atau memperbolehkan
pengunjung untuk menggunakan fasilitas laundry sebagai salah satu
fasilitas pendukung. Standar dimensi laundry adalah sebagai
berikut.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 32
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Jumlah Orang Lebar Pintu (m)


200 2.2
200 – 300 2.4
300 – 400 2.8
400 – 500 3.2
500 – 1000 4.8
1000 – 2000 6.4
2000 – 3000 14.4
3000 20.8
Tabel 2. 11 Standar Dimensi Pintu Keselamatan (Lawson, 1980)

c. Jumlah pintu keluar


Setidaknya dua pintu keluar yang terpisah secara independen harus
terdapat pada tiap tingkat bangunan. Pintu keluar harus terletak
secara terjangkau untuk semua area bangunan untuk menyediakan
jalan keluar alternatif.
9. Storage Space
Ruang penyimpanan berupa gudang yang difungsikan untuk menyimpan
perlengkapan-perlengkapan seperti kursi dan peralatan yang lainnya

Gambar 2. 7 Gudang dan bengkel (Sumber: Neufert 33(2), 2002:144)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 34
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Dari gambar diatas bisa terlihat susunan dan standar beberapa ruang yang
digunakan untuk penyimpanan.

10. Praying Room


Masyarakat Indonesia khususnya wilayah Jawa Tengah mayoritas
memeluk agama Islam sebagai kepercayaan yang dianutnya. Sebagai sarana
penunjang pada bangunan hotel ini menyediakan Musholla/Masjid. Sholat
sudah menjadi kebutuhan yang wajib untuk dilaksanakan. Masjid
merupakan tempat berdoa, pusat kebudayaan, tempat pertemuan,
pengadilan, sekolah dan universitas (Neufert, 1996).
Sebuah masjid harus tenang dan nyaman agar menunjang untuk
beribadah dengan khuyuk. Adapun ruang-ruang yang menunjang
keberadaan sebuah masjid yaitu ruang solat bagi jamaah laki-laki dan
perempuan, tempat wudhu, kamar mandi, gudang, dan ruang pengelola
masjid. Ruang solat merupakan fungsi utama dari sebuah masjid. Adapun
kebutuhan ruang solat harus memperhatikan ukuran manusia ketika solat,
terutama pada bagian sujud dan ruku. Dimensi manusia ini berpengaruh
kepada kapasitas dan luasan ruang yang dibutuhkan, dihubungkan juga
dengan kapasitas pengguna hotel. Adapun dimensi manusia pada saat solat
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. 8 Dimensi Manusia Pada Saat Solat (Sumber Neufert 33(2), 2002:249)

11. Kolam Renang


Kolam renang yang ada dalam bangunan hotel ini adalah kolam
renang tipe outdoor sesuai dalam KAK. Kolam renang outdoor/open air
hampir semuanya digunakan untuk keperluan leisure. Keperluan ruang per

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 35
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

lebih rinci terhadap keperluan sanitasi kolam renang dan dimensi


minimumnya.
Overall dimension
Shower place without separating
0.80 m wide
screens
0.80 m deep
Overall dimension
Shower place with separating 0.95 m wide
screens (row shower with splash 0.80 m deep
screen) 1.45 m high
Overall dimension
Shower place with separating 0.80 m or 0.90 m wide
screens in double T-shape (with 1.40 wide
splash and privacy screen) 1.45 deep

Circulation space between 1.10 m


shower rows
0.90 m wide
Toilet cubicle with door 1.20 m deep
(opening inwards) 2.00 m high
0.50 m wide
Toilet cubicle door (opening
0.60 m deep
outwards)
0.50 m wide
Slab urinal: axis measurement 0.60 m deep
0.75 m wide
Bowl urinal: axis measurement 0.80 m deep
Under 0.70 m
Installation height
Under 0.45 m
Installation height for children
0.60 m wide
Hand basin 0.75 m deep
Approx. 0.80 m
Installation height

Room height: clear height at 2.50 m


least 2.75 m
Recommended height
Tabel 2. 12 Standar Dimensi Minimum Sanitasi Kolam Renang (Neufert (3), 1996:531)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 37
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

penghuni bervariasi antara 0.15m2 dalam area berpopulasi rendah sampai


0.05m2 pada area dengan populasi yang padat.
Setiap 1000m2 area air, 200m2 dialokasikan untuk area entry
dengan atap. Atau sekitar 1m2 setiap 200m2 area air. Dan sekitar 10m2
digunakan untuk ruang staff dengan area air sampai dengan 1000m2.
Kolam renang dapat dibagi menjadi tiga tergantung luas area air,
yaitu: (1) Paddling Pools, kolam renang dengan luasan area air dari 100 –
400m2. Kedalaman air dari 0.00 – 0.50 m. Dengan luasan lebih dari 200m2
kolam dibagi menjadi beberapa bagian dengan tingkat kedalaman yang
berbeda. (2) Teaching Pools. Kolam renang dengan luasan area air sebesar
500 – 1200m2 dengan kedalaman air sekitar 0.50/0.60 – 1.35 m. Dan bisa
dibagi menjadi beberapa kolam dengan tingkat kedalaman yang berbeda-
beda. (3) Swimming Pool. Kolam renang dengan area air sebesar 417 – 1250
m2. Kedalaman air mencapai 1.80 m. Dan luasan kolam tergantung dari
banyaknya lajur renang. (4) Wave Pool. Lebar sebesar 16.66m, 21.00m,
25.00m dengan panjang pada umumnya sekitar 50.00, namun minimal
sebesar 33.00m. Kedalaman air pada awal panjang kolam renang adalah
0.00m dan kedalaman pada akhir panjang kolam tergantung kebutuhan
kolam dan tipe mesin ombak yang dipakai.
 Sanitasi.
Area sanitari seperti toilet dan ruang bilas harus disediakan
untuk pria dan wanita. Ruangan tersebut harus berada dekat dengan
ruang ganti dan area kolam. Toilet pada umumnya ditempatkan
sedemikian rupa sehingga pengunjung harus melewati ruang bilas
terlebih dahulu sebelum memasuki area kolam karena akses
langsung menuju toilet dari kolam tidak diperbolehkan.
Direkomendasikan untuk membuat akses langsung menuju ruang
ganti dari kolam.
Kolam renang dengan luasan area air sebesar 100 – 150m2
cukup memiliki ruang bilas dengan 5 pancuran untuk pria dan
wanita masing-masing. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 36
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 12 Ruang Bilas (Neufert (3), 1996:531)

Gambar 2. 13 Toilet dan Ruang Bilas Untuk Difabel (Neufert (3), 1996:531)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 39
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.1.15 Restoran Waralaba


A. Pengertian Restoran
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara
komersial, yang menyelenggarakan pelayanan baik kepada semua tamunya berupa
makan dan minum. Restoran pada umumnya memilik bangunan tersendiri akan
tetapi ada juga yang memiliki bangunan lain seperti hotel, kantor maupun pabrik.
Meskipun berada dalam tempat yang berbeda-beda namun tujuan operasi restoran
adalah sama yaitu untuk mencari keuntungan melalui pelayanan dan makanan yang
disediakan kepada para pelanggan.

Restoran termasuk kategori jasa, walaupun perosesnya terkait dengan


produk fisik, kinerjanya pada dasarnya non-fisik (intangible) (Lovelock, 2002) dan
biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi (Wright,
2005). Menurut Kotler (2002) restoran terkait dengan orang, bukti fisik dan proses.
Karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi, pelatihan, dan motivasi
pegawai dapat membuat perbedaan besar dalam kepuasan pelanggan. Hal inilah
yang menyebabkan bisnis ini unik karena menggabungkan antara penjualan produk
berupa makanan dan minuman dengan usaha memberikan pelayanan jasa kepada
konsumennya.

B. Pengertian Waralaba
Waralaba berasal dari wara (lebih atau istimewa) dan laba (keuntungan).
Dengan demikian, usaha waralaba merupakan usaha yang memberikan keuntungan
lebih atau istimewa. Secara hukum, waralaba berarti persetujuan legal atas
pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa dari
pemilik (franchisor) kepada pihak lain (franchise) yang diatur dalam suatu aturan
permainan tertentu. Franchise disini bukanlah cabang perusahaan (company-owned
unit) milik franchisor melainkan usaha mandiri. Hubungan antara franchisor dan
franchisee bersifat horizontal, sehingga dalam hubungan bisnis dan hukum
keduanya setara. Dengan kata lain, sama-sama mempunyai hak dan kewajiban yang
harus ditaati dan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan (Karamoy, 1997).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 40
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

C. Perkembangan Restoran Waralaba


Perkembangan bisnis yang dioperasikan secara waralaba (franchise) di
Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat
dari tingkat pertumbuhan bisnis waralaba lokal pada tahun 1996 - 1997 meningkat
hingga 12.5 %. Menurut beberapa artikel bahkan diprediksi untuk tahun ini dan
tahun depan (2020 – 2021) bisnis waralaba akan meningkat sebesar 10% (Kompas,
2020). Pertumbuhan ini disebabkan tuntutan pasar dan kesadaran pengusaha untuk
memanfaatkan waralaba sebagai metode yang menguntungkan dalam
mengembangkan usahanya (Ruslina, 2000: Lamb, Hair and Daniel, 1994), karena
tingkat kegagalan yang rendah (Syahmuharnis, 1994) yaitu 30% dibanding non-
waralaba (Karamoy, 1998).

Jenis usaha waralaba hingga tahun 1999, dari 48 waralaba yang ada, jenis
usaha restoran menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 25%, diikuti oleh retail
(food dan non-food) sebesar 22.9%, training/konsultan/komputer sebesar 14.8%,
percetakan/foto/furniture dan produk masing-masing sebesar 8.3%, binatu/jasa
perbaikan dan salon rambut/kecantikan masing-masing sebesar 6.2%, dan
kebugaran/hiburan serta sewa kendaraan/real estate masing-masing sebesar 4.1%
(Ruslina, 2000)

Sistem waralaba merupakan alternatif yang menjembatani kesenjangan


antara pemilik modal kuat dengan pemilik modal kecil (Anonim, 1992), atau cara
yang tepat untuk membangun kelas pengusaha kecil dan menengah yang tangguh
dan mendorong terciptanya keterkaitan usaha dengan sektor ekonomi kuat
(Syahmuharnis, 1994).

Saat ini franchise yang banyak berkembang adalah waralaba format bisnis
dan bisnis jasa boga (McD, KFC, dan lain lain) menggunakan sistem ini
(Syahmuharnis, 1994). Industri jasa boga waralaba yang banyak berkembang di
Indonesia adalah bentuk industri pangan khususnya restoran. Menurut
Wirakusumah (1996), restoran waralaba menjadi begitu disukai konsumen adalah
karena mampu menjawab tantangan trend makanan masa kini dengan memenuhi

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 41
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.1.15 Restoran Waralaba


A. Pengertian Restoran
Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara
komersial, yang menyelenggarakan pelayanan baik kepada semua tamunya berupa
makan dan minum. Restoran pada umumnya memilik bangunan tersendiri akan
tetapi ada juga yang memiliki bangunan lain seperti hotel, kantor maupun pabrik.
Meskipun berada dalam tempat yang berbeda-beda namun tujuan operasi restoran
adalah sama yaitu untuk mencari keuntungan melalui pelayanan dan makanan yang
disediakan kepada para pelanggan.

Restoran termasuk kategori jasa, walaupun perosesnya terkait dengan


produk fisik, kinerjanya pada dasarnya non-fisik (intangible) (Lovelock, 2002) dan
biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi (Wright,
2005). Menurut Kotler (2002) restoran terkait dengan orang, bukti fisik dan proses.
Karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi, pelatihan, dan motivasi
pegawai dapat membuat perbedaan besar dalam kepuasan pelanggan. Hal inilah
yang menyebabkan bisnis ini unik karena menggabungkan antara penjualan produk
berupa makanan dan minuman dengan usaha memberikan pelayanan jasa kepada
konsumennya.

B. Pengertian Waralaba
Waralaba berasal dari wara (lebih atau istimewa) dan laba (keuntungan).
Dengan demikian, usaha waralaba merupakan usaha yang memberikan keuntungan
lebih atau istimewa. Secara hukum, waralaba berarti persetujuan legal atas
pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa dari
pemilik (franchisor) kepada pihak lain (franchise) yang diatur dalam suatu aturan
permainan tertentu. Franchise disini bukanlah cabang perusahaan (company-owned
unit) milik franchisor melainkan usaha mandiri. Hubungan antara franchisor dan
franchisee bersifat horizontal, sehingga dalam hubungan bisnis dan hukum
keduanya setara. Dengan kata lain, sama-sama mempunyai hak dan kewajiban yang
harus ditaati dan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan (Karamoy, 1997).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 40
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

C. Perkembangan Restoran Waralaba


Perkembangan bisnis yang dioperasikan secara waralaba (franchise) di
Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat
dari tingkat pertumbuhan bisnis waralaba lokal pada tahun 1996 - 1997 meningkat
hingga 12.5 %. Menurut beberapa artikel bahkan diprediksi untuk tahun ini dan
tahun depan (2020 – 2021) bisnis waralaba akan meningkat sebesar 10% (Kompas,
2020). Pertumbuhan ini disebabkan tuntutan pasar dan kesadaran pengusaha untuk
memanfaatkan waralaba sebagai metode yang menguntungkan dalam
mengembangkan usahanya (Ruslina, 2000: Lamb, Hair and Daniel, 1994), karena
tingkat kegagalan yang rendah (Syahmuharnis, 1994) yaitu 30% dibanding non-
waralaba (Karamoy, 1998).

Jenis usaha waralaba hingga tahun 1999, dari 48 waralaba yang ada, jenis
usaha restoran menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 25%, diikuti oleh retail
(food dan non-food) sebesar 22.9%, training/konsultan/komputer sebesar 14.8%,
percetakan/foto/furniture dan produk masing-masing sebesar 8.3%, binatu/jasa
perbaikan dan salon rambut/kecantikan masing-masing sebesar 6.2%, dan
kebugaran/hiburan serta sewa kendaraan/real estate masing-masing sebesar 4.1%
(Ruslina, 2000)

Sistem waralaba merupakan alternatif yang menjembatani kesenjangan


antara pemilik modal kuat dengan pemilik modal kecil (Anonim, 1992), atau cara
yang tepat untuk membangun kelas pengusaha kecil dan menengah yang tangguh
dan mendorong terciptanya keterkaitan usaha dengan sektor ekonomi kuat
(Syahmuharnis, 1994).

Saat ini franchise yang banyak berkembang adalah waralaba format bisnis
dan bisnis jasa boga (McD, KFC, dan lain lain) menggunakan sistem ini
(Syahmuharnis, 1994). Industri jasa boga waralaba yang banyak berkembang di
Indonesia adalah bentuk industri pangan khususnya restoran. Menurut
Wirakusumah (1996), restoran waralaba menjadi begitu disukai konsumen adalah
karena mampu menjawab tantangan trend makanan masa kini dengan memenuhi

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 41
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

kebutuhan akan pangan yang sehat dan higienis. Penyajian makanan dilakukan
dengan cepat dengan menu yang sederhana, sehingga dianggap cocok dan sesuai
memenuhi kebutuhan masyarakat kalangan kelas menengah yang sibuk. Selain itu
lingkungan usaha rumah makannya juga bersih, ditata sedemikian rupa sesuai
dengan trend minat konsumen.

D. Klasifikasi Restoran Berdasarkan Pengelolaan dan Sistem


Penyajian.
Klasifikasi restoran dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan pengelolaan dan
penyajiannya, yaitu: (1) Restoran formal, yaitu restoran yang dikelola secara
komersial dan profesional dengan pelayanan yang ekslusif. (2) Restoran informal,
seperti halnya restoran formal hanya lebih mengutamakan kecepatan pelayanan dan
umumnya dengn harga uang lebih murah. (3) Speciality restaurant, yaitu restoran
yang menyediakan makanan dengan sistem penyajian yang khas dari suatu negara
tertentu (Soekresno).

Restoran sering diklasifikasikan menurut tingkat layanan yang diberikan


kepada konsumen. Menurut The National Restaurant Association, restoran terbagi
menjadi: (1) menu lengkap dengan meja layanan, (2) menu terbatas dengan meja
layanan, (3) menu terbatas tanpa meja layanan, dan (4) layanan kafetaria (Smith,
1991).

Istilah fast food menurut Corinthian Infofarma Corpora (1993) diartikan


sebagai : (1) makanan yang disajikan dengan cepat, memiliki standar mutu,
pelayanan dan harga tertentu, (2) dijual pada outlet-outlet tertentu dengan ruangan
bersantap di tempat, baik self-service maupun dengan pesanan, (3) makanan yang
serba cepat dan unik serta sudah dikenal, (4) dioperasikan dengan skala usaha
tertentu dan dapat diproduksi secara massal. Salah satu istilah yang sering
digunakan sebagai pengganti istilah fast food adalah cepat saji, namun keduanya
mengacu kepada menu yang terbatas, sudah dimasak, kadang sudah dikemas
sebelum disajikan, waitres/waitresses diganti dengan counter service dalam
melayani konsumen (Smith, 1991).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 42
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Restoran yang berkembang di Indonesia berasal dari mancanegara (Cina,


Italia, Jepang, Thailand, Korea, dan Amerika) dan merupakan pesaing industri jasa
boga lokal. Tingginya tingkat persaingan menuntut indutri restoran untuk tidak
hanya memberikan mutu produk pada tingkat harga yang sesuai tetapi juga
memberikan mutu layanan berdasarkan pada kebutuhan konsumen.

Restoran Fast Food Asing


Nama fast food Menu utama Nama fast food Menu Utama
Ayam Goreng &
McDonald Am Pm Burger
Burger
Texas Fried
Ayam Goreng Jack In The Box Burger
Chicken
Kentucky Fried
Ayam Goreng Dunkin’ Donuts Donat & Burger
Chicken
Ayam Goreng &
Taco Bell Pizza Hut Pizza
Burger
New York Fried Round Table
Ayam Goreng Pizza
Chicken Pizza
Chester Fried Ayam Goreng Domino’s Pizza Pizza
Little Caesar
Wendy’s Burger Pizza
Pizza
Dairy Queen Burger Nadaman Masakan Jepang
A&W Family
Burger Happy Day Steak
Rest.
American
Burger Sizzler Steak
Hamburger
Burger King Burger Yoshinoya Steak
Restoran Fast Food Lokal
California Fried
Ayam Goreng Kafe Solo*
Chicken
Ayam Bengawan
Ayam Goreng Niki Sae*
Solo

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 43
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Ayam Goreng
Ayam Goreng Sari Ratu Masakan Padang
Fatmawati
Ayam Goreng
Ayam Goreng Hoka Hoka Bento Masakan Jepang
Suharti*
Ayam Goreng
Ayam Goreng Salero Bagindo Masakan Padang
Mbok Berek
Ayam Bakar SM Ayam Bakar Trio Masakan Padang
Bakmi Jawa Mie Simpang Raya Masakan Padang
Bakmi Naga Mie Cahaya Baru Masakan Cina
Bakmi Gajahmada Mie Es Teler 77 Mie Baso
Bakmi Gajah
Mie Es Teler KEC Mie Basi
Kelinci
Bakmi Lap.
Mie Baso Lambung Andal Steak
Tembak
Mie Gunting Mie Nilasari*
Mie Tek Tek Mie Pasti Enak*
Hot Cwie Mie Pondok Ikan
Mie
Malang* Patin*
Ayam Goreng Ny.
Ayam Goreng R.M. Sederhana
Tanzil
Tabel 2. 13 Beberapa Nama Restoran Fast Food Asing dan Lokal Di Indonesia (Sumber: Sapuan, 1998,
*SWA, 2000)

E. Kebutuhan Konsumen akan Mutu Produk dan Layanan


Konsumen adalah pembelu dalam jumlah kecil untuk penggunan pribadi
dan merupakan sumber daya beli yang menopang industri (Juran, 1995), yang
berkunjung ditempat usaha kita atau yang kita datangi untuk membeli produk kita
(Soekresno, 2000). Dengan kata lain bahwa konsumen merupakan orang yang tidak
tergantung kepada kita tetapi kita tergantung kepada mereka.

Setiap orang yang melakukan pembelian memiliki harapan tertentu yang


akan diperoleh dari produk atau jasa yang digunakan dan menghasilkan kepuasan.
Kepuasan yang diperoleh merupakan hasil evaluasi pasca konsumsi, bahwa sesuatu
yang dpilih memenuhi atau melebihi harapannya (Engel, Blackwell, dan Miniard,
1994). Kepuasan konsumen pada dasarnya merupakana keadaan dimana
kebutuhan, keinginan, dan harapan dapat terpenuhi melalui produk yang
dikonsumsi (Gasperz, 1997; Juran, 1995). Kebutuhan yang tidak terpuaskan
mendorong manusia untuk mengendalikannya. Dorongan merupakan rangsangan

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 44
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

kuat melakukan tindakan untuk menurunkan kebutuhan, bersifat internal yang


merupakan alasan dibalik pola perilaku tertentu. Pembelian produk merupakan
hasil dari dorongan untuk kepuasan beberapa kebutuhan (McCarthy dan Perresult,
1990).

Kebutuhan konsumen terhadap industri jasa boga tidak hanya pada produk,
akan tetapi menackup pula harga diri, menghargai orang lain, kelangsungan pola
kebiasaan (Juran, 1995), cepat santap dan harga terjangkau (Hadad, 1997).
Konsumen remaja membutuhkan restoran cepat saji untuk memenuhi keinginan
untuk bergaya modern bagi remaja, prestise, kebanggaan dan simbol status sosial.
Sedangkan bagi konsumen anak-anak, mainan/hadiah yang diperolehnya lebih
disukai dibandingkan makanannya sendiri (Sapuan, 1998). Banyak konsumen yang
mengunjungi resotran bukan untuk kenyang, tetapi untuk menunjukkan bahwa
mereka sudah menjadi bagian gaya hidup modern (Jatiman, 1997).

Motivasi yang mendorong seseorang melakukan kunjungan makan di luar


rumah yaitu kebutuhan akan : kenyamanan (pelancong/pelajar/pekerja), variasi
(kebutuhan perubahan), status (business lunch/menjamu teman), budaya
(pernikahan/ulang tahun), dorongan (promosi, lapar), keperluan tertentu
(pasien/narapidana/pekerja) (Waller, 1996).

Beberapa restoran mengembangkan sistem yang digunakan sebagai upaya


memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen, seperti McDonalds menggunakan
sistem QSCV: Quality food product, quick and friendly service, Clean Restaurant,
and Value (Alvarez, 1994). Sedangkan KFC mengembangkan sistem yang
bertujuan “Delivering 101% customer satisfaction” dalam arti mengerjekan apa
yang diharapkan konsumen ditambah sedikit, yaitu QSC (Quality, service, and
cleanliness) dan OFR (Operation Facilities Review)(Plichita, 1994).

F. Mutu Produk
Industri jasa boga menyajikan dua aspek utama yaitu aspek produk dan
layanan yang keduanya mempunyai proporsi yang seimbang. Produk merupakan
sesuai yang ditawarkan ke pasa untuk yang diperhatikan, dimiliki, dipakai atau

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 45
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen


(Kotler, 1994). Produk merupaka penilaian akhir oleh konsumen dalam arti
keuntungan yang diperoleh akibat kewajiban yang dibebankan. Keuntungan dan
kewajiban dalam hal ini berupa fisik, ekonomi, waktu dan performa layanan
konsumen (Kolarik, 1999).

Produk mencakup dua hal, yaitu produk tangible dan intangible. Produk
tangible adalah produk yang secara fisik disebut barang, dan dapat dirasakan
dengan sentuhan, dilihat, dibaui, dan seterusnya. Produk intangible adalah sesuatu
yang perlu dilakukan untuk konsumen, misal layanan pesta ulang tahun atau ruang
pertemuan, dimana dengannya dikenakan beberapa harga tertentu (Smith, 1991).

Produk jasa boga mencakup seluruh bagian menu, sesuai dengan jenis
pilihan layanan (kafetaria, mesin penjual, katering), dan atribut lain yang diinginkan
(atmosfir yang menyenangkan) (Palacio dan Theis, 1997). Produk juga termasuk
“goodie bag”, layanan pemesanan, tempat parkir dan lainnya yang secara normal
restoran menyediakan tanpa tambahan biaya (Smith, 1991).

Produk jasa boga yang memuaskan konsumen adalah (1) makanan dan
minuman yang berkualitas (keragaman pilihan, bentuk, warna, rasa, aroma yang
lezat dan menarik, bersih, sehat, komposisi gizi yang seimbang), (2) suasana yang
indah, sejuk, bersih, dan menyenangkan, (3) pelayanan profesional penuh keramah-
tamahan dan memiliki ciri pelayanan yang khas, (4) memiliki reputasi yang baik
akan makanan, nama baik restoran, sumber daya manusia, (5) harga yang pantas
(Soekresno, 2000).

G. Mutu layanan
Terdapat beberapa jenis layanan atu gaya penyajian dari operasi jasa boga
yang berbeda-beda, namun semuanya bertujuan sama yaitu memberikan kepuasan
konsumen dengan menj=yajikan makanan yang bermutu, suhu yang tepat untuk
meningkatkan selera dan keamanan mikrobial, dan penyajian yang menarik.
Terdapat empat jenis layanan yaitu: self-service (cafetaria, buffet, vending-
machine, dll), tray-service, waiter-waitresses service, dan portable meal (Palacio

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 46
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

dan Theis, 1997). Menu buffet merupakan hidangan secara prasmanan, dimana
tamu mengambil sendiri makanan di meja prasmanan dengan bebas (marsum,
1999).

H. Sistem Produksi
Sistem produksi jasa boga sangat tergantung pada perhatian personal
terhadap kebutuhan konsumen. Sistem produksi merupakan kumpulan yang
terpadu dari orang dan proses yang secara bersama-sama (tidak bekerja sendiri
secara terpisah) mentransformasikan sumber daya kedalam produk dan by-product.
Sistem produksi yang meliputi orang, produk, dan proses secara terikat bersama
membentuk rantai yang terpadu dari organisasi (Kolarik, 1999).

Industri pangan dituntut untuk dapat memuaskan kebutuhan konsumen


melalui kemampuannya dalam menerapkan sistem jaminan mutu dan jaminan
keamanan pangan. Untuk dapat memproduksi pangan yang bermutu baik dan aman
diperlukan adanya jaminan mutu dengan menerapkan sistem GMP (Good
Manufacturing Practice) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control
Point) (Bambang, 1998).

H.1 GMP (Good Manufacturing Practice)


GMP merupakan standar pabrikasi untuk keamanan dan kebersihan serta
kesehatan pangan. Peraturan mencakup semua aspek pengolahan pangan termasuk
pelatihan karyawan, rancangan dan konstruksi fasilitas, pemeliharaan, sanitasi,
operasi prosedur pengujian, dan pemeliharaan pencatatan. Secara prinsip adalah
menyesuaikan toleransi untuk kontaminasi (Stauffer, 1988).

Aspek-aspek penting dalam GMP yang berkaitan dengan sanitasi menurut


Bambang (1988) mencakup: (1) Persyaratan lokasi dan bangunan, (2) peralatan
produksi, (3) sarana dan pengolahan sanitasi, (4) hygiene karyawan, (5) pengadaan
bahan baku, (6) pengendalian proses, (7) mutu produk akhir, (8) penyimpanan, (9)
transportasi.

Lokasi rumah makan atau restoran terletak pada lokasi yang terhindar dari
pencemaran (debu, asap, serangga, dan tikus) dan tidak berdekatan dengan sumber

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 47
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

pencemaran (tempat buang sampah, wc umum, dan pengolahan limbah (Soekresno,


2000), dan harus ada pengendalian pencemaran, hama dan penyakit hewan dan
tanaman untuk meningkatkan keamanan makanan (Bambang, 1998).

Bangunan dirancang dan dibangun sesuai peraturan perundang yang


berlaku. Pembagian ruang dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan, dan
ruang administrasi yang masing-masing dibatasi dinding dan saling berhubungan,
ditata sesuai fungsinya. Konstruksi lantai dan dinding dibuat dari bahan kedap air
rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan, tiap sudut tidak mati, dinding tidak
rangkap (Soekresno, 2000) bangunan harus dirancang dan dibangun sedemikian
rupa untuk menjamin hal-hal sebagai berikut: (a) mencegah kontaminasi, (b)
memudahkan pemeliharaan, pembersihan dan disinfeksi, serta mengurangi
kontaminasi dari udara, (c) permukaan dan bahan khususnya yang mengalami
kontak langsung dengan makanan bersifat tidak beracun, kuat dan tahan lama, serta
mudah dipelihara dan dibersihkan, (d) bila diperlukan tersedia fasilitas yang sesuai
untuk mengendalikan suhu, kelembaban, dan pengendalian lainnya, (e) terdapat
perlindungan yang efektif terhadap hama (Bambang, 1998).

Ventilasi harus cukup menjamin peredara udara dengan baik dan dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau, dan debu (Soekresno, 2000). Ventilasi udara
diatur sedemikian rupa dan diberi kawat kaca untuk menghindari kontainasi udara,
menghindari masuknya hama mengontrol suhu udara, dan mengontrol bau yang
dapat mempengaruhi citarasa makanan (Bambang, 1998).

Peralatan produksi didesain dan dipelihara untuk menjamin: (a) mudah


dibersihkan, didisinfeksi dan di dipelihara untuk mencegah kontaminasi makanan,
dan (b) tahan lama, mudah dipindah atau dilepas sehingga memudahkan
pemeliharaan, pembersihan, disinfeksi pemantauan, dan pemeriksaan terhadap
hama. Perlatan untuk memasak, memanaskan, mendinginkan, menyimpan, atau
membekukan makanan harus didesain sehingga suhu yang diinginkan tercapao,
mudah dipantau, dan dikendalikan suhunya (Bambang, 1998).

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 48
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Berikut adalah standar pengaturan layout meja dan kursi ruang


utama restoran.

Gambar 2. 16 Layout Penempatan Meja dan Kursi Minimal (Sumber: Neufert (3), 1996:456)

Gambar 2. 17 Susunan Meja Ceruk (Sumber: Neufert (3), 1996:456)

Kolom struktur dalam ruang utama sebaiknya berada ditengah


atau dipojok meja yang berkelompok. Dan tinggi plafon ruang makan
disesuaikan dengan luasan ruang tersebut, contoh: ≤ 50 m2, 2.50 m; > 50
m2, 2.75 m; > 100 m2, ≥ 3.00 m2.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 51
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 18 Susunan Meja Paralel (Sumber: Neufert (3), 1996:456)

Gambar 2. 19 Jarak Minimal Meja (Sumber: Neufert (3), 1996:456)

Berikut merupakan tabel kebutuhan area lantai pada restoran.

Chair Kitchen Area Dining Area


Type Occupancy Required Required
per Meal (m2/cover) (m2/seat)
Exclusive 1 0.7 1.8 - 2.0
restaurant

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 52
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Restaurant with 2-3 0.5 - 0.6 1.4 – 1.6


high turnover
Normal restaurant 1.5 0.4 – 0.5 1.6 – 1.8
Inn/guesthouse 1 0.3 – 0.4 1.6 – 1.8
Approx. 80% supplement is added for storage rooms, personel rooms etc.
Cover = seat x no. of seat changeover
Tabel 2. 14 Kebutuhan Luas Lantai (Neufert (3), 1996:456)

Main aisle Min. 2.00 m wide


Intermediate aisle Min. 0.90 m wide
Side aisle Min. 1.20 m wide
Tabel 2. 15 Lebar Gang (Sumber: Neufert (3), 1996:456)

2. Dapur
Dalam restoran cepat saji, kecepatan pelayanan menjadi fokus
utama dalam menjamin kenyamanan pelanggannya. Untuk mencapai
kecepatan yang ditentukan oleh standar pelayanan masing-masing
restoran, meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kepuasan
konsumen. Restoran cepat saji tidak membuat bahan baku di tempat
seperti pemotongan daging mentah, dan penyiapan sayur dan buah,
semuanya ready-made dan dibekukan.

Gambar 2. 20 Dapur Restoran Self-Service (Neufert (3), 1996:459)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 53
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 21 Susunan Tempat Persiapan Daging dan Sayur (Sumber: Neufert (3), 1996:459)

Kapasitas dapur yang tergantung dari kapasitas restoran seperti


jumlah kursi atau pelanggan yang dilayani, ekspektasi pelanggan (tipe,
dan kualitas makanan yang ditawarkan), dan bahan baku yang harus
disiapkan secara segar (kecuali restoran cepat saji, dimana semua
dibekukan).

Dalam restoran cepat saji, 3 pengunjung yang berbeda bisa


menempati bangku yang sama dalam kurun waktu satu jam. Restoran
konvensional sekitar 2 orang dan restoran ekslusif seperti speciality
restaurant dan evening restaurant pelanggan bisa tinggal sampai 1.5 – 2
jam di dalam restoran.

Small (up Medium Large (>


Restaurant size/seats
to 100) (up to 250) 250)
Goods reciepts 0.06 – 0.08 0.05 – 0.07 0.04 – 0.06
Empties 0.05 – 0.07 0.05 – 0.07 0.04 – 0.06
Waste/refuse 0.04 – 0.06 0.04 – 0.06 0.03 – 0.05
Offices – stores manager - - 0.02 – 0.03
Supplies/waste disposal 0.15 – 0.21 0.14 – 0.20 0.13 – 0.20
Pre-cooling room 0.03 – 0.04 0.02 – 0.04
Cupboards/
Cold meat store 0.05 – 0.06 0.03 – 0.05
storage
Dairy products stora 0.03 – 0.04 0.02 – 0.03
surfaces
Cold vegetable/fruit store - 0.03 – 0.05
-
Deep-freeze room 0.04 – 0.05 0.03 – 0.04
Other cold store

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 54
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 21 Susunan Tempat Persiapan Daging dan Sayur (Sumber: Neufert (3), 1996:459)

Kapasitas dapur yang tergantung dari kapasitas restoran seperti


jumlah kursi atau pelanggan yang dilayani, ekspektasi pelanggan (tipe,
dan kualitas makanan yang ditawarkan), dan bahan baku yang harus
disiapkan secara segar (kecuali restoran cepat saji, dimana semua
dibekukan).

Dalam restoran cepat saji, 3 pengunjung yang berbeda bisa


menempati bangku yang sama dalam kurun waktu satu jam. Restoran
konvensional sekitar 2 orang dan restoran ekslusif seperti speciality
restaurant dan evening restaurant pelanggan bisa tinggal sampai 1.5 – 2
jam di dalam restoran.

Small (up Medium Large (>


Restaurant size/seats
to 100) (up to 250) 250)
Goods reciepts 0.06 – 0.08 0.05 – 0.07 0.04 – 0.06
Empties 0.05 – 0.07 0.05 – 0.07 0.04 – 0.06
Waste/refuse 0.04 – 0.06 0.04 – 0.06 0.03 – 0.05
Offices – stores manager - - 0.02 – 0.03
Supplies/waste disposal 0.15 – 0.21 0.14 – 0.20 0.13 – 0.20
Pre-cooling room 0.03 – 0.04 0.02 – 0.04
Cupboards/
Cold meat store 0.05 – 0.06 0.03 – 0.05
storage
Dairy products stora 0.03 – 0.04 0.02 – 0.03
surfaces
Cold vegetable/fruit store - 0.03 – 0.05
-
Deep-freeze room 0.04 – 0.05 0.03 – 0.04
Other cold store

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 54
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

 Washing area 10
 Walkways 17
 Staff rooms and offcie 15
Total 100
Tabel 2. 17 Dimensi Dasar dan Kebutuhan Ruang (Sumber: Neufert (3), 1996:460)

Gambar 2. 22 Dapur Untuk Restoran Dengan Kapasitas 60-100 Pelanggan (Sumber: Neufert
(3), 1996:461)

Dalam perencanaan dapur restoran, sekitar 10 – 15% harus


disisakan untuk ruang staff dan kantor. Staff dapur harus menyediakan
ruang ganti pakaian dan toilet. Jika terdapat lebih dari 10 orang pegawai,
ruang istirahat atau break room harus disediakan pula. Ruang ganti dan
ruang sosial lainnya harus berada dekat dengan dapur, juga harus
disediakan pula locker untuk para pegawai untuk menaruh barang
pribadinya.

2.2 Kajian Tema


2.2.1 Green Architecture
Menurut Karyono (2010) dalam Sri (2014), mengatakan Green Architecture
adalah arsitektur yang minim mengkonsumsi sumber daya alam, termasuk energi,
air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 56
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Menurut pradono (2008) dalam penelitian Iswanto (2013) Konsep Green


Architecture dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earth-
friendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan
performa sangat baik. Konsep Green Architecture telah lama berkembang di negara
maju dapat diterapkan untuk mengurangi polusi udara di lingkungan perkoraan.

A. Prinsip Arsitektur Hijau


Brenda dan Robert Vale dalam buku “Green Architecture: Design
for A Sustainable Future” memiliki 6 prinsip dasar dalam perencanaan
Green Architecture.
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Sebuah bangunan seharusnya didesain/dibangun dengan
pertimmbangan operasi bangunan yang meminimalisir penggunaan
bahan bakar dan fosil. Cara mendesain bangunan agar hemat energi
adalah:
(1) Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memanfaatkan
pencahayaan dan menghemat energi listrik. Memanfaatkan energi
matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber
listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas
atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding
timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk
mendapatkan sinar matahari yang maksimal. (2) Memasang lampu
listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis
sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan
sampai tingkat tertentu. (3) Menggunakan Sunscreen pada jendela yang
secara otomatis dapat mengatur intensitas dan energi panas yang
berlebihan masuk ke dalam ruangan. (4) Mengecat interior bangunan
dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk
meningkatkan intensitas cahaya. (5) Bangunan yang tidak
menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 57
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. (6)
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working With Climate (Memanfaatkan Kondisi Iklim)
Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik
dengan iklim dan sumber daya alam. Berikut pemaparannya: (1)
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari. (2) Menggunakan sistem
air pump dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara yang
bersih dan sejuk ke dalam ruangan. (3) Menggunakan tumbuhan dan air
sebagai pengatur iklim. Misal dengan membuat kolam air di sekitar
bangunan. (4) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian dapat
dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan sesuai
kebutuhan.
3. Minimizing New Resources (Meminimalkan Penggunaan Sumber
Daya Baru)
Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir
penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya bisa
digunakan untuk keperluan lain.
4. Respect for User (Memperhatikan Pengguna)
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua
pengguna dan memenuhi semua kebutuhannya.
5. Respect for Sites (Menanggapi Keadaan Tapak)
Bangunan yang akan dibangun nantinya jangan sampai merusak
kondisi tapak aslinya. Sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak
terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah. Bangunan didesain
dengan meminimalisir kerusakan alam. Hal ini dapat dicapai dengan
mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang
mengikuti bentuk tapak yang ada. Luas permukaan dasar bangunan
yang kecil, yaitu mempertimbangkan desain bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak
lingkungan.
6. Holistic

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 58
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Menurut pradono (2008) dalam penelitian Iswanto (2013) Konsep Green


Architecture dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earth-
friendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan
performa sangat baik. Konsep Green Architecture telah lama berkembang di negara
maju dapat diterapkan untuk mengurangi polusi udara di lingkungan perkoraan.

A. Prinsip Arsitektur Hijau


Brenda dan Robert Vale dalam buku “Green Architecture: Design
for A Sustainable Future” memiliki 6 prinsip dasar dalam perencanaan
Green Architecture.
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Sebuah bangunan seharusnya didesain/dibangun dengan
pertimmbangan operasi bangunan yang meminimalisir penggunaan
bahan bakar dan fosil. Cara mendesain bangunan agar hemat energi
adalah:
(1) Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memanfaatkan
pencahayaan dan menghemat energi listrik. Memanfaatkan energi
matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber
listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas
atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding
timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk
mendapatkan sinar matahari yang maksimal. (2) Memasang lampu
listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga
menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis
sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan
sampai tingkat tertentu. (3) Menggunakan Sunscreen pada jendela yang
secara otomatis dapat mengatur intensitas dan energi panas yang
berlebihan masuk ke dalam ruangan. (4) Mengecat interior bangunan
dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk
meningkatkan intensitas cahaya. (5) Bangunan yang tidak
menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 57
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. (6)
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working With Climate (Memanfaatkan Kondisi Iklim)
Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik
dengan iklim dan sumber daya alam. Berikut pemaparannya: (1)
Orientasi bangunan terhadap sinar matahari. (2) Menggunakan sistem
air pump dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara yang
bersih dan sejuk ke dalam ruangan. (3) Menggunakan tumbuhan dan air
sebagai pengatur iklim. Misal dengan membuat kolam air di sekitar
bangunan. (4) Menggunakan jendela dan atap yang sebagian dapat
dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan sesuai
kebutuhan.
3. Minimizing New Resources (Meminimalkan Penggunaan Sumber
Daya Baru)
Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir
penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya bisa
digunakan untuk keperluan lain.
4. Respect for User (Memperhatikan Pengguna)
Dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua
pengguna dan memenuhi semua kebutuhannya.
5. Respect for Sites (Menanggapi Keadaan Tapak)
Bangunan yang akan dibangun nantinya jangan sampai merusak
kondisi tapak aslinya. Sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak
terpakai, tapak aslinya masih ada dan tidak berubah. Bangunan didesain
dengan meminimalisir kerusakan alam. Hal ini dapat dicapai dengan
mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang
mengikuti bentuk tapak yang ada. Luas permukaan dasar bangunan
yang kecil, yaitu mempertimbangkan desain bangunan secara vertikal.
Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak
lingkungan.
6. Holistic

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 58
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Semua prinsip diatas harus secara menyeluruh dijadikan sebagai


pendekatan dalam sebuah lingkungan yang baik dan indah.

2.2.1 Arsitektur Neo Vernakular


Menurut Sukada (1988) Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham
atau aliran yang berkembang pada era post modern yaitu aliran arsitektur yang
muncul pada pertengahan tahun 1960-an. Post Modern lahir disebabkan oleh
timbulnya protes pada era modern dari para arsitek terhadap pola-pola yang
berkesan monoton (bangunan yang berbentuk kotak-kotak). Oleh sebab itu, lahirlah
aliran-aliran baru yang disebut dengan era Post Modern.

Ada 6 aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck,
diantaranya adalah historicism, straight revivalism, neo vernacular, contextualism,
metaphor dan post modern space. Dari semua aliran yang berkembang pada era Post
Modern ini memiliki ciri-ciri antara lain; (1) mengandung unsur komunikatif yang
bersikap lokal atau populer, (2) membangkitkan kembali kenangan historik, (3)
berkonteks urban, (4) menerapkan kembali teknik ornamentasi, (5) bersifat
representasional (mewakili seluruhnya), (6) berwujud metaforik (dapat berarti
wujud lain), (7) dihasilkan dari partisipasi, (8) mencerminkan aspirasi umum, (9)
bersifat plural, (10) bersifat ekletik.

Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur Post Modern tidak harus


memiliki kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki
enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur
Post Modern. Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya era Post Modern
menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era Post Modern, yaitu:

1. Kehidupan yang sudah berkembang dari dunian yang serba terbatas


ke dunia tanpa batas, yang disebabkan oleh cepatnya komunikasi
dan tingginya daya tiru manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat
pribadi.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 59
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

3. Adanya kecenderungan untuk kembali pada nilai-nilai tradisional


atau daerah. Sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke
belakang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan


aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional
dengan non-tradisional, modern dan setengah-modern, perpaduan yang lama
dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernakular berada pada posisi
aritektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern
akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern.

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah


sebagai berikut.

1. Bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur budaya, lingkungan


termasuk iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik
arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).
2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern,
tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan,
tata letak yang mengacu kepada makro kosmos dan lainnya menjadi
konsep dan kriteria perancangan.
3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan
penampilan visualnya).

2.3 Studi Preseden


2.4.1 Definisi
Pariwisata Indonesia saat ini sedang menjadi sorotan banyak negara. Oleh
karena itu pemerintah khususnya Kementrian Pariwisata memiliki target 17 juta
kunjngan wisatawan mancanegara (wisman) melalui kegiatan promosi dan
penjualan paket-paket wisata menarik di 18 destinasi unggulan di Tanah Air di
tahun 2018. Program ini dilaksanakan agar mendongkrank pariwisata di Indonesia.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 60
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 23 Sketsa Rumah Adat Tradisional Jawa Tengah (Sumber: Trisulowati, 2003)

1. Rumah Adat Kudus Joglo Pencu

Rumah adat Kudus merupakan produk dari kebudayaan masyarakat Kudus


yang memiliki karakteristik yang sangat menarik. Sampai saat ini msyarakat Kudus
masih memegang kebudayaannya yang khas tersebut. Pekerjaan sebagai pedagang
serta ketaatannya sebagai serorang muslim merupakan bagain dari kehidupannya.
Rumah adat Kudus memiliki lokasinya sendiri yaitu pada kawasan Kudus Kulon di
sekitar Menara Kudus. Rumah tersebut memiliki fungsi rumah tinggal seperti pada
umumnya yng mewadahi segala aktifitas penghuninya bahkan hingga bekerja.

Rumah adat Kudus Joglo Pencu terdiri dari 4 buah massa yaitu Dalem,
pawon, pekiwan dan sisir. Dalem berisikan dapur dan ruang tambahan. Pekiwan
berisikan km/wc dan sumur. Sisir berisikan ruang kerja dan gudang. Pada beberapa
rumah tidak memiliki sisir. Jogosatru sebagai ruang penrima tamu, jogan sebagai
ruang berkumpul keluarga, sentong kanan dan kiri sebagai ruang tidur, sentong
tengah sebagai ruang sakral. Dapur sebaagai ruang untuk memasak, dan sisir
sebagai ruang untuk bekerja dan menyimpan barang hasil kerja. Konstruksi rumah
adat Kudus menggunakan konstruksi rangka kayu jati. Konstruksi utama rumah

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 62
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

pencu adalah 4 tiang soko guru dan tambahan sebuah soko geder pada jogosatru.
(Rasyidi & Amiuza, (2017).

Gambar 2. 24 Rumah Adat Tradisional Joglo (Sumber: ikona.id, 2017)

Gambar 2. 25 Konstruksi Rumah Tradisional Kudus (Sumber: Sardjono, 2009)

2. Rumah Bentuk Panggang-Pe


Panggang berarti dipanaskan di atas bara api, Pe berarti dijemur di bawah
sinar matahari. Bentuk rumah ini merupakan bentuk rumah paling sederhana pada
mulanya merupakan bangunan kecil yang terdiri dari sebuah atap (empyak) dengan

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 63
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

empat buah tiang atau lebih dimana diatasnya digunakan untuk menjemur barang-
barang seperti daun teh, singkong/ketela pohon, jagung dll/
Bentuk rumah ini adalah bentuk yang paling tua, hal ini terlihat dari
bentuknya yang sangat sederhana, juga dilihat pada lukisan-lukisan/relief candi
maupun tempat-tempat pemujaan lain. Selain bentuknya yang sederhana bentuk ini
mudah dibuat, murah biayanya dan resiko rusak tidak besar.

Gambar 2. 26 Gambar 3D Rumah Panggang Pe (Sumber: riyantoyosapat.com, 2020)

3. Rumah Kampung

Rumah bentuk kampung merupakan penyempurnaan dari Rumah Panggang


Pe. Dengan denah persegi panjang bertiang empat, dua bidang atap lereng yang
dipertemukan pada sisi atasnya dan ditutup dengan tutup keong.

Menurut keadaannya rumah ini pada umumnya dipakai masyarakat umum


daripada yang masyarakat golongan orang mampu atau yang disebut dengan istilah
ningrat. Rumah ini memiliki stigma masyarakat yang beranggapan bahwa
seseorang yang memiliki rumah kampung adalah masyarakat yang kurang mampu
secara ekonomi.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 64
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 27 Contoh Bentuk Rumah Kampung (Sumber: arsitag.com)

4. Rumah Tajug

Rumah bentuk Tajug mempunyai fungsi lain sebagai rumah ibadah berupa
masjid. Tajug atau tajub berfungsi sama dengan masjid sebagai sarana untuk
beribadah dan mengajarkan ajaran agama islam. Rumah Tajug mempunyai denah
bujur sangkar dan bentuk inilah yang masih mempertahankan bentuk denah aslinya
sampai sekarang.

Gambar 2. 28 Rumah Tajug (Sumber: 99.co, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 65
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.4.2 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


Ketentuan besarnya KLB mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan
daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

2.4.3 Ketinggian Bangunan


Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan daerah setempat tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi,
maksimum adalah 8 lantai.

2.4.4 Ketinggian Langit-langit


Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2.80 m
dihitung dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olahraga, ruang
pertemuan, dan bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian
langit-langit khusus. Agar mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
dipersyaratkan.

2.4.5 Jarak Antar Blok/Massa Bangunan


Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang
bangunan gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan harus
mempertimbangkan hal-hal seperti:

1. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran.


2. Keselamatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan.
3. Kenyamanan.
4. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.

2.4.6 Koefisien Dasar Hijau (KDH)


Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung
negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang
bangunan, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan; (1) Daerah resapan
air, (2) Ruang terbuka hijau kabupaten/kota. Untuk bangunan gedung yang
mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai KDH minimum sebesar
15%.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 67
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.4.7 Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garus sempadan bangunan
maupun sempadan pagar harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL,
peraturan daerah tentang bangunan gedung, atau peraturan daerah tentang garus
sempadan bangunan untuk lokasi yang bersangkutan.

2.4.8 Wujud Arsitektur


Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria sebagai
berikut: (1) Mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara, (2) Seimbang,
serasi, dan selaras dengan dengan lingkungannya, (3) Indah namun tidak berkesan
berlebihan, (4) Efisien dalm penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan
maupun dalam pemeliharaannya, (5) Mempertimbangkan nilai sosial budaya
setempat dalam menerapkan perkembangan arsitektur dan rekayasa, dan (6)
Mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi sejarah maupun
langgam arsitekturnya.

2.5 Persyaratan Teknis Sarana


Persyaratan teknis yang dimaksud adalah bahan bangunan. Bahan bangunan
untuk gedung negara harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan, diupayakan
menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahan
bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan fabrikasi. Spesifikasi teknis
bahan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan berikut ini:

2.5.1 Bahan Penutup Lantai


Bahan penutup lantai menggunakan bahan traso, keramik, papan kayu,
vinyl, marmer, homogenous tile, dan karpet yang disesuaikan dengan fungsi ruang
dan klasifikasi bangunannya. Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi
persyaraktan teknis dengan jenis bahan penutup yang digunakan.

2.5.2 Bahan Dinding


Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau partisi, dengan
ketentuan sebagai berikut; (1) Bahan dinding pengisi: batu bata, beton ringan, bata
tela, batako, papan kayu, kaca dengan rangka kayu/alumunium, panel GRC

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 68
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.4.2 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


Ketentuan besarnya KLB mengikuti ketentuan yang diatur dalam peraturan
daerah setempat tentang bangunan gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

2.4.3 Ketinggian Bangunan


Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan daerah setempat tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi,
maksimum adalah 8 lantai.

2.4.4 Ketinggian Langit-langit


Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2.80 m
dihitung dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olahraga, ruang
pertemuan, dan bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian
langit-langit khusus. Agar mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
dipersyaratkan.

2.4.5 Jarak Antar Blok/Massa Bangunan


Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang
bangunan gedung, maka jarak antar blok/massa bangunan harus
mempertimbangkan hal-hal seperti:

1. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran.


2. Keselamatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan.
3. Kenyamanan.
4. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.

2.4.6 Koefisien Dasar Hijau (KDH)


Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung
negara, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah setempat tentang
bangunan, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan; (1) Daerah resapan
air, (2) Ruang terbuka hijau kabupaten/kota. Untuk bangunan gedung yang
mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai KDH minimum sebesar
15%.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 67
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.4.7 Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garus sempadan bangunan
maupun sempadan pagar harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam RTBL,
peraturan daerah tentang bangunan gedung, atau peraturan daerah tentang garus
sempadan bangunan untuk lokasi yang bersangkutan.

2.4.8 Wujud Arsitektur


Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria sebagai
berikut: (1) Mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara, (2) Seimbang,
serasi, dan selaras dengan dengan lingkungannya, (3) Indah namun tidak berkesan
berlebihan, (4) Efisien dalm penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan
maupun dalam pemeliharaannya, (5) Mempertimbangkan nilai sosial budaya
setempat dalam menerapkan perkembangan arsitektur dan rekayasa, dan (6)
Mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi sejarah maupun
langgam arsitekturnya.

2.5 Persyaratan Teknis Sarana


Persyaratan teknis yang dimaksud adalah bahan bangunan. Bahan bangunan
untuk gedung negara harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan, diupayakan
menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahan
bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan fabrikasi. Spesifikasi teknis
bahan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan berikut ini:

2.5.1 Bahan Penutup Lantai


Bahan penutup lantai menggunakan bahan traso, keramik, papan kayu,
vinyl, marmer, homogenous tile, dan karpet yang disesuaikan dengan fungsi ruang
dan klasifikasi bangunannya. Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi
persyaraktan teknis dengan jenis bahan penutup yang digunakan.

2.5.2 Bahan Dinding


Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau partisi, dengan
ketentuan sebagai berikut; (1) Bahan dinding pengisi: batu bata, beton ringan, bata
tela, batako, papan kayu, kaca dengan rangka kayu/alumunium, panel GRC

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 68
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

dan/atau alumunium. (2) Bahan dinding partisi; papan kayu, kayu lapis, kaca,
calsium board, particle board, dan/atau gypsum board dengan rangka kayu kelas
kuat II atau rangka lainnya, yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai
dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya.

Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan


sesuai jenis bahan dinding yang digunakan. Untuk bangunan sekolah tingkat dasar.
Sekolah tingkat lanjutan/menengah, rumah negara, dan bangunan gedung lainnya
yang telah ada komponen pracetaknya, bahan dindingnya dapat menggunakan
bahan pracetak yang telah ada.

2.5.2 Bahan Langit-langit


a) Bahan kerangka langit-langit: menggunakan bahan yang memenuhi standar
teknis, untuk penutup langit-langit kayu lapis atau yang setara,
menggunakan rangka kayu klas kuat II dengan ukuran minimum:
a. 4/6 cm untuk balok pembagi dan balok penggantung; 6/12 cm untuk
balok rangka utama.
b. 5/10 cm untuk balok tepi.
c. Besi hollow atau metal furring 40 mm x 40 mm dan dan 40 mm x
20 mm lengkap dengan besi penggantung Ø 8 mm dang
pengikatnya.
b) Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan kerangka aluminium
yang benruk dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan:
a. Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, alumunium, akustik,
gypsum, atau sejenis yang disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi
bangunannya.
b. Lapisan finishing yang digunakan harus menggunakan persyaratan
teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan.

2.5.3 Bahan Penutup Atap


A. Bahan penutup atap bangunan gedung negara harus memenuhi ketentuan
yang diatur dalam SNI yang berlaku tentang bahan penutup atap, baik

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 69
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

berupa atap beton, genteng, metal, fibrecement, calsium board, sirap, seng,
aluminium, maupun asbes/asbes gelombang. Untuk penutup atap
disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan serta kondisi
daerahnya.
B. Bahan penutup atap: digunakan bahan yang memenuhi SNI. Untuk penutup
atap genteng digunakan rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran: 2/3 cm
untuk reng atau ¾ cm untuk reng genteng beton.
C. Bahan kerangka penutup atap non kayu: gording baja profil C, dengan
ukuran minimal 125 x 50 x 20 x 3.2 cm, kuda-kuda baja profil WF dengan
ukuran minimal 250 x 150 x 8 x 7 cm, baja ringan, beton plat dengan tebal
12 cm.

2.5.4 Bahan Kusen dan Daun Pintu/jendela


Bahan kusen dan daun pintu/jendela mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Menggunakan kayu kelas kuat/kelas awet II dengan ukuran jadi


minimum 5.5 x 11 cm dan dicat kayu atau dipleitur sesuai
persyaratan standar yang berlaku.
b. Rangka daun pintu yang dilapis kayu lapis/teakwood digunakan
kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum 3.5 x 10 cm, khusus
untuk ambang bawah minimum 3.5 x 20 cm. daun pintu dilapis
dengan kayu lapis yang dicat atau dipelitur.
c. Daun pintu panel kayu digunakan kayu kelas kuat/awet II, dicat kayu
atau dipelitur.
d. Daun jendela kayu menggunakan kayu kelas kuat/awet II dengan
ukuran rangka minimum 3.5 x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur.
e. Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahan alumunium ukuran
rangkanya disesuaikan dengan fungsi ruang dan kelasifikasi
bangunannya.
f. Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan
dengan fungsi ruang dan klasifikasinya.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 70
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

g. Kusen baja profil E dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3.2 cm


dan pintu baja BJLS 100 diisi glass woll untuk pintu kebakaran.

2.5.5 Bahan Struktur


Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur kayu
maupun struktur baja harus mengikuti SNI tentang bahan bangunan yabg berlaku
dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan SNI yang sesuai dengan
bahan/struktur konstruksi yang bersangkutan.

Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung negara


tersebut di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan
bangunan, khususnya disesuaikan dengan kemampuan sumber daya setempat
dengan tetap harus mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya sesuai dengan
peruntukkan yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar mengikuti ketentuan
yang diatur dalam SNI.

2.6 Persyaratan Teknis Prasarana


Utilitas termasuk kedalam persyaratan prasarana bangunan. Utilitas berada
di dalam dan di luar bangunan gedung negara harus memnuhi SNI yang
dipersyaratkan. Spesifikasi teknis bangunan gedung negara meliputi ketentuan-
ketentuan sebagai berikut.

2.6.1 Air
a. Setiap pembangunan baru bangunan negara harus dilengkapi dengan
prasarana air minum yang memenuhi standar kualitas, cukup jumlahnya dan
disediakan saluran air berlangganan kota (PDAM) atau sumur. Jumlah
kebutuhan minimum 100/orang/hari.
b. Setiap bangunan gedung negara, selain rumah negara (yang bukan dalam
bentuk rumah susun), harus menyediakan air untuk keperluan pemadaman
kebakaran dengan mengikuti ketentuan SNI yang dipersyaratkan. Reservoir
minimum menyediakan air untuk kebutuhan 45 menit operasi pemadaman
api dengan kebutuhan dan perhitungan.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 71
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

c. Bahan pipa yang digunakan dan pemasangannya harus mengikuti ketentuan


teknis yang ditetapkan.

2.6.2 Pembuangan Air Kotor


a. Pada dasarnya pembuangan air kotor yang berasal dari toilet harus dibuang
atau dialirkan ke saluran umum kota.
b. Semua air kotor yang berasal dari toilet pembuangannya harus melalui pipa
tertutup dan/atau terbuka sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
c. Dalam hal ketentuan butir 1 tersebut tidak mungkin dilaksanakan, karena
belum terjangkau oleh saluran umum kota atau sebab-sebab lain yang dapat
diterima oleh instansi teknis yang berwenang, maka pembuangan air kotor
harus dilakukan melalui proses pengolahan dan/atau peresapan.
d. Air kotor dari kakus harus masuk ke dalam septictank yang mengikuti
standar yang berlaku.

2.6.3 Pembuangan Air Limbah


a. Setiap bangunan gedung negara yang dalam pemanfaatannya mengeluarkan
limbah domestik cair atau padat harus dilengkapi dengan tempat
penampungan dan pengolahan limbah, sesuai dengan ketentuan.
b. Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari bahan kedap air,
dan memenuhi persyaratan teknis yang berkali sehingga tidak
menimnbulkan dampak segatif terhadap lingkungan.
c. Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan,

2.6.4 Pembuangan Sampah


a. Setiap bangunan gedung negara harus menyediakan tempat sampah dan
penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan dengan
volume sampah yang dikeluarkan setiap harinya, sesuai dengan ketentuan.
b. Tempat penampungna sampah sementara harus diuat dari bahan kedap air,
mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah oleh petugas
pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan setempat.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 72
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

c. Gedung dengan furngsi tertentu (seperti pusat kebudayaan) harus dilengkapi


dengan incenerator sampah tersendiri.
d. Ketentuan lebih lanjut mengikut SNI yang dipersyaratkan.

2.6.5 Saluran Air Hujan


a. Pada dasarnya air hujan harus ditahan lebih lama di dalam tanah sebelum
dialirkan ke saluran umum kota, untuk keperluan penyediaan dan
pelestarian air tanah.
b. Air hujan dapat dialirkan ke sumur resapan melalui proses peresapan atau
cara lain dengan persetujuan instansi yang terkait.
c. Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.

2.6.6 Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran


Setiap bangunan gedung harus mempunyai fasilitas pencegahan dan
penaggulangan terhadap bahaya kebakaran, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunana dan Lingkungan dan
Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Daerah tentang
Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran.

a. Sistem Proteksi Aktif


Peralatan deteksi dan pemadam yang dipasang tetap atau tidak tetap,
berbasis air, bahan kimia atau gas, yang digunakan untuk mendeteksi dan
memadamkan kebakaran pada bangunan rumah sakit. Sistem proteksi aktif terdiri
dari pipa tegak dan selang kebakaran, hydrant halaman, sistem sprinkler otomatis,
pemadam api ringan (PAR), sistem pemadam kebakaran khusus, sistem deteksi &
alarm kebakaran, sistem pencahayaan darurat, tanda arah dan sistem peringatan
bahaya.
No Alat Luas pelayanan Keterangan
1 Fire Hydrant Jarak maksimal 30 Ditempatkan pada koridor dan
m. tempat yang mudah dicapai.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 73
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

No Alat Keterangan
1 Tangga kebakaran Jarak dari tiap titik max 25 m. dilengkapi
dengan blower. Lebar tangga minimal 1,2 m.
Dilengkapi dengan pintu tahan api selama 2
jam dengan lebar minimal 90 cm.
2 Koridor Lebar minimal koridor 1,8 m.
3 Pintu tahan api Pintu-pintu ditempatkan pada ruangan tersebut
dapat terisolasi bila ada kebakaran.
4 Sumber listrik cadangan Bekerja otomatis pada saat sumber listrik
utama mati, melayani lampu darurat dan
pompa hydrant.
5 Penerangan darurat Lampu penunjuk pada pintu darurat, tangga
kebakaran, koridor, dan arah jalur evakuasi
jarurat
Tabel 2. 19 Sistem Proteksi Pasif (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum)

c. Tangga dan Lift Kebakaran

Gambar 2. 30 Tangga dan Lift Kebakaran (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 75
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

d. Jarak Aman Hydran

Gambar 2. 31 Jarak Aman Hydrant (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum)

2.6.7 Instalasi Listrik


Pemasangan listrik harus aman dan atas dasar hasil perhitungan yang sesuai
dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik.

Setiap bangunan gedung negara yang dipergunakan untuk kepentingan


umum, bangunan khusus, dan gedung kantor tingkat Kementrian/Lembaga, harus
memiliki pembangkit darurat sebagai cadangan, yang caturdayanya dapat
memenuhi kesinambungan pelayanan, berupa genset darurat dengan minimum 40%
daya terpasang.

Penggunaan pembangkit tenaga listrik darurat harus memenuhi syarat


keamanan terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Knalpot dan dinding rumah genset diberi peredam bunyi.

2.6.8 Penerangan dan Pencahayaan


Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan yang cukup sesuai dengan fungsi ruang dalam bangunan
tersebut, sehingga kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan dapat terjamin.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 76
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Ketentuan tekni dan besaran dari pencahayaan alami dan pencahayaan


buatan mengikuti standar pedoman teknis yang berlaku.

2.6.9 Sistem Penangkal Petir


Penangkal petir adalah penghantar diatas atap berupa elektroda logam yang
dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang datar. Tiang-tiang dari logam
dan logam lainnya dapat dimanfaatkan sebagai penangkal petir. Penangkal petir
biasanya terdiri dari tiang pendek (filial) dan kepala penangkal petir (air
termination). Filial adalah penangkap petir batang pendek yang biasa dipasang pada
bangunan atap datar yang menggunakan instalasi penangkal petir sistem kurungan
faraday.

Gambar 2. 32 Komponen Utama Sistem Proteksi Petir (Sumber: Neufert (3), 1996:139)

2.6.10 Pengahawaan dan Pengkondisian Udara


Setiap bangunan gedung negara harus mempunyai sistem
penghawaan/ventilasi alami dan buatan yang cukup untuk menjamin sirkulasi udara
yang segar di dalam ruang dan bangunan.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 77
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Selain menggunakan pendingin buatan pada bangunan perlu juga


menggunakan penghawaan alami agar pengudaraan dapat terganti setiap waktunya.
Dua elemen pada desain bangunan yang harus mendapat perhatian adalah tata
pencahayaan dan penghawaan. Dua elemen ini sangat penting dilakukan secara
benar, dengan tujuan agar ruang-ruang di dalam bangunan mendapat penghawaan
dan pencahayaan alami yang cukup, agar memberi kenyamanan pemakai dalam
melakukan aktifitasnya. Ruang-ruang yang memiliki penghawaan dan pencahayaan
alami baik juga akan memiliki kelembaban udara yang cukup, sehingga kesehatan
lingkungan tetap terjaga. Selain itu, memiliki penghawaan dan pencahayaan alami
yang cukup berarti menghemat energi listrik yang diperlukan, kaeran tidak
tergantung pada pencahayaan dan penghawaan buatan.

2.7.11 Sarana Transportasi dalam Bangunan Gedung


Setiap bangunan negara bertingkat harus dilengkapi dengan sara
transportasi vertikal yang aman, nyaman, berupa tangga, ramp, eskalator, dan/atau
elevator (lift). Penempatan, jumlah tangga dan ramp harus memperhatikan fungsi
dan luasan bangunan gedung, kanstruksinya harus kuat, kokoh, dan sudut
kemiringan tidak boleh melebihi 35 derajat. Penggunaan eskalator dapat
dipertimbangkan untuk pemenuhan kebutuhan khusus dengan memperhatikan
keselamatan pengguna dan keamanan konstruksinya. Penggunaan lift harus
diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah pengguna, waktu tunggu, dan
jumlah lantai bangunan.

2.7.12 Sistem Telekomunikasi


No Jenis Telekomunikasi Keterangan
1 Komunikasi dari luar Telepon jaringan perumahan, Telepon
bangunan umum
2 Telex, PABX, dan internet Untuk internet dan hubungan dengan
keperluan faksimili dan internet
3 Intercom Untuk komunikasi antar ruang bisa dalam
bentuk telepon antar ruang
4 Loudspeaker Berfungsi sebagai pemberitahuan kepada
umum
Tabel 2. 20 Sistem Telekomunikasi (Sumber: Rahmi, 2015)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 79
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.8 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang


Green Building
Banugnan Gedung Hijau adalah bangunan gedung yang memenuhi
persyaratan bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam
penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya melalui penerapan prinsip
bangunan gedung hijau dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap tahapan
penyelenggaraannya.

Adapun persyaratan bangunan hijau sendiri terdiri dari perencanaan teknis,


pengelolaan tapak, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air, kualitas
udara dalam ruang, material ramah lingkungan, pengelolaan sampah dan
pengelolaan air limbah.

Perencanaan Pengelolaan tapak


Teknis Efisiensi penggunaan energi
Efisiensi penggunaan air
Kualitas udara dalam ruang
Penggunaan material ramah lingkungan
Pengelolaan sampah
Pengelolaan air limbah..
Pengelolaan Tapak Orientasi bangunan gedung.
Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/sirkulasi.
Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
Ruang terbuka hijau (RTH) privat.
Penyediaan jalur pedestrian.
Pengelolaan tapak besmen.
Penyediaan laha parkir.
Sistem pencahayaan ruang luar.
Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah
tanah, air dan/atau prasanara/sarana umum.
Efisiensi Selubung bangunan.
penggunaan energi Sistem ventilasi.
Sistem pengkondisian udara.
Sistem pencahayaan.
Sistem transportasi dalam gedung.
Sistem kelistrikan.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 80
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Selain menggunakan pendingin buatan pada bangunan perlu juga


menggunakan penghawaan alami agar pengudaraan dapat terganti setiap waktunya.
Dua elemen pada desain bangunan yang harus mendapat perhatian adalah tata
pencahayaan dan penghawaan. Dua elemen ini sangat penting dilakukan secara
benar, dengan tujuan agar ruang-ruang di dalam bangunan mendapat penghawaan
dan pencahayaan alami yang cukup, agar memberi kenyamanan pemakai dalam
melakukan aktifitasnya. Ruang-ruang yang memiliki penghawaan dan pencahayaan
alami baik juga akan memiliki kelembaban udara yang cukup, sehingga kesehatan
lingkungan tetap terjaga. Selain itu, memiliki penghawaan dan pencahayaan alami
yang cukup berarti menghemat energi listrik yang diperlukan, kaeran tidak
tergantung pada pencahayaan dan penghawaan buatan.

2.7.11 Sarana Transportasi dalam Bangunan Gedung


Setiap bangunan negara bertingkat harus dilengkapi dengan sara
transportasi vertikal yang aman, nyaman, berupa tangga, ramp, eskalator, dan/atau
elevator (lift). Penempatan, jumlah tangga dan ramp harus memperhatikan fungsi
dan luasan bangunan gedung, kanstruksinya harus kuat, kokoh, dan sudut
kemiringan tidak boleh melebihi 35 derajat. Penggunaan eskalator dapat
dipertimbangkan untuk pemenuhan kebutuhan khusus dengan memperhatikan
keselamatan pengguna dan keamanan konstruksinya. Penggunaan lift harus
diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah pengguna, waktu tunggu, dan
jumlah lantai bangunan.

2.7.12 Sistem Telekomunikasi


No Jenis Telekomunikasi Keterangan
1 Komunikasi dari luar Telepon jaringan perumahan, Telepon
bangunan umum
2 Telex, PABX, dan internet Untuk internet dan hubungan dengan
keperluan faksimili dan internet
3 Intercom Untuk komunikasi antar ruang bisa dalam
bentuk telepon antar ruang
4 Loudspeaker Berfungsi sebagai pemberitahuan kepada
umum
Tabel 2. 20 Sistem Telekomunikasi (Sumber: Rahmi, 2015)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 79
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Efisiensi Sumber air.


penggunaan air Pemakaian air.
Penggunaan peralatan saniter hemat air (water fixtures).
Kualitas udara Pelarangan merokok.
dalam ruang Pengendalian karbondioksida (CO2) dan
karbonmonoksida (CO)
Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)
Material ramah Penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan. (eco-
lingkungan labelling).
Pengendalian penggunaan material berbahaya.
Pengolahan Penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
sampah Penerapan sistem penanganan sampah
Penerapan sistem pencatatan timbulan sampah
Pengolahan limbah Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah
air cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota.
Daur ulang air yang berasal dari limbah cair (gray water)
Tabel 2. 21 Peraturan Menteri Perhubungan (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum)

2.9 Studi Banding


2.9.1 SIXX Hotel/Resort

Gambar 2. 34 SIXX Hotel (Sumber: archdaily.com)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 81
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Deskripsi disediakan oleh arsitek. Hotel SIXX terletak di taman hutan


Wulingyun, tempat pemandangan utama di Zhangjiajie provinsi Hunan. Ada
sebuah gunung di belakang hotel, dan ada aliran air di depan.

 Architect : Modulo Architect


 Location : Wulingyuan, Zhangjiajie, Hunan, China.
 Lead Architect : Mi Li
 Principal Architect : Mi Li, Xuan Liu
 Interior Architect : Kun Ma, Xuan Liu
 Area : 2176.0 m2
 Project Year : 2017
 Photograph : Haibo Wang

Gambar 2. 35 Tampak SIXX Hotel (Sumber: archdaily.com)

Pada hotel SIXX mempunyai pintu masuk utama dari taman hutan nasional
dan jalan komersial yang populer di sisi lain sungai. Hotel SIXX adalah kawasan
yang dilindungi secara diam-diam di tengah kemakmuran. Halaman hotel yang
mundur menciptakan relief alami dari lansekap aslinya yang penuh dengan tanaman
loquat, aprikot dan persik.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 82
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 36 Site Plan SIXX Hotel (Sumber: archdaily.com)

Ruang Arsitektural

Hotel SIXX dibangun pada sisi gunung. Arsitek yang membuatnya telah
menciptakan tempat view untuk para pengunjung dengan merubah bentuk tapak
menjadi ruang hotel. Hal ini membuat menunjukkan arsitektural bangunan dan
meningkatkan kualitas dari hotel tersebut. Karena kekurangan lahan parkir, dibuat
garasi untuk 8 mobil di entrance hotel dengan memanfaatkan ketinggian asli lahan.

Untuk menampilkan view panorama ke dalam hotel, sang arsitek membuat


galeri kaca sepanjang tebing. Galeri tersebut berfungsi sebagai gym, yoga, pameran,
café, dan lain lain. Ruang garasi, galeri, dan area hijau terkoneksi dari dalam keluar
yang membuat bangunan menjadi satu dengan lansekap dan melindungi halaman
hotel secara alami.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 83
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.9.2 Saltwater Farm Boutique Hotel


 Architect : RAD LAB
 Area : 8000 ft2
 Tahun : 2019
 Photographer : Darren Bradley

Berlokasi dekat dengan garis pantai yang bersih di pulai Washington’s San
Juan – yang hanya bisa diakses dengan perahu atau pesawat kecil, terdapat
Saltwater Farm di Friday Harbor yang merupakan hotel butik bergaya dan area
liburan pada area sebesar 162 hektar. Dalam proyek ini terdapat lima kabin tamu
hotel dan rumah tinggal dua lantai untuk pemilik dan dua anaknya.

Gambar 2. 39 Saltwater Farm Boutique Hotel (Sumber: archdaily.com)

Lima kabin kecil ini diposisikan dengan cermat diantara hutan pinus untuk
menjamin privasi dan ketenangan tamu hotel. Lima kabin tersebut didesain mirip
dengan gaya Scandinavian minimalis namun setiap unit menawakan atmosfir yang
unik dengan interior custom dan view yang berbeda setiap unit.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 85
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

2.9.2 Saltwater Farm Boutique Hotel


 Architect : RAD LAB
 Area : 8000 ft2
 Tahun : 2019
 Photographer : Darren Bradley

Berlokasi dekat dengan garis pantai yang bersih di pulai Washington’s San
Juan – yang hanya bisa diakses dengan perahu atau pesawat kecil, terdapat
Saltwater Farm di Friday Harbor yang merupakan hotel butik bergaya dan area
liburan pada area sebesar 162 hektar. Dalam proyek ini terdapat lima kabin tamu
hotel dan rumah tinggal dua lantai untuk pemilik dan dua anaknya.

Gambar 2. 39 Saltwater Farm Boutique Hotel (Sumber: archdaily.com)

Lima kabin kecil ini diposisikan dengan cermat diantara hutan pinus untuk
menjamin privasi dan ketenangan tamu hotel. Lima kabin tersebut didesain mirip
dengan gaya Scandinavian minimalis namun setiap unit menawakan atmosfir yang
unik dengan interior custom dan view yang berbeda setiap unit.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 85
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 40 Site Plan Slatwater Farm (Sumber: archdaily.com)

Bangunan utama yang relatif terletak di tengah tapak mempunyai desain


yang simpel dan modern seperti kabin-kabin di tapak tersebut dan berfungsi sebagai
rumah tinggal pemilik proyek di lantai dua dan area komunal di lantai dasar.
Dengan plafon yang tinggi, denah terbuka, dan pintu bi-fold yang membuka ke teras
dek kayu memberikan rasa relaksasi dan berfungsi sebagai perapian komunal hotel.

Gambar 2. 41 Bangunan Utma Hotel Saltwater Farm (Sumber: archdaily.com)

2.9.3 Amanjiwo Resort Hotel


Amanjiwo Resort Hotel merupakan bangunan resort monumental yang
dibangun di tengah-tengah alam dengan menggunakan batu kapur atau gamping
dan terinspirasi dari budaya Jawa Tengah. Terletak di kawasan wisata candi

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 86
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Nilai konteks denga lingkungan sekitar sangat
terasa apabila pengunjung memasuki kawasan resort ini. Anggapan kuno dalam
pemakaian konsep budaya lokal tidak terbukti dan hal ini membalikan fakta bahwa
arsitektur nusantara bisa dikolaborasikan dengan arsitektur masa kini. Kejujuran
dalam desain mempengaruhi tata nilai ruang yang nampak dalam konsep hirarki
ruang, proporsi dan skala manusia. (Lestari, 2010).

Amanjiwo Resort Hotel dibangun oleh suatu jaringan kelompok perusahaan


bertaraf internasional Amanresort yang bergerak dibidang perhotelan yang
memiliki kantor pusat di Singapura, yaitu Amanresort Corporate Office dan arsitek;
Ed Tuttle. Amanjiwo itu sendiri memiliki arti jiwa yang tenang, berasal dari bahasa
lokal daerah Yogyakarta yang juga menjadi pencitraan hotel Amanjiwo (Johan,
2013).

Gambar 2. 42 Amanjiwo Resort Hotel, Borobudur, Magelang (Sumber: google.com, 2020)

Pola massa bangunan membentuk setengah lingkaran dengan bangunan


utama sebagai pusatnya. Peletakkan massa bersifat menyebar. Berikut ini
merupakan gambar site plan dari Amanjiwo Resort Hotel.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 87
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 44 Deluxe Suites dan Dalem Suites Amanjiwo (Sumber: google.com, 2020)

Di sekeliling hotel, pengunjung disuguhkan pemandangan alam yang asri


bukit Menoreh. Sementara di barat terdapat Gunung Sumbing dan Sundoro.
Sedangakan di timur tampak kemegahan Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Letak hotel yang terpencil memberikan kenyamanan dan sensasi tersendiri untuk
setiap pengunjungnya, keamanan dan privasi juga sangat di junjung tinggi di hotel
ini, dimana masyarakat sekitar juga bekerja sama dengan pihak hotel unutk
membantu memberikan keamanan. Hotel ini memiliki akses khusus ke Borobudur
sehingga setiap pengunjung tidak perlu berdesak-desakkan dengan banyak orang
lain yang ingin melihat pemandangan matahari terbit dan terbenam. Memiliki gaya
desain neoklasik jawa dan memiliki konsep bentuk dari candi Borobudur, sehingga
membuat setiap pengunjung akan selalu teringat dengan pengalaman singkatnya di
Amanjiwo. Setiap cottage dibuat terbuka untuk mengekspos pemandangan sawah
sekitar, langit, candi Borobudur dan bukit sekitar hotel, menunjukan keindahan
pemandangan sekitar.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 89
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba dan Hotel Butik pada Lahan Berkontur di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 2. 44 Deluxe Suites dan Dalem Suites Amanjiwo (Sumber: google.com, 2020)

Di sekeliling hotel, pengunjung disuguhkan pemandangan alam yang asri


bukit Menoreh. Sementara di barat terdapat Gunung Sumbing dan Sundoro.
Sedangakan di timur tampak kemegahan Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Letak hotel yang terpencil memberikan kenyamanan dan sensasi tersendiri untuk
setiap pengunjungnya, keamanan dan privasi juga sangat di junjung tinggi di hotel
ini, dimana masyarakat sekitar juga bekerja sama dengan pihak hotel unutk
membantu memberikan keamanan. Hotel ini memiliki akses khusus ke Borobudur
sehingga setiap pengunjung tidak perlu berdesak-desakkan dengan banyak orang
lain yang ingin melihat pemandangan matahari terbit dan terbenam. Memiliki gaya
desain neoklasik jawa dan memiliki konsep bentuk dari candi Borobudur, sehingga
membuat setiap pengunjung akan selalu teringat dengan pengalaman singkatnya di
Amanjiwo. Setiap cottage dibuat terbuka untuk mengekspos pemandangan sawah
sekitar, langit, candi Borobudur dan bukit sekitar hotel, menunjukan keindahan
pemandangan sekitar.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 89
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

BAB III DATA DAN ANALISA


3.1 Lokasi Tapak

Gambar 3. 1 Lokasi Tapak (Sumber: KAK, 2020)

3.1.1 Data Tapak


Lahan Perencanaan bangunan restoran dan hotel butik di Jawa Tengah
seluas 5.030 m2 telah disiapkan dan harus mengikuti kaidah perencanaan yang telah

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 91
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

ditetapkan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayan Jawa Tengah dan KAK.
Kebutuhan terdapat dalam data program ruang, menjadi satu kesatuan dengan
fungsi-fungsi didalamnya dengan sesuai, efisien, dan ramah lingkungan.

 Data teknis
o Lokasi : Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
o Luas tapak : 5.030 m2
o KDB : 60%
o GSB :8m
o GSS :1m
o Jumlah Lantai Maks. : 3 lantai di atas jalan dan 2 lantai di bawah
jalan.
o Utara : Rumah tinggal dan warung-warung
sederhana.
o Timur : Sungai dan lembah kebun.
o Barat : Lembah Kebun
o Selatan : Lembah kontur yang cukup tajam berupa
semak

Kondisi tapak berupa lahan berkontur yang cukup dalam, hingga 10 meter
di bawah jalan raya.

Gambar 3. 2 Tapak dan Peta Topografi (Sumber: KAK, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 92
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.1.2 Kondisi Tapak


1. Lokasi tapak adalah sebelumnya adalah lahan kosong yang dipenuhi dengan
pohon dan tumbuhan lainnya.
2. Tapak dilewati oleh sungai kecil yang mengalir dari jalan raya ke bawah
tapak dengan lebar 1 meter dan kedalaman 1 meter.
3. Terdapat jalan kecil dan tangga dari bawah tapak yang menuju ke jalan raya
dikarenakan tapak menjadi salah satu jalan menuju persawahan yang berada
di bawah tapak.
4. Tapak berupa lahan kontur dengan kedalam sedalam 10 meter dari jalan
raya dan dikelilingi oleh lembah yang cukup curam.
5. Jalan utama tapak adalah Jl. Magelang Salatiga yang memiliki lebar sekitar
5 meter. Jalan tersebut paling sering dilewati oleh kendaraan pribadi seperti
mobil dan sepeda motor. Kendaraan umum seperti angkot dan bus besar
jarang melintasi jalan ini.
6. Sepanjang jalan raya di sekitar tapak digunakan untuk area berjualan seperti
warung dan toko kecil dan ada pula beberapa perumahan dan fasilitas negara
seperti Yayasan Kanker Indonesia.
7. Tapak memiliki suhu yang sejuk sekitar 21-26°C.
8. Kondisi sosial ekonomi sekitar tapak dalam kriteria menengah.

3.2 Analisa Non Fisik


Sebelum mendesain Resto Waralaba, Hotel Butik dan Kantor Konsultan,
Magelang perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai pelaku kegiatan yang ada di
sebuah Restoran, Hotel, dan Kantor. Guna mendapatkan informasi mengenai
kebutuhan pengguna Restoran dan Hotel tersebut, baik kegiatan pengguna yang
akan dianalisa menjadi organisasi ruang berdasarkan ruang-ruang yang dibutuhkan
dari kegiatan tersebut hingga menjadi sebuah program ruang yang akan digunakan
dalam perancangan Restoran Waralaba, Hotel Butik, dan Kantor. Dalam sub-bab
ini akan dibahas menyeluruh mengenai aktifitas dan program ruang, sebagai
berikut.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 93
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.2.1 Pelaku Kegiatan dan Struktur Organisasi


Adapun pelaku kegiatan yang terlibat dalam Restoran, Hotel, dan Kantor
secara garis besar pelaku kegiatan terbagi menjadi dua yaitu tamu, pegawai, dan
pengelola. Pengelola dapat dibagi menjadi dua yaitu administrasi dan servis, tamu
dibagi menjadi dua yaitu tamu yang menginap dan tamu yang tidak menginap, tamu
yang menginap adalah tamu yang menyewa kamar hotel dan tamu yang tidak
menginap adalah yang hanya menggunakan fasilitas hotel. Serta karyawan kantor
yang merupakan pekerja dari sebuah perusahaan konsultan deePlay energy yang
bekerja di bangunan Resto, Hotel dan Kantor ini.

A. Hotel Butik
Hotel butik pada dasarnya memiliki struktur organisasi dan sistem
pelayanan yang sama pada hotel pada umumnya. Yang berbeda hanyalah cara
pelayanan yang seringkali disesuaikan dengan tema hotel tersebut bahkan
seringkali disebut memiliki pelayanan yang lebih baik dibanding hotel biasa,
dekorasi dan desain serta konsep unik dan sekali lagi sesuai dengan tema hotel
tersebut, dan juga target pasar yang berbeda.

1. Pengelola

Pengelola adalah orang yang mengkoordinir segala kegiatan yang


berlangsung di hotel dan bertanggung jawab atas kenyamanan aktifitas bagi
pengunjung. Pengelola dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian menurut
kegiatan dan tugas yang dijalani, yaitu:

a. Pimpinan
Jabatan pimpinan dipegang oleh direktur yang memegang tanggung jawab
utama atas pengelolaan dan keberlangsungan hotel.
b. Front Office
Peran dan fungsinya adalah menyewakan kamar pada tamu. Oleh karena
fungsinya maka letak front office berada di bagian yang paling mudah
terlihat orang. Untuk membantu pelaksanaan fungsi bagian front office

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 94
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.1.2 Kondisi Tapak


1. Lokasi tapak adalah sebelumnya adalah lahan kosong yang dipenuhi dengan
pohon dan tumbuhan lainnya.
2. Tapak dilewati oleh sungai kecil yang mengalir dari jalan raya ke bawah
tapak dengan lebar 1 meter dan kedalaman 1 meter.
3. Terdapat jalan kecil dan tangga dari bawah tapak yang menuju ke jalan raya
dikarenakan tapak menjadi salah satu jalan menuju persawahan yang berada
di bawah tapak.
4. Tapak berupa lahan kontur dengan kedalam sedalam 10 meter dari jalan
raya dan dikelilingi oleh lembah yang cukup curam.
5. Jalan utama tapak adalah Jl. Magelang Salatiga yang memiliki lebar sekitar
5 meter. Jalan tersebut paling sering dilewati oleh kendaraan pribadi seperti
mobil dan sepeda motor. Kendaraan umum seperti angkot dan bus besar
jarang melintasi jalan ini.
6. Sepanjang jalan raya di sekitar tapak digunakan untuk area berjualan seperti
warung dan toko kecil dan ada pula beberapa perumahan dan fasilitas negara
seperti Yayasan Kanker Indonesia.
7. Tapak memiliki suhu yang sejuk sekitar 21-26°C.
8. Kondisi sosial ekonomi sekitar tapak dalam kriteria menengah.

3.2 Analisa Non Fisik


Sebelum mendesain Resto Waralaba, Hotel Butik dan Kantor Konsultan,
Magelang perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai pelaku kegiatan yang ada di
sebuah Restoran, Hotel, dan Kantor. Guna mendapatkan informasi mengenai
kebutuhan pengguna Restoran dan Hotel tersebut, baik kegiatan pengguna yang
akan dianalisa menjadi organisasi ruang berdasarkan ruang-ruang yang dibutuhkan
dari kegiatan tersebut hingga menjadi sebuah program ruang yang akan digunakan
dalam perancangan Restoran Waralaba, Hotel Butik, dan Kantor. Dalam sub-bab
ini akan dibahas menyeluruh mengenai aktifitas dan program ruang, sebagai
berikut.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 93
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.2.1 Pelaku Kegiatan dan Struktur Organisasi


Adapun pelaku kegiatan yang terlibat dalam Restoran, Hotel, dan Kantor
secara garis besar pelaku kegiatan terbagi menjadi dua yaitu tamu, pegawai, dan
pengelola. Pengelola dapat dibagi menjadi dua yaitu administrasi dan servis, tamu
dibagi menjadi dua yaitu tamu yang menginap dan tamu yang tidak menginap, tamu
yang menginap adalah tamu yang menyewa kamar hotel dan tamu yang tidak
menginap adalah yang hanya menggunakan fasilitas hotel. Serta karyawan kantor
yang merupakan pekerja dari sebuah perusahaan konsultan deePlay energy yang
bekerja di bangunan Resto, Hotel dan Kantor ini.

A. Hotel Butik
Hotel butik pada dasarnya memiliki struktur organisasi dan sistem
pelayanan yang sama pada hotel pada umumnya. Yang berbeda hanyalah cara
pelayanan yang seringkali disesuaikan dengan tema hotel tersebut bahkan
seringkali disebut memiliki pelayanan yang lebih baik dibanding hotel biasa,
dekorasi dan desain serta konsep unik dan sekali lagi sesuai dengan tema hotel
tersebut, dan juga target pasar yang berbeda.

1. Pengelola

Pengelola adalah orang yang mengkoordinir segala kegiatan yang


berlangsung di hotel dan bertanggung jawab atas kenyamanan aktifitas bagi
pengunjung. Pengelola dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian menurut
kegiatan dan tugas yang dijalani, yaitu:

a. Pimpinan
Jabatan pimpinan dipegang oleh direktur yang memegang tanggung jawab
utama atas pengelolaan dan keberlangsungan hotel.
b. Front Office
Peran dan fungsinya adalah menyewakan kamar pada tamu. Oleh karena
fungsinya maka letak front office berada di bagian yang paling mudah
terlihat orang. Untuk membantu pelaksanaan fungsi bagian front office

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 94
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

tersebut, maka bagian front office terbagi menjadi beberapa sub bagian yang
mana masing-masing bagian memiliki fungsi pelayanan yang berbeda,
antara lain sebagai berikut.
1. Pelayanan dan pemesanan kamar.
 Melayani pemesanan kamar dari berbagai sumber dan cara
pemesanan.
 Mengarsipkan pemesanan kamar.
 Melakukan pengecekan kamar yang terpakai atau belum.
2. Pelayanan informasi.
 Bertugas memberikan penjelasan-penjelasan informasi yang
diperlukan tamu yang menginap maupun yang tidak
menginap.
3. Pelayanan check-in dan check-out.
 Bagian resepsionis adalah bagian yang melakukan
pendaftaran semua tamu yang datang untuk menginap.
4. Staff housekeeping.
 Bagian housekeeping merupakan salah satu bagian yang
mempunyai peranan dan fungsi yang cukup vital dalam
memberi pelayanan pada tamu, yang menyangkut pelayanan
keamanan dan kebersihan kamar.
5. Staff food and beverage.
 Bagian yang bertugas melayani makanan dan minuman pada
hotel.
6. Staff avccounting department.
 Bertugas mengatur keuangan hotel baik pemasukan dan
pengeluaran.
7. Staff security department.
 Bertugas dan bertanggung jawab dalam keamanan hotel.
Yang dibagi menjadi beberapa bagian:
o Kelompok keamanan luar

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 95
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

o Kelompok keamanan dalam


o Kelompok keamanan khusus
8. Tamu.
Tamu adalah faktor utama keberlangsungan kegiatan yang terdapat
dalam hotel. Tamu adalah orang-orang yang datang berkunjung
untuk keperluan menginap, rekreasi, dan menikmati fasilitas-
fasilitas yang disediakan hotel. Tamu dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu:
 Tamu yang menginap. Tamu ini berhak menikmati dan
mengakses fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh hotel.
 Tamu yang tidak menginap. Tamu ini dapat menikmati
fasilitas-fasilitas publik yang ditawarkan seperti ruang
serbaguna untuk rapat, seminar, fasilitas rekreasi, restoran
dan sebagainya.

B. Restoran Waralaba
Restoran waralaba pada tugas akhir ini lebih menekankan kepada restoran
cepat saji yang memiliki kebutuhan ruang, pengelolaan serta sistem pelayanan yang
berbeda dibanding restoran mewah dan full dining restaurant. Restoran cepat saji
mengutamakan kecepatan pelayanan dengan sistem pelayanan self-service, yaitu
sistem pelayanan yang membiarkan pengunjung untuk mendatangi service counter
untuk memesan makanan sesuai menu yang ditawarkan. Kebutuhan ruang restoran
cepat saji juga berbeda dengan restoran jenis lainnya. Restoran ini biasanya
mempersiapkan bahan bakunya dengan dibekukan dan disimpan di dalam lemari
pendingin untuk segera dimasak dengan cepat.

1. Manager
 Bertugas mengorganisasikan stok makanan dan peralatan,
memesan persediaan, dan mengawasi pekerjaan
maintenance, kebersihan dan keamanan.
 Merencanakan biaya, memaksimalkan laba dan mencapai
target yang ditentukan oleh kantor pusat.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 96
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Membayar karyawan.
 Menjamin standar kebersihan dan kesehatan.
 Menjamin pelayanan tehadap pelanggan.
 Menerima komplain dan pertanyaan dari pelanggan.
 Menyiapkan laporan dan analisa performa restoran.
2. Karyawan Restoran
Karyawan restoran cepat saji pada umumya tidak memiliki bagian-
bagian khusus dalam organisasi strukturnya. Semua tergantung dari
kebutuhan restoran itu sendiri. Karyawan restoran cepat saji ini
biasanya melakukan semua yang perlu dilakukan di dalam dan di
luar seperti memasak, menjaga kebersihan dan menerima pesanan.
 Menyiapkan dan memasak makanan.
 Menerima pemesanan makanan dan minuman.
 Melayani pelanggan.
 Mengoperasikan mesin kasir dan menerima pembayaran dari
berbagai sumber.
 Merawat area makan dan area dapur, seperti membersihkan
meja, membuang sampah, membersihkan lantai, dll.

3. Pelanggan

Pelanggan restoran cepat saji dapat dibedakan menjadi dua. Pelanggan dine-
in dan pelanggan drive-thru. Pelanggan yang makan ditempat melakukan
pemesanan dan menunggu pesanannya datang di meja pelayanan dan makan di area
makan restoran. Sedangkan pelanggan drive-thru hanya melakukan pemesanan dari
dalam mobil melalui interkom yang dipasang di jalan masuk, menerima pesanan
dan membayar di jendela khusus drive-thru restoran yang terintegrasi dengan jalan
keluar restoran atau site.

1. Pelanggan dine-in

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 97
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Skema 3. 3 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Tamu Tidak Menginap Outdoor (Sumber: Analisa
Pribadi, 2020)

A.3 Staff Hotel


 General Manager

Skema 3. 4 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang GM (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 100
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Front Office Manager

Skema 3. 5 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang FOM (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

 Housekeeping Executive

Skema 3. 6 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang HKE (Sumber: Analisa Pribadi)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 101
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Front Office Manager

Skema 3. 5 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang FOM (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

 Housekeeping Executive

Skema 3. 6 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang HKE (Sumber: Analisa Pribadi)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 101
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Concierge

Skema 3. 9 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Concierge (Sumber: Analisa Pribadi)

 Bell Boy

Skema 3. 10 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Bell Boy (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 103
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Room Service

Skema 3. 11 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Room Service (Sumber: Analisa Tapak, 2020)

 F&B Chef

Skema 3. 12 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang F&B Chef (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 104
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Room Service

Skema 3. 11 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Room Service (Sumber: Analisa Tapak, 2020)

 F&B Chef

Skema 3. 12 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang F&B Chef (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 104
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Housekeeper

Skema 3. 15 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Housekeeper (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

 Gate Security

Skema 3. 16 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang GS (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 106
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Housekeeper

Skema 3. 15 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Housekeeper (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

 Gate Security

Skema 3. 16 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang GS (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 106
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Site Security

Skema 3. 17 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang SS (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

 Chief Engineer

Skema 3. 18 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang CE (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 107
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Engineer

Skema 3. 19 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Engineer (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

B. Restoran Waralaba
 General Manager

Skema 3. 20 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang GM (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 108
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

 Karyawan Restoran

Skema 3. 21 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Karyawan Restoran (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

C. Kantor Konsultan
 Karyawan deepLay Energy

Skema 3. 22 Analisa Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Karyawan deepLay Energy (Sumber: Analisa Pribadi,
2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 109
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Sirkulasi 20%
Total + sirkulasi 83.16
Storage Gudang 10 0.9 m2/kamar 2 18
Linen &
Laundry 10 0.6 m2/kamar 1 6
House House
keeping keeping 10 0.5 m2/kamar 1 5
Room
Service 10 0.8 m2/kamar 1 8
Dishwashing 10 1.2 m2/kamar 1 12
Freezer
Chiller 10 0.9 m2/kamar 1 9
Back of Meat Prep. 10 0.2 m2/kamar 1 2
the house F&V Prep. 10 0.2 m2/kamar 1 2
Cold
Kitchen 10 0.8 m2/kamar 1 8
Dapur Bakery 10 1 m2/kamar 1 10
Drinks
Counter 10 2.5 m2/kamar 1 25
Dry Storage 10 0.9 m2/kamar 1 9
Waiter
Station 2 unit 1 0
Chef Office - 6 unit 3 18
Cooking 10 1.8 m2/kamar 1 18
Genset - 10 m2/unit 1 10
R. Elektrikal - 9 m2 1 9
R. Pompa - 12 m2 3 36
STP - 2 m2/unit 4 8
Mekanikal
elektrikal WWTP - 2 m2/unit 2 4
Reservoir
Utilitas Bawah - 50 m2/unit 2 100
Pool Staff
ME - 15 m2/unit 1 15
Gudang
G. Perkakas - 9 m2/unit 4 36
Multiguna Workshop
ME - 9 m2/unit 2 18
Loker Pria 10 0.19 m2/kamar 1 1.9
Loker
Fasilitas Wanita 10 0.19 m2/kamar 1 1.9
Staff Area
staff
R. makan
dan toilet 10 1 m2/kamar 2 20

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 111
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.2.3 Program Ruang


A. Hotel Butik
1. Ruang Penerima

Jenis Jenis Kapa- Luas


Ruang Standar Satuan jml
Kegiatan Ruang sitas (m2)

Penerima Lobby Main Lobby 10 1.8 M2/kmr 1 18


Front Front Desk 10 0.5 M2/kmr 1 5
Office Receptionist 10 0.09 M2/kmr 1 0.9
Lounge 10 0.3 M2/kmr 2 6
Trolley 1 2
Station
Concierge 1 1.5
Keamanan 30 1 10
Toilet 10 0.3 M2/kmr 1 3
Wanita
Toilet Pria 10 0.3 M2/kmr 1 3
Total 49.4
Sirkulasi 20% 9.88
Total + Sirkulasi 59.28

Tabel 3. 1 Kebutuhan Ruang Penerima (Sumber: KAK; SK Dirjen Pariwisata No. 14/U/II/88; Neufert (3),
1996)

2. Ruang Pengelola

Jenis Jenis kapa- Stan- Luas


Ruang Satuan jml
Kegiatan Ruang sitas dar (M2)
General
Manager - 12 unit 1 12
Front Office
Manager - 12 unit 1 12

Board of Houskeeping
Pengelola Executive - 12 unit 1 12
Directors
Security
Director - 12 unit 1 12
Chief
Engineer - 12 unit 1 12
Ruang Rapat 6 1.55 m2/orang 1 9.3
Total 69.3

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 110
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Sirkulasi 20%
Total + sirkulasi 83.16
Storage Gudang 10 0.9 m2/kamar 2 18
Linen &
Laundry 10 0.6 m2/kamar 1 6
House House
keeping keeping 10 0.5 m2/kamar 1 5
Room
Service 10 0.8 m2/kamar 1 8
Dishwashing 10 1.2 m2/kamar 1 12
Freezer
Chiller 10 0.9 m2/kamar 1 9
Back of Meat Prep. 10 0.2 m2/kamar 1 2
the house F&V Prep. 10 0.2 m2/kamar 1 2
Cold
Kitchen 10 0.8 m2/kamar 1 8
Dapur Bakery 10 1 m2/kamar 1 10
Drinks
Counter 10 2.5 m2/kamar 1 25
Dry Storage 10 0.9 m2/kamar 1 9
Waiter
Station 2 unit 1 0
Chef Office - 6 unit 3 18
Cooking 10 1.8 m2/kamar 1 18
Genset - 10 m2/unit 1 10
R. Elektrikal - 9 m2 1 9
R. Pompa - 12 m2 3 36
STP - 2 m2/unit 4 8
Mekanikal
elektrikal WWTP - 2 m2/unit 2 4
Reservoir
Utilitas Bawah - 50 m2/unit 2 100
Pool Staff
ME - 15 m2/unit 1 15
Gudang
G. Perkakas - 9 m2/unit 4 36
Multiguna Workshop
ME - 9 m2/unit 2 18
Loker Pria 10 0.19 m2/kamar 1 1.9
Loker
Fasilitas Wanita 10 0.19 m2/kamar 1 1.9
Staff Area
staff
R. makan
dan toilet 10 1 m2/kamar 2 20

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 111
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Musholla 10 0.6 m2/kamar 1 6


R. keamanan 10 0.3 m2/kamar 1 3
R.
Dokter Pemeriksaan 2 20
Fasilitas
Kesehatan Ruang
Dokter 3
Bangsal K. Inap 1 12.87 m2/kamar 2 25.74
Sirkulasi Lift Schindler
Vertikal Service 2600 1.5 T 2.275 m2/unit 1 2.275
Panel Surya 2 m2/unit 100 200
PLTS
Utilitas R. Kontrol 12 m2/unit 1 12
Rooftop Air Hujan RWT 16 m2/unit 2 32
Total 710.82
Sirkulasi 20%
Total + sirkulasi 852.98
Jenis Jenis Stan- Standar Sirku- Luas
jml lasi
Parkir Kendaraan dar Sirkulasi (m2)
Parkir Parkir Mobil 20 15 100% 600 600
Parkir Hotel Parkir Motor 30 2 100% 120 120
Parkir Parkir Mobil 10 15 100% 300 300
Karyawan Parkir Motor 30 2 100% 120 120
Total 1140

Tabel 3. 2 Kebutuhan Ruang Pengelola (Sumber: KAK; SK Dirjen Pariwisata No. 14/U/II/88; Neufert (3),
1996)

3. Ruang Pengunjung

JENIS JENIS KAPA- STAN- LUAS


RUANG SATUAN JML
KEGIATAN RUANG SITAS DAR (M2)

Kamar Tidur 2-3 org


- Queen Bed 160x200 cm 1 3.20
- Nakas 65x55 cm 2 0.36
- Lemari 130x60 cm 1 0.78
Deluxe - Meja Kerja 200x50 cm 1 1.00
Menginap
Room - Meja Rias 150x50 cm 1 0.75
- Meja TV 120x40 cm 1 0.48
- Sofa 230x162 cm 1 3.73
- Pantry m2 1 8.00
Lavatory

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 112
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

- Kloset Duduk 61X35 cm 1 0.21


- Shower 2 org 200x200 cm 1 4.00
- Wastafel
1
Kabinet 60x50 cm 0.30
- Bathtub 200x90 cm 1 1.80
- Balkon/teras 7.5 m2 1 7.50
Total 32.10
Sirkulasi 0.40
Total + Sirkulasi 44.94
Kebutuhan Unit Kamar 10 449.45
Sirkulasi Lift Schindler 3000 10 3.4 m2/unit 2 6.80
Vertikal Pengunjung Lobby Lift 10 6.8 m2/unit 1 6.80
Area Makan 30 2 m2/kursi 1 60.00
Restoran
Toilet 2 unit 3 6
Hotel
Waiter Station 1.5 m2/unit 2 3

Indoor
Rooftop Area Makan 30 1.8 m2/kursi 1 54.00
Bar Toilet 2 m2/unit 3 6
Waiter Station 1.5 m2/unit 2 3
Sirkulasi 30% 43.68
Area Renang
Dewasa 100 unit 1.5 150.00
Area Renang
Anak 50 unit 1 50.00
Kolam
Ruang Ganti 5.375 unit 3 16.13
Outdoor Renang
Ruang Bilas 1.875 unit 3 5.63
Toilet 1.56 unit 3 4.68
Ruang
Duduk/Jemur 1.36 unit 8 10.88
Sirkulasi 30% 71.19
Total 189.28

Tabel 3. 3 Kebutuhan Ruang Pengunjung (Sumber: KAK; SK Dirjen Pariwisata No. 4 U/II/88; Neufert (3),
1996; Lawson)

B. Restoran Waralaba
Jenis Jenis Kapa- Stan- Luas
Ruang Satuan JML
Kegiatan Ruang sitas dar (M2)
Back of PengelolaGeneral
The Manager 1 org 12 unit 1 12
House Karyawan Kasir 4 org 2 m2/org 1 8

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 113
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Drive-
thru 3 org 3 m2/org 1 9
Storage 162 0.2 m2/cover 1 32.4
Veg.
Prep. 162 0.02 m2/cover 1 3.24
Cold
Meals 162 0.08 m2/cover 1 12.96
Meat
Prep 162 0.02 m2/cover 1 3.24
Cooking
area 162 0.08 m2/cover 1 12.96
Washing
Area 162 0.1 m2/cover 1 16.2
Walk-
ways 162 0.17 m2/cover 1 27.54
Staff
room 162 0.15 m2/cover 1 24.3
Janitor 2 unit 1 2
Total 163.8
Ruang
Restoran
Makan 90 1.6 m2/kursi 1 144
Front of Wanita 1 2 unit 2 4
The Toilet
House Pria 1 2 unit 3 6
Wash Dewasa 1 1 unit 2 2
Basin Anak 1 0.6 unit 1 0.6
Total 156.6
Sirkulasi 20%
Total 187.9
Parkir Mobil 10 15 m2/unit 1 150
Sirkulasi 100% 150
Parkir
Parkir Motor 25 2 m2/unit 1 50
Sirkulasi 100% 50
Total 400

Tabel 3. 4 Kebutuhan Ruang Pengunjung dan Staff Restoran Waralaba (Sumber: KAK; Neufert (3), 1996;
Pickard, 2002 )

C. Kantor Konsultan deepLay Energy


Jenis Kapa- Stan- Luas
Ruang Satuan JML
Kegiatan sitas dar (M2)
Kantor 6 8.33 m2/org 2 100
Bekerja
R. Rapat 12 2.5 m2/org 1 30

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 114
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Gudang 6 m2/unit 1 6
Kantor
Open-Plan 6 6 m2/orang 1 36
Resepsionis 1 2 m2/orang 2 4
Menerima Ruang
Tamu tamu 5 4 m2/org 1 20
Toilet 1 2 m2/org 4 8
Istirahat
Pantry 6 1.6 m2/kursi 1 9.6
Sirkulasi Schindler
Vertikal 3000 10 3.4 m2/unit 1 3.4
Total 217
Sirkulasi 15%
Total + Sirkulasi 249.55
Parkir
Mobil 6 15 m2/unit 1 90
Sirkulasi 100% 90
Parkir
Parkir
Motor 10 2 m2/unit 1 20
Sirkulasi 100% 20
Total 220

Tabel 3. 5 Kebutuhan Ruang Kantor Konsultan (Sumber: KAK; Neufert (3), 1996)

D. Rumah Tinggal
Jenis Jenis Kapa- Luas
Kebutuhan Ukuran Satuan JML
Kegiatan Ruang sitas (M2)
Kamar King Bed 2 org 200x200 cm 1
Tidur Nakas 40x40 cm 2
Lemari 120x60 cm 1 100.00
Meja Rias 105x50 cm 1
Meja Kerja 80x50 cm 1
Extra Twin Bed 2 org 200x90 cm 2 3.60
Room Nakas 40x40 cm 2 0.32
Rumah Lemari 120x60 cm 1 7.20
Tinggal Meja 105x50 cm 1 0.53
Ruang Meja TV 45x75 cm 1 0.34
Keluarga Sofa 85x85 cm 3 0.72
Meja Kopi 105x50 cm 1 0.53
Ruang Meja
Makan Makan 6 org 80x80 cm 6 3.84
Pantry Kursi Bar 50x40 cm 2 0.20
Meja Bar 150x50 cm 1 0.75

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 115
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Lemari
makanan 200x50 cm 1 1.00
Ruang Single Bed 1 org 200x90 cm 1 1.80
Pembantu Nakas 40x40 cm 1 0.16
Lemari 60x60 cm 1 0.36
Meja 105x50 cm 1 0.53
Garasi Mobil 1 15 m2/unit 3 45.00
Motor 1 2 m2/unit 3 6.00
Sepeda 1 0.6 m2/unit 3 1.80
Ruang Mesin Cuci 60x63 cm 1 0.38
Cuci Ruang
Jemur 12 m2/unit 1 12.00
Ruang
Servis Setrika 9 m2/unit 1 9.00
Dapur Dishwasher 100x60 cm 1 0.60
Kompor 60x60 cm 1 0.36
Kulkas 60x60 cm 1 0.36
Tray 60x15 cm 2 0.09
Kamar WC 70x50 cm 1 0.35
Mandi Shower 75x75 cm 1 0.56
Bathtub 170x70 cm 1 1.19
Handbasin 60x40 cm 1 0.24
Gudang 4.5 m2/unit 1 4.50
Schindler
Lift 3000 10 org 3.4 m2/unit 1 3.4
Total 210.70
Sirkulasi 40%
Total + Sirkulasi 294.97
Ruang Tinggal Karyawan
Jenis Jenis Kapa- Luas
Kebutuhan Ukuran Satuan JML
Kegiatan Ruang sitas (M2)
Kamar Single Bed 1 org 200x90 cm 1 1.80
Tidur Nakas 40x40 cm 1 0.16
Lemari 120x60 cm 1 0.36
Ruang Meja kerja
Tinggal Kerja & kursi 150x60 cm 1 0.53
Lemari
Simpan 80x60 cm 1 0.48
Sofa 85x85 cm 1 0.723
Nakas 45x45 cm 1 0.203

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 116
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

B. Organisasi Ruang Hotel Butik

Skema 3. 24 Organsasi Ruang Hotel Butik (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

C. Organisasi Ruang Restoran Waralaba

Skema 3. 25 Organisasi Ruang Restoran Waralaba (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 119
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

D. Organisasi Ruang Rumah Tinggal

Skema 3. 26 Organisasi Ruang Rumah Tinggal (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

E. Organisasi Ruang Kantor deePlay Energy

Skema 3. 27 Organisasi Ruang Kantor deepLay Energy (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 120
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

F. Organisasi Ruang Ruang Tinggal Karyawan

Skema 3. 28 Organisasi Ruang Ruang Tinggal Karyawan (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

G. Organisasi Back of The House Hotel Butik

Skema 3. 29 Organisasi Ruang Back of the House Hotel Butik (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 121
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

H. Organisasi Ruang Back of The House Restoran Waralaba

Skema 3. 30 Organisasi Ruang Back of The House Restoran Waralaba (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

3.2.5 Hubungan Antar Ruang


A. Hubungan Antar Ruang Bangunan Restoran

Gambar 3. 3 Hubungan Antar Ruang Bangunan Restoran (Sumber: Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 122
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

B. Hubungan Antar Ruang Bangunan Hotel Butik

Gambar 3. 4 Hubungan Antar Ruang Bangunan Hotel (Sumber: Analisa Pribadi, 2020; Permen Parekraf
Nomor PM. 53/HM001/MPEK/2013)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 123
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.3 Zoning Vertikal

Skema 3. 31 Zoning Vertikal (Analisa Pribadi, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 124
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.4 Analisa Tapak


3.4.1 Analisa Tautan Lingkungan
Analisa

 Lingkungan di sekitar tapak terutama di Jalan Magelang Salatiga yang


merupakan jalan utama tapak kebanyakan berupa komersial. Sepanjang
Jalan Magelang Salatiga terdapat banyak toko-toko dan warung yang
menjual makanan dan minuman dan kebutuhan sehari-hari serta bengkel
kendaraan yang membuat jalan ini dilalui banyak orang.

Berdasarkan analisa tersebut muka bangunan menjadi patokan


penempatan muka bangunan. Berikut merupakan tanggapan per-lantainya:

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 125
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.4 Analisa Tapak


3.4.1 Analisa Tautan Lingkungan
Analisa

 Lingkungan di sekitar tapak terutama di Jalan Magelang Salatiga yang


merupakan jalan utama tapak kebanyakan berupa komersial. Sepanjang
Jalan Magelang Salatiga terdapat banyak toko-toko dan warung yang
menjual makanan dan minuman dan kebutuhan sehari-hari serta bengkel
kendaraan yang membuat jalan ini dilalui banyak orang.

Berdasarkan analisa tersebut muka bangunan menjadi patokan


penempatan muka bangunan. Berikut merupakan tanggapan per-lantainya:

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 125
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai Rooftop

3.4.2 Analisa Entrance Tapak


Analisa

Tanggapan Lantai 1

Tanggapan Lantai 2

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 127
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 3

Tanggapan Lantai 4

Tanggapan Lantai 5

Tanggapan Rooftop

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 128
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.4.3 Analisa Sirkulasi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sugiono (2008), sirkulasi
adalah suatu peredaran. Sedangkan Cyrill M. Harris (1975) menyebutkan bahwa
sirkulasi merupakan suatu pola lalu lintas atau pergerakan yang terdapat dalam
suatu area bangunan. Di dalam bangunan, suatu pola pergerakan memberikan
keluwesan, pertimbangan ekonomis, dan fungsional.

Sirkulasi Horizontal Arah Pemakaian


Linier : Sirkulasi satu alur untuk Ruang penunjang back of the house.
pencapaian ke masing-masing ruang Kantor pengelola, ruang servis, koridor
hotel, ballroom, dan cottage
Radial: Sirkulasi yang terpusat pada Main lobby pada bangunan hotel
satu titik, kemudian menyebar keluar
Grid : Sirkulasi yang menyebar, Layout entrance dan main lobby
banyak simpul dan pola tertentu
Network : Jalan dengan arah yang Entrance dengan main lobby,
menghubungkan antar titik multifunction hall dengan loading
dock.
Tabel 3. 7 Analisa Sirkulasi (Sumber: Cyrill M. Harris, 1975)

Analisa

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 129
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 1

Tanggapan Lantai 2

Tanggapan Lantai 3

Tanggapan Lantai 4

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 130
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 5

Tanggapan Rooftop

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 131
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.4.4 Analisa View


Tapak berada di kota Magelang yang secara geografis terletak di antara 3
gunung yaitu Gunung Merbabu, Gunung Merapi dan Gunung Sumbing. Gunung
Merbabu dan Merapi dapat terlihat dari arah selatan tapak, sedangkan Gunung
Sumbing terletak di arah utara tapak yang tidak terlalu terlihat.

Arah barat dan timur site dikelilingi oleh tebing dari kontur tapaknya itu
sendiri. Menjadikan bagian tersebut cenderung tersembunyi dan tidak mempunyai
view yang menarik. Sedangkan arah utara merupakan jalan utama yang merupakan
akses utama menuju tapak.

Analisa

Tanggapan Lantai 1

Tanggapan Lantai 2

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 132
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 3

Tanggapan Lantai 4

Tanggapan Lantai 5

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 133
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Rooftop

3.4.5 Analisa Angin


Menurut Wind Rose yang diambil dari website meteoblue.com, terlihat arah
angin yang paling sering berhembus dalam waktu setahun adalah dari arah selatan
menuju utara tapak dengan kecepatan >12 km/jam.

Penempatan zona ruang ditempatkan untuk menjamin semua ruangan


mendapatkan angin. Zona fasilitas outdoor ditempatkan agak ke atas (utara tapak)
menjadi pusat pergerakan dan menghadap ke arah selatan untuk memaksimalkan
exposure terhadap angin. Zona kamar hotel diletakkan di ujung selatan tapak agar
kamar hotel mendapatkan angin pertama dari seluruh bangunan hotel.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 134
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Rooftop

3.4.5 Analisa Angin


Menurut Wind Rose yang diambil dari website meteoblue.com, terlihat arah
angin yang paling sering berhembus dalam waktu setahun adalah dari arah selatan
menuju utara tapak dengan kecepatan >12 km/jam.

Penempatan zona ruang ditempatkan untuk menjamin semua ruangan


mendapatkan angin. Zona fasilitas outdoor ditempatkan agak ke atas (utara tapak)
menjadi pusat pergerakan dan menghadap ke arah selatan untuk memaksimalkan
exposure terhadap angin. Zona kamar hotel diletakkan di ujung selatan tapak agar
kamar hotel mendapatkan angin pertama dari seluruh bangunan hotel.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 134
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 2

Tanggapan Lantai 3

Tanggapan Lantai 4

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 136
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 5

Tanggapan Rooftop

3.4.6 Analisa Kebisingan


Analisa

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 137
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 1

Tanggapan Lantai 2

Tanggapan Lantai 3

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 138
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 1

Tanggapan Lantai 2

Tanggapan Lantai 3

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 138
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.4.7 Analisa Kontur


Analisa

 Daerah berkontur landai digunakan untuk zona ruang dengan luasan


yang paling luas seperti fasilitas outdoor, fasilitas indoor, parkir dan
sirkulasi serta kamar hotel untuk meminimalisir cut & fill lahan.
 Daerah berkontur curam digunakan untuk ruangan servis dan pengelola
untuk untuk mengurangi cut & fill
 Daerah berkontur sangat curam sebaiknya digunakan untuk kelompok
ruang dengan fungsi spesifik seperti restoran, rumah tinggal, ruang
karyawan, kantor dan sebagainya agar dapat dilakukan cut & fill secara
maksimal dan efisien.
Tanggapan Lantai 1

Tanggapan Lantai 2

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 140
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Tanggapan Lantai 3

Tanggapan Lantai 4

Tanggapan Lantai 5

Tanggapan Rooftop

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 141
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.4.8 Analisa Matahari


Analisa

Waktu paling panas di daerah sekitar tapak adalah pada bulan September pada
jam 11.00 sampai jam 16.00 WIB yang ditunjukkan oleh garis kuning yang
merepresentasikan matahari di waktu tersebut.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 142
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

3.4.8 Analisa Matahari


Analisa

Waktu paling panas di daerah sekitar tapak adalah pada bulan September pada
jam 11.00 sampai jam 16.00 WIB yang ditunjukkan oleh garis kuning yang
merepresentasikan matahari di waktu tersebut.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 142
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Bisa dilihat dari analisa sunlight hours bagian mana yang paling banyak
mendapatkan sinar matahari dalam waktu setahun terhitung dari matahari terbit
dan terbenam.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 144
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Bisa dilihat dari analisa sunlight hours bagian mana yang paling banyak
mendapatkan sinar matahari dalam waktu setahun terhitung dari matahari terbit
dan terbenam.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 144
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

BAB IV KONSEP
4.1 Konsep Dasar Perancangan
Masyarakat Jawa memiliki kosmologi dan kepercayaan yang amat
berpengaruh dalam arsitektur bangunannya. Herusatoto (dalam Pitana, 2007)
menyebutkan bahwa manusia jawa dalam kehidupannya selalu beruhasa menjaga
keseimbangan dan keharmonian jagadnya yang meliputi jagad alit dan jagad gede.
Jagad Alit yang berupa mikrokosmos dan Jagad Gede yang merupakan
makrokosmos seperti yang dijelaskan oleh Frick (dalam Pitana, 2007) bahwa
makrokosmos manusia Jawa adalah lingkungan alam, sedangkan makrokosmosnya
adalah arsitektur sebagai ruang tempat hidup yang merupakan gambaran
makrokosmos yang tak terhingga.

Kesungguhan manusia Jawa dalam menjaga keseimbangan dan keselarasan


antara mikrokosmos dan makrokosmos dalam penentuan ruang hidup materialnya
tidak hanya diwujudkan dalam pemakaian istilah omah untuk rumah, tetapi lebih
pada pemakaian simbol pada hampir seluruh bagian yang berkaitan dengan rumah
itu sendiri, baik pada simbol materi maupun simbol perilakunya. Simbol materi
yang dimaksud adalah hal-hal yang bersifat fisik dan dapat ditangkap secara
inderawi, diantaranya adalah: pola tata ruang dan tata massa bangunan, pola
perwujudan bentuk bangunan, penggunaan material bangunan, dan desain ornamen
yang melekat. Sedangkan untuk simbol perilaku yang dimaksud adalah untuk hal-
hal yang berkaitan dengan tindakan dari manusia Jawa berkaitan dengan
pembangunan rumahnya, diantaranya adalah mengenai ritual-ritual, laku batin, dan
gugon tuhon yang menyertai proses pembangunan sebuah rumah. Misalnya, ritual
bedah bumi untuk pertanda dimulainya penggalian tanah untuk pondasi rumah, atau
ritual munggah peruwun untuk memulai memasang balok kayu paling atas dari
sebuah atap bangunan. (Pitana, 2007)

Bagian fisik dari perwujudan rumah tradisional rumah Jawa yang paling
mudah diidentifikasi adalah perwujudan bentuk atap. Berbeda dengan bangunan-
bangunan tradisional lainnya di Nusantara yang mengambil filosofi bentuk sebuah
perahu, atap bangunan tradisional Jawa mengambil filosofi bentuk dari sebuah

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 145
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

gunung. Pada awalnya filosofi bentuk gunung tersebut diwujudkan dalam bentuk
Tajug. Pada perkembangannya, atap Tajug mengalami pegembangan menjadi atap
Joglo (tajug loro = penggabungan dua tajug) dan penyederhanaan menjadi atap
Limasan dan Kampung (Prijitomo, 1995; Ismunandar, 1986; Pitana, 2007).

Dalam sistem struktur bangunan tradisional Jawa, struktur atap ditopang dan
diikat oleh saka (kolom atau tiang), yang kemudian diteruskan ke pondasi bangunan
yangb berbentuk umpak (pondasi setempat yang terbuat dari batu berbentuk
trapesium). Kolom utama penyangga atap bangunan adalah saka guru, yang
berjumlah 4 buah. Jumlah dari saka guru ini merupakan simbol adanya pengaruh
kekuatan dari 4 penjuru mata angin, atau biasa disebut konsep Pajupat. Dalam
konsep ini, manusia berada di tengah perpotongan arah mata angin, tempat yang
dianggap mengandung getaran magis yang amat tinggi. (Pitana, 2007).

Masyarakat Jawa mengenal tiga tingkatan etika dalam kehidupan sosialnya.


Pertama, moral etika yang digunakan dalam kelompok terkecil, yaitu lingkup
keluarga. Moral etika ini disebut moral etika keluarga. Kedua, moral etika antar
keluarga, yaitu moral etika yang digunakan dalam kehidupan kelompok yang lebih
besar antar keluarga. Ketiga, mora etika yang digunakan dalam lingkup masyarakat
luas. Pada praktek kesehariannya, masyarakat Jawa lebih mengutamakan moral
etika yang lebih luas, atau dalam arti lain masyarakat Jawa lebih mengutamakan
kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi atau kelompok yang lebih kecil
(Herusatoto, 1991; Magnis-Suseno, 1996; Pitana, 2007).

Bagi manusia Jawa rumah merupakan ungkapan hakikat penghayatan


terhadap kehidupan. Apabila pengaturan penggunaan bahasa pada pengaturan
hirarki antara para bangsawan dan rakyat (ngoko dan kromo) merupakan penentuan
ruang hirarki strata sosial bagi kehidupan manusia Jawa, maka dapat dipahami
bahwa arsitektur tradisional Jawa merupakan penentuan ruang hidup material
manusia Jawa. Penggunaan sekat dan dinding pembatas pada rumah tidak dimaknai
pembatas dengan alam, tetapi lebih merupakan penegasan terhadap ketentuan moral
etika. Secara arsitektural, pola tata ruang yang ada pada bangunan rumah tradisional
Jawa dapat jelas diidentifikasikan tahapan penyucian atau kesakralan ruangnya.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 146
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

BAB IV KONSEP
4.1 Konsep Dasar Perancangan
Masyarakat Jawa memiliki kosmologi dan kepercayaan yang amat
berpengaruh dalam arsitektur bangunannya. Herusatoto (dalam Pitana, 2007)
menyebutkan bahwa manusia jawa dalam kehidupannya selalu beruhasa menjaga
keseimbangan dan keharmonian jagadnya yang meliputi jagad alit dan jagad gede.
Jagad Alit yang berupa mikrokosmos dan Jagad Gede yang merupakan
makrokosmos seperti yang dijelaskan oleh Frick (dalam Pitana, 2007) bahwa
makrokosmos manusia Jawa adalah lingkungan alam, sedangkan makrokosmosnya
adalah arsitektur sebagai ruang tempat hidup yang merupakan gambaran
makrokosmos yang tak terhingga.

Kesungguhan manusia Jawa dalam menjaga keseimbangan dan keselarasan


antara mikrokosmos dan makrokosmos dalam penentuan ruang hidup materialnya
tidak hanya diwujudkan dalam pemakaian istilah omah untuk rumah, tetapi lebih
pada pemakaian simbol pada hampir seluruh bagian yang berkaitan dengan rumah
itu sendiri, baik pada simbol materi maupun simbol perilakunya. Simbol materi
yang dimaksud adalah hal-hal yang bersifat fisik dan dapat ditangkap secara
inderawi, diantaranya adalah: pola tata ruang dan tata massa bangunan, pola
perwujudan bentuk bangunan, penggunaan material bangunan, dan desain ornamen
yang melekat. Sedangkan untuk simbol perilaku yang dimaksud adalah untuk hal-
hal yang berkaitan dengan tindakan dari manusia Jawa berkaitan dengan
pembangunan rumahnya, diantaranya adalah mengenai ritual-ritual, laku batin, dan
gugon tuhon yang menyertai proses pembangunan sebuah rumah. Misalnya, ritual
bedah bumi untuk pertanda dimulainya penggalian tanah untuk pondasi rumah, atau
ritual munggah peruwun untuk memulai memasang balok kayu paling atas dari
sebuah atap bangunan. (Pitana, 2007)

Bagian fisik dari perwujudan rumah tradisional rumah Jawa yang paling
mudah diidentifikasi adalah perwujudan bentuk atap. Berbeda dengan bangunan-
bangunan tradisional lainnya di Nusantara yang mengambil filosofi bentuk sebuah
perahu, atap bangunan tradisional Jawa mengambil filosofi bentuk dari sebuah

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 145
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Secara visual, semakin tertutup suatu ruang, semakin tinggi tingkat kesakralannya.
(Pitana, 2007)

4.2 Konsep Bangunan


4.2.2 Konsep Bentuk Dasar Bangunan

Gambar 4. 1 Bentuk Dasar Bangunan (Sumber: Dokumen Pribadi)

4.2.2 Konsep Bentuk Atap


Bentuk atap pada bangunan menggunakan atap pada rumah adat jawa
sebagai penerapan neo-vernakular dan green building karena dapat menahan hawa
panas pada area atap. Atap yang akan digunakan pada desain diambil dari bentuk
dasar atap Panggang Pe dan Joglo

Gambar 4. 2 Atap Rumah Joglo (Sumber: Perpustakaan.id, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 147
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

4.2.3 Konsep Fasad Bangunan


Berdasarkan zoning akhir yang didapat di bangunan hotel dan resto
menghadap kearah timur karena arah timur adalah arah yang terbaik dari segi view.
Namun arah selatan memiliki tiupan angin yang lebih sering berhembus naik ke
utara tapak. Maka desain bangunan yang terpisah dan memanjang dipilih untuk bisa
memaksimalkan view dan menangkap angin agar dapat mengurangi kebutuhan AC.

Gambar 4. 3 Bangunan terpisah mengikuti kontur (Sumber: google.com, 2020)

4.3 Konsep Tapak


Konsep tapak adalah ramah lingkungan dimana bangunan meminimalkan
cut and fill tanah dengan membuat bangunan panggung atau mengikuti arah tanah.

Gambar 4. 4 Rumah Panggung Mengikuti Arah Tanah (Sumber: Pinterest.com, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 148
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Pemanfaatan udara secara maksimal dengan membuat beberapa ruang pada


bangunan bersifat terbuka atau tanpa sekat. Dinding dapat diganti dengan gorden
atau tirai bambu yang bersifat lebih fleksibel.

Gambar 4. 7 Elysium Boutique Hotel (Sumber: visitgreece.com, 2020)

4.4 Konsep Sistem Struktur


4.4.1 Struktur Atas dan Atap
Penggunaan struktur atas adalah beton bertulang dengan mengadopsi baja
sebagai struktur tambahan. Sedangakan struktur atap miring menggunakan truss
dengan konstruksi baja alumunium dan untuk atap datar menggunakan plat beton.

Gambar 4. 8 Konsep Penerapan Struktur Atas dan Atap (Sumber: Perodiag.blogger.com, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 150
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Pemanfaatan udara secara maksimal dengan membuat beberapa ruang pada


bangunan bersifat terbuka atau tanpa sekat. Dinding dapat diganti dengan gorden
atau tirai bambu yang bersifat lebih fleksibel.

Gambar 4. 7 Elysium Boutique Hotel (Sumber: visitgreece.com, 2020)

4.4 Konsep Sistem Struktur


4.4.1 Struktur Atas dan Atap
Penggunaan struktur atas adalah beton bertulang dengan mengadopsi baja
sebagai struktur tambahan. Sedangakan struktur atap miring menggunakan truss
dengan konstruksi baja alumunium dan untuk atap datar menggunakan plat beton.

Gambar 4. 8 Konsep Penerapan Struktur Atas dan Atap (Sumber: Perodiag.blogger.com, 2020)

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 150
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

4.4.2 Konsep Penerapa Struktur Bawah


Jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi Bore Pile. Ketinggian
bangunan yang akan direncanakan pada tapak adalah 5 lantai.

Gambar 4. 9 Konsep Penerapan Struktur Bawah (Sumber: belajarsipil.com, 2020)

4.5 Sistem Utilitas


4.5.1 Sistem Pengelolaan Air
Pada tapak terdapat sistem Water Recycle dimana air dimanfaatkan kembali
agar tidak sepenuhnya terbuang dari tapak. Selain mengurangi banyaknya buangan
air tapak, pemasukkan air bersih dari luar pun dapat dikurangi sehingga dapat
menghemat biaya dan ramah lingkungan.

Gambar 4. 10 Water Recyling System (Sumber: google.com, 2020)

Pada tapak sebaiknya memperbanyak saluran air dan resapan air sehingga
tidak terjadi genangan pada tapak, terutama pada lahan berkontur yang dapat

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 151
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
Restoran Waralaba. Hotel Butik, Kantor dan Rumah Tinggal
Di Magelang, Jawa Tengah

Gambar 4. 11 Sistem Transportasi (Sumber: Google.com, 2020)

4.5.4 Sistem Keamanan

Gambar 4. 12 Smart Building System (Sumber: google.com)

Bangunan menggunakan Smart Building system. Smart Building System


adalah sebuah konsep yang memadukan desain arsitektur, desain interior dan ME
agar dapat memberikan kecepatan gerak/mobilitas serta kemudahan kontrol juga
akses dari arah mana pun dan waktu kapan pun secara otomatis untuk semua
aktifitas dalam bangunan.

Meskipun bangunan bertema Neo-vernakular tetapi sistem bangunan


menggunakan Smart Building System dengan pemasangan cctv di area tapak,
detector dan sistem elektrikal yang dapat langsung dikendalikan oleh pengelola
secara real-time.

Muhammad Iqbal Farhan – 41215210011


Program Studi Arsitektur – Universitas Mercu Buana | 153

Anda mungkin juga menyukai