Anda di halaman 1dari 18

DRAFT PROPOSAL PENELITIAN TESIS

STUDI PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR OLEH PERUMAHAN FORMAL

DI KOTA BANDUNG

Dosen Pembimbing

Dr.Sri Maryati, ST., MIP

Disusun Oleh

Nama : Indriany Putri Rahmani

NIM : 25418044

PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

SEKOLAH ARSITEKTUR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
DAFTAR ISI

Abstract
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan dan Sasaran.................................................................................................................. 5
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................................................... 5
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ................................................................................................... 5
1.4.2 Ruang Lingkup Materi ...................................................................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................................ 7
BAB 2 ..................................................................................................................................................... 8
2.1 Perumahan................................................................................................................................. 8
2.2 Tipe-tipe perumahan ............................................................................................................... 8
2.3 Infrastruktur yang tersedia di Perumahan ....................................................................... 10
2.3.1 Penyediaan Infrastruktur Jalan........................................................................................ 11
2.3.2 Penyediaan Infrastruktur Air Bersih .............................................................................. 12
BAB 3 ................................................................................................................................................... 14
3.1 Metodologi Pendekatan........................................................................................................ 14
3.2 Metodelogi Pengumpulan Data............................................................................................ 14
3.3 Metode Analisis Data ............................................................................................................. 15
BAB 4 ................................................................................................................................................... 16
4.1 Timeline Penelitian ................................................................................................................ 16

2
Abstract

Peningkatan kebutuhan perumahan di Kota Bandung semakin tinggi sejalan dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan Kota Bandung. Hal ini dimanfaatkan oleh pembangun untuk menyediakan perumahan
untuk memenuhi kebutuhan pasar. Perumahan yang dibangun oleh pengembang memiliki beragam jenis dari
perumahan besar, kecil/sedang, menengah hingga elit. Pembangunan perumahan harus dilengkapi dengan
pembangunan infrastruktur dasar dan penunjang untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan
penghuninya serta dapat meningkatkan daya jual perumahan tersebut. Salah dua infrastruktur dasar utama
dalam perumahan adalah infrastruktur jalan dan infrastruktur air bersih. Pada perumahan formal
penyediaan infrastruktur dilakukan oleh pengembang, namun adanya perbedaan karakteristik perumahan
formal membuat adanya perbedaan karakteristik penyediaan infrastruktur tersebut. Hal ini menjadi
pertanyaan bagaimana karakteristik penyediaan infrastruktur di perumahan formal di Kota
Bandung? . untuk menjawab hal tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif dan
metode analisis deskriptif yaitu menggambarkan kondisi di lapangan dan membandingkannya antara
perumahan formal yang akan diteliti. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kesesuaa,
peran pembangun dalam menyediakan infrastruktur, pengelolaan infrastruktur, dan alokasi pembiayaan
infrastruktur.

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung sebagai kota metropolitan telah menjadi pusat berbagai aktivitas baik tingkat
regional hingga nasional sehingga menjadikan Kota Bandung memiliki pertumbuhan yang pesat.
Hal ini mengakibatkan banyaknya pendatang yang bermukim di Kota Bandung baik untuk
bekerja, belajar, maupun aktivitas lainnya.

Kebutuhan perumahan di Kota Bandung menjadi tinggi sebagai akibat dari meningkatnya
pendatang untuk bermukim di Kota Bandung, untuk itu kebutuhan penyediaan rumah menjadi
hal yang sangat penting untuk menunjang kehidupan masyarakat Kota Bandung. Salah satu
penyediaan perumahan di akomodir oleh pengembang pada perumahan formal.

Perumahan formal yang dibangun oleh pengembang mencakup berbagai kawasan baik di pusat
kota hingga pinggiran kota dengan berbagai jenis dan kategori baik perumahan besar hingga
kecil, perumahan menengah hingga elit yang dibangun sesuai dengan kebutuhan pasar.

Penyediaan perumahan formal perlu didukung oleh berbagai infrastruktur dasar dan penunjang
sehingga dapat meningkatkan kehidupan yang layak serta menjadi nilai jual bagi pengembang,
salah satu infrastruktur dasar yang sangat vital dalam pembangunan perumahan adalah
infrastruktur air bersih dan infrastruktur jalan. Penyediaan infrastruktur ini dibangun oleh
developer untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah. Namun, penyediaan infrastruktur
dasar ini tidak selalu memenuhi kualitas dan kuantitas yang memadai. Sehingga adanya dugaan
perbedaan penyediaan infrastruktur pada perumahan kecil, besar, menengah dan elit

Adanya dugaan ketidakmerataan pembangunan infrastruktur pada perumahan formal tersebut


maka dalam dalam penelitian ini ingin mengetahui karakteristik penyediaan infrastruktur air
bersih dan jalan pada berbagai developer yang ada di Kota Bandung

1.2 Rumusan Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Bandung berdampak pada tingginya kebutuhan


perumahan dimana penyediaan perumahan salah satunya diakomodir oleh pengembang
terutama pada perumahan formal. Dalam pembangunan perumahan dibutuhkan penyediaan
infrastruktur dasar dan penunjang untuk menciptakan kelayakan dan kenyamanan penghuninya.

Salah satu infrastrktur dasar dalam perumahan formal adalah infrastruktur air bersih dan
infrastruktur dasar. Adanya dugaan perbedaan kualitas dan kuantitas serta penyediaan

4
infrastruktur pada perumahan skala besar, kecil, menengah, hingga elit menimbulkan pertanyaan
Bagaimana karakteristik penyediaan infrastruktur air bersih dan jalan pada perumahan
formal di Kota Bandung?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pengembang terhadap
pembangunan infrastruktur di perumahan formal Kota Bandung.

Sasaran dari penelitian ini adalah :

1. Identifikasi penyebaran perumahan formal di Kota Bandung


2. Identifikasi variabel yang berpengaruh terhadap penyedaan infrastruktur di perumahan
formal
3. Penilaian penyediaan infrastruktur di perumahan formal sesuai dengan variabel yang
berlaku

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup penelitian ini adalah beberapa perumahan formal yang ada di wilayah urban yaitu
Kota Bandung. Perumahan formal yang akan diteliti terdiri dari 4 kategori yaitu perumahan
besar, perumahan kecil/sedang, perumahan menengah dan perumahan elit.

Beberapa perumahan formal tersebut adalah

1. de marrakesh oleh pengembang margahayu land

Gambar 1. Perumahan De Marrakesh

2. Perumnas Sadang Serang oleh pengembang perumnas

5
3. Summarecon Bandung oleh pengembang summarecon

Gambar 2. Perumahan Summarecon

4. Perumahan Grand Sharron oleh pengembang WG Grup

Gambar 3. Perumahan Grand Sharron

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dari penelitian ini adalah infrastruktur dasar yaitu air bersih dan jalan di
perumahan formal. Dalam hal ini yang akan dilihat adalah penyediaannya, kualitas fisik,
kesesuaian dengan standar, peran pemgembang dalam penyediaan infrastruktur,
pengelolaannya, dan alokasi dana pembangunan infrastruktur oleh pengembang

6
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku yang
berkaitan dengan penyusunan pra prosposal ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan pendekatan penelitian, kebutuhan data dan metode analisis yang akan
digunakan dalam penelitian ini

BAB IV RENCANA PENELITIAN TAHAP SELANJUTNYA

Bab ini berisi timeline rencana penelitian yang akan dilakukan kedepannya

7
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perumahan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman.


Perumahan adalah tempat tinggal atau lingkungan hunian yang mempunyai batasan-batasan dan
ukuran yang jelas dengan penataan tanah dan ruang, prasarana serta lingkungan yang terstruktur
pada kawasan perumahan dan pemukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang.
Lingkungan hunian yang berimbang adalah lingkungan perumahan yang meliputi rumah
sederhana, rumah menengah dan rumah mewah atau dengan perbandingan tertentu sehingga
dapat menampung secara serasi berbagai kelompok masyarakat. Rumah terdiri dari beberapa
macam sebagai berikut : Perumahan dapat diartikan sebagai suatu cerminan dari diri pribadi
manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan
lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan
peradaban manusia penghuninya, masyarakat ataupun suatu bangsa. (Yudhohusodo, 1991 : 1)

Pada masyarakat modern, perumahan menjadi masalah yang cukup serius. Pemaknaan atas
rumah, simbolisasi nilai-nilai dan sebagainya seringkali sangat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi
dan status sosial. Rumah pada masyarakat modern, terutama di perkotaan, menjadi sangat
bervariasi, dari tingkat paling minim, yang karena keterbatasan ekonomi hanya dijadikan sebagai
tempat berteduh, sampai kepada menjadikan rumah sebagai lambang prestise karena kebutuhan
menjaga citra kelas sosial tertentu.

Masalah perumahan di Indonesia berakar dari pergeseran konsentrasi penduduk dari desa ke
kota. Pertumbuhan penduduk kota di Indonesia yang cukup tinggi, sekitar 4 % pertahun, lebih
tinggi dari pertumbuhan nasional, dan cenderung akan terus meningkat. Hal ini menunjukkan
kecenderungan yang tinggi tumbuhnya kota-kota di Indonesia. Sayangnya, terjadi keadaan yang
tidak sesuai antara tingkat kemampuan dengan kebutuhan sumber daya manusia untuk lapangan
kerja yang ada di perkotaan, mengakibatkan timbulnya kelas sosial yang tingkat ekonominya
sangat rendah. Hal ini berakibat terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan dasar kaum papa itu
yang dapat dikatakan sangat minim. Rumah dan

2.2 Tipe-tipe perumahan

Permen PU RI No. 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara. menjelaskan bahwa berdasarkan luasannya, perumahan dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe,

8
yaitu: tipe rumah mewah, tipe rumah menengah, dan tipe rumah sederhana. Lebih jauh dijelaskan
sebagai berikut

 Tipe rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling lebih
dari > 600 m2 atau biaya pembangunan per m2 diatas harga satuan tertinggi per m2
untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas A yang berlaku.
 Tipe rumah menengah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling
antara 200 m2 – 600 m2 atau biaya pembangunan per m2 diatas harga satuan tertinggi
per m2 untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C sampai A yang berlaku.
 Tipe rumah sederhana adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling
antara 54 m2 sampai 200 m2 atau biaya pembangunan per m2 diatas harga satuan
tertinggi per m2 untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku.

Tipe perumahan lainnya dijelaskan sebagai berikut ini

1. Rumah Sederhana Adalah : Rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak
lebih dari 70 m2 yang dibangun diatas tanah dengan luas kavling 54 m2 sampai dengan
200 m2 dan biaya pembangunan per m2 tuidak melebihi dari harga satuan per m 2
tertinggi untuk bangunan rumah dinas tipe C yang berlaku, yang meliputi rumah
sederhana tipe besar, rumah sederhana tipe kecil, rumah sangat sederhana dan kavling
siap bangun.
2. Rumah sederhana tipe besar Adalah : Rumah sederhana dengan luas lantai bangunan
antara 36 m2 sampai dengan 70 m2 .
3. Rumah sederhana tipe kecil Adalah : Rumah sederhana dengan luas lantai bangunan 21
m2 sampai dengan 36 m2 dan sekurang-kurangnya memiliki kamar mandi dengan WC,
dan ruang serba guna.
4. Rumah sangat sederhana (RSS) Adalah : Rumah tidak bersusun dengan luas lantai
bangunan 21 m2 sampai dengan 36 m2 dan sekurang-kurangnya memiliki kamar mandi
dengan WC, dan ruang serba guna dengan biaya pembangunan per m2 sekitar setengah
dari biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk rumah sederhana.
5. Kavling siap bangun Adalah : Lahan tanah matang yang terencana, yang luasnya 54 m2
sampai dengan 72 m2 , dalam suatau lingkungan perumahan dengan prasarana
lingkungan berupa jalan setapak berkonstuksi sederhana dengan daerah manfaat jalan
2,80 m serta dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial barupa jaringan listrik,
air bersih, MCK (mandi, cuci, kakus) untuk umum, tempat bermain dan warung.
6. Rumah menengah Adalah : rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah dengan
luas kavling 54 m2 sampai dengan 600 m2 dan biaya pembangunan per m2 tertinggi

9
untuk pembangunan perumahan tipe C sampai dengan harga satuan per m2 tertinggi
untuk pembangunan rumah dinas tipe A yang berlaku dan rumah tidak bersusun yang
dibangun diatas tanah yang luas kavling antara 200 m2 sampai dengan 600 m2 dan biaya
pembangunan per m2 nya lebih kecil atau sama dengan harga satuan per m2 tertinggi
untuk pembangunan perumahan dinas tipe C yang berlaku, dengan luas lantai bangunan
disesuaikan dengan koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan yang
diizinkan dalam rencana tata ruang yang berlaku.
7. Rumah mewah Adalah : Rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah dengan luas
kavling 54 m2 sampai dengan 2000 m2 dan biaya pembangunan perumahan dinas tipe A
yang berlaku dan rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah dengan luas kavling
antara 600 m2 sampai dengan 2000 m2 biaya pembangunan per m2 lebih kecil atau sama
dengan harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas tipe A yang
berlaku, dengan luas lantai bangunan rumah disesuaikan dengan koefisien lantai
bangunan dan koefisien lantai bangunan yang diizinkan dalam rencana tata ruang yang
berlaku.

2.3 Infrastruktur yang tersedia di Perumahan

Grigg (1988) menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi.
Pengertian ini merujuk pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana infrastruktur dalam
sebuah sistem adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak
terpisahkan satu sama lain.

Berdasarkan UURI No. 4/1992 (tentang Perumahan dan Permukiman) dapat diketahui berbagai
jenis infrastruktur yang terdiri dari prasarana permukiman seperti yang tercantum dalam Pasal
5 - 7, meliputi:

1. Sarana dasar yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman adalah
(Pasal 5):
a. Jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan barang, pencegahan
perambatan kebakaran, serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang
teratur;
b. Jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk
kesehatan lingkungan; dan
c. Jaringan saluran air hujan untuk pengatusan/drainase, dan pencegahan banjir
setempat.

10
Dalam keadaan tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan air
bersih merupakan sarana dasar.

2. Fasilitas penunjang dimaksud dapat meliputi aspek ekonomi yang antara lain berupa
bangunan perniagaan/perbelanjaan yang tidak mencemari lingkungan. Sedangkan
fasilitas penunjang yang meliputi aspek sosial-budaya, antara lain berupa bangunan
pelayanan umum dan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, peribadatan, rekreasi
dan olah raga, pemakaman dan pertamanan (Pasal 6).
3. Utilitas umum meliputi antara lain: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telefon,
jaringan gas, jaringan transportasi, dan pemadam kebakaran. Fasilitas umum
membutuhkan pengelolaan secara berkelanjutan dan profesional oleh badan usaha agar
dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat (Pasal 7).

2.3.1 Penyediaan Infrastruktur Jalan


Sesuai dengan Undang-Undang Tentang Jalan, No. 13 Tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 1985, sistem jaringan jalan di perumahan dapat dibedakan atas sistem jaringan jalan
primer dan sistem jaringan sekunder yaitu Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan
jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota sedangkan sistem
jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi
untuk masyarakat dalam kota, berarti sistem jalan sekunder disusun 3 mengikuti ketentuan tata
ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer

Pada perumahan formal kelas jalan yang tersedia adalah jalan lokal atau jalan lingkungan dimana
penyediannya dilakukan oleh pengembang dan selama masa pembangunan pemeliharaan dan
perawatan dilakukan oleh pengembang namun biasanya jika perumahan tersebut sudah selesai
tahap pembangunannya dan serah terima maka aset jalan yang dibangun oleh pengembang
diberikan kepada pemerintah.

Berikut ini standar penampang jalan lokal pada perumahan formal

11
Gambar 4 Penampang Melintang Jalan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997

a) DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan) DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan) adalah daerah yang
dibatasi oleh batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan, tinggi 5 meter
di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan kedalaman ruang bebas 1,5 meter
di bawah muka jalan.
b) DAMIJA (Daerah Milik Jalan) DAMIJA (Daerah Milik Jalan) adalah daerah yang dibatasi
oleh lebar yang sama dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan
dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter.
c) DAWASJA (Ruang Daerah Pengawasan Jalan) DAWASJA (Ruang Daerah Pengawasan
Jalan) adalah ruang sepanjang jalan di luar DAMAJA yang dibatasi oleh tinggi dan lebar
tertentu, diukur dari sumbu jalan sebagai berikut:
 jalan Arteri minimum 20 meter
 jalan Kolektor minimum 15 meter
 jalan Lokal minimum 10 meter

Untuk keselamatan pemakai jalan, DAWASJA di daerah tikungan ditentukan oleh jarak pandang
bebas.

2.3.2 Penyediaan Infrastruktur Air Bersih


Air adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya, tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Sedangkan yang
dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan akan menjadi
air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Tujuan sistem penyediaan air bersih adalah agar dapat menyalurkan/mensuplai air bersih
kepada konsumen dalam jumlah yang cukup. Bagian terpenting dalam sistem penyediaan air
bersih adalah sumber air baku

12
Penyediaan air bersih pada perumahan dapat dilayani oleh pengembang maupun pemerintah
melalui PDAM, pada wilayah yang sudah dijangkau pelayanan PDAM maka penyediaan air bersih
diakomodir oleh PDAM namun jika wilayah belum dijangkau oleh pelayanan PDAM maka
penyelenggaraan penyediaan air bersih dilakukan oleh pengembang atau swasta dengan model
komunal atau on site (sumur bor)

Beberapa prinsip dasar penyediaan air bersih yaitu harus memenuhi konsep 3K :

1. Kualitas air bersih

Air bersih di pengaruhi oleh bahan baku air itu sendiri atau mutu air tersebut baik yang
langsung berasal dari alam atau yang sudah melalui proses pengolahan.

2. Kuantitas air

Tergantung jumlah dan ketersediaan air yang akan diolah pada penyediaan air bersih
yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya konsumen yang akan dilayani.

3. Kontinuitas air

Menyangkut kebutuhan air yang terus menerus digunakan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia apalagi air sangat dibutuhkan pada musim kemarau tiba.

13
BAB 3
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Pendekatan


Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini
menggambarkan fenomena secara naratif atau tekstual berdasarkan hasil observasi di lapangan.
Bogdan dan Taylor (1992) dalam Basrowi dan Suwandi (2008:1) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
pemecahan masalahnya dilakukan dengan menggunakan data empiris.

Melalui penelitian kualitatif maka akan mengetahui fenomena dan kondisi yang terjadi di
lapangan yaitu di keempat perumahan yang akan diteliti dan membandingkannya satu sama lain
berdasarkan jenis infrastruktur yang akan diteliti.

3.2 Metodelogi Pengumpulan Data


Dalam memecahkan suatu masalah yang akan diteliti, diperlukan adanya data-data yang
menunjang. Data-data ini kemudian diolah melalui sejumlah langkah. Pertama-tama dilakukan
penyeleksian terhadap data dilakukan berdasarkan pada dasar-dasar kebenaran dan teori yang
ada. Kemudian data-data tersebut dikualifikasikan berdasarkan sasaran yang akan dibahas.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara teknik primer dan sekunder dimana
sumber data dapat diperoleh dari literatur, observasi, dan kuesioner sehingga masing-masing
sasaran penelitian akan dapat dijawab berdasarkan sumber data yang telah dimiliki sebelumnya.

Tabel 1 Kebutuhan Data

Metode
Tujuan Sasaran Pengumpulan Sumber
Data
Mengidentifikasi Identifikasi -List Perumahan
pengaruh penyebaran dan Pengembang
pengembang perumahan Sekunder di Kota Bandung
terhadap formal di Kota -Peta wilayah
pembangunan Bandung pelayanan PDAM
infrastruktur di Identifikasi -Literatur
perumahan variabel yang -SNI 03-1733-
Sekunder
formal Kota berpengaruh 2004 Tata cara
Bandung. terhadap perencanaan

14
Metode
Tujuan Sasaran Pengumpulan Sumber
Data
penyedaan lingkungan
infrastruktur di perumahan
perumahan di perkotaan
formal - SNI 03-6967-
2003 Persyaratan
umum sistem
jaringan dan
geometrik jalan
perumahan
ICS 93.080 Badan
Standardisasi
Nasional
Penilaian -Observasi
penyediaan -Kuesioner
infrastruktur di -Wawancara
perumahan dengan
Primer
formal sesuai pengembang
dengan variabel -Wawancara
yang berlaku dengan
pemerintah
3.3 Metode Analisis Data
Analisa yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengggunakan analisis
deskriptif kualtitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan suatu masalah,
keadaan, dan peristiwa. Menurut Sukardi (2004) penelitian deskriptif adalah menggambarkan
secara jelas terhadap pertanyaan penelitian yang telah ditentukan sebelum pra peneliti terjun
kelapangan dan mereka tidak menggunakan hipotesis sebagai petunjuk arah dalam penelitian
sedangkan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori yang berkaitan dengan fenomena alam. Variable dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 4 perumahan di wilayah Kota Bandung yaitu perumahan De
Marrakesh, Perumahan Perumnas Sadang Serang, Perumahan Summarecon, dan Perumahan
Grand Sharron, sedangkan variabel independennya adalah infrastruktur air bersih dan jalan.

15
BAB 4
RENCANA PENELITIAN TAHAP SELANJUTNYA

4.1 Timeline Penelitian


No Jenis Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus Septem Oktober Novem Desem
ber ber ber
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Melakukan
penyusunan
proposal penelitian
2 Melakukan
penyusunan
perangkat penelitian
3 Melakukan survei
dan proses
pengambilan data
4 Melakukan analisis
penelitian
5 Melakukan
pembuatan abstrak
jurnal
6 Membuat buku
penelitian tesis

16
No Jenis Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus Septem Oktober Novem Desem
ber ber ber
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
7 Melakukan
pengiriman abstrak
jurnal
8 Melakukan
pembuatan jurnal
9 Mengirim jurnal
10 Finalisasi buku
penelitian tesis

17
Daftar Pustaka

Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2011-2031

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 1 Tahun 2018 mengenai Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bandung 2014-2018

Abdul Adhim dan Hasan Dani. Analisis Biaya Infrastruktur Perumahan Di Wilayah Surabaya
Timur. Prodi Pendidikan Teknik Bangunan, Teknik Sipil FT-Universitas Negeri Surabaya

18

Anda mungkin juga menyukai