Anda di halaman 1dari 53

BAB IV

METODOLOGI PENYUSUNAN

4.1. PENDEKATAN

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksankan penyusunan DED Peningkatan


Kualitas Kumuh sebagaimana secara ringkas disampaikan pada Bab I adalah
melalui pendekatan Peraturan Perundangan antara lain Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman sebagaimana diubah dengan Peraturan pemerintah Nomor 12 Tahun
2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2018
Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh dan Peraturan Gubernur Banten Nomor 5 Tahun 2019
Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh. Pendekatan lainnya adalah amanah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
sebagaimana telah diuraikan pada Tinjauan kebijakan.

Pada pelaksanaanya pendekatan DED adalah meliputi tiga Aspek yaitu:


1. Aspek Strategis
Aspek strategis ini akan menyangkut penentuan fungsi kawasan,
pengembangan kegiatan kawasan dan pengembangan tata ruang kawasan.
Adapun dalam Rencana Tata Kawasan ini bobot kajiannya lebih ditekankan
pada pengembangan tata ruang kawasan dalam arti yang lebih teknis
operasional (rencana tapak) sehingga dapat digunakan sebagai pedoman
teknis pembangunan.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 1
2. Aspek Teknis.
Aspek teknis ini akan menyangkut upaya mengoptimalkan pemanfaatan
ruang kota. Rencana Tata Ruang Kawasan merupakan penjabaran dari
RUTRK yang nantinya dapat menjadi pedoman sebagai arahan operasional
pembangunan secara teknis. Oleh karena itu lingkup kajiannya disamping
aktivitas kota dan tata ruangnya, juga aspek-aspek kerekayasaan dan estetika
akan termasuk didalamnya.
a. Tata Ruang
Menyangkut pengembangan ruang yang lebih operasional terutama fisik
kota dalam rangka menunjang terbentuknya struktur dan pola
penggunaan ruang. Kajiannya akan didasarkan pada kemampuan teknis
fisik dasar maupun teknis artificial.
b. Infrastruktur
Menyangkut penilaian terhadap jaringan, pola dan kebutuhan
pengembangan dari prasarana jalan dan utilitas. Infrastruktur ini akan
banyak mempengaruhi kualitas lingkungan, baik lingkungan perumahan
maupun lingkungan fungsional lainnya.
c. Kerekayasaan
Menyangkut penilaian terhadap kondisi fisik dasar, dalam kaitannya
dengan pengembangan infrastruktur, baik itu jaringan jalan, jaringan
utilitas, maupun bangunan. Dari penilaian ini diharapkan dapat
menyusun pra desain dari jaringan jalan, jaringan utilitas maupun
bangunan.
d. Estetika
Menyangkut penilaian terhadap aspek buatan manusia dan alam.
Penilaian aspek buatan manusia sebagai dasar mengenali ciri sosial
budaya masyarakat, mengidentifikasi kualitas lingkungan secara
keseluruhan. Dalam pengembangannya diharapkan dapat memanfaatkan
faktor alam, seperti panorama yang baik, pepohonan,
taman-tamanan/ruang terbuka dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola
tata ruang yang direncanakan

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 2
3. Aspek Pengelolaan
Aspek pengelolaan akan menyangkut administrasi, keuangan, hukum dan
perundangan agar rencana dapat dilaksanakan melalui koordinasi, penelitian,
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian rencana. Sesuai dengan
tingkatannya, maka kajian-kajian Rencana Tata Ruang Kawasan yang akan
dilakukan menyangkut beberapa hal, yaitu :
a. Kemampuan aparat dan personalnya, dalam arti kualitas dan kuantitas
sumber daya manusianya.
b. Kemampuan pendanaan/keuangan, dalam arti mengkaji sumber-sumber
dana untuk pembangunan baik peningkatan PAD maupun sumber dana
lainnya.
c. Kemampuan perangkat keras dan lunak dinas/instansi, terutama yang
terkait langsung dalam proses dan mekanisme pembangunan. Hal ini
penting dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.
d. Menyusun Detail Engineering Design yang optimal sesuai dengan
aspirasi masyarakat dan kebijakan Pemerintah Daerah, sehingga dapat
dijadikan pedoman pembangunan yang diperkuat dengan kepastian
hukum dalam bentuk Perda/SK Bupati dan pengesahan dari tingkat yang
lebih tinggi.

4.1.1 Pendekatan Perencanaan Kawasan

DED Peningkatan Kualitas Kawasan merupakan kegiatan perancangan kota yang


akan memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam :
 Keserasian lingkungan, dimana hal tersebut melibatkan unsur–unsur alam dan
buatan.
 Keserasian bentuk dan ukuran elemen–elemen ruang.
 Keserasian wujud dalam bentuk visual elemen–elemen ruang yang meliputi;
model, ragam, warna, tekstur dan sebagainya.
 Aspek fisiologis penghuni atau user (pemakai fasilitas) terhadap kebutuhan
penerangan alam, sirkulasi udara dsb.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 3
Substansi dalam Penataan dan Revitalisasi Kawasan akan meliputi :
1. Rencana peruntukan lahan mikro
Rencana peruntukan lahan harus mempertimbangkan :
 Rencana yang sudah ada.
 Pola penanganan kawasan yang dipilih.
 Antisipasi besarnya kebutuhan sarana/prasarana dan fasilitas pada lahan
tersebut.
 Akomodatif terhadap aspirasi masyarakat.
4. Penataan Sempadan Bangunan
Merupakan jarak bangunan yang mempertimbangkan privacy kegiatan, serta
kebutuhan akan keamanan terhadap gangguan kegiatan lain atau terhadap
bencana–bencana yang mungkin timbul.
5. Penataan Estetika Lingkungan
 Bentang alam yang dibentuk oleh pola skyline bangunan–bangunan.
 Pemandangan yang dapat diperoleh untuk meningkatkan perbendaharaan
amenity kota.
 Citra/kesan yang ditimbulkan sesuai dengan aktivitas dan fungsi kota.
6. Penataan Jenis Kegiatan
Perwujudan suasana yang tercipta dari panduan kegiatan untuk memperoleh
hubungan fungsi yang serasi antara elemen–elemen yang ada.
7. Penataan Intensitas Bangunan
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Yaitu faktor tutupan
lahan/permukaan tanah oleh elemen bangunan dimana kemampuan
resapan air oleh tanah menjadi berkurang.
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yaitu perbandingan luas lantai
bangunan terhadap luas lahan yang disebabkan oleh volume kebutuhan
ruang sesuai dengan faktor nilai ekonomis lahan.
8. Penataan Arsitektur Bangunan
 Skala ruang yang sesuai dalam ukuran.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 4
 Sikap terhadap kondisi iklim lingkungan yaitu arah angin, arah
pergerakan pencahayaan matahari.
9. Penataan Lansekap
Adalah penataan ruang di luar bangunan, Rencana ruang terbuka yang
mempertimbangkan :
 Kebutuhan akan ruang terbuka dan pertamanan sebagai penampung masa
dan kebutuhan sirkulasi unsur–unsur alami.
 Suasana lingkungan yang dapat memberikan pelayanan sikap mental
peradaban sosial yang lebih baik.
 Sebagai pemecahan masalah lingkungan misalnya konflik aktivitas
pergerakan dan sebagainya.
10. Rencana Penataan Sirkulasi
Hubungan fungsional antar kegiatan dan modus pergerakannya.
11. Penataan Elemen Lingkungan
 Kebutuhan fungsional; tiang lampu penerangan, papan nama, rambu–
rambu, iklan dan sebagainya.
 Rancangan bentuk dan tata letak yang dapat memberikan pelayanan
peradaban sosial yang lebih baik.

4.1.2 Pendekatan Detail Engineering Design (DED) Peningkatan Kualitas


Kawasan
1. Karakteristik dan Kecenderungan Perkembangan Kawasan Permukiman
Kumuh dan Sekitarnya ditinjau dari segi :
a. Kondisi fisik dasar dan lingkungan serta penggunaan lahan yang akan
menghasilkan kapasitas daya tampung dan daya dukung lahan;
b. Kondisi penggunaan lahan eksisting yang akan menghasilkan pola dan
struktur ruang kawasan eksisting;
c. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang bagi kegiatan yang
berkembang dan akan berkembang;
d. Kecenderungan perkembangan penduduk dan perekonomian;

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 5
e. Kondisi bangunan dan lingkungan kawasan.
 Berdasarkan hasil kajian tersebut diatas dilakukan perhitungan perkiraan
pemanfaatan dan kebutuhan ruang sampai dengan akhir tahun
perencananaan. Selanjutnya, dilakukan analisis tapak (site plan).
12. Analisis potensi dan permasalahan kawasan
 Pada langkah ini mulai dilakukan analisis terhadap kondisi kawasan
mencakup potensi kawasan dalam rangka pengembangan, pengendalian
maupun penataan kawasan, serta permasalahan yang perlu segera
ditangani.
 Dalam kaitan itu, metoda pelaksanaan kerja akan didasarkan pada dua
konsep dasar sebagai berikut :
 Berupaya mencapai hasil yang optimal melalui koordinasi dan
pengelolaan semua aktivitas secara baik sesuai dengan rencana. Cakupan
koordinasi dalam hal ini meliputi kerjasama intern perusahaan
(konsultan) maupun ekstern yaitu dengan pemberi tugas maupun instansi
terkait
 Sistem yang dibuat, disamping handal dari segi teknis, harus bersifat
efektif baik ditinjau dari nilai/ manfaat maupun harga, tanpa
mengesampingkan kemungkinan untuk dapat dikembangkan sesuai
dengan potensi daerah dan sumber daya manusia.

4.2. METODOLOGI

4.2.1 Kerangka Kerja

Kerangka Kerja pelaksanaan kegiatan DED Peningkatan Kualitas Kawasan


Permukiman Kumuh Kewenangan Provinsi Di Desa Sukabares Kecamatan
Waringinkurung mengacu pada Kerangka Acuan Kerja, terutama pada bab
Tahapan kegiatan dimana pada Tahap kegiatan tersebut antara lain:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Perumusan Konsep dan Strategi

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 6
3. Tahap Rumusan Rencana Penanganan
4. Tahap Perumusan Desain Teknis

Kerangka Kerja DED Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh


Kewenangan Provinsi Di Desa Sukabares Kecamatan Waringinkurung adalah
sebagai berikut.
Gambar 4.1
Kerangka Kerja DED Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh Kewenangan
Provinsi Di Desa Sukabares Kecamatan Waringinkurung

4.2.2 Tahapan Analisis

Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem. Konsisten berarti tidak adanya hal yang bertentangan
dalam kerangka tertentu. Metode penelitian merupakan cara atau teknik ilmiah
untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara atau teknik
ilmiah yang dimaksud adalah dimana kegiatan kajian itu dilaksanakan
berdasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu Rasional, Empiris, dan Sistematis.

Penyusunan Potensi Ketersediaan Lahan Untuk Pengembangan Perumahan


menggunakan analisis kualitatif. Moleong (2001:27) menekankan bahwa analisis
kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia
sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, analisis data secara

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 7
induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dari dasar,
bersifat deskriptif, dan lebih mementingkan proses daripada hasil.

Analisis deskriptif oleh Sumanto (1995:8) disebut kegiatan pengumpulan data


untuk memberikan gambaran atau gagasan suatu konsep atau gejala, juga
menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subyek analisis pada
saat ini, misalnya sikap atau pendapat perseorangan, lembaga dan sebagainya.

A. Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan ini digunakan pada tahap inventarisasi dan analisis perumusan
yang didasarkan pada kerangka kebijakan pada tingkatan pemerintah pusat dan
Daerah.

Tujuan dari analisis kebijakan ini antara lain :


1. Sejauh mana kebijakan-kebijakan pusat yang ada.
2. Untuk melihat kebijakan yang akan dibuat apakah sesuai dengan petunjuk
teknis dan pelaksanaan yang telah ditentukan.
3. Melihat pelaksanaan dari kebijakan-kebijakan Penyusunan Pekerjaan

Lima kombinasi metode yang biasa digunakan pada analisis kebijakan antara lain
adalah :
1. Deskriptif,
Merupakan metode yang bersifat monitoring yang menghasilkan informasi
sebab dan akibat kebijakan yang telah dirasakan
2. Prediktif
Merupakan metode yang bersifat forecasting yang meramalkan akibat suatu
kebijakan dimasa mendatang
3. Evaluatif
Merupakan metode yang bersifat evaluation yang memberikan informasi
tentang manfaat suatu kebijakan
4. Preskriptif

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 8
Merupakan metode yang bersifat rekommendation dan pertanyaan advokatif
yang memberikan informasi tentang kemungkinan bahwa serangkaian
tindakan yang akan datang akan mendatangkan manfaat yang bernilai
5. Perumusan masalah
Perumusan masalah menjadi dasar dalam melakukan pengkajian-pengkajian

Didalam melakukan analisis kebijakan harus mempunyai kepekaan terhadap


masalah dan kepekaan adanya solusi terhadap masalah tersebut.

Pada prinsipnya analisis kebijakan merupakan pengkajian praktis yang akan


menghasilkan kesimpulan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.

B. Analisis Keruangan

Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah. Namun,
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta
sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggung
jawab, penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam proses
perencanaannya demi menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan
keterpaduan antardaerah, antara pusat dan daerah, antarsektor, dan antarpemangku
kepentingan. Pendekatan yang digunakan dalam penataan ruang didasarkan pada
pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan
kawasan, dan nilai strategis kawasan.

Berikut ini diuraikan mengenai pendekatan yang akan digunakan dalam


merumuskan indikasi lokasi potensi.
1. Pendekatan Sistem
Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, wewenang penyelenggaraan
penataan ruang oleh pemerintah dan pemerintah daerah, yang mencakup
kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang, didasarkan pada pendekatan wilayah dengan batasan wilayah
administratif. Dalam konteks perumusan rencana maka pendekatan wilayah

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 9
administratif meliputi batas administratif desa dan kecamatan yang menjadi
lokasi kajian.
2. Pendekatan Fungsi Utama Kawasan, Wilayah Administratif dan Kegiatan
Kawasan
Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas
penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
Kawasan perkotaan, menurut besarannya, dapat berbentuk kawasan perkotaan
kecil, kawasan perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan
metropolitan, dan kawasan megapolitan. Penataan ruang kawasan
metropolitan dan kawasan megapolitan, khususnya kawasan metropolitan
yang berupa kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya
yang saling memiliki keterkaitan fungsional dan dihubungkan dengan
jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi, merupakan pedoman untuk
keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah administrasi di dalam kawasan,
dan merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan
lintas wilayah administratif yang bersangkutan. Penataan ruang kawasan
perdesaan diselenggarakan pada kawasan perdesaan yang merupakan bagian
wilayah kabupaten atau pada kawasan yang secara fungsional berciri
perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten pada 1 (satu)
atau lebih wilayah provinsi. Kawasan perdesaan yang merupakan bagian
wilayah kabupaten dapat berupa kawasan agropolitan.
3. Pendekatan Nilai Strategis Kawasan
Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan
untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan demi
terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan
berkelanjutan. Penetapan kawasan strategis pada setiap jenjang wilayah
administratif didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap
kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih ditujukan

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 10
bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk
penetapan kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur
berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan
kawasan yang bersangkutan

Pendekatan kajian yang digunakan adalah metoda analisis spasial berbasiskan SIG
yang merupakan proses pentahapan mulai dari perancangan sampai kepada
pelaksanaan dan penggunaan sistem.

Tahapan yang dibuat antara lain adalah :


- Perancangan konsep (penetapan tujuan dan objektif pekerjaan)
- Tahap penetapan kriteria-kriteria
- Rancangan Model Matematis
- Tahap perolehan dan pembangunan basisdata
- Rancangan pemodelan analisis
- Pelaksanaan dan pengujian model analisis
- Penyajian data

Tahap-tahap diatas disusun berdasarkan satu proses yang saling berkaitan satu
sama lainnya.

Sistem informasi geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi


berbasiskan komputer untuk menyimpan, mengelola dan menganalisis serta
memanggil data bereferensi geografis. Memanfaatkan SIG akan memberikan
kemudahan kepada para pengguna atau para pengambil keputusan untuk
menentukan kebijaksanaan yang akan diambil, khususnya yang berkaitan dengan
aspek keruangan/spasial.

SIG dapat dimanfaatkan untuk pemetaan indeks potensi lahan suatu daerah dan
dapat dikelola berkelanjutan sesuai fungsinya dalam jangka waktu yang
panjang agar dalam mengembangkannya untuk pembangunan yang lebih baik di

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 11
masa yang akan datang. Teknologi ini dapat diaplikasikan untuk mengetahui
potensi lahan yang kompleks.

Sebagai sebuah sistem, SIG memiliki karakteristik umum sebagaimana layaknya


sistem-sistem yang dikembangkan di berbagai bidang. Karakteristik yang dimiliki
oleh SIG di antaranya sebagai berikut :
 Merupakan suatu sistem hasil pengembangan perangkat keras dan
perangkat lunak untuk tujuan pemetaan, sehingga fakta wilayah dapat
disajikan dalam satu sistem berbasis komputer.
 Perbedaannya dengan sistem informasi lainnya: data dikaitkan dengan
letak geografis dan terdiri dari data tekstual maupun grafik .
 Bukan hanya sekedar merupakan pengubahan peta konvensional
(tradisional) ke dalam bentuk peta digital untuk kemudian disajikan
(dicetak atau diperbanyak) kembali.
 Mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan,
memanipulasi, memadukan, dan menganalisis data spasial dari fenomena
geografis suatu wilayah.
 Mampu menyimpan data dasar yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu
masalah.

Fungsi dari sistem informasi adalah untuk menaikkan kemampuan dalam


membuat kesimpulan. Sistem informasi merupakan rantai dari kegiatan
perencanaan yang meliputi observasi dan pengumpulan data, penyimpanan data
dan analisis data untuk digunakan sebagai informasi untuk penarikan kesimpulan.

Fungsi SIG secara mendasar adalah sebagai berikut:


1. Memasukkan (input) data untuk mengubah format data-data grafis menjadi
data digital dalam suatu format yang digunakan oleh GIS.
6. Mengelola (management) data, yaitu dapat menyimpan data yang sudah
dimasukkan dan kemudian mengambil data tersebut pada saat yang
diperlukan.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 12
7. Memanipulasi dan analisis data yang ada, sehingga dari GIS ini dapat
diperoleh informasi lebih mendalam dan lengkap.
8. Mengeluarkan (output) data, sehingga dari GIS dapat diperoleh informasi
yang merupakan hasil olahan dalam GIS tersebut (Nirwansyah, 2016).
Kemampuan SIG berbeda dengan sistem informasi lainnya membuatnya

menjadi berguna untuk berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian,


merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi. Kemampuan SIG
antara lain memetakan letak, memetakan kuantitas, memetakan kerapatan
(Densitie). Memetakan perubahan dan memetakan apa yang ada di dalam dan di
luar suatu area. SIG digunakan juga untuk memonitor apa yang terjadi dan
keputusan apa yang akan di ambil dengan memetakan apa yang ada pada suatu
area dan di luar area.

ArcGIS adalah produk sistem kebutuhan software yang merupakan kumpulan dari
produk - produk software lainnya dengan tujuan untuk membangun sistem SIG
yang lengkap. Dalam kaitan inilah pihak pengembang ArcGIS merancangnya
sedemikian rupa hingga terdiri dari beberapa framework yang siap berkembang
terus dalam rangka mempermudah pembuatan aplikasi-aplikasi SIG yang sesuai
dengan kebutuhan penggunanya. Metode dengan menggunakan SIG antara lain:
1. Metoda Rank Size Rule
Metoda ini merupakan suatu metoda pengurutan pusat pelayanan secara
hirarkis. langkah yang dilakukan adalah mengurutkan jumlah penduduk
pusat-pusat pelayanan dari yang paling besar sampai ke yang paling kecil.
selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara jumlah penduduk di pusat
pelayanan dengan ranking/tingkat pertama dengan pusat pelayanan tingkat di
bawahnya untuk mengetahui urutan pusat pelayanan tersebut mulai dari
hirarki tinggi sampai dengan pusat pelayanan hirarki paling rendah.
Secara matematis metoda ini diformulasikan sebagai berikut:

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 13
Keterangan:
R = ranking/tingkatan kelurahan
Pr = jumlah penduduk kelurahan dgn ranking /tingkatan ke r.
P1 = jumlah penduduk kelurahan terbesar (penduduk terbesar)
Q = merupakan pangkat mendekati 1.
9. Metoda Skalogram Guttman
Metode skalogram guttman dilakukan dengan menyusun suatu matriks.
kolom matriks tersebut berisi keberadaan jenis fasilitas, sedangkan baris
matriksnya berisi unit observasi. skalogram merupakan grafik/gambar yang
menunjukkan penyebaran fungsi berdasarkan kelangkaannya dan menyusun
hirarki pusat pelayanan berdasarkan kompleksitasnya.
10. Metode Indeks Sentralitas Terbobot
Untuk menentukan tingkat keterpusatan setiap pusat permukiman dapat
digunakan indeks sentralitas terbobot. Indek sentralitas terbobot
menggambarkan fungsi-fungsi pusat permukiman tidak hanya berdasarkan
jumlah, tetapi melibatkan juga frekuensi (kelangkaan) fungsi-fungsi tersebut.
Artinya, jika fungsi tersebut langka maka nilai sentralitasnya juga akan
semakin tinggi. Indeks sentralitas untuk masing-masing pusat pelayanan
merupakan jumlah bobot dari berbagai fungsi yang ada di pusat pelayanan
tersebut. Semakin tinggi nilai indeks sentralitasnya, semakin tinggi pula
hirarki pusat pelayanan tersebut dalam sistem perwilayahan.
11. Metoda Analisis Superimpose dan Buffering
Teknik analisis yang digunakan dalam penentuan kawasan di wilayah
perencanaan adalah dengan menggunakan beberapa metoda diantaranya
adalah superimpose dan buffering berbasiskan GIS, seperti diuraikan sebagai
berikut:
a. Superimpose/Pertampalan Peta
Model analisis ini dilakukan dengan menampalkan dua atau lebih peta
yang ada dalam sistem database spasial. Hal Ini dimaksudkan untuk
mengetahui karakteristik suatu obyek dengan banyak variabel. Sebagai
contoh kita ingin membangun peta kesesuaian lahan berdasarkan kondisi

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 14
fisik dasarnya serta tingkat aksesibilitasnya, maka kita dapat melakukan
proses pertampalan dari peta-peta tematik tersebut.

b. Buffering/Distance
Proses buffering/distance digunakan untuk membangun jarak radius dari
suatu obyek. Proses ini berguna untuk menentukan besar wilayah
pengaruh dari suatu kegiatan. Misalnya untuk menetapkan kawasan
lindung di sepanjang garis sempadan sungai, kita dapat melakukan
dengan menetapkan jarak tertentu di sepanjang jalan (misalnya 100 m
dari pinggir sungai).

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 15
C. Analisis Perhitungan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Untuk menganalisa perhitungan peningkatan kualitas permukiman kumuh tahapan


awal adalah penyiapan data untuk diperhitungkan Peningkatan kualitasnya.

Tabel 4.1
Tahapan Penyiapan Perhitungan Permukiman Kumuh
TAHAP KEGIATAN SUMBER DATA
1 Penyiapan resume profil kawasan yang Profil permukiman kumuh, SK Bupati,
memuat data umum kawasan, deskripsi SPPIP, RPI2JM , RP2KP-KP
kawasan, peta lokasi dan dokumentasi
kondisi lingkungan
2 Kompilasi peta delinieasi kawasan Profil permukiman kumuh, SK Bupati,
SPPIP, RPI2JM , RP2KP-KP
3 Penyusunan baseline numerik (Indikator Dokumen RP2KP-KP
dan Parameter kekumuhan sesuai dengan
Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2018
tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
4 Verifikasi data numerik Survey lapangan, data sekunder
5 Perhitungan kekumuhan awal berdasarkan Analisa data numerik
data numerik
6 Data kegiatan infrastruktur Satker PKP Propinsi, Pokja, Kabupaten,
Masyarakat
7 Ploting lokasi kegiatan infrastruktur pada Tracking lokasi infrastruktur di lapangan
peta delineasi kawasan
8 Pembuatan peta layanan infrastruktur Peta infastruktur, data kapasitas dan volume
infrastruktur
9 Perhitungan outcome peningkatan kualitas Data kekumuhan awal, peta layanan
infrastruktur, data volume dan kapasitas
infrastruktur

Penilaian yang dilakukan berdasarkan tahapan diatas untuk menghasilkan


penilaian agar dapat menyusun DED sesuai dengan kebutuhan Peningkatan
Kualitas Kawasan kumuh dengan menghitung Kriteria, Indikator dan Parameter
Kekumuhan sebagaimana Tabel dibawah ini.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 16
Tabel 4.2
Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan

ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER DATA


A. IDENTIFIKASI KEKUMUHAN
1. KONDISI a. Ketidakteraturan  Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam  76%-100% bangunan pada 5
BANGUNAN Bangunan RDTR, meliputi pengaturan bentuk, besaran, lokasi tidak memiliki
GEDUNG perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu keteraturan
zona; dan/atau  51%-75% bangunan pada 3
Dokumen RDTR
 Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata lokasi tidak memiliki
& RTBL Format
kualitas lingkungan dalam RTBL, meliputi keteraturan
Isian, Observasi.
pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan,  25%-50% bangunan pada 1
ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lokasi tidak memiliki
lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan keteraturan
wajah jalan.
b. Tingkat Kepadatan  KDB melebihi ketentuan RDTR, dan/ atau RTBL  76% - 100% bangunan 5
Bangunan  KLB melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/ atau memiliki kepadatan tidak
RTBL; dan/ atau sesuai ketentuan Dokumen RDTR
 Kepadatan bangunan yang tinggi pada lokasi,  51%-75% bangunan 3 & RTBL,
yaitu: memiliki kepadatan tidak Dokumen IMB,
- untuk kota metropolitan dan kota besar ≤ sesuai ketentuan Format Isian, Peta
250 unit/Ha  25%-50% bangunan 1 Lokasi
- untuk kota sedang dan kota kecil ≥ 200 memiliki kepadatan tidak
unit/Ha sesuai ketentuan
c. Ketidaksesuaian dengan Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi  76% - 100% bangunan pada 5
Persyaratan Teknis persyaratan: lokasi tidak memenuhi
Bangunan  Pengendalian dampak lingkungan persyaratan teknis
 Pembangunan bangunan gedung di atas dan/ atau  51% - 75% bangunan pada 3 Wawancara,
dibawah tanah, air dan/ atau prasarana/ sarana lokasi tidak memenuhi format isian, peta
umum. persyaratan teknis lokasi dan
 Keselamatan bangunan gedung  25% - 50% bangunan pada 1 observasi
 Kesehatan bangunan gedung lokasi tidak memenuhi
 Kenyamanan bangunan gedung persyaratan teknis
 Kemudahan bangunan gedung
2. KONDISI JALAN a. Cakupan Pelayanan Jalan Sebagian lokasi perumahan atau permukiman tidak  76% - 100% area tidak 5 Wawancana,
LINGKUNGAN Lingkungan terlayani dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan terlayani oleh jaringan jalan Format Isian, Peta

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI IV - 17


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG
ketentuan teknis lingkungan
 51% - 75% area tidak 3
terlayani oleh jaringan jalan
lingkungan Lokasi, Observasi
 25% - 50% area tidak 1
terlayani oleh jaringan jalan
lingkungan
b. Kualitas Permukaan Jalan Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi  76% - 100% area memiliki 5
lingkungan kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan dan kualitas permukaan jalan
permukiman yang buruk
 51% - 75% area memiliki 3 Wawancana,
kualitas permukaan jalan Format Isian, Peta
yang buruk Lokasi, Observasi
 25% - 50% area memiliki 1
kualitas permukaan jalan
yang buruk
3. KONDISI a. Ketersediaan Akses Masyarakat pada lokasi perumahan dan permukiman  76% - 100% Populasi tidak 5
PENYEDIAAN Aman Air Minum tidak dapat mengakses air minum yang memiliki dapat mengakses air minum
AIR MINUM kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang aman
 51% - 75% Populasi tidak 3 Wawancana,
dapat mengakses air minum Format Isian,
yang aman Observasi
 25% - 50% Populasi tidak 1
dapat mengakses air minum
yang aman
b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan air minum masyarakat pada lokasi  76% - 100% Populasi tidak 5
Kebutuhan Air Minum perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal terpenuhi kebutuhan air
sebanyak 60 liter/ orang/ hari minum minimalnya
 51% - 75% Populasi tidak 3 Wawancana,
terpenuhi kebutuhan air Format Isian,
minum minimalnya Observasi
 25% - 50% Populasi tidak 1
terpenuhi kebutuhan air
minum minimalnya
4. KONDISI a. Ketidakmampuan Jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan  76% - 100% area terjadi 5 Wawancana,
DRAINASE Mengalirkan Limpasan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan genangan > 30 cm, > 2 jam Format Isian, Peta
LINGKUNGAN Air tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan > 2x setahun Lokasi, Observasi

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI IV - 18


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG
terjadi lebih dari 2 kali setahun  51% - 75% area terjadi 3
genangan > 30 cm, > 2 jam
> 2x setahun
 25% - 50% area terjadi 1
genangan > 30 cm, > 2 jam
> 2x setahun
b. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya saluran drainase lingkungan pada  76% - 100% area tidak 5
Drainase lingkungan perumahan dan permukiman, yaitu saluran tersedia drainase
tersier dan/ atau saluran lokal lingkungan
 51% - 75% area tidak 3 Wawancana,
tersedia drainase Format Isian, Peta
lingkungan RIS, Observasi
 25% - 50% area tidak 1
tersedia drainase
lingkungan
c. Ketidakterhubungan Saluran drainase lingkungan tidak terhubung dengan  76% - 100% drainase 5
dengan Sistem Drainase saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan lingkungan tidak terhubung
Perkotaan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan dengan hirarki di atasnya
 51% - 75% drainase 3 Wawancana,
lingkungan tidak terhubung Format Isian, Peta
dengan hirarki di atasnya RIS, Observasi
 25% - 50% drainase 1
lingkungan tidak terhubung
dengan hirarki di atasnya
d. Tidak terpeliharanya Tidak dilaksanakannya pemeliharaan saluran drainase  76% - 100% area memiliki 5
Drainase lingkungan pada lokasi perumahan atau permukiman, drainase lingkungan yang
baik: kotor dan berbau
- Pemeliharaan rutin dan/ atau  51% - 75% area memiliki 3 Wawancana,
- Pemeliharaan berkala drainase lingkungan yang Format Isian, Peta
kotor dan berbau RIS, Observasi
 25% - 50% area memiliki 1
drainase lingkungan yang
kotor dan berbau
e. Kualitas Konstruksi Kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa  76% - 100% area memiliki 5 Wawancana,
Drainase galian tanah tanpa material pelapis atau penutup kualitas konstruksi drainase Format Isian, Peta
maupun karena telah terjadi kerusakan lingkungan buruk RIS, Observasi
 51% - 75% area memiliki 3

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI IV - 19


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG
kualitas konstruksi drainase
lingkungan buruk
 25% - 50% area memiliki 1
kualitas konstruksi drainase
lingkungan buruk
5. KONDISI a. Sistem Pengelolaan Air Pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau  76% - 100% area memiliki 5
PENGELOLAAN Limbah Tidak Sesuai permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, sistem air limbah yang tidak
AIR LIMBAH Standar Teknis yaitu kaskus/ kloset yang tidak terhubung dengan sesuai standar teknis
tangki septik baik secara individual/ domestik, komunal  51% - 75% area memiliki 3 Wawancana,
maupun terpusat sistem air limbah yang tidak Format Isian, Peta
sesuai standar teknis RIS, Observasi
 25% - 50% area memiliki 1
sistem air limbah yang tidak
sesuai standar teknis
b. Prasarana dan Sarana Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah  76% - 100% area memiliki 5
Pengelolaan Air Limbah pada lokasi perumahan atau permukiman dimana: sarpras air limbah tidak
Tidak Sesuai dengan - Kloset leher angsa tidak terhubung dengan sesuai dengan persyaratan
Persyaratan Teknis tangki septik. teknis
- Tidak tersedianya sistem pengolahan  51% - 75% area memiliki 3
Wawancana,
limbah setempat atau terpusat sarpras air limbah tidak
Format Isian, Peta
sesuai dengan persyaratan
RIS, Observasi
teknis
 25% - 50% area memiliki 1
sarpras air limbah tidak
sesuai dengan persyaratan
teknis
6. KONDISI a. Prasarana dan Sarana - Tempat sampah dengan pemilahan sampah  76% - 100% area memiliki 5 Wawancana,
PENGELOLAAN Persampahan Tidak Sesuai pada skala domestik atau rumah tangga; sarpras pengelolaan Format Isian, Peta
PERSAMPAHAN dengan persyaratan Teknis - Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau persampahan yang tidak RIS, Observasi
TPS 3R (reduce, reuse, recycle)pada skala memenuhi persyaratan
lingkungan teknis
- Gerobak sampah dan/ atau truk sampah  51% - 75% area memiliki 3
pada skala lingkungan; dan sarpras pengelolaan
- Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) persampahan yang tidak
pada skala lingkungan memenuhi persyaratan
teknis
 25% - 50% area memiliki 1

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI IV - 20


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG
sarpras pengelolaan
persampahan yang tidak
memenuhi persyaratan
teknis
b. Sistem Pengelolaan Pengelolaan Persampahan pada lingkungan perumahan  76% - 100% area memiliki 5
Persampahan yang tidak atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai sistem persampahan tidak
sesuai Standar Teknis berikut: sesuai standar
- Pewadahan dan pemilahan domestik;  51% - 75% area memiliki 3 Wawancana,
- Pengumpulan lingkungan; sistem persampahan tidak Format Isian, Peta
- Pengangkutan lingkungan; sesuai standar RIS, Observasi
- Pengolahan lingkungan  25% - 50% area memiliki 1
sistem persampahan tidak
sesuai standar
c. Tidak terpeliharanya Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana dan prasarana  76% - 100% area memiliki 5
Sarana dan Prasarana pengelolaan persampahan pada lokasi perumahan atau sarpras persampahan yang
Pengelolaan Persampahan permukiman, baik: tidak terpelihara
- Pemeliharaan rutin; dan / atau  51% - 75% area memiliki 3 Wawancana,
- Pemeliharaan berkala sarpras persampahan yang Format Isian, Peta
tidak terpelihara RIS, Observasi
 25% - 50% area memiliki 1
sarpras persampahan yang
tidak terpelihara
7. KONDISI a. Ketidaktersediaan Tidak tersedianya prasarana proteksi kebakaran pada  76% - 100% area tidak 5
PROTEKSI Prasarana Proteksi lokasi, yaitu: memiliki prasarana proteksi
KEBERSIHAN Kebakaran - Pasokan air kebakaran
- Jalan lingkungan  51% - 75% area tidak 3 Wawancana,
- Sarana komunikasi memiliki prasarana proteksi Format Isian, Peta
- Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; kebakaran RIS, Observasi
- Bangunan pos kebakaran  25% - 50% area tidak 1
memiliki prasarana proteksi
kebakaran
b. Ketidaktersediaan Sarana Tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran pada  76% - 100% area tidak 5 Wawancana,
Proteksi Kebakaran lokasi, yaitu: memiliki sarana proteksi Format Isian, Peta
- Alat pemadam Api Ringan (APAR) kebakaran RIS, Observasi
- Mobil pompa  51% - 75% area tidak 3
- Mobil tenaga sesuai kebutuhan memiliki sarana proteksi
- Peralatan pendukung lainnya kebakaran

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI IV - 21


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG
 25% - 50% area tidak 1
memiliki sarana proteksi
kebakaran
B. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN
1. LEGALITAS a. Kejelasan Status Kejelasan terhadap status penguasaan lahan  Keseluruhan lokasi (+)
LAHAN Penguasaan Lahan berupa: memiliki kejelasan status
1. Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen penguasaan lahan, baik
sertifikat hak atas tanah atau bentuk dokumen Wawancara,
milik sendiri atau milik
keterangan status tanah lainnya yang sah; atau Format
pihak lain
2. Kepemilikan pihak lain (termasuk milik Isian, Dokumen
adat/ulayat), dengan bukti izin pemanfaatan tanah  Sebagian atau keseluruhan (-)
Pertanahan,
dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah lokasi tidak memiliki Observasi
dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang kejelasan status penguasaan
hak atas tanah atau pemilik tanah dengan lahan, baikmilik sendiri
atau milik pihak lain
b. Kesesuaian RTR Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana  Keseluruhan lokasi berada (+)
tata ruang (RTR), dengan bukti Izin mendirikan pada zona peruntukan
Bangunan atau Surat Keterangan Rencana Kabupaten/ perumahan/ permukiman
Kota (SKRK). Wawancara,
sesuai RTR
format isian,
 Sebagian atau keseluruhan (-)
RTRW, RDTR,
lokasi berada bukan pada Observasi
zona peruntukan
perumahan/ permukiman
sesuai RTR
C. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN
1. PERTIMBANGAN a. Nilai Strategis Lokasi Pertimbangan letak lokasi perumahan atau permukiman  Lokasi terletak pada fungsi 5 Wawancara,
LAIN pada: strategis Kabupaten/ Kota format isian,
- Fungsi strategis kabupaten/ kota; atau  lokasi tidak terletak pada 1 RTRW, RDTR,
- Bukan fungsi strategis kabupaten/ kota fungsi strategis Kabupaten/ Observasi
Kota
b. Kependudukan pertimbangan kepadatan penduduk pada lokasi Untuk Metropolitan dan Kota 5 Wawancara,
perumahan atau permukiman dengan klasifikasi: Besar : format isian,
- Rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah  kepadatan penduduk pada observasi
150 jiwa/ ha; lokasi sebesar > 400 jiwa/
- Sedang yaitu kepadatan penduduk antara ha
151 - 200 jiwa/ ha Untuk Kota Sedang & Kota
- Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara Kecil:

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI IV - 22


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG
201 - 400 jiwa/ ha  Kepadatan penduduk pada
- Sangat padat yaitu kepadatan penduduk di lokasi sebesar > 200
atas 400 jiwa/ ha jiwa/ha.
 Kepadatan penduduk pada 3
lokasi sebesar 151 - 200
jiwa/ ha
 Kepadatan penduduk pada 1
lokasi sebesar <150 jiwa/
ha.
c. Kondisi Sosial, Ekonomi pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan  Lokasi memiliki potensi 5
dan Budaya atau permukiman berupa: sosial, ekonomi dan budaya
- Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi untuk dikembangkan atau
masyarakat dalam mendukung pembangunan dipelihara Wawancara,
- Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau 1
 Lokasi tidak memiliki Format Isian,
warisan budaya tertentu yang dimiliki masyarakat
potensi sosial, ekonomi dan Observasi
setempat
- Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan budaya tinggi untuk
ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi dikembangkan atau
masyarakat setempat dipelihara

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI IV - 23


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG
4.2.3 Pedoman Pembuatan Desain

Sifat dan pedoman desain berupa konsep matang yang akan menjadi acuan dalam
menentukan peraturan daerah. Pedoman desain tersebut berupa :
a. Konsep struktur tata ruang kawasan, yaitu merupakan konsep arahan dalam
rumusan pola pemanfaatan lahan dalam kawasan perencanaan. Konsep
struktur tata ruang ini didasarkan atas pertimbangan kapasitas ketersediaan
lahan terhadap kebutuhan pengembangan kawasan, arahan pengembangan
kawasan, serta konsep hubungan antar elemen kegiatan dalam ruang kawasan
perencanaan.
b. Rencana perpetakan serta pemanfaatan ruang, yaitu produk yang
menampilkan arahan pola perpetakan lahan dan tata letak bangunan, teknik
bangunan gedung dan bukan gedung (letak penampang dan arsitektur
lingkungan) serta ketentuan mendirikan bangunan dalam pembagian secara
segmental.
c. Rencana fasilitas pelayanan, termasuk juga rencana koridor hijau.
d. Rencana jaringan prasarana dasar dan utilitas, yaitu menampilkan arahan
letak dan penampang jaringan air bersih, jaringan air hujan, jaringan air
limbah, jaringan gas, jaringan listrik, jaringan listrik & telepon serta
persampahan.
e. Rencana sistem pergerakan, yaitu rencana yang menunjukkan pola
pergerakan baik manusia barang dan kendaraan pada kawasan, kriteria teknis
seperti dimensi, letak dan penampang jaringan sirkulasi untuk setiap jenisnya.
f. Ketentuan-ketentuan mendirikan bangunan, yaitu rencana yang
menyangkut ketentuan dalam mendirikan bangunan seperti rencana garis
sempadan bangunan, koefisien dasar dan lantai bangunan, jarak bebas
bangunan yang dikaitkan dengan ketinggian bangunan serta ketentuan-
ketentuan keselamatan bangunan.
g. Rencana geometris yang memuat informasi-informasi tentang
blok-blok/petak-petak yang berisikan antara lain : peruntukan lahan, rencana

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 24
perpetakan dan penggunaan ruang dan luas blok-blok; rencana fasilitas
pelayanan; jaringan jalan; rencana jaringan utilitas; rencana sarana dan
prasarana; bentuk dan standar bangunan dan lingkungan.

Pengendalian Program

Pedoman Pengendalian Program Rencana, berupa perangkat administratif untuk


mengendalikan pelaksanaan rencana dan program tersebut yang bersifat
mengantisipasi terjadinya perubahan pada tahap pelaksanaan karena berbagai hal,
tetapi masih dapat memenuhi persyaratan daya dukung dan daya tampung lahan,
kapasitas prasarana lingkungan, dan masih sejalan dengan rencana dan program
penataan kotanya.

Program Investasi

Program investasi bersifat jangka menengah, minimal untuk kurun waktu lima
tahun yang disusun berdasarkan program bangunan dan lingkungan, meliputi
program investasi bangunan, kegiatan, estimasi biaya kasar serta faktor
pembangun yang terlibat.

Tahapan Pembuatan DED


1. Tahapan Survei
Dalam melakukan penyusunan Detail Engineering Design (DED)
Peningkatan Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh, maka
diperlukan berbagai macam referensi sebagai gambaran mengenai wilayah
perencanaan. Hal ini untuk memudahkan pekerjaan dengan mengetahui
karakteristik dan perkembangan wilayah yang dituju. Adapun kebutuhan
survey adalah sebagai berikut :
a. Survey Primer
Survey primer merupakan survey yang dilakukan untuk mendapatkan
gambaran secara langsung di lapangan terhadap kawasan, sehingga dari
survey tersebut dapat teridentifikasi beberapa hal sebagai berikut :
 Potensi fungsi kawasan/lingkungan.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 25
 Potensi Ekonomi/sosial/budaya masyarakatnya.
 Kondisi fisik kawasan/lingkungan yang berupa prasarana/sarana dan
fasilitasnya.
 Karakteristik arsitektur yang ada, dll.
Selain itu, melalui survey lapangan ini dapat berupa pengecekan keadaan
lapangan yang selanjutnya dituangkan pada peta. Untuk lingkup wilayah,
data yang perlu dipetakan adalah letak instalasi vital, pusat-pusat
pemukiman dan lain sebagainya seperti program dan proyek yang sudah
dan sedang berjalan yang dipandang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kota. Untuk lingkup kota, yang perlu dipetakan adalah:
penggunaan tanah, kondisi bangunan/lingkungan, topografi/kemiringan
tanah, geologi/daya dukung tanah, hidrologi/sumber air, kondisi jalan dan
sanitasi, kegiatan penduduk (fasilitas sosial dan ekonomi) dan jaringan
utilitas serta program proyek yang ada dan sedang berjalan.
b. Survey Sekunder
Survey sekunder merupakan survey yang dilakukan guna mendapatkan
gambaran secara tertulis dari instituisi terkait, seperti instansi pemerintah
yang ada di pusat maupun di daerah, hasil-hasil studi dari beberapa
universitas/perguruan tinggi/lembaga tertentu baik formal maupun
informal. Dari survey ini dapat diketahui peraturan bangunan setempat,
peta-peta, rencana tata ruang kota yang bersangkutan, dll.
c. Interview, yaitu untuk melengkapi ketiga survei tersebut apabila
dirasakan sangat penting guna memperoleh bahan/keterangan yang lebih
rinci.
2. Tahap Kompilasi Data
Pokok-pokok pekerjaan dan hasilnya dari tahap kompilasi data seperti
diuraikan sebagai berikut :
d. Pekerjaan kompilasi data adalah suatu tahap proses seleksi data, tabulasi
data dan mengelompokkan/mensistematisasikan data sesuai dengan yang
diperlukan didalam Detail Engineering Design (DED) Peningkatan

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 26
Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh yang disusun
sedemikian rupa sehingga mudah dibaca serta siap untuk dianalisa.
e. Jenis data dan sistematikanya adalah sebagai berikut :
f. Identifikasi tanah yang meliputi (dilengkapi peta) :
 Penggunaan untuk setiap perpetakan tanah,
 Status pemilikan tanah menyangkut jenis pemilikan.
 Keadaan tanah yang baik tentang : kemiringan, daya dukung,
struktur, kesuburan dan lain-lain dalam kaitan kondisi fisik
dasar.
 Identifikasi bangunan, yang meliputi (dilengkapi peta):
 Penggunaan bangunan meliputi penggunaan utama atau
penggunaan lainnya.
 Pemilikan dan status bangunan menyangkut seluruh bentuk
pemilikan terhadap bangunan yang ada.
 Keadaan bangunan yang menyangkut kondisi bangunan serta
baik buruk bangunan serta konstruksinya, bertingkat atau tidak.
 Identifikasi jaringan jalan meliputi (dilengkapi peta):
 Fungsi setiap penggunaan jalan, mulai dari jalan arteri hingga
kejalan setapak yang tidak mempunyai kejelasan bentuk.
 Wewenang pengelolaan jalan, baik jalan negara, propinsi sampai
ke jalan desa, jalan milik pribadi atau perusahaan dan lain-lain.
 Kondisi jalan menyangkut lebar jalan, keadaan perkerasan,
kemampuan untuk dilalui kendaraan.
 Mengenali arus lalu lintas baik kendaraan bermotor maupun
tidak bermotor, arus manusia pejalan kaki dan lain-lain, tempat
parkir, daya tampung yang ada.
 Identifikasi utilitas dan prasarana lainnya meliputi :
 Jaringan listrik yang mencakup daya tersalur pada kawasan,
gardu, dan titik sambungan, penerangan jalan.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 27
 Jaringan telepon yang mencakup jumlah pelanggan pada
kawasan tersebut pada jaringan telepon umum dll.
 Jaringan air minum.
 Jaringan air limbah.
 Sistem pembuangan sampah.
 Jaringan pengeringan air hujan yang kesemuanya perlu dikenali
hingga keadaan besaran, daya tampung serta kondisi jaringan.
 Identifikasi Struktur Kota
Mengenali pola umum pembangunan kota, orientasi lingkungan
terhadap kota secara keseluruhan, kedudukan lingkungan tersebut
terhadap struktur kota dan lain-lain yang menampakkan tingkat
jenjang di dalam kawasan kota yang diterapkan ke dalam peta
keseluruhan kota, lengkap dengan wilayah administrasi hingga ke
batas wilayah kelurahan yang menunjukkan pula pola administrasi
pemerintahannya.

Keseluruhan identifikasi tersebut harus dapat tampak secara jelas


baik yang diterapkan ke dalam peta dengan skala 1 : 1.000 ataupun
dalam penggambaran yang mudah terbaca sehingga dapat dijadikan
landasan bagi pekerjaan selanjutnya. Peta dimaksud sebagai dasar
pekerjaan rencana teknik ruang kota, merupakan hal yang pokok.
3. Tahapan Analisis
Pada dasarnya tahapan analisis meliputi penilaian terhadap faktor fisik, aspek
buatan manusia, kualitas kehidupan dan keadaan estetika lingkungan.
Penilaian terhadap keseluruhan aspek tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
g. Penilaian terhadap situasi kawasan (contact plan) terhadap daerah
sekitarnya, meliputi penegasan fungsi kawasan dalam struktur yang lebih
luas.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 28
h. Penilaian terhadap faktor fisik dasar dengan mengukur daya tampung
ruang serta melihat keterbatasan-keterbatasan pada kawasan
perencanaan.
i. Penilaian terhadap aspek buatan manusia, meliputi penilaian terhadap
hasil buatan manusia sebagai dasar mengenali ciri sosial budaya
masyarakat.
j. Penilaian terhadap kualitas kehidupan manusia, menyangkut seluruh
aspek kehidupan manusia pada area perencanaan yang meliputi kegiatan
sosial, ekonomi dan kultural.
k. Penilaian terhadap keadaan estetika lingkungan yang menunjukkan
tingkat hubungan manusia dengan alam lingkungannya dalam rangka
keserasian kehidupan manusia pada kawasan perencanaan.
Dengan penilaian tersebut di atas dapat ditentukan mengenai kriteria
perencanaan pada kawasan tersebut, penentuan kebutuhan elemen dan
besaran ruangnya serta konsepsi tata letaknya.
4. Tahapan Rancangan Rencana
Rancangan rencana merupakan kegiatan merencana untuk mendapatkan
susunan tata ruang terinci yang dapat mencapai komposisi paling optimal
dalam setiap pengaturan komponen pada kawasan perencanaan tersebut. Sifat
dari rancangan rencana masih berupa konsep yang sudah matang dan siap
diajukan pada diskusi terbatas.

Rancangan rencana tersebut berupa :


l. Tujuan pembangunan lingkungan dan massa bangunan
Tujuan pembangunan lingkungan dan massa bangunan dirumuskan
sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/
keterdesakan penanganan lingkungan tersebut.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 29
Rencana Tapak Pemanfaatan Ruang Lingkungan Perkotaan
1. Materi yang diatur
Tata letak bangunan gedung dan bukan gedung, tata letak bukan bangunan
serta tata letak jaringan pergerakan serta utilitas yang terutama akan
dibangun, sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai
bangunan, koefisien daerah hijau, koefisien tapak basement, sempadan jalan,
daerah milik jalan, daerah manfaat jalan, daerah pengawasan jalan, daerah
milik utilitas, daerah manfaat utilitas, daerah pengawasan utilitas.
13. Kedalaman materi yang diatur
Geometris tapak pemanfaatan ruang yang dirinci untuk tiap bangunan dan
jaringan pergerakan serta utilitas.
14. Pengelompokan materi yang diatur
a. Perpetakkan Bangunan, yang terdiri dari:
- Petak peruntukkan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I
(diatas 2500 m2);
- Petak peruntukkan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II
(1000 – 2500 m2);
- Petak peruntukkan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III
(600 – 1000 m2);
- Petak peruntukkan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV
(250 – 600 m2);
- Petak peruntukkan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100
– 250 m2);
- Petak peruntukkan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50
– 100 m2);
- Petak peruntukkan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII
(dibawah 50 m2);
- Petak peruntukkan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII
(rumah susun/flat);
- Sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai
bangunan, koefisien daerah hijau, koefisien tapak basement.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 30
b. Penggunaan dan Massa Bangunan;
- Bangunan rumah, rumah toko, rumah kantor, rumah susun,
apartemen, prasarana dan sarana perumahan lainnya;
- Bangunan pasar, toko, toserba, toko swalayan, supermarket,
hipermarket, mal, prasarana dan sarana perdagangan lainnya;
- Bangunan pabrik, gudang, pelataran penimbunan, prasarana dan
sarana industri lainnya;
- Bangunan perguruan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan TK, bangunan
pendidikan lainnya;
- Bangunan RS Umum kelas A,B,C,D; RS Khusus, puskesmas,
puskesmas pembantu, bangunan kesehatan lainnya;
- Bangunan masjid, gereja, kelenteng, pura, vihara, bangunan
peribadatan lainnya;
- Taman bermain, taman rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dan
pertamanan lainnya;
- Bangunan stadion, gelanggang, dan bangunan olahraga lainnya;
- Bangunan panti asuhan, panti werda, dan bangunan sosial lainnya;
- Bangunan kantor pemerintah, niaga, dan bangunan perkantoran
lainnya;
- Bangunan terminal penumpang, bangunan terminal barang,
- Taman pemakaman umum, taman pemakaman pahlawan;
- Tempat pembuangan sampah akhir.
c. Jaringan pergerakan dan jaringan utilitas menurut penggunaannya, terdiri
dari:
- Sempadan jalan, daerah manfaat jalan, daerah milik jalan, daerah
pengawasan jalan;
- Daerah milik utilitas, daerah manfaat utilitas, daerah pengawasan
utilitas.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 31
Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Bangunan Gedung
1. Materi yang diatur
Penampang dan koordinat / letak bangunan gedung meliputi :
 Penampang tiga dimensi bangunan
gedung;
 Ketinggian bangunan gedung;
 Elevasi/Peil bangunan gedung; Gambar 3.2
 Orientasi bangunan gedung;
Contoh Rencana Selubung Bangunan
 Bentuk dasar bangunan gedung;
 Selubung bangunan gedung;
 Arsitektur bangunan dan
lingkungan;
 Pertandaan.
2. Kedalaman materi yang diatur
Geometris pra-detail engineering design bangunan gedung pada setiap petak
peruntukan.
3. Pengelompokan materi yang diatur
Jenis-jenis bangunan gedung menurut peruntukannya atau pemanfaatan
ruangnya.

Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Bangunan Bukan


Gedung
1. Materi yang diatur
Penampang dan letak koordinat bangunan bukan gedung, yang meliputi:
 Penampang tiga dimensi bangunan bukan gedung;
 Letak koordinat bangunan bukan gedung;
 Ketinggian bangunan bukan gedung;
 Elevasi bangunan bukan gedung;
 Bentuk dasar bangunan bukan gedung.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 32
2. Kedalaman materi yang diatur
Geometris pra detail engineering design bangunan bukan gedung pada setiap
petak peruntukannya.
3. Pengelompokan materi yang diatur
Jenis-jenis bangunan bukan gedung menurut peruntukkannya atau
pemanfaatan ruangnya.

Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan Jalan

1. Materi yang diatur


Penampang dan letak koordinat jaringan jalan untuk setiap ruas jalan, yang
meliputi :
 Penampang tiga dimensi jalan;
 Letak koordinat;
 Elevasi;
 Bentuk dasar jaringan;
 Daerah Milik Jalan;
 Daerah Manfaat Jalan;
 Daerah Pengawasan Jalan
2. Kedalaman materi yang diatur
Geometri pra detail engineering design jaringan jalan.
3. Pengelompokan materi yang diatur
 Halte dan Marka Jalan.
 Daerah Manfaat Jalan, Daerah Milik Jalan, Daerah Pengawasan.
 Jalan.
 Jembatan (penyeberangan, simpang susun).

Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan Utilitas


1. Materi yang diatur
Penampang dan letak koordinat jaringan utilitas yang meliputi :
 Penampang tiga dimensi jaringan utilitas;

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 33
 Letak koordinat;
 Elevasi;
 Bentuk dasar jaringan;
 Daerah Milik Utilitas;
 Daerah Manfaat Utilitas;
 Daerah Pengawasan Utilitas.
2. Kedalaman materi yang diatur
Geometris pra-detail engineering design jaringan utilitas.
3. Pengelompokan materi yang diatur
 Jaringan telepon; yang terdiri dari seluruh jaringan kabel telepon, telepon
umum, tiang kabel, rumah pembagi;
 Jaringan listrik; yang terdiri dari seluruh jaringan kabel listrik,
 gardu induk, bangunan pembangkit, gardu hubung, gardu distribusi;
 Jaringan gas; yang terdiri dari seluruh jaringan pipa gas dan meter
kontrol.
 Jaringan air bersih; yang terdiri dari jaringan pipa air bersih, meter
kontrol, menara penampungan, sambungan ke masing-masing bangunan,
hidran umum, hidran kebakaran, kran umum dan bangunan pengambil air
baku;
 Jaringan air hujan; yang terdiri dari seluruh jaringan saluran air hujan,
baik penampungan, pintu-pintu air dan bak kontrol;
 Jaringan air limbah; yang terdiri dari seluruh jaringan air limbah, bak
pengolahan, pelepasan (outlet) dan bak kontrol;
 Pengelolaan persampahan; yang terdiri dari tempat pengumpul
sementara, tempat pembuangan akhir dan bangunan pengelolaan sampah.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 34
Gambar 4.2
Contoh Penampang Ruas Jalan

Gambar 4.3
Contoh Fasilitas Pejalan Kaki (Pedestrian Way)

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 35
Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan,
yang meliputi :
 Ketentuan administrasi pengendalian pelaksanaan rencana dan program,
misalnya melalui mekanisme perijinan mendirikan bangunan;
 Ketentuan pengaturan operasionalisasi penerapan pola insentif, disinsentif,
hak pengalihan intensitas bangunan, hak bangunan di atas tanah/di bawah
tanah;
 Arahan pengendalian pelaksanaan berupa ketentuan
penatalaksanaan/manajemen pelaksanaan bangunan;
 Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program (baik yang
dilakukan oleh instansi yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat
dalam pengawasan), serta pengenaan sanksi (berupa teguran, pencabutan ijin,
perdata maupun pidana).

1. Tahapan Rencana
Tahapan rencana penyusunan Detail Engineering Design (DED) Peningkatan
Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh adalah penjabaran hasil
analisis, yang dituangkan dalam bentuk gambar peta dengan skala sesuai
kebutuhan :
d. Menyempurnakan rancangan konsep awal
e. Menuangkan rancangan konsep awal menjadi pra-rancang yang
mencakup site plan, tampak, potongan, dan perspektif yang dapad
menggambarkan wujud
f. Hasil pra-rancang di atas, dijadikan acuan dalam menyusun draft
perhitungan biaya
g. Melakukan penyepakatan akhir hasil design melalui pelaksanaan
pembahasan dengan pihak terkait.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 36
Pada dasarnya pendekatan dan metoda pelaksanaan penyusunan dokumen
adalah sebagai berikut :
 Gambar kerja, yang telah disepakati dan disetujui dalam pembahasan,
disahkan dengan ditandatangani oleh Tim teknis daerah, sehingga
mempunyai kekuatan hukum sebagai dokumen yang akan dilelangkan.
 Draft perhitungan biaya yang sudah disepakati disusun kembali menjadi
rencana biaya (RAB) dan engineering estimate (EE).
 Pembuatan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), mengacu pada
peraturan yang berlaku di Departemen Pekerjaan Umum.

Dalam melaksanakan tugas konsultan dibatasi oleh peraturan-peraturan dan


ketentuan.

4.2.4 Teknik Analisis DED

Tujuan dan sasaran dari Detail Engineering Design (DED) Peningkatan Kualitas
Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh, dapat dicapai melalui serangkaian proses
perencanaan. Secara umum, proses perencanaan meliputi tiga bagian, yaitu
pengumpulan data, analisis, dan penyusunan rencana. Kedudukan analisis dalam
hal ini menjadi penting karena keakuratan serta kedalaman rencana yang
dihasilkan sangat tergantung kepada metoda/teknik analisis yang dipergunakan di
dalam tahap analisis ini.

Karena itu, keputusan untuk mengambil suatu teknik atau metoda analisis
merupakan bagian terpenting dan menjadi awal dari kegiatan analisis ini.
Penentuan teknik dan metoda analisis Detail Engineering Design (DED)
Peningkatan Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh ini mengacu pada
isu-isu pokok pengembangan Kawasan Permukiman Kumuh melalui pengamatan
data dan informasi awal yang dilandasi kerangka teoritis yang kuat.

Beberapa analisis yang akan dilakukan disusun dalam suatu kerangka yang
sifatnya sistematis dan terintegrasi untuk menjamin efektifitas dan efisiensi proses

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 37
perencanaan. Masing-masing analisis memiliki keluaran tertentu dari sejumlah
masukan yang diolah dengan satu atau lebih metoda/teknik analisis. Dua atau
lebih analisis mungkin memerlukan masukan yang sama, dan keluaran suatu
analisis dapat merupakan masukan bagi analisis yang lain. Keterkaitan inilah yang
mendasari perumusan analisis-analisis tersebut dalam suatu kerangka analisis
yang terpadu.

4.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui survei di kawasan perencanaan,


maupun studi pustaka serta mengadakan konsultasi berkala dengan berbagai pihak
yang terkait dengan Detail Engineering Design (DED) Peningkatan Kualitas
Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh. Dalam pengumpulan data, diarahkan
kepada hal-hal yang memiliki relevansi terhadap perencanaan, khususnya
mengenai kondisi sekarang dari kawasan yang akan dikembangkan yang
selanjutnya akan merupakan bahan analisis untuk menuju proses Detail
Engineering Design (DED) Peningkatan Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman
Kumuh.

Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai


berikut :
1. Teknik observasi : dalam Detail Engineering Design (DED) Peningkatan
Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh ini, dapat dikumpulkan
dengan cara mengadakan tinjauan langsung ke kawasan perencanaan. Dengan
teknik ini, diharapkan dapat terhimpun data yang kongkrit dan aktual.
15. Studi Literatur : mengumpulkan data dari buku laporan atau hasil studi yang
telah dilakukan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Hal ini
diharapkan agar Detail Engineering Design (DED) Peningkatan Kualitas
Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh yang akan disusun dapat terintegrasi
dengan kebijaksanaan dan program pengembangan yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Serang.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 38
4.2.6 Analisis Proses DED

Beberapa teknik analisis yang dapat digunakan dalam Detail Engineering Design
(DED) Peningkatan Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh mulai dari
teknik pembuatan peta, penilaian kualitas visual lingkungan, perhitungan
intensitas peruntukan lahan, model-model standar perencanaan prasarana dan
utilitas lingkungan, dan model analisis kuantitatif yang lebih sederhana seperti
model perbandingan/ratio dari suatu unit analisis yang lebih kecil dengan unit
analisis yang lebih luas. Penggunaan model analisis tersebut, tentunya akan sangat
tergantung pada ketersediaan data :
1. Pembuatan Peta Digital Skala 1 : 5.000
a. Persiapan
b. Persiapan umum /persiapan administrasi
Persiapan administrasi meliputi kegiatan menyiapkan dan
mengkoleksi data pendukung, hal ini sangat erat kaitannya dengan
perencanaan pekerjaan yang bersifat teknis maupun non teknis
16. Menyiapkan surat-surat dinas.
17. Melapor dan koordinasi dengan instansi terkait.
18. Persiapan teknis dan perencanaan pengukuran
Sebelum mulai pekerjaan personil pengukuran yang menangani
pekerjaan mendapat pengarahan dari team leader agar memahami
prosedur dan ketentuan yang sudah ditetapkan. Pemeriksaan alat dan
kalibrasi alat untuk memenuhi semua persyaratan dalam pemakaian
alat ukur.

Pengumpulan data seperti peta digital dan foto udara dengan skala
1:5.000 pada lokasi pekerjaan dan peta-peta penunjang lainnya yang
telah ada.

Tinjauan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi yang


diperlukan di lokasi pekerjaan. Hal yang perlu di tinjau :

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 39
19. Posisi titik yang ada dan akan digunakan sebagai titik ikat kerangka dasar
horizontal dan vertikal.
20. Transportasi.
21. Keadaan/lokasi pemasangan titik atau tugu.
22. Basecamp pengadaan bahan.
Dari hasil di atas maka didapatkan Rencana kerja mengenai tahapan
pelaksanaan pekerjaan, alokasi personil dan peralatan.
2. Pemasangan Titik Bench Mark dan Pengukuran Kerangka Horizontal
Pemasangan titik Bench Mark (BM) dari cor beton dilapangan dilakukan
pada daerah yang aman, stabil dan mudah dicari serta tidak diletakan pada
daerah yang akan dikembangkan di kemudian hari, adapun desain gambar
kontruksi Titik BM dapat dilihat pada gambar berikut ini :
KOORDINAT ( X, Y, Z )

( Kepala Baud Mamakai Tanda


M
C
5
1

Silang )
CM
20

LABEL DCK1, DCK2, DCK3


CM

DCK
20

DCP DAN ELEVASI


MUKA TANAH
CM
80

Ket : DCK : Dinas Cipta


Karya
CM
45
M
C
0
1
CM
45

Banyaknya jumlah titik BM disesuaikan dengan kondisi eksisting dilpangan,


setelah titik-titik BM kerangka dipasang pada daerah yang akan dipetakan
maka selanjutnya dilakukan pengukuran dengan metode polygon yang

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 40
merupakan metode penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu
dengan lainnya dihubungkan dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian titik (polygon).

Ditinjau dari cara menyambungkan titik satu dengan lainnya, polygon


digolongkan sebagai polygon terbuka,tertutup bercabang atau kombinasi dari
dua atau ketiganya.

Metoda polygon ini bisa menyesuaikan dan keadaan di lapangan dan


ketelitianya lebih memadai untuk pemetaan topografi jarak antara titiknya
berkisar antara 100-250 m tergantung kebutuhan. Dan mengingat fungsinya
titik-titik kerangka dasar horizontal diukur dengan cara peralatan yang
memungkinkan tercapainya sesuatu tingkat ketelitian yang dikehendaki maka
pengukuran sudut diukur dengan Theodolit 1 (satu) sekon – Wild T2, dalam
beberapa seri pengukuran dengan cara repitisi, jarak diukur dengan EDM
dengan beberapa kali pengukuran.

Untuk pengukuran polygon utama digunakan polygon tertutup, atau kring


terkontrol dan pengukuran polygon cabang (situasi/detail) menggunakan
polygon terbuka terkontrol.
a. Ketentuan polygon utama
- Jarak antara titik : ≥ 0,1 km – 2 km
- Jumlah seri pengukuran : 4 seri
- Alat pengukur sudut : thedolit 1 sekon, t2
- Ketelitian pengukuran jarak : 1 : 60.000
- Pengamatan matahari :
- Alat ukur : T2
- Jumlah seri pengamatan : 8
- Selang pengamatan : 20 – 25
- Celah penutup sudut : 10” √N
- Celah penutup koordinat : 1 : 10.000

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 41
Syarat polygon utama
 Alat yang digunakan untuk pengukuran sudut harus berupa Thedolit yang
memiliki ketelitian bacaan 1 sekon.
 Kesalahan kolimasi dan kesalahan indeks Thedolit harus diperiksa
sebelum digunakan dan dibuatkan hasil pemeriksaan alat secara tertulis
dan dilampirkan pada laporan data polygon.
 Pengukuran sudut dilakukan dalam dua seri ganda, dengan urutan bacaan
: Biasa – luarbiasa – luarbiasa – biasa untuk masing-masing seri. Pada
seri pertama bacaan jurusan biasa diset 00°00’ dan xx”, sedangkan seri
kedua alat diset 90°00’xx”.
 Selisih bacaan jurusan biasa dan luar biasa harus <10” sekon.
 Selisih sudut antara seri pertama dengan seri kedua harus <5” sekon.
 Jika persyaratan diatas tidak dipenuhi maka pengukuran harus diulang
dan atau alat harus diganti.
 Pengukuran jarak sisi polygon harus dilakukan pada jurusan muka dan
jurusan belakang dengan menggunakan EDM jarak dibaca minimal 5
kali, dimana perbedaan dari kelima bacaan tersebut harus <10 mm.
 Selisih bacaan jarak suatu sisi pada saat kedudukan sebagai jurusan muka
dan jurusan belakang harus <10 mm.
 Dengan demikian masing–masing sisi polygon akan memperoleh 10 data
jarak dan yang digunakan sebagai data hitungan adalah rata–ratanya.
 Kerangka polygon harus terikat pada minimal 2 titik ikat yang diketahui
koordinatnya (koordinat nasional).
 Metode pengukuran dilakukan dengan metode polygon tertutup atau
terikat sempurna (terkontrol).
 Jika diperlukan pengukuran Azimut matahari (geografis) dapat
dilaksanakan dengan mengunakan tabel data Azimut Matahari.
Syarat Hitungan :

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 42
 Hitungan dilakukan dengan metode perataan Bowdich atau kuadrat
terkecil.
 Hasil Azimuth matahari harus dilakukan koreksi konvergensi
meridian ( TM3 ), sebelum digunakan dalam hitungan poligon.
 Salah Penutup Sudut adalah : ≤ 10 “√n
 Salah Penutup jarak : ≤ ! : 1000.
b. Poligon cabang
Perbedaan polygon cabang dengan polygon utama adalah sebagai berikut
:
 Pengukuran sudut polygon dilakukan satu seri.
 Pengukuran jarak dilkukan dengan pita ukur 50 m.
 Setiap ujung polygon diikatkan pada dua sisi polygon utama, agar dapat
dilakukan kontrol terhadap hasil ukuran dari polygon tersebut.

Syarat polygon cabang


 Alat yang digunakan untuk pengukuran sudut harus berupa Thedolit yang
memiliki ketelitian bacaan 1 sekon.
 Kesalahan kolimasi dan kesalahan indeks Thedolit harus diperiksa
sebelum digunakan dan dibuatkan hasil pemeriksaan alat secara tertulis
dan dilampirkan pada laporan data polygon.
 Pengukuran sudut dilakukan dalam dua seri ganda, dengan urutan bacaan
: Biasa – luarbiasa – luarbiasa – biasa untuk masing – masing seri. Pada
seri pertama bacaan jurusan biasa diset 00°00’ dan xx”, sedangkan seri
kedua alat diset 90°00’xx”.
 Selisih bacaan jurusan biasa dan luar biasa harus <10” sekon.
 Selisih sudut antara seri pertama dengan seri kedua harus <5” sekon.
 Jika persyaratan diatas tidak dipenuhi maka pengukuran harus diulang
dan atau alat harus diganti.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 43
 Pengukuran jarak sisi polygon harus dilakukan pada jurusan muka dan
jurusan belakang dengan menggunakan EDM jarak dibaca minimal 5
kali, dimana perbedaan dari kelima bacaan tersebut harus <10 mm.
 Selisih bacaan jarak suatu sisi pada saat kedudukan sebagai jurusan muka
dan jurusan bel;akang harus <10 mm.
 Dengan demikian masing–masing sisi polygon akan memperoleh 10 data
jarak dan yang digunakan sebagai data hitungan adalah rata–ratanya.
 Kerangka polygon harus terikat pada minimal 2 titik ikat yang diketahui
koordinatnya (koordinat nasional).
 Metode pengukuran dilakukan dengan metode polygon terikat sempurna
(terkontrol)
 Jika diperlukan pengukuran azimut matahari (geografis) dapat
dilaksanakan dengan mengunakan tabel data Azimut matahari.
Syarat Hitungan :
 Hitungan dilakukan dengan metode perataan Bowdich Atau kuadrat
terkecil .
 Hasil azimuth matahari harus dilakukan koreksi konvergensi
meridian ( TM 3 ), sebelum digunakan dalam hitungan poligon
 Salah Penutup Sudut adalah : ≤ 15 “√n
 Salah Penutup jarak : ≤ ! : 5000
c. Perhitungan Polygon Utama Dan Poligon Cabang
Perhitungan polygon utama dan polygon cabang dilakukan dalam
beberapa tahapan hitungan sebagai berikut :
23. Hitung sudut ukuran mendatar posisi biasa :
β1 = βM1- βB1
Dimana :
β1 = Sudut ukuran mendatar posisi biasa
βM1 = Bacaan sudut mendatar pada jurusan muka posisi biasa
βB1 = Bacaan sudut mendatar pada jurusan belakang posisi
24. Hitungan sudut ukuran mendatar posisi luar biasa :

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 44
β2 = βM2- βB2
Dimana :
β2 = Sudut ukuran mendatar posisi biasa
βM2 = Bacaan sudut mendatar pada jurusan muka posisi luar
biasa.
βB2 = Bacaan sudut mendatar pada jurusan belakang posisi
luar biasa.
25. Hitung sudut ukuran mendatar rata – rata :
β1 = β1 – β2
2
Dimana : β1 = Sudut ukuran mendatar rata – rata.
26. Hitung sudut vertical rata – rata :
Z1 = Z1 – Z2
2
Z = Sudut vertikal rata-rata
Z1= Sudut vertikal posisi biasa
Z2= Sudut vertikal luar biasa
27. Hitungan jarak miring ukuran rata – rata :
Sm = S1 + S2 +….+ Sn
n
Dimana : Sm= Jarak miring ukuran
S1 +….+ Sn= Jarak ukuran
28. Hitung jarak datar ukuran :
Su = Sm x sin Z
Dimana Su = Jarak datar ukuran
29. Hitung jarak pada. bidang Ellipsoid Referensi
S = (F) x Su
Dimana :
S = Jarak pada, bidang ellipsoid
F) = Sea Level Fator (diambil dari tabel)
Su = Jarak ukuran

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 45
30. Hitung jarak proyeksi
D = k x S ; k = 0.9999 + 1.237 (Xr. 10-7)
Dimana :
D = Jarak pada. bidang ellipsoid
k = Faktor skala
Xr = Absis pendekatan rata-rata dari 2 titik ukuran
(dalam sistem Koordinat nasional )
Tahap perhitungan koordinat Poligon
31. Hitungan koreksim sudut ( V β )
Vβ=(Fβ/n)
F β = ∑ β – ( n – 2 ) x 180
Dimana :
β = Jumlah sudut ukuran
n = Banyaknya Pengukuran
32. Hitungan sudut jurusan awal mengunakan minimal 2 titik diketahui
kordinatnya
α 1-2 = ( X2 – X1 / Y2 – Y1 )
Dimana :
α 1-2 = Sudut jurusan awal
X1, Y1 = Koordinat titik 1
X2, Y2 = Koordinat titik 2
33. Hitungan koreksi absis (V Δx )
V Δx = ( D /∑D ) ( f Δx ) ; f Δx = ∑ sin α
Dimana :
D = Jarak
∑D = Jumlah jarak
f Δx = Kesalahan Absis
34. Hitungan koreksi ordinat
V Δy = ( D /∑D ) ( f Δy ) ; f Δy = ∑ cos α
Dimana :
D = Jarak

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 46
∑D = Jumlah jarak
f Δy = Kesalahan Absis
35. Hitung koordinat masing-masing titik polygon
XIJ = XIJ + Δxij + V Δxij
YIJ = YIJ + Δyij + V Δyij
Dimana :
XJ , YJ = Koordinat definitip titik J
Xi , Yi = Koordinat definitip titik i
Δxij = Absis antara titik j dan i
Δyij = Ordinat antara titik j dan i
V Δxij = Koreksi absis antara titik j dan i
V Δyij = Koreksi ordinat antara titik j dan i
36. Pengukuran Detail
Tujuan pengukuran situasi/titik-titik detail adalah agar semua detail-detail
dilapangan dapat digambarkan kembali diatas peta. Pengukuran titik detail
dilakukan dari titik polygon sebagai polygon cabang atau titik bantu yang
diikatkan pada titik polygon. Karena jumlah titik detail banyak sekali maka
diperlukan alat ukur yang praktis dengan mengunakan theodolit T0 yang
dilengkapi dengan kompas , untuk penentuan arah utara (magnetis ), jarak
dan beda tinggi titik detail yang harus diukur dibedakan atas :
 Detail Alam : lembah , bukit, sungai, alur terrain, topogarfi dll
 Detail Buatan Manusia : jalan, bangunan gedung, bendungan, Dam,
pagar dll
a. Ketentuan polygon detail
- jarak antara titik : < 50 m
- jumlah seri pengukuran : 1 seri
- alat pengukur sudut : Thedolit , T 0
- ketelitian pengukuran jarak : 1 : 10000
- salah penutup sudut : 20” √N
b. Syarat pengukuran detail

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 47
- Alat yang digunakan untuk pengukuran sudut harus berupa Thedolit
T 0.
- Kesalahan kolimasi dan kesalahan indeks Thedolit harus diperiksa
sebelum digunakan dan dibuatkan hasil pemeriksaan alat secara
tertulis dan dilampirkan pada laporan data polygon.
- Pengukuran sudut dilakukan dalam dua seri ganda, dengan urutan
bacaan : Biasa – luarbiasa – luarbiasa – biasa untuk masing – masing
seri. Pada seri pertama bacaan jurusan biasa diset 00°00’ dan xx”,
sedangkan seri kedua alat diset 90°00’xx”.
- Jika persyaratan diatas tidak dipenuhi maka pengukuran harus
diulang dan atau alat harus diganti.
- Pengukuran jarak sisi polygon harus dilakukan pada jurusan muka
dan jurusan belakang dengan menggunakan pita ukur 50m.
- Kerangka polygon/ detail harus terikat pada polygon utama/cabang.
- Metode pengukuran polygon dilakukan dengan metode polygon
terbuka terikat (terkontrol).
- Menggunakan polygon situsi dengan berdiri alat pada semua titik.
- Untuk pengukuran detail digunakan metoda polar.
c. Syarat Hitungan :
- Hitungan polygon dilakukan dengan metode perataan Bowdich Atau
kuadrat terkecil .
- Salah Penutup Sudut adalah : ≤ 20 “√n
- Salah Penutup jarak : ≤ ! : 10000
37. Pengukuran kerangka vertikal
Pengukuran untuk kerangka vertikal dengan metode pengukuran sifat datar
memenjang. Tujuan dari sifat datar memanjang untuk menentukan beda
tinggi/tinggi titik untuk dijadikan kerangka vertikal, digunakan alat ukur sifat
datar otomatik ( waterpass otomatik).
a. Ketentuan sifat datar
- jarak antara titik : < 1.5 – 2 km dsersh relatip datar
- jumlah seri pengukuran : 1 seksi terbagi dalam beberapa slag

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 48
- alat pengukur sudut : waterpas automatic
- salah penutup tinggi : Toleransi kesalahan pengukuran sifat datar
T = ± 15 √D mm
T = Toleransi dalam mm
D = Jarak pengukuran sifat datar dalam Km
b. Syarat pengukuran kerangka vertikal
- Alat yang digunakan untuk pengukuran sifat datar digunakan
waterpass otomatis
- Untuk daerah pengukuran terbagi dalam beberapa seksi pengukuran
dan setiap seksi terbagi beberapa slag dan jumlah harus genap
- Dalam slag dilakukan double stand ( dua kali berdiri alat )
- Dalam 1 slag harus diusahakan alat kerambu belakang = alat
kerambu muka
- Dilakukan pemeriksaan kesalahan garis bidik pada alat sifat datar,
pada waktu mulai pengukuran dan akhir pengukuran lalu dicatat.
c. Syarat Hitungan :
Salah penutup tinggi : Toleransi kesalahan pengukuran sifat datar
T = ± 15 √D mm
T = Toleransi dalam mm
D = Jarak pengukuran sifat datar dalam Km
38. Pengolahan Data
Hasil dari pengukuran kerangka vertikal ditransformasikan dulu dari
koordinat lokal kedalam TM 3 º. Proyeksi TM 3 º. Ini beracuan pada
ellipsoid referensi pada Datum Geodesi Nasional 1995 ( DGN ’95 ).
39. Proses Kartogrgafi
Pada tahapan peta yang dihasilkan harus memenuhi dimensi peta yang telah
ditentukan ,selanjutnya diberi informasi hasil identifikasi lapangan dan
infromasi lainnya seperti legenda, symbol, skala, instansi pembuat dan
informasi lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan sbb :

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 49
Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Lahan

Proses penataan dan revitalisasi sedikitnya harus memperhatikan empat azas,


yaitu kesesuaian, kelestarian, demokratisasi ruang, dan peningkatan sinergi
wilayah. Dalam analisis pola pemanfaatan ruang, azas kesesuaian dan kelestarian
harus mendapat perhatian yang lebih besar.

Azas kelestarian berkaitan dengan pemberian fungsi lindung pada setiap kawasan
pengembangan. Perlindungan dimaksud adalah untuk menjaga kelestarian sumber
daya air dan tanah, flora dan fauna serta peninggalan budaya lainnya yang bernilai
tinggi.

Azas kesesuaian bertumpu pada kesesuaian ruang terhadap tuntutan atau prasyarat
yang diharuskan untuk penggunaan tertentu. Pendekatan ini khususnya digunakan
pada proses alokasi lahan untuk kawasan budidaya guna memperoleh manfaat
penggunaan ruang/lahan yang optimal.
a) Land Suitability Analysis (Analisis Kesesuaian Lahan)
Kesesuaian fisik berhubungan dengan karakteristik fisik lahan yang
diharapkan sejalan dengan tuntutan aktivitas yang akan diletakkan pada lahan
tersebut. Berdasarkan pertimbangan kebutuhan lahan yang sangat tinggi
untuk berbagai sektor kegiatan, sementara ketersediaan dan kemampuan
sumber daya fisik dasar terbatas, maka perlu dilakukan analisis yang akurat
terhadap potensi fisik ini. Untuk mendukung hal ini, studi akan ditekankan
pada pendekatan geologi teknik dengan kriteria dan informasi geologinya.
Sebagai bahan pertimbangan, akan dilihat juga peraturan dan perundang-
undangan yang berkaitan dengan eksploitasi sumber daya dan kelestarian
lingkungan.
Analisis kesesuaian lahan ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :
 Mengidentifikasi lokasi-lokasi dalam wilayah perencanaan yang sangat
sesuai untuk tipe penggunaan lahan tertentu.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 50
 Analisis ini meliputi ‘overlaying maps’ dari ukuran-ukuran kesesuaian
lahan seperti kemiringan, daerah rawan bencana, jaringan akses yang
berupa jalan, dan lainnya.
 Analisis ini digunakan untuk menghasilkan ‘suitability score’ untuk
setiap tapak dalam wilayah perencanaan tadi.
b) Carrying Capacity Analysis (Analisis Daya Dukung Lingkungan)
Analisis daya dukung lingkungan pada dasarnya adalah sebagai berikut :
 Membandingkan kebutuhan dari penggunaan lahan dengan kapasitas dari
natural system atau man made system supaya serasi.
 Analisis ini meliputi penghitungan terhadap ‘critical threshold’ dari
kapasitas, di luar kapasitas tersebut maka sistem lingkungan akan
terganggu bahkan rusak atau hancur.

Analisis Kebutuhan Fasilitas Pelayanan Kota

Fasilitas pelayanan sosial ekonomi dikaitkan dengan perkembangan jumlah


penduduk dapat dipakai sebagai indikator arah pengembangan fasilitas pelayanan.
Dengan membandingkan standar kebutuhan minimal setiap jenis fasilitas
pelayanan, dapat ditentukan tingkat pelayanan yang tersedia dan kebutuhan yang
akan datang.

Beberapa model standar dapat dipergunakan untuk memperkirakan kebutuhan


ruang, antara lain :
1. Model-model Standar Indonesia :
Model standar Indonesia yang dapat digunakan diantaranya :
4. Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang,
Perumahan, Permukiman, dan Pekerjaan Umum (Kepmen Kimpraswil No.
534/KPTS/M/2001).
5. Pedoman Standard Lingkungan Pemukiman Kota (DPMB, Departemen PU).
6. Peraturan Geometris Jalan Raya dan Jembatan (Bina Marga Departemen PU).
7. Pedoman Standar Pembangunan Perumahan Sederhana (DPMB, Departemen
PU).

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 51
8. Pedoman Standar Pembangunan Rumah Susun (DPMB, Departemen PU).
9. Model-model Standar Referensi/Asing :
10. Site Planning Standard, Joseph de Chiara.
11. Urban Design Criteria, Joseph de Chiara.

Penilaian Kualitas Visual

Penilaian kualitas visual pada prinsipnya didasarkan pada hasil analisis kualitas
ekspresif dan analisis kualitas fungsional. Kualitas ekspresif berkaitan erat dengan
penampilan elemen-elemen fisik, sedangkan kualitas fungsional berkaitan dengan
kepadatan kegiatan visualnya. Kedua kualitas tersebut secara simultan
mempengaruhi potensi dasar visual suatu lingkungan.

Kondisi visual suatu lingkungan dikatakan baik apabila kualitas ekspresif dan
kualitas fungsional tampil secara serasi. Secara sederhana dapat dikatakan :

Visual yang baik adalah fungsi dari keserasian kualitas ekspresif dan kualitas
fungsional,

Atau
KV = f ( E, F )
Dimana :
KV = Kualitas Visual
E = Kualitas Ekspresif
F = Kualitas Fungsional
Hasil observasi visual pada suatu lingkungan dapat :
 Memperkaya pengalaman pengamat; dan
 Menjadi masukan untuk penghimpunan aspirasi pengamat, bila pengamatan
dilakukan oleh beberapa orang (kelompok).

Analisis atau penilaian visual dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Metode kualitatif merupakan metode yang menguraikan kelebihan dan kelemahan
visual suatu lingkungan secara deskriftif, atau melalui grafis/foto. Metode

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 52
kuantitatif merupakan alat bantu dalam menilai lingkungan visual secara lebih
formal dengan kriteria, tolok ukur, dan metode penilaian yang lebih obyektif
misalnya scoring, perbandingan berpasangan, atau dengan rumus-rumus lainnya.

Pada umumnya, penilaian akhir visual dihasilkan secara kualitatif, misalnya


dengan membaginya dalam klasifikasi baik sekali, baik, sedang, kurang, dan
buruk. Klasifikasi tersebut dapat langsung dihasilkan dengan metode kualitatif,
tetapi subyektifitasnya tinggi sekali. Latar belakang dan kemampuan pengamat
sangat mempengaruhi hasil penilaian. Umumnya pihak lain akan kesulitan dalam
mengikuti/memahami proses penilaian pengamat secara rinci sampai akhirnya ia
mengeluarkan kesimpulan. Beberapa pengamat kemungkinan akan memberikan
hasil penilaian yang berbeda pada waktu menilai satu lingkungan secara visual
akibat subyektifitasnya penilaian pengamat.

Pada penilaian kuantitatif, meskipun umumnya hasil penilaian dikemukakan


secara kualitatif (baik sekali sampai dengan buruk sekali), tetapi dasar-dasar dan
langkah-langkah penilaian pengamat dapat diikuti dan dapat diuraikan secara
rinci. Meskipun angka-angka perhitungan yang digunakan berasal dari penilaian
secara kualitatif, tetapi perbandingan antar kondisi visual dapat dilakukan dengan
lebih jelas dan obyektif. Metode ini juga berguna untuk mengurangi subyektifitas
penilaian pengamat, terutama jika penilaian dilakukan oleh beberapa orang/pihak.
Pada dasarnya, metode kuantitatif ini hanya merupakan alat bantu saja yang
hasilnya masih harus ditafsirkan secara kualitatif.

DED PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KEWENANGAN PROVINSI


DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG, KABUPATEN SERANG IV - 53

Anda mungkin juga menyukai