METODOLOGI PENYUSUNAN
4.1. PENDEKATAN
4.2. METODOLOGI
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem. Konsisten berarti tidak adanya hal yang bertentangan
dalam kerangka tertentu. Metode penelitian merupakan cara atau teknik ilmiah
untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara atau teknik
ilmiah yang dimaksud adalah dimana kegiatan kajian itu dilaksanakan
berdasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu Rasional, Empiris, dan Sistematis.
A. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan ini digunakan pada tahap inventarisasi dan analisis perumusan
yang didasarkan pada kerangka kebijakan pada tingkatan pemerintah pusat dan
Daerah.
Lima kombinasi metode yang biasa digunakan pada analisis kebijakan antara lain
adalah :
1. Deskriptif,
Merupakan metode yang bersifat monitoring yang menghasilkan informasi
sebab dan akibat kebijakan yang telah dirasakan
2. Prediktif
Merupakan metode yang bersifat forecasting yang meramalkan akibat suatu
kebijakan dimasa mendatang
3. Evaluatif
Merupakan metode yang bersifat evaluation yang memberikan informasi
tentang manfaat suatu kebijakan
4. Preskriptif
B. Analisis Keruangan
Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah. Namun,
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta
sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggung
jawab, penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam proses
perencanaannya demi menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan
keterpaduan antardaerah, antara pusat dan daerah, antarsektor, dan antarpemangku
kepentingan. Pendekatan yang digunakan dalam penataan ruang didasarkan pada
pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan
kawasan, dan nilai strategis kawasan.
Pendekatan kajian yang digunakan adalah metoda analisis spasial berbasiskan SIG
yang merupakan proses pentahapan mulai dari perancangan sampai kepada
pelaksanaan dan penggunaan sistem.
Tahap-tahap diatas disusun berdasarkan satu proses yang saling berkaitan satu
sama lainnya.
SIG dapat dimanfaatkan untuk pemetaan indeks potensi lahan suatu daerah dan
dapat dikelola berkelanjutan sesuai fungsinya dalam jangka waktu yang
panjang agar dalam mengembangkannya untuk pembangunan yang lebih baik di
ArcGIS adalah produk sistem kebutuhan software yang merupakan kumpulan dari
produk - produk software lainnya dengan tujuan untuk membangun sistem SIG
yang lengkap. Dalam kaitan inilah pihak pengembang ArcGIS merancangnya
sedemikian rupa hingga terdiri dari beberapa framework yang siap berkembang
terus dalam rangka mempermudah pembuatan aplikasi-aplikasi SIG yang sesuai
dengan kebutuhan penggunanya. Metode dengan menggunakan SIG antara lain:
1. Metoda Rank Size Rule
Metoda ini merupakan suatu metoda pengurutan pusat pelayanan secara
hirarkis. langkah yang dilakukan adalah mengurutkan jumlah penduduk
pusat-pusat pelayanan dari yang paling besar sampai ke yang paling kecil.
selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara jumlah penduduk di pusat
pelayanan dengan ranking/tingkat pertama dengan pusat pelayanan tingkat di
bawahnya untuk mengetahui urutan pusat pelayanan tersebut mulai dari
hirarki tinggi sampai dengan pusat pelayanan hirarki paling rendah.
Secara matematis metoda ini diformulasikan sebagai berikut:
b. Buffering/Distance
Proses buffering/distance digunakan untuk membangun jarak radius dari
suatu obyek. Proses ini berguna untuk menentukan besar wilayah
pengaruh dari suatu kegiatan. Misalnya untuk menetapkan kawasan
lindung di sepanjang garis sempadan sungai, kita dapat melakukan
dengan menetapkan jarak tertentu di sepanjang jalan (misalnya 100 m
dari pinggir sungai).
Tabel 4.1
Tahapan Penyiapan Perhitungan Permukiman Kumuh
TAHAP KEGIATAN SUMBER DATA
1 Penyiapan resume profil kawasan yang Profil permukiman kumuh, SK Bupati,
memuat data umum kawasan, deskripsi SPPIP, RPI2JM , RP2KP-KP
kawasan, peta lokasi dan dokumentasi
kondisi lingkungan
2 Kompilasi peta delinieasi kawasan Profil permukiman kumuh, SK Bupati,
SPPIP, RPI2JM , RP2KP-KP
3 Penyusunan baseline numerik (Indikator Dokumen RP2KP-KP
dan Parameter kekumuhan sesuai dengan
Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2018
tentang Pencegahan Dan Peningkatan
Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
4 Verifikasi data numerik Survey lapangan, data sekunder
5 Perhitungan kekumuhan awal berdasarkan Analisa data numerik
data numerik
6 Data kegiatan infrastruktur Satker PKP Propinsi, Pokja, Kabupaten,
Masyarakat
7 Ploting lokasi kegiatan infrastruktur pada Tracking lokasi infrastruktur di lapangan
peta delineasi kawasan
8 Pembuatan peta layanan infrastruktur Peta infastruktur, data kapasitas dan volume
infrastruktur
9 Perhitungan outcome peningkatan kualitas Data kekumuhan awal, peta layanan
infrastruktur, data volume dan kapasitas
infrastruktur
Sifat dan pedoman desain berupa konsep matang yang akan menjadi acuan dalam
menentukan peraturan daerah. Pedoman desain tersebut berupa :
a. Konsep struktur tata ruang kawasan, yaitu merupakan konsep arahan dalam
rumusan pola pemanfaatan lahan dalam kawasan perencanaan. Konsep
struktur tata ruang ini didasarkan atas pertimbangan kapasitas ketersediaan
lahan terhadap kebutuhan pengembangan kawasan, arahan pengembangan
kawasan, serta konsep hubungan antar elemen kegiatan dalam ruang kawasan
perencanaan.
b. Rencana perpetakan serta pemanfaatan ruang, yaitu produk yang
menampilkan arahan pola perpetakan lahan dan tata letak bangunan, teknik
bangunan gedung dan bukan gedung (letak penampang dan arsitektur
lingkungan) serta ketentuan mendirikan bangunan dalam pembagian secara
segmental.
c. Rencana fasilitas pelayanan, termasuk juga rencana koridor hijau.
d. Rencana jaringan prasarana dasar dan utilitas, yaitu menampilkan arahan
letak dan penampang jaringan air bersih, jaringan air hujan, jaringan air
limbah, jaringan gas, jaringan listrik, jaringan listrik & telepon serta
persampahan.
e. Rencana sistem pergerakan, yaitu rencana yang menunjukkan pola
pergerakan baik manusia barang dan kendaraan pada kawasan, kriteria teknis
seperti dimensi, letak dan penampang jaringan sirkulasi untuk setiap jenisnya.
f. Ketentuan-ketentuan mendirikan bangunan, yaitu rencana yang
menyangkut ketentuan dalam mendirikan bangunan seperti rencana garis
sempadan bangunan, koefisien dasar dan lantai bangunan, jarak bebas
bangunan yang dikaitkan dengan ketinggian bangunan serta ketentuan-
ketentuan keselamatan bangunan.
g. Rencana geometris yang memuat informasi-informasi tentang
blok-blok/petak-petak yang berisikan antara lain : peruntukan lahan, rencana
Pengendalian Program
Program Investasi
Program investasi bersifat jangka menengah, minimal untuk kurun waktu lima
tahun yang disusun berdasarkan program bangunan dan lingkungan, meliputi
program investasi bangunan, kegiatan, estimasi biaya kasar serta faktor
pembangun yang terlibat.
Gambar 4.3
Contoh Fasilitas Pejalan Kaki (Pedestrian Way)
1. Tahapan Rencana
Tahapan rencana penyusunan Detail Engineering Design (DED) Peningkatan
Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh adalah penjabaran hasil
analisis, yang dituangkan dalam bentuk gambar peta dengan skala sesuai
kebutuhan :
d. Menyempurnakan rancangan konsep awal
e. Menuangkan rancangan konsep awal menjadi pra-rancang yang
mencakup site plan, tampak, potongan, dan perspektif yang dapad
menggambarkan wujud
f. Hasil pra-rancang di atas, dijadikan acuan dalam menyusun draft
perhitungan biaya
g. Melakukan penyepakatan akhir hasil design melalui pelaksanaan
pembahasan dengan pihak terkait.
Tujuan dan sasaran dari Detail Engineering Design (DED) Peningkatan Kualitas
Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh, dapat dicapai melalui serangkaian proses
perencanaan. Secara umum, proses perencanaan meliputi tiga bagian, yaitu
pengumpulan data, analisis, dan penyusunan rencana. Kedudukan analisis dalam
hal ini menjadi penting karena keakuratan serta kedalaman rencana yang
dihasilkan sangat tergantung kepada metoda/teknik analisis yang dipergunakan di
dalam tahap analisis ini.
Karena itu, keputusan untuk mengambil suatu teknik atau metoda analisis
merupakan bagian terpenting dan menjadi awal dari kegiatan analisis ini.
Penentuan teknik dan metoda analisis Detail Engineering Design (DED)
Peningkatan Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh ini mengacu pada
isu-isu pokok pengembangan Kawasan Permukiman Kumuh melalui pengamatan
data dan informasi awal yang dilandasi kerangka teoritis yang kuat.
Beberapa analisis yang akan dilakukan disusun dalam suatu kerangka yang
sifatnya sistematis dan terintegrasi untuk menjamin efektifitas dan efisiensi proses
Beberapa teknik analisis yang dapat digunakan dalam Detail Engineering Design
(DED) Peningkatan Kualitas Kawasan Kawasan Permukiman Kumuh mulai dari
teknik pembuatan peta, penilaian kualitas visual lingkungan, perhitungan
intensitas peruntukan lahan, model-model standar perencanaan prasarana dan
utilitas lingkungan, dan model analisis kuantitatif yang lebih sederhana seperti
model perbandingan/ratio dari suatu unit analisis yang lebih kecil dengan unit
analisis yang lebih luas. Penggunaan model analisis tersebut, tentunya akan sangat
tergantung pada ketersediaan data :
1. Pembuatan Peta Digital Skala 1 : 5.000
a. Persiapan
b. Persiapan umum /persiapan administrasi
Persiapan administrasi meliputi kegiatan menyiapkan dan
mengkoleksi data pendukung, hal ini sangat erat kaitannya dengan
perencanaan pekerjaan yang bersifat teknis maupun non teknis
16. Menyiapkan surat-surat dinas.
17. Melapor dan koordinasi dengan instansi terkait.
18. Persiapan teknis dan perencanaan pengukuran
Sebelum mulai pekerjaan personil pengukuran yang menangani
pekerjaan mendapat pengarahan dari team leader agar memahami
prosedur dan ketentuan yang sudah ditetapkan. Pemeriksaan alat dan
kalibrasi alat untuk memenuhi semua persyaratan dalam pemakaian
alat ukur.
Pengumpulan data seperti peta digital dan foto udara dengan skala
1:5.000 pada lokasi pekerjaan dan peta-peta penunjang lainnya yang
telah ada.
Silang )
CM
20
DCK
20
Azas kelestarian berkaitan dengan pemberian fungsi lindung pada setiap kawasan
pengembangan. Perlindungan dimaksud adalah untuk menjaga kelestarian sumber
daya air dan tanah, flora dan fauna serta peninggalan budaya lainnya yang bernilai
tinggi.
Azas kesesuaian bertumpu pada kesesuaian ruang terhadap tuntutan atau prasyarat
yang diharuskan untuk penggunaan tertentu. Pendekatan ini khususnya digunakan
pada proses alokasi lahan untuk kawasan budidaya guna memperoleh manfaat
penggunaan ruang/lahan yang optimal.
a) Land Suitability Analysis (Analisis Kesesuaian Lahan)
Kesesuaian fisik berhubungan dengan karakteristik fisik lahan yang
diharapkan sejalan dengan tuntutan aktivitas yang akan diletakkan pada lahan
tersebut. Berdasarkan pertimbangan kebutuhan lahan yang sangat tinggi
untuk berbagai sektor kegiatan, sementara ketersediaan dan kemampuan
sumber daya fisik dasar terbatas, maka perlu dilakukan analisis yang akurat
terhadap potensi fisik ini. Untuk mendukung hal ini, studi akan ditekankan
pada pendekatan geologi teknik dengan kriteria dan informasi geologinya.
Sebagai bahan pertimbangan, akan dilihat juga peraturan dan perundang-
undangan yang berkaitan dengan eksploitasi sumber daya dan kelestarian
lingkungan.
Analisis kesesuaian lahan ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi lokasi-lokasi dalam wilayah perencanaan yang sangat
sesuai untuk tipe penggunaan lahan tertentu.
Penilaian kualitas visual pada prinsipnya didasarkan pada hasil analisis kualitas
ekspresif dan analisis kualitas fungsional. Kualitas ekspresif berkaitan erat dengan
penampilan elemen-elemen fisik, sedangkan kualitas fungsional berkaitan dengan
kepadatan kegiatan visualnya. Kedua kualitas tersebut secara simultan
mempengaruhi potensi dasar visual suatu lingkungan.
Kondisi visual suatu lingkungan dikatakan baik apabila kualitas ekspresif dan
kualitas fungsional tampil secara serasi. Secara sederhana dapat dikatakan :
Visual yang baik adalah fungsi dari keserasian kualitas ekspresif dan kualitas
fungsional,
Atau
KV = f ( E, F )
Dimana :
KV = Kualitas Visual
E = Kualitas Ekspresif
F = Kualitas Fungsional
Hasil observasi visual pada suatu lingkungan dapat :
Memperkaya pengalaman pengamat; dan
Menjadi masukan untuk penghimpunan aspirasi pengamat, bila pengamatan
dilakukan oleh beberapa orang (kelompok).
Analisis atau penilaian visual dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Metode kualitatif merupakan metode yang menguraikan kelebihan dan kelemahan
visual suatu lingkungan secara deskriftif, atau melalui grafis/foto. Metode