Anda di halaman 1dari 43

URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA

1. PENDEKATAN TEKNIS

A. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan pekerjaan perencanaan Pembangunan Gedung
Center of Excellent Pendidikan Teknik dan Guru Vokasi
Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi di Kampus
Pusat Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No.
229, Bandung, Jawa Barat adalah untuk mengembangkan
kampus Universitas Pendidikan Indonesia sebagai Pusat
Unggulan Pendidikan Guru Vokasi di Indonesia yaitu dengan
pengembangan infrastruktur, kelembagaan, dan Pendidikan
Vokasi tersebut, sehingga dapat membantu panitia pengadaan
dalam menyusun dokumen pelelangan sampai terlaksana
proses pengadaan dan pengendalian dalam masa pelaksanaan
pembangunan fisik.

B. LINGKUP JASA KONSULTASI

Ruang lingkup jasa konsultansi pekerjaan perencanaan


Pembangunan Gedung Center of Excellent Pendidikan Teknik
dan Guru Vokasi Universitas Pendidikan Indonesia meliputi
pengendalian terhadap mutu, waktu, dan biaya dalam
pencapaian sasaran fisik baik kualitas dan kuantitas, sehingga
dapat menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap
dalam semua aspek pekerjaan yang mencakup struktur,
arsitektural, mekanikal, dan tata ruang luar lingkungan
pembangunan fisik dengan:

1. Survey lapangan dengan mengumpulkan data fisik


meliputi pengukuran topographi, tapak, elevasi dan letak
bangunan, sistem drainase lingkungan, sistem pelistrikan
dan pencahayaan/ilumunisasi, sistem air bersih dan
sistem air kotor, bentuk bangunan;
2. Tahap pemrograman fungsi bangunan meliputi program
kegiatan, kebutuhan fasilitas, sarana dan prasarana, serta
program kebutuhan dan persyaratan ruang;
3. Tahap Analisis dan konsep rencana yakni dengan membuat
Konsep Rencana Teknis terlebih dahulu dan dilakukan
analisis mendalam sesuai data hasil survey dan pengukuran
lapangan;
4. Menyusun konsep-konsep rencana yang menjadi dasar
dalam penyusunan pra rancangan meliputi :

a) Konsep tapak, memuat orientasi dan gubahan masa


bangunan;
b) Konsep bangunan;
c) Konsep struktur konstruksi dan sistem utilitas;
d) Konsep-konsep termuat dalam desain skematik yang
akan divisualisasikan dalam desain.
e) Tahap Pra-Rancangan, penyusunan sketsa rancangan
meliputi rencana tapak, rencana bentuk, rencana struktur
dan konstruksi, rencana utilitas berdasarkan kondisi
eksiting di lapangan.
f) Tahap Pengembangan Rancangan meliputi pembuatan
Gambar Denah Gedung Ruang Kuliah, Tampak,
Potongan, Detail arsitektur dan struktur, serta Menyusun
prakiraan biaya yang di perlukan dalam pembangunan
konstruksi gedung, yang meliputi:
 Site Plan rencana dan Layout plan
 Gambar Denah, Tampak, Potongan, Gambar-gambar
Rencana dalam skala 1:100 dan Gambar-gambar Detail
dengan skala 1:20, 1:10, 1:5
 Display presentasi
 Maket
5. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
6. Rencana Kegiatan dan Rincian Volume Pelaksanaan
Pekerjaan (BQ), Rencana Anggaran Biaya (RAB)
sementara pekerjaan konstruksi.
7. Tahap pelelangan Konstruksi fisik, membantu panitia pada
waktu acara penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun
berita acara penjelasan pekerjaan, laporan teknis dan
administratif, evaluasi penawaran, menyusun kembali
dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang
sama apabila terjadi lelang ulang dokumen pelelangan dan
melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang
ulang.
8. Tahap pengawasan berkala, membuat laporan pengawasan
berkala dan menyusun dokumen petunjuk penggunaan,
pemeliharaan dan perawatan
peralatan/perlengkapan/bangunan.

C. PENDEKATAN TEKNIS
1. Pendekatan Perencanaan

Dalam melaksanakan kegiatan ini, terdapat 3 (tiga) aspek


pendekatan perencanaan yang dilakukan konsultan dalam
perencanaan Pembangunan Gedung Center of Excellent
Pendidikan Teknik dan Guru Vokasi Universitas Pendidikan
Indonesia, adapun ketiga pendekatan tersebut adalah :

a) Pendekatan Dasar, sesuai dengan lingkup kegiatan


pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan, secara
garis besar diperlukan adanya beberapa pendekatan-
pendekatan dasar dalam perencanaan Pembangunan
Gedung Center of Excellent Pendidikan Teknik dan Guru,
yaitu antara lain:
 Sustainable Development; yaitu perencanaan tapak
yang berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan;
 Implementatif; yaitu menghasilkan rumusan
pedoman teknis dalam perencanaan yang dapat
dilaksanakan pada saat pembangunan;
 Akomodatif; yaitu perencanaan yang dapat
mengakomodasikan kebutuhan dan kenyamanan
calon pengguna sesuai fungsinya;
 Aspiratif; yaitu perencanaan yang dapat menyerap
aspirasi pemilik dan pemakai dalam proses dan
produk desain;
 Terprogram; yaitu perencanaan dengan program
yang jelas, dan sesuai dengan kebutuhan desain
maupun rencana pengembangannya.
b) Pendekatan Azas, ada beberapa azas yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan Pembangunan
Gedung Center of Excellent Pendidikan Teknik dan Guru
Vokasi yang bisa dijadikan pertimbangan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu;
 Azas Fungsi Utama, Perencanaan Pembangunan
Gedung Center of Excellent Pendidikan Teknik dan
Guru Vokasi Universitas Pendidikan Indonesia,
pemanfaatan lahan untuk gedung ruang kuliah
didasarkan sebagai fungsi utama;
 Azas Fungsi dan Hiraki Kegiatan, Pemanfaatan lahan
dilakukan berdasarkan fungsi dan kegiatan yang
bersifat hirakis untuk penciptaan keseimbangan
sistem sirkulasi dalam gedung;
 Azas Manfaat, pemanfaatan lahan untuk bangunan
gedung harus bisa memberikan manfaat yang
sebesar -besarnya bagi pengguna;
 Azas Keseimbangan dan Keserasian Fungsi
Bangunan Gedung, keseimbangan dan keserasian
struktur dan pola pemanfaatan lahan dan ruang,
keseimbangan dan Keserasian Fungsi dan Intensitas
pemanfaatan ruang;
 Azas Kelestarian, menciptakan hubungan yang serasi
antara manusia dan lingkungan yang tercermin dari
pola intensitas pemanfaaatan lahan untuk gedung
dan ruang dalam gedung;
 Azas Berkelanjutan, pemanfaatan lahan untuk
bangunan gedung dan ruang dalam gedung harus
menjamin kenyamanan;
 Azas Keterbukaan, setiap pihak yang berkepentingan
dapat memperoleh keterangan mengenai produk
perencanaan serta proses yang ditempuh dalam
kegiatan desain.
2. Pendekatan Teknis
Ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam
Perencanaan Pembangunan Gedung Center of Excellent
Pendidikan Teknik dan Guru Vokasi Universitas Pendidikan
Indonesia, yang bisa dijadikan pertimbangan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu;

a) Pendekatan Teknis dengan melakukan kajian-kajian


teknis terhadap lokasi serta lingkungan sekitarnya. Ini
penting untuk mendapatkan data eksisting sebagai bahan
masukan sebelum dilakukan rekayasa desain
menyangkut bentuk desain ruang kuliah, pola tata masa
bangunan, orientasi/view, pola sirkulasi, melakukan
kajian terhadap karakter ruang kuliah, site/tapak lokasi
baik terhadap aspek lingkungan, aspek transportasi,
sirkulasi, arah angin, matahari, struktur tanah dan lain
sebagainya. Selian itu, diperlukan pula kegiatan
penggalian data dan informasi sekunder yang dilakukan
untuk mendapatkan data-data penunjang, khususnya
yang terkait non fisik seperti jumlah penduduk
mahasiswa, tenaga pendidik dan kependidikan, aktifitas,
perilaku, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan
Perencanaan Pembangunan Gedung Center of Excellent
Pendidikan Teknik dan Guru Vokasi Universitas
Pendidikan Indonesia, Penyedia Jasa (Konsultan
Perencana) akan menggunakan standard dan peraturan
yang berlaku di Indonesia yang berhubungan dengan
kegiatan perencanaan.
b) Pendekatan Normatif dilakukan untuk mendapatkan
masukan dari berbagai pihak mengenai konsep dan pola
arsitektur yang akan diterapkan dalam Perencanaan
Pembangunan Gedung Ruang Kuliah STAIN
Pamekasan.

D. METODOLOGI
1. Konsep Perancangan
Konsep perancangan yang akan diusulkan sebagai gagasan
baru adalah gedung ruang kuliah berbasis konsep GREEN
SITE & GREEN BUILDING sehingga menjadi Low Energy
Consumption Building serta berperan mengurangi dampak
Global Warming.

Green Site/ Garden City Concept:

a) Development
b) More Greenery (RTH)
c) High Density Restrict Movement Of Motorized Vehicle
d) Interconnected Walkways
e) Zero Runoff
f) Integrated Waste Management
g) Integrated MEP System
DESIGN GUIDES mematuhi peraturan Bangunan Gedung
(Negara) yang berlaku Lokal maupun Nasional Pra – Syarat
(Eligibility):

a) Persyaratan Pemanfaatan Lahan,


b) Persyaratan Kehandalan ;
 Gempa
 Kebakaran, dll
c) Persyaratan Kenyamanan/ Kesehatan;
 Luasan ruang kerja
 Fasilitas Gender
 Kelola Sampah
d) Persyaratan Keselamatan
e) Persyaratan Kemudahan/ Acessibility
 Fasilitas Difable Person

2. Material
a) Local products
b) Sustainable
c) Low energy
d) Recyclable / eco friendly
e) Non toxic

Contoh Material
Green Building Concept:

a) Menahan lingkungan

diluar pada lokasi gedung (Land, Water, and Energy)


b) Meningkatkan lingkungan internal bagi penghuni
(Pencahayaan dan Udara di dalam gedung)
c) Memelihara lingkungan pada tempat yang jauh dari
gedung (penggunaan material gedung yang ramah
lingkungan)

3. Kriteria Perancangan
a) Kriteria Umum

Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan


perencana wajib memperhatikan kriteria umum bangunan
berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu:

1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas:


a) Menjamin bangunan gedung didirikan
berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata
bangunan yang ditetapkan di daerah yang
bersangkutan.
b) Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai
dengan fungsinya.
c) Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat,
dan lingkungannya.
2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang
didirikan berdasarkan karakteristik lingkungan,
ketentuan wujud bangunan, dan budaya daerah,
sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan
lingkungannya (fisik, sosial dan budaya).
b) Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang
dapat memberikan keseimbangan daerah
keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
c) Menjamin bangunan gedung dibangun dan
dimanfaatkan dengan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
3. Persyaratan Struktur Bangunan
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang
dapat mendukung beban yang timbul akibat
mobilitas orang, barang dan perilaku alam seperti
gempa bumi atau angin.
b) Menjamin keselamatan manusia dari
kemungkinan kecelakaan atau luka yang
disebabkan oleh kegagalan struktur gedung
dengan melakukan perencanaan struktur yang
tahan terhadap gempa berdasarkan aturan
konstruksi terbaru di antaranya Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencaan
Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-
1729-2002, Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 30-
1726-2002.
c) Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan
atau kerusakan benda yang disebabkan oleh
perilaku struktur.
d) Menjamin perlindungan property lainnya dan
kerusakan fisik yang disebabkan oleh kegagalan
struktur.
e) Menjamin keselamatan manusia dengan
memberikan kesempatan kepada penjual dan
pembeli untuk menyelamatkan diri keluar dari
gedung, jika terjadi gempa bumi.
4. Persyaratan Ketahanan terhadap Proteksi/Bahaya
Kebakaran:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang
aman terhadap bahaya kebakaran sesuai dengan
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan No : 10/KPTS/2000 tangga 01 Maret
2000.
b) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang
dibangun sedemikian rupa sehingga mampu
secara struktural stabil selama kebakaran,
sehingga:
 cukup waktu bagi penghuni melakukan
evakuasi secara aman
 cukup waktu dan jalan keluar-masuk bagi
pasukan pemadam kebakaran memasuki
lokasi untuk memadamkan api.
 dapat menghindani kerusakan pada property
lainnya
c) Menjamin terwujudnya Sistem pengamanan
kebakaran pada bangunan gedung untuk :
 Memperingatkan orang terhadap keadaan
darurat
 Penyediaan tempat penyelamatan
 Membatasi penyebaran kebakaran
 Pemadaman kebakaran, termasuk sistem
proteksi aktif dan pasif
d) Menjamin tersedianya alat yang dilengkapi
dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
mengalirkan air bertekanan (Hidran) dan reservoir
air, yang digunakan bagi keperluan pemadaman
kebakaran.
5. Persyaratan sarana jalan masuk dan keluar:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang
mempunyai akses yang layak, aman, dan nyaman
ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan
didalamnya.
b) Menjamin terwujudnya upaya melindungi
penghuni dari kesakitan atau luka saat vakuasi
pada saat darurat.
c) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi
penyandang cacat, khususnya untuk bangunan
fasilitas umum dan sosial.
d) Menjamin terwujudnya pintu keluar tersendiri dari
setiap lantai yang dapat mencapai keluar secara
langsung yang diisolasi terhadap kebakaran
menuju ke jalan atau ruang terbuka.
6. Persyaratan Transportasi dalam Gedung:
a) Menjamin tersedianya sarana transportasi
horisontal dan vertikal yang layak, aman dan
nyaman di dalam bangunan gedung.
b) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi
penyandang cacat, khususnya untuk bangunan
fasilitas umum, dan sosial.
7. Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah
Keluar, dan Sistem Peringatan bahaya:
a) Menjamin tersedianya pertandaan dini yang
informatif didalam bangunan gedung apabila
terjadi keadaan darurat.
b) Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara
mudah dan aman, apabila terjadi keadaan
darurat.
8. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan
Komunikasi
a) Menjamin terpasang dan tersambungnya instalasi
listrik secara cukup dan aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan
gedung dan penghuninya dan bahaya akibat petir.
c) Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang
memadai dalam menunjang terselenggaranya
kegiatan didalam bangunan gedung sesuai
dengan fungsinya.
9. Persyaratan Sanitasi dari bangunan:
a) Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang
memadai dalam menunjang terselenggaranya
kegiatan didalam bangunan gedung sesuai
dengan fungsinya.
b) Menjamin kebersihan, kesehatan, dan
memberikan pelayanan kenyamanan bagi
penghuni bangunan dan lingkungan.
c) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan
perlengkapan sanitasi secara baik.
d) menjamin tersedianya air bersih di dalam dan di
Iingkungan bangunan gedung.
10. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara :
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang
cukup, balk alami maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan didalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan
perlengkapan tata udara secara baik.
11. Persyaratan Pencahayaan
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan
yang cukup, baik alami maupun buatan dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan didalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan
perlengkapan pencahayaan secara baik.
12. Persyaratan Kebisingan dan Getaran
a) Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman
dan gangguan suara dan getaran yang tidak
diinginkan.
b) Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha
atau kegiatan yang menimbulkan dampak negatif
suara dan getaran perlu melakukan upaya
pengendalian pencemaran dan atau mencegah
perusakan lingkungan.
13. Selain kriteria di atas berlaku pula ketentuan-
ketentuan sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan
seperti:
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 1999, tanggal 7 Mei 1999, tentang
Undang-Undang Jasa Konstruksi.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000,
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
c) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor:
80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan barang/ Jasa Pemerintah, beserta
perubahan-perubahannya.
d) Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan Gedung, SNI 03–1726,
2002.
e) Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk
Rumah dan Gedung, SNI–03–1727, 1989.
f) Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk
Gedung, SNI 02–1729, 2002.
g) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, SNI 03–2847, 2002.
h) Spesifikasi Bahan Bangunan Indonesia, SNI 03–
6861, 2002.
i) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
Tahun 1982;
j) Standar Penerangan Buatan dalam Gedung
Tahun 1978 Departemen Pekerjaan Umum;
k) Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung tahun 1987;
l) Panduan Pemasangan Sistem Hidran untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada rumah dan
gedung tahun 1987;
m) Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1981;
n) Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan Nomor 10/KPTS/2000 tanggal 1
Maret 2000;
o) Panduan Pemasangan Sistem Instalasi Alarm
Kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada bangunan rumah dan gedung;
p) Peraturan, Pedoman, Standar atau Ketentuan –
ketentuan teknis yang lain yang berhubungan
dengan pembangunan gedung.

B Kriteria Khusus

Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-


syarat yang khusus, spesifik berkaitan dengan bangunan
gedung yang akan direncanakan, baik dari segi khusus
bangunan, segi teknis lainnya, misalnya:

1. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan


yang ada di sekitar, seperti dalam rangka
implementasi penataan bangunan dan lingkungan;
2. Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti
faktor sosial budaya setempat, geografi, klimatologi,
dan lain-lain;
3. Sejauh tidak bertentangan dengan persyaratan
khusus bangunan yang akan dibangun harus
diusahakan penggunaan potensi alami (pencahayaan
dan tata udara) untuk daerah dingin dan panas;
4. Pengelompokan fungsi bangunan hendaknya
dilakukan sesuai dengan sifat dan hirarkhinya namun
merupakan kesatuan yang utuh;
5. Dalam merencanakan pembangunan tersebut agar
menyesuaikan dengan bangunan yang ada serta
mampu menunjang kegiatan yang ada;
6. Jaringan sirkulasi kendaraan, manusia atau barang
hendaknya disusun se efisien mungkin sehingga
terciptanya kelancaran dan mampu menunjang
kegiatan yang ada serta tidak mengganggu fungsi
dalam bangunan.
7. Jaringan listrik hendaknya dibuat seefisien mungkin
dengan tidak meninggalkan fungsi ataupun
kemampuan daya listrik, perlu diperhatikan pula faktor
keselamatan terhadap lingkungan baik manusia
ataupun yang lainnya.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan


Rakyat RI No. 02/PRT/M/2015 Tentang Bangunan
Gedung Hijau, menyatakan persyaratan sebagai
berikut:

Prinsip bangunan gedung hijau meliputi:

1. perumusan kesamaan tujuan, pemahaman serta


rencana tindak;
2. pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa
lahan, material, air, sumber daya alam maupun
sumber daya manusia (reduce);
3. pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun non-
fisik;
4. penggunaan kembali sumber daya yang telah
digunakan sebelumnya (reuse);
5. penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle);
6. perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan
hidup melalui upaya pelestarian;
7. mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan
iklim, dan bencana;
8. orientasi kepada siklus hidup;
9. orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan;
10. inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dan
11. peningkatan dukungan kelembagaan, kepemimpinan
dan manajemen dalam implementasi.
Pada Bagian Ketiga Pasal 8; Persyaratan Tahap
Perencanaan Teknis,

1. Persyaratan tahap perencanaan teknis bangunan


gedung hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (4) huruf b terdiri atas:
a. pengelolaan tapak;
b. efisiensi penggunaan energi;
c. efisiensi penggunaan air;
d. kualitas udara dalam ruang;
e. penggunaan material ramah lingkungan;
f. pengelolaan sampah; dan
g. pengelolaan air limbah.
2. Pengelolaan tapak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas persyaratan:
a. orientasi bangunan gedung;
b. pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/sirkulasi;
c. pengelolaan lahan terkontaminasi limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3);
d. ruang terbuka hijau (RTH) privat;
e. penyediaan jalur pedestrian;
f. pengelolaan tapak besmen;
g. penyediaan lahan parkir;
h. sistem pencahayaan ruang luar; dan
i. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau
di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana
umum.
3. Efisiensi penggunaan energi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas persyaratan:
a. selubung bangunan;
b. sistem ventilasi;
c. sistem pengondisian udara;
d. sistem pencahayaan;
e. sistem transportasi dalam gedung; dan
f. sistem kelistrikan.
4. Efisiensi penggunaan air terdiri atas persyaratan:
a. sumber air;
b. pemakaian air; dan
c. penggunaan peralatan saniter hemat air (water
fixtures).
5. Kualitas udara dalam ruang terdiri atas persyaratan:
a. pelarangan merokok;
b. pengendalian karbondioksida (CO2) dan
karbonmonoksida (CO); dan
c. pengendalian penggunaan bahan pembeku
(refrigerant).
6. Material ramah lingkungan terdiri atas persyaratan:
a. pengendalian penggunaan material berbahaya;
dan
b. penggunaan material bersertifikat ramah
lingkungan (eco labelling).
7. Pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f terdiri atas persyaratan:
a. penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle);
b. penerapan sistem penanganan sampah; dan
c. penerapan sistem pencatatan timbulan sampah.
8. Pengelolaan air limbah terdiri atas persyaratan:
a. penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat
dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran
pembuangan kota; dan
b. daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey
water).
4. Prinsip Perancangan Bangunan
a) Pemahaman Terhadap Fungsi Bangunan
Unsur dasar perencanaan bangunan dapat dipahami
melalui beberapa pengertian fungsi bangunan arsitektur,
sebagai berikut:

 Behavior modifier; bahwa bangunan mampu


mengarahkan perilaku pemakainya.
 Building as container; bangunan berfungsi sebagai
wadah kegiatan pemakainya
 Environmental filter; bangunan mampu menjadi filter
aspek lingkungan disekitarnya, memanfaatkan unsur
alam yang berguna bagi pemakai
 Capital investment; bahwa setiap bangunan memiliki
nilai investasi
 Aesthetic form; bangunan wajib tampil dengan estetis,
memiliki nilai keindahan bagi pengamat
b) Prinsip-Prinsip Perancangan
 Prinsip perancangan tapak

Mengenal dan mengamati tapak/ lingkungan untuk


melihat potensi dan hambatan yang berkaitan dengan
obyek rancangan, sehingga dapat dilihat dan
diketahui:

-. Pola pencapaian tapak

-. Pendearahan dalam tapak dan pengelompokan


peruntukannya.

-. Pola bentuk dan komposisi masa yang membentuk


ruang-ruang luar beserta suasananya, studi masa
dan ruang (solid & space)

-. Aspek lingkungan yang kemungkinan akan


berpengaruh terhadap perancangan tapak dan
bangunannya.
 Prinsip perancangan bangunan.

Mengenal dan memahami obyek rancangan untuk


menentukan bentuk dan komposisi bangunan
sehingga tercipta ruang dalam dan ruang luar dengan
kesan dan suasana yang mampu menunjang kegiatan
kegiatannya.

-. Bentuk dan tampilan masing-masing masa


bangunan.

-. Pola ruang, tata ruang dan kualitas ruang dalam


bangunan

-. Sistem struktur dan konstruksi bangunan

-. Sistem utilitas bangunan

5. Struktur
a) KRITERIA DESAIN

Upper Structure
 Perencanaan upper structure secara garis besar
terdiri dari:
 Perencanaan pelat lantai
 Perencanaan balok Struktur
 Perencanaan Balok Anak
 Perencanaan kolom Struktur
 Perencanaan Sloof Struktur
 Perencanaan Ring Balk
 Perencanaan Struktur Atap

Perencanaan upper structure terdiri dari:


• Desain awal : estimasi dimensi awal
pelat, balok dan kolom
• Beban struktur : perhitungan beban mati,
hidup dan gempa
• Analisa struktur : menghitung gaya-gaya
dalam, deformasi dan reaksi
• Desain skematik : penentuan dimensi akhir
pelat, balok dan kolom
• Desain struktur : mencari jumlah tulangan
dan pemeriksaan daktilitas

 Perencanaan harus memenuhi prinsip dasar desain,


yaitu:
• Desain kapasitas : Rn > 1S1 + 2S2 + …
“ Gaya-gaya dalam nominal > gaya-gaya dalam
ultimit atau Kekuatan > Beban”. Berlaku untuk
semua gaya dalam, yaitu momen lentur, gaya geser,
dan gaya aksial
 adalah faktor reduksi kekuatan, i adalah faktor
beban
 bervariasi sesuai dengan sifat gaya: Lentur,  =
0.80, Geser dan torsi,  = 0.70, Aksial tarik  =
0.80, Aksial tekan- Lentur dengan spiral  = 0.75,
aksial tekan-Lentur dengan tulangan lain  = 0.70,
 bervariasi sesuai dengan sifat beban dan
peraturan

 Beban-beban luar yang akan diperhitungkan adalah:


beban mati atau berat sendiri (D), Beban hidup (L) dan
Beban gempa (E).
Beban mati dan beban hidup ditentukan berdasarkan
peraturan yang berlaku dan memperhatikan fungsi
setiap lantai.
Beban gempa ditentukan dengan cara statik ekivalen
atau cara dinamis (respon spektrum) dengan
memperhatikan jumlah lantai, DOF, periode getaran,
rasio redaman, mode getaran, drift ratio, sifat tanah
dasar dan zone gempa.

 Kombinasi beban yang akan dipakai adalah:


• U = 1.4D
• U = 1.2D + 1.6 L
• U = 1.2D + 1.0 L + 1.0Ex + 0.3 Ez
• U = 1.2D + 1.0 L + 1.0Ez + 0.3 Ex
• U = 0.9D + + 1.0Ex + 0.3 Ez
• U = 0.9D + + 1.0Ez + 0.3 Ex

 Dimensi Penampang
Pendimensian penampang pelat, balok dilakukan secara
bertahap yaitu tahap pertama dengan menentukan dimensi
awal berdasarkan pendekatan (ACI 2002: Concrete Detailing
Guide) yaitu:

Balok : L/10 – l/12 (konvensional)


Kolom: Area kolom + P total (gravity load) / (0,33 f’c)
Pelat : L/33 (konvensional) dan L/30 (flat Slab)
Tahap kedua dimensi awal penampang akan dievaluasi lagi
berdasarkan prosedur minimal setelah analisa struktur yaitu
dengan pemeriksaan:

- Kewajaran gaya-gaya dalam dan reaksi tumpuan


- Kewajaran ukuran pelat, balok dan kolom
- Defleksi balok dan kolom
- Keabsahan hasil analisa gempa

 Metode Analisis dan Desain


Analisis struktur menggunakan STAADPRO/SAP2000
dengan analisa 3 dimensi sedangkan untuk perencanan
elemen struktur menggunakan peraturan SNI-03-2847-
2002, SNI 03-1729-2002 dan SNI-03-1726-2002.

 Alat Perencanaan
Pada perencanaan ini digunakan alat bantu komputer
dengan beberapa paket program untuk mempercepat
proses hitungan. Paket program yang digunakan
meliputi hitungan untuk menganalisa gaya dalam yang
dihasilkan dan program penulangan balok dan
kolom.
1). Program STAADPRO/SAP2000
Program ini dipakai pada analisa struktur untuk
menghitung :
- Momen, gaya aksial dan gaya geser yang
terjadi pada batang-batang frame 3 dimensi
- besarnya deformasi horisontal dan vertikal
batang/struktur
- penulangan balok dan kolom
- Struktur Atap

2). Desain Penampang Beton dikontrol secara


manual :
Menggunakan program excel, yang terdiri dari :
a). Program “PELAT” digunakan untuk menghitung
tulangan tarik dan tulangan bagi pelat lantai
dan pelat atap.
b). Program “BALOK” digunakan untuk
menghitung tulangan memanjang balok dan
tulangan geser balok.
c). Program “KOLOM” digunakan untuk
menghitung tulangan memanjang kolom,
tulangan pengekang dan tulangan geser
kolom.
d). Program “PONDASI” digunakan untuk
menghitung dimensi pondasi, daya dukung dan
penulangan pondasi.
3). Diagram interaksi M-N kolom
Diagram interaksi kolom digunakan untuk
menentukan jumlah tulangan longitudinal kolom
yang harus dipasang pada kolom,

b) Bottom Structure
 Penyelidikan Tanah (Soil Test)
Tujuan penyelidikan tanahadalah untuk mengetahui
dan mengevaluasi kekuatan dan kondisi lapisan-
lapisan tanah bawah lokasi yang bersangkutan untuk
menunjang perencanaan pondasi pada pekerjaan
Pembangunan Gedung Ruang Kuliah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan

Gedung kuliah yang direncanakan, dengan ketentuan


luas tapak ± 2400 M² dan luas bangunan ± 2850 M²
membutuhkan 6 (enam) titik pengujian sondir dan
2 (dua) titik bor dangkal.

Pengujian di lapangan :

- 6 (enam) titik pengujian sondir (CPT) sampai


kedalaman tanah keras.
- 2 (dua) titik bor dangkal sampai kedalaman 3,0
m, dan pengambilan Undisturbed sampling
(UDS) pada masing-masing titik boring.
 Pengujian Sondir (Cone Penetration Test – CPT)
Pekerjaan sondir dilaksanakan untuk mendapatkan
indikasi kekuatan tanah dengan menekan konus
berbentuk kerucut tanah yang akan diuji. Kerucut
(konus) dengan luas penampang 10 cm2 ini dihubungkan
dengan rangkaian stang dalam sondir ke manometer
sehingga nilai konus atau perlawanan konus dapat
dibaca.

Pekerjaan sondir ini dilaksanan sesuai dengan Standart


ASTM D-3341-86 dan SNI 03-2827-1992, yang
menggunakan bikonus tipe Begemann dengan kapasitas
maksimum 250 kg/cm2, yang mempunyai diameter 3,60
cm, dengan kemiringan kerucut 60o. Pada saat
melakukan test, penetrometer ditusukkan ke dalam tanah
dengan kecepatan 2 cm per detik. Data penetrasi dan
jumlah penetrasi diperoleh dari pembacaan manometer
dengan sistem hidrolik, dengan interval 20 cm.

Pada setiap kedalaman 20 cm, yang dapat dibaca pada


manometer adalah penetrasi konus (PK) bacaan yang
pertama, sedangkan bacaan kedua adalah jumlah
penetrasi (JP) yang merupakan penetrasi konus (PK) +
hambatan lekat (HL). Untuk kemudian dihitung hambatan
lekatnya. (HL) tiap 20 cm. Besarnya jumlah hambatan
lekat (JHL) sama dengan jumlah komulatif dari hambatan
lekat (HL).

Daya Dukung Pondasi


Untuk bangunan bertingkat, disarankan menggunakan
pondasi dalam (tiang pancang injection) sampai
konsistensi tanah keras.

1.0 m

pondasi telapak
Daya dukung ijin ( qall ) pondasi tiang sebagai berikut :

q p xA p q s xA s
Q all = +
3 5
 Perencanaan dan perhitungan pondasi yang terdiri
dari:
1. Resume Gaya-gaya
ekstrim pada pondasi dari 10 kombinasi beban
2. Daya dukung ijin 1 tiang tunggal (qa)
- Diambil dari hasil penyelidikan tanah SPT
- Daya dukung pondasi tiang dihitung dengan
persamaan Meyerhoff:

qa = q end / SF1 + q friction/SF2


qa = (40 Nb*Ap) / SF1 + (0,1*N*As)/SF2
di mana:
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang (N<=40)
N1 = harga N-SPT pada 8D di atas ujung tiang
N2 = harga N-SPT pada 2,0D di bawah ujung tiang (0,7D-
4D)
N = harga N-SPT rata-rata N1, Nb, N2
As = luas selimut tiang ; Ap = luas penampang tiang
SF = factor keamanan yang ditentukan berdasarkan jenis
bangunan dan pengendalian saat pelaksanaan (Tabel)

Tabel. Faktor Keamanan untuk Pondasi Tiang


(Sumber: Reese R O'Neill. 1989 & Pugsley 1966)
Bangunan Bangunan Bangunan
Klasifikasi Struktur
Monumental Permanen Sementara
Probabilitas
kegagalan dapat 10-5 10-4 10-3
diterima
FK (pengendalian baik) 2.3 2.0 1.4
FK (pengendalian
3.0 2.5 2.0
normal)
FK (pengendalian
3.5 2.8 2.3
kurang)
FK (pengendalian
4.0 3.4 2.8
buruk)

3. Diameter dan Konfigurasi tiang


4. Daya dukung ijin 1 tiang dalam kelompok (qu), Ditentukan dengan
persamaan: qu = n x qa. (n adalah efisiensi tiang dalam kelompok
tergantung pada konfigurasi tiang)
5. Kapasitas maksimun 1 tiang dalam kelompok
6. Pile Displacement
7. Tebal pile cap (geser satu arah dan 2 arah)
8. Gaya-gaya dan momen pada pile cap serta pembesian pile cap
9. Pembesian tiang

c) SPESIFIKASI DESAIN

1. Beban Mati + Berat Sendiri (D)

 Beton bertulang : 2400 kg/m3


 Baja : 7850 kg/m3
 Leveling pasir (lantai) : 85 kg/m2
 Penutup lantai + spesi : 87 kg/m2
 Plumbing : 20 kg/m2
 Ducting AC : 30 kg/m2
 Plafon + hanger : 18 kg/m2
 Dinding bata Ringan : 120 kg/m2
 Dinding bata Merah : 250 kg/m2
 Dinding partisi : 25 kg/m2

2. Beban Hidup (L)

 Lantai kuliah : 250 kg/m2


 Pelat Atap : 150 kg/m2

3. Beban Gempa (E)

Perhitungan beban gempa dilakukan dengan ketentuan:

1) Zone gempa : zone 2 berdasarkan peta gempa SNI 03-1726-


2002.
Gambar wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak
batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun

2) Analisis Beban Gempa menggunakan analisa dinamis Respon


Spektrum sesuai SNI 03-1726-2002.
Gambar Respons Spektrum Gempa Rencana
3) Model Beban Gempa Dinamis menggunakan Respons Spectrum
sebagai berikut antara lain :

 Arah pembebanan Gempa Orthogonal (100% arah X dan


30% arah Z, 100% arah Z dan 30% arah X))
 Damping = 0,05 (SNI 03-1726-2002)
 Menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 : nilai Ordinatnya
harus dikalikan dengan faktor I/R (I = 1,0 ; R = 5,5). Nilai C
antara 0,38 – 0,50 (Wilayah gempa 2). Percepatan puncak
batuan dasar = 0,1 G

4. Metode Desain
Desain elemen struktur beton menggunakan Capacity Design
berdasarkan SNI 03-2847-2002
5. Peraturan
 PPIUG 1987 : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung
1987
 SNI 03-1726-2002: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung
 SNI 03-2847-2002: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
 SNI 03–1729–2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung
 ACI Commite 318, 2005, Building Code Requirements for Structural
Concrete and Commentary (ACI 318-05), New York : American
Concrete Institute
D. DIAGRAM ALIR PERENCANAAN
Diaragam Alir perencanaan lengkap diperlihatkan sebagai berikut :
5.1.1. Aspek Sistem Utilitas
Kebutuhan terhadap fasilitas standar dan utilitas di lokasi ini berupa
fasilitas standart sudah tersedia namun perlu perencanaan ulang, seperti
drainase, air bersih, listrik dan telepon. Namun di kawasan sekitar lokasi
telah ada beberapa fasilitas seperti persampahan, air bersih dan listrik /
telepon.

A Drainase

Sistem drainase di lokasi rencana dipersiapkan dan direncanakan


dengan baik untuk dapat dikembangkan dalam site development
yang memungkinkan untuk penataan kawasan yang mampu
menangani permasalahan hujan dan saluran air.

Clean water Grey water


tank Roof tank

sink shower toilet garden

wudhu Rain Makeup


cooling
B Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih merupakan sistem plumbing yang


dibutuhkan dalam setiap kegiatan. Karena itu, untuk fasilitas di
kawasan ini diperlukan perencanaan yang tepat terhadap sistem
plumbing air bersih pada perencanaan dan pengembangan. Tujuan
dari penataan sistem plumbing air bersih ini adalah untuk
memudahkan kebutuhan operasional kawasan yang terdiri dari :

1. Air untuk kebutuhan penggguna gedung


2. Air untuk kebutuhan KM/ WC
3. Air untuk kebutuhan penanggulangan kebakaran
4. Air untuk kebutuhan penghijauan
5. Air untuk kebutuhan fasum/ kafetaria/ service

Penghematan Pemanfaatan Air


 Pemakaian / Kebutuhan air bersih (A) :180 m3/hari
 Recycling air kotor dan buangan (B)
 dari STP (120 m3/hari) : 80 m3/hari
 Air condensate dari AC : 5 m3/hari
 Air hujan : 40 m3/hari
 Air wudhu : 25 m3/hari
Total : 150 m3/hari

 Penggunaan kembali air buangan


 Flushing WC, urinoir : 45 m3/hari
 Siram taman/landscape : 15 m3/hari
Total : 60 m /hari

C Listrik dan Telepon

Kebutuhan listrik dan telepon merupakan kebutuhan standart yang


harus ada dalam operasional kantor. Kondisi listrik di sekitar lokasi
dan fasilitas telepon telah tersedia hingga di batas tepi jalan Raya,
atau kawasan kampus, sehingga perencanaanya adalah dalam
kaitan distribusi di dalam tapak bangunan.

D Instalasi Penangkal Petir

 Bangunan bertingkat  bahaya sambaran petir  maka


memerlukan Penangkal petir
 Penangkal petir : dipasang pada bangunan min. 2 lantai (paling
tinggi diantara sekitarnya, konstruksi bangunan yang menonjol :
cerobong asap, antena TV, tiang bendera)
 Instalasi terdiri dari :
 Alat penerima logam tembaga (logam bulat panjang yang
runcing ) atau penerima kawat mendatar.
 Kawat penyalur dari tembaga
 Pentanahan kawat penyalur sampai dengan pada bagian
tanah yang basah, ukuran dari instalasi ditentukan
berdasarkan daerah/bangunan yang dilindungi.

Strategi perlindungan bahaya petir


1. Franklin rod.
Terdiri dari komponen-komponen:

- Alat penerima logam tembaga ( logam bulat panjang runcing )


- Kawat penyalur dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah basah.
- Sistem perlindungan dengan bentuk sudut  45 O.

- Batang yang runcing (bahan copper spit)  dipasang paling atas


 batang tembaga  elektroda yang ditanamkan.
- Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol  memudahkan
pemeriksaan dan pengetesan.
- Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah  jangkauannya
terbatas.
2. Sangkar Farady
Terdiri dari komponen:

- Alat penerima kawat mendatar


- Kawat dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang
basah.
Perlindungan bangunan  jarak antar kawat mendatar tidak
melebihi 20 m pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal ½ M.
Sistem pemasangan dibuat memanjang sehingga jangkauannya
lebih luas dari sistem Franklin  Biaya sedikit mahal, dan
menggangu keindahan.

3. Radio Aktif
Terdiri dari komponen:

a. Elektrode
Udara disekeliling elektrode akan di ionisasi, akibat pancaran
partikel alpa dari isotop (americum 241). Elektrode akan terus
menerus menciptakan arus ion (Min. 10 8 ion/det).

b. Coaxial cabel
Untuk menghindari kerusakan benda-benda akibat muatan
listrik petir yang menuju tanah maka coaxial cabel dibungkus
pipa isolasi.

Metode tahanan langsung dari muatan listrik petir ke dalam tanah


menyebabkan seluruh unit mempunyai potensi yang sama dengan
bumi. Sehingga benda-benda yang berada disekitar system akan
aman

c. Sistem rotekso Pentanahan (Petir)


Perlu test lokasi geografis dari pentanahan  5 ohm. Tahanan
bumi max. Yang terbaik untuk system ini = 5 ohm.

Elektrode
Saat petir mengenai electroda maka muatan negatif akan
menetralkan muatan.Sistem ini  cocok untuk bangunan tinggi dan
besar

Pemasangan tidak perlu dibuat karena sistem payung yang


digunakan dapat melindunginya. Bentangan cukup besar  satu
bangunan cukup satu tempat penangkal petir

Cara pemasangan ketiga sistem adalah titik puncak/ kepala dari


alat penangkal petir dihubungkan dengan pipa tembaga menuju ke
dasar tempat sebagai pentanahan yaitu pipa tembaga tersebut
harus mencapai tanah berair. Oleh karena itu, tempat-tempat
tesebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menggangu
keindahan bangunan dan tetap berfungsi baik terhadap
penanggulangan bahaya petir.

E Elevator

Keberadaan dari elevator ini merupakan sebagai pengganti fungsi


dari pada tangga dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada
suatu gedung bertingkat, dengan demikian keberadaan elevator tidak
dikesampingkan ini dikarenakan dapat mengefisienkan energi dan
waktu sipengguna elevator tersebut. Sistem keberadaan elevator
dan segala kemajuan dan kehandalannya tidak serta merta
mengalami perkembangan-perkembangan secara bertahap, sejak
keberadaannya pertama kali dibangun. Sejak pertama kali dibangun,
sistem penggerak elevator pada awal perkembangannya dimulai
dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan
tenaga non mekanik.

Perkembangan elevator sangat lambat pada awal tahun 1970-an,


namun sejak diperkenalkannya transistor dan alat pendukung
elektronik lainnya pada sistem kontrol elevator pada saat itulah
perkembangan kontroller elevator begitu pesat.

Elevator dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Elevator penumpang
2. Elevator barang atau dumb waiter
3. Elevator service
4. Elevator hidraulik

1. Elevator Penumpang

Elevator penumpang ini merupakan elevator yang sifatnya berfungsi


dan sangat khusus untuk manusia saja, elevator ini sangat dijaga
kehandalannya dan juga sangat dijaga keamanan dan keselamatan
manusianya.

2. Elevator Barang atau Dumb Waiter

Elevator ini sangat khusus fungsinya untuk barang saja, elevator ini
juga tak kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada
sedikit perbedaan dalam system keamanannya.

3. Elevator Service

Elevator servise ini biasanya dipasang diperhotelan, yaitu fungsinya


untuk pelayan-pelayan hotel untuk mengantarkan barang ke kamar-
kamar penghuni hotel. Namun disini pula elevator ini tak kalah
handalnya dengan elevator penumpang, perbedaan dari elevator
service dengan elevator penumpang ini sangat jelas dari sistrem
pengangkutannya, yaitu elevator penumpang hanya khusus untuk
manusia saja tapi elevator service ini juga berfungsi sebagai
pengangkutan manusia dan barang.

4. Elevator Hidraulik

Elevator hidrolik ini sangat lain darpada yang lain, ini dilihat dari cara
kerjanya dan juga fisiknya. Elevator ini biasanya digunakan oleh
pasukan pemadam kebakaran dan kapasitas daya angkutnya pun
sangat terbatas, elevator hidrolik ini sekarang tidak hanya dipakai
oleh pemadam kebakaran saja. Sekarang elevator hidrolik sering
dipakai oleh perusahaan telekomunikasi, bengkel kendaraan
bermotor, dan lain-lain.

Komponen Utama Elevator

Apabila kita ingin mengetahui sistem kerja elevator, maka kita harus
mengetahui komnponen utama dalam elevator tersebut. Untuk
mempermudah kita mengetahui cara kerja elevator secara
keseluruhan, disini penulis akan menggolongkan tata letak
komponen-komponen elevator dalam dua bagian ruangan, yaitu
ruang mesin (Machine Room ) dan ruang luncur (Hoistway ).

5.2. TAHAPAN PROSES PERANCANGAN


5.2.1. Tahapan Perancangan
TAHAP PERSIAPAN
Meputi koordinasi tenaga ahli, penyusunan desain survey, metode
perancangan, serta penyusunan jadwal pelaksanaan secara rinci.

TAHAP PEMROGRAMAN FUNGSI BANGUNAN


Meliputi program kegiatan, kebutuhan fasilitas, sarana dan prasarana,
serta program kebutuhan dan persyaratan ruang.

TAHAP ANALISIS DAN KONSEP RENCANA


Sebelum membuat Konsep Rencana Teknis, terlebih dahulu dilakukan
analisis mendalam sesuai data hasil survey dan pengukuran
lapangan.
Menyusun konsep-konsep rencana yang menjadi dasar dalam
penyusunan pra rancangan yaitu:
 Konsep tapak, memuat orientasi dan gubahan masa bangunan
 Konsep bangunan
 Konsep struktur konstruksi dan sistem utilitas
 Konsep-konsep termuat dalam desain skematik yang akan
divisualisasikan dalam desain

TAHAP PRA RANCANGAN


Penyusunan sketsa rancangan meliputi rencana tapak, rencana
bentuk, rencana struktur dan konstruksi, rencana utilitas berdasarkan
kondisi eksiting di lapangan.

TAHAP PENGEMBANGAN RANCANGAN


meliputi pembuatan Gambar Denah Geduang Ruang Kuliah, Tampak,
Potongan, Detail arsitektur dan struktur, serta Menyusun prakiraan
biaya yang di perlukan dalam pembangunan konstruksi gedung, yang
meliputi :
1. Site Plan rencana dan Layout plan
2. Gambar Denah, Tampak, Potongan, Gambar-gambar Rencana
dalam skala 1:100 dan Gambar-gambar Detail dengan skala 1:20,
1:10, 1:5
3. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
4. Rincian Volume Pelaksanaan Pekerjaan (BOQ), Rencana
Anggaran Biaya (RAB)/ EE pekerjaan konstruksi.
TAHAP PELELANGAN KONSTRUKSI FISIK
Membantu panitia pada waktu acara penjelasan pekerjaan, termasuk
menyusun berita acara penjelasan pekerjaan, evaluasi penawaran,
menyusun kembali dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas
yang sama apabila terjadi lelang ulang.

Bagan Alir Proses Perancangan

Pekerjaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah Sekolah Tinggi


Agama Islam Negeri Pamekasan dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini.

PEMAHAMAN KAK
MASTERPLAN
TUJUAN DAN SASARAN
DAN
POTENSI; MASALAH;
DESAIN KRITERIA
STRATEGI DESAIN

PENGUKURAN Analisa TAPAK dan


TAPAK LINGKUNGAN
KONDISI FISIK
PENYELIDIKAN Analisa RUANG,
DASAR LOKASI
TANAH Bang Dan Tampilan
PERENCANAAN
PENGUMPULAN Analisa STRUKTUR
DATA SEKUNDER DAN UTILITAS

KONSEP DESAIN

PRA- DESAIN

PERHITUNGAN
STRUKTUR BQ/RAB/ RKS
PENGEMBANGAN/
DETAIL DESAIN
DOKUMEN
LELANG

Anda mungkin juga menyukai