Anda di halaman 1dari 24

DINAS PERHUBUNGAN

PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

BENTUK URAIAN PENDEKATAN,


METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, pemeliharaan bangunan gedung
adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar
bangunan gedung selalu laik fungsi.
Bangunan gedung/kantor perlu dilakukan penataan dari pihak pengelola agar
bangunan gedung/kantor tersebut memenuhi syarat administrasi dan teknis sehingga gedung
layak fungsi dan kondisi ligkungan terasa nyaman. Dilatar belakangi kebutuhan Perencanaan
Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas, maka perlu disusun rencana Pemeliharaan yang optimal.
Dengan adanya kegiatan Pengecatan ini, diharapkan kantor dinas perhubungan provinsi jawa
timur menjadi layak fungsi dan sesuai standar yang ada.
Berkenaan dengan upaya menyediakan dan meningkatkan fungsi PPerencanaan
Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas yang baik, maka dengan ini pihak pemerintah provinsi
dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan merencanakan untuk melakukan perbaikan serta
perawatan terhadap Kantor Dinas Provinsi Jawa Timur yang secara garis besar kondisi nya
membutuhkan penanganan secepatnya karena menyangkut kenyamanan para pegawai dan
karyawan yang ada dalam lingkungan Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


 Maksud dari paket itu sendiri yakni merencanakan pengelolaan jalannya proses
penataan secara menyeluruh yang dimulai sejak proses tahap persiapan inisiatif
pekerjaan, yaitu tahap perumusan kebutuhan atau gagasan pekerjaan, penyusunan
anggaran dan jadwal pembangunan secara keseluruhan sampai dengan selesainya
proses pelaksanaan pekerjaan.
 Tujuan pengadaan paket pekerjaan ini adalah untuk mengakomodir kebutuhan
penataan halaman yang memang membutuhkan penanganan segera demi kenyamanan

Page 1
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

dan keamanan pengguna gedung serta merencanakan kebutuhan yang diperlukan


dalam pemeliharaan halaman tersebut.

3. SASARAN
Sasaran pekerjaan Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas ini adalah :
1. Setiap penataan halaman dan bangunan harus diwujudkan dengan sebaik-
baiknya , sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya ,
andal dan dapat sebagai teladan bagi lingkungannya.
2. Setiap penataan halaman dan bangunan harus direncanakan , dirancang
sebaik-baiknya , sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang
layak dari segi mutu, biaya dan kriteria administrasi.
3. Menghasilkan karya Perencanaan teknis bangunan yang memadai dan layak
diterima menurut kaidah , norma serta tata laku profesional.
4. Memanfaatkan perlengkapan bangunan beserta persyaratannya secara efektif dan efisien,
sesuai dengan sistem yang paling memungkinkan tanpa menimbulkan gangguan

4. LOKASI

Lokasi Pekerjaan Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas adalah di


Jawa Timur

5. SUMBER PENDANAAN

Pekerjaan Perencanaan Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas


dilaksanakan dengan biaya DIPA P-APBD Tahun 2023.

Page 2
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

PEMAHAMAN
ATAS JASA LAYANAN

1. PENDEKATAN TEKNIS
a. Pendekatan Perencanaan
Dalam melaksanakan kegiatan ini, terdapat 3 (tiga) aspek pendekatan perencanaan
yang dilakukan konsultan dalam Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor
Dinas, adapun ketiga pendekatan tersebut adalah :
1) Pendekatan Dasar, sesuai dengan lingkup kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang akan
dilakukan, secara garis besar diperlukan adanya beberapa pendekatan-pendekatan
dasar dalam Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas, yaitu antara
lain :
 Sustainable Development; yaitu perencanaan tapak yang berwawasan
lingkungan, dan berkelanjutan;
 Implementatif; yaitu menghasilkan rumusan pedoman teknis dalam
perencanaan yang dapat dilaksanakan pada saat pembangunan;
 Akomodatif; yaitu perencanaan yang dapat mengakomodasikan kebutuhan dan
kenyamanan calon pengguna sesuai fungsinya;
 Aspiratif; yaitu perencanaan yang dapat menyerap aspirasi pemilik dan pemakai
dalam proses dan produk desain;
 Terprogram; yaitu perencanaan dengan program yang jelas, dan sesuai dengan
kebutuhan desain maupun rencana pengembangannya.
2) Pendekatan Azas, ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan
dalamPerencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas, yang bisa dijadikan
pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu;
 Azas Fungsi Utama, Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas,
didasarkan sebagai fungsi utama.
 Azas Fungsi dan Hiraki Kegiatan, Pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan
fungsi dan kegiatan yang bersifat hirakis untuk penciptaan keseimbangan sistem
sirkulasi;

Page 3
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

 Azas Manfaat, pemanfaatan ruang harus bisa memberikan manfaat yang sebesar -
besarnya bagi pengguna;
 Azas Keseimbangan dan Keserasian Fungsi Ruang, keseimbangan dan keserasian
struktur dan pola pemanfaatan ruang, keseimbangan dan Keserasian Fungsi dan
Intensitas pemanfaatan ruang;
 Azas Kelestarian, menciptakan hubungan yang serasi antara manusia dan
lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaaatan ruang;
 Azas Berkelanjutan, pemanfaatan ruang harus menjamin kenyamanan;
 Azas Keterbukaan, setiap pihak yang berkepentingan dapat memperoleh
keterangan mengenai produk perencanaan serta proses yang ditempuh dalam
kegiatan desain.

b. Pendekatan Teknis
Ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam Perencanaan
Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas,, yang bisa dijadikan pertimbangan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu;
1) Pendekatan Teknis dengan melakukan kajian-kajian teknis terhadap lokasi serta
lingkungan sekitarnya. Ini penting untuk mendapatkan data eksisting sebagai bahan
masukan sebelum dilakukan rekayasa desain menyangkut bentuk desain gedung, pola
tata masa bangunan, orientasi/view, pola sirkulasi, melakukan kajian terhadap
karakter gedung, site/tapak lokasi baik terhadap aspek lingkungan, aspek transportasi,
sirkulasi, arah angin, matahari, struktur tanah dan lain sebagainya. Selain iu,
diperlukan pula kegiatan penggalian data dan informasi sekunder yang dilakukan
untuk mendapatkan data-data penunjang, khususnya yang terkait non fisik seperti
jumlah karyawan, aktifitas, perilaku, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan
Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas,, Penyedia Jasa (Konsultan
Perencana) akan menggunakan standard dan peraturan yang berlaku di Indonesia
yang berhubungan dengan kegiatan perencanaan.
2) Pendekatan Normatif dilakukan untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak
mengenai konsep dan pola arsitektur yang akan diterapkan dalam Perencanaan
Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas,

Page 4
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

c. Kriteria Perancangan
1) Kriteria Umum
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana wajib memperhatikan
kriteria umum bangunan berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu:
i) Persyaratan Peruntukan dan Intensitas:
a) Menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan
tata bangunan yang ditetapkan di daerah yang bersangkutan.
b) Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
c) Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungannya.
ii) Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan:
a) Menjamin terwujudnya Halaman yang ditata berdasarkan karakteristik
lingkungan, ketentuan wujud bangunan, dan budaya daerah, sehingga
seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya (fisik, sosial dan
budaya).
b) Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan
keseimbangan daerah keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
c) Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
iii) Persyaratan Struktur Bangunan
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban
yang timbul akibat mobilitas orang, barang dan perilaku alam seperti gempa
bumi atau angin.
b) Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka
yang disebabkan oleh kegagalan struktur gedung dengan melakukan
perencanaan struktur yang tahan terhadap gempa berdasarkan aturan
konstruksi terbaru di antaranya Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencaan Struktur Baja
untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002, Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 30-1726-2002.
c) Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang
disebabkan oleh perilaku struktur.
d) Menjamin perlindungan property lainnya dan kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur.

Page 5
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

e) Menjamin keselamatan manusia dengan memberikan kesempatan kepada


penjual dan pembeli untuk menyelamatkan diri keluar dari gedung, jika
terjadi gempa bumi.
iv) Persyaratan Ketahanan terhadap Proteksi/Bahaya Kebakaran:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang aman terhadap bahaya
kebakaran sesuai dengan Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkuangan No : 10/KPTS/2000
tangga 01 Maret 2000.
b) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa
sehingga mampu secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga:
 cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman
 cukup waktu dan jalan keluar-masuk bagi pasukan pemadam kebakaran
memasuki lokasi untuk memadamkan api.
 dapat menghindani kerusakan pada property lainnya
c) Menjamin terwujudnya Sistem pengamanan kebakaran pada bangunan
gedung untuk :
 Memperingatkan orang terhadap keadaan darurat
 Penyediaan tempat penyelamatan
 Membatasi penyebaran kebakaran
 Pemadaman kebakaran, termasuk sistem proteksi aktif dan pasif
d) Menjamin tersedianya alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar
(nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan (Hidran) dan reservoir air, yang
digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.
v) Persyaratan sarana jalan masuk dan keluar:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang
layak, aman, dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan
didalamnya.
b) Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka
saat vakuasi pada saat darurat.
c) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial.

Page 6
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

d) Menjamin terwujudnya pintu keluar tersendiri dari setiap lantai yang dapat
mencapai keluar secara langsung yang diisolasi terhadap kebakaran menuju
ke jalan atau ruang terbuka.
vi) Persyaratan Transportasi dalam Gedung:
a) Menjamin tersedianya sarana transportasi horisontal dan vertikal yang layak,
aman dan nyaman di dalam bangunan gedung.
b) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum, dan sosial.
vii) Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem Peringatan
bahaya:
a) Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif didalam bangunan
gedung apabila terjadi keadaan darurat.
b) Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila
terjadi keadaan darurat.
viii) Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi
a) Menjamin terpasang dan tersambungnya instalasi listrik secara cukup dan
aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dan
bahaya akibat petir.
c) Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
ix) Persyaratan Sanitasi dari bangunan:
a) Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
b) Menjamin kebersihan, kesehatan, dan memberikan pelayanan kenyamanan
bagi penghuni bangunan dan lingkungan.
c) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi secara
baik.
d) menjamin tersedianya air bersih di dalam dan di Iingkungan bangunan
gedung.

Page 7
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

x) Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara :


a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, balk alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara
baik.
xi) Persyaratan Pencahayaan
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan
secara baik.
xii) Persyaratan Kebisingan dan Getaran
a) Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dan gangguan suara dan
getaran yang tidak diinginkan.
b) Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang
menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya
pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan lingkungan.
xiii) Selain kriteria di atas berlaku pula ketentuan-ketentuan sebagai dasar pelaksanaan
pekerjaan seperti:
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999, tanggal 7 Mei
1999, tentang Undang-Undang Jasa Konstruksi.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
c) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 80 tahun 2003, tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/ Jasa Pemerintah, beserta
perubahan-perubahannya.
d) Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan
Gedung, SNI 03–1726, 2002.
e) Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SNI–03–
1727, 1989.
f) Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, SNI 02–1729, 2002.

Page 8
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

g) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03–
2847, 2002.
h) Spesifikasi Bahan Bangunan Indonesia, SNI 03–6861, 2002.
i) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1982;
j) Standar Penerangan Buatan dalam Gedung Tahun 1978 Departemen
Pekerjaan Umum;
k) Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan gedung tahun 1987;
l) Panduan Pemasangan Sistem Hidran untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada rumah dan gedung tahun 1987;
m) Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1981;
n) Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan Nomor 10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000;
o) Panduan Pemasangan Sistem Instalasi Alarm Kebakaran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung;
p) Peraturan, Pedoman, Standar atau Ketentuan – ketentuan teknis yang lain
yang berhubungan dengan pembangunan gedung.
2) Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus, spesifik
berkaitan dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari segi khusus
bangunan, segi teknis lainnya, misalnya:
i. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar, seperti
dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan;
ii. Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya setempat,
geografi, klimatologi, dan lain-lain;
iii. Sejauh tidak bertentangan dengan persyaratan khusus bangunan yang akan
dibangun harus diusahakan penggunaan potensi alami (pencahayaan dan tata
udara) untuk daerah dingin dan panas;
iv. Pengelompokan fungsi bangunan hendaknya dilakukan sesuai dengan sifat dan
hirarkhinya namun merupakan kesatuan yang utuh;
v. Dalam merencanakan pembangunan tersebut agar menyesuaikan dengan
bangunan yang ada serta mampu menunjang kegiatan yang ada;

Page 9
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

vi. Jaringan sirkulasi kendaraan, manusia atau barang hendaknya disusun se efisien
mungkin sehingga terciptanya kelancaran dan mampu menunjang kegiatan yang
ada serta tidak mengganggu fungsi dalam bangunan.
vii. Jaringan listrik hendaknya dibuat seefisien mungkin dengan tidak meninggalkan
fungsi ataupun kemampuan daya listrik, perlu diperhatikan pula faktor
keselamatan terhadap lingkungan baik manusia ataupun yang lainnya.

d. Prinsip Perancangan Bangunan


1) Pemahaman Terhadap Fungsi Bangunan
Unsur dasar perencanaan bangunan dapat dipahami melalui beberapa pengertian
fungsi bangunan arsitektur, sebagai berikut:
 Behavior modifier; bahwa bangunan mampu mengarahkan perilaku pemakainya.
 Building as container; bangunan berfungsi sebagai wadah kegiatan pemakainya
 Environmental filter; bangunan mampu menjadi filter aspek lingkungan
disekitarnya, memanfaatkan unsur alam yang berguna bagi pemakai
 Capital investment; bahwa setiap bangunan memiliki nilai investasi
 Aesthetic form; bangunan wajib tampil dengan estetis, memiliki nilai keindahan
bagi pengamat

2) Prinsip-Prinsip Perancangan
i. Prinsip perancangan tapak
Mengenal dan mengamati tapak/ lingkungan untuk melihat potensi dan hambatan
yang berkaitan dengan obyek rancangan, sehingga dapat dilihat dan diketahui:
 Pola pencapaian tapak
 Pendearahan dalam tapak dan pengelompokan peruntukannya.
 Pola bentuk dan komposisi masa yang membentuk ruang-ruang luar beserta
suasananya, studi masa dan ruang (solid & space)
 Aspek lingkungan yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap
perancangan tapak dan bangunannya.

ii. Prinsip perancangan bangunan.


Mengenal dan memahami obyek rancangan untuk menentukan bentuk dan
komposisi bangunan sehingga tercipta ruang dalam dan ruang luar dengan kesan

Page 10
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

dan suasana yang mampu menunjang kegiatan kegiatannya.


 Bentuk dan tampilan masing-masing masa bangunan.
 Pola ruang, tata ruang dan kualitas ruang dalam bangunan
 Sistem struktur dan konstruksi banguna
 Sistem utilitas bangunan

Page 11
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

KUALITAS METODOLOGI

1. TAHAPAN PROSES PERANCANGAN


a. Tahapan Perancangan
1) TAHAP PERSIAPAN
Meputi koordinasi tenaga ahli, penyusunan desain survey, metode perancangan, serta
penyusunan jadwal pelaksanaan secara rinci.
2) TAHAP PEMROGRAMAN FUNGSI BANGUNAN
Meliputi program kegiatan, kebutuhan fasilitas, sarana dan prasarana, serta program
kebutuhan dan persyaratan ruang.
3) TAHAP ANALISIS DAN KONSEP RENCANA
Sebelum membuat Konsep Rencana Teknis, terlebih dahulu dilakukan analisis
mendalam sesuai data hasil survey dan pengukuran lapangan.
Menyusun konsep-konsep rencana yang menjadi dasar dalam penyusunan pra
rancangan yaitu:
 Konsep tapak, memuat orientasi dan gubahan masa bangunan
 Konsep bangunan
 Konsep struktur konstruksi dan sistem utilitas
 Konsep-konsep termuat dalam desain skematik yang akan divisualisasikan dalam
desain
4) TAHAP PRA RANCANGAN
Penyusunan sketsa rancangan meliputi rencana tapak, rencana bentuk, rencana struktur
dan konstruksi, rencana utilitas berdasarkan kondisi eksiting di lapangan.
5) TAHAP PENGEMBANGAN RANCANGAN
meliputi pembuatan Gambar Denah Geduang, Tampak, Potongan, Detail arsitektur dan
struktur, serta Menyusun prakiraan biaya yang di perlukan dalam pembangunan
konstruksi gedung, yang meliputi :
 Site Plan rencana dan Layout plan
 Gambar Denah, Tampak, Potongan, Gambar-gambar Rencana dalam skala 1:100
dan Gambar-gambar Detail dengan skala 1:20, 1:10, 1:5
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);

Page 12
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

 Rincian Volume Pelaksanaan Pekerjaan (BOQ), Rencana Anggaran Biaya (RAB)/


EE pekerjaan konstruksi.
6) TAHAP PELELANGAN KONSTRUKSI FISIK
Membantu panitia pada waktu acara penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun berita
acara penjelasan pekerjaan, evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen
pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.

b. Bagan Alir Proses Perancangan


Pekerjaan Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas, dapat dilihat pada
bagan alir dibawah ini.

PEMAHAMAN KAK
MASTERPLAN
TUJUAN DAN SASARAN DAN
DESAIN KRITERIA
POTENSI; MASALAH;
STRATEGI DESAIN

PENGUKURAN Analisa TAPAK dan


TAPAK LINGKUNGAN
KONDISI FISIK
PENYELIDIKAN Analisa RUANG,
DASAR LOKASI
PERENCANAAN TANAH Bang Dan Tampilan
PENGUMPULAN Analisa STRUKTUR
DATA SEKUNDER DAN UTILITAS

KONSEP DESAIN

PRA- DESAIN

PERHITUNGAN
STRUKTUR BQ/RAB/ RKS
PENGEMBANGAN/
DETAIL DESAIN
DOKUMEN
LELANG

Page 13
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

2. PROGRAM KERJA
Konsultan perencana dalam melaksanakan program kerja akan mengalokasikan tenaga
ahli profesional dan sub-profesional dengan tenaga pendukung sesuai dengan disiplin
keilmuan serta keahliannya dalam penyelesaian tahapan proses pekerjaaan yang pelaksanaan
pekerjaan disusun setidaknya berdasarkan:
1) Jangka waktu pelaksanaan
2) Volume kegiatan
3) Jenis dan kompleksitas kegiatan
4) Kesiapan semua unsur-unsur terkait

Pemanfaatan waktu secara efisien sangat dibutuhkan oleh konsultan dalam


pelaksanaan pekerjaan ini, terutama pada saat awal pekerjaan dimana diperlukan waktu yang
tidak sedikit untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan pihak Pengguna
Jasa/Pengguna Anggran (PA) bersama dengan PPK. Pihak konsultan sangat mengharapkan
adanya kerja sama untuk kepentingan bersama antara pelaksana pekerjaan dengan pihak
Pengguna Anggaran. Namun demikian Konsultan berupaya untuk menyelesaikan dengan
sebaik-baiknya tugas yang telah diberikan oleh Pengguna Anggaran dengan cara melakukan
pengelolaan kerja yang baik dengan pemanfaatan waktu dan potensi pendukung yang ada,
baik personil maupun peralatan pendukung kerja.

a. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana berpedoman
pada ketentuan yang berlaku, khususnya mengacu kepada Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Permukiman dan
Prasana Wilayah Nomor 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007, meliputi tugas-tugas
perencanaan fisik bangunan yang terdiri dari:
1) Persiapan atau konsepsi perencanaan, seperti: mengumpulkan data dan informasi
lapangan (termasuk penyelidikan tanah), membuat interpretasi secara garis besar
terhadap KAK, program kerja perencanaan, konsep perencanaan, sketsa gagasan,
konsultasi dengan Pemerintah Daerah setempat mengenai peraturan daerah/ perijinan
bangunan.
2) Penyusunan pra – rencana seperti membuat rencana tapak, pra – rencana bangunan dan
keterangan persyaratan bangunan dari Pemerintah daerah setempat.

Page 14
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

3) Penyusunan pengembangan rencana, antara lain membuat:


 Rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi dwi dan trimatra bila
diperlukan
 Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya
 Rencana Mekanikal dan elektrikal, beserta uraian konsep dan perhitungannya.
 Rencana utilitas, beserta uraian konsep dan perhitungannya
 Garis besar spesifikasi teknis (Outline Technical Specifications)
 Perkiraan biaya (Engineering Estimate)
4) Penyusunan rencana detail, seperti membuat gambar-gambar perencanaan, gambar-
gambar detail, Rencana Kerja dan Syarat- syarat (RKS), rincian volume pelaksanaan
pekerjaan (Bill of Quantity), rencana anggaran biaya pekerjaan konstruksi dan
menyusun laporan akhir perencanaan
5) Persiapan pelelangan, seperti membantu Panitia Pelelangan di dalam menyusun
dokumen pelelangan dan membantu Panitia dalam menyusun program dan
pelaksanaan pelelangan.
6) Pelelangan, seperti membantu Panitia pada waktu pelaksanaan pekerjaan, termasuk
menyusun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, membantu Panitia dalam melaksanakan
evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen pelelangan, dan melaksanakan
tugas- tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.
7) Pengawasan Berkala, seperti memeriksa pelaksanaan pekerjaan kesesuaiannya dengan
rencana secara berkala, melakukan penyesuaian gambar dan perubahan, memberikan
penjelasan terhadap persoalan yang timbul selama masa konstruksi, dan membuat
laporan akhir pengawasan berkala.
8) Bersama-sama dengan Kontraktor menyusun petunjuk penggunaan, pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung, termasuk petunjuk yang menyangkut peralatan dan
perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan

b) Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


1) TAHAP PERSIAPAN

Page 15
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan,


 Pemahaman KAK
 Penyusunan Metode Pelaksanaan Pekerjaan
 Survey Pendahuluan (fisik – visual lingkungan tapak)
 Pengumpulan data sekunder
 Koordinasi Tenaga Ahli
2) TAHAP PELAKSANAAN SURVEY DAN KOMPILASI DATA
Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan,
 Survey harga bahan – upah di lokasi pekerjaan
 Survey pengukuran tapak
 Survey penyelidikan tanah
 Tabulasi data
 Pengolahan Data
3) TAHAP ANALISIS DAN KONSEP DESAIN
Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan:
 KAJIAN dan Analisis bangunan
 program dan konsep disain bangunan sesuai kebutuhan kegiatan dan potensi
tapak,
 Pembuatan pra - disain
 Perhitungan struktur dan utilitas
4) TAHAP PENGEMBANGAN DISAIN
Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan:
 pembuatan gambar rencana
 pembuatan gambar detail
 penyusunan RAB dan RKS
 pembuatan gambar 3D.
Penyusunan program kerja secara sistimatis dilakukan secara simultan dan
berkesinambungan, sehingga setiap tahap pekerjaan dapat dilakukan tanpa harus
menunggu selesainya tahap sebelumnya. Program kerja untuk penyelesaian
Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas, ini selama 30 (Tiga Puluh) ari
kalender.

Page 16
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

3. SISTEM PELAPORAN
Sebagai bentuk hasil melakukan kegiatan, pelaksana pekerjaan menyampaikan
pelaporan atas pekerjaannya. Beberapa pelaporan yang harus disampaikan adalah sebagai
berikut:
a. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Pada tahapan konsepsi design awal dimulainya pekerjaan, Konsultan harus menyusun
suatu konsep awal yang berisikan:
1) Survey Data
 Data Primer
 Data Sekunder
2) Interpretasi KAK sehingga dapat diperoleh informasi antara lain:
 Lokasi lahan dan bangunan sekitarnya
 Data-data penunjang dan penerapannya terhadap rancangan
 Rencana kerja
 Metode pelaksanaan pekerjaan
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan
 Pengenalan site pekerjaan yang dilengkapi dengan dokumentasi dan data lainnya

b. Laporan Akhir (Final Report)


Merupakan laporan perencanaan yang telah memuat antara lain:
1) Hasil pengembangan desain;
2) Master Desain;
3) Detail desain;
4) Penyusunan RAB dan RKS
5) Dokumen Lelang Konstruksi;
Hasil dari Konsep Laporan Akhir ini selain dikomunikasikan dengan tim teknis, sebelum
diserahkan sebagai hasil akhir perencanaan.

Page 17
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

PROGRAM KERJA
DAN HASIL KERJA

Program kerja yang disusun ini merupakan penjabaran secara rinci dan lebih
konkret terhadap lingkup kerja konsultan kerja ini bersifat tentative, tidak menutup
kemungkinan adanya penyesuaian atau perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi
aktual yang ditemui selama pelaksanaan pekerjaan. Rencana kerja yang lebih mendetail
akan diajukan konsultan setelah terbitnya SPMK atau Surat Perintah Mulai Kerja,
dimana pada saat itu konsultan sudah mendapatkan data-data awal yang lebih lengkap,
sehingga dapat disusun rencana kerja yang lebih terperinci.

A. JADWAL PEKERJAAN (Terlampir)

Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaan perencanaan selama 45


(Empat Puluh Lima) hari kalender.

B. DAFTAR PERSONIL DAN TUGAS (Terlampir)

C. JADWAL PENUGASAN (Terlampir)

D. STRUKTUR ORGANISASI KONSULTAN PENGAWAS (Terlampir)

Page 18
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

E. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

Struktur organisasi pengelolaan proyek dan struktur organisasi


konsultan perencanaan digambarkan secara diagramatis berikut ini:

INSTANSI
TERKAIT LAIN

Pejabat
Pembuat
Komitmen

Konsultan Kontraktor
Perencana

Konsultan
Pengawas

Gambar 5.6 Bagan hubungan kerja antar unsur pengelola proyek Keterangan:
Hubungan kontraktual

Hubungan koordinasi

Hubungan kerja antar unsur-unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Hubungan kerja antar Pejabat Pembuat Komitmen dan
Konsultan Perencana
Pada proyek ini pemilik proyek memberi tugas kepada konsultan
perencana untuk merencanakan proyek. Konsultan perencana ini akan
memberikan jasa perencanaan secara lengkap dan detail sesuai dengan
permintaan pemilik proyek. Konsultan perencana akan diberi imbalan oleh

Page 19
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

Pejabat Pembuat Komitmen sesuai dengan kesepakatan bersama. Kontrak


antara Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Perencana mengikat.

2. Hubungan kerja antar Pejabat Pembuat Komitmen dan


Konsultan Pengawas
Hubungan antara Pejabat Pembuat Komitmen dan konsultan pengawas
adalah terikat dalam suatu kontrak dimana Pejabat Pembuat Komitmen
menunjuk konsultan pengawas untuk mengawasi jalannya pelaksanaan
pekerjaan.Sebagai pertanggungjawaban kepada pemberi tugas, konsultan
pengawas harus membuat laporan hasil pekerjaan yang telah dicapai oleh
pelaksanaan proyek pada tiap periode tertentu. Atas jasa pengawasan ini maka
Pejabat Pembuat Komitmen akan memberikan biaya pengawasan.

3. Hubungan kerja antar Pejabat Pembuat Komitmen dan


Penyedia Jasa Konstruksi
Hubungan antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Jasa
Konstruksi adalah terikat dalam suatu kontrak dimana Pejabat Pembuat
Komitmen memberikan suatu pekerjaan kepada Penyedia Jasa Konstruksi
dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan dan Penyedia Jasa
Konstruksi menyatakan sanggup serta harus menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan pemberi tugas.
Penyedia Jasa Konstruksi mengerjakan tugasnya sesuai dengan rencana
gambar dan perhitungan yang telah dibuat oleh Konsultan Perencana. Atas
Jasa Penyedia Jasa Konstruksi maka Pejabat Pembuat Komitmen wajib
memberikan imbalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan pada saat
pelelangan.

4. Hubungan kerja antar Konsultan Pengawas dan Penyedia Jasa


Konstruksi
Pengawas memberikan persetujuan pelaksanaan pekerjaan atau
memerintahkan Penyedia Jasa Konstruksi untuk merubah/memperbaiki segala

Page 20
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

sesuatu yang dianggap tidak memenuhi persyaratan teknis. Penyedia Jasa


Konstruksi juga dapat melakukan konsultasi terlebih dahulu pada konsultan
pengawas terkaitpelaksanaan suatu pekerjaan.

5. Hubungan kerja antar konsultan pengawas dan konsultan


perencana
Hubungan antara Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas adalah
hubungan kerja tanpa kontrak. Didalam pelaksanaan apabila hasil kerja dari
konsultan perencana yaitu gambar-gambar detail tidak sesuai dengan kondisi
real lapangan maka Penyedia Jasa Konstruksi dapat berkonsultasi dengan
konsultan pengawas dan akan diadakan koreksi sesuai dengan kondisi
lapangan. Selanjutnya pengawas mengajukan konsep perubahan kepada
perencana dan semua perubahan harus sepengetahuan perencana.

6. Hubungan instansi terkait dengan Pejabat Pembuat


Komitmen
Instansi terkait mempunyai hubungan koordinasi dengan Pejabat
Pembuat Komitmen.Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Pejabat Pembuat
Komitmen mengkonsultasikan beberapa hal dengan instansi terkait termasuk
didalamnya peraturan-peraturan yang menyangkut pekerjaan bangunan
gedung.

7. Hubungan instansi terkait dengan Penyedia Jasa Konstruksi

Penyedia Jasa Konstruksi sebagai pelaksana harus berkoordinas dengan


instansi terkait. Beberapa hal yang perlu dikoordinasikan meliputi ijin, seperti
ijin gangguan pada saat pelaksanaan pekerjaan.

Page 21
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

F. DIAGARAM PROSEDUR DAN HUBUNGAN KERJA

Tabel 5.1 Diagram Prosedur Kegiatan

No Pemrosesan
Kegiatan Hasil
PP KPr KP K PTP
.
1. Pengendalian x o x x x  Laporan
Kegiatan  Site meeting
Pelaksanaan
 Memo
peringatan
 Berita acara
peringatan
 Pengendalian
kegiatan
pelaksanaan
2. Penyusunan o o x x o  Buku Harian
Laporan Kegiatan  Laporan
Periodik Harian
 Laporan
Mingguan
 Laporan
Bulanan
 Beritas Acara
3. Koordinasi x x x x x  Berita acara
meeting
lapangan

Page 22
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

 Rapat
lapangan
 Memo
lapangan
4. Penyusunan x o x x x  Berita acara
Berita Acara prestasi kerja
Pengajuan  Berita acara
Angsuran dan penyerahan
Penyerahan pertama
Pertama
5. Masa o o x x o  Berita acara
pemeliharaan pemeliharaan
Membuat as built bangunan,
drawing membuat
gambar as
built drawing
6. Menyusun berita x o x x x  Berita acara
acara penyerahan
penyerahan kedua
kedua  Menyusun
pendaftaran
gedung
pemerintahan

NOTASI: KETERANGAN:

X : Terlibat Langsung PP = Pejabat Pembuat Komitmen O


: Tidak Terlibat Langsung KPr = Konsultan Perencana
KP = Konsultan Pengawas
Konstruksi

K = Penyedia Jasa PTP = Pengelola Teknik Proyek

Page 23
DINAS PERHUBUNGAN
PROVINSI JAWA TIMUR [USTEK]

PENUTUP

Keberhasilan Pekerjaan Perencanaan Pemeliharaan Gedung Kantor Dinas,


ditentukan oleh beberapa aspek terkait, antara lain:
1. Pemahaman konsultan perencana akan fungsi dan perannya dalam mendukung
terwujudnya kehandalan perencanaan yang sesuai spek.
2. Sistem komunikasi yang dibangun sescara sehat dan dilaksanakan secara profesional
dan dapat dipertanggungjawabkan
3. Keterpaduan kerja dalam sistem kerja yang jelas, yang memberikan hubungan
sinergis antar pihak.
4. Kualitas dan kejelasan produk rancangan yang mendukung kelancaran proses
pelaksanaan pekerjaan/pembangunangedung
5. Ketersediaan penyedia barang dan jasa (Penyedia Jasa Konstruksi) yang berkualitas
dalam pelaksanaan pekerjaan

Demikianlah usulan teknis ini disusun, kiranya dapat bermanfaat pula sebagai masukan
bagi Pejabat Pembuat Komitmen.

Page 24

Anda mungkin juga menyukai