Anda di halaman 1dari 315

PEMAHAMAN ATAS JASA YANG TERCANTUM

BAB IV
DALAM KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung


Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) pihak penyedia jasa telah
mempelajari dengan seksama terhadap seluruh isi Dokumen Pengadaan jasa
konsultansi, khususnya Kerangka Acuan Kerja dan Berita Acara Pemberian Penjelasan
(aanwijzing) yang telah dilaksanakan beserta addendum-nya. Konsultan telah memahami
dengan baik dan cukup jelas terhadap materi pekerjaan tersebut, sehingga Konsultan
dapat memahami dan dapat menyusun pendekatan dan metodologi serta langkah-
langkah rencana kerja yang jelas untuk melakukan pekerjaan ini.

Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung
Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH)

Gambar 4.1 Alur Pemahaman Konsultan/ Penyedia Jasa Terhadap KAK

Kerangka Acuan Kerja adalah spesifikasi pekerjaan yang harus dipahami dan dimengerti
oleh setiap penyedia jasa yang akan melaksanakan suatu pekerjaan, karena itu sebagai
langkah awal untuk memahami spesifikasi pekerjaan yang akan digunakan sebagai dasar
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, penyedia jasa berusaha mengkaji isi dari
Kerangka Acuan Kerja tersebut. Usaha kami, dalam memahami Kerangka Acuan Kerja
(KAK), yaitu melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah:
1) Membaca KAK, dan berusaha untuk mengerti keseluruhan subtansinya.
2) Melakukan studi literatur tentang jenis kegiatan dan penyedia jasa lainnya yang
termasuk dalam lingkup penanganan kegiatan.
3) Mengikuti Aanwijzing dan mempelajari Berita Acara hasil Aanwijzing.
Dalam menjalankan pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Konsultan selalu mengacu Kerangka
Acuan Kerja (KAK) termasuk perubahan-perubahan yang dimuat dalam Berita Acara

[1]
Penjelasan Pelelangan (Aanwjzing) agar dapat mencapai hasil optimum pada
pelaksanaannya, Konsultan mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memahami isi dalam KAK;
b. Mengetahui secara rinci lingkup, tanggung jawab, kewenangan dalam
pekerjaan dan pendekatan sistem didalam melaksanakan pekerjaan;
c. Memberikan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja, serta usulan teknis
untuk menunjang kebutuhan di dalam pelaksanaan teknis.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) nantinya akan digunakan sebagai salah satu dasar
ikatan perjanjian antar Pengguna Jasa dan calon Penyedia Jasa pemenang seleksi. KAK
akan menjadi bagian dalam dokomen kontrak yang mengikat dan tidak terpisahkan. Untuk
itu, KAK akan dikaji secara mendalam terkait isi dan subtansi yang dikandung
didalamnya. Berdasarkan pemahaman Konsultan terhadap KAK, dalam dokumen teknis
ini akan disampaikan tanggapan dan saran dalam rangka meningkatkan kinerja untuk
menghasilkan hasil pekerjaan yang optimal, adapun pokok-pokok penjelasan dalam KAK
yang menjadi fokus perhatian Konsultan adalah sebagai berikut :

4.1. LATAR BELAKANG

4.1.1. Pemahaman Terhadap Latar Belakang


Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul Hebat
(Amanah) di Aceh merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Republik Indonesia
tentang program pemberdayaan generasi muda Aceh, serta hasil pertemuan antara
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan Wakil Kepala Badan
Intelijen Nasional (BIN) yang telah menyetujui Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul Hebat (Amanah). Hal ini juga perwujudan visi
dalam meningkatkan kapasitas pemuda-pemuda di Aceh. Tujuan pembangunan ini juga
menjadi pusat kegiatan bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) muda dan menjadi
wadah untuk pemberdayaan generasi muda Aceh guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Aceh yang bergerak di UKM-UKM dibawah binaan BIN. Untuk mendukung
dasar pemikiran tersebut diperlukan kegiatan Konsultan Manajemen Konstruksi sehingga
keluaran hasil pelaksanaan pembangunan infrastruktur ini diharapkan dapat memenuhi
syarat spesifikasi teknis prasarana dan sarana yang mencakup pada masa persiapan
pelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan pembangunan.

4.1.2. Tanggapan Terhadap Latar Belakang


Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) ,
Termasuk proyek pembangunan ber-skala besar, dan sangat strategis karena itu
pelaksanaanya harus tepat Waktu, Tepat Mutu, Tepat Biaya, Tertib Admnistrasi serta
terlaksanakannya SMKK, SMK3L
Dalam rangka pembangunan tersebut diperlukan Sumber Daya yang besar dan
melibatkan beberapa pekerjaan spesialis yang perlu diorganisir dan dikoordinasikan
dengan baik sehingga dapat tercapai sesuai target yang ditetapkan. Kegiatan dalam

[2]
suatu proyek merupakan proses berkesinambungan yang berlangsung sejak persiapan,
perencanaan, pelaksanaan fisik hingga proyek tersebut dinyatakan selesai, dan
melibatkan berbagai unsur (konsultan, kontraktor) dengan faktor dan kondisi yang saling
memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain. Bahwa kegiatan konsultan
manajeman konstruksi secara garis besar dapat dipahami sebagai berikut :
1) memelihara, menghancurkan bangunan yang sebagian dan/atau seluruhnya
menyatu dengan tanah atau tempat kedudukannya menyatu dengan tanah.
2) Bangunan Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan Dinas yang
menjadi barang milik negara atau daerah dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari Dana APBN, APBD, dan/atau perolehan lainnya
yang sah.
3) Pembangunan Bangunan Gedung Negara adalah kegiatan mendirikan Bangunan
Gedung Negara yang diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi, dan pengawasannya, baik merupakan pembangunan
baru, perawatan bangunan gedung, maupun perluasan bangunan gedung yang
sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung.
4) Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan dan manajemen
penyelenggaraaan konstruksi suatu bangunan.
5) Pengawasan teknis yang dilakukan oleh penyedia jasa manajemen
konstruksi sebagaimana dimaksud pada Pembangunan Bangunan Gedung
Negara dengan kriteria:
a) Bangunan bertingkat diatas 4 (empat) lantai; dan/ atau
b) Bangunan dengan luas total diatas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi);
dan/ atau
c) Bangunan khusus; dan/ atau Yang melibatkan lebih dari satu penyedia
jasa perencanaan maupun pelaksana konstruksi; dan/atau
d) Yang dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran (multiyear project).
6) Kegiatan Pengawasan Teknis meliputi:
a) Pengendalian Waktu;
b) Pengendalian biaya;
c) Pengendalian pencapaian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas)
d) Pengendalian dan pengawasan terhadap penerapan Sistem
Manajemen keselamatan konstruksi (SMKK); dan
e) Tertib administrasi Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
7) Pengawasan teknis yang dilakukan oleh penyedia jasa manajemen konstruksi
meliputi:
a) Pengawasan persiapan konstruksi;
b) Pengawasan tahap pelaksanaan konstruksi sampai dengan serah
terima pertama (Provisional Hand Over) pekerjaan konstruksi; dan

[3]
c) Pengawasan tahap pemeliharaan pekerjaan konstruksi sampai dengan
serah terima akhir (Final Hand Over) pekerjaan konstruksi.

4.1.3. Saran Terhadap Latar Belakang


1) Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan proyek dengan tercapainya asas
efisiensi dan efektifitas dalam pengertian tepat waktu, hemat biaya dan tepat
sasaran, dan setiap sumber daya (tenaga kerja, biaya, material dan peralatan)
yang dipergunakan dalam pelaksanaan proyek agar dapat dikelola dan
dimanfaatkan sebagai faktor produksi secara maksimal melalui tindakan
manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengkoordinasian (coordinating), pengendalian (controlling) dan pengevaluasian
(evaluating), maka Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) perlu di dampingi Konsultan
Manajeman Konstruksi yang profesional dan berpengalaman yang bisa
menjamin dan mengendalikan Mutu, Waktu serta Biaya sesuai dengan regulasi /
perundangan pemerintah yang berlaku.
2) Sesuai yang disampaikan dalam Latar Belakang KAK Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
bahwa pembangunan harus memperhatikan aspek:
- Tepat Waktu, Tepat Mutu, Tepat Biaya, Tertib Admnistrasi serta
terlaksanakannya SMKK, SMK3L
- Tepat Guna Lahan - Appropriate Site Development (ASD)
- Efisiensi dan Konservasi Energi - Energy Efficiency & Conservation (EEC)
- Konservasi Air - Water Conservation (WAC)
- Sumber & Siklus Material - Material Resources & Cycle (MRC)
- Kualitas Udara & Kenyamanan Udara Dalam Ruang - Indoor Air Health &
Comfort (IHC)
- Manajemen Lingkungan Bangunan - Building & Enviroment Management
(BEM)
3) Pada pembangunannya untuk memperhatikan beberapa hal antara lain:
- Asas kemanfaatan dipergunakan sebagai landasan agar bangunan gedung
dapat diwujudkan dan diselenggarakan sesuai fungsi yang ditetapkan,
serta sebagai wadah kegiatan manusia yang memenuhi nilai-nilai
kemanusiaan yang berkeadilan, termasuk aspek kepatutan dan
kepantasan.
- Asas keselamatan dipergunakan sebagai landasan agar bangunan gedung
memenuhi persyaratan bangunan gedung, yaitu persyaratan keandalan
teknis untuk menjamin keselamatan pemilik dan pengguna bangunan
gedung, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, di samping
persyaratan yang bersifat administratif.

[4]
- Asas keseimbangan dipergunakan sebagai landasan agar keberadaan
bangunan gedung berkelanjutan tidak mengganggu keseimbangan
ekosistem dan lingkungan di sekitar bangunan gedung.
- Asas keserasian dipergunakan sebagai landasan agar penyelenggaraan
bangunan gedung dapat mewujudkan keserasian dan keselarasan
bangunan gedung dengan lingkungan di sekitarnya.
4) Menggaris bawahi regulasi pemerintah tentang proses penyelenggaraan
bangunan gedung negara harus dilaksanakan secara tertib, efektif, efisien, hemat,
tidak berlebihan, dan ramah lingkungan maka pelaksanaan pekerjaan Jasa
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) harus tepat mutu, waktu dan biaya maka memerlukan
Konsultan Manajeman Konstruksi dengan tujuan pembangunan dapat berjalan
dengan baik, tidak ada penyimpangan, bangunan dapat menjamin keselamatan
pengguna dan lingkungannya, berfungsi maksimal dan aksesibel dan kegagalan
konstruksi maupun kegagalan bangunan dapat dihindari.
5) Terkait dengan latar belakang ini konsultan PT. Ciriajasa EC - POLA TEKNIK
KONSULTAN sebagai Konsultan Manajeman Konstruksi yang berpengalaman
dalam pembangunan berbagai proyek strategis nasional yakin dan mampu
mewujudkan tujuan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dengan tepat mutu, waktu dan biaya
sebagaimana yang disampaikan dalam usulan teknis yang tertuang dalam
Pendekatan & Metode Pelaksanaan, Apresiasi dan Inovasi, Program Kerja,
Tenaga Ahli & Penugasannya beserta pendukung berupa peralatan dan
kelengkapan kantor
6) Untuk mencapai sasaran sesuai dalam KAK maka diperlukan langkah:
a. Dalam Manageman Konstruksi dalam rangka pengelolaan dan pengendalian
pelaksanaan pembangunan perlu dibuat program kerja yang efektif,
sistematis, implementatif, pada setiap tahap perkembangan kegiatan
pembangunan, Pengorganisasian yang baik dan terencana pada setiap
sektor, sistem pelaksanaan, serta prosedur penyelesaian masalah yang
terjadi pada setiap bagian kegiatan .
b. Pengemasan data, analisis dan penyelesaian masalah, serta pelaporan yang
sistematis, akuntabilitas kinerja yang obyektif dan rasional sebagai
pertanggungjawaban peran serta konsultan Konsultan Manajeman Konstruksi
kepada pengguna jasa.
c. Penggunaan BIM serta program komputeris lainnya sangat disarankan
sebagai alat bantu dari kegiatan ini.
7) Menggunakan Building Information Modeling (BIM) dalam konstruksi. Peran
BIM di Tiap Fase Konstruksi secara garis, besar tahapan proyek konstruksi dapat
dibagi menjadi lima tahapan yaitu Perencanaan, Perancangan,

[5]
Pengadaan/Pelelangan, Pelaksanaan/ Konstruksi, dan Operasi dan Pemeliharaan.
Peranan BIM di masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan BIM dapat digunakan mulai dari kegiatan pembuatan
desain konsep dari proyek yang dikerjakan. Desain konseptual ini bukan
hanya berupa gambar sketsa melainkan sudah berbentuk model 3D dari
rencana bangunan yang akan dibangun. Pemodelan ini dibuat berdasarkan
data dari hasil studi kelayakan, survei lokasi, dengan menggunakan
photogrammetry yang dapat menghasilkan model 3D dari lokasi rencana
proyek, keadaan lingkungan, dan sebagainya.
b. Tahap Perancangan Model yang sudah dihasilkan pada perencanaan akan
dievaluasi lalu dibuat pendetailan dari model tersebut. Dari pemodelan detail
itu dilakukan perhitungan-perhitungan detail baik struktural maupun non-
struktural, sehingga akan didapatkan desain yang paling efektif dari hasil
perhitungan itu. Desain ini kemudian diterjemahkan menjadi model dan data-
data yang dibutuhkan untuk fase berikutnya seperti kuantitas material serta
estimasi biaya.
c. Tahap Pelaksanaan/Konstruksi Model dan data-data yang sudah dihasilkan
di fase sebelumnya akan dengan mudah dimanfaatkan sebagai dasar
pelaksanaan proyek di lapangan. Karena secara tidak langsung, kontraktor
sudah membuat proyek tersebut secara nyata dengan seluruh data yang
dibutuhkan, walaupun masih dalam bentuk digital. Pada fase konstruksi ini
sendiri, BIM berfungsi sebagai suatu alat untuk memastikan apa yang
dikerjakan di lapangan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Dari
model dan data di dalam BIM, kontraktor dapat membuat metode pengerjaan
yang efektif, menghasilkan shop drawing, serta menghindari adanya benturan
instalasi antar disiplin (clash) yang dapat mengakibatkan pengerjaan ulang.
Pekerja di lapangan juga dapat mempelajari desain dengan melihat BIM
Model, memonitor progres pekerjaan berdasarkan kondisi di lapangan dengan
rencana yang sudah diintegrasikan antara model dan jadwal proyek, dan
apabila proses konstruksi dilakukan dengan berdasarkan BIM, maka tidak ada
lagi yang kita sebut sebagai as-built drawing, karena akan beralih menjadi as-
built model.
d. Tahap Operasi dan Pemeliharaan Dengan menggunakan as-built model
yang sudah dibuat, informasi mengenai data operasional dan pemeliharaan
bisa ditambahkan ke dalamnya untuk keperluan pemilik proyek atau
manajemen gedung pengoperasian dan pemeliharaan bangunan tersebut.

4.2. MAKSUD DAN TUJUAN

4.2.1. Pemahaman Terhadap Maksud dan Tujuan

[6]
Konsutan paham sepenuhnya bahwa maksud dan tujuan dari pengadaan Jasa Konsultan
Manajeman Konstruksi adalah sebagai berikut :
Maksud dari kegiatan jasa konsultansi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung
Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) adalah Maksud pekerjaan ini adalah
membantu pemilik pekerjaan dalam memantau, mengawasi, mengelola, mengendalikan,
serta mengambil keputusan terkait dengan pelaksanaan Pengawasan Manajemen
Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
Unggul Hebat (AMANAH).

Tujuan dari manajeman konstruksi pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) kepada Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Aceh
1) Terlaksananya pemantauan status pekerjaan, koordinasi, komunikasi, kemajuan,
permasalahan yang timbul (Review Design), pengumpulan data serta informasi, dan
lain-lain terkait dalam pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul Hebat
(AMANAH); dan
2) Terlaksananya suatu mekanisme pengelolaan (manajemen), pengendalian, dan
pemantauan (Manajemen Konstruksi) terhadap pelaksanaan pekerjaan
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul
Hebat (AMANAH).

4.2.2. Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan


Bahwa Konsultan Manajeman Konstruksi berperan dalam pendampingan pengendalian
pekerjaan Manajemen Konstruksi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) sesuai dengan tahapan yang diatur sesuai
dengan peraturan yang berlaku, sehingga tahapan perencanaan dan pengawasan
pelaksanaan konstruksi dapat berjalan dengan efisien serta efektif, baik dari sisi teknis
pelaksanaan, waktu pelaksanaan, maupun biaya pelaksanaan.

4.2.3. Saran Terhadap Maksud dan Tujuan


Agar pelaksanaan pekerjaan bisa erta efektif efisien, baik dari sisi teknis pelaksanaan,
waktu pelaksanaan, maupun biaya konsultan memberikan saran antara lain :
1. Konsultan Manajeman Konstruksi berperan untuk menjamin kelancaran dan
ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan target yang telah di
tentukan mulai dari tahapan persiapan pengadaan, persiapan dan pelaksanaan
pemilihan, pelaksanaan konstruksi, sampai dengan serah terima akhir
pekerjaan.
2. Konsultan Manajeman Konstruksi harus bisa melakukan Kontrol pengawasan
dan pengendalian untuk memastikan pelaksanaan pekerjaan dengan metode
yang tepat sesuai dengan mutu, waktu, dan biaya yang direncanakan serta tertib

[7]
administrasi.
3. Konsultan Manajeman Konstruksi harus melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai sesuai dengan KAK
ini.
4. Konsultan Manajeman Konstruksi untuk mengurangi resiko dalam
pembengkakan biaya pembangunan yang disebabkan hal-hal yang tidak
diprediksi sebelumnya.
5. Efesiensi dan efektifitas tenaga kerja, biaya, material, dan peralatan dengan
penyelesaian tepat waktu dan mutu yang terjamin dengan tetap menerapkan
Sistem Menejemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SPENGAWAS3).
6. Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Manajeman Konstruksi harus
memperhatikan asas- asas pengawasan sebagai berikut:
- Fact Finding, bahwa pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang
pelaksanaan tugas dari Penyedia Jasa menjalankan tugasnya;
- Preventif, dalam arti bahwa pengawasan dilaksanakan untuk
mencegah timbulnya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan
rencana;
- Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang, dalam arti bahwa
pengawasan hanya ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan;
- Pengawasan hanya merupakan alat untuk meningkatkan efisiensi;
- Pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan;
- Pengawasan harus lebih bersifat membimbing;
- Pengawasan harus memperhatikan praktik konstruksi hijau

4.3. SASARAN

4.3.1. Pemahaman Terhadap Sasaran


Konsultan paham bahwa Sasaran dari Sasaran dari kegiatan jasa konsultansi
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) adalah :
Untuk mendapatkan keluaran hasil pelaksanaan Konsultan Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul Hebat
(AMANAH) yang memenuhi syarat spesifikasi teknis prasarana dan sarana yang
mencakup pada masa persiapan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan pembangunan

4.3.2. Tanggapan Terhadap Sasaran


Dengan adanya Konsultan Manajeman Konstruksi proses Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) , bisa
mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan dari pembangunan tersebut. Dipahami
bahwa Konsultan Manajeman Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu.

[8]
Manajemen material dan manajemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu
dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya manajemen
pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek. Sehingga
sesuai dengan salah satu diantara penugasan Konsultan Manajeman Konstruksi yang
tercantum di dalam Lampiran III - Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah No. 12 tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Melalui Penyedia, yaitu: Melaksanakan penjaminan mutu (quality assurance)
pelaksanaan pekerjaan, mulai dari tahapan persiapan pengadaan, persiapan dan
pelaksanaan pemilihan, pelaksanaan konstruksi, sampai dengan serah terima akhir
pekerjaan. Hal yang perlu perhatikan antara lain :
- Sisi teknis pelaksanaan: sesuai dengan regulasi, pedoman teknis, dan SNI yang
berlaku.
- Waktu pelaksanaan: progres seluruh paket pekerjaan 100% setelah 6 (enam)
bulan
- Biaya Pelaksanaan: Sesuai dengan RAB yang telah diusulkan oleh Kontraktor
Fisik. Apabila terdapat addendum penambahan biaya yang tidak bisa
dilaksanakan karena sifatnya Fix Price

4.3.3. Saran Terhadap Sasaran


Dalam rangka mencapai sasaran Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) karena perlu dilakukan langkah-langkah
antara lain :
a. Proses Value Engineering (VE) yang memenuhi tepat mutu, waktu dan biaya yang
lebih efektif dan efisien;
b. Pelaksanaan Konstruksi harus sesuai dengan tahapan kegiatan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan konstruksi serta pelaporan yang
memenuhi azas standar dan kriteria teknis;
c. Kegiatan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan harus berkualitas,
tepat waktu, mutu, dan biaya, serta terselenggaranya tertib administrasi dengan
menerapkan metode Building Information Modelling (BIM) sebagai upaya
pengendalian pelaksanaan pekerjaan;
d. Pembangunan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) Unggul Hebat (AMANAH), dan laik fungsi sesuai dengan perencanaan;
e. Adanya rekomendasi pengendalian, koordinasi, dan evaluasi pada semua tahapan
pelaksanaan kegiatan administrasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi
sehingga terwujudnya tertib administrasi;
f. Tersedianya data dan informasi tentang perkembangan kegiatan Penyedia Jasa
Konstruksi dalam bentuk pelaporan sehingga proses pengendalian dapat berjalan
sesuai rencana dengan menerapkan BIM;
g. Dokumen hasil pelaksanaan pembangunan yang siap untuk diajukan untuk
mendapatkan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan Sertifikat Laik Operasi (SLO);

[9]
h. Dokumen perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang siap diajukan untuk
mendapatkan penilaian Bangunan Gedung Hijau; dan
i. Pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sesuai di dalam Dokumen
Kualifikasi

4.4. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA

4.4.1. Pemahaman Terhadap Sumber Dana dan Perkiraan Biaya


Cukup Jelas bahwa kegiatan Manajemen Konstruksi Biaya pelaksanaan pekerjaan
dibebankan pada Biaya Anggaran DIPA Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana
Permukiman Provinsi Aceh sumber pendanaan APBN Tahun Anggaran 2023-2024
dengan Pagu Anggaran senilai Rp.3.150.000.000,- dan HPS senilai Rp.2.582.900.000,-
dengan alokasi TA. 2023 sebesar Rp.1.285.900.000,- dan alokasi TA. 2024 sebesar
Rp.1.297.000.000,-. termasuk pajak-pajak dan pengeluaran lainnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

4.4.2. Tanggapan Terhadap Sumber Dana dan Perkiraan Biaya


a. Dilihat dari KAK kegiatan merupakan pekerjaan multy years dengan durasi 16
bulan kalender sehingga harus di buat target rencana penyerapan dana baik
tahunan maupun MC disesuakan dengan program kerja yang jelas dan terarah
dalam pelaksanaan pekerjaannya dengan target waktu, mutu dan biaya.
b. Penggunaan keuangan dipertanggungjawabkan baik administrasi maupun riil
kegiatan dimana untuk konsultan manajeman konstruksi yang terdiri dari:
- Honorarium Tenaga Ahli, Tenaga Pendukung dan Tenaga Penunjang;
- Materi dan penggandaan laporan;
- Pembelian dan/atau sewa bahan peralatan;
- Sewa kendaraan;
- Biaya rapat-rapat;
- Perjalanan lokal maupun luar kota;
- Biaya komunikasi;
- SMKK;
- Jasa dan Overhead MK; dan
- Pajak-pajak sesuai peraturan yang berlaku.

4.4.3. Saran Terhadap Sumber Pendanaan


1) Untuk dibuat rencana kerja, Rencana Progres Fisik, Rencana Progres Keuangan
sesuai dengan SSK
2) Sumber dana APBN dalam Penggunaan keuangannya dipertanggungjawabkan
baik administrasi maupun riil kegiatan
3) penyedia jasa dalam menyusun penawaran harga sudah memperhitungkan segala
biaya yang timbul, diantaranya honor personil, survey dan perlengkapannya, biaya

[10]
kantor dan perlengkapannya, biaya cetak laporan dan PPN, apabila ditunjuk
sebagai pemenang dalam paket ini akan melakukan kegiatan sesuai dengan KAK

4.5. PERSYARATAN PENYEDIA

4.5.1. Pemahaman Terhadap Persyaratan Penyedia


Persyaratan kualifikasi administra si disusun untuk memilih calon penyedia yang secara
aspek lcgalitas memiliki ktıınpctensi yarrg semai deııgan lingkup pekerjaan Syarat Kualifikasi
Calon Penyedia yang berbadan usaha harus memiliki perizinan berusaha di bidang jasa
konstruksi, berupa:
a) Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK).
b) SBU Konsultansi Jasa Lainnya subklasifikasi Jasa Manajemen Proyek Terkait
Konstruksi Bangunan KL403 (KBLI 2015/2017) atau Jasa Rekayasa Konstruksi
Bangunan Gedung Hunian dan Non hunian RK001 (KBLI 2020).

4.5.2. Pemahaman dan Saran Terhadap Persyaratan Penyedia


Cukup jelas dan Harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa selain persyaratan SBU diatas
setidaknya harus memenuhi syarat wajib antara lain :
1) Mempunyai status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil Konfirmasi
Status Wajib Pajak
2) Serara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak yang
dibuatkan dengan:
a) Akta Pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya;
b) Surat Kuasa apabila dikuasakan;
c) Hukti bahwa yang ctiberikan kuasa merupakan pegawai tetap (a pabila
dikuasakan); dan
d) Kartu Tanda Penduduk.
3) Tidak masuk dalam Daftar IJitam, keikutsertaannya tidak menimbulkaii
pertentangan kepentingan pihak yang terkait, tidak dnlam pengawasan pengadilan,
tidak pailit, kegiatan usahanva tidak sedang dihentikan, yang bertindak untuk dan
atas nama Badan Usaha tidak sednng dalam menjalani sanksi pidana; dan/atau
pengurus/ pegawainya tidak berstatus sebagai Aparatur‗ Sipil Negara, kecuali yang
bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan Negara;

4.6. PEDOMAN DATA DI LAPANGAN

4.6.1. Pemahaman Terhadap Pedoman Data di Lapangan


Pengumpulan data lapangan harus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait
dalam rangka persiapan pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan, antara lain pihak
Balai Prasarana Permukiman Wilayah Aceh, Dinas/Instansi terkait lainnya

4.6.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Data Dasar

[11]
Untuk melaksanakan tugas, Konsultan Manajeman Konstruksi tidak terbatas pada
data dari pemberi kerja sehingga harus :
˗ Mencari sendiri informasi yang dibutuhkan selain informasi dalam KAK
maupaun informasi dari Pengguna Jasa;
˗ Memeriksa kebenaran informasi yang digunakan dalam melaksanakan
tugasnya, baik yang berasal dari KAK, maupun informasi lainnya;
˗ Informasi Pengawas yang dibutuhkan meliputi; Dokumen pelaksanaan yang
terdiri dari gambar rencana dan gambar pelaksanaan, RKS, Berita Acara
Aanwijzing sampai tahap penetapan pemenang, dokumen kontrak konstruksi;
Jadwal pelaksanaan (bar Chart, S Curve dan net work planning pekerjaan
yang dibuat oleh Kontraktor); KAK; peraturan, standar dan pedoman (teknis
dan non teknis) yang berlaku untuk pekerjaan pengawasan, termasuk
petunjuk teknis pengawasan mutu pekerjaan, dan informasi lainnya.
˗ Data data dilapangan juga bisa di peroleh sebagai iterasi antara lain :
1) Peraturan RTRW Kabupaten Malang
2) Data Peta ecologi Teknis Lokasi Pekerjaan
3) Referensi Data Penyelidikan Tanah/Geoteknik Untuk Lokasi Terdekat
Dengan Pekerjaan;
4) Gambar Dasar, Gambar Skematik, Gambar Potongan, dan Gambar
Tipikal.
5) Tala Guna Lahan
6) Sosiologi dan Sosio-ekonomi
7) Referensi Hukum.
8) Sumber Material Konslruksi.
9) Masterplan Kawasan

4.7. SATNDART TEKNIS

4.7.1. Pemahaman Standart Teknis


Bahwa Dalam pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) Standar teknis yang digunakan mengacu pada Peraturan
Menteri PUPR dan peraturan lainnya terkait pembangunan bangunan gedung.

4.7.2. Tanggapan Terhadap Standart Teknis


Standart teknis perlu di gunakan agar dalam pelaksanaan pekerjaan bisa sesuai dengan
Biaya, Mutu, Waktu karena itu harus di terapkan standart teknis agar :
a) Memenuhi kaidah ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan.
b) Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan harus memenuhi standar
peneliti.
c) Data yang dikumpulkan berupa data primcr dan daln sekunder yang dilengkapi
dengan sumber data, tanggal dan waktu pengumpulan dale, lokasi pengumpulan
data, dan keteranga n tambahan data/ responden.

[12]
d) Melakukan uji terhadap keabsahan data, oross check, validitas dan reabililas data
yang dikumpulkan.
e) Dokumen yang dihasilkan scsuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI),
meliputi:
4) SNI-07-2529- 1j991 tentang Metode Pcn ujian Kua Tarik Baja Beton;
5) SNI-03-2641-1991 tentang Spesifikasi Agresat Ringan Untuk Beton Struktur;
6) SNI-1-2049-1994 tentang Semen Portland; SNI-04-0227- 1994 tentang
Tegangan Standar;
7) SNI-04-0255-2000 tentang Persjaratan Umum Instalasi Listrik;
8) SNI-03 0255-2000 atuu edisi terakhir tentang Sistem Plambing;
9) SNI-03 1745-2000 tentang Pipa Tegak dan Slang;
10) SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan S3StCiäl Pcncahayaan
Pada Bangunan;
11) SN1-03-6574-2001 tentang Tata Cora Perancangan Pencahayaan Darurat,
Tanda Arah dan Sistem Pcringatan Dahaya pada Bangunan;
12) SNI 03 6572 2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung;
13) SNI-03-6571-2001 tentang Pcngcndalian Asap pada Ba ngunan Gcdung
14) SNI-19-2454-2002 tentang Tata cai a teknik operasional pengclolaan teknik
sampah perkotaan (revisi 2017 sedang proses di l3SN);
15) SNI 03-701-2004 tentang Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan;
16) SNI-03 701-2004 tentang Sistem Manajemcn Asap di dalam MAL, Atrium
dan Ruangan Bervolume Desar;
17) SNI-03-70 18-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Darural;
18) SN1-03-3955-2004 tentang Deteksi dan Alarm Kebakaran;
19) SNI- U 0302 2004 tentang Semen Porland Pozzolan;
20) SNI-15-03-2049-J004 tentang Semen Portland;
21) SNI-2987: 2005 tentang tata cara pcrhitungan harga satuan pekerjaan
dinding
22) SNI-ISO 12543-1:2011 Kaca untuk bangunan
23) SNI-O4 0255 2011 tentang Persyaratan Umum Instalasi listrik;
24) SNI-03-6197 2011 tentang Konversi Energi Sistim Pencahayaan
25) SNI-03-6390-2011 tentang Konservasi Knergi Sistem Tata Udara;
26) SNI Spesifikasi Cat dan Bahan Pclapis Kaca, Karct, Plastik, Hahan Bitumen.

4.7.3. Tanggapan dan Saran Standart Teknis


Cukup jelas dalam pelaksanaan pekerjaan mengacu pada standar Nasional
Indonesia (SNI) dimana :
1) SNI wajib sebagaimana yang tercantum pada PP 16 Tahun 2021;
2) SNI yang merupakan pembaruan dari SNI yang sebelumnya atau adopsi dari
standar Internasional terkait bangunan gedung;

[13]
3) SNI lain yang diperlukan terkait dengan kekhasan lingkup pekerjaan;
4) Dalam hal SNI belum tersedia dapat menggunakan standar Internasional.

4.8. REFERENSI HUKUM

4.8.1. Pemahaman Referensi Hukum


Konsultan paham sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan menggunakan
sesuai dengan KAK referensi hukum hukum yang direferensikan antara lain :
1) Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2) Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3) Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
5) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
7) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2015 Kementerian PUPR tentang tugas
tambahan untuk mendukung percepatan pembangunan prasarana infrastruktur
pendidikan;
8) Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2019 tentang Pembangunan, Rehabilitasi, atau
Renovasi Pasar Rakyat, Prasarana Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam, dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
9) Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
10) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 19/PRT/M/2017
tentang Standar Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang
Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi;
11) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 22/PRT/M/2018
tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
12) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 2021
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
13) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.524/KPTS/M/2022 tentang Besaran Remunerasi Minimal Tenaga Kerja
Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi;
dan
14) Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik Indonesia No.
12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Melalui Penyedia.

[14]
15) Surat Edaran Menteri PUPR No. 18/SE/M/2021, tentang Pedoman Operasional
Tertib Penyelenggaraan Persiapan Pemilihan untuk Pengadaan Jasa Konstruksi di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
16) Pedoman Standar Minimal Tahun 2023 Inkindo Remunerasi/Biaya Personil (Billing
Rate) dan Biaya Langsung (Direct Cost) untuk Badan Usaha Jasa Konstruksi..

4.8.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Referensi Hukum

Dalam menggunkan referensi hukum untuk dicermati satu dengan satunya yang saling
terkait sehingga harus dilihat/ dicermati / di telaah terhadap regulasi lainnya antara lain :
a. Undang-Undang Republik Indonesia
1) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
2) Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
3) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
4) Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
5) Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6) Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


1) Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi;
2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2005 tentang Bangunan
Gedung;
3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.;
4) Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
5) Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional; dan
6) Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2018 tentang Sistem
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional.

c. Peraturan Presiden Republik Indonesia


1) Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2022 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Nasional Ibu Kota Nusantara 2022 – 2042;
2) Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2022 tentang Otorita Ibu Kota Negara
Nusantara;

[15]
3) Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2022 tentang Perincian Rencana
Induk Ibu Kota Nusantara;
4) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
5) Peraturan Presiden Nomor 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Gedung
Negara;
6) Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai
Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan
Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam
Pembangunan Nasional; dan
7) Inpres Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air.

d. Peraturan Menteri
1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.02/2022
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2023
2) Peraturan Menteri PUPR Nomor 8 Tahun 2022 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemenuhan Sertifikat Standar Jasa Konstruksi Dalam
Rangka Mendukung Kemudahan Perizinan Berusaha Bagi Pelaku Usaha
Jasa Konstruksi;
3) Peraturan Menteri PUPR Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.06/2022 Tentang Standar
Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara;
5) Permen ATR Nomor 14 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Basis
Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota, Serta Peta Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota;
6) Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja
Bangunan Gedung Hijau;
7) Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi;
8) Peraturan Menteri PUPR Nomor 25 Tahun 2020 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun
melalui Penyedia.
9) Peraturan Menteri PUPR No 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
10) Peraturan Menteri PUPR Nomor 2 Tahun 2020 tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung;

[16]
11) Peraturan Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara;
12) Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2018
tentang Perumahan Dinas/Asrama/Mes Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
13) Peraturan Menteri PUPR Nomor 14 Tahun 2017 tentang Persyaratan
Kemudahan Bangunan Gedung;
14) Peraturan Menteri PU Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Air
Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya;
15) Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pedoman Penanaman
Pohon dan Sistem Jaringan Jalan;
16) Peraturan Menteri PU Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;
17) Peraturan Menteri PU Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;
18) Peraturan Menteri PU Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran;
19) Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan;
20) Peraturan Menteri PU Nomor 5/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
21) Peraturan Menteri PUPR Nomor 27 Tahun 2018 tentang Pedoman
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung; dan
22) Peraturan Menteri PU Nomor 29 Tahun 2006 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung.

e. Peraturan Lembaga dan Instansi


1) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia;
2) Peraturan Bupati Sumba Timur tentang Penetapan Standar Harga Satuan
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur Tahun Anggaran 2023.

f. Keputusan Menteri
Kepmen PUPR Nomor 524/KPTS/M/2022 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan
Jasa Konsultansi Konstruksi; dan

g. Surat Edaran

[17]
1) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
16/SE/M/2022 Tahun 2022 tentang Susunan Tenaga Ahli Penyedia Jasa
Konsultansi Pengawasan Konstruksi Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan RakyaT;
2) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/SE/M/2022 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Kinerja
Bangunan Gedung Hijau;
3) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
11/SE/M/2019 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Biaya
Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
4) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/SE/M/2019 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan
Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat;
5) Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya Nomor 04/SE/DC/2022
tentang Pedoman Evaluasi Dokumen Perencanaan Teknis Paket
Pekerjaan Konstruksi di Lingkungan Direktorat Cipta Karya;
6) Surat Edaran Direktorat Jenderal Perumahan Nomor 12/SE/Dr/2022 Tahun
2022 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan dan Pengelolaan Rumah
Susun;
7) Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Nomor 33/KPTS/2022
tentang Penetapan Jabatan Kerja dan Konversi Jabatan Kerja Eksisting
Serta Jenjang Kualifikasi Bidang Jasa Konstruksi; dan
8) Surat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Nomor BK 0301-DK/539 tanggal
9 Juni 2022 hal Penyampaian Model Dokumen Pemilihan (MDP)
Pengadaan Jasa Konstruksi Dalam Rangka Persiapan Pengadaan Jasa
Konstruksi Bidang Infrastruktur Khusus Ibu Kota Negara (IKN).

i. Pekerjaan Arsitektur
1) SNI Spesifikasi Cat dan Bahan Pelapis Kaca, Karet, Plastik, Bahan
Bitumen;
2) SNI 6390:2020 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara
3) SNI 2987:2015 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Dinding;
4) SNI ISO 12543:2011 Kaca untuk Bangunan;
5) SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan.

j. Pekerjaan Beton
1) SNI 03-2491-2022, tentang Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton;
2) SNI 2049-13:2021 tentang Semen Portland;

[18]
3) SNI 8977:2021 tentang Tanggung Jawab Perencanaan untuk Proyek
Beton Pracetak Arsitektural;
4) SNI 8978:2021 tentang Panduan Desain untuk Komponen Penyambung
Sistem Pracetak;
5) SNI 8976:2021 tentang Standar, Panduan beton pracetak seluler untuk
komponen lantai, atap dan dinding;
6) SNI 2847-2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung;
7) SNI 2847-2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung;
8) SNI 2496:2018 Spesifikasi Bahan Tambahan Pembentuk Gelembung
untuk Beton;
9) SNI 8367:2017 tentang Spesifikasi Perancangan Rangka Pemikul Momen
Khusus Beton Pracetak Prategang Pasca tarik Tanpa Lekatan;
10) SNI 7832-2017 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak
untuk Konstruksi Bangunan Gedung;
11) SNI 2052:2017 tentang Baja Tulangan Beton;
12) SNI 6880-2016 tentang Spesifikasi Beton Struktural;
13) SNI 0302:2014 tentang Semen Portland Pozolan;
14) SNI 2461:2014 Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur;
15) SNI 7832-2012 tentang Aplikasi Tata Cara Perhitungan Harga Satuan
Pekerjaan Beton Pracetak untuk Bangunan Gedung;
16) SNI 7833-2012 tentang Tata Cara Perancangan Struktur Beton Pracetak
dan Prategang untuk Bangunan Gedung; dan
17) SNI 7834-2012 tentang Metode Uji dan Kriteria Penerimaan Sistem
Struktur Rangka Pemikul Momen Beton Bertulang Pracetak untuk
Bangunan Gedung.

k. Pekerjaan Struktur
1) SNI 7860:2020 tentang Ketentuan Seismik Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural;
2) SNI 1729:2020 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural;
3) SNI 1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non gedung;
4) SNI 8460:2017 tentang Persyaratan Perancangan Geoteknik; dan
5) SNI 7973-2013 tentang Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu.

l. Pekerjaan Listrik dan Pencahayaan


1) SNI 6197:2020 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan;
2) SNI 0255:2011 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik;
3) SNI 04-0255-2020 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik;

[19]
4) SNI 04-0227-2003 tentang Tegangan Standar;
5) SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
pada Bangunan; dan
6) SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat,
Tanda Arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.

m. Pekerjaan Plambing dan Persampahan


1) SNI 2398:2017 tentang Tangki Septik dan Pengolahan Lanjutan;
2) SNI 8153:2015 tentang Sistem Plambing pada Bangunan Gedung;
3) SNI 03-1745-2000 tentang Pipa Tegak dan Slang;
4) SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung;
5) SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Teknik Sampah Perkotaan (revisi 2017 sedang proses di BSN);

n. Pekerjaan Sistem Proteksi Bangunan


2) SNI 03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan;
3) SNI-03-7012-2004 tentang Sistem Manajemen Asap di dalam MAL, Atrium
dan Ruangan Bervolume Besar;
4) SNI 03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Darurat;
5) SNI 03-6571-2001 tentang Pengendalian Asap pada Bangunan Gedung;
6) SNI 03-3985-2000 tentang Deteksi dan Alarm Kebakaran

4.9. LOKASI

4.9.1. Pemahaman Terhadap Lokasi Kegiatan


Lokasi kegiatan Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul Hebat (AMANAH) adalah: Kawasan Industri
Aceh (KIA) Ladong, Desa Ladong kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
Provinsi Aceh.

4.9.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Lokasi


a) Dalam Manajemen Konstruksi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung
Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) untuk memperhatikan aspek
geografis, topograf, demografi, iklim, factor potensi bencana, infrastruktur
pendukung dan laine termasuk proyeksi 20 tahunan
b) Metode pelaksanaan pekerjaan untuk mempertimbangkan factor lokasi pekerjaan
terkait :
 Kondisi fisik lahan / lokasi pekerjaan.
 Ketentuan tata ruang pada kawasan tersebut.
 Peruntukan lahan.
 Informasi tentang peruntukan, yang meliputi :

[20]
 Jenis bangunan, konstruksi maupun jaringan yang akan dikerjakan, dan
Peruntukan dan kegunaan dari bangunan, konstruksi maupun jaringan.
 Informasi mengenai keinginan tentang ruang tertentu, baik yang
berhubungan dengan pemakai atau perlengkapan yang akan digunakan
dalam ruang tersebut.
 Informasi mengenai kemungkinan perubahan fungsi ruang/ bangunan.

c) Untuk di siapkan SOP untuk Emergency Situation kaitannya dengan SMK3


d) Perlu dibuat Realtime report (dashboard pelaporan) yang bisa dimonitor secara
online Untuk mempercepat aliran informasi dan mendukung komunikasi yang
efektif dan cepat dalam manajemen konstruksi yang kolaboratif dan koordinatif,
suatu platform digital harus diterapkan dengan menggunakan applikasi CDE
(Common Data Environment) berbasis cloud yang dapat memfasilitasi data
sharing format BIM/CIM, GIS dan data lain termasuk indikator kinerja, tanpa harus
mengunduh, namun dapat secara cepat diakses.
e) Dalam pelaksanaan pekerjaan bangunan ini akan menjadi salah publik service
yang dikunjungi banyak orang karena itu harus ada jaminan mutu / kualitas
pekerjaan diutamkan serta kebersihan selama konstruksi harus di jaga.
f) Site management, waste management pada lokasi konstruksi kaitannya
bagaimana MK melakukan pengawasan dan pengendaliannya
g) Untuk digunakan metodelogi pelaksanaan pekerjaan dan pengawasan yang tepat
dengan meminimalisir dampak negative pelaksanaan pekerjaan terhadap
kawasan sekitar.
h) Untuk dibuat skenario trafick manajeman terkait sirkulasi lalu lintas, parkir pekerja.
Tamu, pengunjung, serta mobilisasi dan demobilisasi alat, matrial.

4.10. NAMA ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

4.10.1. Pemahaman Terhadap Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


KEMENTERIAN : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat / Kemen
NEGARA/LEMBAGA PUPR
UNIT ORGANISASI : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
PEJABAT PEMBUAT ; Pejabat Pembuat Komitmen Prasarana Strategis
KOMITMEN (PPK) Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah Aceh
PROGRAM : Manajemen Konstruksi Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
SASARAN PROGRAM : Terlaksananya Kegiatan Manajemen Konstruksi Manajemen
Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH)
LOKASI KEGIATAN : Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, Desa Ladong kecamatan
Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh
TAHUN ANGGARAN : 2023-2024

[21]
4.10.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Cukup Jelas

- PPK Untuk membuat tim teknis, panitia peneliti kontrak, tim PHO,
- Dalam pelaksanaan kegiatan senantiasa berkordinasi dengan Inpektorat,
meminta pendampingan Kejati Provinsi Aceh dan dinas terkait
- Diperlukan tim untuk pengurusan Ijin Lingkungan (AMDAL), PBG, SLF
- Untuk dibuat struktur organisasi proyek, organisasi konsultan agar peran tugas
dan tanggung jawab masing masing pelaku menjadi jelas dan terukur.
- Untuk berkordinasi dengan Pengelola Kawasan Industri Ladong

4.11. LINGKUP PEKERJAAN

4.11.1. Pemahaman Lingkup Pekerjaan


Lingkup Kegiatan
Kegiatan Manajemen Konstruksi meliputi pengendalian desain, waktu, biaya, pencapaian
sasaran fisik (kuantitas dan kualitas) dan tertib administrasi dalam proses Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) sampai dengan
tahapan pelaksanaan konstruksi selesai dan siap untuk pemanfaatannya. Pekerjaan yang
harus dilaksanakan dalam pelaksanaan MK adalah pencapaian hasil sesuai standar teknis dan
peraturan-peraturan yang berlaku. Sebagaimana dalam KAK :

a. Uraian Kegiatan
Lingkup pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul Hebat (AMANAH) melakukan
pengendalian/pengawasan pada masa persiapan, pelaksanaan, hingga pasca
pelaksanaan konstruksi (masa pemeliharaan).

b. Lingkup Kewenangan
1) Mengendalikan pelaksanaan pembangunan fisik yang dikerjakan oleh pihak
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
2) Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam melakukan pengendalian
pengawasan teknis terhadap kegiatan pekerjaan konstruksi di lapangan;
3) Mengendalikan semua kegiatan dan meminimalkan kendala-kendala teknis yang
sering dihadapi oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi di lapangan dalam
menerapkan desain yang memenuhi persyaratan spesifikasinya;
4) Pengendalian pelaksanaan pekerjaan dilapangan untuk mendapatkan hasil
pekerjaan konstruksi yang memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
spesifikasi teknis dan dilaksanakan secara tepat mutu, biaya dan waktu;
5) Menjaga akselerasi kelancaran pelaksanaan, baik dalam hal mutu pekerjaan,
ketertiban pekerjaan, menghindari penyimpangan pelaksanaan pekerjaan, maupun
penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul; dan
6) Pengaturan penggunaan bahan, baik mengenai asal bahan, penilaian/penelitian

[22]
kualitas bahan, tempat penyimpanan, dan larangan/penggunaan bahan yang tidak
memenuhi persyaratan

c. Batasan Kegiatan
1) Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik yang disusun oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi yang meliputi program-program pencapaian
sasaran konstruksi, penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan
perlengkapan bahan bangunan, informasi, dana, Program Quality
Assurance/Quality Control dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
2) Surat Perintah Perubahan Pekerjaan, dan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
Tambah/Kurang, jika ada tambah/kurang pekerjaaan;
3) Memeriksa dengan teliti/seksama setiap gambar-gambar kerja dan analisa/
perhitunganperhitungan konstruksinya dan kuantitasnya, yang dibuat oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi sebelum pelaksanaan;
4) Melakukan pemeriksaan di lapangan setiap pelaksanaan akan dimulai disertai
dengan Surat/Form Perintah Kerja (dilampirkan pada Laporan Mingguan);
5) Melakukan fungsi pengelolaan (manajemen) proyek, pengendalian terhadap
pelaksanaan pekerjaan;
6) Melakukan pemantauan persiapan pelaksanaan pekerjaan, melakukan analisis
kondisi pekerjaan, analisis potensi risiko atau kemungkinan yang akan timbul,
memberikan masukan dan nasihat kepada berbagai pihak yang terkait dalam hal
bidang teknis dan nonteknis;
7) Membuat laporan secara rutin (mingguan dan bulanan) sesuai dengan bobot di
lapangan dengan melampirkan dokumentasi visual (foto) pelaksanaan kemajuan
0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dengan titik pengambilan gambar yang sama di
setiap kemajuan pekerjaan. Pengambilan foto progres fisik dilakukan setiap hari
menggunakan kamera digital atau kamera dengan resolusi HD, foto progres yang
diambil adalah gambar keliling per item pekerjaan;
8) Laporan Progres Fisik Mingguan direkap dalam bentuk softfile dan diserahkan per
minggu sejak hari pertama SPMK dikeluarkan, Laporan Progres Fisik Mingguan
direkap selama 4 (empat) minggu progress dalam bentuk print-out dan diserahkan
per bulan.
9) Memonitor secara seksama kemajuan dari semua pekerjaan dan melaporkannya
segera/tepat waktu bila kemajuan pekerjaan terlambat sebagaimana tercantum
pada buku Spesifikasi Teknis dan hal itu benar benar berpengaruh terhadap jadwal
penyelesaian yang direncanakan. Dalam hal demikian, maka Team Leader dan
Tenaga Ahli juga membuat rekomendasi secara tertulis untuk mengejar
keterlambatan;
10) Menjamin bahwa sebelum Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi diijinkan untuk
melaksanakan pekerjaan berikutnya, maka pekerjaan-pekerjaan sebelumnya yang
akan tertutup atau menjadi tidak tampak harus sudah diperiksa/diuji dan sudah

[23]
memenuhi persyaratan dalam Dokumen Kontrak;
11) Mengawasi dan memeriksa pembuatan gambar sebenarnya terbangun/terpasang
(As-built Drawing) dan mengupayakan agar semua gambar tersebut dapat
diselesaikan sebelum Penyerahan Pertama;
12) Melaksanakan Rapat Rutin Bulanan bersama pelaksana dan direksi teknis
lapangan serta menyerahkan berita acara rapat yang dilengkapi Dokumentasi dan
diserahkan kepada pemilik pekerjaan setiap bulannya (Monitoring dan Evaluasi);
13) Tersedianya Penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan Konstruksi (SMKK) yang mengacu kepada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, dan Surat Edaran Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. 15/SE/M/2019 tentang Tata Cara Penjaminan
Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat; dan
14) Menyusun Laporan Akhir pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi.

4.11.2. Tanggapan Terhadap Lingkup Pekerjaan


Konsultan menanggapi terkait lingkup pekerjaan dan tugas Konsultan Manajeman
Konstruksi, dapat disimpulkan, bahwa ruang lingkup tugas Konsultan Manajeman
Konstruksi berdasarkan tahapannya meliputi :
i. Tahap Persiapan
ii. Tahap Reviu Perencanaan / DED
iii. Tahap Pelaksanaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun
iv. Tahap Serah Terima ke-1 (PHO) sd Masa Pemeliharaan Terus Serah
Terima ke-2 (FHO)
Pada prinsipnya layanan jasa Konsultan Manajemen Konstruksi meliputi
implementasi fisik proyek dimulai dari ―Site Set-Up‖, Kick Off Meeting, koordinasi
dan manajemen Konstruksian Pekerjaan, ―Quality Control‖, pengarahan dan
penyelesaian masalah tehnik ―Field Order:, pengecekan material dan shop
drawing, pengawasan test dan commissioning sampai dengan koordinasi dan
pengawasan pada masa pemeliharaan.
Sedangkan untuk menjamin bahwa seluruh produk perencanaan yang telah
disusun oleh Konsultan perencana yang kemudian akan dilaksanakan realisasi
fisiknya oleh kontraktor dengan setepat-tepatnya maka diperlukan suatu
kelengkapan perangkat lunak yang digunakan oleh karena itu PT. Ciriajasa EC -
POLA TEKNIK KONSULTAN menyusun Metode pelaksanaan pekerjaan serta
menyusun alat bantu berupa : Check List, Manual dan Prosedur Proyek yang
disajikan dalam Apresiasi dan Inovasi.
Program jaminan kualitas ini didefinisikan sebagai suatu pola kerja yang terencana
dan sistematik untuk mendapatkan suatu keyakinan bahwa suatu produk yang
dihasilkan akan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang dimintakan/
ditetapkan sebelumnya.
Program jaminan kualitas ini akan meliputi pengontrolan hal-hal sebagai berikut :
- Dokumen proyek

[24]
- Proses pengadaan / pembelian bahan dan peralatan
- Inspeksi dan pengetesan
- Tindaklanjut dari penyelesaian ―Non Conformance Product‖ (produk yang
tidak sesuai spesifikasi) dan perbaikan kesalahan.
- Penyimpanan data.
- Pada hakekatnya tenaga pelaksana dari jaminan kualitas ini akan
menyusun suatu program yang menyeluruh terhadap seluruh aspek
kualitas seperti tersebut diatas dan akan menjaga agar proses tersebut
dapat dilaksanakan dengan sesempurna mungkin.
Terkait Tugas, Tanggung Jawab Konsultan Manajeman Konstruksi Cukup Jelas
apa yang ada di KAK dan konsultan akan melaksanakan apa yang menjadi
kewajiban dalam KAK.

4.11.3. Saran Terhadap Ruang Lingkup


Terhadap lingkup pekerjaan konsultan memberikan saran sebagai berikut :
a. Supervisi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek
dengan sistem Konsultan Manajeman Konstruksi mencakup pengelolaan
teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan-masukan dan atau
keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang
mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, pelaksanaan dan
penyerahan proyek.
b. Tim Konsultan Manajeman Konstruksi akan memberikan masukan dan atau
keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila
manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain.
c. Tim Konsultan Manajeman Konstruksi berfungsi sebagai koordinator
pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau
pengawasan, apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap
pelaksanaan dengan menekankan pemisahan kontrak-kontrak pelaksanaan
untuk kontraktor.
d. Hasil karya harus mengakomodasi batasan-batasan yang diberikan oleh
kegiatan dalam KAK dan Rencana Kerja & Syarat- syarat dengan
memperhatikan segi pembiayaan pekerjaan, waktu penyelasaian pekerjaan
dan mutu bangunan yang akan diwujudkan.
e. Hasil Karya harus memenuhi peraturan, standar dan pedoman teknis
bangunan gedung pada umumnya
f. Terkait tugas, tanggung Jawab Konsultan Manajeman Konstruksi sebaiknya
di buat pakta integritas.
g. Dibuat Standart Operasional Prosedur Pelaksanaan kegiatan, Format
Pelaporan, Ceck List, Format Kendali Pencairan dll serta Struktur
Organisasi dan Rencana Kerja Rinci

4.12. KELUARAN

4.12.1. Pemahaman Terhadap Keluaran

[25]
Konsultan Paham sepenuhnya Keluaran yang dihasilkan dari Pendampingan Konstruksi
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) adalah:
a. Indikator Keluaran Koordinasi, pengendalian dan pengawasan terhadap
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul
Hebat (AMANAH), yang dilaksanakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi yang menyangkut kuantitas, kualitas, biaya
dan waktu serta kelengkapan dan kelancaran administrasi ketepatan pekerjaan
yang efisien, sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya yang
sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan, serta dapat diterima dengan baik oleh
Pengguna Jasa.

b. Keluaran Kegiatan Keluaran yang dihasilkan berupa:


1) Program kerja, alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan Manajemen Konstruksi.
2) Laporan Pendahuluan, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Laporan Akhir,
Laporan Program Mutu, Laporan RKK Manajemen Penyelenggaraan
Konstruksi, dan Executive Summary

4.12.2. Tanggapan Terhadap Keluaran


Terhadap keluaran yang dihasilkan konsultan memberikan tanggapan antara lain :
- Cukup Jelas Konsultan Manajeman Konstruksi akan memenuhi yang menjadi output /
keluaran dari Jasa Konsultan Manajeman Konstruksi sesuai dengan Kerangka
Acuang Kegiatan ini (KAK) termasuk back up quality, back up quantity serta
mengevaluasi pelaksanaan SMK3 mulai dari rencana, pelaksanaan dan
pelaporannya, terkait hal ini konsultan PT. Ciriajasa EC - POLA TEKNIK
KONSULTAN membuat usulan teknis dari Metodologi, Apresiasi dan Inovasi,
Program Kerja/rencana kerja konsultan, personil, peralatan dan fasilitas pendukung
kegiatan.
- Dalam KAK sudah disampaikan isi subtansi laporan sebagai produk keluaran kegiatan
MK namun belum ada guide line / format pelaporannya
- Pemenuhan output tidak terbatas pada yang tertuang dalam KAK, konsultan akan
memenuhi sepanjang bagian dari proses pelaksanaan kegiatan
- Konsultan Manajemen Konstruksi diminta menghasilkan keluaran yang lengkap
sesuai kebutuhan pekerjaan konstruksi. Kelancaran pekerjaan konstruksi yang
berhubungan dengan Manajemen Konstruksi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Konsultan Manajemen Konstruksi adalah :
a) Keluaran Kualitatif
1) Terawasinya pelaksanaan pembangunan Rumah Susun secara Terintegrasi
Rancang Bangun yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dari segi kualitas,
kuantitas, biaya dan laju pencapaian prestasi pekerjaan sesuai jadwal
pelaksanaan konstruksi sebagaimana tertera di dalam kontrak;
2) Diterimanya laporan mengenai kemajuan progres pelaksanaan pekerjaan,
informasi tentang terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
oleh penyedia jasa konstruksi yang sudah diperbaiki maupun yang belum
diperbaiki, informasi hal-hal yang terjadi di lokasi pekerjaan konstruksi,
termasuk kendala yang terjadi di lapangan berikut rekomendasi yang
diusulkan sebagai alternatif pemecahan masalah;

[26]
3) Terusulkannya rencana perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian pekerjaan di lapangan sehingga dapat terpecahkan persoalan-
persoalan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan Rumah
Susun secara Terintegrasi Rancang Bangun;
4) Terselenggaranya rapat-rapat koordinasi teknis di lapangan secara berkala
(mingguan) dan insidentil sesuai kebutuhan;
5) Terperiksa dan tertandatangani Berita Acara Bobot pekerjaan yang diajukan
oleh penyedia jasa konstruksi sesuai prestasi pekerjaan yang telah dicapai di
lapangan;
6) Keluaran Kuantitatif

b) Tahap Persiapan
1) Program dan rencana kerja, Standar Prosedur Pengawasan Pelaksanaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun, Jadwal pelaksanaan pekerjaan,
alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan Manajemen Konstruksi (Intergrated
Site Supervision) yang tersampaikan kedalam Program Mutu;
2) Tahap Reviu Perencanaan DED
3) Laporan reviu perencanaan DED sesuai dokumen penawaran penyedia jasa
konstruksi terintegrasi rancang bangun;
4) Gambar For Construction, RAB For Construction; Jadwal pelaksanaan
pekerjaan, RMPK penyedia jasa terintegrasi rancang bangun, SMKK;

c) Tahap Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi


1) Buku Harian Lapangan (BHL) yang memuat semua kejadian, perintah atau
petunjuk penting dari Konsultan Manajemen Konstruksi, yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, konsekuensi keuangan,
keterlambatan penyelesaian dan tidak terpenuhinya syarat teknis;
2) Laporan mingguan dan bulanan dari resume kemajuan pekerjaan, tenaga dan
hari kerja;
3) Berita acara kemajuan pekerjaan, laporan atau berita acara rapat koordinasi
di lapangan;
4) Surat instruksi pelaksanaan pekerjaan di lapangan;
5) Hasil reviu pada tahap Pelaksanaan Konstruksi terkait dengan tahapan
pekerjaan;
6) Hasil reviu dan rekomendasi terhadap Program Kerja yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi dan kesesuaiannya dengan jadwal
yang telah ditetapkan;
7) Hasil reviu dan rekomendasi pelaksanaan konstruksi terkait bangunan dan
kelengkapannya yang sesuai dengan dokumen teknis pelaksanaan
konstruksi;
8) Hasil reviu dan rekomendasi rancangan terkait aspek-aspek Perancangan
Bangunan Gedung Hijau dan Rencana capaian pada Metode Pelaksanaan
Konstruksi Hijau.
9) Gambar shop drawing;
- Berita acara, terdiri dari:
- Persetujuan gambar for construction dan shop drawing;

[27]
- Persetujuan material;
- Persetujuan peralatan;
- Persetujuan awal pekerjaan;
- Persetujuan hasil uji material
- Persetujuan kemajuan pekerjaan;
- Persetujuan perubahan pekerjaan;
- Persetujuan hasil testing & commissioning;
- Serah terima pertama (PHO);
- Konsep manual pemeliharaan dan perawatan perlengkapan dan
peralatan bangunan gedung;
- Konsep manual pengoperasian perlengkapan dan peralatan
bangunan gedung;
- Konsep manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung;
- Konsep manual pengoperasian bangunan gedung;dan
- Serah terima kedua (FHO);
10) Laporan terdiri dari :
- Laporan harian, mingguan dan bulanan;
- Jumlah tenaga kerja;
- Jumlah peralatan;
- Jumlah material;
- Kondisi cuaca;
- Pelaksanaan pekerjaan;
- Persetujuan, instruksi, dan/atau penghentian pekerjaan;
- Kendala dan tindak lanjut pekerjaan;
- Kondisi kahar (force majeur);
- Kurva S (pada laporan bulanan);dan
- Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.
- Laporan kehilangan waktu pekerjaan akibat cuaca dan kendala lain;
- Laporan kemajuan pekerjaan;
- Laporan perubahan pekerjaan;
- Laporan hasil uji material; dan
- Laporan testing & commissioning.
- Laporan cacat mutu tersembunyi dan laporan masa pemeliharaan
sesuai Surat Edaran DJP Nomor 12 Tahun 2022
11) Risalah rapat proyek

4.12.3. Saran Terhadap Keluaran


Konsultan Manajeman Konstruksi bertanggung jawab secara professional atas jasa
yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode etik, tata laku profesi yang berlaku.
Secara umum tanggung jawab Konsultan adalah menjaga agar proyek memiliki
kinerja sebagai berikut :
- Untuk dibuat format, Guide line, SOP pelaporannya
- Dibuat jadwal rencana pelaporan dan mekanisme alur pelaporannya

[28]
4.13. LAPORAN

4.13.1. Pemahaman Terhadap Laporan


Konsultan paham sepenuhnya yang menjadi kewajiban laporan konsultan
manajeman konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) antara lain :
a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi antara lain latar belakang kegiatan, kondisi eksisting, ruang
lingkup, pendekatan, metodologi dan strategi pelaksanaan pekerjaan,
organisasi pelaksana, serta rencana dan jadwal kegiatan. Laporan diserahkan
1 (satu) bulan sejak diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

b. Laporan Mingguan
Laporan ini berisi antara lain kemajuan pelaksanaan pekerjaan, Absensi harian
Konsultan Manajemen Konstruksi yang diisi saat berada di lapangan dan
diserahkan kepada Direksi Teknis setiap Minggu hari pertama. Berita Acara
Rapat Mingguan yang disetujui pihak Pelaksana, temuan permasalahan,
rencana kerja, Laporan Progres Fisik Mingguan sesuai klausul Batasan
Kegiatan dan lain-lain terkait aspek teknis dan Manajemen Konstruksi masing-
masing pelaksanaan pembangunan infrastruktur fisik untuk pekerjaan
Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dalam hal pengawasan sarana dan prasarana.
Laporan diserahkan setiap 1 (satu) minggu sejak dimulainya pelaksanaan
pekerjaan fisik.

c. Laporan Bulanan
Laporan ini berisi antara lain kemajuan pelaksanaan pekerjaan, Berita Acara
Rapat Bulanan yang disetujui pihak Pelaksana, analisis permasalahan,
rencana kerja, rekap Laporan Progres Fisik Mingguan sesuai klausul Batasan
Kegiatan dan lain-lain terkait aspek teknis dan masing- masing pelaksanaan
pekerjaan pembangunan infrastruktur fisik. Laporan diserahkan setiap 1 (satu)
bulan dimulai sejak minggu pertama bulan kedua pelaksanaan pekerjaan.

d. Laporan Akhir
Laporan ini berisi kemajuan pelaksanaan pekerjaan terakhir, analisis dan
pembahasan seluruh rangkaian dan aspek pekerjaan Konsultan Manajemen
Konstruksi, serta laporan K3 selama berlangsungnya kegiatan.

e. Laporan Program Mutu


Laporan ini paling sedikit memuat: informasi kerja, organisasi kerja yang
menggambarkan hubungan Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa, jadwal

[29]
pelaksanaan pekerjaan termasuk jadwal peralatan serta penugasan personel
inti dan personel pendukung, metode pelaksanaan kerja, pengendalian
pekerjaan terkait kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan metode kerja, dan
laporan pekerjaan. Laporan program mutu dipaparkan dan di serahkan pada
saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak.

f. Laporan RKK Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi


Rencana Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat RKK adalah
dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat elemen SMKK
yang meliputi: kepemimpinan dan partisipasi tenaga kerja dalam Keselamatan
Konstruksi, perencanaan Keselamatan Konstruksi, dukungan Keselamatan
Konstruksi, operasi Keselamatan Konstruksi, dan evaluasi kinerja penerapan
SMKK. Laporan RKK Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi diserahkan
pada saat akhir pekerjaan.

g. Executive Summary
Berisi summary kegiatan konsultan MK disertai dokumentasi kegaiatan dari
0%, 25%, 50%, 75%, 100%

h. SSD 1 Tera
Perangkat penyimpan data yang beriisi semua Soft Copy Laporan dari awal
proyek sampai akhir
4.13.2. Tanggapan Terhadap Laporan
- Dalam KAK sudah disampaikan mengenai kewajiban laporan yang harus dibuat
namun belum secara detail
- Belum di buat jadwal pelaporan dan mekanisme alur pelaporannya

4.13.3. Saran Terhadap Laporan


- Untuk dibuat format, Guide line, SOP pelaporannya
- Dibuat jadwal rencana pelaporan dan mekanisme alur pelaporannya

4.14. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN DAN JADWAL


PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.14.1. Pemahaman Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan


Pekerjaan
KAK sudah cukup jelas menyampaikan Jangka Waktu Pelaksanaan dan Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan antara lain :
a. Lama waktu pelaksanaan pekerjaan 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
atau 6 (enam) bulan dengan masa pemeliharaan selama 180 (seratus delapan
puluh) hari
b. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan cukup jelas selama 6 bulan dan konsultan MK

[30]
akan membuat jadwal rinci sebagaimana disampaikan dalam BAB V Usulan Teknis
Manajeman Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) .
4.14.2. Tanggapan dan Saran Jangka Waktu Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan
Dari KAK disampaikan pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan selama 6 bulan artinya
waktu tersebut untuk persiapan, pengawasan pelaksanaan konstruksi, pelaporan sampai
sengan serah terima tahap 1 (PHO) dan serah terima tahap ke-2 (FHO) beberapa hal
harus dilakukan antara lain :
1. Untuk dibuat program kerja rinci dan rencana kerja
2. Penyedia jasa menyusun program kerja berupa:
a. Jadwal program kerja secara terperinci yang meliputi:
1) Jadwal/Rencana Waktu Kerja
2) Jadwal/Rencana Penggunaan Tenaga Ahli
3) Struktur/Badan Organisasi
4) Uraian Tugas, Wewenang dan tanggung Jawab
5) Jadwal/Rencana Waktu Kerja Tenaga Ahli, sebagai berikut:
- Jadwal/Rencana Penggunaan Tenaga Ahli tersebut harus
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas untuk dapat
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan KAK ini
- Jadwal/Rencana Pengadaan Material, dan
- Jadwal/Rencana Pengadaan Peralatan Berat.
- Jadwal/Rencana program kerja disajikan dalam format barchart
dan juga memperlihatkan lintasan kritis
b. Alokasi tenaga ahli yang lengkap (disiplin ilmu dan jumlahnya) material,
peralatan, dan tenaga yang diusulkan Penyedia Jasa Konsultan
Manajeman Konstruksi harus mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas/Pemilik Proyek atas rekomendasi Tim Teknis;
3. Uraian konsepsi Konsultan Manajeman Konstruksi (MK) atas pekerjaan
Pekerjaan Konstruksi proyek tersebut;
Setelah ketiga hal tersebut diatas mendapat persetujuan/kesepakatan dari Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), maka menjadi pedoman penugasan dalam pelaksanaan
Pekerjaan dalam melaksanakan tugasnya. Terkait hal ini konsultan telah menyampaikan
usulan tersebut dalam proposal teknis yang di tawarkan untuk Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) .

4.15. PERSONIL

4.15.1. Pemahaman Terhadap Personil,


Untuk melaksananakan tugasnya, penyedia harus menyediakan Tenaga Ahli, Sub
Profesional dan Tenaga Pendukung sebagaimana yang disampaikan dalam KAK terkait
hal tersebut PT. Ciriajasa EC - POLA TEKNIK KONSULTAN akan memenuhi sesuai
kebutuhan yang dibutuhkan sebagaimana disampaikan dalam penawaran teknis
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH)

[31]
4.15.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Personil
a) KAK sudah menjelaskan secara jelas mengenai kebutuhan beserta Tugas
dan tanggung jawabnya serta lama penugasannya namun belum perlu dibuat
schedule mobilisasi perso Tugas dan Tanggung Jawab serta jadwal mobilisasi
Personil dimasukan dalam usulan teknis BAB V
b) Dibuat struktur organisasi proyek dan struktur organisasi konsultan
c) Dibuat pakta integritas tim tenaga ahli beserta tenaga pendukung
d) Sebaiknya terkait penggunaan SKA untuk dilakukan Barcode / pengecekan
di LPJK/BNSP
4.16. ALIH PENGETAHUAN

4.16.1. Pemahaman Terhadap Alih Pengetahuan


Cukup Jelas dan Konsultan akan melaksanakan alih pengetahuan Jika diperlukan, untuk
menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada
personel satuan kerja PPK terkait dengan pengendalian pelaksanaan konstruksi, sebagai
berikut:
a. Gambar Kerja (Shop Drawing);
b. Izin Pekerjaan;
c. Penandatanganan Persetujuan Material;
d. Perubahan Lingkup Pekerjaan;
e. Perubahan Spesifikasi Teknis;
f. Perubahan Gambar; dan,
g. Perubahan Waktu Pelaksanaan.

4.16.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Alih Pengetahuan


alih pengetahuan wajib dilaksanakan terkait data teknis pekerjaan, prosedur dan
pemeliharaan hal ini penting sebagai bagian dari peningkatan kapasitas SDM dari tahap
persiapan sampai dengan tahap paska konstruksi.
Terhadap alih pengetahuan bisa dilakukan dengan Workshop, Coaching, Advisory teknis /
pe,berian masukan teknis, pelatihan dan penyusunan buku panduan operational dan
maintanance

4.17. PENUTUP

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari aspek penulisan dan substansi,
penulisan KAK telah dilakukan secara sistematik, sehingga sepenuhnya telah memenuhi
prinsip-prinsip penulisan KAK yang baik; yaitu sekurang-kurangnya memuat substansi :
1. Latar belakang keberadaan proyek, maksud dan tujuan, sasaran, dan lingkup
pekerjaan.
2. Keadaan dan permasalahan yang ada.
3. Pertimbangan dan kerangka pikir sebab-akibat yang terkait dengan tugas yang
akan dilaksanakan.
4. Kebutuhan tenaga ahli, kualifikasi serta waktu yang dibutuhkan bagi masing-

[32]
masing tenaga ahli
5. Kegiatan pelaporan yang diwajibkan.
6. Indikasi perkiraan biaya.
7. Petunjuk hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dengan terpenuhinya prinsip-prinsip tersebut serta penyajian materi yang lengkap dan
jelas, maka KAK kegiatan ini cukup sistematik, lengkap penulisannya dan mudahdipahami.
Agar pekerjaan dapat berhasil dengan baik diperlukan metodologi dan strategi
pelaksanaan pekerjaan yang terencana, praktis, efektif dan efisien dengan tetap
memenuhi kaidah akademis dan teoritis yang sahih. Pada Usulan Teknis ini disampaikan
pendekatan dan metodologi yang akan digunakan oleh Konsultan didalam melaksanakan
pekerjaan ini.

[33]
BAB V METODELOGI

Risiko pada proyek konstruksi merupakan kegiatan kegiatan atau faktor-faktor yang apabila
terjadi akan meningkatkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek sesuai dengan
biaya, waktu dan mutu. Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya.

Gambar 5.1 Project Risk Management Overview


Dalam hal ini, risiko akan terjadi apabila terjadi penyimbangan di luar rencana dari suatu
kejadian atau suatu keadaan tertentu. Pencegahan risiko adalah suatu tindakan terencana
dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemilik risiko agar bisa mengurangi dampak dari
suatu kejadian yang berpotensi atau telah merugikan atau membahayakan pemilik risiko
tersebut. Pencegahan risiko merupakan bagian dari strategi yang dilakukan perusahaan,
terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam menghadapi risiko seperti
penghindaran terhadap risiko melalui perencanaan yang matang, mentransfer risiko
dengan melakukan pembayaran sutau premi risiko, mitigasi risiko, dan strategi lainnya,
namun setiap perusahaan pada dasarnya memiliki strategi tersendiri dalam menghadapi
risiko. Oleh karena itu konsultan Manajemen konstruksi telah menganalisis proses
manajemen risiko yang akan terjadi untuk pelakukan pencegahan dalam proses
pelaksanaan nantinya.
Proses-proses dalam manajemen risiko terdiri dari :
a. Risk Management Planning ; menetapkan bagaimana pendekatan dan rencana
aktivitas pengelolaan risiko pada proyek.
b. Risk Identificatio ; menentukan risiko yang mana yang mempengaruhi proyek dan
mendokumentasikan karakteristik/sifat-sifatnya.
c. Qualitative Risk Analysis ; melakukan analisa kualitatif risiko dan kondisi/ syarat-
syarat untuk prioritas pengaruhnya terhadap kinerja proyek.
d. Quantitative Risk Analysis ; mengukur probabilitas dan konsekuensi risiko dan
estimasi implikasinya terhadap kinerja proyek.
e. Risk Response Planning ; mengembangkan prosedur dan teknik untuk mempertinggi
kesempatan dan mengurangi ancaman terhadap sasaran proyek.

[34]
f. Risk Monitoring and Control ; memonitor sisa risiko, identifikasi risiko yang baru,
melaksanakan rencana merespon risiko (risk respon plans), dan menghitung
efektifitasnya selama umur proyek.

Menetapkan Konteks
 Konteks strategi
 Konteks Organisasi
 Konteks Managemen Risiko
 Kriteria Pembangan
&Memutuskan
Struktur

Menangani Risiko
Identifikasi Risiko
 Identifikasi opsi penanganan
 Apa yang dapat terjadi
 Evaluasi opsi penanganan
 Bagaimana dapat
 Seleksi opsi penanganan
terjadi
 Rencana pelaksanaan

Analisis Risiko
Menerima / MenolakRisiko?
 Tentukan control existing
 Tentukan kemungkinan
 Tentukan konsekuensi
 Estimasi level risiko
Gambar 5.2. Project Risk Management Overview

[35]
5.2. ANALISIS DAN PEMECAHAN YANG DIUSULKAN

Suatu proyek konstruksi merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan


dan saling terkait satu sama lain sebagai sebuah proses yang kompleks dan berlangsung
dalam kurun waktu yang telah ditetapkan : 180 (seratus delapan puluh) hari kalender atau
6 (enam) bulan bulan.
Dalam pelaksanaan proyek Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) melibatkan berbagai unsur seperti sumber
daya manusia (tenaga kerja), peralatan, material dan biaya yang memiliki ketergantungan
satu dengan yang lain. Oleh karena itu dalam rangka memobilisasi seluruh unsur tersebut
secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran dan target proyek tepat waktu dengan
kualitas yang sesuai dengan rencana serta biaya yang lebih efisien, diperlukan sistem dan
metoda penanganan yang baik dan terpadu. Kunci dari keberhasilan penanganan proyek
(project management) adalah sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang dibutuhkan untuk mengelola proyek tersebut. Kegiatan dalam suatu
proyek merupakan proses berkesinambungan yang berlangsung sejak persiapan hingga
proyek tersebut dinyatakan selesai, dan melibatkan berbagai unsur, faktor dan kondisi yang
saling memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain.
Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan proyek dengan tercapainya asas efisiensi
dan efektifitas dalam pengertian tepat waktu, hemat biaya dan tepat sasaran, maka setiap
sumber daya (tenaga kerja, biaya, material dan peralatan) yang dipergunakan dalam
pelaksanaan proyek ini dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai faktor produksi secara
maksimal melalui tindakan manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengkoordinasian (coordinating), pengendalian (controlling) dan
pengevaluasian (evaluating). Secara umum metodologi langkah Manajemen Konstruksi
tersebut di atas dapat diuraikan pada tabel berikut ini:

[36]
Table 5.1. Metodologi Langkah Pengendalian Konstruksi

Langkah MK Sumber Daya & Waktu Engineering Sistem Informasi


Planning a. Menyiapkan construction a. Menyiapkan Meyiapkan SOP yang
planning construction mencakup:
- NWP, barchart, S-curve system & method: - Prosedur memulai
- Rencana tenaga kerja - Metode kegiatan proyek.
- Rencana material konstruksi - Prosedur monitoring dan
- Rencana peralatan - BIM pemeriksaan pekerjaan.
- Rencana instalasi - Sistem - Prosedur pembayaran
b. Menyiapkan organisasi pelaksanaan kepada kontraktor.
proyek. - Rencana layout - prosedur perubahan
c. Mengusulkan : b. Untuk efisiensi pekerjaan.
- Efisiensi biaya biaya proyek - Prosedur penyerahan
- Spesialisasi keahlian perlu dilakukan pekerjaan
- Project size optimasi proyek - Dll
- Span of control dengan Value
engineering
Organizing a. Mengorganisasi seluruh Melakukan penelitian a. Menyusun laporan-
kegiatan proyek yg dan pemeriksaan laporan kepada Pemilik
dilaksanakan oleh terhadap mutu Proyek.
berbagai unsur pelaksana setiap hasil b. Memproses informasi
proyek sesuai dengan pelaksanaan dan data agar dapat
rencana dan program pekerjaan. bermanfaat bagi fungsi
kerja yg ada. pengendalian dll.
b. Memberdayakan seluruh Quantity Control dan c. Mengatur arus informasi
organisasi proyek Quality Control agar berjalan dengan
berdasarkan mekanisme lancar.
kerja yg telah ditetapkan
Coordinating Menyelenggarakan rapat- Memberikan advisory a. Mengkomunikasikan
rapat koord. secara periodik dan pengarahan informasi kepada pihak-
yg melibatkan seluruh unsur kepada kontraktor pihak yg membutuhkan
proyek, maupun rapat-rapat agar senantiasa sehingga setiap
khusus. melaksanakan setiap keputusan dapat diambil
kegiatan proyek secara cepat dan tepat.
sesuai standar dan b. Memberi saran- saran
syarat – syarat kepada Pemilik Proyek.
teknis.
- Pembahasan RMK
dan MC0
- Rapat mingguan
- Rapat bulanan
- Rapat
pembahasan
teknis lainnya
Controlling a.Mengendalikan seluruh Memantau dan Mengendalikan seluruh
penyediaan dan mengawasi setiap aliran informasi agar
penggunaan sumber daya kegiatan proyek baik berjalan sesuai dengan tata

[37]
proyek. menyangkut mutu laksana yg telah diatur.
b.Mengendalikan seluruh bahan dan prosedur Menerapkan SOP K3L
kegiatan proyek agar pelaksanannya, agar
berjalan sesuai dengan seluruh kegiatan
jadwal dan target- target proyek dilaksanakan
yg ditetapkan. sesuai dengan
c.Melakukan evaluasi secara ketentuan-ketentuan
periodik terhadap teknis yg telah
pelaksanaan proyek diatur dalam
termasuk penyimpangan dokumen kontrak.
dan permasalahan yg
muncul disertai usulan/
saran tindakan yang tepat.

Metode pekerjaan yang dipergunakan dalam


layanan jasa Pengendalian Konstruksi
ditujukan untuk mengendalikan jalannya
pekerjaan, agar tercapai keseimbangan objektif
proyek dengan batasan resiko, waktu, biaya,
wewenang dan kualitas, sehingga tercapai
ekspektasi user daripada Proyek tersebut.
(customer satisfaction).

5.2.1. Pengendalian Schedule


Penyusunan Schedule proyek yang dapat dipertanggung-jawabkan dan
memudahkan pengendaliannya adalah Schedule proyek yang realistis.
Pengendalian Schedule proyek juga hanya dapat dilakukan dengan baik apabila
informasi rencana-rencana kegiatan tersediakan setiap saat/perioda dan tercatat
atau terorganisasikan secara rapih, dimulai dari adanya master Schedule proyek
sebagai baseline. Schedule harus dapat meliput seluruh jenis kegiatan proyek
antara lain:
• Project Preparation phase / Tahap Persiapan
• Design phase / Tahap Perancangan
• Tendering phase / Tahap Tender
• Demolition works / Tahap Pembongkaran
• Construction phase / Tahap Konstruksi
• Fitting out phase / Tahap Pengisian
• Commissioning – Handover – Migration phase / Pengujian – Serah Terima –
Pemindahan yang dibuat dalam beberapa jenjang al.:
• Project Master schedule

[38]
• Individual Contract schedule
• Weekly schedule

Demikian juga, pengendalian akan efektif apabila: dilakukan secara prioritas, mulai
dari Batasan-batasan milestone strategis, bagian-bagian paling krusial atau kritikal
selama penyelenggaraan proyek; koordinasi-koordinasi Schedule secara periodik;
dan responsif dalam menyikapi progres atau kendala yang terjadi. Bagian-bagian
kritikal serta kendala yang dapat segera diidentifikasi dalam pengendalian Schedule
diperkirakan antara lain:
• Milestone rencana pembukaan
• Long Lead items
• Pekerjaan-pekerjaan fabrikasi
• Pekerjaan finishing
• Perubahan-perubahan pekerjaan
• Cuaca
• Jalur kegiatan kritis yang ditemukan setelah menyusun sekuens pekerjaan
sesuai metoda pelaksanaan yang ditetapkan
Konsultan Supervisi dalam menyusun Master Schedule akan mengidentifikasi dan
mempelajari lebih lanjut bagian-bagian krusial/kendala tersebut untuk mendapat
prioritas perhatian dan mencarikan solusinya. Konsultan Supervisi akan
menggunakan perangkat lunak MS Project atau Primavera Project Planner sebagai
fasilitas planning, monitoring & control Schedule. Pengendalian Schedule akan
dimulai dari, atau masukan pertamanya adalah Schedule proyek, kemudian
diperiksa laporan-laporan kemajuan termasuk adanya permintaan perubahan-
perubahan rencana. Dari hasil pantauan akan dikeluarkan schedule updates berikut
rencana tindakan lainnya. Bagan atau format kontrol yang dipakai adalah Project
Schedule Tracker dan Aplikasi BIM 3D dan 4D.

5.2.2. Pengendalian Biaya


Performance biaya proyek akan lebih banyak ditentukan oleh kajian-kajian yang
dilakukan pada tahap strategi, perencanaan dan konsep disain proyek. Dengan kata
lain pengendalian biaya proyek sebenarnya lebih efektif dilakukan pada tahapan
awal ini. Dan outputnya akan ditentukan oleh usaha pengumpulan informasi proyek
sebanyak-banyaknya pada tahap awal tersebut. Bila perencanaan proyek berikut
biayanya tidak cukup matang maka pengendalian biaya bisa sia-sia, tidak efektif,
dan akan tetap memberikan deviasi besar biaya pada akhir proyek.
5.2.3. Pengendalian Komunikasi
Tersedianya sistem komunikasi yang simple namun efektif dan semua kegiatan
koordinasi pada dasarnya akan ikut menjamin terkendalikannya integrasi proyek.
Rencana komunikasi dan koordinasi berupa basic communication (bascom) akan

[39]
ditetapkan sejak awal setelah organisasi proyek ditetapkan. Rencana Koordinasi
akan meliputi:
1. Koordinasi antara berbagai disiplin ilmu, atau interphasing
2. Koordinasi pembagian kerja (responsibility chart)
3. Koordinasi dengan Pemberi Tugas dan Pihak-pihak lain yang terlibat langsung
dalam proyek, yaitu antara lain:
- dan Instansi Terkait
- Kontraktor
Dalam beberapa hal komunikasi akan dilakukan melalui media yang paling cepat /
handal (elektronik/e-mail), yang lainnya yang lebih formal adalah melalui surat
menyurat. Pertemuan-pertemuan bersama secara periodik akan merupakan media
komunikasi yang paling efektif. Rapat dilakukan setiap minggu atau 2 minggu sekali
sesuai kebutuhan yang disetujui Pemberi Tugas dengan membahas masalah-
masalah al: - Kontraktural - Perubahan Pekerjaan & keputusan-keputusan baru -
Progres pekerjaan - Teknis Enjiniring - Legal proyek - Rencana berikut/Tindak
lanjut/Langkah perbaikan - Dll.
Semua kegiatan komunikasi dan koordinasi akan tercatat dalam risalah-risalah
pertemuan untuk menjamin agar segala persoalan dapat diketahui latar-
belakangnya serta pertanggung-jawabannya.

5.2.4. Pengendalian Lingkup Pekerjaan


Yaitu rencana manajemen & pengendalian Lingkup Pekerjaan yang bagian-
bagiannya diturunkan dari kontrak dan sudah disusun membentuk WBS (work
breakdown structure) proyek utama, dengan definisi-definisi yang terukur yang
menjadi landasan atau baseline bagi pelaksanaan pekerjaan. Pada pelaksanaannya
kemudian hasil-hasil dari lingkup pekerjaan yang telah diselesaikan akan
diverifikasi, diinspeksi serta diterima atau tidak diterima melalui berita acara
pemeriksaan atau laporan-laporan. Untuk pengendaliannya, masukan yang
dipergunakan adalah WBS proyek dan baseline Lingkup Pekerjaan yang berasal
dari TOR dan dokumen-dokumen kontrak proyek, kemudian laporan kemajuan dan
permintaan perubahan pekerjaan. Hasil pengendalian berupa perubahan lingkup
pekerjaan. Proses perubahan akan mengikuti pedoman yang sebelumnya sudah
ditetapkan.

5.2.5. Strategi Percepatan Konstruksi


Strategi paling tepat dalam mengantisipasi keterlambatan proyek konstruksi adalah
dengan membuat Risk Management yang berdampak atas waktu pelaksanaan.
Bagian penting atas risk management tersebut adalah adanya risk response dan
tentu monitoringnya.

[40]
Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko yang
berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi. Risiko yang terjadi adalah
problem. Ini terjadi karena kurang memadainya risk management yang dibuat.
Strategi percepatan proyek identik dengan risk respons dalam risk management.
Hanya saja pada risiko yang telah terjadi. Strategi diterapkan berdasarkan prioritas
jika faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek jumlahnya cukup banyak.
Dengan melihat karakteristik khusus proyek konstruksi dan faktor yang
menyebabkan keterlambatan proyek, berdasarkan pengalaman diusulkan
rekomendasi strategi dalam melakukan percepatan proyek konstruksi, yaitu:
A. Manajerial
1. Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan
disepakati oleh Tim proyek (Direksi Lapangan, Konsultan Supervisi dan
Kontraktor).
2. Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana
kerja di proyek.
3. Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk
menjaga agar proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Rapat harian harus dihadiri oleh PPK yang mengambil keputusan atas suatu
masalah. Jangan pernah mengulur pengambilan keputusan pada rapat harian
saat proyek mengalami krisis. Rapat harian harus dihadiri oleh Tim proyek
terkait, Mandor, dan wakil subkontraktor.
4. Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada subkontraktor dan
Mandor. Hal ini agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih
dini
5. Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin sering akan
semakin baik. Dapat pula membuat simulasi-simulasi atas rencana-rencana
proyek agar didapatkan strategi yang paling efisien dan efektif.
6. Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar
attitude dan mental kerja lebih baik.
7. Menambah jam kerja dengan lembur jika terpaksa diperlukan.
8. Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan.
9. Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas yang tidak baik menyebabkan
pengulangan pekerjaan.
10.Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendamping untuk
hal-hal yang bersifat emergency.
11.Membantu mempercepat proses penagihan termijn bagi subkontraktor
12.Kontraktor aktif berkomunikasi dengan Direksi Lapangan dan Konsultan
Supervisi pekerjaan mengenai strategi percepatan proyek. Usahakan untuk
mendapatkan dukungan mereka.
13.Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone kepada tim

[41]
proyek, subkontraktor dan kepada pekerja.
14.Tim proyek harus fokus terhadap K3. Kecelakaan akan membuat loss time.
15.Cek silang. Teknik ini adalah dengan mendatangkan orang lain yang
memahami tentang proyek konstruksi ke proyek yang mengalami
keterlambatan. Adakalanya dikarenakan tekanan yang terus menerus, Tim
proyek menjadi kurang sensitif terhadap terjadinya masalah keterlambatan
proyek. Orang lain dapat personel manajemen atas atau tim proyek lain.
16.Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen
administrasi vendor/specialist. Sering kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh
masalah prosedur administrasi.

B. Scope atau Lingkup Pekerjaan


1. Membuat checklist daftar sisa pekerjaan (Update WBS) dimana tingkat detil
yang baik dan memadai. Daftar atau checklist ini akan sangat membantu dalam
proses-proses berikutnya.
2. Daftar sisa pekerjaan dengan melihat secara keseluruhan dokumen kontrak
yaitu gambar, BQ, dan spesifikasi.
3. Meminimalisir adanya perubahan lingkup dan pekerjaan tambah-kurang.
Perubahan lingkup akan membuat pekerjaan semakin kompleks dan sulit
dikelola. Perlu effort yang lebih besar dengan adanya perubahan lingkup.

C. Critical Path Method


1. Membuat schedule sisa pekerjaan dimana target selesainya pekerjaan dibuat
lebih maju untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga
2. Membuat CPM berdasarkan update WBS yang cukup detil dan schedule sisa
pelaksanaan agar dapat diidentifikasi item pekerjaan yang masuk dalam
kategori pekerjaan kritis. CPM adalah alat yang paling powerfull dalam
membantu percepatan pada saat situasi proyek kritis.
3. Memprioritaskan pekerjaan yang masuk dalam jalur pekerjaan kritis agar
pekerjaan kritis tersebut tidak delay dari yang direncanakan.
4. Mengurangi sebanyak mungkin jumlah pekerjaan kritis yang terdapat dalam
rangkaian jalur pekerjaan kritis (CPM). Contoh untuk teknik percepatan ini
adalah pekerjaan finishing lantai (keramik) dikerjakan tanpa menunggu
pekerjaan finishing plafond selesai.
5. Menyebarkan suatu rangkaian pekerjaan kritis menjadi beberapa jalur
pekerjaan kritis atau membuat jalur pekerjaan kritis yang semula berupa satu
rangkaian seri menjadi beberapa rangkaian yang tersusun paralel. Teknik ini
akan membuat total durasi akan semakin pendek. Biasanya dilakukan dengan
membagi suatu pekerjaan dalam zone yang lebih kecil yang berdiri sendiri
6. Menggabungkan dua atau lebih pekerjaan yang berada di jalur kritis menjadi

[42]
hanya 1 pekerjaan kritis. Misal dari teknik ini adalah dengan mengganti
bekisting pelat lantai dan tulangannya dengan material span deck.
7. Mengurangi durasi pekerjaan yang berada pada jalur kritis sehingga total durasi
pelaksanaan menjadi lebih singkat. Contoh dari teknik ini adalah dengan
menambah resources.
8. Mengurangi kuantitas pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis sehingga
kuantitas pekerjaan kritis menjadi lebih kecil. Contohnya adalah pada pekerjaan
plafond yang umumnya dapat dikerjakan setelah pekerjaan instalasi M/E
selesai. Padahal ruang atau area instalasi M/E hanya menggunakan sebagian
area finishing plafond. Untuk area yang tidak berada pada jalur M/E, plafond
tersebut dapat dikerjakan. Dapat juga dengan melaksanakan rangka pekerjaan
plafond bersamaan dengan pekerjaan instalasi M/E. Pada saat pekerjaan
instalasi M/E selesai, baru dilakukan penutupan plafond.
9. Menentukan target milestone pekerjaan. Hal ini untuk mengurangi kompleksitas
dalam pengendalian dan monitor waktu pelaksanaan proyek.
10.Sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana lahan telah siap. Harus
diingat bahwa jalur kritis dapat berpindah-pindah sesuai perkembangan di
lapangan. Suatu pekerjaan yang tidak kritis, bisa saja menjadi kritis karena
terlambat mulai dilaksanakan.
11.Memastikan pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis selesai sesuai target.
Melesetnya realisasi waktu pelaksanaan suatu pekerjaan juga dapat mengubah
jalur kritis. Pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan yang terlambat bisa
menjadi kritis.

D. Material dan Supplier


1. Pengiriman material menggunakan transportasi udara. Ekspedisi yang
menggunakan jalur laut sering terlambat karena faktor cuaca dan birokrasi. Ini
menjadi satu-satunya cara apabila terjadi larangan berlayar karena cuaca
sedang jelek
2. Aktif memonitor proses pengiriman dengan meminta bukti manifest pengiriman
material
3. Melakukan pengecekan langsung lokasi material yang akan dikirim ke proyek.
Ini untuk memastikan bahwa material dalam kondisi ready untuk dikirim.
4. Jumlah supplier untuk suatu jenis material diusahakan lebih dari satu.
5. Mengganti material import dengan material yang ready stock dengan spesifikasi
yang setara.
6. Mengganti material yang langka dengan material lain yang ready stock dengan
tetap memperhatikan kualitas pekerjaan. Contoh pada saat terjadi kelangkaan
semen, pekerjaan lantai kerja diganti dengan plastic sheet. Contoh lain adalah
mengganti semen biasa PC dengan semen tipe PCC.

[43]
E. Peralatan
1. Memastikan jumlah dan spesifikasi peralatan Jacking dan HDD yang
dibutuhkan tersedia sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
2. Memastikan alat dirawat sesuai prosedur
3. Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.
4. Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada elemen alat
yang bersifat aus
5. Menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan
6. Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar
7. Membuat sumber tenaga listrik cadangan. Kerusakan genset akan
menghentikan hampir seluruh pekerjaan.

F. Subkontraktor
1. Mengurangi lingkup pekerjaan subkontraktor yang bermasalah dan
menggantinya dengan subkontraktor yang terpercaya.
2. Mengambil alih pekerjaan subkontraktor yang berpotensi terlambat.
3. Jumlah subkontraktor pada suatu pekerjaan diusahakan lebih dari satu.
4. Meminta setiap subkontraktor agar menempatkan wakilnya yang dapat
memutuskan masalah.
5. Aktif komunikasi via surat untuk masalah—masalah yang krusial

G. Tenaga Kerja
1. Mengganti tenaga kerja yang kurang produktif dengan yang lebih produktif.
Durasi pekerjaan proyek konstruksi sangat tergantung pada produktifitas
tenaga kerja.
2. Menambah jam kerja atau lembur. Lembur yang efektif adalah sampai dengan
jam 24.00. Di atas jam tersebut biasanya produktifitas menurun.
3. Aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja. Waktu yang hilang atas
ketidakdisiplinan tenaga kerja berdampak cukup besar.
4. Memperhatikan kelayakan tempat tinggal pekerja. Tempat tinggal yang tidak
sehat, akan menyebabkan tingginya angka pekerjaan yang sakit. Hal tersebut
akan menambah loss time di proyek.
5. Aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan pelaksanaan dalam
event meeting atau safety talk
6. Memberikan training secara rutin kepada pekerjan agar keahlian pekerja
meningkat sehingga akhirnya produktifitasnya bertambah.
7. Menyediakan tempat istirahat pekerja pada lokasi yang sedekat mungkin
dengan lokasi pekerjaan
8. Meniadakan warung di dalam dan sekitar lokasi proyek. Adanya warung akan

[44]
membuat waktu istirahat pekerja lebih panjang.
9. Disarankan untuk mengkoordinir pengadaan makan pada saat istirahat pekerja.
Ini akan memangkas waktu hilang yang menurunkan produktifitas.
10.Tenaga kerja harus disebar pada area pekerjaan sedemikian masih tetap dapat
dimonitor dengan baik. Jangan menyebarkan pekerja pada area yang terlalu
luas sehingga menurunkan tingkat pengawasan

H. Design dan Metode Pelaksanaan


1. Aktif menemukan metode pelaksanaan baru yang lebih efisien dan efektif
daripada metode eksisting. Sebagai contoh apabila sangat terpaksa dan tidak
bisa dihindari, metode open cut pada Panjang dan jaliur tertentu dapat
menggantikan metode trenchless.
2. Aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada sehingga didapatkan
metode pelaksanaan yang paling efisien dan efektif.
3. Melakukan review design sedemikian design yang baru memberikan waktu
penyelesaian yang lebih singkat dengan tanpa mengabaikan kehandalan fungsi
design.
4. Membuat metode pelaksananaan sedemikian dapat meminimalisir dampak
cuaca buruk. Misalnya mempercepat pekerjaan struktur agar pekerjaan
finishing dapat segera dimulai. Contoh lain adalah menyediakan atap terpal
sehingga pekerjaan dapat terus dilaksanakan walaupun terjadi hujan.
5. Melakukan review design sehingga volume pekerjaan yang kritis berkurang

I. Kontrak
1. Melakukan negosiasi ulang kontrak apabila penyebab keterlambatan adalah
karena kontrak.
2. Mencatat secara harian dan mendokumentasikan hal-hal yang menjadi
penyebab keterlambatan serta menyampaikan dengan surat kepada PPK
dimana hal-hal tersebut secara kontraktual dapat menjadi dasar perpanjangan
waktu pelaksanaan proyek / addendum waktu.
3. Kalaupun ada pekerjaan tambah dan kurang, harus didasarkan pada upaya
melakukan percepatan. Usahakan pekerjaan tambah adalah pekerjaan yang
tidak berada di jalur kritis dan memiliki durasi pekerjaan yang singkat. Demikian
pula dengan pekerjaan kurang haruslah pekerjaan yang berada di jalur kritis
dan memiliki durasi yang panjang dimana aspek fungsi konstruksi masih dapat
dipertahankan.

J. Site
1. Mengevaluasi site dan penataan untuk Paket 1 dan Paket 2 terutama site yang
sudah ada bangunan eksisting

[45]
2. Perhatian pada alur proses pekerjaan dan material. Site harus dievaluasi agar
menghasilkan suatu design site yang menghasilkan alur proses yang efektif
atau jalur alur sependek mungkin
3. Mengidentifikasi adanya masalah pada site yang dapat menghalangi alur
proses dan material. Contoh adalah jalan kerja harus memadai.
4. Mengurangi genangan air akibat hujan. Genangan air berpotensial
menghambat laju pergerakan alur proses pelaksanaan dan material.
5. Lalu lintas, terutama untuk paket perpipaan yang berada pada lalu lintas yang
sangat padat perlu dibuat manajemen lalu lintas yang rinci, dan berkoordinasi
dengan Dishub serta kepolisian setempat.
6. Lokasi site harus diupayakan dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi ini akan
sangat membantu secara psikologis para pekerja yang bekerja di proyek.
7. Memastikan akses masuk proyek sedemikian arus keluar masuk material tidak
terhambat waktu

5.3. PENDEKATAN

Sesuai Data dan Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultan MK, kami akan berperan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan proyek pada tahap Pra Konstruksi sampai akhir masa
pemeliharaan. Untuk menghadapi tugas ini, PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK
KONSULTAN akan menerapkan suatu pendekatan berupa pengenalan proyek dan system
pengendalian kegiatan proyek yang selalu didasarkan pada kriteria waktu, mutu, biaya dan
K3L, yang akan diuraikan dalam penjelasan selanjutnya.
Pengendalian pelaksanaan Proyek ini akan kami lakukan dengan pendekatan
sebagaimana tergambar dalam diagram di bawah ini:

Gambar 5.2. Diagram Pendekatan

Rencana
Kondisi
Umum Lingkunga
Pembanguna n
Metoda Metoda
n Pembangunan
Konstruksi
Sasaran Strategi Pelaksanaa
/ n
Pencapaia
Target Manajeme
n Sasaran
n
Perencanaan Pengawasan
Test & Pengujian
Rapat & Koordinasi
Pelaporan

Feed
back Hasil Akhir
[46]
A. Pendekatan Umum:
1. Pemahaman yang mendalam dan tepat terhadap lingkup kegiatan.
2. Melaksanakan pekerjaan dengan efisien dan efektif.
3. Selalu berpedoman pada peraturan, kebijakan dan kriteria/standar yang
berlaku.
B. Pendekatan Koordinatif :
1. Selalu mengupayakan kerjasama yang baik antara Konsultan
Manajermen Konstruksi dengan Tim Kontraktor dan Pemberi Tugas,
melalui koordinasi yang baik.
2. Adanya garis instruksi dan garis koordinasi yang jelas diantara tenaga
ahli Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Memberikan gambaran yang jelas kepada setiap tenaga ahli mengenai
tanggung jawab,wewenang dan target hasil yang diharapkan.

C. Pendekatan Teknis :
Untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, maka perlu dibuat suatu
pendekatan teknis agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara sistematis dan
praktis, sehingga tercapai sasaran, efisien kerja, tenaga dan waktu. Setelah
rencana kerja tersusun tahap demi tahap
termasuk analisa personil serta peralatan, kemudian disusun jadwal
pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan personil, dan peralatan, kemudian
organisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kaitan-kaitan pekerjaan dan
personil yang dibutuhkan.
Pendekatan teknis pekerjaan ini adalah :
a. Pemahaman yang tepat dan baik terhadap Kerangka Acuan Kegiatan.
Kondisi tersebut akan berpengaruh kepada tahapan dan metode yang
akan digunakan dalammelaksanakan pekerjaan.
b. Mempelajari upaya-upaya yang akan dilakukan untuk penanganan
pekerjaan.
c. Mengenali dan memahami mekanisme kerja, struktur organisasi dan
pihak-pihak yang terlibat dalam Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
d. Mengenali dan memahami tahapan – tahapan pelaksanaan pekerjaan.
e. Melakukan pengawasan untuk memastikan kualitas dan kuantitas
pekerjaan sesuai dengan persyaratan teknis.

1. Tugas dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi


Bertugas melakukan koordinasi, pengendalian dan pengawasan terhadap pekerjaan
mulai dari tahap pra konstruksi (persiapan, review design, konstruksi fisik sampai
tahap pemeliharaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana agar tidak

[47]
menyimpang dari rencana awal yang telah ditetapkan pada dokumen kontrak.
Konsultan Manajemen Konstruksi selalu memantau / memonitor dan mengontrol
pelaksanaan konstruksi oleh Kontraktor di lapangan. Namun dalam tugasnya,
Konsultan Manajemen Konstruksi akan memberi saran kepada Owner untuk
memerintahkan pemeriksaan khusus atas bagian pekerjaan tertentu. Konsultan
Manajemen Konstruksi akan memberikan laporan harian/mingguan/bulanan pekerjaan
teknis maupun administratif. Laporan juga ditandatangani oleh Kontraktor dan
diserahkan kepada Owner. Konsultan Manajemen Konstruksi dapat meminta kepada
Owner untuk menyetujui, menolak atau mengusulkan perubahan pekerjaan, force
majeur, permohonan perubahan kontrak, pekerjaan tambah/kurang, gambar
pelaksanaan, dan memberikan keputusan yang bijaksana dalam mempertimbangkan
usul-usul Kontraktor Pelaksana.
Risk Analysis pada dasarnya merupakan tinjauan analisa resiko secara menyeluruh
terhadap suatu sistem baik dari tahap perencanaan dan tahap konstruksi. Resiko
dapat timbul pada proyek Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) ini, karena masalah dalam desain dan konstruksi oleh
karena itu perlu ketelitian dan perhatian khusus. Selain itu ada faktor-faktor resiko lain
seperti kebijakan manajemen (Pengguna Jasa), kebijakan pemerintah/politik, harga
pasar, permasalahan lingkungan, dan lainnya. Nilai atau besarnya resiko tidak dapat
ditentukan secara tepat sebab peluang kegagalan dan dampaknya masih memiliki
ketidakpastian. Hubungan antara resiko dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan
untuk melakukan perubahan pada berbagai tahapan proyek digambarkan dalam grafik
berikut:

Gambar 5.4. Hubungan antara Resiko dan Biaya yang dikeluarkan

[48]
5.4. METODELOGI

Metoda-metoda yang dipergunakan dalam layanan jasa Konsultan Manajemen Konstruksi


ditujukan untuk pengendalian jalannya suatu proyek, agar tercapai efisiensi waktu dan
efektifitas biaya sesuai hasil/mutu yang dikehendaki pihak pemberi tugas. Ditinjau dari
obyeknya, pengendalian proyek dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yaitu:

A. Pengendalian Biaya
Untuk menghindari terjadinya pembengkakan biaya, Konsultan Manajeman Konstruksi
melakukan tugas sebagai berikut:
1) Mengadakan evaluasi terhadap estimasi biaya, alokasi dan Cash Flow untuk
semua kegiatan proyek, serta memberikan rekomendasi berupa koreksi-koreksi
sehubungan program pencapaian sasaran secara efisien.
2) Menekan seminimal mungkin penyimpangan-penyimpangan pekerjaan, terutama
yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas bahan dan kegiatan
konstruksi.
3) Menekan waktu pelaksanaan atau minimal sesuai dengan rencana semula.

B. Pengendalian Mutu
Pengendalian kualitas/ mutu didasarkan atas ketentuan-ketentuan yang telah
dinyatakan dalam Dokumen Kontrak (Design and Technical Specification) maupun
terhadap peraturan- peraturan dan standard yang berlaku termasuk di dalamnya
terdapat TKDN. Pengendalian mutu dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas dan kuantitas
bahan bangunan (termasuk TKDN) serta pelaksanaannya.
2) Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian yangterjadi pada pekerjaan pelaksanaan konstruksi.
3) Memberikan koreksi-koreksi teknis.
4) Merekomendasikan gambar-gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built
drawing).
Terdapat 2 (dua) masalah pokok dalam pengendalian kualitas ini yaitu:
1) Yang berhubungan dengan penyiapan dan pengkajian perangkat lunak jaminan
kualitas yang disebut sebagai program pengendalian kualitas yang dibuat secara
khusus per proyek.
2) Yang berhubungan dengan upaya pengendalian langsung terhadap fisik proyek.
Untuk masalah 1 dilakukan oleh kelompok kerja/bagian kontrol Kualitas, Kesehatan
kerja, Keselamatan kerja dan Lingkungan (K3L); sedangkan untuk masalah 2
dilakukan oleh kelompok kerja koordinasi dan supervisi lapangan (untuk fisik proyek).
Secara singkatnya program jaminan kualitas berhubungan dengan pengendalian
proses, sedangkan tindakan pengendalian kualitas berhubungan dengan pengendalian

[49]
hasil/produk. Program jaminan dan tindakan pengendalian kualitas ini akan meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Dokumen berhubungan dengan pengendalian:
- Pendistribusian dokumen dengan cepat dan tepat kepada pihak yang
berkepentingan termasuk pengendalian mengenai berbagai macam
dokumen baik asli maupun revisinya sehingga dapat tercegah penggunaan
dokumen yang salah.
- Pengidentifikasian seluruh status dokumen termasuk status revisi, distribusi
dan kondisi dari dokumen tersebut,
- Penyimpanan (filling system) seluruh dokumen pengendali kualitas seperti
dokumenperencanaan, testing, manufacturing, instalasi, konstruksi, inspeksi,
prosedur, manual, gambar dan dokumen petunjuk jaminan kualitas.
2. Pengendalian Pengadaan Bahan dan Peralatan
Permasalah pengendalian kualitas yang perlu ditangani meliputi hal-hal
sebagaiberikut:
- Gambar-gambar, spesifikasi teknik dan persyaratan perencanaan yang
berlaku,
- Peraturan, standard dan ― codes‖ yang belaku sesuai program jaminan
kualitas yangharus dipenuhi oleh pemasok,
- Data/catatan yang perlu dibuat, dan dikendalikan oleh pemasok,
- Persyaratan proses khusus termasuk TKDN,
- Persyaratan test & inspeksi, termasuk kriteria penerimaan barang,
- Persyaratan identifikasi barang dan peralatan,
- Persyaratan pengangkutan, pengemasan dan pengiriman barang.

3. Pengendalian Pengetesan & Pengawas (inspeksi)


Berikut ini beberapa aspek yang perlu dilakukan di dalam rangka pengendalian
pengetesan dan inspeksi:
- Program dan prosedur untuk test & inspeksi tersedia dan tersusun dengan
baik,
- Adanya personil untuk tugas tersebut yang berkualifikasi & berpengalaman
cukup,
- Identifikasi dari seluruh aktivitas dan karakteristik yang akan diinspeksi,
- Penyusunan standard penerimaan dan kriteria penolakan,
- Uraian yang terinci mengenai metoda inspeksi atau test yang akan
dilakukan,
- Dokumentasi dari penyelesaian pengetesan/inspeksi dan sertifikatnya,
- Persyaratan mengenai kondisi peralatan ukur, dan persyaratan
lingkungan yang khusus (kalibrasi alat, macam-macam alat, kondisi
temperatu/tekanan udara, dsb).

[50]
- Pelaksanaan tindak lanjut atas keputusan mengenai modifikasi, perbaikan
dan penggantian item barang/komponen sesuai dengan hasil inspeksi dan
pengetesan.

4. Tindak lanjut penyelesaian atas produk ― Non Conformance‖ (ketidaksesuaian


denganspesifikasi) yaitu berupa pelaksanaan pekerjaan.
- Pencatatan dan identifikasi produk-poduk berupa bahan, komponen atau
pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, gambar dan dokumen lain
yang telah disepakati/ditetapkan,
- Verifikasi penerimaan dari bahan/komponen, bangunan atau pekerjaan yang
diperbaiki dengan cara inspeksi dan test ulang,
- Analisis dari laporan hasil ― Non Conformance‖ (ketidaksesuaian dengan
spesifikasi)untuk mengendalikan kecenderungan kualitas kerja,
- Evaluasi dari hasil ― Non Conformance‖ (Ketidaksesuai dengan spesifikasi)
untuk menentukan tindak lanjut korektif yang diperlukan.
- Verifikasi atas implementasi tindak lanjut perbaikan.

5. Pengendalian penyimpanan data yang perlu diperhatikan dalam masalah ini


ialah:
- Penyusunan dan pengawasanan seluruh data atau ― Records‖ yang
dihasilkan dari seluruh aktivitas pengendalian kualitas.
- Penyiapan bukti-bukti dokumentasi dari aktivitas dan proses pengendalian
kualitas,
- Penyimpanan data atau ―Records‖, termasuk hasil-hasil review, inspeksi,
test, analisis, prosedur kalibrasi dan hasilnya, laporan tindakan perbaikan
dan sebagainya.

C. Pengendalian Waktu
Dalam melaksanakan pengendalian waktu, Konsultan Manajemen
Konstruksi pada langkah awalnya menetapkan tujuan dan sasaran berupa
―Milestone― proyek. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut Konsultan
Manajemen Konstruksi merumuskan program pencapaian sasaran fisik proyek yang
terdiri dari jadwal Induk (Master Schedule) dalam bentuk Diagram Panah (Network
Planning) dan Diagram Balok (Bar Chart), program penyediaan dan penggunaan
tenaga kerja, program penyediaan serta penggunaan peralatan dan perlengkapan.
Berdasarkan jadwal induk tersebut masing-masing Kontraktor akan
membuat jadwal pelaksanaan konstruksi yang realistik, lengkap dengan aspek
biaya dalam bentuk bobot setiap pekerjaan, dana dengan memperhitungkan faktor
tenaga kerja dan peralatan yang akan dilibatkan.
Konsultan Manajemen Konstruksi mengevaluasi jadwal pelaksanaan dari

[51]
Kontraktor tersebut untuk disetujui, jadwal inilah yang akan dipergunakan untuk
mengendalikan pelaksanaan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
masing-masing Kontraktor.
Jadwal pelaksanaan konstruksi akan dievaluasi dan diperbarui (up-date)
secara periodik (mingguan atau bulanan) sesuai dengan kondisi lapangan
terbaru. Pembaruan (up- dating) ini dilakukan dalam rangka penyesuaian terhadap
program pencapaian sasaran, sehubungan dengan adanya perubahan-perubahan
urutan pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan setiap kegiatan atau perubahan lain
yang mungkin terjadi, sehingga perubahan- perubahan tersebut tidak akan
mengakibatkan pengunduran waktu penyelesaian seluruh pekerjaan konstruksi.

[52]
Gambar 5.5. Diagram Pengendalian Proyek MK

D. Pengendalian Kuantitas
Dalam hal pengendalian kuantitas konsultan akan melakukan pengendalian terkait
volume / quantity masing-masing item pekerjaan sesuai dengan kontrak pekerjaan

[53]
fisik kontraktor dan realisasi pekerjaan di lapangan dengan menggunakan back up
quantity yang dilaporkan secara periodic sesuai tahapan pelaksanaan pekerjaan
melalui laporan mingguan, bulanan dan laporan akhir.

E. Pengendalian Administrasi Proyek & Pelaporan


Konsultan akan merancang, memperlakukan serta mengendalikan pelaksanaan
keseluruhan sistem administrasi proyek yang diawasinya yaitu mencakup antara
lain surat, risalah, laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa,
kontrak dan adendum dan lain- lain yang dianggap perlu serta Melaporkan capaian
kemajuan pelaksanaan pekerjaan dari persiapan, pelaksanaan (continue/ berkala),
termasuk permasalahan, tindak anjut dan rencana kerja kepada owner sebagai
bagian dari pengendalian pekerjaan.

F. Pengendalian SMK3L
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (SMK3L)
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta
mengintegrasikannya dengan sistem standar nasional maupun standar internasional
terkait dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Secara garis
besar, SMK3L Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH)disusun dengan tujuan untuk:
a. Memberi perlindungan kepada sivitas akademika, tenaga kependidikan,
dan pemangku kepentingan Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dari potensi
bahaya dan risiko yang akan ditimbulkan dari kegiatan kerja
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, bersih, dan sehat sesuai
konsep 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin) yang dapat menunjang
produktivitas kerja
d. Memberi perlindungan terhadap lingkungan, flora, dan fauna yang berada
di lingkungan kerja.
Sasaran SMK3L ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Sasaran SMK3L ini
disesuaikan dengan persyaratan perundang-undangan, hasil identifikasi bahaya,
dan kebijakan K3L termasuk komitmen perbaikan berkelanjutan. Sasaran SMK3L
yang ditetapkan yaitu:
a. Pemenuhan persyaratan K3L
b. Peningkatan budaya K3L oleh seluruh pekerja yang berada dilokasi
pekerjaan
c. Peningkatan kompetensi SDM pelaksana SMK3L

[54]
d. Pencapaian angka kecelakaan yang serendah-rendahnya
e. Pencapaian angka penyakit akibat kerja yang serendah-rendahnya
f. Pemenuhan persyaratan sarana dan prasarana yang sesuai dengan
standar K3L, sanitasidan higiene
g. Pengurangan limbah yang dihasilkan melalui aktivitas akademik dan non
akademik
h. Penataan lingkungan kerja dalam gedung (suhu ruangan, pencahayaan,
dan ventilasi)
i. Pengurangan bahaya dari lingkungan, flora, dan fauna

Gambar 5.6. Hierarki Pengendalian SMK3L

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi


para pekerja dari segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Perlindungan
tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja
dengan aman dan nyaman pekerjaannya, sebagaimana dijelaskan dalam
diagram berikut :

[55]
Gambar 5.7. Bagan Alur Pelaksanaan SMK3L

Target K3L sendiri adalah ‗zero accident‗ selama pelakasanaan di lapangan


sehinggaperlunya penyusunan:
1) Safety Plan
Identifikasi bahaya kerja, dan penanggulangannya, rencana penempatan alat-
alat pengamanan seperti pagar pengaman, jarring pada tangga dan tepi
bangunan, railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan alat-alat
kebakaran(tabung pemadam api), dan lain-lain.
2) Security Plan

[56]
Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, identifikasi
daerah rawan di wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek.
3) House Keeping
lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat sementara penimbunan
material bekas, pengaturan kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan
lain-lain.

G. Pengendalian Evaluasi Rencana dan Rekayasa Teknis


Mereview dan menyetujui dokumen teknis rencana pelaksanaan pekerjaan
konstruksi yang terdiri dari: gambar kerja, metode kerja, usulan perubahan
pekerjaan, Value Engineering.

5.5. SYSTEM DAN MEKANISME KERJA

Untuk menjamin tercapainya efektifitas dan efisiensi kerja Konsultan Manajemen


Konstruksi sehingga setiap sasaran dan tujuan yang telah digariskan dapat tercapai, maka
perlu disusun suatu system dan mekanisme kerja yang menggambarkan hubungan
Operasional antara Pemberi tugas, Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan
Perencana dan Kontraktor . Sistem dan mekanisme kerja yang disiapkan tersebut meliputi:
5.5.1. Prosedur Operasional Standard
Prosedur Operasional Standard (POS) ini dirancang untuk menunjang
pengelolaan proyek mulai dari tahap pra konstruksi sampai dengan masa
pemeliharaan.
Prosedur Operasi Standard tersebut akan menggambarkan proses kerja yang
perlu dilaksanakan pada setiap tahapan proyek, dan pihak-pihak yang
bertanggungjawab dan terlibat didalam setiap proses kerja tersebut. Untuk
kelancaran jalannya prosedur pelaksanaan kami menyiapkan format-format
standar, dibuat secara praktis dengan dasar Software Komputer. Sebagaimana
terlampir dalam proposal ini.

5.5.2. Rapat Koordinasi


Rapat Koordinasi dilakukan secara periodik dan pada waktu-waktu tertentu
bilamana perlu dalam rangka mengidentifikasi, menginventarisasi, dan
memecahkan setiap permasalahan proyek. Ditinjau dari obyek permasalahan,
rapat koordinasi dapat dibedakan menjadi dua jenisrapat, yakni:
1) Rapat manajemen (terkait dengan pelaksanaan fisik dan administrasi)
2) Rapat teknis (terkait dengan perencanaan dan masalah teknis)
Setiap rapat koordinasi tersebut Konsultan Manajemen Konstruksi
membuat risalah rapat, daftar hadir peserta rapat dan dokumentasi sebagai
pegangan kerja bagi semua pihak yang terlibat.
Rapat koordinasi dilakukan secara periodik setiap minggu.

[57]
5.5.3. Laporan
Laporan pelaksanaan disampaikan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
kepada, Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) setelah mendapat verifikasi dari Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi.
Laporan berisi informasi kemajuan pekerjaan sebagaimana yang ditetapkan di
dalam rencana pelaksanaan pekerjaan beserta uraian kendala dan masalah
yang dihadapi Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi selama pelaksanaan
pekerjaan. Laporan terdiri dari:
a. Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Rencana Mutu Kontrak (RMK) merupakan dokumen sistem manajemen
mutu (SMM) yang disusun oleh Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak
pekerjaan dalam rangka menjamin mutu sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam pekerjaan. Penyedia jasa berkewajiban untuk menyerahkan Dokumen
pada rapat persiapan kontrak sebanyak 5 (lima) eksemplar.

b. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat: kegiatan penyiapan lahan kerja, pengukuran dan
pengumpulan data, penyusunan RMK, penyusunan Standar Operasional
Prosedur (SOP), penyusunan format Instruksi Kerja (IK), pendekatan, metodologi
serta rencana kerja dan laporan mitigasi resiko. Laporan harus diserahkan
selambat-lambatnya: 14 hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak lima
buku laporan;
Laporan pendahuluan meliputi:
1) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
2) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
3) Jadwal kegiatan penyedia jasa; dan
4) Review teknis proposal desain/desain awal, jadwal pelaksanaan,
serta mobilisasi pekerja dan peralatan pelaksana konstruksi terintegrasi
rancang bangun.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku
laporan.

c. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan memuat: Laporan kemajuan pekerjaan per minggu untuk
pelaksanaan konstruksi bangunan harus dibuat oleh penyedia jasa dan diperiksa
dan disetujui direksi teknis Satker Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan
Timur. Laporan harus diserahkan setiap minggu. Sebanyak lima buku laporan

[58]
dan media penyimpan data (flashdisk);
i. Laporan Umum
Laporan umum menerangkan tentang evaluasi pelaksanaan pekerjaan pada
hari/minggu yang bersangkutan, laporan mengenai prestasi yang dapat
dicapai pada hari/minggu yang bersangkutan, aktivitas kegiatan dalam
periode 1 (satu) hari/minggu serta masalah dan saran-saran kepada penyedia
jasa pemborongan/kontraktor agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan.
ii. Laporan Kemajuan Pekerjaan
Berdasarkan laporan prestasi pekerjaan yang diuraikan dalam laporan umum
tersebut, kemudian di uraikan (break down) lebih lanjut untuk setiap bobot
prestasi tiap uraian pekerjaan, sehingga didapat prestasi kumulatif pada
hari/minggu yang bersangkutan, serta prestasi yang dicapai yaitu prestasi
pelaksanaan dikurangi prestasi perencanaan (Time Schedule).
iii. Laporan Pemasukan Bahan dan Pemakaian Alat
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan mengenai barang-
barang/material yang ada di lapangan (on site) baik dari segi mutu maupun
volumenya dan membuat laporan mengenai jenis peralatan yang ada di
lapangan baik yang digunakan maupun yang rusal‹, serta memberikan saran-
saran pemakaian alat yang lebih sesuai (efektif dan efisien) untuk digunakan
pada pekerjaan yang bersangkutan.
iv. Laporan Pengamatan Cuaca
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan mengenai keadaan
cuaca di lapangan.
v. Laporan Jumlah Tenaga Kerja
Laporan ini harus menguraikan jumlah Tenaga Kerja, dari site manager
sampai dengan tukang, serta mengevaluasi jumlah Tenaga Kerja yang
dibutuhkan sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Begitu
pula untuk jenis pekerjaan yang dicapai oleh penyedia jasa
pemborongan/kontraktor dalam periode 1 (satu) hari/minggu.
vi. Laporan Visual
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan yang memuat foto-
foto kemajuan pekerjaan di lapangan.
vii. Laporan Kehadiran
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan yang memuat daftar
kehadiran (Absensi) tenaga ahli, tenaga sub professional, dan tenaga
pendukung selama pelaksanaan pekerjaan manajemen konstruksi di
lapangan yang data kehadirannya diambil dari mesin absensi.
viii. Laporan K3
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan pengawasan
pelaksanaan program prosedur kerja dan instruksi kerja K3, penerapan SMK3
dan pedoman teknis K3 konstruksi Selama pelaksanaan pekerjaan fisik di
lapangan.
ix. Laporan Teknis/ Technical Report
Laporan Teknis/Technical report meliputi antara lain (jika ada):
ix.1 Justifikasi teknis dalam hal terjadi perubahan pekerjaan (tambah

[59]
kurang);
ix.2 Justifikasi teknis dalam hal terjadi perpanjangan waktu pelaksanaan.

d. Laporan Bulanan
Merupakan laporan bulanan yang berisikan progres kegiatan dan uraian
mengenai penanganan kegiatan termasuk hasil rapat koordinasi dan lain-lain.
Laporan bulanan diserahkan setiap bulan setelah dikeluarkannya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) sebanyak lima eksemplar (satu asli, empat fotocopy); dibuat
Berdasarkan kemajuan/progress pekerjaan tiap minggu kemudian dikompilasikan
dalam laporan bulanan, sehingga laporan bulanan ini merupakan rangkuman
kegiatan mingguan, yang antara lain berisi:
1) Uraian pokok tentang kegiatan bulanan (rekap laporan harian dan
mingguan) dari masing-masing kegiatan baik kegiatan konsultan
dan kegiatan kontraktor;
2) Monitoring progres pekerjaan terhadap rencana pelaksanaan (s_curve);
3) Catatan kejadian penting dan kendala di lapangan serta solusinya;
4) Penjelasan kegiatan dari masing-masing personil pada bulan tersebut;
5) Time schedule yang berisikan realisasi kegiatan pada bulan tersebut;
6) Time schedule yang berisikan realisasi kegiatan pada bulan tersebut; dan
Lampiran pelengkap lainnya.

Laporan bulanan harus diserahkan setiap minggu pertama pada bulan


berikutnya, dibuat 5 (lima) rangkap sebagai pertanggungjawaban kinerja
bulanan kepada pengguna jasa

e. Laporan Akhir
Pada akhir masa pelaksanaan, penyedia jasa manajemen konstruksi wajib
membuat laporan akhir dari keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang dilengkapi
dengan gambar- gambar realisasi pelaksanaan di lapangan (as built drawing)
yang dirangkum dalam Buku Laporan Akhir.
1) Laporan akhir memuat ringkasan dari laporan pengawasan pekerjaan
perencanaan (desain), laporan pelaksanaan pekerjaan pembangunan, latar
belakang, kajian kebijakan, metode pelaksanaan, gambaran proses
penataan kawasan di lokasi pekerjaan.
2) Rekapitulasi hambatan / kendala yang ada dan upaya
penyelesaiannya selama pekerjaan MK dilaksanakan;
3) Hasil evaluasi, analisis masalah, serta prediksi/konsep model strategi
program kegiatan pekerjaan MK yang terbaik sesuai dengan kondisi
pekerjaan yang ada untuk kepentingan yang akan datang dari semua aspek
pekerjaan; dan Rekomendasi teknis untuk akhir masa pelaksanaan MK
4) Laporan Akhir memuat kompilasi seluruh kegiatan dengan data perencanaan

[60]
dan progres pelaksanaan yang diringkas sedemikian rupa sehingga
menghasilkan informasi yang runtut terkait hasil pelaksanaan pekerjaan
Laporan akhir harus diserahkan selambat-lambatnya pada saat serah terima
pertama pekerjaan konstruksi fisik, dalam bentuk buku sejumlah 5
(lima) rangkap sebagai pertanggungjawaban kinerja akhir kepada pengguna
jasa.

f. Laporan Executive Summary


Laporan Executive Summary ini minimal memuat kompilasi seluruh kegiatan
dengan data perencanaan dan progres pelaksanaan yang digunakan sebagai
pendukung pelaporan pelaksanaan pekerjaan, yang memuat Foto dan video
pekerjaan dan udara (durasi 5 men it) mingguan pelaksanaan kegiatan.
Foto udara dan video udara (durasi 5 menit) kondisi site pada progres 0%,
25%, 50%, 75%, dan 100%. Dokumen Laporan Executive Summary ini
diserahkan selambat- lambatnya pada saat pembahasan Laporan Executive
Summary, dalam format A4 sebanyak 5 (lima) eksemplar.

g. Laporan Lainnya
Laporan Lainnya berisi antara lain : Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK),
Laporan Review Desain, Laporan Pemeliharaan, Buku Modul Operational &
Maintanance (O&M), Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi. Seluruh
laporan dirangkum dalam SSD atau Hard Disk 4 TB termasuk executive
summary dan dokumentasi pelaksanaan baik dalam bentuk foto ataupun video
sebagai pertanggungjawaban kinerja kepada pengguna jasa

5.6. METODE PELAKSANAAN PENGAWASAN RINCI


5.6.1. Pendahuluan
Pada Intinya Tahapan Kegiatan Penanganan Sistem Manajemen Konstruksi terbagi
dalam tahapan kerja yang berurutan dan saling ketergantungan proses satu dan
yang lainnya. Artinya bila proses awal / pertama belum berakhir akan dapat
menghambat penyelesaian tahap kegiatan selanjutnya. Tahapan – tahapan kerja
Sistem Pengawasan pada proses penjaminan mutu (quality assurance)
pelaksanaan pekerjaan mulai dari tahapan persiapan, perencanaan, pengadaan
kontraktor, pengawasan pelaksanaan konstruksi, pengawasan masa pemeliharaan
sebagaimana kami sajikan dalam tabel berikut ini :

A. Tahapan Persiapan
1. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
a) Penerbitan SPMK dilakukan setelah berkontrak;
b) Dalam SPMK dicantumkan Pengawasan Tanggal Mulai Kerja sampai
dengan akhir pekerjaan;

[61]
2. Rapat Koordinasi awal Pelaksanaan Pekerjaan
a) Rapat kordinasi awal pelaksanaan pekerjaan merupakan rapat awal
antara KMK Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) dengan Pengendali Pekerjaan (Direksi Teknis), Tim
Teknis dan PPK serta pihak terkait jadwal, alur komunikasi dan
koordinasi, alur persetujuan, kebijakan pengendalian mutu dan
Keselamatan Konstruksi serta mekanisme pelaporan dan pembayaran
hasil pekerjaan;

3. Mobilisasi
a) Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan 2 hari kalender
sejak diterbitkan SPMK, atau terutama untuk sumber daya (material,
alat, tenaga kerja) yang akan digunakan untuk memulai pekerjaan.
b) Untuk mobilisasi sumber daya yang berhubungan dengan pelaksanaan
untuk tiap-tiap pekerjaan, dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
rencana kerja, meliputi:
- Mobilisasi peralatan;
- Mobilisasi personil inti dan pendukung;
- Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, barak, bengkel,
gudang, dan sebagainya.

B. Tahap Persiapan Basic Design


a. Melaksanakan pengendalian dan penjaminan mutu (quality assurance) dan
kuantitas (quantity assurance) pelaksanaan pekerjaan mulai dari tahapan
persiapan pelaksanaan konstruksi, sampai dengan serah terima akhir
pekerjaan;
b. Menyiapkan tenaga ahli yang memiliki pengalaman menggunakan Building
Information Modeling (BIM untuk membantu Pejabat Pembuat Komitmen untuk
membuat dokumen PIR (project information requirement) sebagai dasar
penyedia jasa membuat dokumen BEP (BIM Execution Plan);
c. Menyiapkan tenaga ahli yang memiliki pengalaman menggunakan Building
Information Modeling (BIM untuk membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam
pelaksanaan dan pengawasan, mulai dari tahap persiapan sampai dengan
serah terima akhir pekerjaan (FHO);
d. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam hal pengurusan PBG
(Persetujuan Bangunan Gedung) dan SLF (Sertifikat Laik Fungsi); dan
e. Mengkaji ulang dokumen AMDAL.

[62]
1) B. Tahap Review Dokumen Perencanaan DED
Gambar 5.8.Bagan Alir Tahapan Perencanaan Konstruksi sampai dengan Penerbitan Dokumen
Pelaksanaan

B. Tahap Review Perencanaan DED

D.Tahap Review Perencanaan / DED


a. Pengendalian pada tahap perencanaan (paling sedikit Level of Development LOD
350) dan pelaksanaan (LOD 500 pada saat serah terima) konstruksi berbasis BIM
(5D), antara lain
(1) Melakukan reviu dokumen proyek dan BIM model yang telah disusun

[63]
kontraktor;
(2) Melakukan approval dokumen proyek dan BIM model yang telah disusun
kontraktor;
(3) Memastikan kontraktor selalu mengupdate BIM; dan
(4) Melakukan pengendalian pelaksanaan konstruksi berbasis BIM; dan Melakukan
pelaporan mingguan berdasarkan progres di lapangan dan kesesuaian progres
BIM.
a) Melakukan atau memfasilitasi koordinasi dengan unit organisasi (unor)
dan K/L terkait, serta MK induk yang berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan ;
b) Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan konstruksi berdasarkan
rekomendasi hasil perencanaan yang dibuat oleh Penyedia Jasa
Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun yang meliputi evaluasi Desain
Engineering Design (DED), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) program penyediaan dan penggunaan
sumber daya, strategi dan pentahapan pelaksanaan pekerjaan;
c) Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka proses perubahan-
perubahan hasil perencanaan yang merupakan justifikasi teknis dan
administrasi, atas persetujuan penyedia jasa dan pemberi tugas;
d) Memberikan masukan teknis hasil perencanaan, yang meliputi
penelitian/hasil tes laboratorium dan pemeriksaan hasil perencanaan dari
sudut efisiensi sumber daya dan biaya, serta kemungkinan
keterlaksanaan konstruksi fisik;
e) Melakukan pengendalian program, melalui kegiatan evaluasi program
terhadap hasil perencanaan, perubahan/penyimpangan teknis dan
administrasi atas persoalan yang timbul serta pengusulan koreksi
program; dan
f) Meneliti dan memberikan rekomendasi perubahan dokumen
perencanaan sesuai dengan kondisi lapangan, menyusun program
pengendalian pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Konstruksi
Terintegrasi Rancang Bangun serta membantu proses pemenuhan
persyaratan perubahan terhadap dokumen hasil perencanaan.

(5) Melakukan atau memfasilitasi koordinasi dengan unit organisasi (unor) dan K/L
terkait, serta MK induk yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan;
(6) Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan konstruksi berdasarkan
rekomendasi hasil perencanaan yang dibuat oleh Penyedia Jasa Konstruksi
Terintegrasi Rancang Bangun yang meliputi evaluasi Desain Engineering
Design (DED), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) program penyediaan dan penggunaan sumber daya,
strategi dan pentahapan pelaksanaan pekerjaan;
(7) Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka proses perubahan-
perubahan hasil perencanaan yang merupakan justifikasi teknis dan

[64]
administrasi, atas persetujuan penyedia jasa dan pemberi tugas;
(8) Memberikan masukan teknis hasil perencanaan, yang meliputi penelitian/hasil
tes laboratorium dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi
sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan konstruksi fisik;
(9) Melakukan pengendalian program, melalui kegiatan evaluasi program terhadap
hasil perencanaan, perubahan/penyimpangan teknis dan administrasi atas
persoalan yang timbul serta pengusulan koreksi program; dan
(10) Meneliti dan memberikan rekomendasi perubahan dokumen perencanaan
sesuai dengan kondisi lapangan, menyusun program pengendalian
pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Konstruksi Terintegrasi Rancang
Bangun serta membantu proses pemenuhan persyaratan perubahan terhadap
dokumen hasil perencanaan.

[65]
E. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 5.9.a. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Penyedia Konstruksi Rancang dan
Bangun (design and build) sampai dengan serah terima tahap 1 PHO

[66]
Gambar 5.9.b. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Penyedia Konstruksi
Rancang dan Bangun (design and build) sampai dengan serah terima tahap 1 PHO

[67]
Gambar 5.10. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
A. Pemeriksaan Bersama (Mutual Check/MC-0)
Pemeriksaan Bersama dilaksanakann dengan cara melakukan pengukuran dan
pemeriksaan detail kondisi lapangan, mencakup:
1) Pemeriksaan terhadap desain awal dilakukan untuk menilai kesesuaian desain

[68]
dengan kondisi lapangan;
2) Jika diperlukan penyesuaian terhadap desain, maka dilakukan review desain;
dan penyesuaian terhadap kuantitas (volume) awal berdasarkan review desain
yang dilakukan.
3) Penyesuaian pada gambar desain dan volume awal, harus dicantumkan
Pengawasan dalam berita acara hasil pemeriksaan bersama dan selanjutnya
dilakukan perubahan/adendum kontrak.
4) Prosedur Perubahan di Lapangan mengacu pada Prosedur

B. Pengajuan Persyaratan untuk Memulai Kegiatan Setiap Pelaksanaan Pekerjaan


a) Untuk memulai setiap kegiatan pekerjaan, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
harus menyampaikan permohonan izin memulai pekerjaan (Request of Work).
b) Prosedur permohonan izin memulai pekerjaan sesuai dengan Prosedur dan
mengisi Formulir Pengajuan Memulai Pekerjaan dengan paling sedikit
melampirkan:
1) Gambar Kerja, Prosedur pengajuan persetujuan dan perubahan gambar
kerja(shop drawing) mengacu pada Prosedur (P-03).
2) Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Method Statement), mencakup:
- Metode Kerja
- Tenaga kerja yang dibutuhkan;
- Peralatan yang dibutuhkan; Material yang digunakan;
- Aspek Keselamatan Konstruksi (mengacu pada analisis Keselamatan
dankesehatan Kerja/K3 per pekerjaan); dan
- Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya.
Pengajuan persetujuan material sesuai dengan Prosedur. Dalam metode kerja perlu
disampaikan titik-titik tunggu (hold point) terkait pengendalian mutu pekerjaan. Titik-titik
tunggu ini perlu dipantau dan diawasi (jika diperlukan dapat pula dilakukan pengujian).
Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ ITP) Jadwal
pelaksanaan pemeriksaan bahan, material, serta titik tunggu (hold point) pada metode
kerja. Pemeriksaan terhadap persyaratan untuk izin memulai pekerjaan dilakukan oleh
Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi kemudian disampaikan kepada
Pengendali untuk mendapatkan persetujuan, mencakup:

Table 5.3. List Pengajuan Persetujuan

No Persyaratan Pengajuan Izin Kriteria Persetujuan


Kerja
1 Gambar Kerja Kesesuaian gambar kerja terhadap gambar desain
dankondisi lapangan

[69]
2 Rencana Pelaksanaan Kesesuaian dengan spesifikasi dalam kontrak dan
Pekerjaan gambar desain

a. Metode Kerja Kelaikan dan keandalan metode kerja yang digunakan

b. Tenaga kerja yang terlibat; Kesesuaian kompetensi tenaga kerja dengan rencana
pekerjaan yang diajukan

c. Peralatan yang dibutuhkan; 1. Kesesuaian peralatan dengan rencana pekerjaan


yang diajukan termasuk kelaikan peralatan
2. Adanya Surat Izin Laik Operasi (SILO) juga Surat Izin
Operator (SIO) untuk operator masing-masing alat
d. Material yang digunakan; Kesesuaian material dengan spesifikasi
e. Aspek Keselamatan Konstruksi Kesesuaian analisis K3 yang mengacu pada Rencana
Keselamatan Konstruksi (RKK)

f. Jadwal mobilisasi tiap-tiap Kesesuaian jadwal mobilisasi dengan kebutuhan


sumber daya pengadaan dalam rencana pekerjaan yang diajukan

3 Rencana Pemeriksaan dan Kesesuaian item-item pemeriksaan dan pengujian


Pengujian dengan pengendalian mutu yang mencakup
pemeriksaan material, dan hasil pekerjaan

Di dalam hal seluruh kriteria persetujuan telah dipenuhi, Pengendali p engeluarkan


suratpersetujuan memulai pekerjaan (Approval of Work).

[70]
Gambar 5.11. Bagar Alir Memulai Pekerjaan

Gambar 5.12. Bagan Alir Persetujuan Material

[71]
Gambar 5.14. Bagan Alir Persetujuan Gambar Kerja

[72]
- Pengawasan Mutu Pekerjaan
a. Pengawasan mutu pekerjan dilakukan melaui pemeriksaan dan pengujian terkait : t:
2) Metode Kerja
- Pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan metode kerja yang telah disetujui
oleh Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi;
- Memperhatikan titik tunggu, dimana pekerjaan dapat dilanjutkan bilatahap
pekerjaan sebelumnya telah disetujui.
3) Tenaga kerja yang terlibat Pemeriksaan terkait jumlah tenaga kerja sesuai
dengan rencana.
4) Peralatan yang dibutuhkan Pemeriksaan terkait keteersediaan SILO (Surat Izin
Laik Operasi) dan SIO (Surat Izin Operator) untuk operator masing-masing alat
5) Material yang digunakan, Pengawasan terkait spesifikasi dan jumlah material
dasar dan material olahan sesuai dengan dokumen pengajuan material.
6) Keselamatan Konstruksi (mengacu analisis K3 tiap pekerjaan)
- Dokumen analisis K3 sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi; dan
- Implementasi keselamatan konstruksi per pekerjaan.
7) Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya, pemeriksaan terkait ketersedian sumber
daya tiap pekerjaan sesuai jadwal mobilisasi.
8) Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ITP),
pengawasan terhadap kegiatan pemeriksaan dan pengujian
9) Hasil Pekerjaan, pengawasan tekait hasil tia-tiap kegiatan pekerjaan sesuai
dengan persyaratan. Jika ditemukan hasil pekerjaan yang tidak sesuai
spesifikasi, Pengawas Pekerjaan dapat memberikan peringatan dan teguran
tertulis kepada pihak pelaksana pekerjaan dan mengusulkan kepada pengguna
jasa untuk menghentikan pelaksanaan pekerjaan sementara jika pelaksana
pekerjaan tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
10) Pengawasan terhadap proses tiap-tiap kegiatan dilakukan berdasarkan
spesifikasi dan metode kerja yang diajukan.
11) Pengawasan terhadap hasil pekerjaaan dilakukan berdasarkan spesifikasi.
12) Pemeriksaan material pada saat penerimaan dilakukan sesuai Prosedur (P- 04).
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi jasa melakukan pemeriksaan secara visual
dan pengukuran (bila diperlukan), dan disaksikan Pengawas Pekerjaan, untuk
memastikan agar material yang dikirim ke lapangan sesuai dengan material yang
telah distujui.
13) Pemeriksaan dan Pengujian berkala material dilaksanakan sesuai dengan
rencana pengujian pada dokumen Pemeriksaan dan Pengujian (ITP) yang terkait
dengan material tersebut. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa harus
memastikan pengujian berkala memenuhi persyaratan pada kontrak dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku .
14) Pemeriksaan hasil pekerjaan dilakukan pada setiap pekerjaan maupun sub
pekerjaan. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa harus melakukan
pemeriksaan pekerjaan baik fisik maupun administrasi. Jika hasil pekerjaan
sudah sesuai spesfikasi, maka Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa
[73]
mengajukan permohonan pemeriksaan kepada , Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) .
15) Jika dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan adanya penyesuaian atau
perubahan di lapangan, maka perubahan di lapangan dilaksanakan.
16) Pengendalian ketidaksesuaian hasil pekerjaan dilakukan oleh Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi Jasa dan Pengawas Pekerjaan. Jika dalam pelaksanaan
pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian dengan spesifikasi, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi Jasa dan Pengawas Pekerjaan membuat laporan
ketidaksesuaian.
- Penerimaan dan Pembayaran Hasil Pekerjaan
a. Penerimaan hasil pekerjaan dilakukan setelah seluruh ketentuan mutu pekerjaan
dalam kontrak dipenuhi;
b. Persetujuan dokumen penagihan didahului dengan pemeriksaan mutu dan volume
hasil pe kerjaan yang telah selesai dikerjakan;
c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyampaikan dokumen tagihan sesuai
dalam kontrak;
d. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan ketidaksesuaian spesifikasi dan volume yang
tertulis dalam dokumen penagihan, maka , Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) berhak untuk tidak menyetujui dokumen
tersebut dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melakukan perbaikan
terhadap hasil pekerjaan maupun dokumen penagihannya;
e. Pembayaran dapat dilakukan setelah hasil pemeriksaan telah disetujui.
- Kontrak Kritis (penjelasan mengenai Show Cause Meeting)
a. Pemberlakuan ketentuan kontrak kritis dilakukan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak;
b. Penanganan kontrak kritis dilakukan melalui rapat pembuktian (Show Cause
Meeting/SCM) sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak;
c. Konsekuensi hasil rapat pembuktian dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
kontrak;
d. Pemutusan kontrak dilakukan sebagai pilihan terakhir jika tidak ada alternatif
penyelesaian lain.

[74]
Gambar 5.15. Bagan Alir Pemeriksaan Material di Lapangan

[75]
Gambar 5.16. Bagan Alir Pelaksanaan Inspeksi

[76]
Gambar 5.17. Bagan Alir Perubahan di Lapanga

[77]
Gambar 5.18. Bagan Alir Penyusunan Laporan Ketidaksesuaian (Oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi)

[78]
Gambar 5.19. Bagan Alir Penyusunan Pernyataan Ketidaksesuaian (Oleh Pengawas Pekerjaan)

Gambar 5.20. Bagan Alir Laporan Ketidaksesuaian (Oleh Pengawas Pekerjaan)

[79]
[80]
b) Tahapan Penyelesaian Pekerjaan Konstruksi

Gambar 5.21. Tahapan Penyelesaian Pekerjaan Konstruksi

[81]
c) Serah Terima Pertama Pekerjaan (Provisional Hand Over/PHO)

Gambar 5.22. Diagram Alur PHO

- Serah Terima Pekerjaan adalah kegiatan penyerahan pekerjaan yang telah selesai
100% (seratus perseratus) dari Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi kepada
Pengguna Jasa dalam kondisi dan standar sebagaimana disyaratkan dalam kontrak;
- Pernyataan pekerjaan selesai 100% berdasarkan rekomendasi dari Direksi Lapangan
yang disampaikan kepada , Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) ;
- Rekomendasi Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi dikeluarkan
berdasarkan hasil verifikasi lapangan dari Direksi Teknis/Konsultan Manajeman
Konstruksi;
- Isi surat rekomendasi Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi mencakup
tanggal tentatif pekerjaan selesai 100%, daftar cacat mutu dan kekurangan (jika
ada);
- Berdasarkan rekomendasi dari Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi,
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) melakukan Serah terima Pertama Pekerjaan. Hasilnya dituangkan dalam
beritaacara serah terima pertama pekerjaan.
- Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses Serah Terima Pertama Pekerjaan
adalah:
a. Pengujian Akhir Pekerjaan (Test on Completion)
1) Dalam rangka menerima hasil pekerjaan, Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) memerintahkan Direksi
Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi untuk melakukan pemeriksaan dan
pengujian terhadap hasil pekerjaan.
2) Sebelum pelaksanaan pengujian akhir pekerjaan, Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi harus memberitahukan kepada Direksi Lapangan,
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) tentang jadwal pelaksanaan pengujian yang telah disepakati

[82]
dengan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
3) Sebelum tanggal pelaksanaan pengujian, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksiharus memeriksa dokumentasi pengendalian mutu (quality control-
QC).
4) Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi dalam pengujian pada akhir pekerjaan adalah
sebagai berikut:
- Mengecek kesesuaian kinerja secara keseluruhan dari pekerjaan
final yang telah selesai dengan seluruh persyaratan dalam kontrak
maupun kesesuaian maksud dari desain/gambar, sebagai contoh
dimensi,ketinggian, dll;
- Pengujian sampel random minimum oleh Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi (bila diperlukan);
- Evaluasi dari semua dokumen terlaksana (as-built document) yang
menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan telah sesuai dengan
persyaratanpekerjaan dan seluruh laporan ketidaksesuaian (Non-
Conformance Reports/NCR) telah diselesaikan;
- Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi mengevaluasi
dokumentasi dari quality assurance (QA) Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi untuk menyakinkan bahwa seluruh pekerjaan telah
selesai sesuai dengan persyaratan pekerjaan dan seluruh laporan
ketidaksesuaian telah diselesaikan.
5) Untuk pemeriksaan dan uji fungsi, , Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dan Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi dapat mengacu spesifikasi yang ada. Apabila hasil
pemeriksaan terhadap cacat mutu dan uji fungsi belum sesuai dengan
spesifikasi yang ada, maka , Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) berhak menunda persetujuan berita acara
serah terima pekerjaan dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib
melakukan perbaikan terhadap hasil pekerjaan hingga sesuai dengan
spesifikasi yang sudah tercantum dalam kontrak.
6) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam Kontrak maka , Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi menandatangani Berita Acara Serah Terima (BAST)
Pertama Pekerjaan (berita Acara PHO)
7) Setelah penandatanganan BAST Pekerjaan (BAST PHO), , Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) menyerahkan
hasil pekerjaan kepada OWNER. Kemudian OWNER meminta Panitia
Serah Terima Pekerjaan Pertama untuk melakukan pemeriksaan
administratif terhadap hasil pekerjaan yang diserahterimakan. Panitia Serah

[83]
Terima Pekerjaan Pertama dibentuk oleh OWNER.
8) Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan nketidaksesuaian/
kekurangan, Panitia Serah Terima Pekerjaan Pertama melalui OWNER
memerintahkan , Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan
dokumen administratif. Hasil pemeriksaan administratif dituangkan dalam
Berita Acara.
b. Rencana Pemeliharaan
1) Setelah pelaksanaan PHO, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus
menjaga kondisi hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan dalam kontrak.
2) Selama masa pemeliharaan, dibentuk Tim Pemeliharaan yang terdiri dari
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi.
3) Sebelum dimulainya masa pemeliharaan, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus menyerahkan program kerja/rencana kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka melaksanakan pemeliharaan, paling sedikit
mencakup kegiatan:
- Pemeriksaan
- Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk memastikan apakah
komponen/item/fungsi hasil pekerjaan masih sesuai dengan
spesifikasi.
- Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perbaikan
- Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki
kerusakan suatu komponen/item/ fungsi hasil pekerjaan.
- Komponen-komponen yang harus dipelihara serta mekanisme
pemeliharaannya, disesuaikan dengan yang tercantum dalam Manual
Operasi & Pemeliharaan yang harus diserahkan pada saat PHO.
- Dokumen rencana pemeliharaan diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi. Kegiatan/tindakan yang
dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan suatu
komponen/item/ fungsi hasil pekerjaan.
- Komponen-komponen yang harus dipelihara serta mekanisme
pemeliharaannya, disesuaikan dengan yang tercantum dalam Manual
Operasi & Pemeliharaan yang harus diserahkan pada saat PHO.
- Dokumen rencana pemeliharaan diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi.

c. Penerbitan Berita Acara Serah Terima (BAST) Pertama Pekerjaan


1) Pada saat pekerjaan telah selesai 100%, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
mengajukan permohonan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan kepada

[84]
Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi.
2) Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
akan memeriksa hasil pekerjaan terlebih dahulu, sebelum
mengeluarkan/menandatangi BAST Pekerjaan.
3) Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti dengan pemberitahuan kepada
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi hal-hal yang harus
diselesaikan/diperbaiki oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi agar hasil
pekerjaan sesuai dengan persyaratan dalam kontrak.
4) Sebelum mengeluarkan BAST pekerjaan, Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi telah menyerahkan dokumen-
dokumen yang dipersyaratkan (antara lain: manual operasi dan
pemeliharaan); dan
b. Telah dilakukan pengujian terhadap hasil pekerjaan sesuai dengan
persyaratan dalam kontrak (baik pengujian terhadap standard mutu
maupun kinerja/fungsi).
c. Setelah Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyelesaikan
kewajibannya, Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi
melaporkan hasil pemeriksaan kepada , Pekerjaan Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) .
d. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak, maka , Manajemen
Konstruksi Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
menandatangani BeritaAcara Serah Terima (BAST) Pertama Pekerjaan.
e. Berita acara serah terima pertama pekerjaan paling sedikit berisi:
- Tanggal difinitif pekerjaan selesai 100%;
- Rencana tanggal serah terima akhir pekerjaan;
- Tanggal berita acara serah terima pertama pekerjaan; dan
- Lain-lain yang diperlukan antara lain rencana pemeliharaan
selamamasa pemeliharaan.
d. Pemeliharan Hasil Pekerjaan
1) Masa Pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6
(enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga)
bulan dan dapat melampaui tahun anggaran.
2) Setelah tahap PHO, Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) melakukan pembayaran sebesar 95%
(sembilan puluh lima perseratus) dari harga kontrak, sedangkan yang 5%
(lima perseratus) merupakan retensi selama masa pemeliharaan (jaminan
pemeliharaan).
3) Hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan selama kurun waktu masa

[85]
pemeliharaan sebagai berikut:
i. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melakukan kegiatan
pemeliharaan (pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan)
sebagaimana yang disampaikan dalam dokumen rencana pemeliharaan
sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama
pekerjaan;
ii. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melaksanakan pemeriksaan
berkala sesuai rencana yang disampaikan;
iii. Jika dalam rentang masa pemeliharaan terdapat kerusakan maka
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memperbaiki dan segala
biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan menjadi tanggungjawab
Penyedia JasaPekerjaan Konstruksi;
iv. Jika kerusakan yang terjadi disebabkan oleh unsur suatu keadaan yang
terjadi diluar tanggung jawab para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (keadaan kahar) maka perbaikan dilakukan atas perintah ,
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi serta biaya perbaikan ditanggung oleh , Pekerjaan
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) ;
v. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyampaikan laporan
pemeliharaan yang mencakup kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan selama masa pemeliharaan kepada , Pekerjaan
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) ;
vi. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dapat mengajukan permintaan
secara tertulis kepada , Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) untuk penyerahan akhir (FHO)
setelah seluruh tanggung jawab selama masa pemeliharaan telah
dilaksanakan sebelum berakhirnya masa pemeliharaan; dan
vii. Gambar terlaksana harus diserahkan sebelum dilakukan serah terima
akhir pekerjaan.
e. Serah Terima Akhir Pekerjaan (Final Hand Over/FHO)

[86]
Gambar 5.23. Diagram Alur FHO

1. Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi


menyampaikan laporan pemeliharaan serta mengajukan permintaan secara
tertulis kepada , Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) untuk penyerahan akhir.
2. Dalam rangka menerima hasil pekerjaan, , Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) memerintahkan Direksi
Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi untuk melakukan pemeriksaan
terhadap hasil pekerjaan pemeliharaan.
3. Permohonan pengajuan penerimaan hasil akhir pekerjaan dilaksanakan sesuai
Prosedur (P-10) dan mengisi Form Pemeriksaan Kelayakan (F-09).
4. Apabila dari hasil pemeriksaan, selama masa pemeliharaan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Kontrak, maka , Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan.
5. Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) wajib melakukan pembayaran uang retensi atau mengembalikan
jaminan pemeliharaan.
6. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan, ,
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
menyerahkan hasil pekerjaan kepada OWNER. Selanjutnya OWNER meminta
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) untuk melakukan pemeriksaan
administratif terhadap hasil pekerjaan yang diserahterimakan.
7. Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan ketidaksesuaian/
kekurangan, PPHP melalui OWNER memerintahkan , Pekerjaan
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan dokumen administratif.
Hasil pemeriksaan administratif dituangkan dalam Berita Acara.
8. Dalam rangka pelaksanaan FHO, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus
menyerahkan seluruh dokumentasi Terlaksana (As-Built Document)
pelaksanaan pekerjaan yang mencakup paling sedikit dokumen sebagai berikut:
a. Dokumen terkait dengan mutu:
- Laporan Uji Mutu dibuat oleh pengendali mutu;
- Desain mix formula dan job mix formula;Uji mutu material;
- Dokumen penjaminan mutu dan pengendalian mutu; dan
- Dokumen terkait penghitungan kuantitas/volume yang disiapkan oleh
Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi.
b. Dokumen administrasi
- Perjanjian kontrak termasuk adendumnya (jika ada);

[87]
- Dokumen kontrak lainnya;
- Dokumen terkait dengan pelaksanaan kontrak;
- Dokumen pembayaran;
- Dokumen Perhitungan penyesuaian harga;
- Berita acara pemeriksaan oleh intitusi/lembaga pemeriksa;
- Laporan ketidaksesuaian dan tindak lanjut (status harus diatasi);
- Foto-foto pelaksanaan (0% sebelum pelaksanaan, sedang dilaksanakan
dan100% telah dilaksanakan); dan
- Gambar terlaksana (as built drawing).
c. Dokumen-dokumen lainnya, meliputi:
- Laporan pengelolaan lingkungan;
- Laporan pelaksanaan Keselamatan Konstruksi; dan
- Laporan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan.
d. Dokumen pengoperasian dan pemeliharaan berupa manual/ pedoman
pengoperasian dan perawatan/pemeliharaan.
e. Tahap konstruksi
- Laporan Bulanan, laporan harian & Laporan Mingguan
- Laporan umum
- Laporan Visual
- Laporan kemajuan pekerjaan bulanan
- Laporan keuangan
- Laponan hasil rapat pemberi tugas
- Laporan penggunaan tenaga kerja
- Laporan pemasukan bahan
- Laporan surat menyurat
- Laporan pengamatan waktu pelaksanaan
- Laporan Pengamatan Cuaca
f. Tahap Pemeliharaan
Melakukan Chek list dalam rangka serah terima ke dua pekerjaan
Kontraktor
g. Laporan Akhir Pekerjaan Pengawas
Melaporkan seluruh kegiatan pekerjaan Pengawas sejak Tahap Persiapan
sampaidengan Serah Terima ke dua pekerjaan Kontraktor
h. Form-Form Pengendalian:
- Form persetujuan material
- Form peninjauan lapangan
- Form permohonan ijin pengecoran beton
- Form laporan hasil test kubus beton
- Form pengawasan diluar jam kerja
- Form persetujuan mocked up

[88]
- Form ijin pelaksanaan pekerjaan
- Form persetujuan Shop Drawing
- Form persetujuan As Built Drawing
i. Berita-Berita Acara (BA) terdiri dari:Tahap Konstruksi:
- Berita Acara Kemajuan Pekerjaan Pelaksanaan untuk
pembayaran angsuran
- Berita Acara Pemeriksaan Akhir Pekerjaan Pelaksanaan
- Berita Acara Penelitian untuk Pekerjaan Tambah/Kurang
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan AC
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan tenaga listrik darurat (Diesel)
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan system pompa air bersih
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan telepon
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan Instalasi Telepon
- Berita Acara Pemeliharaan Pekerjaan Pelaksanaan
- Berita Acara Serah Terima II Pekerjaan Pelaksanaan
- Dan Berita-berita Acara lainnya yang akan disesuaikan dengan
kebutuhan diproyek.

5.7. APRESIASI TERHADAP INOVASI

Secara umum Pekerjaan Jasa Konsultansi Konsultansi Manajeman Konstruksi


Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) merupakan
pekerjaan yang sangat menarik. Ditinjau dari ruang lingkup penugasan dan keluaran yang
harus dihasilkan oleh konsultan, pekerjaan ini memberikan tantangan yang cukup
menantang sehingga konsultan harus dapat membangun―team building yang solid
dengan kinerja yang tinggi.
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
dalam pelaksanaan pekerjaan memerlukan manajemen pengendalian yang handal untuk
mengurangi atau menghilangkan permasalahan yang muncul karena Kementerian
Kelautan dan Perikanan mengadakan paket pekerjaan Jasa Manajemen Konstruksi agar
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya, mutu, waktu serta Zero Accidient serta
bisa dipertanggungjawabkan secara fisik dan administrasi. Pada pelaksanaan pekerjaan
Jasa Konsultansi Konsultansi Manajeman Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) kegiatan pembangunan fisiknya harus
mampu bekerja seiring sejalan, artinya konsultan sekaligus melakukan pemetaan
kebutuhan, permasalahan dan kendali teknis dan juga membangun instrumen kerja yang
―user friendly. Selain itu dalam pelaksanaan monitoring berbasis data progress
lapangan, maka konsultan juga harus mampu mewujudkan struktur pelaporan yang dapat
diaplikasikan dengan mudah baik ditingkat resource maupun user. Dengan melihat TOR
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
mengusulkan beberapa hal inovasi yang memungkinkan dapat diterapkan dalam

[89]
menunjang pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sebagai berikut:
5.7.1. Konsep Pembangunan VS Green Building1
Seiring dengan trend perkembangan jaman dan semangat ramah lingkungan
pembangunan gedung harus menerapkan pembangunan yang ramah lingkungan
selain juga harus menerapkan konsep-konsep bangunan dan kriteria yang
disyaratkan oleh Pihak Pemilik Proyek, dimana pada umumnya konsep-konsep,
kriteria dan persyaratan tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan Pihak Pemilik,
dan merespon isu-isu yang berkembang di lingkungan sekitar dan global.
Berdasarkan pengalaman yang kami miliki, kami merasa yakin dan bisa
melaksanakan tugas dengan baik sebagai Konsultan Manajemen Konstruksi.
a. Konsep Arsitektur
Salah satu konsep bangunan yang menarik untuk ditanggapi, adalah tanggap
lingkungan dan ramah lingkungan (GREEN BUILDING). Kami sangat setuju akan
konsep tersebut mengingat isu global warming dan krisis energi saat ini menjadi
isu yang hangat dan dibicarakan di seluruh dunia. Konsep GREEN BUILDING
menurut kami memang seharusnya diterapkan disemua bangunan yang akan
dibangun di muka bumi ini. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat proses
perancangan dan pelaksanaan konstruksi bangunan tersebut harus dipantau
dan dikendalikan agar sesuai dan benar dalam mengakomodasi kaidah-kaidah
perancangan Green Building. Konsep arsitektur bangunan GREEN BUILDING
sesuai garis besar literatur yang kami miliki harus memperhatikan beberapa hal
berikut, antara lain:
 Tepat Guna Lahan
Yang dimaksud tepat guna lahan dalam hal ini adalah pemilihan dan
perancangan pembangunan tampak yang mempertimbangkan prinsip-prinsip
ekologi lingkungan, dimana lingkungan tersebut memiliki ambang batas
maksimum yang mendukung kehidupan populasi manusia. Beberapa kriteria
bangunan yang berhubungan dengan konsep tepat guna lahan antara lain:
1. Pemilihan tampak.
2. Manajemen air bersih dan air kotor
3. Sistem Pencahayaan dan Penghawaan alami
4. Sistem mekanikal dan elektrikal terbarukan
5. Transportasi pada indoor maupun outdoor
6. Fasilitas untuk pengguna sepeda dan pedestrian.
7. Lansekap pada lahan.
8. Mengurangi pengaruh heat island.

[90]
9. Keterhubungan komunitas.

 Efisiensi Energi dan Refrigeran


Merupakan efisiensi konsumsi energi yang dihasilkan oleh suatu bangunan.
Penggunaan energi yang berlebihan terutama untuk mengkondisikan udara dapat
mempengaruhi perubahan iklim dan mempercepat pemanasan global, padahal hal
tersebut dapat ditekan jumlahnya mengingat kondisi iklim sebagian besar wilayah
indonesia cukup nyaman jika didukung dengan sistem tata ruang dan sirkulasi udara
yang baik. Pada siang hari cahaya matahari melimpah sedangkanaliran udara cukup
baik. Pengaturan sudut ruang dan ventilasi udara harus diperhatikan. Misal adanya
solar panel dan green roof.

Sistem plumbing yang digunakan dalam suatu gedung harus mengacu pada
penghematan air dan mewujudkan kesinambungan penyediaan air bersih untuk masa
depan antara lain dengan cara pengaturan penggunaan air bersih, pemanfaatan air
limbah, dan penggunaan sumber air alternatif. Konservasi air bisa juga seperti
rainwater harvesting.

Gambar 5.24. Rainwater Harvesting

 Sumber & Siklus Material


Merupakan optimalisasi penggunaan material sehingga dapat memperpanjang daur
hidupnya yang dapat dilakukan dengan cara penggunaan material (TKDN),
pemilihan produk yang proses pembuatannya ramah lingkungan, dan penggunaan
material dimana lokasi ketersediaanya berdekatan dengan lokasi pembangunan. Tak
lupa pula penggunaan material lokal (TKDN) dimana telah disampaikan dalam
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

[91]
 Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruangan
Merupakan proses untuk menjaga kualitas udara di dalam ruangan yang berdampak
pada kesehatan, kenyamanan, produktivitas manusia sebagai pengguna bangunan
sehingga tingkat okupasi gedung dapat berlangsung secara optimal, yaitu melalui
pengoptimalan penghawaan alami dan penataan lansekap yang optimal.

Gambar 5.25. Cross Ventilation

 Manajemen Lingkungan Bangunan dan Sistem Manajemen Mutu.


Merupakan suatu panduan pelaksanaan pengelolaan gedung yang mengarah dan
memperhatikan etika lingkungan (Sistem Manajemen Lingkungan Seperti; ISO
14001:1996, ISO 14001:2004 dll).

 Perancangan tahan struktur berbasis kinerja


Perencanaan tahan struktur berbasis kinerja (performance-based seismic design)
merupakan proses yang dapat digunakan untuk perencanaan bangunan baru
maupun perkuatan (upgrade) bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman yang
realistik terhadap resiko keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian
harta benda (economic loss) yang mungkin terjadi akibat struktur yang akan datang.
Proses perencanaan tahan struktur berbasis kinerja dimulai dengan membuat model
rencana bangunan kemudian melakukan simulasi kinerjanya terhadap berbagai
kejadian struktur . Setiap simulasi memberikan informasi tingkat kerusakan (level of
damage), ketahanan struktur, sehingga dapat memperkirakan berapa besar
keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda (economic
loss) yang akan terjadi. Perencana selanjutnya dapat mengatur ulang resiko
kerusakan yang dapat diterima sesuai dengan resiko biaya yang dikeluarkan.

[92]
Gambar 5.26. Ilustrasi Rekayasa Struktur Berbasis Kinerja (ATC 58)

Hal penting dari perencanaan berbasis kinerja adalah sasaran kinerja bangunan
terhadap struktur dinyatakan secara jelas, sehingga pemilik, penyewa, asuransi,
pemerintahan atau penyandang dana mempunyai kesempatan untuk menetapkan
kondisi apa yang dipilih, selanjutnya ketetapan tersebut digunakan perencana
sebagai pedomannya. Sasaran kinerja terdiri dari kejadian struktur rencana yang
ditentukan (earthquake hazard) dan taraf kerusakan yang diijinkan atau level kinerja
(performance level) dari bangunan terhadapkejadian struktur tersebut. Mengacu
pada FEMA-273 (1997) yang menjadi acuan bagi perencanaan berbasis kinerja
maka kategori level kinerja struktur, adalah:

 Segera dapat dipakai (IO = Immediate Occupancy),


 Keselamatan penghuni terjamin (LS = Life-Safety),
 Terhindar dari keruntuhan total (CP = Collapse Prevention).

Gambar diatas menjelaskan secara kualitatif level kinerja (performance levels) FEMA
273 yang digambarkan bersama dengan suatu kurva hubungan gaya-perpindahan
yang menunjukkan perilaku struktur secara menyeluruh (global) terhadap
pembebanan lateral. Kurva tersebut dihasilkan dari analisa statik non-linier khusus
yang dikenal sebagai analisa pushover, sehingga disebut juga sebagai kurva
pushover. Sedangkan titik kinerja (performance point) merupakan besarnya
perpindahan titik pada atap pada saat mengalami struktur rencana.
 Analisa Pushover
Analisa pushover merupakan prosedur analisa untuk mengetahui perilaku
keruntuhan suatu bangunan terhadap struktur . Analisa dilakukan dengan
memberikan suatu pola beban lateral statik pada struktur, yang kemudian secara
bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali sampai satu target perpindahan
lateral dari suatu titik acuan tercapai. Biasanya titik tersebut adalah titik pada atap,

[93]
atau lebih tepat lagi adalah pusat massa atap.
Analisa pushover menghasilkan kurva pushover (Gambar 5), kurva yang
menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar (V) versus perpindahan titik
acuan pada atap (D). Pada proses pushover, struktur didorong sampai mengalami
leleh disatu atau lebih lokasi di struktur tersebut. Kurva kapasitas akan
memperlihatkan suatu kondisi linier sebelum mencapai kondisi leleh dan
selanjutnya berperilaku non-linier. Kurva pushover dipengaruhi oleh pola distribusi
gaya lateral yang digunakan sebagai beban dorong.
Tujuan analisa pushover adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan
deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh informasi bagaimana saja yang
kritis. Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perhatian
khusus untuk pendetailan atau stabilitasnya.

 Penerapan Kaidah Perencanaan Struktur


Penerapan kaidah perencanaan tersebut merupakan prinsip dasar perancangan
bangunan struktur , antara lain sebagai berikut:
- Penerapan sistem peraturan secara konsisten mengenai konsep
perancanganstruktur yang berlaku.
- Penggunaan material komponen struktur yang bersifat daktail dan sesuai
denganpersyaratan yang berlaku.
- Aspek integritas struktur, momen inersia dan keTORuan perlu diperhatikan
secaradetail.
- Konsep desain bangunan yang mengacu pada penampang simetris,
sehingga tidakterjadi eksentrisitas antara pusat keTORuan dan titik berat
bangunan.
- Kualitas pengerjaan harus sesuai dengan kaidah yang berlaku.
b. Konsep sistem instalasi M/E, yaitu ramah lingkungan dan mudah
perawatannya. Sesuai dengan konsep bangunan yang mengacu pada green
building, maka sistem instalasi dan material M/E harus dapat mendukung
konsep tersebut. Berikut ini merupakan hal-hal penting yang dapat dilakukan:

- Penggunaan material hemat energi untuk sistem penerangan.


- Penggunaan inverter untuk sistem AC dan Lift.
- Penerapan sistem pengolahan air bersih dan air limbah, sehingga air
limbahdapat digunakan kembali.
- Penggunaan sumur resapan untuk mengurangi run off dan menjaga
mukaair tanah.
- Penggunaan energi alternatif untuk sistem-sistem tertentu sehingga dapat

[94]
Gambar 5.27. Konsep Transformasi Bermukim

mengurangi konsumsi daya listrik. Setelah konsep-konsep perancangan


(Green Building) tersebut sudah memenuhi hal yang disyaratkan, maka
tindakan selanjutnya adalah pihak terkait mengajukan permohonan untuk
mendapatkan Sertifikat Green Building yang sifatnya Voluntary dari
lembaga terkait misalnya dari Lembaga Assessor Green Building
Independen yangbersertifikat Seperti GBCI dan lain – lain.
5.7.2. Penerapan Konsep Pengawas Secara Optimal
Organisasi Pengawas dalam hal ini konsultan Manajeman Konstruksi
berkaitan dengan tim manajemen proyek terdiri dan manajer proyek (professional
construction manajemen) dan pihak- pihak lain (Kontraktor, Konsultan Perencana,
dan sebagainya). Konsultan Manajeman Konstruksi yang mempunyai tugas
mengelola proyek secara terpadu dari perencanaan proyek (project planning),
perencanaan, dan pelaksanaan konstruksi.
Pelaksanaan proyek Kontraktor dengan organisasi Manajeman Konstruksi
memungkinkan dilaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh beberapa
kontraktor/vendor spesialis secara terpadu di bawah koordinasi Pengawas.
Dengan keterlibatan beberapa kontraktor/vendor, pihak Pengawas
mengkoordinasikan agar desain pekerjaan tertentu dapat langsung dikerjakan oleh
kontraktor spesialis tanpa menunggu keseluruhan desain selesai. Pelaksanaan
semacam ini memungkinkan untuk dilakukan oleh kontraktor/vendor spesialis.
Dengan adanya kontraktor spesialis untuk pekerjaan-pekerjaan yang
bersifat tertentu dan spesifik diharapkan dapat menghasilkan hasil pekerjaan yang
lebih optimal yaitu mutu yang lebih baik dan harga yang lebih kompetitif. Adanya
beberapa kontraktor/vendor spesialis ini secara umum akan menghasilkan biaya
pembangunan keseluruhan proyek dapat lebih efesien karena tidak ada
pembebanan ganda dari keuntungan satu General Kontraktor.

5.7.3. Risk Management Sebagai Percepatan dan Pengendalian Waktu

[95]
Pelaksanaan Proyek
Strategi paling tepat dalam pengendalian waktu pelaksanaan dan
mengantisipasi keterlambatan proyek konstruksi adalah dengan membuat Risk
Management yang berdampak atas waktu pelaksanaan. Bagian penting atas risk
management tersebut adalah adanya risk response dan aplikasinya.
Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko
yang berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi. Risiko yang terjadi telah
berdampak negatif pada schedule proyek. Ini terjadi karena kurang memadainya
risk management yang dibuat.
Konsultan akan menerapkan strategi percepatan proyek dengan risk
respons dalam risk management system approach. Apabila faktor risiko telah
terjadi maka strategi yang diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor yang
menyebabkan keterlambatan proyek
jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat karakteristik khusus suatu proyek
konstruksi dan faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek, Konsultan akan
menerapkan pengelolaan resiko keterlambatan proyek dan akan mengusulkan
rekomendasi strategi berupa preventive dan corrective action dalam melakukan
percepatan proyek konstruksi.

5.7.4. Penerapan Sistem Pengendalian Waktu (scheduling) dengan Menggunakan


Perangkat Lunak
Kemajuan teknologi dewasa ini berkembang dengan pesatnya seiring
dengan perkembangan teknologi informasi. Hal ini turut berpengaruh terhadap
perkembangan manajemen rekayasa konstruksi dimana banyak program aplikasi
komputer yang ditawarkan untuk membantu para manajemen rekayasa konstruksi
dalam mengolah data perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan proyek
konstruksi. Program aplikasi komputer dewasa ini sangat mempermudah para
manajemen rekayasa konstruksi dalam memasukkan data proyek, mengelola
aktivitas proyek, laporan proyek maupun pengontrolan aktivitas kegiatan proyek
diantaranya menyangkut sumber daya pada proyek tersebut.
5.7.5. Penerapan Konsep Earned Value dalam Pengendalian Kinerja Proyek
Sejalan dengan perkembangan tingkat kompleksitas proyek yang semakin
besar, seringkali terjadi keterlambatan penyelesaian proyek dan pembengTORan
biaya. Sistem pengelolaan yang digunakan biasanya memisahkan antara sistem
akuntansi untuk biaya dan sistem jadwal proyek konstruksi. Dari sistem akuntansi
biaya dapat dihasilkan laporan kinerja dan prediksi biaya proyek, sedangkan dari
sistem jadwal dihasilkan laporan status penyelesaian proyek. Informasi
pengelolaan proyek dari kedua system tersebut saling melengkapi, namun dapat
menghasilkan informasi yang berbeda mengenai status proyek.
Salah satu metode pengendalian kinerja proyek yang lebih progresif untuk
digunakan adalah metode Earned Value, yang dapat memberikan informasi

[96]
mengenai posisi kemajuan proyek dalam jangka waktu tertentu serta dapat
memperkirakan progress proyek pada periode selanjutnya dalam hal biaya dan
waktu penyelesaian proyek. Konsep earned value memberikan dimensi yang
ketiga selain biaya aktual dan biaya rencana. Dimensi yang ketiga ini adalah
besarnya pekerjaan secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut earned
value/percent complete. Dengan adanya dimensi ketiga ini, akan dapat lebih
memahami seberapa besar kinerja yang dihasilkan dari sejumlah biaya yang telah
dikeluarkan. Dengan demikian konsep earned value tersebut dapat
mengintegrasikan antara informasi waktu dan biaya sehingga dapat digunakan
sebagai alat ukur kinerja yang mengintegrasikan antara aspek biaya dan aspek
waktu.

5.7.6. Aplikasi Konsep Green Construction dan TKDN


Green Construction atau ―Konstruksi Hijau dapat diartikan sebagai
sebuah proses untuk menghasilkan suatu bangunan dengan prinsip ramah
lingkungan, penggunaan sumber daya (alam/energi,dll) secara efisien, dengan
memperhatikan segala aspek seperti tata ruang agar mutu dari kualitas udara di
dalam ruangan tetap terjaga, penggunaan material yang mudah terbarukan, tetap
menjaga mutu bangunan dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang
semuanya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Gambar 5.28. Konsep Green Construction


Konsultan akan mendorong penerapan konsep-konsep green construction pada
pelaksanaan proyek. Pihak Kontraktor Pelaksana harus berperan proaktif peduli
terhadap lingkungan, selalu meningkatkan efisiensi dalam proses konstruksi,

[97]
konservasi energi, efisiensi pemanfaatan air, dan sumber daya lainnya.
Selama masa konstruksi serta minimimalisasi dan mengelola limbah konstruksi
dengan baik. Adapun konsep green construction mencakup hal – hal sebagai
berikut :
- Perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi,
- Konservasi material terkait dengan TKDN,
- Tepat guna lahan,
- Manajemen limbah konstruksi,
- Penyimpanan dan perlindungan material,
- Kesehatan lingkungan kerja,
- Menciptakan lingkungan kerja yang ramah lingkungan,
- Pemilihan dan operasional peralatan konstruksi,
- Dokumentasi

17) Waste Management


Upaya untuk mewujudkan green construction ini juga tak lepas dari peran owner
atau pemilik proyek yang mengadakan pembangunan. Lebih baik jika memberikan
contoh kepada masyarakat luar bahwa begitu pentingnyamelaksanakan konstruksi
yang ramah lingkungan.
table 5.12.3 Tabel Kriteria Penilaian Greenship terkait dengan Pengelolaan Limbah
Konstruksi

[98]
5.7.7. Optimalisasi Desain pada Bangunan Gedung sebagai Landmark
dan Ruang Publik
Bangunan gedung ini diharapkan dapat memberikan imagenya sebagai
bangunan Landmark yang dapat menunjukan ciri khas arsitektur lokal.
Konsep perencanaan dan perancangan selayaknya dapat selaras dengan
filosofi dan identitas kearifan budaya lokal.
Konsultan Manajemen Konstruksi melalui Tenaga Ahli yang ditugaskan
akan berperan aktif dengan memberikan usulan/alternatif-alternatif desain
serta melakukan review perencanaan untuk menyempurnakan hasil
pekerjaan yang akan diserahkan kepada Pengguna Jasa.

5.7.8. Penerapan Metode Percepatan Waktu Pelaksanaan Proyek


Apabila terjadi keterlambatan penyelesaian perencanaan teknis atau perubahan-
perubahan yang terjadi selama pelaksanaan konstruksi, maka pembangunan fisik
bangunan dapat dimulai sesuai tahapan hasil keluaran/produk perencanaan.
Metode pelaksanaan ini disebut dengan Metode Fast Track yaitu pelaksanaan
konstruksi dilakukan simultan dengan proses perencanaan/perubahan design.
Dengan koordinasi yang efektif dari Kontraktor pelaksana, metode ini dapat
dilaksanakan dengan durasi waktu yang lebih efisien.
5.7.9. Optimalisasi Biaya Melalui Value Engineering Concept
a) Orientasi Pada Fungsi
i. Kreativitas dalam pengembangan design dari sebuah konsep
bangunan hunian pekerja konstruksi, selayaknya mengedepankan
fungsi bangunan yang sesuai dengan kebutuhan dasar yang
diperlukan oleh bangunan tersebut. Desain bangunan yang baik tidak
berarti harus mewah dan mahal, namun mampu mengakomodasi
fungsi secara teknis dan sosial bangunan sehingga dapat dihasilkan
gedung hunian pekerja konstruksi yang efektif dan efisien dari aspek
biaya pembangunan yang dibutuhkan.
ii. Untuk itu proses pengembangan rancangan selayaknya dilalui dengan
tahap kajian terhadap fungsi dasar bangunan hunian pekerja
konstruksi yang dibutuhkan sesuai maksud dan tujuan yang telah
ditetapkan.
b) Penggunaan Material Lokal Yang Berkualitas (TKDN)
Penentuan jenis dan spesifasi material merupakan faktor penting dalam
sebuah pembangunan gedung. Pemakaian material lokal saat ini sudah
marak digunakan di bangunan-bangunan gedung. Kualitas material-
material lokal saat ini sudah sangat baik dan bervariatif. Pemilihan jenis
dan spesifikasi yang tepat terkait dengan TKDN nantinya akan dihasilkan
bangunan yang efisien dari segi biaya konstruksi. Sebagaimana dijelaskan

[99]
dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
c) Metode Kerja Pelaksanaan Konstruksi
Produk perancangan teknis adalah berupa gambar pelaksanaan. Gambar
pelaksanaan tersebut nantinya akan menjadi acuan bagi Kontraktor untuk
menentukan metode pelaksanaan konstruksi. Untuk itu gambar
pelaksanaan selayaknya dapat mempertimbangkan aspek Constructability
yaitu aspek kemudahan dan kepraktisan dalam metode pelaksanaan
konstruksi sehingga dapat menghasilkan proses pelaksanaan konstruksi
fisik yang efektif dan efisien.

5.7.10. Software Khusus” sebagai Alat Pengendalian Proyek


A. Autodesk® Revit
Masalah umum yang selalu terjadi dalam pelaksanaan suatu proyek adalah
adanya pekerjaan penyesuaian/ bongkar pasang/ menunggu keputusan dari
Konsultan Perencana, akibat permasalahan yang timbul di lapangan.
Permasalahan tersebut muncul ketika gambar-gambar for construction dari
masing-masing Konsultan Perencana, umumnya arsitek-struktur-M/E, tidak
sesuai dan baru diketahui saat akan mulai memasang salah satu dari
pekerjaan tersebut.
Untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi, salah satu metode pengendalian
Pengawas yang disebut engineering akan mereview gambar shop drawing
yang diajukan kontraktor dengan dibandingkan dengan gambar komposit yang
kami siapkan, sehingga pekerjaan yang tergambar di shop drawing sudah
sesuai dari aspek arsitektur, struktur dan M/E. Masalah yang kemungkinan
akan terjadipun bisa terlihat dan disesuaikan dengan adanya gambar komposit
tadi.
Software yang digunakan untuk membuat gambar komposit biasanya adalah
AutoCAD yang pada umumnya menampilkan gambar 2D dan terpisah antara
gambar denah, potongan dan tampaknya.
Metode tersebut memiliki kelemahan karena gambar-gambar tersebut
dibuat terpisah- pisah dari masing-masing jenis gambarnya dan bisa jadi
gambar for construction yang dibuat oleh Konsultan Perencana dari
awalnya memang tidak sesuai dan mengandung permasalahan. Apalagi
antara Konsultan Perencana Arsitek- Struktur dan M/E jarang duduk satu meja
untuk mengerjakan satu proyek yang sama.
Cara paling efektif untuk mengatasi hal tersebut adalah perlu adanya SATU
model bangunan secara 3D dan menyeluruh, yang sudah meliputi semua
detail pekerjaan di dalamnya. Sehingga contoh permasalahan seperti balok
ngeplint, ducting cross pipa, bobokan akibat pipa terkena balok, bisa dihindari,

[100]
karena sudah terlihat dari satu model bangunan tersebut. Kami akan membuat
suatu model bangunan secara 3D dengan data dari masing-masing Konsultan
Perencana dan mereviewnya secara holistik (menyeluruh dan menyatu).
Untuk mereview dan membuat suatu model bangunan tersebut, kami
menggunakan program Autodesk® REVIT yang merupakan spesialisasi kami
sebagai Konsultan MK.
Autodesk® REVIT merupakan suatu program BIM (Building Information
Modeling), dimana pada intinya dengan menggunakan program tersebut, kami
bisa menggabungkan gambar arsitek, struktur, dan M/E menjadi satu model
tunggal secara 3D dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.
Semua gambar tampak/potongan nantinya akan dihasilkan dari model tunggal
tersebut sehingga hasilnya tidak mungkin salah/ berbeda dan tentunya akan
sangat berguna untuk mengetahui ketidaksesuaian gambar perencanaan
arsitek/ struktur/ME yang umumnyaterjadi tadi.
Dengan cara ini permasalahan yang akan timbul bisa diketahui sebelumnya
dan dicari solusinya, sehingga memudahkan tahap pelaksanaan pada
nantinya.
Secara garis besar, langkah-langkah yang akan kami lakukan menggunakan
program tersebut dalam metode pengendalian (engineering) Pengawas
adalah:
1. Membuat layout dasar dari bangunan, meliputi:
 As-as bangunan
 Jumlah lantai bangunan
 Elevasi bangunan
2. Mengimport gambar CAD struktur dan membuat model:
 Sistem Pondasi
 Tie Beam dan Pembalokan
 Plat lantai
 Struktur atap dan atap
3. Mengimport gambar CAD arsitektur dan membuat model:
 Dinding dan curtain wall
 Finishing lantai
 Pintu-pintu dan jendela
 Plafon dan asesorisnya
4. Mengimport gambar CAD M/E dan membuat model:
 Instalasi ducting dan peralatannya
 Instalasi pemipaan beserta fixturenya
 Instalasi kabel beserta fixturenya
 Instalasi peralatan mekanikal.

Dari mengimport ketiga komponen dasar tadi (arsitektur-struktur-M/E) menjadi

[101]
satu objek tunggal secara 3D, maka terciptalah suatu komposit drawing yang
holistik, yaitu menyatu dan menyeluruh. Untuk membuat tampak dan potongan
maka kita cukup menarik satu garis dan terciptalah gambar tampak/ potongan
berdasarkan objek 3D yang sudah dibuat. Sehingga permasalahan yang
mungkin ada mudah dicari dan bisa tervisualisasi dengan mudah. Selain bisa
menampilkan gambar komposit drawing, software tersebut juga bisa
menghitung volume pekerjaan dari tiap-tiap item yang ada di dalam obyek
tunggal tersebut. Hal tersebut bisa terjadi karena setiap item yang
digambarkan mengandung informasi yang sebenarnya dan berbeda-beda
sesuai peruntukannya. Dengan tampilan 3D yang dimiliki, software tersebut
juga bisa mensimulasikan alur kerja dan progress proyek secara secara cepat
dan real time. Berikut ini beberapa contoh gambar yang dihasilkan oleh
Autodek® Revit: Beberapa contoh gambar yang dihasilkan Autodesk® Revit:

Gambar 5.19. Kiri : Analisa Struktur; Kanan : Gambar Komposit Strukur ME

Gambar 5.30. Kiri : Gambar Instalasi AC, Kanan : Gambar Komposit Ducting –
Plumbing

[102]
Gambar 5.31. Detail Komposit Arsitektur - M/E

Gambar 5.32 Contoh Schedule dinding dengan Autodesk Revit

B. Primavera® Suretrack
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut proyek, Pengawas akan
merumuskan program pencapaian sasaran fisik proyek terkait dengan waktu
yang direncanakan. Dalam melaksanakan pengendalian waktu ini, langkah

[103]
awal yang dilakukan adalah menetapkan tujuan dan sasaran berupa milestone
proyek. Program tersebut terdiri dari pembuatan Master Schedule dalam
bentuk Network Planning, Bar Chart, dan pembuatan kurva ―S‖ rencana induk
program.
Primavera® SureTrack Project Manager adalah suatu program time
scheduling untuk suatu manajemen proyek dengan fungsi dasar sama dengan
microsoft project tetapi memiliki beberapa kelebihan yang sangat berguna
untuk proses pengendalianwaktu dan biaya dari suatu proyek.
Kelebihan program ini dibandingkan dengan Microsoft Project adalah bisa
menganalisa beberapa hal sebagai berikut:
- progres rencana vs realisasi.
- critical activity/aktivitas kritis.
- prediksi mundur atau majunya waktu pelaksanaan.
- cash flow proyek.
Contoh-contoh gambar bentuk pengendalian diolah
menggunakan PrimaveraSureTrack Project Manager:

Gambar 65.13.20.10 Contoh Kurva-S progres rencana vs realisasi


Gambar 5.33. Controling Project

[104]
Gambar 5.34. Contoh Keterkaitan Pekerjaan dan Penentuan titik Kritis Pekerjaan

Bar Hijau: Early Bar Bar Kuning : Target Bar Bar


Biru : Progress Bar BarMerah : Critical Bar

[105]
Gambar 5.35. Contoh Analisa Cashflow Proyek

C. Microsoft Project
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut proyek, Pengawas akan
merumuskan program pencapaian sasaran fisik proyek terkait dengan waktu
yang direncanakan. Dalam melaksanakan pengendalian waktu ini, langkah
awal yang dilakukan adalah menetapkan tujuan dan sasaran berupa milestone
proyek. Program tersebut terdiri dari pembuatan Master Schedule dalam
bentuk Network Planning, Bar Chart, dan pembuatan kurva ―S‖ rencana induk
program. Microsoft Project adalah suatu program time scheduling untuk suatu
manajemen proyek yang sangat berguna untuk proses pengendalian waktu
dan biaya dari suatu proyek.

D. Building Information Modeling (BIM)


Teknologi Building Information Modeling (BIM) merupakan salah satu teknologi
di bidang AEC (Arsitektur, Engineering dan Konstruksi) yang mampu
mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke dalam
model 3 dimensi, dimana dengan menerapkan metode BIM, baik owner,
konsultan (perencana dana atau Pengawas) maupun kontraktor, akan mampu
menghemat waktu pengerjaan, biaya yang dikeluarkan serta tenaga kerja yang
dibutuhkan.
Di dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur khususnya pada konstruksi
bidang bangunan gedung saat ini, terdapat beberapa permasalahan yang dapat
menimbulkan: (i) dampak keterlambatan pekerjaan, (ii) penambahan bisaya,
dan (iii) kegagalan konstruksi. Permasalahan dimaksud dapat dilihat pada
gambar berikut:

[106]
Sumber: Paparan “Kebijakan Penerapan teknologi Building Information Modelling (BIM)”, Iwan Suprijanto, Kapus
Pengembangan Sarpras Pendidikan, Olahraga, dan Pasar, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Gambar 5.36. Permasalahan Konstruksi bidang Bangunan Gedung

Gambar 5.37. Siklus konstruksi dengan menggunakan BIM


Proses dimulai dengan menciptakan 3D model digital dan didalamnya berisi semua
informasi Jasa Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) yang berfungsi sebagai sarana untuk membuat perencanaan,
perancangan, pelaksanaan pembangunan, serta pemeliharaan bangunan tersebut
beserta infrastrukturnya bagi semua pihak yang terkait di dalam proyek.
Dalam BIM, para stakeholder (owner, tim engineer, dan kontraktor) saling bekerjasama,
secara efisien bertukar informasi (baik data maupun geometri), berkolaborasi dalam
mengefisienkan proses pembangunan/konstruksi sehingga dapat meminimalisir
kesalahan dan mempercepat proses konstruksi, menghasilkan pengoperasian bangunan
yang lebih mudah, meminimalisir produksi limbah sekaligus mengeluarkan biaya yang
lebih murah. Proses manajemen lebih accesible dan actionable karena bermuara pada 1
model informasi sehingga dapat meminimalisir konflik informasi diantara berbagai pihak.

[107]
Keuntungan penerapan teknologi BIM pada Jasa Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH). adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena adanya koordinasi dan kolaborasi informasi
yang terintegrasi satu sama lainnya (collaboration management);
2. Mendeteksi mitigasi/mengurangi risiko dalam proses perencanaan, ketidakpastian,
meningkatkan keselamatan, menganalisis dampak potensial;
3. Mengoptimalisasi resources (biaya, waktu dan SDM);
4. Memproduksi gambar teknis lebih cepat dan akurat; serta
5. Meminimalisir terjadinya variation order (VO).
Pengaplikasian BIM menggunakan perangkat lunak dalam pengerjaan suatu proyek
konstruksi. membutuhkan perangkat lunak khusus, seperti Tekla Structural Designer,
Autodesk Revit, ArchiCAD, AECOSim, dan software lainnya, namun sekedar penerapan
software tersebut hanya menjabarkan kulit luar dari pengaplikasian metode BIM itu
sendiri. Point BIM tidak hanya ditekankan pada model 3 dimensi akan tetapi bagaimana
suatu informasi dikembangkan, dikelola, dibagi, melalui kolaborasi yang lebih baik.
Pemodelan BIM tidak hanya mereprentasikan 2D dan 3D saja, namun selain 3D,
keluarannya dapat diperoleh 4D, 5D, 6D dan bahkan sampai 7D. 3D berbasis obyek
pemodelan parametric, 4D adalah urutan dan penjadwalan material, pekerja, luasan area,
waktu, dan lain-lain, 5D termasuk estimasi biaya dan part-lists, dan 6D
mempertimbangkan dampak lingkungan termasuk analisis energi dan deteksi konflik,
serta 7D untuk fasilitas manajemen, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.38. Dimensi BIM dari 3D sampai 7D


Untuk Dimensi 3D, memperlihatkan kondisi eksisting serta memvisualisasikan keluaran
proyek Kawasan Industri Terpadu Batang

[108]
Gambar 5.39. Desain 3D
Dimensi 4D (Time/ Scheduling), dihasilkan dengan kemampuan memvisualisasikan
urutan konstruksi, yaitu integrasi fase konstruksi proyek dan urutan ke model tiga dimensi.
Dapat mengandung berbagai tingkat rincian untuk digunakan dalam berbagai fase
konstruksi oleh owner, subkontraktor, dan lainnya.

Keterangan kode warna:


oranye = telah selesai, biru = minggu ini, hijau = minggu depan, kuning = dijadwalkan lebih dari dua minggu
mendatang, ungu = dijadwalkan lebih dari dua minggu mendatang.

Gambar 5.40. 4D (Time/Scheduling)


Pada 5D (Estimasi Biaya), dengan menambahkan biaya proyek terhadap model, BIM
dapat mencetak Quantity Take-Off (QTO) dan biaya estimasi termasuk menyusun
hubungan antara kuantitas, biaya dan lokasi.

Gambar 5.41. 5D (Estimasi Biaya)


Dan untuk Dimensi 6D (Sustainability, termasuk Collision Detection dan Energy
Analysis), adalah menguji model untuk menemukan konflik tata ruang. Dalam kasus
apapun, pemberitahuan otomatis akan terlihat. Selain itu dengan kemampuan analisis
energi, BIM akan memberikan pengguna dengan rinci pemodelan energi akurat.

[109]
Gambar 5.42. D6, Analisis energi (kiri) dan collision detection (kanan)
Serta Dimensi 7D (Facility Management Application), yang digunakan dalam operasi
dan pemeliharaan fasilitas sepanjang siklus keberadaan Kawasan Industri Terpadu
Batang Memungkinkan user untuk mengekstrak dan melacak data seperti status
komponen, spesifikasi, pemeliharaan/manual operasi, data garansi dan lainnya sehingga
penggantian lebih mudah dan lebih cepat. Tersedia pula proses untuk mengelola data
supplier sub kontraktor/dan komponen fasilitas melalui seluruh siklus hidup fasilitas.

Gambar 5.43. 7D (Facility Management Application)


Dari UU No. 2 Tahun 2007 tentang Jasa Konstruksi, pasal 5 ayat (5), dinyatakan
Pemerintah Pusat mmeiliki kewenangan mengembangkan Standar Material dan Peralatan
Konstruksi, serta Inovasi teknologi Konstruksi, dan berdasarkan Lampiran Peraturan
Menteri PUPR no. 22/2018, tersebutkan Penggunaan Building Information Modelling
(BIM) wajib diterapkan pada bangunan tidak sederhana dengan kriteria luas di atas 2.000
m2 dan di atas 2 lantai. Oleh karenanya Penerapan Teknologi BIM pada Jasa Manajemen
Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH). ini
kami akan terapkan nantinya.

(Sumber: Trimble)

[110]
Gambar 5.44. Lifecycle of BIM

18) Penggunaan Aplikasi BIM Pada Manajemen Konstruksi

Gambar 5.45. Penggunaan Aplikasi BIM pada MK

Mengingat kompleksnya kegiatan proyek kegiatan proyek konstruksi agar dapat


mencapai hasil yang maksimal diperlukan suatu pengelolaan yang baik yang
disebut manajemen konstruksi
Manajemen konstruksi adalah sebuah proses mengorganisir, memimpin dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetukan.
Menurut Mehmet (2011) ada banyak kegunaan dari Building Information
Modeling untuk setiap proyek, seperti gambar dibawah ini :
Table 5.4. Kegunaan BIM pada Proyek

Selama tahap desain penggunaan Building Information Modeling dapat


mengurangi banyak dampak buruk terhadap proyek karena kemampuaan
menghitung biaya proyek yang baik. BIM memberikan solusi sebelum masalah

[111]
mengakibatkan permasalahan yang berdampak pada biaya proyek yang tinggi.
Hal ini dapat diwujudkan melalui kerjasama dan koordinasi dari seluruh staff
proyek, oleh karena itu sangat penting untuk memiliki kerjasama dengan baik.
Menggunakan BIm terutama meningkatkan upaya kolaborasi dari tim proyek.
Arsitek dan insinyur dapat menguji ide-ide desain mereja termasuk analisis
energi. Manajer konstruksi dapat memberikan constructabilitu, sequencing,
valuer dan engineering report. BIM juga bisa memulai koordinasi 3D antara
sub kontraktor dan vendor selama tahap-tahap awal desain. Pemilik proyek
dapat secara visual melihat desain yang diinginkan. Secara keseluruhan, BIM
mempromosikan kolaborasi semua peserta proyek.

a. Pengolahan Data Menggunakan BIM Pada Tahapan Kerja MK


Pengumpulan data dilakuakn dengan dua cara yaitu secara kualitatif dengan
cara melakukan wawancara dengan pelaksana proyek yang terlibat untuk
mengetahui waste material pada proyek terkait dan tindak lanjut dalam
menangani waste material tersebut. Pengumpulan data secara kuantitatif
berupa gambar for construction, shop drawing dan data laporan bulanan proyek
yang diterbitkan oleh proyek terkait. Gambar for construction dan shop drawing
digunakan untuk memasukan pada program BIM yaitu Tekla Structures guna
mengetahui volume material pada proyek tersebut. Selanjutnya dengan data
waste material dari proyek terkait dilakukan pembandingan.

b. Pengolahan dan analisi data


Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka dilakukan pengolahan dan
analisis data sebagai berikut:
1. Tahap awal yang dilakukan adalah input data dari gambar for construction
dan shop drawing pada aplikasi Tekla Structures untuk memodelkan struktur
atas gedung. Struktur gedung yang dimodelkan mencakup struktur kolom,
balok dan pelat lantai. Setelah dilakukan pemodelan maka diperoleh output
volume total material. Volume total material yang diperoleh adalah baja
tulangan dan beton ready mix.
2. Setelah diperoleh volume total material baja tulangan dan beton ready mix
selanjutnya menghitung volume waste material menggunakan software
Microsoft Excel. Perhitungan waste material untuk baja tulangan pada
penelitian ini menggunakan metode optimasi cut bar dengan Solver Add ins
pada softwareMicrosoft Excel. Metode Solver digunakan untuk mendapatkan
nilai minimum dari waste. Perhitungan dilakukan pada setiap lantai yang
meliputi struktur atas yaitu struktur kolom, balok dan pelat lantai. Perhitungan
waste material beton ready mix dilakukan dengan mengurangi volume
pembelian material dengan volume material yang diperoleh melalui aplikasi
Autocad, Tekla Structure, Revit.

[112]
Gambar 5.46. Diagram Alur Pengolahan Data dan Analisis

c. Software Building Information Modeling


Banyak software Building Information Modeling, berikut tabel software
BIM dan fungsiutama yang mencakup MEP, structural, arsitek dan
software 3D.
Table 5.5. Jenis Software BIM

[113]
5.7.11. Pembuatan Sistem Informasi Managemant
Pelaksanaan Monitoring, Supervisi dan Evaluasi Kegiatan merupakan salah satu
bagian terpenting dalam menjamin keberhasilan suatu proses. Akurasi dan
ketepatan data merupakan kunci sukses dalam monitoring dan evaluasi. Dengan
dukungan SIM yang ada, serta pemanfaatan sumber-sumber informasi jalur yang
lain maka monitoring dapat dilakukan secara menyeluruh.
Strategi monitoring, supervisi dan evaluasi yang akan digunakan adalah sebagai
berikut :

[114]
a. Online Monitoring, Supervisi dan Evaluasi menggunakan sistem monev
yang telah included dalam SIM. Metoda monev yang diterapkan mestinya
mampu untuk memantau aktivitas riil maupun referensi basis / target yang
menjadi dasar kriteria pencapaian sehingga mampu menunjukkan tingkat
pencapaian serta kinerja dari setiap proses pelaksanaan kegiatan maupun
pelakunya (termasuk Tenaga Ahli) yang dimonitor. Sistem monev ini harus
bisa dilakukan untuk setiap tingkatan, baik untuk tujuan evaluasi dari
tingkatan yang lebih rendah oleh tingkatan yang lebih tinggi, maupun
untuk evaluasi diri guna tindak lanjut dalam perbaikan pelaksanaan
proses.
b. Desk Monitoring, Supervision and Evaluation, dimana metoda ini dilakukan
dengan cara melakukan verifikasi data dan informasi yang berasal dari
lapangan melalui laporan tim fasilitator maupun sumber-sumber lain, serta
evaluasi berdasarkan laporan yang dihasilkan dari SIM melalui operator.
Dari metoda ini akan dapat dideteksi ketidakwajaran atau ketidaksesuaian
antara informasi online dengan kondisi riil di lapangan sehingga dapat
dihindari penyimpangan ataupun ketidak-akuratan data dan informasi yang
berkelanjutan.
c. Observasi Lapangan. Metoda ini dilakukan secara berkala dengan jalan
memonitor langsung kondisi di lapangan oleh Tenaga Ahli Monitoring dan
Pelaporan. Hasil monitoring langsung di lapangan tersebut yang diperkuat
dengan informasi dan observasi lapangan yang dilakukan oleh Tenaga
Ahli yang lain serta sumber-sumber ketiga, akan sangat bermanfaat untuk
melakukan evaluasi kegiatan maupun kinerja pelaku di lapangan.

Hasil dari Monitoring, Supervisi dan Evaluasi bisa diakses online riil time
mencakup Informasi sebagai berikut :
 Pencapaian progres setiap minggu, proses pelaksanaan kegiatan dan
status kinerja yang telah berhasil dicapai oleh setiap pelaku,
berdasarkan indikator-indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Eksisting kondisi yang termonitor serta hasil evaluasi yang diperoleh
selanjutnya digunakan dalam menentukan strategi guna meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan proses berikutnya;
 Identifikasi kendala-kendala yang potensial muncul sehingga dapat
dilakukan antisipasi supaya tidak muncul sebagai penghambat;
 Sumber penyusunan laporan yang akurat dan dapat dipercaya;
 Sebagai informasi untuk evaluasi diri;
 Sebagai sumber informasi bagi stake holder

[115]
a. Syarat Real Time System
Suatu sistem komputasi dinamakan real-time jika sistem tersebut dapat
mendukung eksekusi program / aplikasi dengan waktu yang memiliki
batasan, atau dengan kata lain suatu sistem real-time harus memiliki :
1. Batasan waktu dan memenuhi deadline, artinya bahwa
aplikasi harus menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang telah
dibatasi atau ditentukan.
2. Dapat diprediksi, artinya bahwa sistem harus bereaksi terhadap
semua kemungkinan kejadian selama kejadian tersebut dapat
diprediksi.
3. Proses bersamaan, artinya jika ada beberapa proses yang
terjadi bersamaan,maka semua deadline nya harus terpenuhi.
4. Dapat mengerjakan hal-hal yang penting saja, mengatur strategi
task-task manayang harus dikerjakan lebih dahulu.
5. Membuat processor agar bekerja lebih cepat, sehingga dapat
ditingkatkanjumlah taskyang diselesaikan.
6. Menemukan tingkat effisiensi waktu.
7. Waktu proses merupakan sesuatu yang vital dan dianggap penting.
8. Suatu sistem dimana respon tepat waktu oleh komputer
merupakan halyangdianggap vital.
b. Karakteristik Dari Real Time System :
1. Single purpose.
Tidak seperti PC, yang memiliki banyak kegunaan, sebuah sistem
waktu nyata biasanya hanya memiliki satu tujuan, seperti
mentransfer sebuah lagu dari komputer ke mp3 player.
2. Small size.
Kebanyakan sistem waktu nyata banyak yang ada memiliki physical
space yang terbatas.
c. Inexpensively mass-produced.
Sistem operasi waktu nyata memenuhi persyaratan waktu yang
ditentukan dengan menggunakan algoritma penjadwalan yang
memberikan prioritas kepada proses waktu nyata yang memiiki
penjadwalan prioritas tertinggi. Selanjutnya, penjadwals harus
menjamin bahwa prioritas dari proses waktu nyata tidak lebih dari batas
waktu yang ditentukan. Kedua, teknik untuk persyaratan waktu
pengalamatan adalah dengan meminimalkan response time dari
sebuah events seperti interup.
Konsultan kami menyediakan IT-environment berbasis nviuser
interface, yang dapat diakses baik dilihat maupun diedit oleh tim yang
mendapat izin untuk mengakses.

[116]
5.7.12. Penanganan Pengaduan/Keluhan
Selama pelaksanaan proyek, keluhan atau pengaduan dapat datang dari berbagai
pihak, baik dari masyarakat, konsultan maupun kontraktor. Mekanisme
Penanganan Keluhan akan diusulkan untuk dibentuk oleh PPK dan diungkapkan
kepada masyarakat lokal, selain tercermin dalam semua dokumen upaya
perlindungan, untuk memastikan bahwa orang yang terkena dampak dapat
menyampaikan keluhan mereka dan mendapatkan pertimbangan dan
penyelesaian yang tepat waktu.

Gambar 5.47. Usulan Tahapan Penanganan


Usulan langkah-langkah penyelesaian pengaduan/keluhan diilustrasikan pada
Gambar 5.51. Jika mekanisme ini diterima, ini akan dimasukkan ke dalam
POM/SOP. Mekanisme pengaduan akan berlaku untuk semua pihak yang terkena
dampak proyek.
Individu dan masyarakat yang percaya bahwa mereka terkena dampak negatif dari
pembangunan dapat mengajukan keluhan kepada pemerintah setempat masing-
masing atau pemangku adat di lokasi pembangunan, yang akan diteruskan ke
kantor Owner Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) untuk diselesaikan. Setiap pengaduan akan didokumentasikan ke
dalam catatan pengaduan dan penyelesaiannya akan dipantau secara hati-hati
oleh PPK dengan dukungan dari konsultan MK, karena tidak ada unit organisasi
khusus yang menangani pengaduan/pengaduan. Khususnya untuk mekanisme
pengaduan masyarakat, tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa orang-
orang yang terkena dampak pembangunan dapat menyampaikan pengaduan
mereka kepada pengelola proyek untuk dipertimbangkan dan diperbaiki jika
diperlukan. Orang-orang di komunitas yang terkena dampak harus diberitahu
tentang niat untuk menerapkan mekanisme pengaduan, dan prosedurnya akan
dikomunikasikan dan diungkapkan.

[117]
Dalam hal ini, tim konsultan MK akan mendukung PPK dan Owner Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dalam menetapkan
dan mengoperasikan Mekanisme dan Prosedur Penanganan Pengaduan/Keluhan,
termasuk memperkuat kapasitas staf PPK dalampenanganan pengaduan/keluhan.
Konsultan MK juga akan memantau efektivitas mekanisme penanganan keluhan,
dan mengusulkan perbaikan jika diperlukan. Pemantauan juga akan ditujukan
pada jumlah pengaduan dan yang dapat diselesaikan.

5.8. DUKUNGAN DATA YANG TERSEDIA DALAM KAK


Data dasar Pada kegiatan ini berupa Produk Basic Desain Untuk setiap data diharapkan
terdapat lebih dari 1 (satu) alternatif atau referensi data, sedangkan yang bersifat
peraturan perundang-undangan yang berlaku harus diperoleh secara lengkap dan
terbaru. Data yang diberikan PPK antara lain :
a. Usulan BIN (Badan Intelejen Negara);
b. Readiness Criteria dari Pemerintah Daerah/ Instansi Terkait berupa:
1) Surat Keterangan Lahan Tidak dalam Permasalahan/Sengketa;
2) Surat Pernyataan Bersedia Menerima Hibah; dan
3) Surat Izin;.

Untuk melaksanakan tugas, Konsultan Manajeman Konstruksi tidak terbatas pada data
dari pemberi kerja sehingga harus :
- Mencari sendiri informasi yang dibutuhkan selain informasi dalam KAK maupaun
informasi dari Pengguna Jasa;
- Memeriksa kebenaran informasi yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya,
baik yang berasal dari KAK, maupun informasi lainnya;
- Informasi Pengawas yang dibutuhkan meliputi; Dokumen pelaksanaan yang terdiri
dari gambar rencana dan gambar pelaksanaan, RKS, Berita Acara Aanwijzing
sampai tahap penetapan pemenang, dokumen kontrak konstruksi; Jadwal
pelaksanaan (bar Chart, S Curve dan net work planning pekerjaan yang dibuat
oleh Kontraktor); KAK; peraturan, standar dan pedoman (teknis dan non teknis)
yang berlaku untuk pekerjaan pengawasan, termasuk petunjuk teknis pengawasan
mutu pekerjaan, dan informasi lainnya.

5.9. URAIAN TUGAS PERSONIL

Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan dan pencapaian target dan capaian
sesuai dengan KAK maka diperlukan komposisi personil sesuai dengan lingkup tugas dan
bidang keilmuannya, sebagai berikut:

[118]
Tabel 5.6 Uraian Tugas Personil
Posisi Penugasan Uraian Tugas Tenaga Ahli
1 2
TIEM LEADER 1) Memimpin Team dalam melaksanakan Manajemen Konstruksi pekerjaan sesuai
dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK);
2) Mengoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi untuk setiap
pelaksanaan pengukuran atau rekayasa lapangan yang dilakukan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi dan menyampaikan laporan kepada PPK sehingga dapat segera
diambil keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan pengembalian kondisi,
pekerjaan minor yang mendahului pekerjaan utama dan rekayasa terperinci lainnya;
3) Mengoordinasikan seluruh Tenaga Ahli Konsultan Pengawas secara teratur dan
memeriksa seluruh pekerjaan di lapangan serta memberi penjelasan tertulis kepada
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi mengenai apa yang sebenarnya dituntut dalam
pekerjaan tersebut;
4) Memastikan bahwa Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi memahami Dokumen
Kontrak Pekerjaan Konstruksi secara benar, melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan menerapkan metode konstruksi yang
tepat dengan kondisi lapangan untuk setiap pelaksanaan pekerjaan;
5) Memeriksa dengan teliti setiap gambar-gambar kerja dan analisa/perhitungan
konstruksi dan kuantitasnya, yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
sebelum pelaksanaan pekerjaan;
6) Melakukan inspeksi secara teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua lokasi
pekerjaan dalam kontrak serta membuat laporan kepada PPK terhadap hasil inspeksi
lapangan;
7) Memonitor dan mengevaluasi kemajuan pekerjaan dan segera melaporkan kepada
PPK jika terdapat kemajuan pekerjaan yang tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi dan dapat berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian pekerjaan
yang direncanakan. Dalam kondisi tersebut, maka Team Leader membuat
rekomendasi kepada PPK secara tertulis untuk mengatasi keterlambatan;
8) Memeriksa semua kuantitas dan volume hasil pengukuran setiap pekerjaan yang telah
selesai yang disampaikan oleh Quantity Engineer;
9) Mengoordinasikan perhitungan dan pembuatan sketsa yang benar kepada PPK di
setiap lokasi pekerjaan untuk bahan pertimbangan dalam pengampilan
keputusan/persetujuan;
10) Mengoordinasikan penyusunan laporan mengenai kemajuan fisik dan keuangan
pekerjaan konstruksi yang menjadi kewenangannya dan menyerahkannya kepada
PPK;
11) Mengawasi dan memeriksa pembuatan Gambar Terbangun/Terpasang (as-built
drawings) dan mengupayakan agar semua gambar tersebut dapat diselesaikan
sebelum serah terima pertama (provisional hand over)
12) Menyimpan arsip gambar desain dan menyusun korespondensi kegiatan, laporan
harian, laporan mingguan, laporan kemajuan pekerjaan dan pengukuran pembayaran;
13) Merinci dan menjelaskan pekerjaan secara teknis sehubungan dengan Contract
Change Order/Addendum;
14) Membuat persyaratan penerimaan “Acceptance” atau penolakan “Rejection” bahan,
material, alat dan produk pekerjaan;
15) Melakukan pemantauan dan segera melaporkan kepada pelaksana kegiatan apabila
kemajuan pekerjaan ternyata mengalami keterlambatan lebih dari 10% dari rencana.
Membuat saran-saran penanggulangan serta pemecahan masalah yang timbul di
lapangan;
16) Menandatangani semua dokumen yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya,
seperti MC Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, gambar-gambar kerja (Shop
Drawing), gambar akhir pelaksanaan (As-built Drawing) dan perhitungan-perhitungan
konstruksi lainnya.
17) Bertanggung Jawab berkoordinasi dan melaporkan secara berkala maupun
inspeksional kepada PPK pada saat diperlukan.
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang Struktur Bangunan Gedung

[119]
(Ahli Struktur Bangunan dan Geoteknik;
Gedung) 2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian struktur terkait;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
6) Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
7) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request for work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
terhadap aspek bidangnya;
8) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
9) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
10) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
11) konstruksi di lapangan, serta situasi yang berpengaruh kepada struktur serta
memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan tersebut;
12) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi.
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang Arsitektur Bangunan Gedung;
(Ahli ARsitektur 2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
Bangunan Gedung) dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian arsitektural terkait;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request of work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
terhadap aspek bidangnya;
7) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
8) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
9) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
konstruksi di lapangan, serta situasi yang berpengaruh kepada struktur serta
memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan tersebut;
10) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi. Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar
perencanaan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di
lapangan serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
11) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
12) Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan reviu desain, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada Team Leader;
13) Membantu Team Leader melakukan pengarahan, pengawasan (waktu dan
spesifikasi/kualitas), pelaporan, reviu desain, pada pekerjaan arsitekur dan lainnya.
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang M.E.P bagian mekanikal
(Ahli Mekanikal dan sesuai arahan Team Leader ;
Plumbing) 2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian MEP terkait;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request for work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan

[120]
terhadap aspek bidangnya;
7) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
8) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
9) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
konstruksi di lapangan bidang mekanikal sesuai arahan team leader, serta situasi yang
berpengaruh kepada proyek serta memberikan rekomendasi penyelesaian
permasalahan tersebut;
10) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi. Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar
perencanaan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di
lapangan serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
11) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
12) Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan reviu desain, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada Team Leader;
13) Membantu Team Leader melakukan pengarahan, pengawasan (waktu dan
spesifikasi/kualitas), pelaporan, reviu desain, pada pekerjaan M.E.P dan lainnya
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang M.E.P bagian elektrikal
(Ahli Elektrikal) sesuai arahan Team Leader ;
2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian MEP terkait;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request for work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
terhadap aspek bidangnya;
7) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
8) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
9) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
konstruksi di lapangan bidang mekanikal sesuai arahan team leader, serta situasi yang
berpengaruh kepada proyek serta memberikan rekomendasi penyelesaian
permasalahan tersebut;
10) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi. Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar
perencanaan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di
lapangan serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
11) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
12) Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan reviu desain, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada Team Leader;
13) Membantu Team Leader melakukan pengarahan, pengawasan (waktu dan
spesifikasi/kualitas), pelaporan, reviu desain, pada pekerjaan M.E.P dan lainnya.
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang Lanskap;
(Ahli Lanskap) 2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian lanskap terkait, termasuk pekerjaan
pendahuluan, rancangan tanaman dan bangunan taman yang rumit, bangunan tanaman
(Hardscape) sederhana, pekerjaan tanaman (Softscape), pemeliharaan sebelum
penyerahan serta pekerjaan bidang lanskap lainnya;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa

[121]
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request for work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
terhadap aspek bidangnya;
7) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
8) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
9) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
konstruksi di lapangan, serta situasi yang berpengaruh kepada struktur serta
memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan tersebut;
10) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi.
11) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi. Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar
perencanaan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di
lapangan serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
12) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
13) Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan reviu desain, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada Team Leader;
14) Membantu Team Leader melakukan pengarahan, pengawasan (waktu dan
spesifikasi/kualitas), pelaporan, reviu desain, pada pekerjaan Lanskap dan lainnya.
Quality Engineer 1) Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap mutu proses dan hasil
(Ahli Muda Struktur pekerjaan, material dan peralatan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan dokumen
Bangunan Gedung) perubahannya dalam lingkup pekerjaan struktur dan infrastruktur serta Geoteknik sesuai
arahan Team Leader;
2) Melakukan pengawasan atas pemasangan, pengaturan dan penempatan alat ukur dan
alat uji sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
3) Melaksanakan pengawasan atas semua pengujian yang dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam rangka pengendalian mutu material serta hasil
pekerjaannya, dan segera melaporkan kepada Team Leader jika terdapat
ketidaksesuaian dan cacat mutu baik dalam prosedur maupun hasil pengujiannya;
4) Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan dan memberikan laporan
secara tertulis kepada Team Leader atas persetujuan dan penolakan penggunaan
material dan hasil pekerjaan;
5) Mengawasi semua pelaksanaan pengujian di lapangan yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi dan dokumen
perubahannya;
6) Menyerahkan laporan bulanan yang di antaranya berisikan laporan hasil pengendalian
mutu, data laboratorium serta pengujian di lapangan beserta risalah/kesimpulan dari
data yang ada kepada Team Leader untuk selanjutnya dilaporkan kepada PPK;
7) Menyiapkan format laporan pengendalian mutu pekerjaan, pengujian hasil pekerjaan
dan kriteria penerimaan pekerjaan;
8) Menyampaikan laporan hasil uji data mutu material, jumlah benda uji mutu dan mutu
keluaran pekerjaan kepada Team Leader;
9) Membuat rekomendasi kepada Team Leader terhadap ketidaksesuaian mutu pekerjaan
dan tindak lanjut penanganannya, guna pencegahan ketidaksesuaian; dan
10) Memberikan panduan di lapangan bagi personel Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
mengenai metodologi pengujian mutu bahan dan pekerjaan
Quality Engineer 1) Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap mutu proses dan hasil
(Ahli Muda pekerjaan, material dan peralatan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan dokumen
Arsitektur Bangunan perubahannya dalam lingkup pekerjaan arsitektur dan lanskap sesuai arahan Team

[122]
Gedung) Leader;
2) Melakukan pengawasan atas pemasangan, pengaturan dan penempatan alat ukur dan
alat uji sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
3) Melaksanakan pengawasan atas semua pengujian yang dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam rangka pengendalian mutu material serta hasil
pekerjaannya, dan segera melaporkan kepada Team Leader jika terdapat
ketidaksesuaian dan cacat mutu baik dalam prosedur maupun hasil pengujiannya;
4) Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan dan memberikan laporan
secara tertulis kepada Team Leader atas persetujuan dan penolakan penggunaan
material dan hasil pekerjaan;
5) Mengawasi semua pelaksanaan pengujian di lapangan yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi dan dokumen
perubahannya;
6) Menyerahkan laporan bulanan yang di antaranya berisikan laporan hasil pengendalian
mutu, data laboratorium serta pengujian di lapangan beserta risalah/kesimpulan dari
data yang ada kepada Team Leader untuk selanjutnya dilaporkan kepada PPK;
7) Menyiapkan format laporan pengendalian mutu pekerjaan, pengujian hasil pekerjaan
dan kriteria penerimaan pekerjaan;
8) Menyampaikan laporan hasil uji data mutu material, jumlah benda uji mutu dan mutu
keluaran pekerjaan kepada Team Leader;
9) Membuat rekomendasi kepada Team Leader terhadap ketidaksesuaian mutu pekerjaan
dan tindak lanjut penanganannya, guna pencegahan ketidaksesuaian; dan
10) Memberikan panduan di lapangan bagi personel Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
mengenai metodologi pengujian mutu bahan dan pekerjaan.
Quality Engineer 1) Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap mutu proses dan hasil
(Ahli Muda pekerjaan, material dan peralatan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan dokumen
Mechanical, perubahannya dalam lingkup pekerjaan M.E.P sesuai arahan Team Leader;
Electrical, Plumbing) 2) Melakukan pengawasan atas pemasangan, pengaturan dan penempatan alat ukur dan
alat uji sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
3) Melaksanakan pengawasan atas semua pengujian yang dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam rangka pengendalian mutu material serta hasil
pekerjaannya, dan segera melaporkan kepada Team Leader jika terdapat
ketidaksesuaian dan cacat mutu baik dalam prosedur maupun hasil pengujiannya;
4) Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan dan memberikan laporan
secara tertulis kepada Team Leader atas persetujuan dan penolakan penggunaan
material dan hasil pekerjaan;
5) Mengawasi semua pelaksanaan pengujian di lapangan yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi dan dokumen
perubahannya;
6) Menyerahkan laporan bulanan yang di antaranya berisikan laporan hasil pengendalian
mutu, data laboratorium serta pengujian di lapangan beserta risalah/kesimpulan dari
data yang ada kepada Team Leader untuk selanjutnya dilaporkan kepada PPK;
7) Menyiapkan format laporan pengendalian mutu pekerjaan, pengujian hasil pekerjaan
dan kriteria penerimaan pekerjaan;
8) Menyampaikan laporan hasil uji data mutu material, jumlah benda uji mutu dan mutu
keluaran pekerjaan kepada Team Leader;
9) Membuat rekomendasi kepada Team Leader terhadap ketidaksesuaian mutu pekerjaan
dan tindak lanjut penanganannya, guna pencegahan ketidaksesuaian; dan
10) Memberikan panduan di lapangan bagi personel Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
mengenai metodologi pengujian mutu bahan dan pekerjaan.
Quantity Engineer 1) Melakukan survei yang diperlukan untuk memeriksa pekerjaan dan volume atau
terkait pekerjaan kuantitas pekerjaan struktur dan infrastruktur dan Geoteknik sebelum dan saat

[123]
Sipil pelaksanaan pekerjaan;
2) Membuat catatan/laporan harian tentang kemajuan pekerjaan di lapangan, serta selalu
memberikan informasi tentang rincian pekerjaan kepada Team Leader;
3) Menghitung kembali volume atau kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan sebagai dasar
perhitungan prestasi pekerjaan;
4) Bekerjasama dengan Quality Engineer untuk menyesuaikan metode pelaksanaan di
lapangan dengan di laboratorium sehingga perhitungan volume atau kuantitas pekerjaan
dapat dilaksanakan;
5) Melakukan pengawasan di lapangan selama pekerjaan berlangsung dan melaporkan
segera kepada Team Leader jika terdapat volume atau kuantitas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan mencatat semua hasil pengukuran,
perhitungan volume atau kuantitas pekerjaan dan bukti pembayaran terhadap Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi;
7) Membuat ringkasan dengan memperhatikan laporan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi tentang pengadaan material, jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan dan
pengukuran di lapangan untuk dilaporkan kepada Team Leader setiap hari setelah
selesai kerja;
8) Mengevaluasi prosedur perhitungan hasil pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
9) Melakukan inspeksi dan monitoring lapangan terkait keluaran hasil pekerjaan serta
melaporkannya secara tertulis kepada Team Leader; dan
10) Membantu Team Leader dalam pengukuran akhir secara keseluruhan dari bagian
pekerjaan yang telah diselesaikan dan memenuhi persyaratan mutu pekerjaan.
Quantity Engineer 1) Melakukan survei yang diperlukan untuk memeriksa pekerjaan dan volume atau
terkait pekerjaan kuantitas pekerjaan arsitektur dan lanskap sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan;
Arsitektur 2) Membuat catatan/laporan harian tentang kemajuan pekerjaan di lapangan, serta selalu
memberikan informasi tentang rincian pekerjaan kepada Team Leader;
3) Menghitung kembali volume atau kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan sebagai dasar
perhitungan prestasi pekerjaan;
4) Bekerjasama dengan Quality Engineer untuk menyesuaikan metode pelaksanaan di
lapangan dengan di laboratorium (jika diperlukan) sehingga perhitungan volume atau
kuantitas pekerjaan dapat dilaksanakan;
5) Melakukan pengawasan di lapangan selama pekerjaan berlangsung dan melaporkan
segera kepada Team Leader jika terdapat volume atau kuantitas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan mencatat semua hasil pengukuran,
perhitungan volume atau kuantitas pekerjaan dan bukti pembayaran terhadap Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi;
7) Membuat ringkasan dengan memperhatikan laporan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi tentang pengadaan material, jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan dan
pengukuran di lapangan untuk dilaporkan kepada Team Leader setiap hari setelah
selesai kerja;
8) Mengevaluasi prosedur perhitungan hasil pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
9) Melakukan inspeksi dan monitoring lapangan terkait keluaran hasil pekerjaan serta
melaporkannya secara tertulis kepada Team Leader; dan
10) Membantu Team Leader dalam pengukuran akhir secara keseluruhan dari bagian
pekerjaan yang telah diselesaikan dan memenuhi persyaratan mutu pekerjaan.
Quantity Engineer 1) Melakukan survei yang diperlukan untuk memeriksa pekerjaan dan volume atau

[124]
M.E.P kuantitas pekerjaan M.E.P sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan;
2) Membuat catatan/laporan harian tentang kemajuan pekerjaan di lapangan, serta selalu
memberikan informasi tentang rincian pekerjaan kepada Team Leader;
3) Menghitung kembali volume atau kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan sebagai dasar
perhitungan prestasi pekerjaan;
4) Bekerjasama dengan Quality Engineer untuk menyesuaikan metode pelaksanaan di
lapangan dengan di laboratorium (jika diperlukan) sehingga perhitungan volume atau
kuantitas pekerjaan dapat dilaksanakan;
5) Melakukan pengawasan di lapangan selama pekerjaan berlangsung dan melaporkan
segera kepada Team Leader jika terdapat volume atau kuantitas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan mencatat semua hasil pengukuran,
perhitungan volume atau kuantitas pekerjaan dan bukti pembayaran terhadap Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi;
7) Membuat ringkasan dengan memperhatikan laporan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi tentang pengadaan material, jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan dan
pengukuran di lapangan untuk dilaporkan kepada Team Leader setiap hari setelah
selesai kerja;
8) Mengevaluasi prosedur perhitungan hasil pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
9) Melakukan inspeksi dan monitoring lapangan terkait keluaran hasil pekerjaan serta
melaporkannya secara tertulis kepada Team Leader; dan
10) Membantu Team Leader dalam pengukuran akhir secara keseluruhan dari bagian
pekerjaan yang telah diselesaikan dan memenuhi persyaratan mutu pekerjaan

HSE Engineer 1) Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan aspek keselamatan


konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, untuk mendukung terwujudnya
tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
2) Melakukan pengawasan terhadap penerapan Dokumen SMKK;
3) Memeriksa dan membuat rekomendasi terhadap penyusunan dan pemutakhiran
dokumen penerapan Keselamatan Konstruksi;
4) Berkoordinasi dengan HSE Engineer Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam
mengidentifikasi dan memetakan potensi bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan
kerja, termasuk membuat tingkatan dampak dari bahaya (impact) dan kemungkinan
terjadinya bahaya tersebut (probability);
5) Berkoordinasi dengan HSE Engineer Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam
menyusun rencana program keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi upaya
preventif dan upaya korektif, untuk mengurangi terjadinya bahaya/kecelakaan dan
menanggulangi kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja;
6) Memonitoring implementasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dengan
berkoordinasi bersama HSE Engineer Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam
memastikan dampak lingkungan akibat pembangunan proyek dapat diminimalisir;
7) Berkoordinasi dengan HSE Engineer Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi atau pejabat
lain dalam penyiapan pengendalian dan keselamatan lalu lintas yang terlibat di area
proyek atau proyek lain yang berkaitan;
8) Membuat laporan dan memelihara dokumen terkait kesehatan dan keselamatan kerja,
termasuk merancang prosedur baku dan memelihara borang atau catatan terkait
kesehatan dan keselamatan kerja; dan
9) Mengevaluasi insiden kecelakaan yang mungkin terjadi, serta menganalisis akar
masalah termasuk tindakan preventif dan korektif yang diambil.
TENAGA SUB PROFESIONAL

[125]
INSPECTOR 1) Membantu dan melaksanakan validasi data lapangan terhadap ketetapan lahan,
kesiapan lahan dan/atau tata letak bangunan, agar site mapping sesuai dengan kondisi
lapangan yang sebenarnya Mutual Check Awal (MC-0);
2) Membantu Team Leader, SE dan QC dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan dari
aspek kuantitas, kualitas dan waktu pekerjaan berdasarkan dokumen kontrak;
3) Bertanggung jawab penuh kepada Team Leader untuk mengawasi baik kuantitas,
kualitas dan waktu pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi;
4) Melakukan pemeriksaan gambar kerja Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
berdasarkan gambar rencana serta memeriksa dan memberikan izin pelaksanaan
pekerjaan;
5) Mengawasi dan memberikan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan agar sesuai
dengan prosedur berdasarkan spesifikasi teknis sesuai arahan SE dan QC;
6) Berhak menerima dan menolak hasil pekerjaan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
berdasarkan spesifikasi teknis atas arahan Team Leader/SE/QC;
7) Membuat laporan harian mengenai aktivitas Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk
kemajuan pekerjaan, terdiri dari cuaca, material yang datang (masuk), perubahan dan
bentuk dan ukuran pekerjaan, peralatan di lapangan, kuantitas dari pekerjaan yang telah
diselesaikan, pengukuran di lapangan (MC Akhir) dan kejadian-kejadian khusus; dan
8) Membantu Memeriksa gambar akhir pekerjaan (As-built Drawing) sesuai dengan MC
Akhir.
PETUGAS K3 1) Melaksanakan semua ketentuan aturan perundangan yang berkaitan dengan K3 di
bidang konstruksi;
2) Mengatur semua dokumen kontrak dan cara kerja pelaksanaan konstruksi;
3) Melakukan evaluasi terkait prosedur dan petunjuk kerja pelaksanaan ketentuan K3
4) Melaksanakan sosialisasi, implementasi, dan pemantauan langsung terkait penerapan
program, cara kerja, dan petunjuk kerja K3;
5) Melakukan pengelolaan terhadap laporan pelaksana SMK3 dan acuan teknis K3
konstruksi;
6) Melakukan pengoelolaan terkait cara kerja penerapan konstruksi yang berdasarkan
dengan K3 apabila memang diperlukan; dan
7) Melakukan penanggulangan terhadap segala bentuk penyakit maupun kecelakaan yang
terjadi akibat kerja dan semua kondisi darurat.
TENAGA PENDUKUNG
Operator CAD 1) Membantu memeriksa gambar kerja (Shop Drawing) yang telah ada, baik dari segi
arsitektur, segi struktur dan M.E.P dengan berpedoman pada persyaratan bangunan
yang berlaku di Indonesia;
2) Memastikan bahwa setiap gambar CAD sesuai dengan standar dan peraturan yang
berkaitan;
3) Memastikan semua gambar CAD tersimpan dalam hard copy dan soft copy di tempat
yang benar;
4) Membantu Team Leader membuat catatan-catatan gambar sehubungan dengan
penyiapan data yang diperlukan dalam melaksanakan reviu pekerjaan; dan
5) Menguasai beberapa program komputer, antara lain MS Word, MS Excel, SketchUp dan
AutoCAD.
Administrasi / Operator 1) Melakukan proses input data yang berkaitan dengan segala hal di dalam proyek;
Komputer
2) Melakukan pengarsipan dokumentasi kegiatan dengan tertib;
3) Merapikan dan membuat salinan dari tiap dokumen input/output MK;
4) Memastikan tertib admistrasi pelaporan MK;
5) Melakukan proses surat menyurat baik surat masuk maupun surat keluar;
6) Membantu Team Leader membuat presentasi sehubungan dengan penyiapan

[126]
data/Laporan yang diperlukan dalam melaksanakan reviu pekerjaan; dan
7) Menguasai beberapa program komputer, antara lain MS Word, MS Excel dan Ms Power
Point.

5.10. PROGRAM KERJA, JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN JADWAL


PENUGASAN PERSONIL
Setelah mempelajari Dokumen Pelelangan dan Kerangka Acuan Kegiatan serta
mengadakan kunjungan ke lokasi pekerjaan, maka Konsultan akan dapat memahami
substansi kegiatan yang akan dilaksanakan. Mengacu kepada Kerangka Acuan Kegiatan,
Konsultan akan menyusun program kerja secara khusus dan detil sebelum implementasi
lapangan. Program Kerja yang diusulkan dalam penawaran ini akan diusulkan secara
resmi dan dimintakan persetujuannya serta akan disempurnakan sesuai dengan petunjuk
dan arahan dari Pengguna Jasa. Berpijak dari Program Kerja yang jelas siharapkan
selama pelaksanaan tidak ada lagi kerancuan dan keragu-raguan dalam bertindak.
Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Acuan Kegiatan, Konsultan harus dapat
mengimplementasikan seluruh Tugas dan Tanggung Jawab sehingga diperoleh Output
atau Target Keluaran sebagaimana yang diharapkan. Kerangka Acuan Kegiatan
memberikan Petunjuk, Alur atau Garis Besar terhadap Strategi yang Diterapkan untuk
mencapai Keluaran/ Output tersebut, dimana secara umum tugas Konsultan adalah
Mendampingi, Membantu PPK dalam pengelolaan dan pengendalian pelaksanaan
Pembangunan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) dalam keseluruhan kegiatan proyek mulai dari tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan fisik dan serah terima tahap ke-2. Untuk mencapai sasaran pekerjaan,
lingkup pekerjaan, dan keluaran, Konsultan merancang program kerja.

A. PROGRAM KERJA
Kegiatan proyek dapat dibagi menjadi 3 tahapan pekerjaan yaitu pekerjaan Persiapan
, Pelaksanaan Konstruksi dan Pemeliharaan (PHO dan FHO). Untuk mendapatkan
hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan, efektif dan tepat
waktu dalam penyelesaiannya dan tentunya efisien dalam hal pembiayaan, lingkup
pekerjaan perlu diperjelas dan kami memberikan gambaran lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) dengan konvensional lingkup pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. TAHAP PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan yang
akan dilakukan oleh Konsultan Manajeman Konstruksi. Pekerjaan ini lebih bersifat
intern Konsultan dan dimaksudkan untuk mempersiapkan segala sesuatu
yang sekiranya akan dapat mendukung kelancaran pekerjaan.
a. Mobilisasi
Sebelum melaksanakan mobilisasi personil maupun peralatan terlebih dahulu
konsultan akan melakukan pekerjaan persiapan administrasi yang merupakan

[127]
kegiatan paling awal dari Konsultan setelah menerima Surat Perintah Mulai
Kerja (SPK)/Kontrak dari Pemberi Kerja. Persiapan administrasi tersebut
mencakup :
 pembuatan dokumen kontrak,
 pengurusan surat ijin ke instansi terkait,
 pembuatan surat tugas kepada personil yang akan terlibat dalam
penanganan proyek,
 surat permohonan data dan sebagainya.
Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera
mungkin sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik
yang telah cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis,
sehingga diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
disediakan untuk itu. Segala sesuatu yang terkait dengan masalah administrasi
tersebut akan selalu di bawah pengawasan Tim Leader yang bertanggung
jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan. Dan apabila pekerjaan persiapan
tersebut telah selesai maka mobilisasi personil dan peralatan dapat
dilaksanakan.
b. Penyusunan Standart Operasional Prosedur serta Format Administrasi dan
Pelaporan
c. Penyusunan Rencana Kerja Konsultan

2. Tahap Review Perencanaan / DED


Pengendalian pada tahap dokumen perencanaan, antara lain
a. Melakukan reviu dokumen perencanaan dan BIM model yang telah disusun
kontraktor;
b. Melakukan pengendalian pelaksanaan konstruksi berbasis BIM; dan Melakukan
pelaporan mingguan berdasarkan progres di lapangan dan kesesuaian progres
BIM.
1) Melakukan atau memfasilitasi koordinasi dengan unit organisasi (unor) dan
K/L terkait, serta MK induk yang berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan ;
2) Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan konstruksi berdasarkan
rekomendasi hasil perencanaan yang dibuat oleh Penyedia Jasa
Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun yang meliputi evaluasi Desain
Engineering Design (DED), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) program penyediaan dan penggunaan
sumber daya, strategi dan pentahapan pelaksanaan pekerjaan;
3) Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka proses perubahan-
perubahan hasil perencanaan yang merupakan justifikasi teknis dan
administrasi, atas persetujuan penyedia jasa dan pemberi tugas;
4) Memberikan masukan teknis hasil perencanaan, yang meliputi

[128]
penelitian/hasil tes laboratorium dan pemeriksaan hasil perencanaan dari
sudut efisiensi sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan
konstruksi fisik;
5) Melakukan pengendalian program, melalui kegiatan evaluasi program
terhadap hasil perencanaan, perubahan/penyimpangan teknis dan
administrasi atas persoalan yang timbul serta pengusulan koreksi program;
dan
6) Meneliti dan memberikan rekomendasi perubahan dokumen perencanaan
sesuai dengan kondisi lapangan, menyusun program pengendalian
pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Konstruksi Terintegrasi
Rancang Bangun serta membantu proses pemenuhan persyaratan
perubahan terhadap dokumen hasil perencanaan.

c. Melakukan atau memfasilitasi koordinasi dengan unit organisasi (unor) dan K/L
terkait, serta MK induk yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan ;
d. Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan konstruksi berdasarkan
rekomendasi hasil perencanaan yang dibuat oleh Penyedia Jasa Konstruksi
Terintegrasi Rancang Bangun yang meliputi evaluasi Desain Engineering
Design (DED), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) program penyediaan dan penggunaan sumber daya,
strategi dan pentahapan pelaksanaan pekerjaan;
e. Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka proses perubahan-
perubahan hasil perencanaan yang merupakan justifikasi teknis dan
administrasi, atas persetujuan penyedia jasa dan pemberi tugas;
f. Memberikan masukan teknis hasil perencanaan, yang meliputi penelitian/hasil
tes laboratorium dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi
sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan konstruksi fisik;
g. Melakukan pengendalian program, melalui kegiatan evaluasi program terhadap
hasil perencanaan, perubahan/penyimpangan teknis dan administrasi atas
persoalan yang timbul serta pengusulan koreksi program; dan
h. Meneliti dan memberikan rekomendasi perubahan dokumen perencanaan
sesuai dengan kondisi lapangan, menyusun program pengendalian
pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Konstruksi Terintegrasi Rancang
Bangun serta membantu proses pemenuhan persyaratan perubahan terhadap
dokumen hasil perencanaan.
3. TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI RANCANG BANGUN
1) Pemeriksaan Lokasi
Pengecekan /pemeriksaan ini meliputi :
a. Pengecekan kondisi lapangan disesuaikan dengan gambar rencana
b. Pengecekan areal lokasi yang akan dijadikan stock material , workshop
alat berat, fabrikasi bahan dan lain-lain yang berkaitan dengan
pekerjaan.

[129]
c. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi saat
pelaksanaan pekerjaan.

2) Pemeriksaan Program Mobilisasi Kontraktor


Kontraktor akan menyerahkan rencana mobilisasi ke Direksi
Lapangan/Konsultan supervise. Rencana mobilisasi ini meliputi :
a. Denah base camp kontraktor dan lain-lain
b. Daftar personil kontraktor
c. Daftar jadual pelaksanaan konstruksi (Construction Schedule)
d. Daftar alat-alat berat yang akan digunakan dalam pelaksanaan
e. Daftar peralatan survey/alat ukur, dan peralatan lainnya untuk
menunjang pelaksanaan pekerjaan.
f. Daftar kendaraan operasional proyek.
3) Pemeriksaan Rencana Kerja dan RMK Kontraktor
Rencana kerja yang merupakan langkah awal untuk terlaksananya
pekerjaan sesuai dengan rencana dan tepat waktu. Pada tahap ini,
konsultan akan melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap jadwal kerja
yang diajukan oleh kontraktor diantaranya adalah :
a. Struktur Organisasi Kerja Kontraktor.
b. Sumberdaya manusia
c. Sub kontraktor (apabila ada)
d. Mobilisasi penggunaan peralatan
e. Pengadaan dan penyiapan material
f. Metode Pelaksanaan pekerjaan
g. Waktu pelaksanaan
Setelah memeriksa dan mengevaluasi Rencana Kerja Kontraktor, konsultan
akan memberikan petunjuk-petunjuk bila ada suatu perbaikan dalam
rencana kerja tersebut.
4) Rencana Pengaturan Kerja
Tingkat keberhasilan suatu proyek tidak hanya tergantung atas
kemampuan dari para Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor
perencanaan (kerja) akan memegang peranan kunci yang akan menentukan
kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai.
Dengan adanya rencana kerja diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang
tindih pelaksanaan kegiatan, sehingga dukungan dari masing-masing
personil akan memberikan hasil yang optimal. Mengingat pentingnya
rencana kerja ini, Tim Leader akan memimpin langsung untuk membicarakan
dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan :
a. Jadwal pelaksanaan Manajeman Konstruksi pekerjaan.
b. Jadwal penugasan masing-masing personil.
c. Uraian tugas dari masing-masing personil

[130]
d. Hubungan kerja antar personil maupun dengan proyek dan kontraktor.
e. Peralatan yang akan dibutuhkan
f. Dukungan pendanaan
5) Pre Construction Meeting
Penyelenggaraan pre construction meeting, dimaksudkan untuk mempelajari
lebih dalam hal-hal yang kurang atau tidak jelas tentang isi dokumen kontrak
beserta kelengkapannya serta penjelasan dari kontraktor atas Rencana
Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang dianggap
belum jelas. Dengan demikian keraguan atau beda pendapat dalam
penafsiran pasal-pasal dokumen kontrak dapat dihindari, demikian pula
ketidak jelasan tentang Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu
Kontrak (RMK) yang dibuat oleh kontraktor dapat dipahami sehingga
terdapat kesamaan dalam pemahaman. Disamping itu dalam pertemuan
tersebut kontraktor diminta untuk menjelaskan program kerja pelaksanaan,
struktur organisasi kerja di lapangan dan mekanisme kerja, efisiensi dan
efektivitas program kerja yang telah disusun serta bagian-bagian
pekerjaanyang akan diserahkan kepada sub-kontraktor.
Dalam membuat RMP atau RMK kontraktor sekurang-kurangnya
menjelaskan tentang uraian singkat pekerjaan, organisasi pelaksana
kontraktor, rencana kerja pelaksanaan oleh kontraktor dilengkapi dengan
bagan alurnya, standar prosedur dan standar desain yang akan digunakan,
inspeksi dan test yang akan dilakukan.
6) MC 0
Mutual check awal atau biasa yang disebut MC-0 merupakan kegiatan
penghitungan kembali volume item pekerjaan dan disesuaikan antara
gambar rencana dengan kondisi lapangan. Sehingga mendapatkan volume
actual sesuai dengan kondisi real pekerjaan.
Hasil daripada perhitungan tersebut, baik ada kelebihan volume atau
kekurangan volume akan dituangkan dalam sebuah laporan kerja yang
dinamakan laporan Mutual Check Awal (MC-0)

7) Tahap Konstruksi
Tim Manajeman Konstruksi yang dipimpin oleh Tim Leader akan secara kontinyu
melakukan Manajeman Konstruksi atas pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan
oleh kontraktor, dimana seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan yang
disyaratkan di dalam dokumen kontrak pekerjaan fisik (spesifikasi).
Sebelum pelaksanaan pekerjaan Manajeman Konstruksi konstruksi dimulai,
Konsultan Manajeman Konstruksi terlebih dahulu akan membuat suatu pedoman
dasar pelaksanaan kegiatan agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat
berjalan lancar dan sesuai dengan standar mutu yang diinginkan, hal ini
mencakup antara lain :

[131]
 Diskusi dan Asistensi
Tim Manajeman Konstruksi konsultan yang terdiri dari Team Leader, Tenaga
ahli, Pengawas Bangunan, Tenaga Teknis (staff teknis) dan Tenaga
Penunjang akan berada dan berkantor di dekat lokasi pekerjaan sebagai
upaya untuk dapat memonitor secara langsung dan terus menerus mengenai
perkembangan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor
serta mengupayakan agar segala pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan
standard mutu dan persyaratan/spesifikasi teknis yang ada. Tim Manajeman
Konstruksi akan membuat laporan kemajuan yang akan disampaikan kepada
Kepala Owner yang mencakup aktivitas konsultan sendiri maupun.
Pekerjaan-pekerjaan ini juga mencakup hal-hal seperti :
 Penyusunan Shop Drawing
 Pembuatan rekayasa lapangan,
 Menilai kelayakan pengajuan pembayaran
 Contract Change Order,
 Menganalisa klaim Kontraktor,
 Memeriksa pengajuan Sertifikasi Pembayaran Bulanan (Monthly
Certificate) lengkap dengan back up datanya, serta
 Penyiapan Professional Hand Over (PHO).
Disamping itu Konsultan Manajeman Konstruksi akan membantu Kepala
Owner dalam menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin timbul
dengan Kontraktor dan memberikan pendapat yang diminta atau tidak
berdasarkan pertimbangan dan analisa obyektif terhadap semua tuntutan
yang mungkin diajukan oleh Kontraktor. Koordinasi kegiatan Tim
Pengawasan Lapangan akan
dilaksanakan oleh Tim Manajeman Konstruksi yang dalam hal ini akan diwakili
oleh Tim Leader bersama-sama dengan Kepala Satuan Kerja.
Hubungan koordinasi dengan kontraktor dilakukan melalui Kepala Owner
atau Direksi yang ditunjuk. Dalam hubungan ini konsultan bertindak sebagai
wakil dari Pengguna jasa atau biasa disebut dengan ‗Engineer
RepresentativE. Konsultan di dalam melaksanakan tugasnya akan
memberikan saran-saran kepada Kontraktor mengenai masalah-masalah
yang berkaitan dan timbul di dalam pelaksanaan pekerjaan.
Selain itu konsultan akan membantu kontraktor dengan memberikan saran-
saran mengenai metode kerja, organisasi pelaksanaan, pemilihan dan
penempatan staf/tenaga, pemilihan dan penempatan peralatan kerja yang
digunakan dan membantu monitoring pelaksanaan kerja dll.
Terhadap masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di dalam
pelaksanaan pekerjaan, akan didiskusikan secara bersama-sama antara
konsultan, kontraktor, dan direksi lapangan termasuk di dalamnya apabila

[132]
diperlukan adanya revisi desain (review design) ataupun design ulang.
Konsultan akan memberikan saran, alternatif pemecahan masalah serta
rekomendasi di dalam upaya untuk pengambilan keputusan, dimana
keputusan ini nantinya harus disetujui oleh Pengguna jasa (diwakili oleh Tim
Teknis) sebelum dilaksanakan di lapangan. Periodik meeting, sedikitnya
dilakukan sekali dalam seminggu. Diadakan bersama-sama dengan
Kontraktor dan bilamana perlu dengan Pengguna jasa untuk mengevaluasi
pelaksanaan kerja minggu sebelumnya, serta membuat program kerja minggu
berikutnya. Diskusi intern antar seluruh tim pelaksana dilakukan dibawah
pimpinan Tim Leader. Diskusi intern akan membahas :
 Semua masalah yang ada
 Kemungkinan masalah yang timbul
 Merumuskan pemecahannya
 Tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan
Prosedur pelaksanaan Manajeman Konstruksi konstruksi serta menampung
usulan-usulan tim pelaksana sebagai bahan masukan dan evaluasi
pelaksanaan.
 Pemeriksaan Rencana Kerja.
Pada saat ini dikenal beberapa cara untuk mengontrol dan memonitor
jadwalkemajuan proyek antara lain:
a) Diagram balok
b) Diagram garis
c) Teknik jaringan kerja
d) Kurva – S
e) Diagram skala waktu.
Beberapa cara tersebut dapat dipakai bersama-sama atau dikombinasikan.
Misalnya pembuatan master network plan cocok untuk kontrol jadwal seluruh
proyek, sedangkan diagram balok dan diagram garis dapat dipergunakan
untuk aktivitas pekerjaan yang lebih mendetail dan terperinci. Variasi
penggunaan cara-cara tersebut diatas dapat dikembangkan secara optimal.

 Survei Dan Pengukuran


Pekerjaan survei dan pengukuran meliputi :
 Pengecekan data survei dan Gambar Rencana. Konsultan akan
melakukan pengecekan dan koreksi terhadap data survei dan saat
desain dan gambar rencana sebelum melakukan pengawasan di
lapangan.
 Pengukuran persediaan material. Pengecekan persediaan material ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran akan ketersediaan bahan
atau material, sehingga pada saat pelaksanaan tidak terjadi

[133]
kekurangan bahan yang dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan.
 Pengukuran sebelum pelaksanaan pekerjaan, yang dilakukan dengan
cara joint survei antara kontraktor, konsultan dan direksi lapangan/staf,
dan pengukuran ini diperlukan untuk mengetahui kondisi lapangan
(actual condition) sebelum pelaksanaan pekerjaan. Data hasil
pengukuran ini diplotkan dalam gambar rencana, untuk mengetahui
ada tidaknya suatu perbedaan disamping diperlukan untuk perhitungan
volume.
 Pengukuran pada saat pelaksanaan pekerjaan, dilakukan mengikuti
kemajuan pekerjaan (progres) dan dengan cara joint survei. Konsultan
akan memeriksa dan mengevaluasi data survei lapangan, sebelum
diakui/ditandatangani pihak konsultan dan direksi lapangan.
 Manajeman Konstruksi
Jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan pada Manajeman Konstruksi
konstruksi adalah sebagai berikut:
1. Lingkup Kegiatan dan Staf/Tim Teknis Pelaksanaan Pekerjaan
Lingkup Kegiatan; adalah Konsultan manajemen konstruksi mulai dari
SPMK Konstruksi, Serah Terima Pekerjaan Pertama, Masa
Pemeliharaan dan Serah Terima Kedua serta dukungan pemenuhan
persyaratan perijinan bangunan Gedung yang diperlukan.
Staf/tim teknis pelaksanaan pekerjaan: Owner akan membentuk tim teknis
dan tim pemerikasa hasil pekerjaan sebagai wakilnya untuk melakukan
pengendalian, pendampingan teknis, pembahasan dan penilaian laporan
pelaksanaan pekerjaan Manajemen Konstruksi. Untuk pengendalian
administrasi kontrak Konstruksi, wakil Owner terdiri dari Direksi Lapangan,
Tim Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan dan badan pengelola IKN. Terkait
dengan perubahan kontrak, wakil Owner adalah Pantia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak.
2. Lingkup Pekerjaan
Lingkup kegiatan pada pekerjaan ini mengacu kepada Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Melalui Penyedia, serta peraturan lainnya bidang bangunan Gedung
(mengacu pada standar dan acuan di dalam KAK ini).
Lingkup pekerjaan dalam menyelenggarakan pekerjaan Manajemen
Konstruksi (MK) pada pengendalian pelaksanaan konstruksi Penataan
Sumbu Kebangsaan Tahap II, Sumbu Tripraja, dan Pembangunan
Sistem Proteksi Kebakaran KIPP yang akan dilaksanakan dengan
metode Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun yang akan
direncanakan dalam 2 (Dua) Tahun Anggaran, yaitu Tahun Anggaran
2023- 2024.

[134]
A. Umum
Secara umum Manajemen Konstruksi memiliki tugas:
a. Melaksanakan penjaminan mutu (quality assurance)
pelaksanaan pekerjaan mulai dari tahapan pelaksanaan konstruksi,
sampai dengan serah terima akhir pekerjaan
b. Membantu pengguna jasa dalam melakukan evaluasi kegiatan
pekerjaan yang membutuhkan justifikasi teknis pada Penataan Sumbu
Kebangsaan Tahap II, Sumbu Tripraja, dan Pembangunan Sistem
Proteksi Kebakaran KIPP;
c. Membantu pengguna jasa dalam melakukan persetujuan
atau penolakan perubahan kontrak;
d. Melakukan pemantauan penerapan teknologi Building
Information Modelling (BIM);
e. Melakukan verifikasi atas tagihan pembayaran;
f. Membantu pengguna jasa dalam menghitung nilai perolehan
aset barang milik negara; dan
g. Membantu pengguna jasa ketika dilakukan audit hasil
pekerjaan/proyek setelah serah terima akhir pekerjaan

B. Tahap Persiapan;
a. Meneliti kelengkapan dokumen perencanaan, dan ikut memberikan
penjelasan pekerjaan pada waktu Pre Construction Meeting;
b. Mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi review dokumen
perencanaan, menyusun laporan hasil rapat koordinasi, dan
membuat laporan kemajuan pekerjaan MK.

C. Tahap Pelaksanaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun;


Lingkup tugas pada tahap pelaksanaan konstruksi (terintegrasi rancang
bangun) meliputi:
c. Pengendalian dan evaluasi perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan, yang meliputi detail desain, program penyediaan dan
penggunaan sumber daya, strategi dan pentahapan konstruksi.
d. Memberikan konsultansi kegiatan perencanaan, yang meliputi
penelitian dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi
sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan
konstruksi;
e. Mengendalikan perencanaan, melalui kegiatan evaluasi
program terhadap hasil perencanaan, perubahan-perubahan
lingkungan, penyimpangan teknis dan administrasi atas persoalan
yang timbul, serta pengusulan koreksi program;
f. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat pada

[135]
tahap perencanaan;
g. Menyusun laporan pendahuluan, antara, bulanan dan akhir kegiatan
konsultansi manajemen konstruksi pada tahap perencanaan,
merumuskan evaluasi status dan koreksi teknis bila
terjadi Penyimpanan Meneliti kelengkapan dokumen perencanaan;
h. Membuat laporan reviu desain pada setiap tahapan
penyusunan rencana teknis sebagai acuan persetujuan pengguna
jasa serta menyiapkan visualisasi 3 dimensi;
i. Mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perencanaan,
menyusun laporan hasil rapat koordinasi, dan membuat
laporan kemajuan pekerjaan manajemen konstruksi;
j. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun
oleh penyedia jasa pelaksanaan konstruksi, yang meliputi program-
program pencapaian sasaran fisik, penyediaan dan penggunaan
sumber daya berupa: tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan,
bahan bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance atau
Quality Control, dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
k. Membantu pengguna jasa dalam melakukan persetujuan
atau penolakan perubahan Kontrak;
l. Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang
meliputi program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya,
pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas dan
kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan,
pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan
keselamatan kerja serta memastikan praktik konstruksi hijau tetap
dijalankan (amanat Peraturan Menteri PUPR tentang bangunan
gedung hijau);
m. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis
dan manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan
turun tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi
penyimpangan;
n. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan konstruksi fisik;

D. Tahap Pengawasan;
Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas:
Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan;
Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta
mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi;

[136]
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,
kuantitas, dan laju pencapaian volume atau realisasi fisik;
Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan
persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi;
Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaan manajemen
konstruksi, dengan memasukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan
harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat
oleh penyedia jasa pelaksanaan konstruksi.
Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang
diajukan oleh penyedia jasa pelaksanaan konstruksi;
Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan
(as built drawing) sebelum serah terima;
Menyusun daftar cacat atau kerusakan sebelum serah terima;
Menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung;
Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, berita acara
serah terima pertama pekerjaan konstruksi, sebagai kelengkapan
untuk pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi;
Melakukan verifikasi atas tagihan pembayaran;
Melakukan pemeriksaan dan menyatakan kelaikan fungsi bangunan
gedung terbangun sesuai dengan 1MB;
Membantu pengelola kegiatan dalam menghitung nilai perolehan aset
barang milik negara;
Menyiapkan dan menyusun dokumen pendaftaran;
Menyiapkan dan menyusun kelengkapan dokumen sertifikat laik fungsi
(SLF) dari pemerintah kabupaten Penajam Paser Utara;
Membuat surat pernyataan terkait kelaikan fungsi bangunan Gedung;
Membantu pengguna jasa ketika dilakukan audit hasil pekerjaan/proyek
setelah serah terima akhir pekerjaan.

E. Tahap Pemeliharaan Konstruksi


Lingkup tugas pada tahap pemeliharaan konstruksi meliputi:
a. Menyusun daftar cacat/kerusakan akibat masa pemeliharaan dan
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan sampai serah
terima akhir;
b. Menyusun berita acara pemeliharaan pekerjaan dan serah terima
akhir pekerjaan konstruksi; dan Laporan masa pemeliharaan dibuat
dan dilaporkan kepada PPK setiap bulan.

F. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)


Tugas dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi

[137]
Pengawasan adalah membuat RKK manajemen penyelenggaraan
konstruksi yang terdiri atas:
a. Kepemimpinan dan Partisipasi Tenaga Kerja
b. Keselamatan Konstruksi
c. Perencanaan Keselamatan Konstruksi
d. Dukungan Keselamatan Konstruksi
e. Operasi Keselamatan Konstruksi
f. Evaluasi Kinerja Penerapan SMKK

Dokumen Identifikasi dan Perencanaan RKK dibuat sesuai format


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10
Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi.

G. KELUARAN
a. Usulan Metoda Pelaksanaan Konstruksi
a) Hasil review dan rekomendasi terkait Pengenalan terhadap
Pekerjaan Konstruksi yang diwujudkan dalam alur pikir
pengembangan gagasan/konsep yang mendukung penggunaan
metode konstruksi yang tepat untuk pekerjaan terkait.
b) Hasil review dan rekomendasi terkait persiapan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi (Site Preparation), Manajemen Konstruksi
(MK) selanjutnya melakukan konsultasi dengan Tim Teknis dan
PPK.
c) Hasil review dan rekomendasi terkait permasalahan teknis yang
ada dalam Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Aceh Unggul
Hebat (AMANAH), dalam hal ini perlu dilakukan upaya koordinasi
dan sinkronisasi dengan berbagai instansi terkait termasuk
masyarakat yang ada untuk memperoleh masukan dalam
perencanaan yang berkaitan dengan organisasi/tata ruang;
d) Hasil review dan rekomendasi terkait Asas berkelanjutan
untuk menjamin keberlangsungan dari niatan baik, seperti
termaksud dari upaya pemberdayaan dan pengembangan
kegiatan ini dengan tetap mempertimbangkan efisiensi waktu dan
biaya.

b. Tahapan Pelaksanaan Konstruksi


a) Serita acara atau review pada tahap Pelaksanaan Konstruksi
terkait dengan Perencanaan Teknis;
b) Hasil review dan rekomendasi terhadap Program Kerja yang
diajukan oleh Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi dan

[138]
kesesuaiannya dengan jadwal yang telah ditetapkan
c) Hasil review dan rekomendasi pelaksanaan konstruksi terkait
Bangunan dan kelengkapannya yang sesuai dengan dokumen
teknis pelaksanaan
d) Hasil review dan rekomendasi rancangan terkait aspek-
aspek Perancangan Bangunan Gedung Hijau dan Rencana
capaian pada Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau.
e) Hasil kegiatan pengawasan konstruksi yang terdiri atas:
1) Hasil review dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang
akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di
lapangan;
2) Hasil pengawasan pemakaian bahan, peralatan dan
metode pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu dan
biaya pekerjaan konstruksi;
3) Hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dari segi kualitas, kuantitas dan laju;
4) Hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dari segi penerapan aspek bangunan gedung hijau;
5) Hasil pengumpulan data dan informasi di
lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi
selama pekerjaan konstruksi fisik;
6) Laporan rapat-rapat lapangan secara berkala, laporan
mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan
masukan hasil rapat-rapat lapangan dan laporan
harian/mingguan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat
oleh pelaksana konstruksi;
7) Hasil penelitian gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop
drawings) yang diajukan oleh pelaksana konstruksi;
8) Hasil penelitian gambar-gambar yang sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan (as built drawing) serah terima;
9) Hasil daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima i dan
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan;
10) Hasil penyusunan petunjuk pemeliharaan dan penggunaan
bangunan gedung dan lanskap;
11) Serita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah
terima pertama, berita acara pemeliharaan pekerjaan dan
serah terima pekerjaan konstruksai, sebagai kelengkapan
untuk pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi; dan
12) Kelengkapan dokumen Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat

[139]
4. RAPAT KOORDINASI
Rapat-rapat yang akan dilakukan konsultan terdiri dari rapat mingguan, rapat
bulanan, rapat koordinasi dan rapat intern konsultan. Rapat koordinasi kerja sangat
penting dalam menyelesaikan permasalahan selama pekerjaan berlangsung baik
menyangkut teknis maupun administrasi proyek. Rapat ini dilaksanakan oleh 3 pihak
yang terlibat (Direksi, Konsultan dan kontraktor). Koordinasi kerjanya akan dilakukan
dengan mengadakan pertemuan secara rutin. Jenis rapat yang diperukan antara lain:
 Rapat Tim Konsultan MK
Rapat intern akan dilakukan berdasarkan keperluan yang mendesak. Tim
pengawas akan mebahas seluruh kegiatan mingguan kontraktor yang meliputi :
kemajuan pekerjaan fisik dan permasalahan yang terjadi di lapangan.
 Rapat Koordinasi Mingguan.
Rapat dilakukan secara mingguan untuk mengumpulkan data lapangan selama
1 minggu untuk diproses menjadi laporan kegiatan termasuk permasalahan dan
solusi yang ditempuh. Risalah rapat beserta data lapangan akan diproses
dalam bentuk laporan mingguan.
 Rapat koordinasi Bulanan
Rapat bulanan dilakukan pada akhir bulan yang dihadir 3 pihak terkait beserta
staf ahlinya. Konsultan akan menyampaikan laporan hasil pemantauan selama
1 bulan berjalan termasuk permasalahannya. Status kemajuan pekerjaan
terakhir disajikan dalam bentuk grafik sebagai acuan untuk kemajuan pekerjaan
selanjutnya. Konsultan akan menyiapkan risalah hasil rapat yang merupakan
arsip proyek dan dituangkan dalam laporan bulanan termasuk permasalahan
dan solusinya.
5. Tahap Pemeliharaan
Setelah pelaksanaan pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan oleh Kontraktor,
tugas dan tanggung jawab Konsultan Manajeman Konstruksi mencakup hal-hal
sebagai berikut :
A. Perhitungan Progres Pekerjaan Selesai (MC-100)
Evaluasi progress pekerjaan yang terakhir atau MC-100, dilakukan bersama-
sama antara Pihak Proyek, Konsultan maupun Kontraktor dengan melakukan
peninjauan lapangan terlebih dahulu dan setelah itu dilakukan pembahasan atas
progress yang telah dicapai. Dalam MC-100 hal-hal yang harus diperhatikan
adalah :
 Kemungkinan adanya kelebihan/kekurangan volume pekerjaan pada
bagian pekerjaan tertentu.
 Kemungkinan adanya keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan.
 Kemungkinan adanya bagian pekerjaan yang belum selesai 100
%, tetapi telahdianggap selesai.
 Kemungkinan adanya pekerjaan yang telah selesai, tetapi belum

[140]
dapat diterimaPengawas Pekerjaan, tetapi telah dihitung volumenya.
 Kebersihan dan kerapihan lapangan yang dipersyaratkan belum
terpenuhi.
 Kemungkinan adanya pembongkaran dan pembersihan pekerjaan
sementara yangbelum dilakukan atau diselesaikan.
 Kemungkinan adanya klaim sub-kontraktor yang belum
diselesaikan oleh Kontraktor.
B. Pekerjaan Dalam Masa Pemeliharaan
Yang dimaksud dengan ―Pekerjaan dalam masa pemeliharaan ― adalah:
kegiatan yang harus dilakukan oleh Kontraktor, selama masa pemeliharaan yang
bertujuan untuk tetap menjaga atau memelihara agar supaya bangunan beserta
kelengkapannya yang telah diserahkan dalam tahap pertama, tetap dalam kondisi
yang baik sesuai dengan yang telah disetujui.
Selama masa ini Konsultan Manajeman Konstruksi akan melakukan kegiatan-
kegiatan:
 Melakukan pemeriksaan untuk semua pekerjaan yang perlu diperlihara dan
dicatat hal-hal yang ada perubahan bentuk, misalnya retak-retak, penurunan,
longsor pengapuran atau pengecatan yang mengelupas.
 Membuat catatan-catatan agar Kontraktor melakukan perbaikan atau
penyempurnaan atau penggantian bagian-bagian yang dianggap mengalami
kerusakan atau perubahan atau yang belum sempurna dan harus diperbaiki
selama masa pemeliharaan.
 Membantu Pemimpin Proyek dalam menyusun dokumen penyerahan
pekerjaan.
 Sebelum dilakukan penyerahan kedua, kondisi bangunan dan
kelengkapannya harus dalam kondisi masih baik tanpa ada perubahan atau
kerusakan.
C. Penyerahan Pekerjaan Konstruksi (Provesional Hand Over)
Pada akhir pekerjaan konstruksi, maka kontraktor akan mengajukan permintaan
PHO (Provesional Hand Over) kepada Kepala Owner Sementara (Pengguna
Jasa), Ketelibatan Tim Manajeman Konstruksi dalam hal ini adalah membantu
memberikan penjelasan-penjelasan teknis mengenai pekerjaan, saran-saran
teknis, informasi mengenai test laboratorium, kuantitas pekerjaan, gambar-gambar
desain/revisi desain dll. Di samping itu Tim Manajeman Konstruksi juga akan
membuat usulan pekerjaan-pekerjaan yang perlu diperbaiki oleh kontraktor dalam
bentuk daftar keruasakan yang masih menjadi tanggung jawab kontraktor selama
periode pemeliharaan atau biasa disebut ―Defect and Defeciacies‖ dan
penyerahan berkas-berkas teknis dan administrasi kepada Pemimpin Proyek.
D. Serah Terima Akhir (FHO) Pekerjaan
Sebagai tahap akhir pelaksanaan konstruksi adalah Serah Terima Akhir Pekerjaan

[141]
(FHO) yang akan dilakukan dari Kontraktor kepada Pemimpin Proyek setelah
masa pemeliharaan selesai. Sebelum dilakukan Serah Terima Akhir Pekerjaan
(FHO), Konsultan Manajeman Konstruksi akan menyusun dokumen penyerahan
pekerjaan yang telah sempurna dilaksanakan oleh Kontraktor, termasuk
perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan.
E. Pemeriksaan As-Built Drawings
Setelah pelaksanaan konstruksi selesai dikerjakan, sebagaimana mestinya
kontraktor menyiapkan as-built drawings dari masing-masing bangunan. Dalam hal
ini Konsultan Manajeman Konstruksi akan melakukan pemeriksaan terhadap as-
built drawings tersebut agar benar-benar sesuai dengan kondisi bangunan
dilapangan baik itu mencakup dimensi, posisi, elevasi maupun detail-detail bagian
bangunan lainnya. As-built drawings yang dibuat akan berperanan cukup penting
karena akan dipakai sebagai dasar untuk pembayaran maupun keperluan dimasa
mendatang.

5.11. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu Pelaksanaan kegiatan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) adalah
selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender atau 6 (enam) bulan bulan. Periode
waktu pelaksanaan pekerjaan Karena itu harus dibuat jadwal pelaksanaan pekerjaan :
1. Agar pelaksanaan pekerjaan dapat terkoordinir dengan baik sehingga dapat
selesai tepat waktu dan memenuhi sasarannya; dan
2. Dengan koordinasi dari ketua tim maka setiap tahapan kegiatan pekerjaan
diusahakan untuk saling berkesinambungan, sehingga waktu pelaksanaan
pekerjaan akan lebih efektif.
Secara keseluruhan, rencana pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas dapat
diterjemahkan ke dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) disusun
berdasarkan urutan logika dari pelaksanaan pekerjaan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, dengan rincian kegiatan yang tercermin
dalam jadwal di bawah ini:

[142]
Table 5.7 Rencana Kerja Manajeman Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
BULAN KE-
Durasi
No. Deskripsi Pekerjaan Keterangan
(hr)
1 2 3 4 5 6
Tahap Persiapan & Review Dokumen
I
Perencanaan
1,1 Mobilisasi Personil 2 ##### 100,0
Pelaksanaan Pekerjaan
dimulai dari tahap
Input Metode metoda, rencana kerja, dan alur persiapan, pengawasan
1,2 3
kerja manajemen konstruksi ##### pelaksanaan konstruksi sd
FHO
Review Dokumen Perencanaan (DED, RAB,
1,3 14
RKS, BOQ) #####

1,4 Menyusun SOP Pelaksanaan Proyek 7


90,0
II Tahap Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan

2.1 Penyerahan Lokasi Kerja 1

2.2 Pree Construction Meeting 1


80,0
2.3 Pemeriksaan Bersama (Mutual Check/MC-0) 21

Pengajuan Persyaratan untuk Memulai Kegiatan


2.4 Setiap Pelaksanaan Pekerjaan, Soft Drwaing, 150
Ijin Kerja dll

2.5 Evaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik 150


70,0
Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi
2.6 150
fisik

Mengawasi pemakaian dan kualitas bahan,


peralatan dan metode pelaksanaan, serta
2.7 150
mengawasi ketepatan waktu, dan biaya
pekerjaan konstruksi 60,0

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi


2.8 dari segi kualitas, kuantitas, dan la.ju pencapaian 150
volume/realisasi fisik

Pengendalian, monitoring dan pengawasan


terhadap kegiatan pelaksanaan konstruksi sisi
2.9 150 50,0
Biaya, Mutu, Waktu, Administrasi, Pelaporan,
Rekayasa Teknis dan K3

Meneliti dan approval gambar-gambar untuk


2.10 pelaksanaan (shop drawings) yang diajukan oleh 150
penyedia

Menyusun Daftar Catat / Defect List tuk 40,0


2.11 7
perbaikan

Meneliti dan approval gambar-gambar yang


2.12 sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (As Built 30
Drawings) sebelum serah terima

III KOORDINASI
30,0
3.1 Pre Construction Meeting 1 #####
3.2 Weekly Meeting 1 ##### ##### ##### ##### ##### #####
3.3 Monthly Meeting 1 #####
3.4 Shaw Cause Meeting 2
3.5
6.7 Special Meeting 2
IV PENYUSUNAN LAPORAN
4.1 Laporan Pendahuluan 1 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 20,0
4.2 Laporan Mingguan (progres mingguan) 60
4.3 Laporan Bulanan 15
4.4 Laporan Akhir 1
4.5 Laporan Program Mutu 2
4.6 Laporan RKK Manajemen Penyelenggaraan 4
4.7 Executive Summary 10,0
2
4.8 SSD 1 TB
1
PELAKSANAAN SERAH TERIMA
V
PEKERJAAN
5.1 P.H.O 180 180 hari setelah PHO

5.2 F.H.O 180 0,0

[143]
5.12. ADWAL PENUGASAN PERSONIL
Bagian ini menjelaskan mengenai berapa lama tenaga ahli terlibat dalam Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH), kapan di mobilisasi dan kapan berakhir. Jadwal
penugasan personil mengacu ketentuan yang telah ditetapkan dalam TOR serta mempertimbangkan jangka waktu Pelaksanaan kegiatan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) adalah selama 16 Bulan
dari tahap persiapan sampai dengan serah terima (PHO):
Table 5.8. Jadwal Penugasan Personil Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
BULAN KE -
Syarat dan Minimal Jumlah Volume
No Nama Personil Posisi Penugasan Kualifikasi KETERANGAN
Pengalaman Orang (OB) 1 2 3 4 5 6

A TENAGA AHLI
a TEAM LEADER

S-2 Teknik Sipil SKA Ahli Madya Manajemen


1 Drs. Pangat, M.T. Team Leader (TL) 1 6,00
Pengalaman 4 Tahun Konstruksi (601)

b Supervision Engineer

Supervision Engineer (Ahli S1 Teknik Sipil SKA Ahli Madya Teknik


1 Husni, S.T. 1 6,00
Struktur Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun Bangunan Gedung (201)

Supervision Engineer (Ahli S1 Teknik Arsitektur SKA Ahli Madya Arsitek (101) /
2 Miftahudin, S.T. 1 6,00
Arsitektur Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun STRA Madya Arsitektur

SKA Ahli Muda Teknik


Supervision Engineer (Ahli S1 Teknik Teknik Mesin
3 Satrijadi, S.T. Plambing dan Pompa 1 6,00
Mekhanikal Plumbing) Pengalaman 3 Tahun
Mekanik (303)
Supervision Engineer (Ahli S1 Teknik Elektro SKA Ahli Muda Teknik
4 Abdul Gafar Arif, S.T. 1 6,00
Elektrikal) Pengalaman 3 Tahun Tenaga Listrik (401)

Supervision Engineer (Ahli S1 Teknik Arsitektur SKA Ahli Muda Arsitektur


5 Ahmadin, S.T. 1 6,00
Lanskap) Pengalaman 3 Tahun Lanskap (103)

c Quality Engineer

Quality Engineer (Ahli Struktur S1 Teknik Sipil SKA Ahli Madya Teknik
1 Ahmad Sardon, S.T. 1 6,00
Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun Bangunan Gedung (201)

Quality Engineer (Ahli SKA Ahli Muda Teknik


S1 Teknik Teknik Mesin
2 Muhammad Iqbal, S.T. Mechanical, Electrical, Plambing dan Pompa 1 6,00
Pengalaman 3 Tahun
Plumbing) Mekanik (303)
d Quantity Engineer

Quantity Engineer (Ahli Struktur S1 Teknik Sipil SKA Ahli Madya Teknik
1 Elan Suherlan, S.T. 1 6,00
Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun Bangunan Gedung (201)

[144]
Quantity Engineer (Ahli SKA Ahli Muda Teknik
Achmad Ro'is Sholahuddin, S1 Teknik Teknik Mesin
2 Mechanical, Electrical, Plambing dan Pompa 1 6,00
S.T. Pengalaman 3 Tahun
Plumbing) Mekanik (303)

e HSE Engineer

S1 Teknik Arsitektur Ahli Madya K3 Konstruksi


1 Novedri Azhari, S.T. HSE Engineer 1 6,00
Pengalaman 3 Tahun (603)
TENAGA PENGAWAS
B
LAPANGAN

D3/ S1 Teknik Sipil Berpengalaman di bidang


1 To be name Inspector 1 6,00
Pengalaman 2 Tahun Pengawasan Konstruksi

D3/ S1 Teknik Sipil Berpengalaman di bidang


2 To be name Inspector 1 6,00
Pengalaman 2 Tahun Pengawasan Konstruksi

D3/ S1 Teknik Sipil Berpengalaman di bidang


3 To be name Inspector 1 6,00
Pengalaman 2 Tahun Pengawasan Konstruksi

D3/ S1 Teknik Sipil Berpengalaman di bidang


4 To be name Petugas K3 1 6,00
Pengalaman 2 Tahun Pengawasan Konstruksi

C TENAGA PENDUKUNG
D3/ S1 Teknik Sipil Berpengalaman di bidang
1 To be name Operator CAD 1 6,00
Pengalaman 2 Tahun Pengawasan Konstruksi
Administrasi / Operator Berpengalaman di bidang
2 To be name D3 Semua Jurusan 1 6,00
Komputer Pengawasan Konstruksi

[145]
5.13. STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 5.50 Struktur Organisasi Proyek


Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH)

TENAGA AHLI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1. Team Leader


DAN PERUMAHAN RAKYAT (PUPR) 2. Supervision Engineer (Ahli Struktur
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Bangunan Gedung)
BPPW ACEH 3. Supervision Engineer (Ahli
Arsitektur Bangunan Gedung)
4. Supervision Engineer (Ahli
Mekhanikal Plumbing)
5. Supervision Engineer (Ahli
Elektrikal)
6. Supervision Engineer (Ahli Lanskap)
7. Quality Engineer (Ahli Struktur
Bangunan Gedung)
8. Quality Engineer (Ahli Mechanical,
Electrical, Plumbing)
Konsultan 9. Quantity Engineer (Ahli Struktur
Bangunan Gedung)
Manajemen Konstruksi 10. Quantity Engineer (Ahli
Mechanical, Electrical, Plumbing)
11. HSE Engineer TENAGA PENDUKUNG
1. Operator CAD
Kontraktor TENAGA SUB PROFESIONAL
2. Administrasi / Operator
1. Inspector 1 Komputer
2. Inspector 2
3. Inspector 3
4. Petugas K3

Keterangan:
Garis Kontraktual
Garis Koordinasi
Garis Fungsional

[146]
5.14. FASILITAS PENUNJANG

Dalam pelaksanaan pekerjaan jasa konsultan MK Manajemen Konstruksi Pekerjaan


Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) diperlukan
peralatan dan material penunjang kinerja sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam KAK /
TOR. Adapun peralatan penunjang kinerja tersebut meliputi:
1. Perlengkapan Kantor :
- Sewa Komputer
- Sewa Printer
- Sewa Scanner
Peralatan penunjang perkantoran seperti Desktop, printer, dan scanner akan
digunakan dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan konsultan MK khususnya
dalam melakukan review desain dan revisi desain termasuk dalam
pengoperasian software pendukung pengendalian supervisi serta penunjang
administrasi perkantoran.
2. Alat Tulis Kantor dan Bahan Habis Pakai
3. Biaya Komunikasi
Selain peralatan penunjang yang dipersyaratkan dalam TOR, konsultan akan
memberikan fasilitas penunjang lainnya diluar kewajiban yang terdapat dalam TOR
dalam rangka menunjang pekerjaan di lapangan, antara lain:
1. Furniture (meja ½ biro, kursi kerja, meja rapat) yang jumlahnya menyesuaikan
dengankebutuhan personil yang akan bekerja;
2. LCD Projector yang akan digunakan untuk keperluan pemaparan laporan dan rapat;

Di bawah ini disajikan daftar peralatan yang dimiliki oleh Konsultan dan dapat digunakan
sebagai pendukung pelaksanaan Manajemen Kontruksi Pekerjaan Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) :

[147]
Table 5.9. Daftar Peralatan yang dimiliki Konsultan

Jenis Fasilitas / Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti / Status


No Jumlah Kapasitas Merk dan Type
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Kantor dan Studio 2 unit Baik Lokal 1996 90% Jakarta Sewa

2 Meja dan Kursi 20 set Baik Modera dan Ichiko 2009 90% Jakarta Milik Sendiri

3 Telepon/Fax 1 Buah Baik Panasonic 2010 95% Jakarta Milik Sendiri

4 Jaringan Internet 1 Lokal Baik Speedy 2010 100% Jakatra Sewa

5 PC Komputer 3 Buah Baik Asus P5KPL-AMSE 2008 90% Jakarta Milik Sendiri

PC Komputer 1 Buah Baik Asus I3 2015 100% Jakarta Milik Sendiri


Lenovo Thing Centre 93Z -
PC Komputer 2 Buah Baik 2013 100% Jakarta Milik Sendiri
61F
6 Notebook 1 Buah Baik HP ELITEBOOK 820 2PA 2013 100% Jakarta Milik Sendiri
Milik Sendiri
Notebook 1 Buah Baik ACER Dual Core 2014 100% Jakarta

7 Printer Laser 3 Buah Baik HP 1020 2007 90% Jakarta Milik Sendiri

8 Deskjet Printer 1 Buah Baik HP 1180c 2005 90% Jakarta Milik Sendiri

2 Buah Baik Epson L300 2013 100% Jakarta Milik Sendiri

2 Buah Baik Canon iP 2770 2013 100% Jakarta Milik Sendiri

9 Scanner 2 Buah Baik Canonlide 2013 100% Jakarta Milik Sendiri

10 Software 2 Buah Baik Office 365 2013 100% Jakarta Milik Sendiri

11 Mesin Fotocopy 1 Buah Baik Ricoh 2009 90% Jakarta Sewa

[148]
Jenis Fasilitas / Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti / Status
No Jumlah Kapasitas Merk dan Type
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
12 Camera Digital SLR 1 Buah Baik Nikon – D40 2010 100% Jakarta Milik Sendiri

5 Buah Baik SONY DSC –N1 2006 100% Jakarta Milik Sendiri

13 Handycam 2 Buah Baik SONY 2006 100% Jakarta Milik Sendiri

14 LCD Projector 3 Buah Baik BenQ MP515 2008 100% Jakarta Milik Sendiri

1 Buah Baik INFOCUS IN 5122 2014 100% Jakarta Milik Sendiri

15 VHF/UHF Tranceiver 2 Buah Baik Icom 2009 95% Jakarta Milik Sendiri

16 GPS Handle 1 Buah Baik Garmin 2008 95% Jakarta Milik Sendiri

17 Kompas Handle 1 Buah Baik Suunto 2012 100% Jakarta Milik Sendiri

18 Fibber Glass Tape 1 Buah Baik Elson 2008 95% Jakarta Sewa

19 Sondir/Penetrometer 1 Buah Baik Lokal 1996 70% Jakarta Sewa

20 Theodolite Presisi 1 Buah Baik Wild T2 1996 70% Jakarta Sewa


1 Buah Baik Wild T1 1996 70% Jakarta Sewa

21 Theodolite Kompas 1 Buah Baik Wild T0 1996 70% Jakarta Sewa

22 Current Meter 1 Buah Baik A.OTT Z.21 1998 80% Jakarta Sewa

23 Rain Gauge 2 Buah Baik Hellman 2012 90% Jakarta Sewa

24 Echo Sounder 1 Buah Baik South SDE-28.S 2012 90% Jakarta Sewa

25 Kendaraan Roda 2 3 Buah Baik Honda Beat 2013 100% Jakarta Milik Sendiri
Milik Sendiri
26 Kendaraan Roda 4 1 Buah Baik Toyota Avanza 2011 100% Jakarta

[149]
Jenis Fasilitas / Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti / Status
No Jumlah Kapasitas Merk dan Type
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
27 Meja dan Kursi Tamu 1 Buah Baik Ligna 2008 90% Jakarta Milik Sendiri

28 AC 2 Buah Baik Panasonic 2012 100% Jakarta Milik Sendiri

[150]
Tabel 5. 101 Fasilitas Penunjang
PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan

Manfaat Penggunaan Kendaraan Roda Empat:


Untuk Mobilitas dan mobilisasi tinjauan
lapangan, Koordinasi dengan Proyek.

1 Kendaraan Roda Empat

Manfaat Penggunaan Kendaraan Roda Dua


Untuk Mobilitas dan mobilisasi tinjauan
lapangan, Koordinasi dengan Proyek.

2 Kendaraan Roda Dua

[151]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan

Manfaat Penggunaan Alat Tulis Kantor:


Untuk Penulisan, pencatatan seluruh kegiatan
yang ada dalam pekerjaan.

3 Alat Tulis Kantor

Manfaat Penggunaan Kantor Proyek:


Untuk Aktifitas seluruh Perosnil dalam
bekerja, di suatu proyek kegiatan konstruksi.

4 Kantor Proyek

[152]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan

Manfaat Penggunaan Alat Komunikasi dan


Internet:
Untuk berkomunikasi jarak jauh, alat bantu
mendapatkan berbagai informasi awal.
Alat Komunikasi dan
5
Internet

Maanfaat Penggunaan Meubel Air:


Untuk Sarana prasarana dalam bekerja di
kantor maupun di proyek lapangan.

6 Meubel Air

[153]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan

Manfaat Penggunaan Komputer:


Untuk untuk menghubungkan manusia dari
berbagai belahan dunia serta menjadi alat
bantu dalam bekerja dalam pembuatan
Laporan.
7 Komputer

Manfaat Penggunaan Laptop:


Untuk untuk menghubungkan manusia dari
berbagai belahan dunia serta menjadi alat
bantu dalam bekerja dalam pembuatan
Laporan.
8 Laptop

[154]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan

Manfaat Penggunaan Printer:


Untuk mencetak Laporan Laporan yg
dikerjakan secara penyajian hard copy.

9 Printer Laser Jet A-3

Manfaat Penggunaan Mesin Fotocop:


Untuk penggandaan Laporan Laporan yg
dikerjakan secara cepat.

10 Mesin Fotocopy Digital

[155]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan

Manfaat Penggunan Drone:


Untuk memotret/ foto udara, mengambil
video maupun gambar dari atas

11 Drone

Manfaat Penggunaan Total Station:


Untuk alat survey, alat pengukur jarak dan
sudut (sudut horisontal dan vertikal) secara
otomatis, untuk membaca jarak dan
kemiringan dari alat ke titik tertentu.
12 Total Station

[156]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan

Manfaat Penggunaan Echosounder:


Untuk mengukur kedalaman air dengan
mengirimkan getaran akustik melalui
transducer dan memantulkan gema.
13 Echosounder

Manfaat Penggunaan GPS RTK:


untuk menentukan posisi satelit yang
melibatkan pengukuran data satelit terhadap
stasiun bumi (Ground Station) untuk
14 GPS RTK mendapatkan informasi data yang tepat dan
akurat hingga skala centimeter secara real-
time.

[157]
5.15. RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Penerapan SMKK dalam setiap pelaksanaan proyek, PT. CIRIAJASA EC – Pola Teknik
Konsultan menerapkan program Sistem Manejemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
sebagai bagian dari kegiatan yang terintegrasi dalam semua kegiatan proyek yang
sedang dikerjakan dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 Tahun 2019 Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi dan Lampiran Pelaporan K3 nya. Kegiatan SMKK antara lain :
1. Safety Plan
Program Keselamatan Kerja adalah suatu rencana pengendalian terhadap resiko
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi didalam suatu aktivitas pekerjaan.
Hirarki pengendalian terhadap resiko kecelakaan kerja adalah:
a. Eliminasi (menghilangkan) bahaya;
b. Substitusi (mengganti) misalnya peralatan atau bahan kimia;
c. Rekayasa Engineering, misalnya dengan menambahkan guarding atau
penutup;
d. Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi;
dan
e. Alat Pelindung Diri (APD).
Ketentuan-ketentuan dalam manajemen Keselamatan Kerja ini meliputi:
a. Rambu Peringatan
1) Setiap Pekerja diberi pengarahan mengenai K3 & Rambu-rambu yang
digunakan;
2) Rambu peringatan dipasang disetiap area proyek dengan pertimbangan
kemungkinan bahaya yang dapat terjadi.

Gambar 5.51 1 Contoh Rambu Peringatan

b. Penyiapan Alat Pelindung Diri (APD)


1) APD Disediakan untuk Konsultan Supervisi dan Tim Pengelola Kegiatan;
2) Selain itu semua pekerja diwajibkan mengenakan APD;
3) Dilengkapi fasilitas K3L Lainnya.

[158]
Gambar 5.52 Safety Helmet

Gambar 5.53.2 Safety Shoes

Gambar 5.54. Safety Gloves.

Gambar 5.55 barikade dan Safety Line

c. Fasilitas Kesejahteraan, Keamanan, dan Pertolongan Pertama

[159]
1) Penyedia jasa mengadakan & memelihara fasilitas KM/ WC pekerja, tempat
sampah;
2) Penyedia jasa mengadakan perlengkapan & tenaga terlatih untuk pertolongan
pertama (kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan armada ambulance-
nya); dan
3) Penyedia jasa mengadakan tindakan pengamanan lokasi pekerjaan (pagar
pengaman, pos penjagaan, dan tenaga satpam).

Gambar 5.56. Pertolongan Pertama

2. Penerapan di Lapangan
Untuk penerapan K3 di lapangan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi, penilaian, serta pengendalian potensi bahaya dan resiko K3 dan
aspek serta evaluasi dampak lingkungan;
b. Kesesuaian dengan regulasi dan persyaratan lain;
c. Pembuatan sasaran dan program K3L;
d. Pembentukan struktur organisasi K3L dan tanggap darurat;
e. Desain fasilitas pengendalian resiko K3L dan operasi dampak lingkungan;
f. Komunikasi eksternal (rumah sakit terdekat, kepolisian, depnaker, jamsostek,
dinas pemadam kebakaran, dll);
g. Komunikasi internal (review management, tool box meeting, weekly meeting dan
monthly meeting);

[160]
h. Inspeksi (working permit, ppe - emergency - safety installation dan house keeping
inspection, inspeksi pra operasi peralatan, check list k3 pada pekerjaan, dll);
i. Pemantauan dan pengetesan serta pelatihan dan simulasi tanggap darurat; dan
j. Mengadakan safety promotion yaitu sosialisasi mengenai masalah keselamatan
kerja ke setiap karyawan proyek, untuk sadar memperhatikan masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.

Gambar 5.57. 3 Komunikasi Internal

Gambar 5.58. Penerapan K3

3. Mitigasi dan Identifikasi Bahaya


a. Bekerja di atas air
1) Pekerja menggunakan pelampung;
2) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD); dan
3) Menyediakan tali pengaman dalam area pekerjaan.
b. Bekerja dengan alat hidrolik

[161]
1) Peralatan yang digunakan harus memenuhi standard yang digunakan/ memiliki
Surat Ijin Laik Operasi (SILO);
2) Operator peralatan memiliki Surat Ijin Operator (SIO) ;
3) Menggunakan peralatan dan tenaga kerja yang berstandar;
4) Alat pengangkat harus berada diatas pondasi yang kuat dan kokoh;
5) Adanya Alat Pelindung Diri (APD); dan
6) Alat yang rusak tidak boleh digunakan.

[162]
5.15.1. Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (PRA-
RK3K).

KOMITMEN RENCANA AKSI KESELAMATAN KONSTRUKSI


PT. PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN

PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN sebagai Badan Usaha Jasa Konstruksi
berkomitmen melaksanakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
berkeselamatan pada pelaksanaan Paket Pekerjaan Supervisi Pentaaan Kawasan Dieng
demi terciptanya Zero Accident, dengan memastikan:

a. Pemenuhan ketentuan Keselamatan Konstruksi telah sesuai dengan


Dokumen RKK;

b. Pengawasan mengacu kepada Kerangka Acuan Keıja (KAK);

c. Pengawasan pelaksanaan berdasarkan kesesuaian standar dan desain;

d. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional


Prosedur (SOP); dan

e. Menggunakan tenaga kerja yang berkompeten dan bersertifikat.

Demikian surat komitmen ini dibuat, untuk pelaksanaan Pekerjaan Supervisi


Pentaaan Kawasan Dieng demi sehingga tercipta pekerjaan yang Zero Accident

PT. CIRIAJASA EC – Pola Teknik


Konsultan

Mokhamad Basri, S.Sos.


Direktur / Kuasa KSO

[163]
STRUKTUR ORGANISASI K3

Didik Prasetyadi

PT. CIRIAJASA EC – Pola Teknik Konsultan

Mokhamad Basri, S.Sos.


Direktur / Kuasa KSO

[164]
Rencana Kerja Keselamatan Kesehatan Kerja (RK3)

BULAN KE-
NO JENIS KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6

1 Safety Talk
Setiap Minggu Ke-1
2 Penyuluhan K3 Setiap Minggu ke-3
3 Rapat Kordinasi Rutin Setiap Minggu
4 Laporan Kegiatan K3 Setiap Minggu
5 Inspeksi K3
Desain Tempat Kerja, Rambu,
Sanitasi, Kebersihan, Ruang Kerja,
Setiap Hari
Peralatan Darurat dan Kecelakaan
Kerja, Verifikasi dan Alat Ukur
6 Jadwal Simulasi Keadaan Darurat
Kebakaran
Demontrasi

PT. CIRIAJASA EC – Pola Teknik Konsultan

Mokhamad Basri, S.Sos.


Direktur / Kuasa KSO

[165]
Tabel 5.11. Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (PRA-RK3K
PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan
KONSULTAN Kerja Kontrak (PRA-RK3K
1. KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
I. OHSAS
1. Memastikan semua peraturan perundang-undangan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja ditegakkan secara konsisten oleh semua pihak.
2. Memastikan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi nilai utama pada setiap
penyelenggaraan kegiatan.
3. Memastikan setiap orang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja
masing-masing orang yang terkait dan orang yang berada disekitarnya.
4. Memastikan semua potensi bahaya disetiap tahapan pekerjaan baik terkait dengan
tempat, alat, maupun proses kerja telah diidentifikasi, dianalisis dan dikendalikan
secara efisien dan efektif guna mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja.
5. Memastikan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja guna
mengeliminasi, mengurangi dan menghindari resiko kecelakaan dan sakit akibat
kerja.
6. Memastikan peningkatan kapasitas keselamatan dan kesehatan kerja para pejabat
dan karyawan sehingga berkompetensi menerapkan SMK3 dilingkungan
perusahaan PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN
7. Memastikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini disosialisasikan dan
diterapkan oleh para pejabat, staf karyawan dan mitra kerja perusahaan
PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN
8. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini akan selalu dimutakhirkan
sehingga tetap relevan.
II. PEMASARAN
1. Meningkatkan pendekatan teknis maupun non teknis kepada pemberi jasa serta
meyakinkan pengguna jasa bahwa PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK
KONSULTAN adalah Perusahaan Konsultan Profesional, sehat dan dipercaya.
2. Mencari daftar panjang proyek potensial dengan menetapkan skala prioritas serta
mengacu kepada kemampuan perusahaan yang selanjutnya menjadi daftar pendek

[166]
proyek
3. Meningkatkan kualitas proposal baik penampilan maupun isinya.
4. Bersinergi dengan konsultan nasional/asing, LSM, Perguruan Tinggi maupun
Kontraktor.
5. Mengkaji perubahan lingkungan strategis baik di wilayah Nasional maupun
Internasional.
6. Mengupayakan dapat memperoleh proyek secara ”repeat order”
7. Mengkaji dan mengupayakan pengembangan bidang usaha baru dibidang enjinering.
8. Mengkaji perubahan lingkungan strategis baik di wilayah Nasional maupun
Internasional.
9. Mengupayakan mengikuti tender dalam proyek-proyek ICB.
10. Intensifikasi dan extensifikasi usaha.
11. Joint Operation.
12. Manyiapkan Manajemen Informasi Tenaga Ahli.
13. Membuat jadwal pertemuan dengan Pengguna Jasa yang lama maupun yang baru.
14. Mempersiapkan materi dan sistem penyajian presentasi dalam rangka meyakinkan
Pemberi Tugas.

III. PRODUKSI
1. Menyediakan Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan yang dipersyaratkan, tepat
waktu dan dapat bekerja sama dalam pelaksanaan proyek.
2. Mengupayakan metoda kerja yang tepat guna dan efisien baik dalam pekerjaan
dilapangan maupun dikantor.
3. Memberikan acuan teknis dan metodologi kerja yang sesuai dengan kebutuhan
proyek.
4. mengusulkan penggunaan teknologi yang tepat guna unruk pekerjaan yang
ditangani.
5. menggunakan peralatan yang tepat guna dan kompatibel dengan sistem yang
berlaku didunia jasa konstruksi, baik peralatan kantor maupun peralatan lapangan.
6. Menggunakan standar-standar yang ada dalam penanganan sub-sub pekerjaan
dengan tetap mengacu kepada Term Of Reference
7. Memanfaatkan teknologi komunikasi dalam pengelolaannya.

[167]
8. Memenuhi lomitmen/perjanjian sesuai dengan kontrak
9. Memberlakukan sistem magang pegawai
10. Mengembangkan kerja sama operasi dalam penanganan proyek
11. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi terhadap proyek-proyek dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu produksi.

Tabel 5.12. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko


Pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH)

a. PENGAWASAN
i. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO
NO JENIS / TYPE IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RESIKO
PEKERJAAN JENIS BAHAYA & RESIKO K3
1 2 3 4
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Personil dan  Kecelakaan pada saat :
Peralatan perjalanan maupun pada saat  Pertolongan Pertama,
Mobilisasi personel dan membawa ke RS dan
peralatan pengecekan kendaraan
 Kesehatan memburuk akibat serta melakukan control
faktor cuaca. secara cermat terhadap
 Kesehatan karyawan bahaya sarana yang akan
merokok. dipergunakan.
 Pemakaian listrik  Menggunakan alat-alat
 Duduk dan bekerja. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)

 Luka ringan dan berat  Karyawan baru harus

 Kematian memastikan berbadan

 Kerugian Materiil sehat, di ruangan kerja di

 Waktu Kerja hilang dan sakit larang merokok,


pemeriksaan kesehatan

[168]
paru - paru berkala, penyuluhan
 Kebakaran terjadi arus pendek kesehatan kerja, hidup
 Sakit pinggang sehat.
2. Pengumpulan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Data Adm. Dan  Kecelakaan pada saat :
Data Teknis perjalanan maupun pada saat  Pertolongan Pertama,
sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Data Adm. Dan Data Teknis pengecekan kendaraan
 Kesehatan memburuk akibat serta melakukan control
faktor cuaca. secara cermat terhadap
 Kesehatan karyawan bahaya sarana yang akan
merokok. dipergunakan.
 Pemakaian listrik  Menggunakan alat-alat
 Duduk dan bekerja. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)

 Luka ringan dan berat  Karyawan baru harus

 Kematian memastikan berbadan

 Kerugian Materiil sehat, di ruangan kerja di

 Waktu Kerja hilang dan sakit larang merokok,

paru - paru pemeriksaan kesehatan


berkala, penyuluhan
 Kebakaran terjadi arus pendek
kesehatan kerja, hidup
 Sakit pinggang
sehat.
3. Review Desain Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
dan Dokumen  Kecelakaan pada saat :
Teknis perjalanan maupun pada saat  Pertolongan Pertama,
sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Review Desain dan Dokumen pengecekan kendaraan
Teknis serta melakukan control
 Kesehatan memburuk akibat secara cermat terhadap
faktor cuaca. sarana yang akan
 Kesehatan karyawan bahaya dipergunakan.

[169]
merokok.  Menggunakan alat-alat
 Pemakaian listrik penunjang untuk
 Duduk dan bekerja. perlindungan diri (APD)
Resiko yang terjadi :  Karyawan baru harus
 Luka ringan dan berat memastikan berbadan
 Kematian sehat, di ruangan kerja di
 Kerugian Materiil larang merokok,

 Waktu Kerja hilang dan sakit pemeriksaan kesehatan

paru - paru berkala, penyuluhan

 Kebakaran terjadi arus pendek kesehatan kerja, hidup

 Sakit pinggang sehat.

4. Revisi Review Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3


Desain  Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat  Pertolongan Pertama,
sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Revisi Review Desain pengecekan kendaraan
 Kesehatan memburuk akibat serta melakukan control
faktor cuaca. secara cermat terhadap
 Kesehatan karyawan bahaya sarana yang akan
merokok. dipergunakan.
 Pemakaian listrik  Menggunakan alat-alat
 Duduk dan bekerja. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)

 Luka ringan dan berat  Karyawan baru harus

 Kematian memastikan berbadan

 Kerugian Materiil sehat, di ruangan kerja di

 Waktu Kerja hilang dan sakit larang merokok,

paru - paru pemeriksaan kesehatan


berkala, penyuluhan
 Kebakaran terjadi arus pendek
kesehatan kerja, hidup
 Sakit pinggang
sehat.

[170]
B. PELAKSANAAN PENGAWASAN
1. Pengawasan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Setting Out  Kecelakaan pada saat :
Persiapan perjalanan maupun pada saat  Pertolongan Pertama,
Pelaksanaan Fisik sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Pengawasan Setting Out pengecekan kendaraan
Persiapan Pelaksanaan Fisik serta melakukan control
 Kesehatan memburuk akibat secara cermat terhadap
faktor cuaca. sarana yang akan
 Kesehatan karyawan bahaya dipergunakan.
merokok dan minuman keras  Menggunakan alat-alat
serta penggunaan obat tidak penunjang untuk
sesuai dosis yang tertera perlindungan diri (APD)
 Pemakaian listrik  Karyawan baru harus
 Duduk dan bekerja. memastikan berbadan
Resiko yang terjadi : sehat, di ruangan kerja di
 Luka ringan dan berat larang merokok,

 Kematian pemeriksaan kesehatan

 Kerugian Materiil berkala, penyuluhan

 Waktu Kerja hilang dan sakit kesehatan kerja, hidup

paru - paru sehat.

 Kebakaran terjadi arus pendek


 Sakit pinggang
2. Pemeriksaan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Metode  Terjadi musibah pada saat :
Pelaksanaan dan sedang melakukan kegiatan  Kondisi fisik/badan harus
Gambar Kerja Pemeriksaan Metode baik
Pelaksanaan dan Gambar  Melakukan control
Kerja secara cermat terhadap
 Kerusakan dokumen akibat sarana yang akan
kekurang hati-hatian dalam dipergunakan

[171]
kegiatan revisi.  Membawa alat cadangan
 Kerusakan alat atau membawa alat
Resiko yang terjadi : perbaikan sederhana
 Luka ringan dan berat
 Rusak ringan dan berat
 Penggantian Peralatan
3. Perhitungan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Mutual Check  Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat  Kondisi fisik/badan harus
sedang melakukan kegiatan baik
 Kerusakan alat  Melakukan control
 Data yang diminta rusak secara cermat terhadap
ataupun hilang sarana yang akan
 Kesehatan badan memburuk dipergunakan
akibat faktor cuaca maupun  Menggunakan alat-alat
pola istarahat yang salah. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)
 Luka ringan dan berat  Membawa alat cadangan
 Kematian atau membawa alat
 Rusak ringan dan berat perbaikan sederhana

 Penggantian Peralatan  Pemasangan rambu-


rambu K3
 Pemasangan dan
pembuatan safety line
4. Pengawasan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Pelaksanaan  Kecelakaan pada saat :
Pengukuran perjalanan maupun pada saat  Pertolongan Pertama,
sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Pengawasan Pelaksanaan pengecekan kendaraan
Pengukuran serta melakukan control
 Kesehatan memburuk akibat secara cermat terhadap

[172]
faktor cuaca. sarana yang akan
 Kesehatan karyawan bahaya dipergunakan.
merokok dan minuman keras  Menggunakan alat-alat
serta penggunaan obat tidak penunjang untuk
sesuai dosis yang tertera perlindungan diri (APD)
 Pemakaian listrik  Pemahaman terhadap
 Duduk dan bekerja. cara penggunaan alat
 Kerusakan alat pengukuran yang tepat dan cermat
 Sakit mata karena cara  Karyawan baru harus
penggunaan alat ukur yang memastikan berbadan
kurang benar sehat, di ruangan kerja di
 Data yang diminta rusak larang merokok,
ataupun hilang pemeriksaan kesehatan
Resiko yang terjadi : berkala, penyuluhan

 Luka ringan dan berat kesehatan kerja, hidup

 Kematian sehat.

 Kerugian Materiil  Pemasangan rambu-

 Waktu Kerja hilang dan sakit rambu K3

paru - paru  Pemasangan dan

 Kebakaran terjadi arus pendek pembuatan safety line

 Sakit pinggang  Safety morning meeting

 Kerusakan alat pekerjaan  Pelatihan Tanggap

menjadi terhenti Darurat

5. Pengawasan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3


Konstruksi  Kecelakaan pada saat :
Pekerjaan perjalanan maupun pada saat  Kondisi fisik/badan harus
Mekanikal - sedang melakukan kegiatan baik
Elektrikal  Kerusakan alat.  Melakukan control
 Data yang diminta rusak secara cermat terhadap
ataupun hilang sarana yang akan
 Kesehatan badan memburuk dipergunakan

[173]
akibat faktor cuaca maupun  Menggunakan alat-alat
pola istarahat yang salah. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)
 Luka ringan dan berat  Membawa alat cadangan
 Kematian atau membawa alat
 Rusak ringan dan berat perbaikan sederhana
 Penggantian Peralatan  Pemasangan rambu-
rambu K3
 Pemasangan dan
pembuatan safety line
 Safety morning meeting
 Pelatihan Tanggap
Darurat
6. Pengawasan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Konstruksi  Kecelakaan pada saat :
Pekerjaan perjalanan maupun pada saat  Pertolongan Pertama,
Kualitas dan sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Kuantitas Bahan Pengawasan Konstruksi pengecekan kendaraan
Pekerjaan Kualitas dan serta melakukan control
Kuantitas Bahan secara cermat terhadap
 Kesehatan memburuk akibat sarana yang akan
faktor cuaca. dipergunakan.
 Kesehatan karyawan bahaya  Menggunakan alat-alat
merokok dan minuman keras penunjang untuk
serta penggunaan obat tidak perlindungan diri (APD)
sesuai dosis yang tertera  Pemahaman terhadap
 Pemakaian listrik cara penggunaan alat
 Duduk dan bekerja. yang tepat dan cermat
 Kerusakan alat pengukuran  Karyawan baru harus
 Sakit mata karena cara memastikan berbadan
penggunaan alat ukur yang sehat, di ruangan kerja di

[174]
kurang benar larang merokok,
 Data yang diminta rusak pemeriksaan kesehatan
ataupun hilang berkala, penyuluhan
Resiko yang terjadi : kesehatan kerja, hidup
 Luka ringan dan berat sehat.
 Kematian  Pemasangan rambu-
 Kerugian Materiil rambu K3

 Waktu Kerja hilang dan sakit  Pemasangan dan


paru - paru pembuatan safety line

 Kebakaran terjadi arus pendek  Safety morning meeting

 Sakit pinggang  Pelatihan Tanggap

 Kerusakan alat pekerjaan Darurat

menjadi terhenti
7. Pengawasan Sipil Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Konstruksi  Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat  Kondisi fisik/badan harus
sedang melakukan kegiatan baik
 Data yang diminta rusak  Melakukan control
ataupun hilang secara cermat terhadap
 Kesehatan badan memburuk sarana yang akan
akibat faktor cuaca maupun dipergunakan
pola istarahat yang salah.  Menggunakan alat-alat
 Kesehatan karyawan bahaya penunjang untuk
merokok dan minuman keras perlindungan diri (APD)
serta penggunaan obat tidak  Membawa alat cadangan
sesuai dosis yang tertera atau membawa alat
 Pemakaian listrik perbaikan sederhana
 Duduk dan bekerja.  Pemasangan rambu-
 Kerusakan alat pengukuran rambu K3
 Sakit mata karena cara  Pemasangan dan
penggunaan alat ukur yang pembuatan safety line

[175]
kurang benar
 Data yang diminta rusak
ataupun hilang
Resiko yang terjadi :
 Luka ringan dan berat
 Kematian
 Kerugian Materiil
 Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
 Kebakaran terjadi arus pendek
 Sakit pinggang
 Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
8. Pengawasan Jenis bahaya : Jenis bahaya :
Pekerjaan  Kecelakaan pada saat  Kecelakaan pada saat
Mekanika Tanah perjalanan maupun pada saat perjalanan maupun pada
sedang melakukan kegiatan saat sedang melakukan
Pengawasan Geologi kegiatan
 Data yang diminta rusak  Data yang diminta rusak
ataupun hilang ataupun hilang
 Kesehatan badan memburuk  Kesehatan badan
akibat faktor cuaca maupun memburuk akibat faktor
pola istarahat yang salah. cuaca maupun pola
 Kesehatan karyawan bahaya istarahat yang salah.
merokok dan minuman keras  Kesehatan karyawan
serta penggunaan obat tidak bahaya merokok dan
sesuai dosis yang tertera minuman keras serta
 Pemakaian listrik penggunaan obat tidak
 Duduk dan bekerja. sesuai dosis yang tertera
 Kerusakan alat pengukuran  Pemakaian listrik
 Sakit mata karena cara  Duduk dan bekerja.

[176]
penggunaan alat ukur yang  Kerusakan alat
kurang benar pengukuran
 Data yang diminta rusak  Sakit mata karena cara
ataupun hilang penggunaan alat ukur
Resiko yang terjadi : yang kurang benar
 Luka ringan dan berat  Data yang diminta rusak
 Kematian ataupun hilang
 Kerugian Materiil 
 Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
 Kebakaran terjadi arus pendek
 Sakit pinggang
 Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
9. Amandemen Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Kontrak  Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat  Kondisi fisik/badan harus
sedang melakukan kegiatan baik dengan check
Amandemen Kontrak kesehatan teratur.
 Data yang diminta rusak  Melakukan control
ataupun hilang secara cermat terhadap
 Kesehatan badan memburuk sarana yang akan
akibat faktor cuaca maupun dipergunakan
pola istarahat yang salah.  Menggunakan alat-alat
 Kesehatan karyawan bahaya penunjang untuk
merokok dan minuman keras perlindungan diri (APD)
serta penggunaan obat tidak  Membawa alat cadangan
sesuai dosis yang tertera atau membawa alat
 Pemakaian listrik perbaikan sederhana.
 Duduk dan bekerja.
 Kurangnya cahaya penerangan

[177]
sehingga penglihatan menjadi
terganggu.
 Data yang diminta rusak
ataupun hilang
Resiko yang terjadi :
 Luka ringan dan berat
 Kematian
 Kerugian Materiil
 Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
 Kebakaran terjadi arus pendek
 Sakit pinggang
 Kerusakan penglihatan
 Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
10 Membantu Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Pengecekan As  Kecelakaan pada saat :
Built Drawing perjalanan maupun pada saat  Kondisi fisik/badan harus
sedang melakukan kegiatan baik
 Data yang diminta rusak  Melakukan control
ataupun hilang secara cermat terhadap
 Pemakaian listrik sarana yang akan
 Duduk dan bekerja. dipergunakan
 Kerusakan alat pengukuran  Menggunakan alat-alat
 Sakit mata karena cara penunjang untuk
penggunaan peralatan perlindungan diri (APD)
(komputer)  Membawa alat cadangan
 Data yang diminta rusak atau membawa alat
ataupun hilang perbaikan sederhana
Resiko yang terjadi :
 Luka ringan dan berat

[178]
 Kematian
 Kerugian Materiil
 Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
 Kebakaran terjadi arus pendek
 Sakit pinggang
 Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
11 Pemeriksaan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3 :
Hasil  Kecelakaan pada saat  Kondisi fisik/badan harus
Perhitungan MC perjalanan maupun pada saat baik
100 sedang melakukan kegiatan  Melakukan control
Pemeriksaan Hasil secara cermat terhadap
Perhitungan MC 100 sarana yang akan
 Data yang diminta rusak dipergunakan
ataupun hilang  Menggunakan alat-alat
 Kesehatan badan memburuk penunjang untuk
akibat faktor cuaca maupun perlindungan diri (APD)
pola istarahat yang salah.  Membawa alat cadangan
 Kesehatan karyawan bahaya atau membawa alat
merokok dan minuman keras perbaikan sederhana
serta penggunaan obat tidak  Pemasangan rambu-
sesuai dosis yang tertera rambu K3
 Pemakaian listrik  Pemasangan dan
 Duduk dan bekerja. pembuatan safety line
 Kurangnya cahaya penerangan
sehingga penglihatan menjadi
terganggu.
 Data yang diminta rusak
ataupun hilang
Resiko yang terjadi :

[179]
 Luka ringan dan berat
 Kematian
 Kerugian Materiil
 Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
 Kebakaran terjadi arus pendek
 Sakit pinggang
 Kerusakan penglihatan
 Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
12 Membantu Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3 :
Pelaksanaan  Kecelakaan pada saat  Kondisi fisik/badan harus
PHO perjalanan maupun pada saat baik
sedang melakukan kegiatan  Melakukan control
Membantu Pelaksanaan PHO secara cermat terhadap
 Data yang diminta rusak sarana yang akan
ataupun hilang dipergunakan
 Kesehatan badan memburuk  Menggunakan alat-alat
akibat faktor cuaca maupun penunjang untuk
pola istarahat yang salah. perlindungan diri (APD)
 Kesehatan karyawan bahaya  Membawa alat cadangan
merokok dan minuman keras atau membawa alat
serta penggunaan obat tidak perbaikan sederhana
sesuai dosis yang tertera  Pemasangan rambu-
 Pemakaian listrik rambu K3
 Duduk dan bekerja.  Pemasangan dan
 Kurangnya cahaya penerangan pembuatan safety line
sehingga penglihatan menjadi
terganggu.
 Data yang diminta rusak
ataupun hilang

[180]
Resiko yang terjadi :
 Luka ringan dan berat
 Kematian
 Kerugian Materiil
 Waktu Kerja hilang dan
sakit paru - paru
 Kebakaran terjadi arus
pendek
 Sakit pinggang
 Kerusakan penglihatan
 Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
C. PENYUSUNAN LAPORAN
1 Laporan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Supervisi  Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat  Pertolongan Pertama,
sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Pembuatan Laporan pengecekan kendaraan
 Data yang diminta rusak serta melakukan control
ataupun hilang secara cermat terhadap
 Kesehatan badan memburuk sarana yang akan
akibat faktor cuaca maupun dipergunakan.
pola istarahat yang salah.  Menggunakan alat-alat
 Kesehatan karyawan bahaya penunjang untuk
merokok dan minuman keras perlindungan diri (APD)
serta penggunaan obat tidak  Karyawan baru harus
sesuai dosis yang tertera memastikan berbadan
 Pemakaian listrik sehat, di ruangan kerja di
 Duduk dan bekerja. larang merokok,

 Kurangnya cahaya penerangan pemeriksaan kesehatan

sehingga penglihatan menjadi berkala, penyuluhan

[181]
terganggu. kesehatan kerja, hidup
 Data yang diminta rusak sehat.
ataupun hilang  Pemasangan rambu-
Resiko yang terjadi : rambu K3 untuk dalam
 Luka ringan dan berat maupun diluar ruangan
 Kematian
 Kerugian Materiil
 Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
 Kebakaran terjadi arus pendek
 Sakit pinggang
 Kerusakan penglihatan
 Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti

Tabel 5.13. Pemenuhan Perundang – undangan dan Persyaratan Lainnya


ii. PEMENUHAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERSYARATAN LAINNYA
A UNDANG - UNDANG
1. UU No. 1 tahun 1970 Keselamatan Kerja
2. UU No. 3 tahun 1992 Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. UU No. 23 tahun 1992 Kesehatan
4. UU No. 18 tahun 1999 Jasa Konstruksi
5. UU No. 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan
6. UU No. 22 tahun 2009 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
B PERATURAN PEMERINTAH DAN KEPUTUSAN PRESIDEN
1. PP No.14 tahun 1993 Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
2. PP No. 28 tahun 2000 Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
3. PP No.29 tahun 2000 Penyelenggara Jasa Konstruksi
4. PP No. 74 tahun 2001 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
5. Keppres No. 54 Tahun 2010 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

[182]
C PERATURAN MENTERI
1. Permenaker No : Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
PER.01/MEN1976 Perusahaan
2. Permenaker No. Per.01/MEN/1978 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Pengangkutan dan Penebangan Kayu
3. Permenaker No. Per.03/MEN/1978 Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban
Pegawai Pengawas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
4. Permenaker No.: Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan
Per.01/MEN/1979 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi
Tenaga Para Medis Perusahaan
5. Permenaker No. Per.01/MEN/1980 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan
6. Permenaker No. Per.02/MEN/1980 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
7. Permenaker No. Per.04/MEN/1980 Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan
8. Permenaker No. Per.01/MEN/1981 Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
9. Permenaker R.I. No. Kwalifikasi Juru Las
Per.02/MEN/1982
10. Pemenaker No.: Per.03/MEN/1982 Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
11. Pemenaker No Per.02/MEN/1983 Instalasi Alarm Kebakaran Automatik
12. Pemenaker No.: Per.03/MEN/1985 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pemakaian Asbes
13. Pemenaker No. Per.04/MEN/1985 Pesawat Tenaga dan Produksi
14. Pemenaker No. Per.05/MEN/1985 Pesawat Angkat dan Angkut
15. Pemenaker No. : Per.04/MEN/1987 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
16. Pemenaker No. Per.02/MEN/1989 Pengawasan Instalasi Instalasi Penyalur Petir
17. Pemenaker No. Per.02/MEN/1992 Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan

[183]
Kerja
18. Pemenaker No. Per.04/MEN/1995 Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
19. Pemenaker No. Per.05/MEN/1996 Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
20. Pemenaker No. Per.01/MEN/1998 Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan
Bagi tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik
dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
21. Pemenaker No. Per.03/MEN/1998 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan
22. Pemenaker No. Per.04/MEN/1998 Pengangkatan, Pemberhentian dan Tata
Kerja Dokter Penasehat
23. Pemenaker No. Per.03/MEN/1999 Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan
Barang
24. Permenkes No. 261 tahun 1998 Persyaratan Kesehatan Di Lingkungan Kerja
25. Permenkes No.472 tahun 1996 Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi
Kesehatan
26. Permenkes No.416 tahun 1990 Pengawasan dan Persyaratan Air Bersih
D KEPUTUSAN MENTERI
1. Kepmenaker No. : Kep. Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga
155/MEN/1984 Dan Transmigrasi Nomor Kep. 125/MEN/82,
Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata
Kerja Dewan Keselamatan Dan Kesehtan
Kerja Nasional, Dewan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Wilayah Dan Panitia
Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada
Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum Tempat Kegiatan Konstruksi
No.: Kep.174/MEN/1986. No.:
104/KPTS/1986

[184]
3. Kepmenaker No. Bendera Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Kep.1135/MEN/1987
4. Kepmenaker No.: Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat
Kep.333/MEN/1989 Kerja
5. Kepmenaker No.: Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Kep.245/MEN/1990 Nasional
6. Kepmenaker No. Kep.51/MEN/1999 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja
7. Kepmenaker No. Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kep.186/MEN/1999 Kerja
8. Kepmenaker No. Identifikasi sumber potensi bahaya kebakaran
Kep.197/MEN/1999
9. Kepmenaker No.: Kep.75/MEN/2002 Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
(Sni) Nomor: SNI-04-0225-2000 Mengenai
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000) Di Tempat Kerja
10. Kepmenaker No.: Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan
Kep.235/MEN/2003 Kesehatan, Keselamatan Atau Moral Anak
11. Kepmenaker No. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
Kep.187/MEN/1999
12. Kepmenaker No.187 tahun1999 Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di
Tempat Kerja
13. SK Menaker No.158 tahun 1972 Program Operasionil Serentak, singkat padat
untuk pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
14. SK Menaker dan Menkes No.114 Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan
tahun 1985 Bagi Tenaga Kerja
15. Kepmenaker No.608 tahun 1989 Pemberian Ijin Penyimpangan Waktu Kerja
dan Waktu Istirahat Bagi Perusahaan-
perusahaan yang memperkerjakan pekerja 9
jam sehari dan 54 jam seminggu
16. KEPMEN PU No 02/KPTS/1985 Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan

[185]
Kebakaran Pada Bangunan Gedung
E SURAT EDARAN DAN KEPUTUSAN DIRJEN PEMBINAAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
1. Surat Keputusan Direktur Jenderal Cara Pengisian Formulir Laporan dan
Pembinaan Hubungan Industrial Dan Analisis Statistik Kecelakaan
Pengawasan Ketenagakerjaan
Departemen Tenaga Kerja R.I. No. :
Kep. 84/BW/1998
2. Keputusan Direktur Jenderal Peryaratan, Penunjukan Hak dan Kewajiban
Pembinaan Hubungan Industrial dan Teknisi Lift
Pengawasan Ketenagakerjaan No.
Kep.407/BW/1999
3. Keputusan Direktur Jenderal Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan
Pembinaan Hubungan Industrial dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik
Pengawasan Ketenagakerjaan No.:
Kep.311/BW/2002
4. SE Dirjen Bina Hubungan Perusahaan Catering Yang Mengelola
Ketenagakerjaan dan Pengawasan Makanan Bagi Tenaga Kerja
Norma No.SE.86/BW/1989

Tabel 5.14. Sasaran K3 dan Program K3


iii. SASARAN K3 DAN PROGRAM K3
SASARAN K3 yaitu :
1. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident).
2. Tidak terjadi sakit akibat kerja.
3. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80 %.
4. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko pekerjaannya
masing-masing
PROGRAM K3 yaitu :
1. Diadakannya kegiatan safety meeting, safety induction, safety morning talk, dsb
dalam lingkungan pekerjaan baik di kantor maupun di proyek
2. Dilakukan inspeksi lapangan secara periodik terhadap kondisi dan cara kerja

[186]
yang berpotensi menimbulkan bahaya sehingga tidak ada kecelakaan kerja yang
berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
3. Melaksanakan Promosi K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-
rambu, Spanduk, Poster, Pagar pengaman, Jaring pengaman, dsb) secara
konsisten
4. Melaksanakan komunikasi yang baik tentang masalah K3 antara semua lini di
pekerjaan baik untuk penyedia jasa maupun pengguna jasa
5. Latihan Kesiagaan dan Tanggap darurat
6. Pengecekan Kesehatan Secara Berkala
7. Kepatuhan Terhadap Peraturan

b. RENCANA KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (RK3) KONSTRUKSI


Dalam pelaksanaan pekerjaan Supervisi Pentaaan Kawasan Dieng selaku Penyedia Jasa
Membuat Rencana Keselamatan Kerja antara lain :

a. Sasaran K3

a) Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Acident).

b) Tingkat penerapan elemen SPENGAWAS3 Minimal 80%.

c) Semua pekerja wajib mengenakan APD yang sesuai bahaya dan resiko
pekerjaannya masing-masing.

d) Menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

b. Program K3

a) Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, rambu-


rambu, spanduk, poster, pagar pengaman, jaring pengaman, dan lain
sebagainya).

b) Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya.

c) Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telahditetapkan.

d) Memberikan induksi K3 kepada semua pekerja, karyawan dan tamu yang


masuk/berada di proyek.

e) Melaksanakan audit internal setiap 1 tahun untuk memastikan SPMK diterapkan


secara konsisten.

f) Melapor kepada BPJS Ketenagakerjaan dan melakukan koordinasi.

[187]
c. Rencana Tanggap Darurat Lokasi Proyek

a) Pertolongan Pertama dan Evakuasi Medis Tindakan Pertolongan Pertama


Peralatan dan Perlengkapan Pertolongan Pertama

1) Manajer Proyek dan Personil Medis adalah mereka yang bertanggung jawab
untuk memastikan pasokan perlengkapan pertolongan pertama yang
memadai dan kebersihan.

2) Personil yang bekerja pada aktivitas lokasi proyek harus paham dengan isi
dari kotak pertolongan pertama sehingga mereka akan mampu untuk
memberikan bantuan pada setiap keadaan.

b) Aturan Pertolongan Pertama Dasar

1) Baringkan korban, kepala sejajar dengan badan, sampai anda mengetahui


tingkat keparahan dari cedera/luka.

2) Periksa cedera/luka pada pernafasan, denyut nadi, perdarahan, shock, tanda-


tanda keracunan, terbakar, patah/pergeseran tulang/sendi. Minta
PERTOLONGAN!

3) Jika tidak ada luka pada kepala, rendahkan kepala yang terluka atau tinggikan
posisi kaki. Jika ada indikasi cedera serius pada kepala, tinggikan posisi
kepala perlahan-lahan.

4) Jaga agar orang yang terluka tersebut tetap dalam keadaan hangat.
Pertahankan suhu tubuh.

5) Jangan pindahkan korban kecuali jika memang diperlukan untuk


menghindari cedera lebih lanjut.

6) Jangan mencoba memberikan air atau cairan lain pada korban yang tidak
sadar atau setengah sadar.

7) Buat korban senyaman mungkin dan JANGAN MENDISKUSIKAN


TINGKATKEPARAHAN DARI CEDERA/LUKA.

8) Jika cedernya serius, Petugas Medis harus dipanggil.

c) Tindakan Evakuasi Medis (Medevac)

Urutan langkah-langkah berikut harus dilakukan jika melakukan Medevac. Nomor


kontak dan komunikasi khusus harus diberikan oleh manajemen proyek.

Langkah 1:

Tiap pekerja: Menginformasikan secepatnya pada Pengawas dan Pimpinan


Kelompok bahwa telah ada korban terluka atau sakit mendadak.

Langkah 2:

[188]
Pengawas atau Pimpinan Kelompok akan membantu Komandan Tanggap
Darurat dan Pemberi pertolongan pertama akan menilai kondisi korban dan
mengirimkannya ke Klinik Lokasi Proyek.

Langkah 3:

Petugas Medis akan menyarankan Manajer Proyek dan Petugas Keselamatan


Lapangan atas keinginan mereka untuk melakukan Medevac pada pasien.

Jika kondisinya kritis atau melemah, cari bantuan untuk Medevac darurat
menggunakan mobil ambulan untuk membawa pasien ke rumah sakit terdekat.

Langkah 4:

Manajer Proyek akan mengontak dan memberikan informasi pada orang- orang di
bawah ini:

 Perwakilan Klien di lokasi

 Petugas Jaga GR di lokasi

 Direktur

Langkah 5:

Petugas Keselamatan Lapangan harus melakukan komunikasi dengan:

 Dokter jaga pada rumah sakit terdekat

 Manajer Proyek

d. Kebakaran dan Ledakan


Kebakaran dan ledakan pada umumnya terjadi tiba-tiba dan memberikan dampak pada
area yang luas. Ini kemudian akan menyebabkan kerusakan pada fasilitas dan kerugian
pada klien dan GR.

Bahaya kebakaran dan ledakan dapat ditimbulkan dari tempat kerja manapun termasuk
gedung kantor, pabrik dan lokasi di lapangan, yang dapat menyebabkan keruskan pada
semua fasilitas dan lokasi sekitar.

Bagi mereka yang mengetahui adanya api/kebakaran harus:

1) Jika api kecil, gunakan alat pemadam api portabel atau peralatanpemadam api
lainnya untuk mengusir api.

2) Jika api besar dan insiden serius terjadi, hubungi Pos Tanggap Darurat di lapangan
dan Komandan Tanggap Darurat di lapangan.

3) Matikan pasokan listrik yang berdekatan dengan api.

4) Tinggalkan lokasi melalui rute jalan keluar darurat dan berkumpul pada tempat
berkumpul yang ditentukan.

Tindakan Tim Kebakaran:

1) Anggota Tim Pemadam di lokasi dan Petugas Keamanan akan menanganiapi.

[189]
2) Tindakan harus dilakukan secepat mungkin; sebelum apimenjalar/membesar.

3) Lokalisasi api dengan mengisolasi material-material yang berharga atauyang


mudah terbakar untuk menyelamatkan lokasi.

4) Persiapkan sistem penanganan api dan lakukan tindakan sesuai prosedur


penanganan api.

e. Tumpahan minyak dan Bahan Kimia


Bahaya tumpahan minyak dan bahan kimia adalah:

1) Tumpahan minyak dapat menyebabkan api jika dia dekat dengan sumberpanas.

2) Tumpahan minyak dan bahan kimia dapat menyebabkan polusi padalingkungan.

3) Dampak lanjutan dari tumpahan-tumpahan tersebut mempunyai potensi untuk


mengkontaminasi tanah dan laut.

Tindakan:

1) Siapapun yang menemukan tumpahan harus mencoba menghentikan langsung


sumber tumpahan dengan menutup katup atau mematikan pompa, dsb.

2) Melaporkan secepatnya pada Pengawas/Pimpinan Kelompok. Pengawas harus


melokalisasi area yang terkena tumpahan dengan memberikan pembatas sementara
atau material lain, dan melokalisasi tumpahan pada laut/air.

3) Mengumpulkan semua tumpahan sebanyak mungkin dan menyimpannya dalam


kontainer yang sesuai.

4) Jika terjadi di atas tanah, pasang pembatas sepanjang area yang terkontaminasi.

5) Kumpulkan dan bersihkan tumpahan.

Pelaporan:

Laporan kepada Manajer Proyek harus dilakukan dengan segera oleh


Pengawas/Pimpinan Kelompok. Laporan Tumpahan Minyak/Bahan Kimia harus
dilengkapi dan dikirimkan kepada Koordinator K3ll secepatnya.

f. Kerusuhan Masa
Untuk mencapai sasaran prosedur ini, diperlukan penanggulangan yang tepat, terkendali
dan tenang. Potensi Resiko:

Seluruh personil dan fasilitas di Lapangan berpotensi memiliki resiko pada saat terjadi
kerusuhan massa (gangguan masyarakat).

Kerusuhan massa dikategorikan sebagai Keadaan Waspada yang serius, tindak kekerasan
dan ketidakpatuhan terhadap hukum dan aturan publik dapat memberikan dampak pada
keamanan fisik atas fasilitas instalasi.

Pelaku kerusuhan dapat merusak pagar dan menimbulkan kerusakan dan gangguan
terhadap personil maupun properti, melalui sabotase, perusakan maupun vandalisme.

[190]
Tindakan:

Manajer Proyek adalah pimpinan penanggulangan, dan bertanggung jawab penuh untuk
melakukan tindakan yang tepat dalam menghadapikerusuhan massa.

Manajer Proyek bertanggung jawab untuk segera melaporkan kepada Perwakilan Klien
dan Manajemen GR selama kerusuhan massa berlangsung.

Anggota Petugas Keamanan harus mengendalikan kerusuhan dengan tenang dan


mengawasi sepenuhnya dan mengkomunikasikannya pada Manajemen Proyek.

Kerusuhan dapat timbul karena berbagai alasan, sebagian berkembang capat tanpa
adanya tanda-tanda sebelumnya, dan sebagian berkembang dengan perlahan. Apabila
berkembang secara perlahan maka petugas setempat (petugas keamanan) harus
menginformasikan pada Tim Penanggulangan Darurat mengenai keadaan yang terjadi.

Apabila kerusuhan berkembang dengan cepat, maka Petugas Keamanan Proyek


merupakan orang yang pertama kali yang perlu diberikan laporan. Mereka akan bertindak
selaku ujung tombak informasi keadaan dan perkembangan gangguan yang terjadi.
Sumber- sumber resmi mau-pun konfidensial yang dimilikinya memeberikan informasi yang
diperlukan untuk melakukan tindakan yang penting.

Seluruh karyawan, subkontraktor dan personil lainnya agar membatasi dan berhati-hati
dalam berkomunikasi dengan petugas setempat. Jangan memberikan pernyataan apapun
kepada media yang ada.

Manager Proyek mempersiapkan rencana evakuasi dan menginstruksikan Pengawas


Lapangan/Pimpinan Kelompok dengan mengatur semua personil untuk keluar dari lokasi
proyek.

Manajer Proyek bersama dengan petugas keamanan lapangan segera menghubungi


Kepolisian yang terdekat dengan lokasi proyek, dan petugas kepolisian hendaknya
melakukan investigasi atas fakta di lapangan untuk menentukan secara jelas insiden yang
terjadi.

g. Ancaman Bom Potensi Resiko:


Seluruh personil dan fasilitas pada lokasi sangat berpotensi memiliki resiko atas
ancaman bom di area operasi.

Ancaman bom dikategorikan sebagai ancaman serius yang harus dihadapi dengan
ketenangan dan kehati-hatian.

Tindakan:

Setiap personil yang menerima telepon dari luar dari orang yang tak dikenal mengenai
ancaman bom; melaporkan pada petugas keamanan dan Komandan Tanggap Darurat.

Komandan Tanggap Darurat segera melaporkan ancaman ini kepada Manajer Proyek.

Komandan Tanggap Darurat harus memberitahukan Atasan/Pimpinan Kelompok dan


meminta mereka untuk mengumumkan kepada semua personil untuk menghentikan
aktivitas.

Semua personil harus tetap tenang dan mengikuti petunjuk-petunjuk dari atasan mereka.

[191]
Petugas keamanan memberitahukan ERT untuk menghubungi petugas kepolisian dan
menginformasikan mereka bahwa tempat kerja mendapat ancaman bom dari teroris.

Atasan/ Pimpinan Kelompok menginstruksikan semua personil untuk keluar dari tempat
kerja melalui rute aman sebagaimana yang diinstruksikan oleh anggota petugas
keamanan.

Petugas keamanan mengikuti saran dari petugas kepolisian atau militer mengenai status
dari keadaan.

Begitu keadaan dinyatakan aman berdasarkan saran dari petugas kepolisian, petugas
keamanan dan/atau Komandan Tanggap Darurat memberitahukan Manajer Proyek dan
menginstruksikan semua pekerjauntuk meneruskan bekerja kembali.

h. Gempa Bumi Potensi Resiko


Gempa bumi biasanya terjadi tanpa adanya peringatan dan mempengaruhi seluruh
komunitas dalam skala besar.

Bahaya utama dari gempa bumi adalah: kerusakan pada fasilitas, kebakaran atau polusi
yang timbul akibat hubungan arus pendek dan resiko pada manusia.

Tergantung dari intensitas gempa yang terjadi, situasi ini dapat dikategorikan sebagai
Ancaman Serius, yang harus dihadapi dengan tenang dan hati-hati.

Tindakan:

Manajer Proyek mengumumkan kepada seluruh supervisor/personil untuk menghentikan


kegiatan di tempat kerja.

Supervisor/Pimpinan Kelompok segera menghentikan seluruh operasi dan mengevakuasi


personil-nya keluar / menjauhi bangunan, mengumpulkan mereka pada ruang terbuka dan
tetap disana sampai diperintahkan untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Seluruh personil agar tetap tenang, penanggulangan yang terkendali sangat penting demi
keselamatan seluruh pekerja dan properti perusahaan.

Dalam hal terjadi kebakaran, Manajer Proyek menginstruksikan Tim Penanggulangan


Kebakaran TPK) untuk memobilisasi personil dan melokalisir sumber api dan
memadamkan api sedini mungkin.

Meminta bantuan medis atau Medevac, jika diperlukan.

Supervisor/ Pimpinan Kelompok mempersiapkan rencana evakuasi dan menginstruksikan


ERT dengan mengatur semua personil untuk keluar dari lokasi operasi kerja.

Setiap supervisor mengatur pengecekan/review atas fasilitas/ peralatan yang berada


dalam tanggung jawabnya dan melaporkantingkat kerusakannya kepada Manajer Proyek.

Manajer Proyek menginformasikan Perwakilan Klien dan Manajemen GR. Dia


menginstruksikan semua pekerja untuk meneruskan bekerja jika keadaan mengijinkan.

[192]
i. Komunikasi dan PeralatanPeralatan
Jalur komunikasi harus dibuat dan dicoba. Radio handy talky dan telepon seluler akan
disediakan. Jalur ini akan dijalankan antara ERT internal, klien dan organisasi
penanggulangan keadaan darurat eksternal.
Sistem komunikasi dicoba secara rutin dan dimonitor (sistem radio dan telepon) paling
tidak setiap minggu selama proyek berjalan. Semua tes-tes tersebut dicatat dalam Log
Book, dipegang oleh Petugas Keselamatan Lokasi.
Pemeliharaan Peralatan
Semua peralatan dan perlengkapan darurat harus diinventarisir dan dipelihara untuk
digunakan pada saat keadaan darurat dan didokumentasikan.
a. Lokasi Berkumpul Evakuasi

Area berkumpul evakuasi akan ditentukan pada saat awal sebelum memulai
aktivitas di lokasi proyek.
Pada saat mencapai lokasi berkumpul, semua personil harus bergabung dengan
Kelompok Kerja mereka. Penghitungan orang hendaknya dilakukan oleh
supervisor/Pimpinan kelompok. Tiap supervisor/pimpinan kelompok harus
memiliki daftar aktual dari personil (personil yang sedang bekerja dan mereka
yang sudah selesai melakukan pekerjaan) dengan bantuan pengukur waktu (time
keeper).
b. Untuk mengaktifkan Pusat Komando Keadaan Darurat di Tempat Kerja

Perusahaan membentuk Pusat Komando Keadaan Darurat (Emergency Command


Centre/ ECC).
Keputusan untuk mengaktifkan ECC akan dilakukan sebagaiberikut:
Manajer Operasi/Proyek menghubungi Koordinator K3LL atau Manajemen GR
dan meminta bantuan.
1) HSE Coordinator menghubungi (sebagaimana diminta):

2) Manajer senior yang bersangkutan

3) Kepala departemen yang bersangkutan dan/atau

4) Personil kunci pada Departemen Logistik

c. Aksi dan Tugas Pusat Komando Keadaan Darurat

1) Mempersiapkan diri sendiri dalam lingkup kerja ECC,


2) Jika diperlukan, mempersiapkan komunikasi dengan QHSE Coordinator dan
Tim Penanggulangan Keadaan Darurat GR,

3) Secepatnya memulai dan mengatur kegiatan-kegiatan, yang akan mencakup


seluruh keputusan yang dibuat, kemajuan dan waktu,

4) Menetapkan garis komunikasi yang jelas dengan Kantor Konsultan dan


Kantor Klien,

5) Menetapkan daftar personil di lokasi harian (jika diperlukan) atau paling tidak
nama dan jabatan dari mereka yang terkait dengan insiden,

[193]
6) Memberitahukan pihak manajemen gedung/staf pembantu mengenai nomor
telepon dan ekstensi untuk digunakan dalam berhubungan langsung dengan
klien, Menetapkan keadaan faktual dan peran serta aktual dari seluruh
sumber daya GR dan pihak luar,

7) Mengidentifikasi bantuan tambahan apapun yang mungkin dibutuhkan dari


pihak GR atau dari sumber eksternal,

8) Menghubungi orang atau organisasi yang mampu untukmembantu,


9) Menetapkan garis komunikasi yang jelas, sebagaimana diminta,dengan:
- Manajer senior

- Manajemen Proyek

- Perwakilan klien

10) Jika dibutuhkan, kirimkan beberapa anggota Pengendali Keadaan Darurat ke:
- Kantor polisi

- Lainnya

- Organisasi/Pihak berwenang yang mungkin dibutuhkan:

11) Jika dibutuhkan, mobilisasi personil Tanggap Darurat Kantoruntuk Relatives


Support Room,

12) Jika dibutuhkan, atur mobilisasi dan transportasi personil danperalatan ke


lokasi kerja,

13) Jika dibutuhkan, mobilisasi ERT tambahan dan/atau ahli GRyang dapat
membantu,

14) Terus informasikan pada klien dan Manajemen senior GR,


15) Buat pernyataan faktual sederhana untuk Petugas Bagian UmumGR (General
Affairs) (dan jika memungkinkan, dengan koordinasi dengan klien).
Pernyataan pers harus di-update secara rutin.

16) Melalui Manajer Proyek/Lokasi mengatur pasokan informasi kepada keluarga


terdekat.

Table 5.15. Rencana Keselamatan Kesehatan Kerja (RK3) Konstruksi


i. Rencana Keselamatan Kesehatan Kerja (RK3) Konstruksi
No Jenis / Type Identifikasi Bahaya Risiko Pengendalian
Pekerjaan Risiko
a b c d e
1 Mobilisasi Kecelakaan dan gangguan Kecil Pakai pengaman

[194]
kesehatan tenaga kerja akibat (sarung tangan, helm,
Tempat kerja kurang memenuhi syarat, pelindung kaki)
Kecelakaan dan gangguan kesehatan
pekerja akibat penyimpanan peralatan
dan bahan atau material kurang
memenuhi syarat, Kecelakaan dan
gangguan kesehatan pekerja akibat
penyimpanan peralatan dan bahan
atau material kurang memenuhi syarat
kecelakaan atau gangguan kesehatan
akibat kegiatan pembongkaran tempat
kerja, instalasi listrik, peralatan dan
perlengkapan, pembersihan dan
pengembalian kondisi yang kurang
baik.
Pemenuhan Protokol
kesehatan
Bahaya Penyakit Menular
Berat (penggunaan masker,
budaya hidup bersih)

2 Pengawasan Hewan buas Sedang Pakai pengaman


Pekerjaan (sarung tangan, helm,
Hewan berbisa Serangga berbahaya
Persiapan pelindung kaki)
Terjatuh
Pek. Pembersihan
& Pengukuran Terperosok Tenggelam
Kembali Site Tertabrak
Terkena alat potong
Tekena paku
Resiko luka ringan/sedang/berat

3 Pek. Pemasangan Terkena palu Kecil Rambu lalu lintas


Bouwplank
Terkana paku Pakai pengaman
(sarung tangan, helm,
Terkena gergaji
pelindung kaki)
Tertimpa balok
Resiko luka ringan/sedang/berat

4 Pembuatan Tangan tertimpa palu Kecil Pakai pengaman


Direksi keet (sarung tangan, helm,
Tertimpa balok
pelindung kaki)
Tertimpa atap
Rambu lalu lintas
Tertusuk paku
Pekerja jatuh
Resiko luka ringan/sedang/berat

5 Delevery, loading Terjatuh Sedang Pakai pengaman


anloading (sarung tangan, helm,
Terperosok Tenggelam

[195]
material Tertabrak pelindung kaki)
Terkena alat potong Rambu lalu lintas
Tekena paku
Resiko luka ringan/sedang/berat
6 Pengawasan Tertimbun longsor galian tanah Sedang Pakai pengaman
Pekerjaan Galian (sarung tangan, helm,
Terjatuh ke lubang galian
& Urugan pelindung kaki)
Tergores/luka akibat terkena material
Rambu lalu lintas
Resiko luka ringan/sedang/berat

7 Pengawasan Tertimbun longsor galian tanah Sedang Pakai pengaman


Pekerjaan Pondasi (sarung tangan, helm,
Terjatuh ke lubang galian
pelindung kaki)
Tergores/luka akibat terkena material
Rambu lalu lintas
Resiko luka ringan/sedang/berat

8 Pengawasan Tertimbun longsor galian tanah Kecil Pakai pengaman


Pekerjaan (sarung tangan, helm,
Terjatuh ke lubang galian
Pasangan pelindung kaki)
Tergores/luka akibat terkena material
Rambu lalu lintas
Resiko luka ringan/sedang/berat

9 Pengawasan Tertimbun longsor galian tanah Kecil Pakai pengaman


Pengecoran (sarung tangan, helm,
Terjatuh ke lubang galian
pelindung kaki)
Tergores/luka akibat terkena material
Rambu lalu lintas
Resiko luka ringan/sedang/berat

10 Pengujian- Bahaya akibat bahan dan peralatan Kecil Pakai pengaman


yang digunakan tidak memenuhi (sarung tangan, helm,
Pengujian
syarat, Bahaya akibat cara pelindung kaki)
pengangkutan bahan kurang
Rambu lalu lintas
memenuhi syarat; Bahaya akibat
penyimpanan kurang memenuhi
syarat; Bahaya akibat pembuangan
bahan dan material tidak terpakai
kurang memenuhi syarat.
11 Manajemen Bahaya akibat bangunan jalan dan Kecil Pakai pengaman
jembatan sementara (sarung tangan, helm,
dan Keselamatan
pelindung kaki)
Lalulintas rusak/roboh
Rambu lalu lintas
Bahaya lalu lintas akibat jalan masuk ke
lokasi pekerjaan tidak tersedia atau
tersedia tetapi kurang memenuhi
syarat
Bahaya akibat tidak tersedia jalan

[196]
masuk bagi penduduk di permukiman
sepanjang danyang berdekatan dengan
lokasi pekerjaan.
Kecelakaan akibat bangunan
sementara dan rambu-rambu rusak
dan tidak berfungsi
Bahaya akibat bahan dan kotoran yang
tidak terpakai berceceran sehingga lalu
lintastidak aman
12 Galian Untuk Gangguan kesehatan akibat kondisi Kecil Pakai pengaman
kerja secara umum, (sarung tangan, helm,
Selokan Drainase
pelindung kaki)
dan Saluran Air terluka akibat kondisi dan penggunaan
meteran yang salah, kecelakaan akibat Rambu lalu lintas
pengaturan lalu lintas kurang baik,
kecelakaan akibat jenis dan cara
penggunaan peralatan salah,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
Kecelakaan terkena alat gali (cangkul,
balencong dll.) akibat jarak antar
penggali terlalu dekat,
Bahaya akibat lereng galian longsor.
13 Pasangan Batu PENGUKURAN. Gangguan kesehatan kecil Pakai pengaman
akibat kondisi kerja (sarung tangan, helm,
Dengan Mortar
pelindung kaki)
secara umum, terluka akibat kondisi
dan penggunaan meteran yang salah, Rambu lalu lintas
kecelakaan akibat pengaturan lalu
lintas kurang baik, kecelakaan akibat
jenis dan cara penggunaan peralatan,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
PENGGALIAN. Kecelakaan terkena alat
gali (cangkul, balencong dll.) akibat
jarak antar penggali terlalu dekat,
bahaya akibat lereng galian longsor.
PEMASANGAN. Luka terkena mortar
dan batu jatuh, luka terkena pecahan
batu, kecelakaan akibat penempatan
stok material terutama batu yang tidak
tepat.
14 Saluran PENGUKURAN. Gangguan kesehatan kecil Pakai pengaman
akibat kondisi kerja (sarung tangan, helm,
berbentuk U Tipe
pelindung kaki)
DS 1 secara umum, terluka akibat kondisi
dan penggunaan meteran yang salah, Rambu lalu lintas

[197]
kecelakaan akibat pengaturan lalu
lintas kurang baik, kecelakaan akibat
jenis dan cara penggunaan peralatan,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
PENGGALIAN. Kecelakaan terkena alat
gali (cangkul, balencong dll.) akibat
jarak antar penggali terlalu dekat,
bahaya akibat lereng galian longsor.
PEMASANGAN. Luka terkena mortar
dan batu jatuh, luka terkena pecahan
batu, kecelakaan akibat penempatan
stok material 7terutama batu yang
tidak tepat.
15 Bahan Drainase Kesehatan terganggu akibat kondisi Kecil Pakai pengaman
Porous atau kerja secara umum, terluka akibat (sarung tangan, helm,
Penyaring (Filter) kondisi dan penggunaan meteran yang pelindung kaki)
salah, kecelakaan akibat pengaturan
Rambu lalu lintas
lalu lintas kurang baik, kecelakaan
akibat jenis dan cara penggunaan
peralatan, kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.

16 Pipa Berlubang Kesehatan terganggu akibat kondisi Kecil Pakai pengaman


Banyak kerja secara umum, terluka akibat (sarung tangan, helm,
(Perforated Pipe) kondisi dan penggunaan meteran yang pelindung kaki)
untuk Pekerjaan salah, kecelakaan akibat pengaturan
Rambu lalu lintas
Drainase Bawah lalu lintas kurang baik, kecelakaan
Permukaan, akibat jenis dan cara penggunaan
diameter 4 inch peralatan, kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
17 Galian Biasa PENGUKURAN. Gangguan kesehatan Kecil Pakai pengaman
akibat kondisi kerja secara umum, (sarung tangan, helm,
terluka akibat kondisi dan penggunaan pelindung kaki)
meteran yang salah, kecelakaan akibat
Rambu lalu lintas
pengaturan lalu lintas kurang baik,
kecelakaan akibat jenis dan cara
penggunaan peralatan salah,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok;
PENGGALIAN Kecelakaan terkena alat
gali (cangkul, balencong dll.) akibat
jarak antar penggali terlalu dekat,
bahaya akibat lereng galian
longsor, kecelakaan akibat
operasional alat berat baik di tempat
lokasi galian, transportasi maupun di
tempat pembuangan;

[198]
PEMBUANGAN. Kecelakaan akibat
tumpukan bahan galian yang akan
digunakan untuk timbunan.

18 Galian Batu PENGUKURAN. Gangguan kesehatan Kecil Pakai pengaman


akibat kondisi kerja secara umum, (sarung tangan, helm,
terluka akibat kondisi dan penggunaan pelindung kaki)
meteran yang salah, kecelakaan akibat
Rambu lalu lintas
pengaturan lalu lintas kurang baik,
kecelakaan akibat jenis dan cara
penggunaan peralatan salah,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok;
PENGGALIAN. Kecelakaan terkena alat
gali (cangkul, balencong dll.) akibat
jarak antar penggali terlalu dekat,
bahaya akibat lereng galian
longsor, kecelakaan akibat
operasional alat berat baik di tempat
lokasi galian, transportasi maupun di
tempat pembuangan;
PEMBUANGAN. Kecelakaan akibat
tumpukan bahan galian yang akan
digunakan untuk timbunan

19 Galian Struktur PENGUKURAN. Gangguan kesehatan sedang Pakai pengaman


dengan akibat kondisi kerja secara umum, (sarung tangan, helm,
kedalaman 0 - terluka akibat kondisi dan penggunaan pelindung kaki)
meteran yang salah, kecelakaan akibat
2 meter Rambu lalu lintas
pengaturan lalu lintas kurang baik,
kecelakaan akibat jenis dan cara Turap
penggunaan peralatan salah,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok;
PENGGALIAN. Kecelakaan terkena alat
gali (cangkul, balencong dll.) akibat
jarak antar penggali terlalu dekat,
bahaya akibat lereng galian
longsor, kecelakaan akibat
operasional alat berat baik di tempat
lokasi galian, transportasi maupun di
tempat pembuangan;
PEMBUANGAN. Kecelakaan akibat
tumpukan bahan galian yang akan
digunakan untuk timbunan

20 Galian Struktur Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
dengan dengan Galian Struktur dengan (sarung tangan, helm,
kedalaman 2 - kedalaman 0 - 2 meter pelindung kaki)

[199]
4 meter Rambu lalu lintas
Turap

21 Galian Struktur Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
dengan dengan Galian Struktur dengan (sarung tangan, helm,
kedalaman 4 - kedalaman 2 - 4 meter pelindung kaki)
6 meter Rambu lalu lintas
Turap

22 Timbunan Biasa Gangguan kesehatan akibat kondisi Pakai pengaman


dari sumber galian kerja secara umum, Terluka akibat (sarung tangan, helm,
kondisi dan penggunaan meteran yang pelindung kaki)
salah, Kecelakaan akibat pengaturan
Rambu lalu lintas
lalu lintas kurang baik, Kecelakaan
akibat jenis dan cara penggunaan
peralatan, Kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
Kecelakaan akibat pengaturan lalu
lintas kurang baik, Kecelakaan akibat
operasional alat berat di tempat lokasi
pemadatan, Kecelakaan akibat metode
penimbunan pada jalan tanjakan.
23 Timbunan Biasa Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
dari hasil galian dengan Timbunan Biasa dari sumber (sarung tangan, helm,
galian pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

24 Timbunan Pilihan Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
dari sumber galian dengan Timbunan Biasa dari sumber (sarung tangan, helm,
galian pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

25 Penyiapan Badan PENGUKURAN. Gangguan kesehatan sedang Pakai pengaman


Pedestrian akibat kondisi kerja secara umum, (sarung tangan, helm,
Terluka akibat kondisi dan penggunaan pelindung kaki)
meteran yang salah, Kecelakaan akibat
Rambu lalu lintas
pengaturan lalu lintas kurang baik,
Kecelakaan akibat jenis dan cara
penggunaan peralatan, Kecelakaan
akibat metode pemasangan patok.
PEMADATAN. Kecelakaan akibat
operasional alat berat di tempat lokasi
pemadatan, Kecelakaan akibat metode

[200]
penimbunan pada jalan tanjakan.
PENYIRAMAN. Gangguan kesehatan
akibat debu yang timbul saat
penyiraman.
26 Pembersihan dan Terjadi iritasi pada kulit akibat kena Kecil Pakai pengaman
Pengupasan semak duri, Kecelakaan akibat (sarung tangan, helm,
Lahan operasional alat berat di tempat lokasi pelindung kaki)
Pembersihan dan Pengupasan lahan
Rambu lalu lintas

27 Pemotongan PEMOTONGAN. 1) Jatuh akibat kecil Pakai pengaman


Pohon Pilihan perlengkapan pekerja kurang (sarung tangan, helm,
diameter 15 – memadai; 2) Luka akibat tertimpa pelindung kaki)
pohon yang sedang dipotong
30 cm Rambu lalu lintas
PEMBUANGAN. Kecelakaan akibat
hasil potongan pohon tercecer
dijalan.

28 Pemotongan Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman


Pohon Pilihan dengan Pemotongan Pohon Pilihan (sarung tangan, helm,
diameter > 30 diameter 15 – 30 cm pelindung kaki)
– 50 cm Rambu lalu lintas

29 Geotekstil Filter Terluka akibat penggunaan meteran kecil Pakai pengaman


untuk Drainase baja tidak benar, kecelakaan karena (sarung tangan, helm,
Bawah tertabrak oleh kendaraan yang pelindung kaki)
Permukaan (Kelas melintas, terluka pada saat memasang
Rambu lalu lintas
2) patok dan luka terkena palu.

30 Lapis Pondasi PENGUKURAN. Terluka akibat sedang Pakai pengaman


Agregat Kelas A penggunaan meteran baja tidak benar, (sarung tangan, helm,
kecelakaan karena tertabrak oleh pelindung kaki)
kendaraan yang melintas, terluka pada
Rambu lalu lintas
saat memasang patok dan luka terkena
palu;
PENGUPASAN. Kecelakaan terperosok
ke lubang galian, Terjadi gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Terluka
karena jatuh padadaerah dengan
kemiringan tinggi, Gangguan
kesehatan lingkungan akibat
pembuangan hasil kupasan tidak
benar, Kecelakaan akibat tanah bagian
pinggir longsor, Kecelakaan oleh
karena batu/pohon besar yang
merintangi pengupasan, Terluka oleh
peralatan akibat pekerja terlalu

[201]
berdekatan, Terluka karena
pengoperasian alat berat tidak
dilakukan dengan benar, Kecelakaan
akibat utilitas bawahtanah yang
terkena alat penggali, Gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Kecelakaan
akibat lubang galian terisi air yang
menggenang;
PENGHAMPARAN. Terjadi kecelakaan
pada saat dump truck menurunkan
agregat, Terjadi iritasi pada kulit dan
paru-paru akibat debu agregat yang
kering, Terluka oleh mesin
penghampar (Grader) karena
pengoperasian tidak benar, Terjadi
kecelakaan akibat tertabrak lalu lintas
kendaraan, Terjadi kecelakaan akibat
penimbunan material sementara,
sebelum dihampar, Kecelakaan akibat
tanah di pinggir bahu jalan tidak stabil,
Gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Terluka oleh peralatan kerja akibat
jarak antar pekerja terlalu dekat;
PEMADATAN. Terjadi iritasi pada kulit
dan paru-paru oleh debu pada
pemadatan yang kering, Terjadi
gangguan lalu lintas kendaraan, Terjadi
gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Kecelakaan akibat tanah bagian pinggir
jalan tidak stabil, Terluka akibat
pengoperasian mesin pemadat
(grader) tidak benar, Terluka oleh alat
kerja akibat jarak antar pekerja terlalu
dekat;
PENYIRAMAN. Terjadi gangguan
kesehatankarena air yang digunakan
penyiraman tidak sehat, Terjagi
kecelakaan dalam pengoperasian alat
penyiraman (Water Tanker),
Kecelakaan tertabrak lalu lintas
kendaraan.

31 Lapis Pondasi PENGUKURAN. Terluka akibat sedang Pakai pengaman


Agregat Kelas S penggunaan meteran baja tidak benar, (sarung tangan, helm,
kecelakaan karena tertabrak oleh pelindung kaki)
kendaraan yang melintas, terluka pada
Rambu lalu lintas
saat memasang patok dan luka terkena
palu.
PENGUPASAN. Kecelakaan terperosok

[202]
ke lubang galian, Terjadi gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Terluka karena
jatuh pada daerah dengan kemiringan
tinggi, Gangguan kesehatan lingkungan
akibat pembuangan hasil kupasan tidak
benar, Kecelakaan akibat tanah bagian
pinggir longsor,
Kecelakaan oleh karena batu/pohon
besar yang merintangi pengupasan,
Terluka oleh peralatan akibat pekerja
terlalu berdekatan, Terluka karena
pengoperasian alat berat tidak
dilakukan dengan benar, Kecelakaan
akibat utilitas bawah tanah yang
terkena alat penggali, Gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Kecelakaan
akibat lubang galian terisi air yang
menggenang.
PENGHAMPARAN. Terjadi kecelakaan
pada saat dump truck menurunkan
agregat, Terjadi iritasi pada kulit dan
paru-paru akibat debu agregat yang
kering, Terluka oleh mesin
penghampar (Grader) karena
pengoperasian tidak benar, Terjadi
kecelakaan akibat tertabrak lalu lintas
kendaraan, Terjadi kecelakaan akibat
penimbunan material sementara,
sebelum dihampar, Kecelakaan akibat
tanah di pinggir bahu jalan tidak stabil,
Gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Terluka oleh peralatan kerja akibat
jarak antar pekerja terlalu dekat.
PEMADATAN. Terjadi iritasi pada kulit
dan paru-paru oleh debu pada
pemadatan yang kering, Terjadi
gangguan lalu lintas kendaraan, Terjadi
gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Kecelakaan akibat tanah bagian pinggir
jalan tidak stabil, Terluka akibat
pengoperasian mesin pemadat
(grader) tidak benar, Terluka oleh alat
kerja akibat jarak antar pekerja terlalu
dekat.
PENYIRAMAN. Terjadi gangguan
kesehatan karena air yang digunakan
penyiraman tidak sehat, Terjagi
kecelakaan dalam pengoperasian alat

[203]
penyiraman (Water Tanker),
Kecelakaan tertabrak lalu lintas
kendaraan.

32 Lapis Fondasi PENGUKURAN. Terluka akibat sedang Pakai pengaman


Agregat Semen penggunaan meteran baja tidak benar, (sarung tangan, helm,
Kelas A (Cement kecelakaan karena tertabrak oleh pelindung kaki)
Treated Base = kendaraan yang melintas, terluka pada
Rambu lalu lintas
CTB) saat memasang patok dan luka terkena
palu;
PENGUPASAN. Kecelakaan terperosok
ke lubang galian, Terjadi gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Terluka
karena jatuh padadaerah dengan
kemiringan tinggi, Gangguan
kesehatan lingkungan akibat
pembuangan hasil kupasan tidak
benar, Kecelakaan akibat tanah bagian
pinggir longsor, Kecelakaan oleh k
merintangi pengupasan, Terluka oleh
peralatan akibat pekerja terlalu
berdekatan, Terluka karena
pengoperasian alat berat tidak
dilakukan dengan benar, Kecelakaan
akibat utilitas bawahtanah yang
terkena alat penggali, Gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Kecelakaan
akibat lubang galian terisi air yang
menggenang;
PENGHAMPARAN. Terjadi kecelakaan
pada saat dump truck menurunkan
agregat, Terjadi iritasi pada kulit dan
paru-paru akibat debu agregat yang
kering, Terluka oleh mesin
penghampar (Grader) karena
pengoperasian tidak benar, Terjadi
kecelakaan akibat tertabrak lalu lintas
kendaraan, Terjadi kecelakaan akibat
penimbunan material sementara,
sebelum dihampar, Kecelakaan akibat
tanah di pinggir bahu jalan tidak stabil,
Gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Terluka oleh peralatan kerja akibat
jarak antar pekerja terlalu dekat;
PEMADATAN. Terjadi iritasi pada kulit
dan paru-paru oleh debu pada
pemadatan yang kering, Terjadi
gangguan lalu lintas kendaraan, Terjadi
gangguan lalu lintas penduduk sekitar,

[204]
Kecelakaan akibat tanah bagian pinggir
jalan tidak stabil, Terluka akibat
pengoperasian mesin pemadat
(grader) tidak benar, Terluka oleh alat
kerja akibat jarak antar pekerja terlalu
dekat;
PENYIRAMAN. Terjadi gangguan
kesehatankarena air yang digunakan
penyiraman tidak sehat, Terjagi
kecelakaan dalam pengoperasian alat
penyiraman (Water Tanker),
Kecelakaan tertabrak lalu lintas
kendaraan.arena batu/pohon besar
yang

33 Pasangan Batu PENGUKURAN. Kecelakaan akibat sedang Pakai pengaman


pengukuran yang dilakukan dijalan (sarung tangan, helm,
raya, luka akibat kena pukul palu, pelindung kaki)
luka akibat kena gergaji, luka akibat
Rambu lalu lintas
kena paku
PENGGALIAN. Potensi bahaya akibat
pipa gas, pipa air, dan konduktor listrik,
yang terkena galian, kecelakaan akibat
terkena cangkul/alat penggali lain dari
sesama pekerja, terkena cangkul
sendiri/luka akibat lainnya jika
penggalian dilakukan malam hari,
runtuhnya lereng galian, terpeleset
pada saat menggali, tertimpa benda
jatuh dari atas, potensi kecelakaan
akibat penggalian mengunakan mesin
penggali/excavator, bahaya terperosok
ke tempat penggalian, bahaya akibat
genangan air di tempat galian;
PEMOMPAAN. Kena setrum, kaki
tergenang air/lecet, runtuhnya dinding,
terpeleset pada saat menurunkan
selang pompa, genangan air hasil
pemompaan;
PENYIAPAN LANTAI KERJA. Bahaya
akibat bahan-bahan dan alat yang akan
dipakai, bahaya akibat genangan air;
PEMASANGAN. Luka karena
tertimpa batu, debu dari
campuran agregat, semen dan air, luka
tangan/kaki karena adukan;
PENIMBUNAN. Potensi longsor dari

[205]
tanah timbunan, potensi kecelakaan
akibat alat penimbun, potensi
kecelakaan akibat alat pemadat
dengan menggunakan mesin, potensi
luka akibat cangkul/peralatan
sejenisnya untuk penimbunan dan
pemadatan cara manual.

34 Bronjong dengan PENGUKURAN. Potensi bahaya pada sedang Pakai pengaman


kawat yang saat pengukuran dijalan raya/tertabrak (sarung tangan, helm,
dilapisi Galvanis kendaraan, Luka akibat memotong pelindung kaki)
kawat, Luka akibat terpukul palu pada
Rambu lalu lintas
saat membuat patok.
PABRIKASI. Kaki/tangan tertimpa batu,
Luka pada tangan akibat
pembentangan kawat bronjong.
PENGGALIAN. Potensi bahaya akibat
pipa gas, pipa air, dan konduktor listrik,
yang terkena galian, Kecelakaan akibat
terkena cangkul/alat penggali alin dari
sesama pekerja, Terkena cangkul
sendiri/ luka akibat lainnya jika
penggalian dilakukan malam hari,
Runtuhnya lereng galian, Terpeleset
pada saat menggali, Tertimpa benda
jatuh dari atas.
PEMOMPAAN. Kena setrum, Kaki
tergenang air/lecet, Runtuhnya
dinding, Terpeleset pada saat
menurunkan slang pompa.
PEMASANGAN. Terhimpit batu, Luka
akibat kawat/batu pada tangan/kaki,
Potensi luka akibat penimbunan
dengan menggunakan cangkul/alat
penimbun lain.

35 Sambungan Siar PENGUKURAN. Kecelakaan akibat kecil Pakai pengaman


Muai Tipe pemotongan baja dengan (sarung tangan, helm,
Asphaltic Plug, menggunakan mesin potong atau las pelindung kaki)
Fixed listrik (luka bakar, luka gores, lecet,
Rambu lalu lintas
tertimpa potongan baja), Tertabrak
kendaraan pada saat pengukuran.
PENGELASAN. Potensi kecelakaan
terhadap mata dari mesin las, Luka
bakar, Kebakaran, Kecelakaan akibat
alat pemotong/mesin las, Kecelakaan
akibat sesama pekerja, Percikan bunga
api pada pekerja lain, Arus pendek.

[206]
PENGECORAN. Bahaya luka bakar pada
saat pengerjaan pengecoran penutup
sambungan horizontal, vertical atau
miring dari bitumen karet yang dicor
panas. Bahaya cipratan cor panas,
Bahaya zat kimia bahan cor terkena
kulit.

36 Sambungan siar Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
Muai Tipe dengan Sambungan Siar Muai Tipe (sarung tangan, helm,
Asphaltic Plug, Asphaltic Plug, Fixed pelindung kaki)
Movable
Rambu lalu lintas

37 Landasan PENGUKURAN. Bahaya tertabrak pada kecil Pakai pengaman


Elastomerik Karet saat pengukuran jika pengukuran (sarung tangan, helm,
Sintetis Berlapis dilakukan di jalan raya, Bahaya pada pelindung kaki)
Baja Ukuran 600 saat penempatan bahan-bahan/
Rambu lalu lintas
Mm x 380 Mm x material.
68 Mm
PENGELASAN DAN PEMASANGAN.
Potensi kecelakaan terhadap mata dari
mesin las, Luka bakar, Kebakaran,
Kecelakaan akibat alat
pemotong/mesin las, Kecelakaan
akibat sesama pekerja, Percikan bunga
api pada pekerja lain, Arus pendek,
Bahaya akibat baut pengunci dan
dowel pelengkap pada perletakannya
tidak sempurna, Bahaya terlepasnya
penggunaan penjepit sementara,
Robohnya perletakan akaibat menahan
beban pada saat pemasangan, Bahaya
robohya penyangga.

38 Sandaran (Railing) PENGUKURAN. Bahaya terjatuh dari kecil Pakai pengaman


jembatan, Bahaya karena bahan yang (sarung tangan, helm,
dipakai. pelindung kaki)
PENGELASAN DAN PEMASANGAN. Rambu lalu lintas
Potensi kecelakaan terhadap mata dari
mesin las, Luka bakar,Kebakaran,
Kecelakaan akibat alat
pemotong/mesin las, Kecelakaan
akibat sesama pekerja, Percikan bunga
api pada pekerja lain, Arus pendek,
Percikan bunga api pada pekerja lain,
Potensi bahaya
pemasangan/penyetelan sandaran
jembatan karena terjepit, terpalu dll.
PENGECATAN. Luka pada tangan akibat

[207]
sistem pencelupan panas pada proses
galvanize, Terjatuh pada saat
pengecatan pada ketinggian tertentu,
Luka/gatel/noda pada tangan akibat
bahan pengawet.
39 Papan Nama Luka pada tangan akibat terjepit atau kecil Pakai pengaman
Proyek kesalahan proses pemasangan papan (sarung tangan, helm,
nama jembatan. pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

40 Pipa Drainase Baja Kecelakaan tertimpa tumpukan kecil Pakai pengaman


diameter 150 mm material di lokasi pekerjaan, Terjadi (sarung tangan, helm,
luka/lecet pada pemasangan pipa. pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

41 Pipa Drainase PVC Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
diameter 150 mm dengan Pipa Drainase Baja diameter (sarung tangan, helm,
150 mm pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

42 Pipa Penyalur PVC Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
dengan Pipa Drainase Baja diameter (sarung tangan, helm,
150 mm pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

43 Rambu Jalan Terluka akibat penggunaan meteran kecil Pakai pengaman


Tunggal dengan baja tidak benar, (sarung tangan, helm,
Permukaan pelindung kaki)
Kecelakaan atau tertabrak oleh
Pemantul
kendaraan yang melintas, Rambu lalu lintas
Engineer
Terjadi gangguan terhadap lalu lintas
Grade
kendaraan

44 Rel Pengaman Terjadi iritasi pada kulit, mata akibat kecil Pakai pengaman
percikan adukan yang mengandung (sarung tangan, helm,
semen; Terluka oleh alat alat pelindung kaki)
pengecoran yang dilakukan manual Rambu lalu lintas
maupun mekanis (concrete mixer);
Gangguan pernapasan akibat
pencampuran material pengecoran
(semen, pasir, air dll

45 Kerb Pracetak PELAKSANAAN. Kecelakaan lalu lintas kecil Pakai pengaman


Jenis 1 terserempet kendaraan yang lalu (sarung tangan, helm,
(Peninggi/Mou lalang, terkena/tertimpa material yang

[208]
ntable) jatuh pada bagian tubuh. pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

46 Unit Lampu PELAKSANAAN. Kecelakaan lalu lintas kecil Pakai pengaman


Penerangan Jalan terserempet kendaraan yang lalu (sarung tangan, helm,
Lengan Tunggal, lalang, terkena/tertimpa material yang pelindung kaki)
Tipe LED jatuh pada bagian tubuh, terkena
Rambu lalu lintas
strum listrik.

47 Stabilisasi PELAKSANAAN. Tergelincir di tebing kecil Pakai pengaman


pada saat penanaman tanaman. (sarung tangan, helm,
dengan Tanaman
pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

48 Bahan Anti Pencampuran. Terjadi iritasi pada kulit, kecil Pakai pengaman
Pengelupasan mata dan paru-paru akibat zat kimia (sarung tangan, helm,
dari bahan. pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

49 Beton mutu PENGUKURAN. Terjadi kecelakaan atau sedang Pakai pengaman


sedang fc’= 30 terluka oleh alat atau perlengkapan (sarung tangan, helm,
MPa untuk … ukur akibat metode pelaksanaan pelindung kaki)
pekerjaan tidak dilakukan dengan
Rambu lalu lintas
benar, terjadi gangguan kesehatan
atau gangguan fisik akibat pekerja
tidak memakai perlengkapan kerja
yang sesuai dengan syarat, terjadi
kecelakaan atau tertabrak kendaraan
pada saat melakukan pengukuran di
jalan raya;
PENYIAPAN. Ganguan kesehatan atau
gangguan fisik akibat pekerja tidak
memakai perlengkapan kerja yang
sesuai dengan syarat, gangguan paru-
paru akibat debu dari material
digudang/tempat penyimpanan, terjadi
bahaya kebakaran dari
gudang/material, terjadi bahaya akibat
concrete mixer, terjadi kecelakaan
akibat pemasangan rambu-rambu lalu
lintas sementara untuk pengamanan
kurang memadai dan tidak memenuhi
syarat;
PEMASANGAN BEKISTING. Bahaya
kecelakaan pada pemasangan bekisting

[209]
pada tanah galian meliputi : tertimpa
tanah galian, tertimbunan tanah galian,
tertimpa benda jatuh dan terpeleset
jatuh, kecelakaan akibat runtuhnya sisi
galian akibat pembebanan, terjadi
kecelakaan atau luka oleh karena paku-
paku yang menonjol keluar,
tertimpa/tergencet kayu/bekisting;
PENULANGAN. Terluka akibat
pelaksanaan penulangan tidak
dilakukan oleh tenaga yang
berpengalaman dan ahli dibidangnya,
seperti : tertimpa besi tulangan,
terkena kawat tulangan, dan lain-lain.
Tertimpa benda jatuh seperti bekisting,
besi tulangan dan peralatan kerja
lainnya;
PENGECORAN. Gangguan kesehatan
atau gangguan fisik akibat pekerja
tidak memakai perlengkapan kerja
yang sesuai dengan syarat, kecelakaan
akibat concrete mixer (kena rantai,
roda pemutar, dll), tertimpa pengaduk
beton ketika alat tersebut sedang
diangkat, terjatuh dari tempat
pengecoran, terluka akibat
membersihkan tabung pengaduk
beton, terluka akibat terkena percikan
beton pada saat menuangkan beton
dari pengaduk beton, terjadi gangguan
pada mata dan pendengaran akibat
getaran vibrator dan debu pada saat
mencampur semen, agregat dan air.
Terluka akibat arus pendek atau
tersengat aliran listrik ketika
menggunakan vibrator listrik,
kecelakaan akibat penyalur uetori ke
alat vibrator, luka akibat penggunaan
vibrator, gangguan kesehatan oleh
debu akibat pencampuran beton,
kecelakaan akibat robohnya cor beton,
terjadi kecelakaan akibat proses
penumpahan adukan beton,
pengadukan beton, alat penggetar dan
water tanker, terjadi kecelakaan atas
orang luar yang masuk kedalam areal
pekerjaan, terjadi kecelakaan kerja
ketika bekerja pada keadaan gelap
atau malam hari akibat penerangan

[210]
tidak cukup, kecelakaan akibat lantai
kerja sementara roboh.

50 Beton , fc’15 Mpa Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
dengan Beton Mutu Sedang dengan (sarung tangan, helm,
Fc’=30 MPa pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

51 Beton Siklop, fc’15 Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
Mpa dengan Beton Mutu Sedang dengan (sarung tangan, helm,
Fc’=30 MPa pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

52 Beton, fc’10 Mpa Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
dengan Beton Mutu Sedang dengan (sarung tangan, helm,
Fc’=30 MPa pelindung kaki)
Rambu lalu lintas

[211]
BAB VI HASIL KERJA DELIVERABLE

6.1. PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan oleh kontraktor termasuk pekerjaan
peralatan dan mobilisasi material, pemasangan papan nama proyek, pengaturan kerja
kembali.
1) Mobilisasi Peralatan dan Bahan Kerja
Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, peralatan, lampu untuk
penerangan, tanda keselamatan, pekerjaan sementara, suku cadang, tenaga kerja
dan orang-orang termasuk semua yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
dengan benar dan tersedia selama pekerjaan.
Gambar 6.1. Proses Mobilisasi Peralatan dan Bahan Kerja

Mobilisasi alat berat harus menggunakan truk trailler


Di pintu masuk atau keluar proyek harus dipasang di lampu rotari
tanda peringatan "HATI-HATI KELUAR MASUK KENDARAAN
PROYEK"
Agar lalu lintas tetap terkendali, harus ada petugas flagman yang
mengatur lalu lintas masuk dan keluar dari kendaraan proyek.

Pekerjaan persiapan juga menyediakan kantor lapangan untuk Kontraktor dan


Direktur, barak-barak untuk ruang kerja Kontraktor, lapangan kerja-yard,
penanaman batch, lokakarya, depot dan gudang. Kegiatan ini juga mencakup
pekerjaan perakitan dan pemuatan untuk pengangkutan peralatan di gudang pusat
Kontraktor atau tempat di mana peralatan berada, transportasi dan pengiriman
peralatan dan bahan dan bagian ke tempat kerja, pembongkaran, pemasangan
sehingga semua peralatan,

bahan dan suku cadang siap digunakan Pekerjaan, pembongkaran, pemasangan

[212]
jadi siap untuk menggunakan semua peralatan, bahan dan suku cadang termasuk
semua yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Gambar 6.2 Contoh Direksi Keet dan Workshop Kontraktor

2) Papan Nama Proyek


Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang terlihat, di
sekitar pintu masuk lokasi kerja. Papan nama proyek dipasang pada balok kayu
berkualitas baik, tertanam di tanah sehingga tidak dapat dipindahkan atau diubah.
Papan nama proyek berisi informasi tentang pekerjaan yang sedang dilakukan,
termasuk:
 Nama dan jumlah kontrak kerja yang dieksekusi.
 Identitas pemilik pekerjaan.
 Identitas eksekutif pekerjaan
 Waktu pelaksanaan pekerjaan.
 Nilai pekerjaan yang dilakukan.
Papan nama proyek terbuat dari kayu atau bahan lain yang berkualitas baik.
Papan nama proyek dipasang tegak (tidak miring), sisi tinggi papan proyek
harus sama satu sama lain.

3) Kunjungan Lapangan (Uitzet)


Pengukuran ulang dimaksudkan untuk memastikan lokasi tempat kerja dan situasi
lokasi pekerjaan, untuk memperoleh gambaran yang jelas (dalam bentuk peta
situasi) untuk melakukan pekerjaan.
a) Ketentuan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diminta untuk melakukan
pengukuran dan rekonstruksi lokasi konstruksi dengan informasi ketinggian
peil, lokasi pohon, lokasi batas tanah dengan alat-alat yang telah presisi.

[213]
Setiap inkonsistensi yang mungkin antara gambar dan situasi lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Dewan Direksi untuk disetujui.
Penentuan ketinggian dan sudut hanya dilakukan dengan alat waterpas /
theodolit yang akurasinya dapat dibenarkan. Kontraktor harus menyediakan
level theodolite / spirit bersama dengan petugas yang bertugas untuk
diperiksa oleh Dewan Pengawas Direksi selama pelaksanaan pekerjaan /
proyek. Pengukuran prisma sudut benang atau prinsip Pythagoras segitiga
hanya diperbolehkan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Dewan
Pengawas. Kontraktor harus memasang baseline dasar (bench mark)
sebagai titik referensi. Untuk mematok pekerjaan, para kontaktor juga harus
memasang taruhan dan papan yang menjadi dasar pelaksanaan.
b) Bench Mark
Bench Mark dasar dibangun dari beton minimal 20 × 20 cm, tertanam kuat
ke dalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol di atas
tanah setidaknya 40 cm. Lokasi dan jumlah tolok ukur dasar ditentukan oleh
Dewan Direksi, setidaknya ada dua standar dasar yang diperlukan. Bench
Mark dasar dibuat permanen, tidak dapat diubah, ditandai dengan jelas dan
dijaga sepenuhnya sampai ada instruksi tertulis dari Dewan Direksi untuk
membongkarnya. Pada saat pegging (penentuan) peil dan setiap sudut
tapak (displacement), Kontraktor harus membuat shop drawing terlebih
dahulu sesuai dengan kondisi lapangan.
c) Papan dasar implementasi (bouwplank) dan pasak bekerja
Papan dasar dipasang pada sepasang bantalan kayu 5/7 cm dengan
kualitas yang baik. Pasak kayu terjebak di tanah dan tidak dapat dipindahkan
atau diubah posisi, dengan jarak masing-masing 1,50 meter. Papan
terobosan / bouwplank terbuat dari kayu berkualitas baik yang disetujui oleh
Dewan Direksi, dengan ketebalan 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan rata di sisi
atas. Ketinggian bagian atas papan bangku harus sama dengan yang lain,
kecuali jika diminta oleh Dewan Direksi. Papan dasar dipasang sejauh 100
cm dari luar tempat kerja. Setelah menyelesaikan pemasangan papan
panggul, Kontraktor harus melaporkannya kepada Direksi.
Diagram alur prosedur uitzet seperti yang digambarkan di bawah ini

[214]
Gambar 6.3 Diagram Alur Prosedur Uitzet

PERKIRAAN WAKTU >>>> 1 HARI

[215]
B. PEKERJAAN PENGGALIAN
Sebelum proses penggalian dilakukan hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Kedalaman penggalian
 Periksa stabilitas lereng, apakah itu dapat digali terbuka dipotong dengan
membentuk kemiringan (cek kritis tinggi & kemiringan lereng)
 Untuk area sempit, jika perlu, dinding penahan
 Sementara (sheet pile, sheet pile + Anchor, dll.)
 Permanen (tumpukan tentara, diafragma dinding, dll.)
2. Manuver manuver mesin berat dan dump truck baik sehubungan
dengan pemasangan situs yang ada.
3. Seleksi, jumlah dan komposisi alat penggalian yang digunakan berdasarkan
waktu pelaksanaan dan lokasi proyek.
4. Jalur kerja yang berkualitas
5. Pemeliharaan lingkungan di sekitar proyek (debu, lumpur menggunakan bahan
tambang, dll.)

Gambar 6.4 Posisi Excavator dan dump truck untuk menghasilkan produksi quarry
yang optimal

[216]
Manajemen transportasi pembuangan kotoran yang tepat diperlukan agar proses
transportasi tidak mengganggu dan mencemari jalan lingkungan proyek. Dan jalur
transportasi yang aman bagi pekerja dan jalur yang dilalui proyek.

Kontraktor harus menerapkan hal-hal berikut:


1. Buat area khusus untuk Mencuci Ban Truk (membersihkan lubang).
2. Buat saluran sementara untuk mengalirkan air waktu pembersihan truk.

3. Sediakan pompa air bertekanan tinggi untuk menyemprotkan kotoran yang


menempel ke dump truck.
4. Truk sampah diizinkan keluar setelah dalam kondisi bersih.

Manajemen Pembuangan Limbah

Manajemen Transportasi

[217]
[218]
Kontraktor harus melakukan:
1. Membuat tanda peringatan.
2. Memberikan personel kontrol lalu lintas masuk dan keluar mobil dengan
menggunakan rompi, senter, dan bendera.

C. PEKERJAAN BANGUNAN PENUNJANG
Pekerjaan Bored Pile Footing
Dalam pelaksanaan prosedur kerja harus dipertimbangkan dari awal penentuan
titik awal dan titik akhir pekerjaan bore pile dengan membuat lay out job sequence
yang jelas. Ini dilakukan agar pemasangan peralatan bore pile dapat bekerja
secara bersamaan (lebih dari satu perangkat) sehingga pekerjaan dapat dilakukan
lebih cepat.

[219]
Bagan Alir Pekerjaan Bore Pile

Gambar 6.5 Bagan Alir Pekerjaan Bor Pile

[220]
Pekerjaan Persiapan

Gambar 6.6 Ilustrasi Pekerjaan Persiapan

Langkah-langkah Proses Pembuatan Bore Pile

 Entry  Soil  C
the chassis to drilling leaning of
the planned using drill holes
depth (not drill
full chasing) tools

Gambar 6.7 Ilustrasi Langkah - Langkah Proses Pembuatan Bore Pile (A)

[221]
Insert a
series of iron Entry Ready
concrete the for
(pre- tremi casting
fabricated) pipe

Gambar 6.8 Ilustrasi Langkah - Langkah Proses Pembuatan Bore Pile (B)

Unplug the Unplug Bored


Tremi pipe the pile is
at the chasing ready for
same time pipe after the next
casting the process
casting is
complete

Gambar 6.9 Ilustrasi Langkah - Langkah Proses Pembuatan Bore Pile (C)
Tes Pile Loading
Pile loading test adalah metode yang digunakan dalam pemeriksaan
sejumlah beban yang dapat didukung oleh struktur dalam hal ini adalah
pondasi. Uji pemuatan tiang diperlukan untuk membuktikan keakuratan
perhitungan desain daya dukung tumpukan di lapangan.
Ada 2 metode uji pembebanan pile, yaitu:
1. Dinamic Loading Test: PDA (Pile Driving Analyzer) - Metode wave
analysis / re-strike dan Analisa CAPWAP (Case Pile Wave Analysis
Program)
2. Static Loading Test: kompresi, tegangan dan lateral

[222]
 Dinamic Loading Test / PDA
Gambar 6.10 PDA Test

 Data yang akan diberikan kepada Tim


Penguji :
1. Nomor Identifikasitiang pancang
2. Tanggal
3. Bentuk dan dimensi penampang
4. Total tiang pancang
5. Pijakan tiang pancang tertanam
6. Konfigurasi koneksi tiang (jika
menggunakan koneksi kutub)
7. Data palu yang digunakan untuk
melakukan pengujian PDA
(pemogokan ulang)

 Kelebihan sistem ini:


1. Biaya terendah
2. Dalam satu hari dapat diuji pada
beberapa tumpukan sehingga
waktunya lebih cepat
3. HSDPT membutuhkan ruang yang
relatif kecil.
4. Evaluasilah daya dukung dan
integritas struktural tiang. PERKIRAAN WAKTU
5. Mengevaluasi penyelesaian 1 HARI
tumpukan.
 Static Loading Test

[223]
 Kelebihan sistem ini:
 Tes beban statis 1. Hasil tes yang lebih akurat.
biasanya
dilakukan 2 alternatif:
 Kelemahan sistem ini:
1. Uji / tidak terpakai Pile, uji
1. Biaya lebih mahal
kegagalan
2. Waktu relatif lebih lama
2. Uji pada tumpukan yang
3. Lebih banyak bahaya
bekerja (tumpukan yang
bagi pekerja
digunakan), kapasitas
desain 200%.
PERKIRAAN WAKTU
 Hasil uji beban ini 7 HARI
adalah:
1. Indikator pemukiman
2. Indikator beban

[224]
Cut bored pile head

Gambar 6.11 Cut Bored Pile Head

Metode yang paling umum digunakan untuk pekerjaan


pemotongan kepala tumpukan bosan adalah dengan menggunakan
tenaga manusia
Metode Pembuatan Pile Cap

Gambar 6.1.12 Metode Pembuatan PileCap

[225]
Pekerjaan Dinding Basement (Jika ada)

Jika ada pekerjaan dinding ruang bawah tanah, untuk mempercepat pekerjaan
kontraktor, disarankan untuk membagi area kerja lebih dari 1 zona

Gambar 6.13 Pekerjaan Dinding Basement (Jika Ada)

Selain Sub Struktural Bekerja di atas ada pekerjaan lain yang harus dilakukan
kontraktor antara lain:
 Pekerjaan mempertahankan penahan dinding dan tanah, untuk
menggali tanah dalam, membutuhkan dinding penahan (Dapat menjadi
tumpukan tentara, diafragma dinding, dll.) Yang meliputi metode kerja,
pemilihan material (cor di situs atau pracetak), peralatan digunakan dll.
Selain dinding penahan pada sumur dalam juga diperlukan ground
anchorage, dll.
 Pekerjaan dewatering (penurunan tingkat air tanah), yang diperlukan jika
permukaan air tanah berada di atas dasar penggalian.
Metode keselamatan kerja sub-struktural harus dipertimbangkan oleh
kontraktor, termasuk:

[226]
 Kontraktor harus membuat "Proposal untuk mencegah kecelakaan"
detail dari jenis kecelakaan. Mengapa itu bisa terjadi? oleh karena itu
harus bagaimana cara mengatasinya, dan proposal ini dibuat
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan kecil tidak akan terjadi
lagi di masa depan.
 Buat rencana lalu lintas alat berat seperti dump truck, dengan papan
tanda (papan tanda, dll.).
 Perlindungan terhadap penggalian, mencegah air stagnan yang
substansial (menciptakan situs parit dane dan menampilkan pompa
yang kosong) saat ada.
 Memeriksa kabel dan peralatan mekanis elektrik.
 Mencegah bahaya kebakaran (pemadam api di posisi yang tepat).
Lindungi pekerja dengan masker - pantau tekanan peralatan yang
digunakan.
 Keamanan standar (sepatu keselamatan, helm pengaman, sabuk
pengaman dan pelindung tangan keselamatan).

D. PEKERJAAN CONCRETE UPPER STRUKTUR


Pekerjaan Struktur Atas dalam bentuk konstruksi kolom beton, baik struktural dan
praktis, balok, pelat lantai cor beton. Proses kontraktor adalah menenun besi,
pencetakan dan pengecoran.
Lokasi penempatan peralatan kerja yang digunakan, seperti tower crane,
pembangkit listrik, peralatan konkret seperti, apa ada batching plant. Bekisting
seperti perancah, bentuk-bentuk, struktur sendi dll, secara detail, Implementasi
concrete, dll.
Termasuk di sini juga merupakan metode implementasi dengan cara pracetak, jika
metode ini akan digunakan untuk mempercepat waktu eksekusi.
Juga termasuk analisis jadwal dari jumlah hari, tenaga kerja dan produktivitas kerja,
waktu "penghapusan formulir kerja" juga dilengkapi dengan sketsa penjelasan
ketika diperlukan.

[227]
Bagan Alir Pekerjaan Concrete Sub Struktur

Gambar 6.14 Bagan Alir Pekerjaan Concrete (Sub-Structure)

Kolom Reinforced concrete

Gambar 6.15 Pekerjaan Coloumn Reinforced Concrete

[228]
Pekerjaan Balok dan Lantai Kerja

Gambar 6.16 Pekerjaan Balok dan Lantai Kerja

E. PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pekerjaan finishing arsitektur, termasuk:
 Dengan memperhatikan teknik kerja yang menggunakan sistem yang tepat
dengan mempertimbangkan ukuran dan spesifikasi bahan, kontraktor dapat
mengusulkan sistem yang lebih baik menurut dia untuk melakukannya yaitu
dengan membuat flow chart finishing, seperti pengadaan material untuk
pasangan finishing bahan dinding (plesteran bata) Genteng keramik, granit,
marmer (terutama untuk ketiga jenis lapisan ini perlu memilah motif motif /
warna terlebih dahulu), pemasangan ME, plafon, waterproofing dll.

[229]
 Salah satu poin utama adalah metode instalasi beta, urutan pemasangan
beberapa titik hold. Poin penting yang harus dikontrol termasuk pasangan bata
harus tegak lurus dan rata, ketebalan speci yang sama, stek praktis dipasang,
bobokan untuk instalasi ME terkontrol (jika ada), lokasi bersih dari mortar yang
tersisa di lantai.
 Ini juga berlaku untuk pekerjaan finishing lainnya seperti pemasangan plafond,
dinding granit, lantai marmer dan lain-lain.

F. PEKERJAAN MEKANIKAL / ELEKTRIKAL/ ELEKTRONIKA DAN PLUMBING


Secara garis besar harus diingat bahwa ada hubungan dengan semua paket
pekerjaan, yang mana pekerjaan ME harus "Komposit" dengan pekerjaan Arsitektur
dan Struktur, kemudian penentuan titik cahaya, stopkontak, saklar dll. terkoordinasi
sebelum "dipasang / Dipasang".
Demikian juga untuk pelaksanaan pemasangan genset elevator (jika ada), AC, Fire
Protection dan Alarm, STP (Service Treatment Plant) harus dikoordinasikan dengan
pekerjaan struktur dan arsitektur.

G. PEKERJAAN INFRASTRUKTUR
Pada prinsipnya pembangunan infrastruktur akan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pekerjaan bangunan. Tetapi komponen bangunan infrastruktur yang
pelaksanaannya harus menunggu selesainya konstruksi bangunan (terkait dengan
akses alat dan bahan mobilisasi) maka pekerjaan akan dilaksanakan pada tahap
akhir pelaksanaan pembangunan. Khusus untuk pekerjaan lansekap, akses jalan
lingkungan, parkir, ruang terbuka.
1. PEKERJAAN JALAN
1). Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi
Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah dasar dan atau
lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran, penggalian dan
penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa bahan pengikat, dapat
dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan sesuai dengan spesifikasi yang
berlaku (SNI 03-2853-1992).
Pembentukan permukaan secara tepat sangat penting dalam pelaksanaan ditinjau dari segi
jumlah beton semen yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi perkerasan
pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi tanah expansif dan
memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin penghampar.
Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan tetap, pembentukan akhir
dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan yang dipasang sesuai dengan rencana
alinyemen. Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas hingga elevasi sesuai
dengan gambar rencana. Bagian-bagian yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai
dengan persyaratan pemadatan.
Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur elevasi otomatis, maka alat tersebut
dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk. Pembentukan akhir
permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus diselesaikan sebelum bahan

[230]
mengeras (biasanya berlangsung antara 4-6 jam).

1.2. Persyaratan permukaan


Sebelum penghamparan lapis pondasi atau beton semen, kemiringan tanah dasar harus
dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan melintang yang ditentukan pada gambar
rencana, dengan toleransi tinggi permukaan maksimum 2 cm. Penyimpangan kerataan
permukaan tidak boleh lebih besar 1 cm bila diukur dengan mistar pengukur (straight edge)
sepanjang 3 m.
Permukaan tanah dasar agar dijaga tetap rata dan padat sampai pondasi atau beton semen
dihamparkan. Alat-alat berat tidak boleh dioperasikan di lajur permukaan yang sudah selesai
dilaksanakan.
Ketentuan pelaksanaan umum yang berlaku untuk tanah dasar berlaku pula untuk lapis
pondasi. Toleransi ketinggian permukaan lapis pondasi maksimum adalah 1,5 cm dan
perbedaan penyimpangan kerataan permukaan harus lebih kecil 1 cm bila diukur dengan
mistar pengukur sepanjang 3 m.
Apabila lapis pondasi menggunakan lapis aspal resap pengikat, pengecoran beton semen
tidak boleh dilaksanakan sebelum permukaannya kering. Sebelum pengecoran beton
semen, lapis pondasi harus dibasahi terlebih dahulu guna mendapatkan kelembaban yang
cukup. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga penguapan yang cepat dan mengurangi bahaya
retak, khususnya pada lapis pondasi dengan stabilisasi semen.
Bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air maka lembar tersebut harus dipasang di atas
permukaan yang telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang tumpang tindih
dengan lebar tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah
memanjang.
Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya
lembar-lembar tersebut. Juga harus diperhatikan kemungkinan rusaknya lembaran akibat
angin.

1.3. Penyiapan pembetonan


a. Acuan perkerasan beton semen
Dalam penghamparan perkerasan beton semen, dikenal dua metode pelaksanaan yaitu :
 Metode Acuan tetap (Fixed Form Paving Method).
 Metode Acuan Gelincir (Slipform Paving Method).
Pada penghamparan metode acuan tetap, pengecoran, pemadatan dan penyelesaian akhir
beton, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan, dilaksanakan di antara acuan.
Pada penghamparan metode acuan gelincir, pengecoran, pemadatan dan penyelesaian
akhir beton dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin, di antara sisi-sisi dalam
acuan yang sedang bergerak.

a.1. Acuan tetap


Bahan dan ukuran
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan pelaksanaan.
Acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6 mm bila diuji sebagai balok biasa dengan
bentang 3,00 m dan beban yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan
pelaksanaan lainnya yang akan bergerak di atasnya.
Tebal baja yang digunakan adalah antara 6 mm dan 8 mm. Bila acuan harus mendukung
alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang dari 8 mm. Dianjurkan
agar acuan mempunyai tinggi yang sama dengan tebal rencana pelat beton semen, dan
lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi tidak kurang dari 20 cm.
Acuan harus diperkuat sedemikian rupa sehingga setelah terpasang cukup kokoh, tidak

[231]
melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar
flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak
kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi kerataan bidang atas acuan tidak
boleh lebih dari 3 mm untuk setiap 3,00 m panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak
boleh lebih dari 6 mm untuk setiap 3,00 m panjang. Ujung-ujung acuan yang berdampingan
harus mempunyai sistem pengunci untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan
tersebut.
Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin sehingga air semen tidak
keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari 30,00 m atau kurang, dianjurkan untuk
menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.

a.2. Pemasangan acuan


Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan ketinggian
jalan yang direncanakan, sehingga pada waktu dipasang acuan dapat disangga secara
seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar.
Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki menjelang
penghamparan beton semen. Bila terdapat acuan yang rusak atau pondasi yang tidak stabil,
pondasi harus diperbaiki terlebih dahulu dan acuan harus distel kembali. Acuan harus
dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan beton semen sehingga memungkinkan
pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa mengganggu kelancaran penghamparan. Setelah
acuan dipasang pada posisi yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua
sisi luar dan dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat pemadat
mesin atau manual.
Acuan harus diikat pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak pada setiap 3,00 m
panjang. Setiap acuan harus benar-benar terikat kuat sehingga tidak dapat bergerak. Pada
setiap titik acuan tidak boleh menyimpang lebih dari 6 mm dari garisnya.
Tidak diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan akibat peralatan
pelaksanaan. Sebelum penghamparan dilakukan, sisi bagian dalam acuan harus dibersihkan
dan diolesi dengan bahan anti lengket.

a.3. Pembongkaran acuan


Acuan agar dipertahankan tetap pada tempatnya sekurang-kurangnya selama 8 jam setelah
pengecoran beton semen. Apabila temperatur udara turun dibawah 10 C pada kurun waktu
8 jam sejak pengecoran beton, acuan agar dipasang lebih lama guna menjamin bahwa ujung
perkerasan beton semen tidak rusak. Perawatan terhadap tepi perkerasan beton harus
dilaksanakan sesegera mungkin setelah acuan dibongkar.

a.3. Acuan gelincir


Pada acuan gelincir, pemadatan dan penyelesaian akhir beton semen dilaksanakan dalam
bagian sepanjang rangka mesin, yaitu di antara sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak.
Adukan beton semen dapat di masukkan langsung ke dalam penghampar, atau disebarkan
dan diratakan menggunakan mesin terpisah dari alat penghampar utama.
Rangka acuan bagian tepi yang tersedia hanya digunakan untuk menyangga selama
pelaksanaan pembetonan berlangsung. Untuk mengontrol tebal slab, jika diperlukan dapat
menggunakan beberapa bentuk acuan pengontrol ketinggian otomatis dan pengendali.
Biasanya digunakan kawat yang ditegangkan secara teliti yang diset di depan operasi
penghamparan.
Karena beton harus tersangga sendiri pada tepinya setelah penghampar lewat, penting
untuk mengontrol kemudahan kerja (workability) dan getaran. Pengoperasian mesin harus
dilakukan secara teliti untuk mengendalikan elevasi dengan memperhatikan permukaan
pelat sebagai acuan datum dan bila perlu dipasang penyangga tepi sementara.
Penghampar acuan-gelincir umumnya dikendalikan olen sensor, mengikuti kawat yang

[232]
ditegangkan yang diset secara bebas pada setiap jalur. Pesan dari sensor pengendali
elevasi dan arahnya diatur secara otomatis oleh mekanisme pengendali.

b. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulangan pelat


b.1. Ruji (Dowel)
Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi untuk batang polos
AASHTO M 31-81, AASHTO M 42-81 atau AASHTO M 31-81.
Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga tidak mengurangi
kebebasan pergerakan ruji dalam beton.
Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam (metal expansion cap)
pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung ruji dengan jarak 5 cm - 7 cm. Pelindung
harus memberikan ruang pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada
waktu pelaksanaan tidak rusak.
Batang ruji harus ditempatkan di tengah ketebalan pelat.
Kepadatan beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara sempurna.
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat.
Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan dengan cat
atau diolesi dengan bahan anti lengket sebelum ruji dipasang pelindung muai. Ujung batang
ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan tupi/penutup topi pelindung muai.
Pelapis ruji dari jenis plastik atau jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan anti
lengket.
Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti dudukan untuk
penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi bawah harus cukup kuat untuk menahan
pergeseran atau deformasi sebelum dan selama pelaksanaan.

b.2. Pemasangan dudukan ruji


Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah
dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan, kecuali
ditentukan lain pada Gambar Rencana.
Ruji harus ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah ditetapkan sehingga tekanan
beton tidak akan mengganggu kedudukannya. Pada tikungan yang diperlebar, sambungan
memanjang pada sumbu jalan harus diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai jarak
sama dari tepi-tepi pelat.
Susunan batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan elevasi yang
diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok-patok.
Apabila susunan batang ruji dan dudukannya dibuat secara bagian demi bagian maka
susunan tersebut harus merupakan satu kesatuan.

b.3. Batang pengikat (Tie Bars)


Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi spesifikasi untuk batang
tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter minimum 16 mm.
Apabila digunakan batang pengikat dari jenis baja lain, maka baja tersebut harus dapat
dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan.

c. Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan organik lainnya
yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat menimbulkan kerugian
lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat
minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda uji dengan sikat
kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang disyaratkan.

c.1. Persyaratan bahan

[233]
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan spesifikasi sebagai berikut :
a) baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi persyaratan
AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk tulangan dari kawat baja berulir;
b) anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c) batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81 dan AASHTO M
53-81.

c.2. Pemasangan tulangan


Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan adalah sebagai berikut :
a) pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan, tulangan harus terdiri
atas anyaman kawat di las atau anyaman batang baja;
Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman batang baja harus diatur sedemikian
rupa, sehingga pada waktu anyaman tersebut dipasang, kawat/batang baja yang paling luar
terletak 7,5 cm dari tepi/sambungan pelat.
b) batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat. Batang-batang baja
yang disambung, bagian ujung-ujungnya harus berimpit dengan panjang tidak
kurang dari 30 kali diameternya.

c) anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap
persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung batang memanjang harus
berimpit dengan panjang minimal 30 kali diameternya;
Pola anyaman harus sedemikian rupa sehingga batang-batang baja harus mempunyai jarak
tidak kurang dari 5 cm.
d) ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan sebagaimana yang
tercantum pada Gambar Rencana. Lembar anyaman harus diikat kuat untuk
mencegah pergeseran;
e) apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor, maka permukaan lapis
pertama harus rata dan terletak pada kedalaman tidak kurang dari 5 cm di bawah
permukaan akhir pelat. Tulangan ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran;
Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar pengecoran dengan
panjang yang cukup untuk memungkinkan agar anyaman dapat digelar pada posisi akhir
tanpa terjadi kelebihan penulangan yang terlalu jauh. Untuk mencegah pergeseran,
anyaman tulangan yang berdampingan harus diikat;
Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di atas tulangan. Untuk jangka
waktu tertentu permukaan beton lapis pertama tidak boleh dibiarkan terbuka lebih dari 30
menit, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin.
Selama penghamparan pemasangan tulangan harus selalu diperiksa dan apabila dipandang
perlu harus dilakukan perbaikan.
f) pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka tulangan harus
dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut beton adalah ¼ tebal pelat + 2,5
cm dan tulangan melintangnya tidak boleh terletak di bawah tengah-tengah tebal
pelat.
Pada beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus diletakkan pada dudukan agar
pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat ditahan pada posisi yang telah ditentukan;
Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi dengan cara
mengatur pola sambungan secara miring atau bertangga dari satu tepi perkerasan ketepi
lainnya seperti terlihat pada Gambar 6.17. Batang baja yang disambung, bagian ujungnya
harus berimpit satu sama lainnya dengan panjang minimum 30 kali diameternya, tetapi tidak
boleh kurang dari 40 cm.

[234]
Gambar 6.17 Pekerjaan Sambungan Tulangan

[235]
d. Pembetonan

Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan dalam
perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan sesuai dengan
ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton harus mempunyai faktor
air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi lingkungan
yang mungkin terjadi.

d.1. Sifat-sifat beton semen


Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus memiliki kelecakan yang
baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaaan tanpa terjadi segregasi atau bliding
dan setelah beton mengeras memenuhi kriteria kekuatan, keawetan, kedap air dan
keselamatan berkendaraan.
a. kadar air dan kandungan udara;
Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja) untuk
mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara yang sesuai
dengan persyaratan.
b. mutu agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap dijaga.
c. bahan tambah (Admixtures);
Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian
dan pengujian lapangan yang teliti.
d. kekesatan.
Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton.

d.2. Bahan beton semen


i. Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan dibuktikan
telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik mutu maupun
jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan
perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa mengurangi mutu hasil
pekerjaan.

ii. Agregat
1. Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b) ukuran maksimum agregat harus  1/3 tebal pelat atau  ¾ jarak bersih
minimum antar tulangan.

2. Cara pengelolaan
a. agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila bahan
mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum
digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang,
pencucian atau cara-cara lainnya

[236]
b. agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan
penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai
dan dijaga agar tidak membentuk kerucut
c. agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di satukan
d. semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam
sebelum digunakan
e. waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang
berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
f. pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut
harus mempunyai kadar air yang seragam
g. agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang
mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran
dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah. Agregat
harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air bervariasi
lebih dari 3% harus dikoreksi

iii. Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan
SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai lingkungan dimana
perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk pemotongan
sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.

Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :

 semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat


 semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai ruangan,
tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan maksimum setinggi 10 zak
semen
 disimpan lebih dari 2 bulan maka sebelum mungkin semen yang baru datang
tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen yang sudah ada dan
penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman
 digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut memenuhi
syarat

0
pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 C
Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak perlu
ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.

[237]
Gambar 6.18. Gudang penyimpanan semen

iv. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari
minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang
dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari sumber yang
telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai SK SNI S-04-1989-F.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai akurasi
2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.

v. Bahan tambah (Admixtures)


Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud :
 kemudahan pekerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau
 pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing),
pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu-lintas dapat dipercepat, atau
 pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang
lebih jauh Proporsi bahan tambah dalam campuran harus
didasarkan atas hasil percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut :
a) SNI 03-2495 –1991 Bahan tambah untuk beton;
b) SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan gelembung udara;
c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan yang
digunakan dalam Beton Semen Portland;
d) AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.
Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan kegunaan bahan tambah


NO Jenis Kegunaan Maksud
Kemudahan pengerjaan kedap air dan Memasukkan gelembung udara (0,03 -0,08
1. Air Entrainment
keawetan. mm) secara merata ke dalam beton.
Mempertahankan slump dan
2. Water Reducer kemudahan pengerjaan. Mengurangi penggunaan air dan semen.
Menyesuaikan waktu pelaksanaan
3. Retarder Memperlambat waktu pengikatan.
pembetonan.

[238]
Kuat awal tinggi dalam waktu relatip
4. Accelerator Mempercepat waktu pengikatan.
singkat.
Tidak boleh digunakan bersamaan
dengan ― Air Entrainment‖.
Sering mengandung Calcium
Chlorida yang menimbulkan korosi
dan reaksi allkali-agregat.
Catatan :
Lebih aman bila digunakan :
- Semen kuat awal tinggi.
- Beton mutu tinggi.
- Pemanasan uap.
Bila proporsi campuran dan bentuk agregat
Meningkatkan kemudahan dan mutu kurang baik, adukan kurang ― workable‖.
5. Plasticizer
pengerjaan (workability). Bila jarak tulangan rapat.

Lain-lain Mengendalikan suhu dalam beton Beton masif (mutu dan cara uji semen
6.
Pozolan dan mencegah reaksi alkali-agregat. pozolan sesuai dengan SII 0132-75).

d.3. Penentuan proporsi campuran beton semen


Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan rancangan dan
percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana campuran akhir harus
didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal pekerjaan.
Apabila ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan untuk
3
menggunakan semen minimum 335 kg/cm , kecuali bila pengalaman setempat
menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan.
Disarankan kuat tarik lentur beton yang ditentukan untuk tujuan perencanaan dan
2
keawetan pada umur 28 hari tidak boleh lebih kecil dari 4 MPa (40 kg/cm ).
Bila dalam perencanaan dimasukkan parameter lain dari beton, maka kebutuhan semen
per m3 beton berdasarkan metoda semen minimum, harus dinaikkan atau diturunkan
berdasarkan pengalaman. Dalam hal apapun kadar semen tidak boleh lebih kecil dari
3
280 kg/m .

d.4. Pengadukan beton semen


1. Unit penakaran (Batching Plant)
Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk setiap fraksi
agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak penimbang (weighting
hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran (batching controls).
Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang terpisah, dan tidak boleh ditimbang
kumulatif dengan agregat.
Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan sekali
menimbang. Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti.
Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara berkala selama
pelaksanaan.

2. Pengukuran dan penanganan bahan


Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) semen curah maupun semen kemasan dapat digunakan, asalkan menggunakan
cara penakaran yang sama. Semen yang berbeda merek tidak boleh digunakan
pada pencampuran yang bersamaan. Semen harus ditimbang dengan
penyimpangan maksimum 1%. Apabila digunakan semen kemasan, maka jumlah
semen dalam satu adukan beton harus merupakan bilangan bulat dalam zak;
b) agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2 %;
c) air pencampur dapat ditakar berdasarkan volume atau berat. Toleransi penakaran
maksimum 1%;

[239]
d) bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum dituangkan
ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar dalam berat atau volume,
dengan toleransi penakaran maksimum 3%. Bila digunakan bahan tambah
pembentuk udara (air entraining admixture) bersamaan dengan bahan kimia, maka
masing-masing bahan tambah harus ditakar dan ditambahkan kedalam adukan
secara terpisah;
e) abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat dengan batas
ketelitian 3 %.

3. Cara pengadukan beton semen


Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapan-tahapan,
harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan ekonomis. Untuk
memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan pengoperasiannya harus
dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan alat pengaduk dan material bahan
campuran beton.
Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum dituangkan
ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah dimasukkan ke dalam
mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan selesai.
Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari hasil
percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik, kecuali
ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete), pelaksanaan
pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-02-1996-03.

4. Cara masinal
Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan yang telah
memenuhi semua persyaratan yang bisa dikendalikan secara otomatis, baik dalam hal
penimbangan atau penakaran material maupun pengadukannya.
Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan petunjuk dari pabrik yang menyatakan
kapasitas dan jumlah putaran per menit yang dianjurkan.

5. Cara semi masinal


Apabila cara masinal tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya, pengadukan beton dapat
dikerjakan dengan cara semi masinal, yaitu dengan peralatan atau mesin yang tidak
sepenuhnya bisa dikendalikan secara otomatis (beton molen). Kondisi pelaksanaan
seperti ini harus disertai dengan pengawasan yang lebih baik.

6. Cara manual
Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau dalam hal kondisi
darurat, pengadukan dengan tangan (hand mixing) menggunakan sekop dan cangkul
boleh dilakukan.

e. Pengangkutan adukan beton


Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran dapat menggunakan antara lain :
tipping trucks, truck mixers atau agitators, sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan
jumlahnya beton yang diangkut. Pengangkutan harus dapat menjaga campuran beton
tetap homogen, tidak segregasi, dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi beton.
Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating), rentang
waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk hingga selesai
pengangkutan ke lokasi tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton normal dan tidak
boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau
temperatur beton  30 C. Apabila digunakan truck mixers atau truck agitators, rentang

[240]
waktu pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus
lebih pendek lagi jika untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton 
30 C.

f. Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan


i. Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.
Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m tergantung dari
konsistensi adukan.

Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan


adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk beton
tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah
disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan
adukan Beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara
berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting).

ii. Pengecoran pada cuaca panas


Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur beton
0
basah (fresh concrete) di atas 24 C, pencegahan penguapan harus dilakukan. Air
harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki
air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang
sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air.
Pengecoran beton harus dihentikan bila temperatur beton pada saat dituangkan
0
lebih dari 32 C.
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan
kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan
menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa
berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.

iii. Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen.
a) metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji
sebelum retak susut terjadi.

b) metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-panel
yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya dikerjakan
setelah 4 – 7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir
(auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila
digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir,
peralatan penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan harus
dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan
dapat dilakukan dengan cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat
pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus
diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.

iv. Pemadatan

[241]
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda
untuk memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan pemadatan dengan
getaran.
a) pemadatan dengan tangan (hand tamping);
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat dibuat
2
dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm dengan panjang sesuai lebar jalur yang
dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm seperti
diperlihatkan pada Gambar 3.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas permukaan
beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang. Setelah
pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan merapikan
permukaan beton.

Gambar 6.19. Tipikal alat pemadat tangan (Hand Tamping)

b) pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-operated


vibrating beam).
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan beton dicapai
dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang dioperasikan secara manual seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat digunakan alat
pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator). Pemadatan beton harus
dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan beton, dan harus sudah
selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut sekitar fasilitas
drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan persimpangan,
diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.

[242]
Gambar 6.20. Pemadat dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan
(hand operated vibrating beam)

b. Pembentukan tekstur permukaan


i. Penyelesaian akhir perkerasan beton semen
Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan
dengan alat perata. Tipikel alat perata ditunjukkan pada Gambar 6.21.

Gambar 6.21. Tipikel alat penyelesaian akhir permukaan beton semen

[243]
Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan kekesatan
permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara. Ini
termasuk penarikan karung goni (burlap), penyikatan dengan kawat atau paku dan
pembuatan alur, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.22.a dan 6.22.b.

(a) (b)
Gambar 6.22. Alat dan pembuatan tekstur permukaan dengan sikat kawat

ii. Penarikan burlap (sejenis karung goni)


Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan
kecepatan lalu lintas rendah.
Cara ini dilakukan dengan menarik lembar burlap pada arah memanjang permukaan
perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat sekitar 340
2
gr/m dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm. Biasanya
untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan penarikan
burlapi dua kali, dimana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur awal dan yang
berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir.
Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari.

iii. Penyapu/penyikat melintang


Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas yang rendah
maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa
dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur
permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm seperti diperlihatkan pada
Gambar 6a.
Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang.
Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm.
Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-
masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang
setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag.
Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.

iv. Pembuatan alur-dalam pada arah melintang


Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir diikuti
pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x 3 mm
dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah memanjang serta
2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak.
Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm – 6 mm. Untuk
mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus
dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge).

[244]
c. Perlindungan dan perawatan
i. Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus
dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
a) pencegahan retak susut plastis;
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan pada
saat masih plastis.
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang
terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton dan udara
serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur beton
lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin bertiup pada permukaan beton.
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan
mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan
pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang cepat juga terjadi
pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi
dari pada temperatur udara.
2
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m per jam, pencegahan harus dilakukan
untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju penguapan dapat
diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti diperlihatkan pada Gambar 7.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
 buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar
matahari terhadap permukaan beton semen
 kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara
baik cuaca panas maupun dingin
 hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
 rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan
memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lindungi
beton dengan penutup sementara
 lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan
b) perlindungan terhadap hujan;
Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan seperti
plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.
c) perlindungan terhadap kerusakan permukaan.
Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan
pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain
sebagainya.

[245]
Gambar 6.23. Nomogram penentuan besar laju penguapan

ii. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir
beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus
dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar resin
(resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput
kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus disemprotkan dengan
jumlah 0,3 ltr/m (3,75 m /ltr) untuk tebal pelat  12,5 cm dan 0,2 ltr/m (2,5 m /ltr)
2 2 2 2

untuk tebal pelat  12,5 cm.


Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah
acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan,
maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan
bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton
masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus dibasahi
dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan
lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani
sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton.
Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang
cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah
acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada
tempatnya selama waktu perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat
dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton
cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan dalam
keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.

d. Kelandaian yang curam


Pada kelandaian yang curam (> 6%) diperlukan alur yang lebih dalam untuk
memberikan kekesatan yang lebih tinggi.

[246]
Prosedur pelaksanaan seperti yang diuraikan pada Butir 7.1 – 7.9 harus diikuti,
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) arah penghamparan perkerasan harus selalu dimulai dari bagian yang rendah;
b) pada sambungan melintang lidah alur, balok pembuat alur harus dipasang pada
acuan tepi atas dari panel bagian bawah. Balok pembuat alur terlebih dahulu
harus dicabut sebelum panel atasnya dicor, untuk mendapatkan sambungan
yang kuat;
c) harus dibuat angker panel (Gambar 8) dan angker blok (Gambar 9) sesuai
keperluan;
d) kelecakan dari campuran beton harus disesuaikan dengan kemiringan untuk
mengurangi campuran beton mengalir kebawah selama pemadatan.
Penggunaan adukan beton yang kental memerlukan balok penggetar untuk
memadatkannya, atau dengan menggunakan pemadat tangan, namun memerlukan
usaha yang lebih keras.
Penggunaan metoda panel berselang memungkinkan aliran beton bisa terjadi yang
akan menyebabkan naiknya ketinggian pada sambungan dengan pelat sebelumnya.
Hal ini bisa diatasi dengan melakukan perataan kembali dari beton yang masih
plastis disekitar sambungan dalam waktu 30 menit sejak penyelesasian akhir.

Sambungan pengunci
h

h
3h

Panel yang dicor terlebih dahulu

Gambar 6.24. Angker panel Gambar 6.25 Angker blok

e. Pembuatan sambungan
Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis atau
dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik penggergajian
merupakan cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan
utama. Untuk ruas-ruas yang tidak begitu penting teknik pembentukan basah lebih
ekonomis.

i. Sambungan dengan penggergajian melintang


Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus dimulai secepat
mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan butir, umumnya
4 jam – 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan.
Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak dikehendaki
terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus dilakukan terus menerus
siang malam tanpa memperhatikan cuaca.
Penggergajian dapat dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak.
Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana retak
sudah terjadi dekat dengan lokasi sambungan. Umumnya penggergajian sambungan
susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan.
Lebar dari penggergajian awal untuk sambungan susut melintang dan memanjang
tidak lebih dari 3 mm.
Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas celah dilebarkan dan
dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penggergajian awal.
Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-cepatnya
tujuh hari setelah penghamparan.

[247]
Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus
dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara
dengan bahan yang telah direncanakan.

ii. Sambungan basah


Sambungan susut melintang basah dilakukan dengan memasukkan lembaran plastik
dengan cara menekan batang berbentuk ―T‖ ke dalam beton yang masih plastis,
seperti diperlihatkan pada Gambar 10. Sambungan susut melintang basah harus
diberi penutup.

Gambar 6.26. Pelaksanaan sambungan susut melintang basah

iii. Penutup sambungan


Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan
melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan sambungan
seperti lepasnya agregat , masuknya material luar yang akan menghalangi
pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu diperbaiki.
Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan
diberi bahan penutup permanen atau sementara.

1. Pemasangan penutup sambungan siap pakai


Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus
dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan
kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus diperbaiki
terlebih dahulu.
Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dengan bahan yang sesuai
pada ASTM D-2835 dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan cara ditekan
menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan pada saat
pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk ke dalam celah.
Pemuluran maksimum bahan penutup setelah pemasangan adalah 10%.
Permukaan bahan penutup harus berada 5 mm - 7 mm di bawah permukaan
perkerasan.
2. Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin
Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan ukuran
yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat sebelum
pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan dengan
menggunakan kompresor.
Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau penyemprot. Untuk
[248]
sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar penggunaan penyemprot lebih
cocok.
Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk mengering sebelum penutup
sambungan dipasang. Setelah pembersihan akhir dan pemberian resap ikat pada
sambungan, bahan anti lekat harus dipasang sesuai kedalaman yang cukup untuk
memudahkan pemasangan penutup sambungan.
Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, harus diperiksa untuk memastikan tidak
terdapat rongga udara, ikatan yang baik serta berpenampilan yang seragam dan rapi.

f. Lapis tambah
i. Persiapan permukaan lapis perkerasan yang ada
Hal yang harus diperhatikan pada permukaan perkerasan yang ada (perkerasan
lama) adalah :
a) lubang, genangan air, kotoran dan benda-benda asing lainnya;
b) pamping atau rembesan air pada sambungan.
Rongga dapat ditutup dengan menggunakan campuran aspal atau bahan lain yang
sesuai.
Pada daerah dimana terjadi kerusakan perkerasan yang cukup parah pada
perkerasan atau tanah dasar, harus dilakukan pembongkaran dan diganti dengan
material untuk mendapatkan kondisi pondasi permukaan yang memenuhi
persyaratan.
Sebelum pelaksanaan lapis tambah persyaratan permukaan seperti yang diuraikan
pada Butir 6.27. harus dilaksanakan.

ii. Beton semen di atas beton semen dengan lapis pemisah


Permukaan perkerasan yang ada harus dibersihkan dari benda-benda asing,
gompal, penutup sambungan yang lepas, sisa perapihan tambahan atau bahan lain
yang dapat mengganggu ikatan antara perkerasan yang lama dengan lapis tambah.
Lapis pemisah seperti lembar kedap air, lapis material berbutir, harus dihamparkan
sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan.
Pekerjaan yang berhubungan penyiapan, pembetonan, pengadukan, pengangkutan,
pengecoran, pembentukan tekstur permukaan, perlindungan dan perawatan,
pembuatan sambungan dan pembukaan untuk lalu-lintas mengacu pada Butir 7.1,
sampai Butir 7.11.
Pembuatan sambungan lapis tambah beton semen harus pada lokasi yang sama
dengan letak sambungan lapis beton semen di bawahnya.
Harus diperhatikan agar sambungan susut atau muai lapis beton semen di
bawahnya tetap berfungsi.

iii. Beton semen di atas perkerasan beraspal


Permukaan perkerasan yang ada harus dibersihkan dari benda-benda asing, sisa
perapihan tambahan atau bahan lain yang tidak sesuai.

Lapis pemisah seperti lembar kedap air, lapis material berbutir harus dihamparkan
sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan.
Pekerjaan yang berhubungan penyiapan, pembetonan, pengadukan, pengangkutan,
pengecoran, pembentukan tekstur permukaan, perlindungan, perawatan dan
pembuatan sambungan.

g. Sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan perkerasan beton semen


Guna menghindari penurunan pada bagian perkerasan beraspal, perlu dibuat lapisan
transisi pada sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan perkerasan beton
semen. Tipikal bentuk sambungan dapat dilihat pada Gambar 6.27.

[249]
Lebar slab transisi :
 2,0 m untuk sambungan melintang
 0,6 untuk sambungan memanjang

Gambar 6.27. Sambungan peralihan antara perkerasan beraspal


dan perkerasan beton semen.

h. Pembukaan untuk lalu-lintas


Perkerasan harus dilindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh lalu-lintas proyek
dengan hanya mengijinkan lalu-lintas tersebut lewat pada perkerasan sampai beton
mencapai kekuatan seperti yang tercantum pada Tabel 2.
Lalu-lintas umum tidak diperbolehkan melewati perkerasan sampai kekuatan beton
mencapai kekuatan yang memadai
Di daerah yang sangat banyak gangguan atau bilamana diperlukan pembukaan lalu-
lintas lebih awal, pertimbangan harus ditujukan pada sistim pelaksanaan yang lebih
cepat.

g. Pengendalian mutu

a. Kegiatan pengontrolan yang harus dilakukan selama pelaksanaan


Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan
perkerasan beton semen sebagai berikut :
a) pekerjaan awal;
 mempelajari gambar rencana dan spesifikasi
 pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan
 peralatan dan Organisasi Kontraktor
 penentuan tugas dan tanggung jawab
 menentukan pengujian, pencacatan dan laporan yang diperlukan
 peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian
b) bahan;
Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian dengan
persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang ditolak.
Bahan tersebut meliputi :
 semen
 agregat
[250]
 air
 bahan tambah
 tulangan, ruji, dan bahan pengikat
 material perawatan beton
 bahan sambungan
c) perbandingan campuran;
 pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar lempung
 data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air,
rongga udara, kelecakan dan kekuatan
 volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan
koreksi kadar air agregat
d) unit penakar / penimbang meliputi;
 pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen, agregat, air
dan bahan tambah
 pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan
skala timbangan
e) unit pencampur ;
Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat pengatur waktu
dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran beton semen ;
 acuan : kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji
 tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air
 sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan dan ruji
f) pembetonan ;
 persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan
pelindung cuaca
 pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan
butir (segregasi) dan keterlambatan
 pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan
perubahan konsistensi
 pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh,
penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan
pemeriksaan sambungan
 penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan
kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi
 pembentukan sambungan susut : pembentukan sambungan, alinemen,
perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan
g) setelah pembetonan ;
 waktu pembongkaran acuan : kerusakan agar dihindari
 perawatan : metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai
perawatan dan lama waktu perawatan
 perlindungan : beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca panas
dan pencatatan temperatur
 sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan pelebaran
bagian atas pada sambungan
 penutup sambungan : peralatan, temperatur, bahan penutup,
pembersihan sambungan dan penutupan
 pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau penggantian

h) pengujian beton semen.


 campuran beton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan kadar udara.
[251]
 pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji, penyimpanan
dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik lentur,
pengambilan contoh inti dan penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat
tarik lentur.

b. Toleransi penyimpangan
a) kerataan permukaan baik melintang atau memanjang;
Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan
menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan
perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi
3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter.
b) ketebalan.
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika dipandang
perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah penghamparan, bisa
dilakukan dengan mengukur contoh inti ( core drill) dari perkerasan. Satu bor inti
2
harus diambil dari setiap 140 m perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur.
Masing masing hasil pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174.
Penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang
diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti
tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu
lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang
bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan
yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan
toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.

[252]
FLOW CHART UMUM PEKERJAAN

Gambar 6.28 Standar Pengendalian Kegiatan Pelaksanaan Pekerjaan

[282]
FLOWCHART PEKERJAAN BEKISTING KOLOM

POT.
1

BEKISTING KOLOM

[283]
FLOWCHART PEKERJAAN PASANGAN BATA DAN PLASTERAN

FLOW CHART FLOW CHART


PASANGAN BATA PLESTERAN DINDING BATA

MULAI

MULAI
STELKAN PROFIL
KAYU PADA UJUNG-
UJUNG PASANGAN
SIRAM PERMUKAAN DINDING
YANG AKAN DIPLESTER

SIRAM BATA YANG BUAT ADUKAN SESUAI


AKAN DIPASANG KEBUTUHAN YANG BUAT KEPALA PLESTERAN,
HINGGA JENUH DISYARATKAN LOT SIKUAN DAN RATAKAN
DENGAN JIDAR PADA JARAK
YANG DITENTUKAN

TARIK BENANG PADA


PROFIL-PROFIL YANG TUNGGU KEPALA
SUDAH DISTELKAN PLESTERAN HINGGA KERAS

BERI TATAKAN PLESTERAN BISA


DIKEDUA SISI DILAKSANAKAN DENGAN
MENGGOSOK-GOSOKKAN
JIDAR PADA ARAH VERTIKAL
PASANGAN BATA DAN HORIZONTAL HINGGA
BISA DILAKSANAKAN PLESTERAN BENAR-BENAR
SESUAI KETENTUAN RATA

SELESAI SELESAI

[284]
FLOWCHART PEKERJAAN INSTALASI
PENERANGAN

[285]
FLOWCHART PEKERJAAN INSTALASI AIR
BERSIH

[286]

FLOWCHART PEKERJAAN INSTALASI AIR
KOTOR

[287]
FLOWCHART PENGAJUAN
MATERIAL

MULAI

CONTOH MATERIAL & BROSUR DIAJUKAN


OLEH SUB KONTRAKTOR ATAU SUPLIER

PROSES PEMERIKSAAN & EVALUASI MATERIAL & BROSUR


OLEH PT. KONTRAKTOR

PERBAIKAN
TIDA
OLEH SESU
KONTRAK-
TOR
YA
TIDAK
PEMERIKSAAN MK KONSULTAN PIMPR
SETUJU PERENCANA O

YA

CONTOH MATERIAL & BROSUR


SEBAGAI DASAR PELAKSANAAN

SELESAI

[288]
PEMASANGAN MEKANIKAL
ELEKTRIKAL

Gambar 6.28. Pemasangan M / E

[289]
PEMASANGAN
PLAFOND

Gambar 6.29.. Ilustrasi Pemasangan Plafond

[290]
PEKERJAAN PASANGAN DINDING
BATA

1200

1200
358
2

KOLOM PRAKTIS

1200

KOLOM PRAKTIS

ANCHOR BY DRILLING OR
EMBEDED DURING CONCRETING SLAB

POTONGAN - A

ANCHOR BY DRILLING OR
EMBEDED DURING CONCRETING SLAB

DETAIL 1 DETAIL 2

PASANGAN BATA RINGAN


SKALA : NTS.

Gambar 6.30. Pekerjaan Pasangan Bata

[291]
PEKERJAAN PASANGAN DINDING BETON PRA CETAK

[292]
Presepektif

[293]
1.2. PRINSIP DASAR BANGUNAN

A. Perencanaan Arsitektur Secara Umum


1. Blok bangunan dan unit hunian harus dapat mengakomodasi gaya hidup
calon penghuni dan budaya lokal;
2. Menjamin terwujudnya bangunan yang didirikan berdasarkan karakteristik
lingkungan, ketentuan bangunan dan budaya daerah setempat, sehingga
seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya;
3. Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan
keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya;
4. Menjamin bahwa bangunan dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
5. Data dan informasi berkaitan dengan kependudukan, kondisi fisik prasarana
dan sarana, sosial, ekonomi, budaya serta teknologi, merupakan bahan
utama dalam proses perencanaan kawasan perumahan susun.
6. Data dan informasi sekurang—kurangnya memuat kapasitas dan Jaya
dukung kawasan yang akan dibangun, yaitu kependudukan, kondisi fisik
geomorfologi, dan peraturan daerah setempat yang berlaku.
B. Persyaratan Keselamatan Bangunan
1. Menjamin terwujudnya bangunan yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat perilaku alam dan manusia
2. Menjamin keselamatan manusia dari kernungkinan kecelakaan atau luka
yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan
3. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang
disebabkan oleh perilaku struktur
4. Menjamin pertindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan
oleh kegagalan struktur
5. Menjamin terpasangnya instalasi listrik, penangkal petir, komunikasi,
transportasi vertikal dalam gedung, proteksi kebakaran, plambing secara
aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan
6. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan semua instalasi
secara baik
7. Menjamin terwujudnya bangunan yang memenuhi persyaratan jalan keluar
pada saat terjadi kebakaran, serta memberikan akses bagi upaya
pemadaman dari luar Dalam hal denah bangunan berbentuk T, L, atau U,
maka harus dilakukan pemisahan struktur atau delatasi untuk meminimasi
terjadinya kerusakan akibat gempa atau penurunan tanah
8. Dalam meminimalisasi terjadinya kerusakan akibat gempa. denah bangunan
sedapat mungkin simetris terhadap dua akses/sumbu dan sederhana. denah
berbentuk sentris (bujursangkar, segibanyak, atau Iingkaran) lebih baik
daripada denah bangunan yang berbentuk memanjang.
9. Menjamin terwujudnya keselamatan gerak dan aktivitas pengguna bangunan.

[294]
10. Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari cedera atau luka saat
evakuasi pada keadaan darurat.
C. Persyaratan Kesehatan Bangunan
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan
2. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara
baik
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam
bangunan
4. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan
secara baik;
5. Menjamin tersedianya sarana dan parasarana air bersih dan sanitasi yang
memadai dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan
6. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sarana dan
parasarana air bersih dan sanitasi secara baik.
D. Persyaratan Keamanan dan Kenyamanan Bangunan
1. Perencanaan blok bangunan dan unit hunian harus menjamin keamanan dan
kenyamanan huni untuk jangka waktu lama dengan mempertimbangkan
kesesuaian dengan elemen-elemen lingkungan sekitarnya.
2. Perencanaan bangunan harus memenuhi persyaratan keamanan terhadap
tindak kriminal dalam bangunan.
3. Perencanaan bangunan harus menjamin terpenuhinya persyaratan
kenyamanan baik termal, audial, visual dan gerak serta minirhasi gangguan
terhadap getaran dan polusi dengan tetap menjamin penggunaan energi yang
efisien.
4. Menjamin tersedianya alai transportasi yang layak. aman, dan nyaman di
dalam bangunan .
5. Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila
terjadi keadaan darurat.
E. Persyaratan Kemudahan Bangunan
1. Menjamin terwujudnya bangunan yang mempunyai akses yang layak, aman
dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya;
2. Menjamin tersedianya akses bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial;
3. menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif di dalam bangunan
apabila terjadi keadaan darurat;
4. menjamin kemudahan aksesibilitas dari menuju ke fasilitas umum dan
fasilitas sosial yang bisa dinyatakan dalam satuan jarak geometris (km, m)
dan waktu tempuh dengan berjalan kaki maupun kendaraan bermotor serta
kendaraan tidak bermotor.

[295]
F. Persyaratan Penampilan Bangunan
1. penempatan bangunan tidak boleh mengganggu fungsi prasarana kola, lalu
lintas dan ketertiban umum.
2. kepala daerah dapat menetapkan secara khusus bentuk bangunan, tata
bangunan dan lingkungan yang mengakomodasi ciri arsitektur lokal.
3. kepala daerah dapat membentuk suatu panitia khusus yang bertugas
memberi nasehat teknis mengenai ketentuan bentuk bangunan, tata
bangunan dan lingkungan.
4. perlu ditetapkan penampang-penampang bangunan untuk memperoleh
kawasan yang memenuhi syarat keindahan dan keserasian.
5. bentuk bangunan harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dan
karakteristik arsitektur lingkungan yang ada di sekitamya, atau yang mampu
sebagai pedoman arsitektur atau panutan bagi lingkungannya.
6. bentuk bangunan harus dirancang dengan mempertimbangkan terciptanya
ruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap lingkungannya.
7. bentuk, tampak, profil, detail, material maupun warna bangunan harus
dirancang serasi dengan lingkungan sekitarnya dan sesuai dengan
persyaratan fungsinya.

G. Bentuk Bangunan
1. bentuk bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap ruang
dalam dimungkinkan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami
sehingga memenuhi ketentuan hemat energi.
2. ketentuan pada butir a. di atas tidak berlaku apabila berdasarkan fungsinya
bangunan memerlukan sistem pencahayaan dan penghawaan buatan dan
harus tetap mengacu pada prinsip-prinsip hemat energi.
3. pada bangunan dengan Iantai banyak, kulit atau selubung bangunan harus
memenuhi persyaratan hemat energi.

1.3. Penyajian Hasil Analisis Dan Gambar - Gambar Kerja


Pada kegiatan paket pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) ini penyajian hasil analisis kerja akan dituangkan dengan
formatur sebagi berikut :
Tabel 6.4. Penyajian Hasil Analisis Kerja
 Cover
 Surat undangan rapat STANDAR FORMAT KICKOFF
 Risalah rapat MEETING
 Dokumentasi pelaksanaan

[296]
 Surat undangan rapat
 Risalah rapat
 Dokumentasi pelaksanaan
 Rencana keselamatan dan kesehatan
kerja konstruksi (RK3K)
 Rencana mutu kontrak (RMK)
 Cover
 Surat perintah pengukuran lapangan
bersama dalam rangka MC0
 Undangan pengukuran lapangan
bersama dalam rangka MC0
 Berita acara pengukuran lapangan
STANDAR FORMAT MUTUAL CHECK
bersama dalam rangka MC0
0 (MC0)
 Rincian indikasi perubahan MC0
 Master schedule MC0
 Gambar hasil pengukuran MC0
 Laporan hasil pengukuran bersama dan
pembahasan MC0

 Instruksi harian
 Ijin kerja/ ijin pelaksanaan pekerjaan
 Pengajuan material
STANDAR FORMAT ADMINSTRASI
 Permohonan tidak keberatan
 Penyataan tidak keberatan/no
objection letter
 Laporan prestasi fisik / kemajuan
pekerjaan
 Permohonan pemeriksaan lapangan
STANDAR FORMAT ADMINSTRASI
dalam rangka prestasi fisik
PROGRES KEMAJUAN PEKERJAAN
 Pengajuan material
 Permohonan tidak keberatan
 Penyataan tidak keberatan/no

[297]
objection letter

 Cover CCO
 Surat perjanjian kontrak addendum
 Syarat-syarat khusus kontrak (SSKK)
addendum
 Surat keputusan pekerjaan tambah
kurang
 Memo dinas persetujuan perubahan
data kontrak
 Persetujuan perubahan data kontrak
 Berita acara evaluasi klarifikasi dan
negoisasi
 Laporan hasil evaluasi, klarifikasi dan
negoisasi usulan penawaran harga
addendum kontrak
 Undangan pemeriksaan pekerjaan STANDAR FORMAT ADDENDUM
dalam rangka serah terima tahap i CCO
(pertama) pekerjaan
 Perintah pengajuan penawaran kontrak
 Perintah evaluasi klarifikasi dan
negoisasi terhadap penawaran harga
addendum kontrak
 Laporan progres pekerjaan dan
rekomendasi addendum kontrak
 Surat pernyataan kesanggupan
melaksanakan pekerjaan
 Penawaran addendum kontrak
 Usulan addendum kontrak
 Rekapitulasi rab addendum kontrak
 Tabel rab addendum kontrak, evaluasi
klarifikasi dan negoisasi, negoisasi,

[298]
rekapitulasi penawaran addendum,
 Rab penawaran addendum
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan evaluasi
klarifikasi dan negoisasi addendum,
jadwal pelaksanaan pekerjaan
 Addendum, usulan pelaksanaan
pekerjaan / kurva s addendum
 Berita acara penyelesaian pekerjaan
 Berita acara pemeriksaan I (pertama)
 Checklist hasil pemeriksaan pekerjaan
I (pertama)
 Dokumentasi pemeriksaan pekerjaan
pertama
 Berita acara serah terima I (pertama)
 Undangan pemeriksaan pekerjaan
dalam rangka serah terima tahap I
(pertama) pekerjaan STANDAR FORMAT PHO
 Perintah pemeriksaan pekerjaan dalam
rangka serah terima tahap I (pertama)
pekerjaan
 Permohonan pemeriksaan tahap I
(pertama) pekerjaan
 Berita acara opname lapangan defect
list
 Checklist opname lapangan defect list
 Berita acara prestasi fisik

LAMPIRAN
FORM CHECKLIST PENGAWASAN

[299]
FORM PERSETUJUAN MATERIAL

[300]
FORM PERSETUJUAN MATERIAL LAPANGAN

[301]
FORM BERITA ACARA PEMERIKSAAN PEKERJAAN

[302]
FORM MUTUAL CHECK MC-0

[303]
FORM PERHITUNGAN KEMAJUAN PEKERJAAN

[304]
FORM CONTRACT CHANGE ORDER (CCO)

[305]
FORM MUTUAL CHECK (MC-A)

FORM CATATAN CUACA PER BULAN

[306]
FORM CHECKLIST LAPORAN MINGGUAN

[307]
[308]
FORM CHECKLIST LAPORAN BULANAN

FORM OPNAME PERHITUNGAN VOLUME LAPANGAN

[309]
FORM PROGRES RAB/ DEVIASI KEUANGAN

[310]
FORM PROGRES RAB/ DEVIASI KEUANGAN

[311]
FORM KEGIATAN PEKERJAAN PENGAWASAN

[312]
FORM BUKU TAMU/ VISITOR

[313]
[314]
FORM BUKU HARIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

FORM NOTULENSI RAPAT PELAKSANAAN PEKERJAAN

[315]
1.4. Penyajian Spesifikasi dan Perhitungan Teknis
Penyajian Spesifikasi dan Perhitungan Teknis Kegiatan Konsultan MK pada Tahap Awal
Pelaksanan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Tim/ Mobilisasi Personil

[316]
Konsultan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menugaskan tenaga ahli yang
berpengalaman sesuai dengan bidang disiplin ilmu masing-masing untuk mengawasi,
mengkoordinir dan menganalisa semua aktivitas pekerjaan agar diperoleh standar
kualitas yang cukup tinggi. Semua personil yang ditentukan dalam Kerangka Acuan
Kerja baik Tenaga Ahli Profesional, Tenaga Ahli Sub Profesional maupun Tenaga
Penunjang diaktifkan sesuai jadwal penugasan personil di bidang dan tugas masing-
masing. Sehingga personil yang harus bekerja di kantor, mereka sudah siap dikantor
dan personil yang harus dilapangan, juga sudah siap berada dilapangan.

2. Pembelian Alat dan Bahan Kantor


Konsultan akan menyediakan peralatan dan bahan-bahan untuk keperluan
penunjang tenaga ahli sesuai yang tercantum dalam RAB. Hal ini perlu dilakukan
karena untuk kelancaran dan kesempurnaan pekerjaan yang akan datang.

3. Mempelajari Dokumen Kontrak


Konsultan akan segera mempelajari dan mendalami semua Dokumen Kontrak untuk
dapat melakukan administrasi kontrak untuk kelancaran dan ketertiban administrasi
proyek. Tujuan utama dari mempelajari semua dokumen tersebut adalah untuk
mendapatkan gambaran dari prosedur, aspek hukum dan jaminan-jaminan, aspek
pembayaran dan masalah administrasi kontrak lainnya. Hal penting yang akan
dipelajari adalah kemungkinan adanya kontradiksi antara pasal-pasal dalam suatu
dokumen dengan dokumen lainnya. Dalam hal ini hirarki dokumen kontrak akan
menjadi patokan dalam menentukan pasal mana yang berlaku. Sesuai dengan FIDIC
1987, maka dokumen yang berlaku adalah:
a) Surat Perjanjian (Contract Agreement)
b) Surat Penunjukkan Pemenang (Letter of Acceptance)
c) Dokumen Tender (Tender Document)
d) Syarat Khusus Kontrak (Condition of Particular Application)
e) Syarat Umum Kontrak (General Condition of Contract)

Dokumen lain yang menjadi bagian dari kontrak pemahaman atas dokumen kontrak
dan mempelajari kemungkinan adanya kontradiksi antar pasal dalam dokumen-
dokumen tersebut sangat penting, karena ketidaksesuaian tersebut menjadi sumber
perselisihan (disputes) nantinya. Konsultan akan segera menginformasikan kepada
Pengguna Jasa apabila mengetahui adanya ketidak sesuaian tersebut berikut
rekomendasi pemecahan masalahnya. Apabila ketidak sesuaian tersebut dapat

[317]
mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak, Konsutlan akan merekomendasikan
pemecahan yang adil untuk mencegah perselisihan yang akan terjadi nantinya.

4. Koordinasi dengan Pihak Berwenang


Tujuan koordinasi yaitu unutk mempertemukan berbagai pihak yang terkait dengan
pelaksana pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) ini. Dengan adanya koordinasi ini maka Konsultan
Supervisi dapat melakukan komunikasi dengan berbagai pihak diantaranya dengan
Kontraktor, Direksi Pekerjaan maupun instansi terkait lainnya. Koordinasi dapat
dilakukan dengan mengadakan rapat pengendalian pelaksanaan konstruksi yang
bertujuan untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang ditemui dilapangan
baik metode kerja maupun volume pekerjaan. Hasil dari setiap koordinasi ini akan
diterapkan dilapangan guna mengatasi masalah-masalah tersebut.
5. Pengukuran Topografi/ Survei Pendahuluan
Pengukuran akan dilakukan oleh surveyor dari Konsultan. Lokasi pengukuran ini
adalah Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) dengan lingkup pekerjaan sebagai berikut:
 Pengukuran Topografi dan Penggambaran
o Pemasangan patok-patok pengukuran.
o Pengukuran poligon dan waterpass.
o Pengukuran dan penggambaran situasi, untuk penggambaran situasi
dilengkapi arah panah aliran dan nama jalan/jembatan.
o Melakukan survei foto udara menggunakan drone atau menggunakan
alat pencitraan lain disekitar area proyek.
Pelaksanaan pengukuran dilaksanakan dengan metode referensi
koordinat dan ketinggian dari sistem koordinat nasional/jaringan
triangulasi nasional.
 Perhitungan
o Perhitungan poligon pengukuran.
o Perhitungan beda tinggi hasil pengukuran menggunakan Total Station.
 Penggambaran dan Pemetaan
o Penggambaran peta petunjuk skala.
o Penggambaran peta situasi skala.
o Penggambaran penampang memanjang sungai.
o Penggambaran penampang melintang sungai.
 Hasil Gambar

[318]
Hasil gambar pengukuran setelah dicetak (hard copy) dijilid dan digandakan
sebanyak 5 rangkap dan diberikan kepada Direksi Pekerjaan.

6. Laporan
Keluaran produk laporan dari setiap tahapan antara lain berupa laporan :
h. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat: kegiatan penyiapan lahan kerja, pengukuran
dan pengumpulan data, penyusunan RMK, penyusunan Standar Operasional
Prosedur (SOP), penyusunan format Instruksi Kerja (IK), pendekatan,
metodologi serta rencana kerja dan laporan mitigasi resiko. Laporan harus
diserahkan selambat-lambatnya: 14 hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan
sebanyak lima buku laporan;
Laporan pendahuluan meliputi:
5) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
6) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
7) Jadwal kegiatan penyedia jasa; dan
8) Review teknis proposal desain/desain awal, jadwal pelaksanaan,
serta mobilisasi pekerja dan peralatan pelaksana konstruksi terintegrasi
rancang bangun.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kalender sejak Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan, sebanyak 5 (lima)
buku laporan.

i. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan memuat: Laporan kemajuan pekerjaan per minggu untuk
pelaksanaan konstruksi bangunan harus dibuat oleh penyedia jasa dan
diperiksa dan disetujui direksi teknis Satker Penyediaan Perumahan Provinsi
Kalimantan Timur. Laporan harus diserahkan setiap minggu. Sebanyak lima
buku laporan dan media penyimpan data (flashdisk);
x. Laporan Umum
Laporan umum menerangkan tentang evaluasi pelaksanaan pekerjaan
pada hari/minggu yang bersangkutan, laporan mengenai prestasi yang
dapat dicapai pada hari/minggu yang bersangkutan, aktivitas kegiatan
dalam periode 1 (satu) hari/minggu serta masalah dan saran-saran
kepada penyedia jasa pemborongan/kontraktor agar tidak terjadi
keterlambatan pekerjaan.
xi. Laporan Kemajuan Pekerjaan
Berdasarkan laporan prestasi pekerjaan yang diuraikan dalam laporan
umum tersebut, kemudian di uraikan (break down) lebih lanjut untuk
setiap bobot prestasi tiap uraian pekerjaan, sehingga didapat prestasi
kumulatif pada hari/minggu yang bersangkutan, serta prestasi yang
dicapai yaitu prestasi pelaksanaan dikurangi prestasi perencanaan

[319]
(Time Schedule).
xii. Laporan Pemasukan Bahan dan Pemakaian Alat
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan mengenai
barang- barang/material yang ada di lapangan (on site) baik dari segi
mutu maupun volumenya dan membuat laporan mengenai jenis
peralatan yang ada di lapangan baik yang digunakan maupun yang
rusal‹, serta memberikan saran- saran pemakaian alat yang lebih sesuai
(efektif dan efisien) untuk digunakan pada pekerjaan yang
bersangkutan.
xiii. Laporan Pengamatan Cuaca
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan mengenai
keadaan cuaca di lapangan.
xiv. Laporan Jumlah Tenaga Kerja
Laporan ini harus menguraikan jumlah Tenaga Kerja, dari site manager
sampai dengan tukang, serta mengevaluasi jumlah Tenaga Kerja yang
dibutuhkan sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Begitu pula untuk jenis pekerjaan yang dicapai oleh penyedia jasa
pemborongan/kontraktor dalam periode 1 (satu) hari/minggu.
xv. Laporan Visual
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan yang memuat
foto-foto kemajuan pekerjaan di lapangan.
xvi. Laporan Kehadiran
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan yang memuat
daftar kehadiran (Absensi) tenaga ahli, tenaga sub professional, dan
tenaga pendukung selama pelaksanaan pekerjaan manajemen
konstruksi di lapangan yang data kehadirannya diambil dari mesin
absensi.
xvii. Laporan K3
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan pengawasan
pelaksanaan program prosedur kerja dan instruksi kerja K3, penerapan
SMK3 dan pedoman teknis K3 konstruksi Selama pelaksanaan
pekerjaan fisik di lapangan.
xviii. Laporan Teknis/ Technical Report
Laporan Teknis/Technical report meliputi antara lain (jika ada):
xviii.1 Justifikasi teknis dalam hal terjadi perubahan pekerjaan
(tambah kurang);
xviii.2 Justifikasi teknis dalam hal terjadi perpanjangan waktu
pelaksanaan.

j. Laporan Bulanan
Merupakan laporan bulanan yang berisikan progres kegiatan dan uraian
mengenai penanganan kegiatan termasuk hasil rapat koordinasi dan lain-lain.
Laporan bulanan diserahkan setiap bulan setelah dikeluarkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) sebanyak lima eksemplar (satu asli, empat
fotocopy); dibuat Berdasarkan kemajuan/progress pekerjaan tiap minggu
kemudian dikompilasikan dalam laporan bulanan, sehingga laporan bulanan ini

[320]
merupakan rangkuman kegiatan mingguan, yang antara lain berisi:
7) Uraian pokok tentang kegiatan bulanan (rekap laporan harian dan
mingguan) dari masing-masing kegiatan baik kegiatan konsultan
dan kegiatan kontraktor;
8) Monitoring progres pekerjaan terhadap rencana pelaksanaan (s_curve);
9) Catatan kejadian penting dan kendala di lapangan serta solusinya;
10) Penjelasan kegiatan dari masing-masing personil pada bulan tersebut;
11) Time schedule yang berisikan realisasi kegiatan pada bulan tersebut;
12) Time schedule yang berisikan realisasi kegiatan pada bulan tersebut;
dan Lampiran pelengkap lainnya.

Laporan bulanan harus diserahkan setiap minggu pertama pada


bulan berikutnya, dibuat 5 (lima) rangkap sebagai pertanggungjawaban
kinerja bulanan kepada pengguna jasa

k. Laporan Akhir
Pada akhir masa pelaksanaan, penyedia jasa manajemen konstruksi wajib
membuat laporan akhir dari keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang
dilengkapi dengan gambar- gambar realisasi pelaksanaan di lapangan (as built
drawing) yang dirangkum dalam Buku Laporan Akhir.
1) Laporan akhir memuat ringkasan dari laporan pengawasan pekerjaan
perencanaan (desain), laporan pelaksanaan pekerjaan pembangunan, latar
belakang, kajian kebijakan, metode pelaksanaan, gambaran proses
penataan kawasan di lokasi pekerjaan.
2) Rekapitulasi hambatan / kendala yang ada dan upaya
penyelesaiannya selama pekerjaan MK dilaksanakan;
3) Hasil evaluasi, analisis masalah, serta prediksi/konsep model strategi
program kegiatan pekerjaan MK yang terbaik sesuai dengan kondisi
pekerjaan yang ada untuk kepentingan yang akan datang dari semua
aspek pekerjaan; dan Rekomendasi teknis untuk akhir masa pelaksanaan
MK
4) Laporan Akhir memuat kompilasi seluruh kegiatan dengan data
perencanaan dan progres pelaksanaan yang diringkas sedemikian rupa
sehingga menghasilkan informasi yang runtut terkait hasil pelaksanaan
pekerjaan
Laporan akhir harus diserahkan selambat-lambatnya pada saat serah terima
pertama pekerjaan konstruksi fisik, dalam bentuk buku sejumlah 5
(lima) rangkap sebagai pertanggungjawaban kinerja akhir kepada pengguna
jasa.

l. Laporan Executive Summary


Laporan Executive Summary ini minimal memuat kompilasi seluruh
kegiatan dengan data perencanaan dan progres pelaksanaan yang digunakan

[321]
sebagai pendukung pelaporan pelaksanaan pekerjaan, yang memuat Foto
dan video pekerjaan dan udara (durasi 5 men it) mingguan pelaksanaan
kegiatan. Foto udara dan video udara (durasi 5 menit) kondisi site pada
progres 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Dokumen Laporan Executive
Summary ini diserahkan selambat- lambatnya pada saat pembahasan
Laporan Executive Summary, dalam format A4 sebanyak 5 (lima) eksemplar.

m. Laporan Program Mutu


Laporan ini paling sedikit memuat: informasi kerja, organisasi kerja yang
menggambarkan hubungan Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa, jadwal
pelaksanaan pekerjaan termasuk jadwal peralatan serta penugasan personel
inti dan personel pendukung, metode pelaksanaan kerja, pengendalian
pekerjaan terkait kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan metode kerja, dan
laporan pekerjaan. Laporan program mutu dipaparkan dan di serahkan pada
saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak.

n. Laporan RKK Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi


Rencana Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disingkat RKK adalah
dokumen telaah tentang Keselamatan Konstruksi yang memuat elemen SMKK
yang meliputi: kepemimpinan dan partisipasi tenaga kerja dalam Keselamatan
Konstruksi, perencanaan Keselamatan Konstruksi, dukungan Keselamatan
Konstruksi, operasi Keselamatan Konstruksi, dan evaluasi kinerja penerapan
SMKK. Laporan RKK Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi diserahkan
pada saat akhir pekerjaan.

o. Laporan SSD 1 TB
Laporan Lainnya berisi antara lain : Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK),
Laporan Review Desain, Laporan Pemeliharaan, Buku Modul Operational &
Maintanance (O&M), Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi. Seluruh
laporan dirangkum dalam SSD atau Hard Disk 4 TB termasuk executive
summary dan dokumentasi pelaksanaan baik dalam bentuk foto ataupun video
sebagai pertanggungjawaban kinerja kepada pengguna jasa

[322]
BAB VII GAGASAN BARU
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) memiliki tantangan berat tersendiri mengingat proyek ini luk-beluk metode
konstruksi hingga persepsi publik negatif yang berasal dari masalah sosial-lingkungan—
dibutuhkan proses perencanaan yang luas dan upaya keterlibatan yang kuat untuk
menjaga agar proyek tetap berjalan tepat waktu. Tapi apa yang terjadi ketika sebuah
proyek perlu dipercepat? Bagaimana Anda bisa mempercepat jadwal—atau bisa?
Sebagai Konsultan dengan pengalaman lebih dari 30 tahun mengerjakan berbagai
macam proyek, kami dapat mengatakan bahwa biasanya jawabannya adalah: Ya. Dari
peningkatan kolaborasi hingga penerapan metode dan teknologi inovatif, ada beberapa
opsi yang tersedia bagi tim untuk membantu mempercepat proyek mereka. Berikut adalah
delapan opsi utama:

7.1. Hit The Ground Running.


Langsung bertindak dan jangan membuang-buang waktu lagi, Rencanakan dengan baik
sejak awal. Hal pertama yang dapat dilakukan Proyek untuk lebih cepat dari jadwal
adalah merencanakan dengan baik sejak awal. Ya, ini berlaku untuk proyek apa pun.
Namun jika menyangkut Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Aceh Unggul Hebat (AMANAH), perencanaan perlu dilihat kembali melalui Review
Dokumen Perencanaan. Tiga aspek kunci dari proses perencanaan awal meliputi:
a. Memilih desain yang tepat (SNI, referensi hukum dll)
b. Memilih tim yang tepat
c. Memilih pendekatan yang tepat

7.2. Menetapkan PMM (Project Management Manual).


Setelah Proyek memiliki rencana yang baik, langkah selanjutnya adalah menetapkan
prioritas utama untuk proyek tersebut. Apakah Proyek memiliki kendala anggaran yang
ketat? Apakah Proyek perlu memprioritaskan ruang lingkup proyek? Atau apakah
mengikuti jadwal adalah hal terpenting dalam daftar tugas Proyek?
Dengan menetapkan aturan keterlibatan, PPK, Konsultan Supervisi dan tim proyek dapat
lebih selaras sejak awal proyek. Ini tidak hanya membuat semua orang di halaman yang
sama tetapi juga memungkinkan pihak lain, seperti konstruktor, untuk bekerja lebih awal.
Ini umumnya mengarah pada komunikasi yang lebih baik dan proses pengambilan
keputusan yang lebih tepat di sepanjang siklus hidup proyek. Selain itu, tim dapat mulai
membeli material (pipa, aksesories, pompa, dan suku cadang dari vendor sedini mungkin.

7.3. Libatkan tim konstruksi sejak awal


Apa yang Konsultan temukan selama bertahun-tahun bekerja di proyek perpipaan air
minum adalah bahwa bentuk terbaik dari penyelesaian proyek melibatkan masukan
kontraktor sejak awal dalam proses—seperti metode Manajemen & Inspeksi Konstruksi
(CM&I). Di bawah model ini, Proyek tidak hanya dapat merancang konstruksi tetapi juga
dapat bekerja dengan tim konstruksi selama siklus hidup proyek. Ini membantu
memastikan desain sepenuhnya dapat dibangun dan masalah apa pun diselesaikan lebih
awal dan cepat.

[323]
7.4. Tingkatkan jam kerja dan sumber daya
Salah satu hal paling sederhana yang dapat dilakukan untuk mempercepat jadwal proyek
adalah meningkatkan sumber daya yang dimiliki Kontraktor dan Konsultan serta staff
PPK. Menambahkan lebih banyak pekerja ke dalam proses, menambah jam kerja, atau
menambahkan sumber daya tambahan adalah semua cara untuk membantu Proyek
mendapatkan pencapaian lebih cepat—jika anggaran memungkinkan. Melibatkan
kontraktor lebih awal dapat membantu proses ini karena tim proyek dapat lebih akurat
menyesuaikan jadwal mereka sebelumnya.

7.5. Mempercepat aktivitas kritis hingga 80%


Prinsip Pareto menyatakan bahwa 80% hasil Proyek hanya berasal dari 20% upaya tim.
Prinsip ini menunjukkan bahwa tugas proyek dapat diselesaikan hingga tingkat 80%
dengan usaha atau waktu hanya 20%. Sisa dari upaya pergi ke fine-tuning penyelesaian
tugas lain. Mengapa tidak
menggunakan waktu itu untuk melanjutkan ke tugas berikutnya? Diskusikan di antara
pemangku kepentingan proyek jika mereka dapat mentolerir beberapa pengerjaan ulang
dalam pengiriman kegiatan tertentu secara paralel untuk memfasilitasi penyelesaian
proyek secara keseluruhan yang lebih cepat.

7.6. Percaya pada inovasi


Ketika semuanya gagal, berinovasilah menuju keberhasilan. Terdapat banyak alat dan
teknologi yang dapat digunakan—dan masih banyak lagi yang akan muncul setiap saat.
Inovasi utama yang dapat gunakan untuk membantu menghemat waktu dan biaya adalah
:
 memaksimalkan aplikasi BIM dalam desain, perhitungan volume,
perencanaan waktu kerja dan pengawasan berbasis online.
 AR Eyes, dengan pemosisian AR dan visualisasi perangkat lunak terminal
seluler, untuk menemukan dan menampilkan jaringan pipa bawah tanah
dalam proses konstruksi, renovasi, serta pengoperasian dan pemeliharaan.

[324]
(―See through‖ Urban Underground Pipeline Networks with AR Eyes -
Facility Management Solutions - SuperMap)

7.7. Teknologi RFID pada Mobilitas Tenaga Kerja Konstruksi


Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) adalah teknologi paling efisien dan
memiliki tingkat eror yang rendah dibandingkan fingerprint atau biometric recognition. Hal
ini membuat teknologi ini telah bnyak digunakan oleh sejumlah industry termasuk dapat
juga digunakan dalam kegiatan konstruksi. Teknologi RFID ini dapat juga diterapkan
dalam proses presensi proyek konstruksi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelaporan tenaga kerja langsung. RFID digunakan karena selama ini koleksi data pekerja
bangunan dilakukan menggunakan proses manual. Metode manual selalu ditransfer dan
disimpan dengan format paper-based yang sulit untuk dicari dan diakses serta prosesnya
menjadi informasi berguna yang mahal dan tidak reliable. Sistem presensi secara manual
dengan tanda tangan diatas kertas memiliki banyak kelemahan, seperti kertas yang
mudah sobek, basah ataupun hilang. Selain itu, jika proyek dengan skala besar yang
melibatkan banyak pekerja bangunan, pihak manajemen proyek kewalahan untuk
mengontrol jumlah manpower karena sistem manual ini sering terjadi kecurangan dan
manipulasi data seperti manipulasi kehadiran jumlah pekerja. Hal ini juga berdampak
pada ketidaktepatan laporan kemajuan proyek dan laporan akhir konstruksi dalam hal
jumlah dan biaya tenaga kerja langsung. Teknologi RFID ini digunakan guna memberikan
kontrol terhadap para pekerja konstruksi agar lebih disiplin dan pencatatan presensi
dilakukan secara real-time dan terkomputerisasi. Selain itu dengan teknologi RFID dapat
memonitor pergerakan dan mobilitas keseluruhan tenaga kerja konstruksi sehingga
membantu Konsultan Supervisi dalam melakukan pengendalian dalam hal manajemen
tenaga kerja konstruksi di lapangan dikarenakan dapat terpantau sebaran tenaga kerja
konstruksi.

Gambar Error! No text of specified style in


document..1 Teknologi RFID System
Teknologi RFID dalam proses presensi tenaga kerja sudah banyak digunakan oleh berbagai perusahaan di
dunia maupun di Indonesia. Hal ini membuat Pekerjaan Budidaya Udang Terinegrasi harus menerapkannya
untuk para pekerja bangunan dalam jumlah besar. Banyaknya kekurangan terhadap sistem presensi manual
di proyek konstruksi membuat perusahaan menerapkan teknologi RFID ini yang bertujuan agar perusahaan
tidak melakukan kesalahan pembayaran, akurat dan mudahnya proses pelaporan serta pengendalian
manpower proyek konstruksi. Penerapan ini bertujuan dapat meningkatkan keakuratan, efisien serta
efektivitas pelaporan tenaga kerja langsung. Dalam hal ini adalah project manager, site manager, anggota

[325]
divisi IT, Quantity Surveyor, dan para pekerja bangunan akan menggunakan system ini. Penerapan ini akan
memberikan akurasi pelaporan tenaga kerja langsung dengan sistem presensi RFID sangat baik, begitupun
dengan efektivitas dan efisien pelaporannya.

7.8. Management Data dengan Autodesk BIM 360


Autodesk mengumumkan bahwa solusi cloud mereka yaitu Autodesk BIM 360 Design
telah mendapatkan fitur baru yaitu Autodesk Civil 3D. Melalui pengembangan ini,
Autodesk menawarkan solusi paling
komprehensif yang memungkinkan tim
berkolaborasi pada proyek-proyek
kompleks dengan struktur horizontal dan
vertikal yang dapat dilakukan kapan saja
dan di mana saja melalui satu platform
cloud yang terhubung.
Collaboration for Civil 3D, termasuk
paket langganan BIM 360 Design,
memungkinkan pengguna BIM 360
Design dan Civil 3D bekerja secara
kolaboratif dengan para mitra proyek,
kapan saja dan dari mana saja--terlepas
dari lokasi tim dan disiplin ilmu--
termasuk para arsitek, insinyur, dan Gambar Error! No text of specified style in document..2 Autodesk
kontraktor. BIM 360 Eco - System
Kelebihan Autodesk BIM 360 yaitu :
1. Dapat menambahkan member kedalam proyek
2. Mengatur izin untuk mengakses folder
3. Dapat mereview gambar tanpa harus menginstal software tersebut
4. Dapat memungkinkan menyimpan semua perubahan pada file versions.

Gambar Error! No text of specified style in document..3 Tampilan Autodesk BIM 360

Kreasi lain dari Autodesk adalah perangkat lunak BIM 360 mereka yang bekerja dengan Konsultan Supervisi
dan pengiriman proyek. Ini menyatukan berbagai proses desain, proyek, dan konstruksi menjadi satu proses
tunggal. Pada intinya, ini adalah layanan web berbasis cloud untuk menghindari penundaan dan
Gambar Error! No text of specified style in document..4 Alur Lelang untuk Sub Kontraktor dengan Autodesk
BIM 360

[326]
meningkatkan pengambilan keputusan dengan memberikan akses kepada tim yang berbeda ke data yang
relevan.
Seluruh siklus hidup proyek Anda dapat dikelola dengan Autodesk BIM 360. Beberapa fitur penting adalah
tinjauan desain, koordinasi BIM, daftar periksa program keselamatan, manajemen masalah, koordinasi
pengirima dan banyak lagi

7.9. Sistem Informasi Geografis Berbasiskan Web-GIS


SIG (Sistem Informasi Geografis) yang akan dikembangkan sangat disarankan dapat
mengakomodir perkembangan teknologi 327ocial informasi yang berbasiskan Industry 4.0
yang memanfaatkan Internet of Thing (IOT). Model SIG yang disarankan untuk
mendukung kondisi tersebut adalah Mobile Web GIS, yang merupakan integrasi antara
Web GIS dan Mobile GIS. Pengembangan GIS saat ini dan yang akan 327ocial dapat
diapliaksikan ke berbagai macam lingkungan di seluruh dunia seperti yang terlihat pada
Gambar 7.5

[327]
Gambar 7. 5 Pengembangan GIS saat ini
Konsep dasar Web GIS 328ocial yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. GIS memiliki kemampuan
untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan
menampilkan dan menganalisa data. Applikasi GIS saat ini tumbuh tidak hanya secara
jumlah applikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman applikasinya.
Pengembangan applikasi GIS kedepannya mengarah kepada applikasi berbasis Web
yang dikenal dengan Web GIS.

Geographic Information System (GIS) merupakan 328ocial yang dirancang untuk bekerja
dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. GIS
memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-operasi
tertentu dengan menampilkan dan menganalisa data. Applikasi GIS saat ini tumbuh tidak
hanya secara jumlah applikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman applikasinya.
Pengembangan applikasi GIS kedepannya mengarah kepada applikasi berbasis Web
yang dikenal dengan Web GIS.

Web GIS merupakan aplikasi Geographic Information System (GIS) yang dapat diakses
secara online melalui internet / web. Pada konfigurasi WebGIS ada server yang berfungsi
sebagai MapServer yang bertugas memproses permintaan peta dari client dan kemudian
mengirimkannya 328ocial328 ke client. Dalam hal ini pengguna / client tidak perlu
mempunyai software GIS, hanya menggunakan internet browser seperti Internet Explorer,
Mozilla Fire Fox, atau Google Chrome untuk mengakses informasi GIS yang ada di
server.

GIS memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-
operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisis data. Aplikasi GIS saat ini

[328]
tumbuh tidak hanya secara jumlah applikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman
aplikasinya. Pengembangan aplikasi GIS kedepannya mengarah kepada aplikasi berbasis
Web yang dikenal dengan Web GIS. Hal ini disebabkan karena pengembangan aplikasi di
lingkungan jaringan telah menunjukan potensi yang besar dalam kaitannya dengan geo
informasi. Sebagai contoh adalah adanya peta online sebuah kota dimana pengguna
dapat dengan mudah mencari lokasi yang diinginkan secara online melalui jaringan
intranet/internet tanpa mengenal batas geografi penggunanya. Secara umum Sistem
Informasi Geografis dikembangkan berdasarkan pada prinsip input/masukan data,
managemen, analisis dan representasi data.

Layanan web berbasis GIS telah menambahkan dimensi baru sama sekali di mana
329ocial329329 GIS bekerja. GIS web telah membuat sangat mudah untuk berbagi data
spasial melalui World Wide Web dan dapat diakses oleh setiap pengguna di setiap sudut
dunia tanpa memiliki software GIS khusus yang dimuat pada mesinnya. Web GIS memiliki
potensi untuk merevolusi cara di mana GIS dikembangkan, diakses dan digunakan di
seluruh dunia. Web GIS umumnya menggunakan 3-tier arSheetktur. Hal ini
memungkinkan untuk mengakses data atribut 329ocial329 dengan data spasial melalui
internet. Pertanyaan dasar seperti-Routing, Lokasi Wireless, finder Alamat dapat
dilakukan dengan mudah. Data ini dapat diintegrasikan dengan teknologi mendatang
lainnya misalnya GIS integrasi dengan Mobile Phone, GIS integrasi dengan CCTV,
seperti yang terlihat pada Gambar 7.2

Gambar 7.6 Konfigurasi Web GIS

[329]
Ini memungkinkan pengguna untuk mengakses data GIS dan fungsionalitas melalui web dan
untuk mengintegrasikan mereka dengan 330ocial mereka sendiri dan aplikasi tanpa perlu
untuk mengembangkan atau host alat GIS yang spesifik dan set data sendiri.

Desktop GIS adalah memiliki keterbatasan tertentu. Pengguna perlu memiliki software
tertentu diinstal lebih mesinnya, Data tidak dapat dibagi di luar organisasi dan melihatnya
sebagai platform 330ocial330. Kesulitan-kesulitan ini telah digantikan oleh GIS Web. Data
dapat dibagi di seluruh dunia tanpa memiliki perangkat lunak tertentu. Pemerintah
organisasi seperti Rekor Tanah atau Dewan Kota dapat mempublikasikan data mereka
untuk penggunaan orang biasa. GIS web memainkan peran kunci dalam membuat teknologi
GIS terjangkau dan berguna bagi ribuan pengguna itu dalam arti sebenarnya.

Proses pembuatan database jaringan jalan yang berbasiskan Web GIS dapat dilihat pada
Gambar 7.7 Terlihat pada Gambar 7.7 Web GIS yang nanti nya dikembangkan dapat
diintegrasikan dengan Dashboard Infrastruktur Kementrian PUPR pada link
https://sigi.pu.go.id/

https://sigi.pu.go.id/

Gambar 7. 7 Web GIS yng terintegrasi dengan Dashboard Insfrastruktur PUPR


Mobilitas masyarakat meningkat, maka kebutuhan komunikasi dan informasi tidak lagi
tergantung pada tempat dan waktu (ubiquitous). Penggunaan data geospasial tidak hanya
pada platform desktop dan web; tapi juga pada mobile devices. Muncul teknologi Wireless
GIS atau lebih 330ocial330 disebut Mobile GIS. Mobile GIS merupakan sebuah integrasi

[330]
cara kerja perangkat lunak/keras untuk akses data dan layanan geospasial melalui
perangkat bergerak lewat jaringan kabel atau nirkabel. Model ArSheetktur Mobile GIS ini
dapat dilihat pada Gambar 7.8

Gambar 7. 8 Model ArSheetktur Mobile GIS


Pada dasarnya, arSheetktur Mobile GIS disesuaikan dengan aplikasi servernya, yaitu
aplikasi Web GIS; sehingga dikenal 2 arSheetktur M-GIS yaitu terpusat dan terdistribusi.
Untuk arSheetktur terpusat (client-server), komponen klien berupa perangkat pengguna
akhir yang dapat menampilkan peta atau hasil analisis GIS. Sedangkan sisi server
menyediakan data geospasial dan melakukan operasi GIS sesuai permintaan klien. Untuk
arSheetktur terdistribusi (thin client), umumnya berupa mobile GIS berbasis WAP. Sistem
ini bersifat terbuka, dapat diperluas, stabil, dan lintas platform.
Komponen Mobile GIS dapat dilihat pada Gambar 7.5 yang terdiri dari :
a. Positioning System
b. Mobile GIS Receiver
c. Software
d. Data synchronization and Wireless communication

[331]
e. Geospatial data
f. GIS content server

Gambar 7. 9 Komponen Mobile GIS


Web Map Service (WMS) adalah software yang melayani pemanfaatan peta yang sudah
mengikuti standar ISO 19128:2005 tentang antarmuka server peta berbasis web
Konsepnya adalah, jika Anda memiliki data spasial dan menginginkan data tsb dapat
diakses melalui internet, tapi yang diakses bukan data aslinya. Dengan WMS, data tsb
disiapkan untuk selanjutnya dijadikan layanan web menggunakan perangkat lunak
pendukung. Contoh software WMS :
 Gratis : PHPMyWMS, MapServer, GeoServer, Degree
 Berbayar : ArcGIS server, ArcIMS, GeoMedia, GeoWebPublisher

Aerial Mapping
Dengan adanya 332 ocial 332 waktu maka konsultan akan melaksanakan penggunaan
Foto Udara/Drone. Gagasan ini dilakukan pada saat pelaksanaan observasi/orientasi
lapangan yang tidak hanya menggunakan pemantauan secara terrestrial atau
pengamatan lapangan, namun juga menggunakan drone untuk memperoleh efisiensi
waktu dan cakupan wilayah dampak yang lebih luas. Dengan cakupan wilayah yang

[332]
sangat luas maka penggunaan teknologi pesawat nirawak dalam pemotretan udara
sangat membantu.
Selain efisiensi waktu penggunaan drone sangat cocok untuk membuat peta yang
berkualitas paling baik, paling efisien dan efektifitas kecepatan jelajah. Selain digunakan
untuk foto dan video, drone juga bisa digunakan untuk melakukan pemetaan. Menurut
banyak ahli, pemetaan menggunakan drone sangatlah efektif. Karena selain bisa
menekan biaya, juga mempersingkat waktu. Dengan menggunakan drone, pekerjaan
survei foto video udara dengan tujuan pemetaan dan foto udara dapat dilakukan secara
lebih mudah, murah, serta cepat. Drone yang dapat terbang rendah akan menghasilkan
resolusi peta citra yang tinggi sesuai penggunaan kualitas camera yang digunakan, untuk
camera drone Dji Phantom Series misalnya bahkan bisa menghasilkan foto hingga 3 cm/
pixel, serta bentuknya yang ringkas membuatnya mudah diterbangkan di mana saja.

Gambar 7. 10. Dokumentasi DJI PHANTOM 3 PROFESIONAL Tahun 2015

Berikut kelebihan penggunaan drone untuk pemetaan antara lain :


1. Kualitas Hasil
Pada citra satelit mempunyai resolusi yang sangat tinggi, mampu mencapai hasil
resampling hingga 40cm, sedangkan pada kamera drone bisa mencapai 4cm/pixelnya.
Namun pada drone dibutuhkan GPC untuk menghasilkan data yang lebih akurat. Karena
drone memiliki tingkatan eror yang lebih tinggi.

2. Waktu dan Proses lebih cepat


Penggunaan drone jenis Fixed wing dapat digunakan untuk pemetaan wilayah seluas
4.000 ha dalam waktu 1 hari. Tetapi jika kita melakukan tracking GPS mengelilingi

[333]
wilayah seluas 1.000 hektar membutuhkan waktu yang cukup lama serta membutuhkan
tenaga ekstra.

Gambar 7.11 Foto Drone pada Kawasan KIPP IKN


Penggunaan drone seperti gambar diatas akan memperlihatkan gambaran lokasi pada
wilayah pesisir. Spesifikasi drone yang digunakan dapat dilihat pada bagian Fasilitas
Penunjang.

[334]
Berikut adalah tahapan dalam menghasilkan gambar penampakan foto udara seperti
gambar diatas:
Agisoft Metashape adalah sebuah software yang berguna untuk mengolah foto udara
yang direkam menggunakan drone. Dari data drone tersebut, dapat dihasilkan orthofoto,
titik tinggi (elevation point clouds) dan DEM resolusi tinggi serta dapat ditampilkan secara
3D.
1. Add Photos

Workflow >> Add Photos…


Pilih photo yang akan diolah. Import sepenuhnya ke Agisoft metashape
Setelah foto terinput ke Photoscan lakukan proses seleksi foto dengan pendekatan posisi
dan ketinggian pengambilan gambar

[335]
Seleksi data yang akan diolah dengan menghapus overshoot, gambar blur, dan foto yang
relatif tidak flat/Tegak lurus.

2. Align Photos
Align photo dilakukan untuk mengidentifikasi titik – titik yang ada di masing – masing foto
dan melakukan proses matching titik yang sama di dua atau lebih foto. Proses align
photos akan menghasilkan model 3D awal, posisi kamera dan foto disetiap perekaman,
dan sparse point clouds yang akan digunakan di tahap berikutnya.

Workflow >> Align Photos


• Low: Triangulasi udara dengan tingkat akurasi
rendah, waktu pengolahan cepat

[336]
• Medium : Triangulasi udara dengan tingkat akurasi menengah, waktu pengolahan lebih
lama dibandingkan ―Low‖
• High: Triangulasi udara dengan tingkat akurasi tinggi, waktu pengolahan lebih lama
dibandingkan dengan ―Low‖ dan ―Medium‖.
3. Build Dense Cloud
Dense Clouds adalah kumpulan titik tinggi dalam jumlah ribuan hingga jutaan titik yang
dihasilkan dari pemrosesan fotogrametri foto udara. Dense clouds nantinya dapat diolah
secara lebih lanjut untuk menghasilkan Digital Surface Model, Digital Terrain Model,
bahan masukan dalam proses pembuatan orthofoto dan kepentingan pemetaan lainnya.

Workflow >> Build Dense Cloud…


- Disable : Tidak menggunakan Filter
- Mild : filter untuk permukaan yang
relatif sederhana
- Moderate : Untuk penggunaan yang
netral
- Aggressive : Untuk permukaan
dengan variasi titik tinggi yang banyak

4. Build Mesh
Build Mesh bertujuan untuk membuat model 3D dari point cloud yang didapat dari proses
Align Photos. Build mesh merupakan tahap sebelum pembuatan Orthophoto (Build
Texture), Build texture tidak akan bisa diakses sebelum Build Mesh dilakukan.

[337]
Workflow >> Build Mesh…
• Height Field : Untuk pengolahan surface
berupa bidang datar (2D)
• Source Data : Point cloud yang dihasilkan
dari proses ―Align Photos‖ Point cloud yang
dihasilkan dari proses ―Dense Cloud‖,
memiliki titik yang lebih banyak dan lebih
rapat.
• Interpolation: Interpolasi untuk
menghilangkan lubang yang terbentuk saat
pembentukan surface.

5. Build Texture
Build texture adalah menggabungkan DSM yang terbentuk dengan mosaic foto udara
menjadi Orthophoto yang memiliki skala yang seragam.

[338]
Workflow >> Build Texture…
Mapping Mode :
• Orthophoto : Mode pemetaan dimana seluruh tekstur permukaan objek diproyeksikan
secara ortographik
Blending Mode :
• Mosaic (Default) : Menggabungkan foto yang memiliki pertampalan.
6. Build DEM
Build DEM digunakan untuk membangun Digital Elevation Model.
Workflow >> Build DEM…
Aplikasi Agiosft Metashape secara otomatis mendeteksi System Koordinat

[339]
7. Build Orthomosaic
Workflow >> Build Orthomosaic…

[340]
8. ExportOrthophoto

[341]
9. Export data ke Tiff dan bisa di buka di Arcgis ataupun Global Mapper

[342]
Survey Sosial Dengan Menggunakan Google Form
Penggunaan Google Form untuk survey sosial dilaksanakan dengan tujuan untuk
mempersingkat waktu pekerjaan, lebih cepat didapatkan hasil dan hasil lebih real time .

Gambar 7.20 Contoh Penggunaan Google Form.

7.10. Kordinasi Riil Time


Kordinasi dua arah bisa dilakukan riil time melalui :
 Membuat Whatsapp Group (WAG), agar informasi dua arah bisa lebih terupdate.

[343]
Gambar 7.21 WhatsApp Group

 Menggunakan Aplikasi Zoom atau sejenisnya dalam melakasanakan koordinasi sejak


terjadinya pandemi Covid-19 penggunaan aplikasi video conference, seperti Zoom
sebagai media untuk berkoordinasi dari jarak jauh menjadi lebih sering digunakan
selain mudah juga efektif secara waktu. Aplikasi ini dapat menjadi sarana tatap
muka untuk berbagai keperluan, seperti meeting antar rekan kerja, bahkan
sekarang banyak bisnis maupun dalam penyelenggaraan pemerintahan lebih
mengoptimalkan media video conference ini untuk melakukan koordinasi dengan
para pejabat pemerintah lainnya. Sejauh ini aplikasi Zoom ini bisa dinilai aman
untuk digunakan sebagai sarana melakukan meeting karena sudah menerapkan
perlindungan keamanan di dalam produk-produknya sebab ada mekanisme proteksi
yang sulit ditembus. Kalau hanya untuk meeting koordinasi yang nantinya juga akan
terbuka untuk umum, Zoom cukup efisien dan memiliki enkripsi yang baik dan sulit
di-decrypt, sekalipun bisa disadap.

Gambar 7. 224 Video Conference/ Zoom Application

[344]

Anda mungkin juga menyukai