BAB IV
DALAM KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)
Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung
Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH)
Kerangka Acuan Kerja adalah spesifikasi pekerjaan yang harus dipahami dan dimengerti
oleh setiap penyedia jasa yang akan melaksanakan suatu pekerjaan, karena itu sebagai
langkah awal untuk memahami spesifikasi pekerjaan yang akan digunakan sebagai dasar
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, penyedia jasa berusaha mengkaji isi dari
Kerangka Acuan Kerja tersebut. Usaha kami, dalam memahami Kerangka Acuan Kerja
(KAK), yaitu melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah:
1) Membaca KAK, dan berusaha untuk mengerti keseluruhan subtansinya.
2) Melakukan studi literatur tentang jenis kegiatan dan penyedia jasa lainnya yang
termasuk dalam lingkup penanganan kegiatan.
3) Mengikuti Aanwijzing dan mempelajari Berita Acara hasil Aanwijzing.
Dalam menjalankan pekerjaan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Konsultan selalu mengacu Kerangka
Acuan Kerja (KAK) termasuk perubahan-perubahan yang dimuat dalam Berita Acara
[1]
Penjelasan Pelelangan (Aanwjzing) agar dapat mencapai hasil optimum pada
pelaksanaannya, Konsultan mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memahami isi dalam KAK;
b. Mengetahui secara rinci lingkup, tanggung jawab, kewenangan dalam
pekerjaan dan pendekatan sistem didalam melaksanakan pekerjaan;
c. Memberikan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja, serta usulan teknis
untuk menunjang kebutuhan di dalam pelaksanaan teknis.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) nantinya akan digunakan sebagai salah satu dasar
ikatan perjanjian antar Pengguna Jasa dan calon Penyedia Jasa pemenang seleksi. KAK
akan menjadi bagian dalam dokomen kontrak yang mengikat dan tidak terpisahkan. Untuk
itu, KAK akan dikaji secara mendalam terkait isi dan subtansi yang dikandung
didalamnya. Berdasarkan pemahaman Konsultan terhadap KAK, dalam dokumen teknis
ini akan disampaikan tanggapan dan saran dalam rangka meningkatkan kinerja untuk
menghasilkan hasil pekerjaan yang optimal, adapun pokok-pokok penjelasan dalam KAK
yang menjadi fokus perhatian Konsultan adalah sebagai berikut :
[2]
suatu proyek merupakan proses berkesinambungan yang berlangsung sejak persiapan,
perencanaan, pelaksanaan fisik hingga proyek tersebut dinyatakan selesai, dan
melibatkan berbagai unsur (konsultan, kontraktor) dengan faktor dan kondisi yang saling
memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain. Bahwa kegiatan konsultan
manajeman konstruksi secara garis besar dapat dipahami sebagai berikut :
1) memelihara, menghancurkan bangunan yang sebagian dan/atau seluruhnya
menyatu dengan tanah atau tempat kedudukannya menyatu dengan tanah.
2) Bangunan Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan Dinas yang
menjadi barang milik negara atau daerah dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari Dana APBN, APBD, dan/atau perolehan lainnya
yang sah.
3) Pembangunan Bangunan Gedung Negara adalah kegiatan mendirikan Bangunan
Gedung Negara yang diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi, dan pengawasannya, baik merupakan pembangunan
baru, perawatan bangunan gedung, maupun perluasan bangunan gedung yang
sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung.
4) Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan dan manajemen
penyelenggaraaan konstruksi suatu bangunan.
5) Pengawasan teknis yang dilakukan oleh penyedia jasa manajemen
konstruksi sebagaimana dimaksud pada Pembangunan Bangunan Gedung
Negara dengan kriteria:
a) Bangunan bertingkat diatas 4 (empat) lantai; dan/ atau
b) Bangunan dengan luas total diatas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi);
dan/ atau
c) Bangunan khusus; dan/ atau Yang melibatkan lebih dari satu penyedia
jasa perencanaan maupun pelaksana konstruksi; dan/atau
d) Yang dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran (multiyear project).
6) Kegiatan Pengawasan Teknis meliputi:
a) Pengendalian Waktu;
b) Pengendalian biaya;
c) Pengendalian pencapaian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas)
d) Pengendalian dan pengawasan terhadap penerapan Sistem
Manajemen keselamatan konstruksi (SMKK); dan
e) Tertib administrasi Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
7) Pengawasan teknis yang dilakukan oleh penyedia jasa manajemen konstruksi
meliputi:
a) Pengawasan persiapan konstruksi;
b) Pengawasan tahap pelaksanaan konstruksi sampai dengan serah
terima pertama (Provisional Hand Over) pekerjaan konstruksi; dan
[3]
c) Pengawasan tahap pemeliharaan pekerjaan konstruksi sampai dengan
serah terima akhir (Final Hand Over) pekerjaan konstruksi.
[4]
- Asas keseimbangan dipergunakan sebagai landasan agar keberadaan
bangunan gedung berkelanjutan tidak mengganggu keseimbangan
ekosistem dan lingkungan di sekitar bangunan gedung.
- Asas keserasian dipergunakan sebagai landasan agar penyelenggaraan
bangunan gedung dapat mewujudkan keserasian dan keselarasan
bangunan gedung dengan lingkungan di sekitarnya.
4) Menggaris bawahi regulasi pemerintah tentang proses penyelenggaraan
bangunan gedung negara harus dilaksanakan secara tertib, efektif, efisien, hemat,
tidak berlebihan, dan ramah lingkungan maka pelaksanaan pekerjaan Jasa
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) harus tepat mutu, waktu dan biaya maka memerlukan
Konsultan Manajeman Konstruksi dengan tujuan pembangunan dapat berjalan
dengan baik, tidak ada penyimpangan, bangunan dapat menjamin keselamatan
pengguna dan lingkungannya, berfungsi maksimal dan aksesibel dan kegagalan
konstruksi maupun kegagalan bangunan dapat dihindari.
5) Terkait dengan latar belakang ini konsultan PT. Ciriajasa EC - POLA TEKNIK
KONSULTAN sebagai Konsultan Manajeman Konstruksi yang berpengalaman
dalam pembangunan berbagai proyek strategis nasional yakin dan mampu
mewujudkan tujuan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dengan tepat mutu, waktu dan biaya
sebagaimana yang disampaikan dalam usulan teknis yang tertuang dalam
Pendekatan & Metode Pelaksanaan, Apresiasi dan Inovasi, Program Kerja,
Tenaga Ahli & Penugasannya beserta pendukung berupa peralatan dan
kelengkapan kantor
6) Untuk mencapai sasaran sesuai dalam KAK maka diperlukan langkah:
a. Dalam Manageman Konstruksi dalam rangka pengelolaan dan pengendalian
pelaksanaan pembangunan perlu dibuat program kerja yang efektif,
sistematis, implementatif, pada setiap tahap perkembangan kegiatan
pembangunan, Pengorganisasian yang baik dan terencana pada setiap
sektor, sistem pelaksanaan, serta prosedur penyelesaian masalah yang
terjadi pada setiap bagian kegiatan .
b. Pengemasan data, analisis dan penyelesaian masalah, serta pelaporan yang
sistematis, akuntabilitas kinerja yang obyektif dan rasional sebagai
pertanggungjawaban peran serta konsultan Konsultan Manajeman Konstruksi
kepada pengguna jasa.
c. Penggunaan BIM serta program komputeris lainnya sangat disarankan
sebagai alat bantu dari kegiatan ini.
7) Menggunakan Building Information Modeling (BIM) dalam konstruksi. Peran
BIM di Tiap Fase Konstruksi secara garis, besar tahapan proyek konstruksi dapat
dibagi menjadi lima tahapan yaitu Perencanaan, Perancangan,
[5]
Pengadaan/Pelelangan, Pelaksanaan/ Konstruksi, dan Operasi dan Pemeliharaan.
Peranan BIM di masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan BIM dapat digunakan mulai dari kegiatan pembuatan
desain konsep dari proyek yang dikerjakan. Desain konseptual ini bukan
hanya berupa gambar sketsa melainkan sudah berbentuk model 3D dari
rencana bangunan yang akan dibangun. Pemodelan ini dibuat berdasarkan
data dari hasil studi kelayakan, survei lokasi, dengan menggunakan
photogrammetry yang dapat menghasilkan model 3D dari lokasi rencana
proyek, keadaan lingkungan, dan sebagainya.
b. Tahap Perancangan Model yang sudah dihasilkan pada perencanaan akan
dievaluasi lalu dibuat pendetailan dari model tersebut. Dari pemodelan detail
itu dilakukan perhitungan-perhitungan detail baik struktural maupun non-
struktural, sehingga akan didapatkan desain yang paling efektif dari hasil
perhitungan itu. Desain ini kemudian diterjemahkan menjadi model dan data-
data yang dibutuhkan untuk fase berikutnya seperti kuantitas material serta
estimasi biaya.
c. Tahap Pelaksanaan/Konstruksi Model dan data-data yang sudah dihasilkan
di fase sebelumnya akan dengan mudah dimanfaatkan sebagai dasar
pelaksanaan proyek di lapangan. Karena secara tidak langsung, kontraktor
sudah membuat proyek tersebut secara nyata dengan seluruh data yang
dibutuhkan, walaupun masih dalam bentuk digital. Pada fase konstruksi ini
sendiri, BIM berfungsi sebagai suatu alat untuk memastikan apa yang
dikerjakan di lapangan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Dari
model dan data di dalam BIM, kontraktor dapat membuat metode pengerjaan
yang efektif, menghasilkan shop drawing, serta menghindari adanya benturan
instalasi antar disiplin (clash) yang dapat mengakibatkan pengerjaan ulang.
Pekerja di lapangan juga dapat mempelajari desain dengan melihat BIM
Model, memonitor progres pekerjaan berdasarkan kondisi di lapangan dengan
rencana yang sudah diintegrasikan antara model dan jadwal proyek, dan
apabila proses konstruksi dilakukan dengan berdasarkan BIM, maka tidak ada
lagi yang kita sebut sebagai as-built drawing, karena akan beralih menjadi as-
built model.
d. Tahap Operasi dan Pemeliharaan Dengan menggunakan as-built model
yang sudah dibuat, informasi mengenai data operasional dan pemeliharaan
bisa ditambahkan ke dalamnya untuk keperluan pemilik proyek atau
manajemen gedung pengoperasian dan pemeliharaan bangunan tersebut.
[6]
Konsutan paham sepenuhnya bahwa maksud dan tujuan dari pengadaan Jasa Konsultan
Manajeman Konstruksi adalah sebagai berikut :
Maksud dari kegiatan jasa konsultansi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung
Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) adalah Maksud pekerjaan ini adalah
membantu pemilik pekerjaan dalam memantau, mengawasi, mengelola, mengendalikan,
serta mengambil keputusan terkait dengan pelaksanaan Pengawasan Manajemen
Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
Unggul Hebat (AMANAH).
Tujuan dari manajeman konstruksi pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) kepada Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Aceh
1) Terlaksananya pemantauan status pekerjaan, koordinasi, komunikasi, kemajuan,
permasalahan yang timbul (Review Design), pengumpulan data serta informasi, dan
lain-lain terkait dalam pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul Hebat
(AMANAH); dan
2) Terlaksananya suatu mekanisme pengelolaan (manajemen), pengendalian, dan
pemantauan (Manajemen Konstruksi) terhadap pelaksanaan pekerjaan
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul
Hebat (AMANAH).
[7]
administrasi.
3. Konsultan Manajeman Konstruksi harus melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai sesuai dengan KAK
ini.
4. Konsultan Manajeman Konstruksi untuk mengurangi resiko dalam
pembengkakan biaya pembangunan yang disebabkan hal-hal yang tidak
diprediksi sebelumnya.
5. Efesiensi dan efektifitas tenaga kerja, biaya, material, dan peralatan dengan
penyelesaian tepat waktu dan mutu yang terjamin dengan tetap menerapkan
Sistem Menejemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SPENGAWAS3).
6. Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Manajeman Konstruksi harus
memperhatikan asas- asas pengawasan sebagai berikut:
- Fact Finding, bahwa pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang
pelaksanaan tugas dari Penyedia Jasa menjalankan tugasnya;
- Preventif, dalam arti bahwa pengawasan dilaksanakan untuk
mencegah timbulnya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan
rencana;
- Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang, dalam arti bahwa
pengawasan hanya ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan;
- Pengawasan hanya merupakan alat untuk meningkatkan efisiensi;
- Pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan;
- Pengawasan harus lebih bersifat membimbing;
- Pengawasan harus memperhatikan praktik konstruksi hijau
4.3. SASARAN
[8]
Manajemen material dan manajemen tenaga kerja yang akan lebih ditekankan. Hal itu
dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya 20% dan sisanya manajemen
pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek. Sehingga
sesuai dengan salah satu diantara penugasan Konsultan Manajeman Konstruksi yang
tercantum di dalam Lampiran III - Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah No. 12 tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Melalui Penyedia, yaitu: Melaksanakan penjaminan mutu (quality assurance)
pelaksanaan pekerjaan, mulai dari tahapan persiapan pengadaan, persiapan dan
pelaksanaan pemilihan, pelaksanaan konstruksi, sampai dengan serah terima akhir
pekerjaan. Hal yang perlu perhatikan antara lain :
- Sisi teknis pelaksanaan: sesuai dengan regulasi, pedoman teknis, dan SNI yang
berlaku.
- Waktu pelaksanaan: progres seluruh paket pekerjaan 100% setelah 6 (enam)
bulan
- Biaya Pelaksanaan: Sesuai dengan RAB yang telah diusulkan oleh Kontraktor
Fisik. Apabila terdapat addendum penambahan biaya yang tidak bisa
dilaksanakan karena sifatnya Fix Price
[9]
h. Dokumen perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang siap diajukan untuk
mendapatkan penilaian Bangunan Gedung Hijau; dan
i. Pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sesuai di dalam Dokumen
Kualifikasi
[10]
kantor dan perlengkapannya, biaya cetak laporan dan PPN, apabila ditunjuk
sebagai pemenang dalam paket ini akan melakukan kegiatan sesuai dengan KAK
[11]
Untuk melaksanakan tugas, Konsultan Manajeman Konstruksi tidak terbatas pada
data dari pemberi kerja sehingga harus :
˗ Mencari sendiri informasi yang dibutuhkan selain informasi dalam KAK
maupaun informasi dari Pengguna Jasa;
˗ Memeriksa kebenaran informasi yang digunakan dalam melaksanakan
tugasnya, baik yang berasal dari KAK, maupun informasi lainnya;
˗ Informasi Pengawas yang dibutuhkan meliputi; Dokumen pelaksanaan yang
terdiri dari gambar rencana dan gambar pelaksanaan, RKS, Berita Acara
Aanwijzing sampai tahap penetapan pemenang, dokumen kontrak konstruksi;
Jadwal pelaksanaan (bar Chart, S Curve dan net work planning pekerjaan
yang dibuat oleh Kontraktor); KAK; peraturan, standar dan pedoman (teknis
dan non teknis) yang berlaku untuk pekerjaan pengawasan, termasuk
petunjuk teknis pengawasan mutu pekerjaan, dan informasi lainnya.
˗ Data data dilapangan juga bisa di peroleh sebagai iterasi antara lain :
1) Peraturan RTRW Kabupaten Malang
2) Data Peta ecologi Teknis Lokasi Pekerjaan
3) Referensi Data Penyelidikan Tanah/Geoteknik Untuk Lokasi Terdekat
Dengan Pekerjaan;
4) Gambar Dasar, Gambar Skematik, Gambar Potongan, dan Gambar
Tipikal.
5) Tala Guna Lahan
6) Sosiologi dan Sosio-ekonomi
7) Referensi Hukum.
8) Sumber Material Konslruksi.
9) Masterplan Kawasan
[12]
d) Melakukan uji terhadap keabsahan data, oross check, validitas dan reabililas data
yang dikumpulkan.
e) Dokumen yang dihasilkan scsuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI),
meliputi:
4) SNI-07-2529- 1j991 tentang Metode Pcn ujian Kua Tarik Baja Beton;
5) SNI-03-2641-1991 tentang Spesifikasi Agresat Ringan Untuk Beton Struktur;
6) SNI-1-2049-1994 tentang Semen Portland; SNI-04-0227- 1994 tentang
Tegangan Standar;
7) SNI-04-0255-2000 tentang Persjaratan Umum Instalasi Listrik;
8) SNI-03 0255-2000 atuu edisi terakhir tentang Sistem Plambing;
9) SNI-03 1745-2000 tentang Pipa Tegak dan Slang;
10) SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan S3StCiäl Pcncahayaan
Pada Bangunan;
11) SN1-03-6574-2001 tentang Tata Cora Perancangan Pencahayaan Darurat,
Tanda Arah dan Sistem Pcringatan Dahaya pada Bangunan;
12) SNI 03 6572 2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung;
13) SNI-03-6571-2001 tentang Pcngcndalian Asap pada Ba ngunan Gcdung
14) SNI-19-2454-2002 tentang Tata cai a teknik operasional pengclolaan teknik
sampah perkotaan (revisi 2017 sedang proses di l3SN);
15) SNI 03-701-2004 tentang Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan;
16) SNI-03 701-2004 tentang Sistem Manajemcn Asap di dalam MAL, Atrium
dan Ruangan Bervolume Desar;
17) SNI-03-70 18-2004 tentang Sistem Pasokan Daya Darural;
18) SN1-03-3955-2004 tentang Deteksi dan Alarm Kebakaran;
19) SNI- U 0302 2004 tentang Semen Porland Pozzolan;
20) SNI-15-03-2049-J004 tentang Semen Portland;
21) SNI-2987: 2005 tentang tata cara pcrhitungan harga satuan pekerjaan
dinding
22) SNI-ISO 12543-1:2011 Kaca untuk bangunan
23) SNI-O4 0255 2011 tentang Persyaratan Umum Instalasi listrik;
24) SNI-03-6197 2011 tentang Konversi Energi Sistim Pencahayaan
25) SNI-03-6390-2011 tentang Konservasi Knergi Sistem Tata Udara;
26) SNI Spesifikasi Cat dan Bahan Pclapis Kaca, Karct, Plastik, Hahan Bitumen.
[13]
3) SNI lain yang diperlukan terkait dengan kekhasan lingkup pekerjaan;
4) Dalam hal SNI belum tersedia dapat menggunakan standar Internasional.
[14]
15) Surat Edaran Menteri PUPR No. 18/SE/M/2021, tentang Pedoman Operasional
Tertib Penyelenggaraan Persiapan Pemilihan untuk Pengadaan Jasa Konstruksi di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
16) Pedoman Standar Minimal Tahun 2023 Inkindo Remunerasi/Biaya Personil (Billing
Rate) dan Biaya Langsung (Direct Cost) untuk Badan Usaha Jasa Konstruksi..
Dalam menggunkan referensi hukum untuk dicermati satu dengan satunya yang saling
terkait sehingga harus dilihat/ dicermati / di telaah terhadap regulasi lainnya antara lain :
a. Undang-Undang Republik Indonesia
1) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
2) Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
3) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
4) Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
5) Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6) Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
[15]
3) Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2022 tentang Perincian Rencana
Induk Ibu Kota Nusantara;
4) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
5) Peraturan Presiden Nomor 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Gedung
Negara;
6) Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai
Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan
Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam
Pembangunan Nasional; dan
7) Inpres Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air.
d. Peraturan Menteri
1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.02/2022
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2023
2) Peraturan Menteri PUPR Nomor 8 Tahun 2022 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemenuhan Sertifikat Standar Jasa Konstruksi Dalam
Rangka Mendukung Kemudahan Perizinan Berusaha Bagi Pelaku Usaha
Jasa Konstruksi;
3) Peraturan Menteri PUPR Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.06/2022 Tentang Standar
Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara;
5) Permen ATR Nomor 14 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Basis
Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota, Serta Peta Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota;
6) Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja
Bangunan Gedung Hijau;
7) Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi;
8) Peraturan Menteri PUPR Nomor 25 Tahun 2020 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun
melalui Penyedia.
9) Peraturan Menteri PUPR No 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
10) Peraturan Menteri PUPR Nomor 2 Tahun 2020 tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung;
[16]
11) Peraturan Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara;
12) Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2018
tentang Perumahan Dinas/Asrama/Mes Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
13) Peraturan Menteri PUPR Nomor 14 Tahun 2017 tentang Persyaratan
Kemudahan Bangunan Gedung;
14) Peraturan Menteri PU Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Air
Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya;
15) Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pedoman Penanaman
Pohon dan Sistem Jaringan Jalan;
16) Peraturan Menteri PU Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis
Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;
17) Peraturan Menteri PU Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;
18) Peraturan Menteri PU Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran;
19) Peraturan Menteri PU Nomor 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan;
20) Peraturan Menteri PU Nomor 5/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan;
21) Peraturan Menteri PUPR Nomor 27 Tahun 2018 tentang Pedoman
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung; dan
22) Peraturan Menteri PU Nomor 29 Tahun 2006 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung.
f. Keputusan Menteri
Kepmen PUPR Nomor 524/KPTS/M/2022 tentang Besaran Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan
Jasa Konsultansi Konstruksi; dan
g. Surat Edaran
[17]
1) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
16/SE/M/2022 Tahun 2022 tentang Susunan Tenaga Ahli Penyedia Jasa
Konsultansi Pengawasan Konstruksi Di Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan RakyaT;
2) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/SE/M/2022 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Kinerja
Bangunan Gedung Hijau;
3) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
11/SE/M/2019 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Biaya
Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
4) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/SE/M/2019 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan
Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat;
5) Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya Nomor 04/SE/DC/2022
tentang Pedoman Evaluasi Dokumen Perencanaan Teknis Paket
Pekerjaan Konstruksi di Lingkungan Direktorat Cipta Karya;
6) Surat Edaran Direktorat Jenderal Perumahan Nomor 12/SE/Dr/2022 Tahun
2022 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan dan Pengelolaan Rumah
Susun;
7) Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Nomor 33/KPTS/2022
tentang Penetapan Jabatan Kerja dan Konversi Jabatan Kerja Eksisting
Serta Jenjang Kualifikasi Bidang Jasa Konstruksi; dan
8) Surat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Nomor BK 0301-DK/539 tanggal
9 Juni 2022 hal Penyampaian Model Dokumen Pemilihan (MDP)
Pengadaan Jasa Konstruksi Dalam Rangka Persiapan Pengadaan Jasa
Konstruksi Bidang Infrastruktur Khusus Ibu Kota Negara (IKN).
i. Pekerjaan Arsitektur
1) SNI Spesifikasi Cat dan Bahan Pelapis Kaca, Karet, Plastik, Bahan
Bitumen;
2) SNI 6390:2020 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara
3) SNI 2987:2015 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Dinding;
4) SNI ISO 12543:2011 Kaca untuk Bangunan;
5) SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan.
j. Pekerjaan Beton
1) SNI 03-2491-2022, tentang Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton;
2) SNI 2049-13:2021 tentang Semen Portland;
[18]
3) SNI 8977:2021 tentang Tanggung Jawab Perencanaan untuk Proyek
Beton Pracetak Arsitektural;
4) SNI 8978:2021 tentang Panduan Desain untuk Komponen Penyambung
Sistem Pracetak;
5) SNI 8976:2021 tentang Standar, Panduan beton pracetak seluler untuk
komponen lantai, atap dan dinding;
6) SNI 2847-2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung;
7) SNI 2847-2019 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung;
8) SNI 2496:2018 Spesifikasi Bahan Tambahan Pembentuk Gelembung
untuk Beton;
9) SNI 8367:2017 tentang Spesifikasi Perancangan Rangka Pemikul Momen
Khusus Beton Pracetak Prategang Pasca tarik Tanpa Lekatan;
10) SNI 7832-2017 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak
untuk Konstruksi Bangunan Gedung;
11) SNI 2052:2017 tentang Baja Tulangan Beton;
12) SNI 6880-2016 tentang Spesifikasi Beton Struktural;
13) SNI 0302:2014 tentang Semen Portland Pozolan;
14) SNI 2461:2014 Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur;
15) SNI 7832-2012 tentang Aplikasi Tata Cara Perhitungan Harga Satuan
Pekerjaan Beton Pracetak untuk Bangunan Gedung;
16) SNI 7833-2012 tentang Tata Cara Perancangan Struktur Beton Pracetak
dan Prategang untuk Bangunan Gedung; dan
17) SNI 7834-2012 tentang Metode Uji dan Kriteria Penerimaan Sistem
Struktur Rangka Pemikul Momen Beton Bertulang Pracetak untuk
Bangunan Gedung.
k. Pekerjaan Struktur
1) SNI 7860:2020 tentang Ketentuan Seismik Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural;
2) SNI 1729:2020 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural;
3) SNI 1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non gedung;
4) SNI 8460:2017 tentang Persyaratan Perancangan Geoteknik; dan
5) SNI 7973-2013 tentang Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu.
[19]
4) SNI 04-0227-2003 tentang Tegangan Standar;
5) SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
pada Bangunan; dan
6) SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat,
Tanda Arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.
4.9. LOKASI
[20]
Jenis bangunan, konstruksi maupun jaringan yang akan dikerjakan, dan
Peruntukan dan kegunaan dari bangunan, konstruksi maupun jaringan.
Informasi mengenai keinginan tentang ruang tertentu, baik yang
berhubungan dengan pemakai atau perlengkapan yang akan digunakan
dalam ruang tersebut.
Informasi mengenai kemungkinan perubahan fungsi ruang/ bangunan.
[21]
4.10.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Cukup Jelas
- PPK Untuk membuat tim teknis, panitia peneliti kontrak, tim PHO,
- Dalam pelaksanaan kegiatan senantiasa berkordinasi dengan Inpektorat,
meminta pendampingan Kejati Provinsi Aceh dan dinas terkait
- Diperlukan tim untuk pengurusan Ijin Lingkungan (AMDAL), PBG, SLF
- Untuk dibuat struktur organisasi proyek, organisasi konsultan agar peran tugas
dan tanggung jawab masing masing pelaku menjadi jelas dan terukur.
- Untuk berkordinasi dengan Pengelola Kawasan Industri Ladong
a. Uraian Kegiatan
Lingkup pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul Hebat (AMANAH) melakukan
pengendalian/pengawasan pada masa persiapan, pelaksanaan, hingga pasca
pelaksanaan konstruksi (masa pemeliharaan).
b. Lingkup Kewenangan
1) Mengendalikan pelaksanaan pembangunan fisik yang dikerjakan oleh pihak
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
2) Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam melakukan pengendalian
pengawasan teknis terhadap kegiatan pekerjaan konstruksi di lapangan;
3) Mengendalikan semua kegiatan dan meminimalkan kendala-kendala teknis yang
sering dihadapi oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi di lapangan dalam
menerapkan desain yang memenuhi persyaratan spesifikasinya;
4) Pengendalian pelaksanaan pekerjaan dilapangan untuk mendapatkan hasil
pekerjaan konstruksi yang memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
spesifikasi teknis dan dilaksanakan secara tepat mutu, biaya dan waktu;
5) Menjaga akselerasi kelancaran pelaksanaan, baik dalam hal mutu pekerjaan,
ketertiban pekerjaan, menghindari penyimpangan pelaksanaan pekerjaan, maupun
penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul; dan
6) Pengaturan penggunaan bahan, baik mengenai asal bahan, penilaian/penelitian
[22]
kualitas bahan, tempat penyimpanan, dan larangan/penggunaan bahan yang tidak
memenuhi persyaratan
c. Batasan Kegiatan
1) Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik yang disusun oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi yang meliputi program-program pencapaian
sasaran konstruksi, penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan
perlengkapan bahan bangunan, informasi, dana, Program Quality
Assurance/Quality Control dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
2) Surat Perintah Perubahan Pekerjaan, dan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
Tambah/Kurang, jika ada tambah/kurang pekerjaaan;
3) Memeriksa dengan teliti/seksama setiap gambar-gambar kerja dan analisa/
perhitunganperhitungan konstruksinya dan kuantitasnya, yang dibuat oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi sebelum pelaksanaan;
4) Melakukan pemeriksaan di lapangan setiap pelaksanaan akan dimulai disertai
dengan Surat/Form Perintah Kerja (dilampirkan pada Laporan Mingguan);
5) Melakukan fungsi pengelolaan (manajemen) proyek, pengendalian terhadap
pelaksanaan pekerjaan;
6) Melakukan pemantauan persiapan pelaksanaan pekerjaan, melakukan analisis
kondisi pekerjaan, analisis potensi risiko atau kemungkinan yang akan timbul,
memberikan masukan dan nasihat kepada berbagai pihak yang terkait dalam hal
bidang teknis dan nonteknis;
7) Membuat laporan secara rutin (mingguan dan bulanan) sesuai dengan bobot di
lapangan dengan melampirkan dokumentasi visual (foto) pelaksanaan kemajuan
0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dengan titik pengambilan gambar yang sama di
setiap kemajuan pekerjaan. Pengambilan foto progres fisik dilakukan setiap hari
menggunakan kamera digital atau kamera dengan resolusi HD, foto progres yang
diambil adalah gambar keliling per item pekerjaan;
8) Laporan Progres Fisik Mingguan direkap dalam bentuk softfile dan diserahkan per
minggu sejak hari pertama SPMK dikeluarkan, Laporan Progres Fisik Mingguan
direkap selama 4 (empat) minggu progress dalam bentuk print-out dan diserahkan
per bulan.
9) Memonitor secara seksama kemajuan dari semua pekerjaan dan melaporkannya
segera/tepat waktu bila kemajuan pekerjaan terlambat sebagaimana tercantum
pada buku Spesifikasi Teknis dan hal itu benar benar berpengaruh terhadap jadwal
penyelesaian yang direncanakan. Dalam hal demikian, maka Team Leader dan
Tenaga Ahli juga membuat rekomendasi secara tertulis untuk mengejar
keterlambatan;
10) Menjamin bahwa sebelum Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi diijinkan untuk
melaksanakan pekerjaan berikutnya, maka pekerjaan-pekerjaan sebelumnya yang
akan tertutup atau menjadi tidak tampak harus sudah diperiksa/diuji dan sudah
[23]
memenuhi persyaratan dalam Dokumen Kontrak;
11) Mengawasi dan memeriksa pembuatan gambar sebenarnya terbangun/terpasang
(As-built Drawing) dan mengupayakan agar semua gambar tersebut dapat
diselesaikan sebelum Penyerahan Pertama;
12) Melaksanakan Rapat Rutin Bulanan bersama pelaksana dan direksi teknis
lapangan serta menyerahkan berita acara rapat yang dilengkapi Dokumentasi dan
diserahkan kepada pemilik pekerjaan setiap bulannya (Monitoring dan Evaluasi);
13) Tersedianya Penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan Konstruksi (SMKK) yang mengacu kepada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, dan Surat Edaran Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. 15/SE/M/2019 tentang Tata Cara Penjaminan
Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat; dan
14) Menyusun Laporan Akhir pekerjaan Konsultan Manajemen Konstruksi.
[24]
- Proses pengadaan / pembelian bahan dan peralatan
- Inspeksi dan pengetesan
- Tindaklanjut dari penyelesaian ―Non Conformance Product‖ (produk yang
tidak sesuai spesifikasi) dan perbaikan kesalahan.
- Penyimpanan data.
- Pada hakekatnya tenaga pelaksana dari jaminan kualitas ini akan
menyusun suatu program yang menyeluruh terhadap seluruh aspek
kualitas seperti tersebut diatas dan akan menjaga agar proses tersebut
dapat dilaksanakan dengan sesempurna mungkin.
Terkait Tugas, Tanggung Jawab Konsultan Manajeman Konstruksi Cukup Jelas
apa yang ada di KAK dan konsultan akan melaksanakan apa yang menjadi
kewajiban dalam KAK.
4.12. KELUARAN
[25]
Konsultan Paham sepenuhnya Keluaran yang dihasilkan dari Pendampingan Konstruksi
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) adalah:
a. Indikator Keluaran Koordinasi, pengendalian dan pengawasan terhadap
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) Unggul
Hebat (AMANAH), yang dilaksanakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi yang menyangkut kuantitas, kualitas, biaya
dan waktu serta kelengkapan dan kelancaran administrasi ketepatan pekerjaan
yang efisien, sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya yang
sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan, serta dapat diterima dengan baik oleh
Pengguna Jasa.
[26]
3) Terusulkannya rencana perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian pekerjaan di lapangan sehingga dapat terpecahkan persoalan-
persoalan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan pembangunan Rumah
Susun secara Terintegrasi Rancang Bangun;
4) Terselenggaranya rapat-rapat koordinasi teknis di lapangan secara berkala
(mingguan) dan insidentil sesuai kebutuhan;
5) Terperiksa dan tertandatangani Berita Acara Bobot pekerjaan yang diajukan
oleh penyedia jasa konstruksi sesuai prestasi pekerjaan yang telah dicapai di
lapangan;
6) Keluaran Kuantitatif
b) Tahap Persiapan
1) Program dan rencana kerja, Standar Prosedur Pengawasan Pelaksanaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun, Jadwal pelaksanaan pekerjaan,
alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan Manajemen Konstruksi (Intergrated
Site Supervision) yang tersampaikan kedalam Program Mutu;
2) Tahap Reviu Perencanaan DED
3) Laporan reviu perencanaan DED sesuai dokumen penawaran penyedia jasa
konstruksi terintegrasi rancang bangun;
4) Gambar For Construction, RAB For Construction; Jadwal pelaksanaan
pekerjaan, RMPK penyedia jasa terintegrasi rancang bangun, SMKK;
[27]
- Persetujuan material;
- Persetujuan peralatan;
- Persetujuan awal pekerjaan;
- Persetujuan hasil uji material
- Persetujuan kemajuan pekerjaan;
- Persetujuan perubahan pekerjaan;
- Persetujuan hasil testing & commissioning;
- Serah terima pertama (PHO);
- Konsep manual pemeliharaan dan perawatan perlengkapan dan
peralatan bangunan gedung;
- Konsep manual pengoperasian perlengkapan dan peralatan
bangunan gedung;
- Konsep manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung;
- Konsep manual pengoperasian bangunan gedung;dan
- Serah terima kedua (FHO);
10) Laporan terdiri dari :
- Laporan harian, mingguan dan bulanan;
- Jumlah tenaga kerja;
- Jumlah peralatan;
- Jumlah material;
- Kondisi cuaca;
- Pelaksanaan pekerjaan;
- Persetujuan, instruksi, dan/atau penghentian pekerjaan;
- Kendala dan tindak lanjut pekerjaan;
- Kondisi kahar (force majeur);
- Kurva S (pada laporan bulanan);dan
- Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.
- Laporan kehilangan waktu pekerjaan akibat cuaca dan kendala lain;
- Laporan kemajuan pekerjaan;
- Laporan perubahan pekerjaan;
- Laporan hasil uji material; dan
- Laporan testing & commissioning.
- Laporan cacat mutu tersembunyi dan laporan masa pemeliharaan
sesuai Surat Edaran DJP Nomor 12 Tahun 2022
11) Risalah rapat proyek
[28]
4.13. LAPORAN
b. Laporan Mingguan
Laporan ini berisi antara lain kemajuan pelaksanaan pekerjaan, Absensi harian
Konsultan Manajemen Konstruksi yang diisi saat berada di lapangan dan
diserahkan kepada Direksi Teknis setiap Minggu hari pertama. Berita Acara
Rapat Mingguan yang disetujui pihak Pelaksana, temuan permasalahan,
rencana kerja, Laporan Progres Fisik Mingguan sesuai klausul Batasan
Kegiatan dan lain-lain terkait aspek teknis dan Manajemen Konstruksi masing-
masing pelaksanaan pembangunan infrastruktur fisik untuk pekerjaan
Konsultan Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dalam hal pengawasan sarana dan prasarana.
Laporan diserahkan setiap 1 (satu) minggu sejak dimulainya pelaksanaan
pekerjaan fisik.
c. Laporan Bulanan
Laporan ini berisi antara lain kemajuan pelaksanaan pekerjaan, Berita Acara
Rapat Bulanan yang disetujui pihak Pelaksana, analisis permasalahan,
rencana kerja, rekap Laporan Progres Fisik Mingguan sesuai klausul Batasan
Kegiatan dan lain-lain terkait aspek teknis dan masing- masing pelaksanaan
pekerjaan pembangunan infrastruktur fisik. Laporan diserahkan setiap 1 (satu)
bulan dimulai sejak minggu pertama bulan kedua pelaksanaan pekerjaan.
d. Laporan Akhir
Laporan ini berisi kemajuan pelaksanaan pekerjaan terakhir, analisis dan
pembahasan seluruh rangkaian dan aspek pekerjaan Konsultan Manajemen
Konstruksi, serta laporan K3 selama berlangsungnya kegiatan.
[29]
pelaksanaan pekerjaan termasuk jadwal peralatan serta penugasan personel
inti dan personel pendukung, metode pelaksanaan kerja, pengendalian
pekerjaan terkait kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan metode kerja, dan
laporan pekerjaan. Laporan program mutu dipaparkan dan di serahkan pada
saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak.
g. Executive Summary
Berisi summary kegiatan konsultan MK disertai dokumentasi kegaiatan dari
0%, 25%, 50%, 75%, 100%
h. SSD 1 Tera
Perangkat penyimpan data yang beriisi semua Soft Copy Laporan dari awal
proyek sampai akhir
4.13.2. Tanggapan Terhadap Laporan
- Dalam KAK sudah disampaikan mengenai kewajiban laporan yang harus dibuat
namun belum secara detail
- Belum di buat jadwal pelaporan dan mekanisme alur pelaporannya
[30]
akan membuat jadwal rinci sebagaimana disampaikan dalam BAB V Usulan Teknis
Manajeman Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) .
4.14.2. Tanggapan dan Saran Jangka Waktu Pelaksanaan dan Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan
Dari KAK disampaikan pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan selama 6 bulan artinya
waktu tersebut untuk persiapan, pengawasan pelaksanaan konstruksi, pelaporan sampai
sengan serah terima tahap 1 (PHO) dan serah terima tahap ke-2 (FHO) beberapa hal
harus dilakukan antara lain :
1. Untuk dibuat program kerja rinci dan rencana kerja
2. Penyedia jasa menyusun program kerja berupa:
a. Jadwal program kerja secara terperinci yang meliputi:
1) Jadwal/Rencana Waktu Kerja
2) Jadwal/Rencana Penggunaan Tenaga Ahli
3) Struktur/Badan Organisasi
4) Uraian Tugas, Wewenang dan tanggung Jawab
5) Jadwal/Rencana Waktu Kerja Tenaga Ahli, sebagai berikut:
- Jadwal/Rencana Penggunaan Tenaga Ahli tersebut harus
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas untuk dapat
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan KAK ini
- Jadwal/Rencana Pengadaan Material, dan
- Jadwal/Rencana Pengadaan Peralatan Berat.
- Jadwal/Rencana program kerja disajikan dalam format barchart
dan juga memperlihatkan lintasan kritis
b. Alokasi tenaga ahli yang lengkap (disiplin ilmu dan jumlahnya) material,
peralatan, dan tenaga yang diusulkan Penyedia Jasa Konsultan
Manajeman Konstruksi harus mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas/Pemilik Proyek atas rekomendasi Tim Teknis;
3. Uraian konsepsi Konsultan Manajeman Konstruksi (MK) atas pekerjaan
Pekerjaan Konstruksi proyek tersebut;
Setelah ketiga hal tersebut diatas mendapat persetujuan/kesepakatan dari Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), maka menjadi pedoman penugasan dalam pelaksanaan
Pekerjaan dalam melaksanakan tugasnya. Terkait hal ini konsultan telah menyampaikan
usulan tersebut dalam proposal teknis yang di tawarkan untuk Manajemen Konstruksi
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) .
4.15. PERSONIL
[31]
4.15.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Personil
a) KAK sudah menjelaskan secara jelas mengenai kebutuhan beserta Tugas
dan tanggung jawabnya serta lama penugasannya namun belum perlu dibuat
schedule mobilisasi perso Tugas dan Tanggung Jawab serta jadwal mobilisasi
Personil dimasukan dalam usulan teknis BAB V
b) Dibuat struktur organisasi proyek dan struktur organisasi konsultan
c) Dibuat pakta integritas tim tenaga ahli beserta tenaga pendukung
d) Sebaiknya terkait penggunaan SKA untuk dilakukan Barcode / pengecekan
di LPJK/BNSP
4.16. ALIH PENGETAHUAN
4.17. PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari aspek penulisan dan substansi,
penulisan KAK telah dilakukan secara sistematik, sehingga sepenuhnya telah memenuhi
prinsip-prinsip penulisan KAK yang baik; yaitu sekurang-kurangnya memuat substansi :
1. Latar belakang keberadaan proyek, maksud dan tujuan, sasaran, dan lingkup
pekerjaan.
2. Keadaan dan permasalahan yang ada.
3. Pertimbangan dan kerangka pikir sebab-akibat yang terkait dengan tugas yang
akan dilaksanakan.
4. Kebutuhan tenaga ahli, kualifikasi serta waktu yang dibutuhkan bagi masing-
[32]
masing tenaga ahli
5. Kegiatan pelaporan yang diwajibkan.
6. Indikasi perkiraan biaya.
7. Petunjuk hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dengan terpenuhinya prinsip-prinsip tersebut serta penyajian materi yang lengkap dan
jelas, maka KAK kegiatan ini cukup sistematik, lengkap penulisannya dan mudahdipahami.
Agar pekerjaan dapat berhasil dengan baik diperlukan metodologi dan strategi
pelaksanaan pekerjaan yang terencana, praktis, efektif dan efisien dengan tetap
memenuhi kaidah akademis dan teoritis yang sahih. Pada Usulan Teknis ini disampaikan
pendekatan dan metodologi yang akan digunakan oleh Konsultan didalam melaksanakan
pekerjaan ini.
[33]
BAB V METODELOGI
Risiko pada proyek konstruksi merupakan kegiatan kegiatan atau faktor-faktor yang apabila
terjadi akan meningkatkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek sesuai dengan
biaya, waktu dan mutu. Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya.
[34]
f. Risk Monitoring and Control ; memonitor sisa risiko, identifikasi risiko yang baru,
melaksanakan rencana merespon risiko (risk respon plans), dan menghitung
efektifitasnya selama umur proyek.
Menetapkan Konteks
Konteks strategi
Konteks Organisasi
Konteks Managemen Risiko
Kriteria Pembangan
&Memutuskan
Struktur
Menangani Risiko
Identifikasi Risiko
Identifikasi opsi penanganan
Apa yang dapat terjadi
Evaluasi opsi penanganan
Bagaimana dapat
Seleksi opsi penanganan
terjadi
Rencana pelaksanaan
Analisis Risiko
Menerima / MenolakRisiko?
Tentukan control existing
Tentukan kemungkinan
Tentukan konsekuensi
Estimasi level risiko
Gambar 5.2. Project Risk Management Overview
[35]
5.2. ANALISIS DAN PEMECAHAN YANG DIUSULKAN
[36]
Table 5.1. Metodologi Langkah Pengendalian Konstruksi
[37]
proyek. menyangkut mutu laksana yg telah diatur.
b.Mengendalikan seluruh bahan dan prosedur Menerapkan SOP K3L
kegiatan proyek agar pelaksanannya, agar
berjalan sesuai dengan seluruh kegiatan
jadwal dan target- target proyek dilaksanakan
yg ditetapkan. sesuai dengan
c.Melakukan evaluasi secara ketentuan-ketentuan
periodik terhadap teknis yg telah
pelaksanaan proyek diatur dalam
termasuk penyimpangan dokumen kontrak.
dan permasalahan yg
muncul disertai usulan/
saran tindakan yang tepat.
[38]
• Individual Contract schedule
• Weekly schedule
Demikian juga, pengendalian akan efektif apabila: dilakukan secara prioritas, mulai
dari Batasan-batasan milestone strategis, bagian-bagian paling krusial atau kritikal
selama penyelenggaraan proyek; koordinasi-koordinasi Schedule secara periodik;
dan responsif dalam menyikapi progres atau kendala yang terjadi. Bagian-bagian
kritikal serta kendala yang dapat segera diidentifikasi dalam pengendalian Schedule
diperkirakan antara lain:
• Milestone rencana pembukaan
• Long Lead items
• Pekerjaan-pekerjaan fabrikasi
• Pekerjaan finishing
• Perubahan-perubahan pekerjaan
• Cuaca
• Jalur kegiatan kritis yang ditemukan setelah menyusun sekuens pekerjaan
sesuai metoda pelaksanaan yang ditetapkan
Konsultan Supervisi dalam menyusun Master Schedule akan mengidentifikasi dan
mempelajari lebih lanjut bagian-bagian krusial/kendala tersebut untuk mendapat
prioritas perhatian dan mencarikan solusinya. Konsultan Supervisi akan
menggunakan perangkat lunak MS Project atau Primavera Project Planner sebagai
fasilitas planning, monitoring & control Schedule. Pengendalian Schedule akan
dimulai dari, atau masukan pertamanya adalah Schedule proyek, kemudian
diperiksa laporan-laporan kemajuan termasuk adanya permintaan perubahan-
perubahan rencana. Dari hasil pantauan akan dikeluarkan schedule updates berikut
rencana tindakan lainnya. Bagan atau format kontrol yang dipakai adalah Project
Schedule Tracker dan Aplikasi BIM 3D dan 4D.
[39]
ditetapkan sejak awal setelah organisasi proyek ditetapkan. Rencana Koordinasi
akan meliputi:
1. Koordinasi antara berbagai disiplin ilmu, atau interphasing
2. Koordinasi pembagian kerja (responsibility chart)
3. Koordinasi dengan Pemberi Tugas dan Pihak-pihak lain yang terlibat langsung
dalam proyek, yaitu antara lain:
- dan Instansi Terkait
- Kontraktor
Dalam beberapa hal komunikasi akan dilakukan melalui media yang paling cepat /
handal (elektronik/e-mail), yang lainnya yang lebih formal adalah melalui surat
menyurat. Pertemuan-pertemuan bersama secara periodik akan merupakan media
komunikasi yang paling efektif. Rapat dilakukan setiap minggu atau 2 minggu sekali
sesuai kebutuhan yang disetujui Pemberi Tugas dengan membahas masalah-
masalah al: - Kontraktural - Perubahan Pekerjaan & keputusan-keputusan baru -
Progres pekerjaan - Teknis Enjiniring - Legal proyek - Rencana berikut/Tindak
lanjut/Langkah perbaikan - Dll.
Semua kegiatan komunikasi dan koordinasi akan tercatat dalam risalah-risalah
pertemuan untuk menjamin agar segala persoalan dapat diketahui latar-
belakangnya serta pertanggung-jawabannya.
[40]
Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko yang
berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi. Risiko yang terjadi adalah
problem. Ini terjadi karena kurang memadainya risk management yang dibuat.
Strategi percepatan proyek identik dengan risk respons dalam risk management.
Hanya saja pada risiko yang telah terjadi. Strategi diterapkan berdasarkan prioritas
jika faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek jumlahnya cukup banyak.
Dengan melihat karakteristik khusus proyek konstruksi dan faktor yang
menyebabkan keterlambatan proyek, berdasarkan pengalaman diusulkan
rekomendasi strategi dalam melakukan percepatan proyek konstruksi, yaitu:
A. Manajerial
1. Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan
disepakati oleh Tim proyek (Direksi Lapangan, Konsultan Supervisi dan
Kontraktor).
2. Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana
kerja di proyek.
3. Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk
menjaga agar proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Rapat harian harus dihadiri oleh PPK yang mengambil keputusan atas suatu
masalah. Jangan pernah mengulur pengambilan keputusan pada rapat harian
saat proyek mengalami krisis. Rapat harian harus dihadiri oleh Tim proyek
terkait, Mandor, dan wakil subkontraktor.
4. Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada subkontraktor dan
Mandor. Hal ini agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih
dini
5. Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin sering akan
semakin baik. Dapat pula membuat simulasi-simulasi atas rencana-rencana
proyek agar didapatkan strategi yang paling efisien dan efektif.
6. Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar
attitude dan mental kerja lebih baik.
7. Menambah jam kerja dengan lembur jika terpaksa diperlukan.
8. Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan.
9. Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas yang tidak baik menyebabkan
pengulangan pekerjaan.
10.Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendamping untuk
hal-hal yang bersifat emergency.
11.Membantu mempercepat proses penagihan termijn bagi subkontraktor
12.Kontraktor aktif berkomunikasi dengan Direksi Lapangan dan Konsultan
Supervisi pekerjaan mengenai strategi percepatan proyek. Usahakan untuk
mendapatkan dukungan mereka.
13.Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone kepada tim
[41]
proyek, subkontraktor dan kepada pekerja.
14.Tim proyek harus fokus terhadap K3. Kecelakaan akan membuat loss time.
15.Cek silang. Teknik ini adalah dengan mendatangkan orang lain yang
memahami tentang proyek konstruksi ke proyek yang mengalami
keterlambatan. Adakalanya dikarenakan tekanan yang terus menerus, Tim
proyek menjadi kurang sensitif terhadap terjadinya masalah keterlambatan
proyek. Orang lain dapat personel manajemen atas atau tim proyek lain.
16.Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen
administrasi vendor/specialist. Sering kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh
masalah prosedur administrasi.
[42]
hanya 1 pekerjaan kritis. Misal dari teknik ini adalah dengan mengganti
bekisting pelat lantai dan tulangannya dengan material span deck.
7. Mengurangi durasi pekerjaan yang berada pada jalur kritis sehingga total durasi
pelaksanaan menjadi lebih singkat. Contoh dari teknik ini adalah dengan
menambah resources.
8. Mengurangi kuantitas pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis sehingga
kuantitas pekerjaan kritis menjadi lebih kecil. Contohnya adalah pada pekerjaan
plafond yang umumnya dapat dikerjakan setelah pekerjaan instalasi M/E
selesai. Padahal ruang atau area instalasi M/E hanya menggunakan sebagian
area finishing plafond. Untuk area yang tidak berada pada jalur M/E, plafond
tersebut dapat dikerjakan. Dapat juga dengan melaksanakan rangka pekerjaan
plafond bersamaan dengan pekerjaan instalasi M/E. Pada saat pekerjaan
instalasi M/E selesai, baru dilakukan penutupan plafond.
9. Menentukan target milestone pekerjaan. Hal ini untuk mengurangi kompleksitas
dalam pengendalian dan monitor waktu pelaksanaan proyek.
10.Sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana lahan telah siap. Harus
diingat bahwa jalur kritis dapat berpindah-pindah sesuai perkembangan di
lapangan. Suatu pekerjaan yang tidak kritis, bisa saja menjadi kritis karena
terlambat mulai dilaksanakan.
11.Memastikan pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis selesai sesuai target.
Melesetnya realisasi waktu pelaksanaan suatu pekerjaan juga dapat mengubah
jalur kritis. Pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan yang terlambat bisa
menjadi kritis.
[43]
E. Peralatan
1. Memastikan jumlah dan spesifikasi peralatan Jacking dan HDD yang
dibutuhkan tersedia sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
2. Memastikan alat dirawat sesuai prosedur
3. Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.
4. Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada elemen alat
yang bersifat aus
5. Menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan
6. Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar
7. Membuat sumber tenaga listrik cadangan. Kerusakan genset akan
menghentikan hampir seluruh pekerjaan.
F. Subkontraktor
1. Mengurangi lingkup pekerjaan subkontraktor yang bermasalah dan
menggantinya dengan subkontraktor yang terpercaya.
2. Mengambil alih pekerjaan subkontraktor yang berpotensi terlambat.
3. Jumlah subkontraktor pada suatu pekerjaan diusahakan lebih dari satu.
4. Meminta setiap subkontraktor agar menempatkan wakilnya yang dapat
memutuskan masalah.
5. Aktif komunikasi via surat untuk masalah—masalah yang krusial
G. Tenaga Kerja
1. Mengganti tenaga kerja yang kurang produktif dengan yang lebih produktif.
Durasi pekerjaan proyek konstruksi sangat tergantung pada produktifitas
tenaga kerja.
2. Menambah jam kerja atau lembur. Lembur yang efektif adalah sampai dengan
jam 24.00. Di atas jam tersebut biasanya produktifitas menurun.
3. Aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja. Waktu yang hilang atas
ketidakdisiplinan tenaga kerja berdampak cukup besar.
4. Memperhatikan kelayakan tempat tinggal pekerja. Tempat tinggal yang tidak
sehat, akan menyebabkan tingginya angka pekerjaan yang sakit. Hal tersebut
akan menambah loss time di proyek.
5. Aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan pelaksanaan dalam
event meeting atau safety talk
6. Memberikan training secara rutin kepada pekerjan agar keahlian pekerja
meningkat sehingga akhirnya produktifitasnya bertambah.
7. Menyediakan tempat istirahat pekerja pada lokasi yang sedekat mungkin
dengan lokasi pekerjaan
8. Meniadakan warung di dalam dan sekitar lokasi proyek. Adanya warung akan
[44]
membuat waktu istirahat pekerja lebih panjang.
9. Disarankan untuk mengkoordinir pengadaan makan pada saat istirahat pekerja.
Ini akan memangkas waktu hilang yang menurunkan produktifitas.
10.Tenaga kerja harus disebar pada area pekerjaan sedemikian masih tetap dapat
dimonitor dengan baik. Jangan menyebarkan pekerja pada area yang terlalu
luas sehingga menurunkan tingkat pengawasan
I. Kontrak
1. Melakukan negosiasi ulang kontrak apabila penyebab keterlambatan adalah
karena kontrak.
2. Mencatat secara harian dan mendokumentasikan hal-hal yang menjadi
penyebab keterlambatan serta menyampaikan dengan surat kepada PPK
dimana hal-hal tersebut secara kontraktual dapat menjadi dasar perpanjangan
waktu pelaksanaan proyek / addendum waktu.
3. Kalaupun ada pekerjaan tambah dan kurang, harus didasarkan pada upaya
melakukan percepatan. Usahakan pekerjaan tambah adalah pekerjaan yang
tidak berada di jalur kritis dan memiliki durasi pekerjaan yang singkat. Demikian
pula dengan pekerjaan kurang haruslah pekerjaan yang berada di jalur kritis
dan memiliki durasi yang panjang dimana aspek fungsi konstruksi masih dapat
dipertahankan.
J. Site
1. Mengevaluasi site dan penataan untuk Paket 1 dan Paket 2 terutama site yang
sudah ada bangunan eksisting
[45]
2. Perhatian pada alur proses pekerjaan dan material. Site harus dievaluasi agar
menghasilkan suatu design site yang menghasilkan alur proses yang efektif
atau jalur alur sependek mungkin
3. Mengidentifikasi adanya masalah pada site yang dapat menghalangi alur
proses dan material. Contoh adalah jalan kerja harus memadai.
4. Mengurangi genangan air akibat hujan. Genangan air berpotensial
menghambat laju pergerakan alur proses pelaksanaan dan material.
5. Lalu lintas, terutama untuk paket perpipaan yang berada pada lalu lintas yang
sangat padat perlu dibuat manajemen lalu lintas yang rinci, dan berkoordinasi
dengan Dishub serta kepolisian setempat.
6. Lokasi site harus diupayakan dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi ini akan
sangat membantu secara psikologis para pekerja yang bekerja di proyek.
7. Memastikan akses masuk proyek sedemikian arus keluar masuk material tidak
terhambat waktu
5.3. PENDEKATAN
Sesuai Data dan Lingkup Pekerjaan Jasa Konsultan MK, kami akan berperan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan proyek pada tahap Pra Konstruksi sampai akhir masa
pemeliharaan. Untuk menghadapi tugas ini, PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK
KONSULTAN akan menerapkan suatu pendekatan berupa pengenalan proyek dan system
pengendalian kegiatan proyek yang selalu didasarkan pada kriteria waktu, mutu, biaya dan
K3L, yang akan diuraikan dalam penjelasan selanjutnya.
Pengendalian pelaksanaan Proyek ini akan kami lakukan dengan pendekatan
sebagaimana tergambar dalam diagram di bawah ini:
Rencana
Kondisi
Umum Lingkunga
Pembanguna n
Metoda Metoda
n Pembangunan
Konstruksi
Sasaran Strategi Pelaksanaa
/ n
Pencapaia
Target Manajeme
n Sasaran
n
Perencanaan Pengawasan
Test & Pengujian
Rapat & Koordinasi
Pelaporan
Feed
back Hasil Akhir
[46]
A. Pendekatan Umum:
1. Pemahaman yang mendalam dan tepat terhadap lingkup kegiatan.
2. Melaksanakan pekerjaan dengan efisien dan efektif.
3. Selalu berpedoman pada peraturan, kebijakan dan kriteria/standar yang
berlaku.
B. Pendekatan Koordinatif :
1. Selalu mengupayakan kerjasama yang baik antara Konsultan
Manajermen Konstruksi dengan Tim Kontraktor dan Pemberi Tugas,
melalui koordinasi yang baik.
2. Adanya garis instruksi dan garis koordinasi yang jelas diantara tenaga
ahli Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Memberikan gambaran yang jelas kepada setiap tenaga ahli mengenai
tanggung jawab,wewenang dan target hasil yang diharapkan.
C. Pendekatan Teknis :
Untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, maka perlu dibuat suatu
pendekatan teknis agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara sistematis dan
praktis, sehingga tercapai sasaran, efisien kerja, tenaga dan waktu. Setelah
rencana kerja tersusun tahap demi tahap
termasuk analisa personil serta peralatan, kemudian disusun jadwal
pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan personil, dan peralatan, kemudian
organisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kaitan-kaitan pekerjaan dan
personil yang dibutuhkan.
Pendekatan teknis pekerjaan ini adalah :
a. Pemahaman yang tepat dan baik terhadap Kerangka Acuan Kegiatan.
Kondisi tersebut akan berpengaruh kepada tahapan dan metode yang
akan digunakan dalammelaksanakan pekerjaan.
b. Mempelajari upaya-upaya yang akan dilakukan untuk penanganan
pekerjaan.
c. Mengenali dan memahami mekanisme kerja, struktur organisasi dan
pihak-pihak yang terlibat dalam Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
d. Mengenali dan memahami tahapan – tahapan pelaksanaan pekerjaan.
e. Melakukan pengawasan untuk memastikan kualitas dan kuantitas
pekerjaan sesuai dengan persyaratan teknis.
[47]
menyimpang dari rencana awal yang telah ditetapkan pada dokumen kontrak.
Konsultan Manajemen Konstruksi selalu memantau / memonitor dan mengontrol
pelaksanaan konstruksi oleh Kontraktor di lapangan. Namun dalam tugasnya,
Konsultan Manajemen Konstruksi akan memberi saran kepada Owner untuk
memerintahkan pemeriksaan khusus atas bagian pekerjaan tertentu. Konsultan
Manajemen Konstruksi akan memberikan laporan harian/mingguan/bulanan pekerjaan
teknis maupun administratif. Laporan juga ditandatangani oleh Kontraktor dan
diserahkan kepada Owner. Konsultan Manajemen Konstruksi dapat meminta kepada
Owner untuk menyetujui, menolak atau mengusulkan perubahan pekerjaan, force
majeur, permohonan perubahan kontrak, pekerjaan tambah/kurang, gambar
pelaksanaan, dan memberikan keputusan yang bijaksana dalam mempertimbangkan
usul-usul Kontraktor Pelaksana.
Risk Analysis pada dasarnya merupakan tinjauan analisa resiko secara menyeluruh
terhadap suatu sistem baik dari tahap perencanaan dan tahap konstruksi. Resiko
dapat timbul pada proyek Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) ini, karena masalah dalam desain dan konstruksi oleh
karena itu perlu ketelitian dan perhatian khusus. Selain itu ada faktor-faktor resiko lain
seperti kebijakan manajemen (Pengguna Jasa), kebijakan pemerintah/politik, harga
pasar, permasalahan lingkungan, dan lainnya. Nilai atau besarnya resiko tidak dapat
ditentukan secara tepat sebab peluang kegagalan dan dampaknya masih memiliki
ketidakpastian. Hubungan antara resiko dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan
untuk melakukan perubahan pada berbagai tahapan proyek digambarkan dalam grafik
berikut:
[48]
5.4. METODELOGI
A. Pengendalian Biaya
Untuk menghindari terjadinya pembengkakan biaya, Konsultan Manajeman Konstruksi
melakukan tugas sebagai berikut:
1) Mengadakan evaluasi terhadap estimasi biaya, alokasi dan Cash Flow untuk
semua kegiatan proyek, serta memberikan rekomendasi berupa koreksi-koreksi
sehubungan program pencapaian sasaran secara efisien.
2) Menekan seminimal mungkin penyimpangan-penyimpangan pekerjaan, terutama
yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas bahan dan kegiatan
konstruksi.
3) Menekan waktu pelaksanaan atau minimal sesuai dengan rencana semula.
B. Pengendalian Mutu
Pengendalian kualitas/ mutu didasarkan atas ketentuan-ketentuan yang telah
dinyatakan dalam Dokumen Kontrak (Design and Technical Specification) maupun
terhadap peraturan- peraturan dan standard yang berlaku termasuk di dalamnya
terdapat TKDN. Pengendalian mutu dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas dan kuantitas
bahan bangunan (termasuk TKDN) serta pelaksanaannya.
2) Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian yangterjadi pada pekerjaan pelaksanaan konstruksi.
3) Memberikan koreksi-koreksi teknis.
4) Merekomendasikan gambar-gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built
drawing).
Terdapat 2 (dua) masalah pokok dalam pengendalian kualitas ini yaitu:
1) Yang berhubungan dengan penyiapan dan pengkajian perangkat lunak jaminan
kualitas yang disebut sebagai program pengendalian kualitas yang dibuat secara
khusus per proyek.
2) Yang berhubungan dengan upaya pengendalian langsung terhadap fisik proyek.
Untuk masalah 1 dilakukan oleh kelompok kerja/bagian kontrol Kualitas, Kesehatan
kerja, Keselamatan kerja dan Lingkungan (K3L); sedangkan untuk masalah 2
dilakukan oleh kelompok kerja koordinasi dan supervisi lapangan (untuk fisik proyek).
Secara singkatnya program jaminan kualitas berhubungan dengan pengendalian
proses, sedangkan tindakan pengendalian kualitas berhubungan dengan pengendalian
[49]
hasil/produk. Program jaminan dan tindakan pengendalian kualitas ini akan meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Dokumen berhubungan dengan pengendalian:
- Pendistribusian dokumen dengan cepat dan tepat kepada pihak yang
berkepentingan termasuk pengendalian mengenai berbagai macam
dokumen baik asli maupun revisinya sehingga dapat tercegah penggunaan
dokumen yang salah.
- Pengidentifikasian seluruh status dokumen termasuk status revisi, distribusi
dan kondisi dari dokumen tersebut,
- Penyimpanan (filling system) seluruh dokumen pengendali kualitas seperti
dokumenperencanaan, testing, manufacturing, instalasi, konstruksi, inspeksi,
prosedur, manual, gambar dan dokumen petunjuk jaminan kualitas.
2. Pengendalian Pengadaan Bahan dan Peralatan
Permasalah pengendalian kualitas yang perlu ditangani meliputi hal-hal
sebagaiberikut:
- Gambar-gambar, spesifikasi teknik dan persyaratan perencanaan yang
berlaku,
- Peraturan, standard dan ― codes‖ yang belaku sesuai program jaminan
kualitas yangharus dipenuhi oleh pemasok,
- Data/catatan yang perlu dibuat, dan dikendalikan oleh pemasok,
- Persyaratan proses khusus termasuk TKDN,
- Persyaratan test & inspeksi, termasuk kriteria penerimaan barang,
- Persyaratan identifikasi barang dan peralatan,
- Persyaratan pengangkutan, pengemasan dan pengiriman barang.
[50]
- Pelaksanaan tindak lanjut atas keputusan mengenai modifikasi, perbaikan
dan penggantian item barang/komponen sesuai dengan hasil inspeksi dan
pengetesan.
C. Pengendalian Waktu
Dalam melaksanakan pengendalian waktu, Konsultan Manajemen
Konstruksi pada langkah awalnya menetapkan tujuan dan sasaran berupa
―Milestone― proyek. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut Konsultan
Manajemen Konstruksi merumuskan program pencapaian sasaran fisik proyek yang
terdiri dari jadwal Induk (Master Schedule) dalam bentuk Diagram Panah (Network
Planning) dan Diagram Balok (Bar Chart), program penyediaan dan penggunaan
tenaga kerja, program penyediaan serta penggunaan peralatan dan perlengkapan.
Berdasarkan jadwal induk tersebut masing-masing Kontraktor akan
membuat jadwal pelaksanaan konstruksi yang realistik, lengkap dengan aspek
biaya dalam bentuk bobot setiap pekerjaan, dana dengan memperhitungkan faktor
tenaga kerja dan peralatan yang akan dilibatkan.
Konsultan Manajemen Konstruksi mengevaluasi jadwal pelaksanaan dari
[51]
Kontraktor tersebut untuk disetujui, jadwal inilah yang akan dipergunakan untuk
mengendalikan pelaksanaan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
masing-masing Kontraktor.
Jadwal pelaksanaan konstruksi akan dievaluasi dan diperbarui (up-date)
secara periodik (mingguan atau bulanan) sesuai dengan kondisi lapangan
terbaru. Pembaruan (up- dating) ini dilakukan dalam rangka penyesuaian terhadap
program pencapaian sasaran, sehubungan dengan adanya perubahan-perubahan
urutan pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan setiap kegiatan atau perubahan lain
yang mungkin terjadi, sehingga perubahan- perubahan tersebut tidak akan
mengakibatkan pengunduran waktu penyelesaian seluruh pekerjaan konstruksi.
[52]
Gambar 5.5. Diagram Pengendalian Proyek MK
D. Pengendalian Kuantitas
Dalam hal pengendalian kuantitas konsultan akan melakukan pengendalian terkait
volume / quantity masing-masing item pekerjaan sesuai dengan kontrak pekerjaan
[53]
fisik kontraktor dan realisasi pekerjaan di lapangan dengan menggunakan back up
quantity yang dilaporkan secara periodic sesuai tahapan pelaksanaan pekerjaan
melalui laporan mingguan, bulanan dan laporan akhir.
F. Pengendalian SMK3L
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (SMK3L)
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta
mengintegrasikannya dengan sistem standar nasional maupun standar internasional
terkait dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Secara garis
besar, SMK3L Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH)disusun dengan tujuan untuk:
a. Memberi perlindungan kepada sivitas akademika, tenaga kependidikan,
dan pemangku kepentingan Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dari potensi
bahaya dan risiko yang akan ditimbulkan dari kegiatan kerja
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, bersih, dan sehat sesuai
konsep 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin) yang dapat menunjang
produktivitas kerja
d. Memberi perlindungan terhadap lingkungan, flora, dan fauna yang berada
di lingkungan kerja.
Sasaran SMK3L ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Sasaran SMK3L ini
disesuaikan dengan persyaratan perundang-undangan, hasil identifikasi bahaya,
dan kebijakan K3L termasuk komitmen perbaikan berkelanjutan. Sasaran SMK3L
yang ditetapkan yaitu:
a. Pemenuhan persyaratan K3L
b. Peningkatan budaya K3L oleh seluruh pekerja yang berada dilokasi
pekerjaan
c. Peningkatan kompetensi SDM pelaksana SMK3L
[54]
d. Pencapaian angka kecelakaan yang serendah-rendahnya
e. Pencapaian angka penyakit akibat kerja yang serendah-rendahnya
f. Pemenuhan persyaratan sarana dan prasarana yang sesuai dengan
standar K3L, sanitasidan higiene
g. Pengurangan limbah yang dihasilkan melalui aktivitas akademik dan non
akademik
h. Penataan lingkungan kerja dalam gedung (suhu ruangan, pencahayaan,
dan ventilasi)
i. Pengurangan bahaya dari lingkungan, flora, dan fauna
[55]
Gambar 5.7. Bagan Alur Pelaksanaan SMK3L
[56]
Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, identifikasi
daerah rawan di wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek.
3) House Keeping
lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat sementara penimbunan
material bekas, pengaturan kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan
lain-lain.
[57]
5.5.3. Laporan
Laporan pelaksanaan disampaikan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
kepada, Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) setelah mendapat verifikasi dari Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi.
Laporan berisi informasi kemajuan pekerjaan sebagaimana yang ditetapkan di
dalam rencana pelaksanaan pekerjaan beserta uraian kendala dan masalah
yang dihadapi Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi selama pelaksanaan
pekerjaan. Laporan terdiri dari:
a. Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Rencana Mutu Kontrak (RMK) merupakan dokumen sistem manajemen
mutu (SMM) yang disusun oleh Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak
pekerjaan dalam rangka menjamin mutu sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam pekerjaan. Penyedia jasa berkewajiban untuk menyerahkan Dokumen
pada rapat persiapan kontrak sebanyak 5 (lima) eksemplar.
b. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat: kegiatan penyiapan lahan kerja, pengukuran dan
pengumpulan data, penyusunan RMK, penyusunan Standar Operasional
Prosedur (SOP), penyusunan format Instruksi Kerja (IK), pendekatan, metodologi
serta rencana kerja dan laporan mitigasi resiko. Laporan harus diserahkan
selambat-lambatnya: 14 hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak lima
buku laporan;
Laporan pendahuluan meliputi:
1) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
2) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
3) Jadwal kegiatan penyedia jasa; dan
4) Review teknis proposal desain/desain awal, jadwal pelaksanaan,
serta mobilisasi pekerja dan peralatan pelaksana konstruksi terintegrasi
rancang bangun.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan, sebanyak 5 (lima) buku
laporan.
c. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan memuat: Laporan kemajuan pekerjaan per minggu untuk
pelaksanaan konstruksi bangunan harus dibuat oleh penyedia jasa dan diperiksa
dan disetujui direksi teknis Satker Penyediaan Perumahan Provinsi Kalimantan
Timur. Laporan harus diserahkan setiap minggu. Sebanyak lima buku laporan
[58]
dan media penyimpan data (flashdisk);
i. Laporan Umum
Laporan umum menerangkan tentang evaluasi pelaksanaan pekerjaan pada
hari/minggu yang bersangkutan, laporan mengenai prestasi yang dapat
dicapai pada hari/minggu yang bersangkutan, aktivitas kegiatan dalam
periode 1 (satu) hari/minggu serta masalah dan saran-saran kepada penyedia
jasa pemborongan/kontraktor agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan.
ii. Laporan Kemajuan Pekerjaan
Berdasarkan laporan prestasi pekerjaan yang diuraikan dalam laporan umum
tersebut, kemudian di uraikan (break down) lebih lanjut untuk setiap bobot
prestasi tiap uraian pekerjaan, sehingga didapat prestasi kumulatif pada
hari/minggu yang bersangkutan, serta prestasi yang dicapai yaitu prestasi
pelaksanaan dikurangi prestasi perencanaan (Time Schedule).
iii. Laporan Pemasukan Bahan dan Pemakaian Alat
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan mengenai barang-
barang/material yang ada di lapangan (on site) baik dari segi mutu maupun
volumenya dan membuat laporan mengenai jenis peralatan yang ada di
lapangan baik yang digunakan maupun yang rusal‹, serta memberikan saran-
saran pemakaian alat yang lebih sesuai (efektif dan efisien) untuk digunakan
pada pekerjaan yang bersangkutan.
iv. Laporan Pengamatan Cuaca
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan mengenai keadaan
cuaca di lapangan.
v. Laporan Jumlah Tenaga Kerja
Laporan ini harus menguraikan jumlah Tenaga Kerja, dari site manager
sampai dengan tukang, serta mengevaluasi jumlah Tenaga Kerja yang
dibutuhkan sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Begitu
pula untuk jenis pekerjaan yang dicapai oleh penyedia jasa
pemborongan/kontraktor dalam periode 1 (satu) hari/minggu.
vi. Laporan Visual
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan yang memuat foto-
foto kemajuan pekerjaan di lapangan.
vii. Laporan Kehadiran
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan yang memuat daftar
kehadiran (Absensi) tenaga ahli, tenaga sub professional, dan tenaga
pendukung selama pelaksanaan pekerjaan manajemen konstruksi di
lapangan yang data kehadirannya diambil dari mesin absensi.
viii. Laporan K3
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan pengawasan
pelaksanaan program prosedur kerja dan instruksi kerja K3, penerapan SMK3
dan pedoman teknis K3 konstruksi Selama pelaksanaan pekerjaan fisik di
lapangan.
ix. Laporan Teknis/ Technical Report
Laporan Teknis/Technical report meliputi antara lain (jika ada):
ix.1 Justifikasi teknis dalam hal terjadi perubahan pekerjaan (tambah
[59]
kurang);
ix.2 Justifikasi teknis dalam hal terjadi perpanjangan waktu pelaksanaan.
d. Laporan Bulanan
Merupakan laporan bulanan yang berisikan progres kegiatan dan uraian
mengenai penanganan kegiatan termasuk hasil rapat koordinasi dan lain-lain.
Laporan bulanan diserahkan setiap bulan setelah dikeluarkannya Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) sebanyak lima eksemplar (satu asli, empat fotocopy); dibuat
Berdasarkan kemajuan/progress pekerjaan tiap minggu kemudian dikompilasikan
dalam laporan bulanan, sehingga laporan bulanan ini merupakan rangkuman
kegiatan mingguan, yang antara lain berisi:
1) Uraian pokok tentang kegiatan bulanan (rekap laporan harian dan
mingguan) dari masing-masing kegiatan baik kegiatan konsultan
dan kegiatan kontraktor;
2) Monitoring progres pekerjaan terhadap rencana pelaksanaan (s_curve);
3) Catatan kejadian penting dan kendala di lapangan serta solusinya;
4) Penjelasan kegiatan dari masing-masing personil pada bulan tersebut;
5) Time schedule yang berisikan realisasi kegiatan pada bulan tersebut;
6) Time schedule yang berisikan realisasi kegiatan pada bulan tersebut; dan
Lampiran pelengkap lainnya.
e. Laporan Akhir
Pada akhir masa pelaksanaan, penyedia jasa manajemen konstruksi wajib
membuat laporan akhir dari keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang dilengkapi
dengan gambar- gambar realisasi pelaksanaan di lapangan (as built drawing)
yang dirangkum dalam Buku Laporan Akhir.
1) Laporan akhir memuat ringkasan dari laporan pengawasan pekerjaan
perencanaan (desain), laporan pelaksanaan pekerjaan pembangunan, latar
belakang, kajian kebijakan, metode pelaksanaan, gambaran proses
penataan kawasan di lokasi pekerjaan.
2) Rekapitulasi hambatan / kendala yang ada dan upaya
penyelesaiannya selama pekerjaan MK dilaksanakan;
3) Hasil evaluasi, analisis masalah, serta prediksi/konsep model strategi
program kegiatan pekerjaan MK yang terbaik sesuai dengan kondisi
pekerjaan yang ada untuk kepentingan yang akan datang dari semua aspek
pekerjaan; dan Rekomendasi teknis untuk akhir masa pelaksanaan MK
4) Laporan Akhir memuat kompilasi seluruh kegiatan dengan data perencanaan
[60]
dan progres pelaksanaan yang diringkas sedemikian rupa sehingga
menghasilkan informasi yang runtut terkait hasil pelaksanaan pekerjaan
Laporan akhir harus diserahkan selambat-lambatnya pada saat serah terima
pertama pekerjaan konstruksi fisik, dalam bentuk buku sejumlah 5
(lima) rangkap sebagai pertanggungjawaban kinerja akhir kepada pengguna
jasa.
g. Laporan Lainnya
Laporan Lainnya berisi antara lain : Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK),
Laporan Review Desain, Laporan Pemeliharaan, Buku Modul Operational &
Maintanance (O&M), Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi. Seluruh
laporan dirangkum dalam SSD atau Hard Disk 4 TB termasuk executive
summary dan dokumentasi pelaksanaan baik dalam bentuk foto ataupun video
sebagai pertanggungjawaban kinerja kepada pengguna jasa
A. Tahapan Persiapan
1. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
a) Penerbitan SPMK dilakukan setelah berkontrak;
b) Dalam SPMK dicantumkan Pengawasan Tanggal Mulai Kerja sampai
dengan akhir pekerjaan;
[61]
2. Rapat Koordinasi awal Pelaksanaan Pekerjaan
a) Rapat kordinasi awal pelaksanaan pekerjaan merupakan rapat awal
antara KMK Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) dengan Pengendali Pekerjaan (Direksi Teknis), Tim
Teknis dan PPK serta pihak terkait jadwal, alur komunikasi dan
koordinasi, alur persetujuan, kebijakan pengendalian mutu dan
Keselamatan Konstruksi serta mekanisme pelaporan dan pembayaran
hasil pekerjaan;
3. Mobilisasi
a) Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan 2 hari kalender
sejak diterbitkan SPMK, atau terutama untuk sumber daya (material,
alat, tenaga kerja) yang akan digunakan untuk memulai pekerjaan.
b) Untuk mobilisasi sumber daya yang berhubungan dengan pelaksanaan
untuk tiap-tiap pekerjaan, dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
rencana kerja, meliputi:
- Mobilisasi peralatan;
- Mobilisasi personil inti dan pendukung;
- Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, barak, bengkel,
gudang, dan sebagainya.
[62]
1) B. Tahap Review Dokumen Perencanaan DED
Gambar 5.8.Bagan Alir Tahapan Perencanaan Konstruksi sampai dengan Penerbitan Dokumen
Pelaksanaan
[63]
kontraktor;
(2) Melakukan approval dokumen proyek dan BIM model yang telah disusun
kontraktor;
(3) Memastikan kontraktor selalu mengupdate BIM; dan
(4) Melakukan pengendalian pelaksanaan konstruksi berbasis BIM; dan Melakukan
pelaporan mingguan berdasarkan progres di lapangan dan kesesuaian progres
BIM.
a) Melakukan atau memfasilitasi koordinasi dengan unit organisasi (unor)
dan K/L terkait, serta MK induk yang berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan ;
b) Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan konstruksi berdasarkan
rekomendasi hasil perencanaan yang dibuat oleh Penyedia Jasa
Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun yang meliputi evaluasi Desain
Engineering Design (DED), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) program penyediaan dan penggunaan
sumber daya, strategi dan pentahapan pelaksanaan pekerjaan;
c) Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka proses perubahan-
perubahan hasil perencanaan yang merupakan justifikasi teknis dan
administrasi, atas persetujuan penyedia jasa dan pemberi tugas;
d) Memberikan masukan teknis hasil perencanaan, yang meliputi
penelitian/hasil tes laboratorium dan pemeriksaan hasil perencanaan dari
sudut efisiensi sumber daya dan biaya, serta kemungkinan
keterlaksanaan konstruksi fisik;
e) Melakukan pengendalian program, melalui kegiatan evaluasi program
terhadap hasil perencanaan, perubahan/penyimpangan teknis dan
administrasi atas persoalan yang timbul serta pengusulan koreksi
program; dan
f) Meneliti dan memberikan rekomendasi perubahan dokumen
perencanaan sesuai dengan kondisi lapangan, menyusun program
pengendalian pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Konstruksi
Terintegrasi Rancang Bangun serta membantu proses pemenuhan
persyaratan perubahan terhadap dokumen hasil perencanaan.
(5) Melakukan atau memfasilitasi koordinasi dengan unit organisasi (unor) dan K/L
terkait, serta MK induk yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan;
(6) Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan konstruksi berdasarkan
rekomendasi hasil perencanaan yang dibuat oleh Penyedia Jasa Konstruksi
Terintegrasi Rancang Bangun yang meliputi evaluasi Desain Engineering
Design (DED), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) program penyediaan dan penggunaan sumber daya,
strategi dan pentahapan pelaksanaan pekerjaan;
(7) Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka proses perubahan-
perubahan hasil perencanaan yang merupakan justifikasi teknis dan
[64]
administrasi, atas persetujuan penyedia jasa dan pemberi tugas;
(8) Memberikan masukan teknis hasil perencanaan, yang meliputi penelitian/hasil
tes laboratorium dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi
sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan konstruksi fisik;
(9) Melakukan pengendalian program, melalui kegiatan evaluasi program terhadap
hasil perencanaan, perubahan/penyimpangan teknis dan administrasi atas
persoalan yang timbul serta pengusulan koreksi program; dan
(10) Meneliti dan memberikan rekomendasi perubahan dokumen perencanaan
sesuai dengan kondisi lapangan, menyusun program pengendalian
pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Konstruksi Terintegrasi Rancang
Bangun serta membantu proses pemenuhan persyaratan perubahan terhadap
dokumen hasil perencanaan.
[65]
E. Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Gambar 5.9.a. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Penyedia Konstruksi Rancang dan
Bangun (design and build) sampai dengan serah terima tahap 1 PHO
[66]
Gambar 5.9.b. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Konstruksi Penyedia Konstruksi
Rancang dan Bangun (design and build) sampai dengan serah terima tahap 1 PHO
[67]
Gambar 5.10. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
A. Pemeriksaan Bersama (Mutual Check/MC-0)
Pemeriksaan Bersama dilaksanakann dengan cara melakukan pengukuran dan
pemeriksaan detail kondisi lapangan, mencakup:
1) Pemeriksaan terhadap desain awal dilakukan untuk menilai kesesuaian desain
[68]
dengan kondisi lapangan;
2) Jika diperlukan penyesuaian terhadap desain, maka dilakukan review desain;
dan penyesuaian terhadap kuantitas (volume) awal berdasarkan review desain
yang dilakukan.
3) Penyesuaian pada gambar desain dan volume awal, harus dicantumkan
Pengawasan dalam berita acara hasil pemeriksaan bersama dan selanjutnya
dilakukan perubahan/adendum kontrak.
4) Prosedur Perubahan di Lapangan mengacu pada Prosedur
[69]
2 Rencana Pelaksanaan Kesesuaian dengan spesifikasi dalam kontrak dan
Pekerjaan gambar desain
b. Tenaga kerja yang terlibat; Kesesuaian kompetensi tenaga kerja dengan rencana
pekerjaan yang diajukan
[70]
Gambar 5.11. Bagar Alir Memulai Pekerjaan
[71]
Gambar 5.14. Bagan Alir Persetujuan Gambar Kerja
[72]
- Pengawasan Mutu Pekerjaan
a. Pengawasan mutu pekerjan dilakukan melaui pemeriksaan dan pengujian terkait : t:
2) Metode Kerja
- Pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan metode kerja yang telah disetujui
oleh Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi;
- Memperhatikan titik tunggu, dimana pekerjaan dapat dilanjutkan bilatahap
pekerjaan sebelumnya telah disetujui.
3) Tenaga kerja yang terlibat Pemeriksaan terkait jumlah tenaga kerja sesuai
dengan rencana.
4) Peralatan yang dibutuhkan Pemeriksaan terkait keteersediaan SILO (Surat Izin
Laik Operasi) dan SIO (Surat Izin Operator) untuk operator masing-masing alat
5) Material yang digunakan, Pengawasan terkait spesifikasi dan jumlah material
dasar dan material olahan sesuai dengan dokumen pengajuan material.
6) Keselamatan Konstruksi (mengacu analisis K3 tiap pekerjaan)
- Dokumen analisis K3 sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi; dan
- Implementasi keselamatan konstruksi per pekerjaan.
7) Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya, pemeriksaan terkait ketersedian sumber
daya tiap pekerjaan sesuai jadwal mobilisasi.
8) Rencana Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Plan/ITP),
pengawasan terhadap kegiatan pemeriksaan dan pengujian
9) Hasil Pekerjaan, pengawasan tekait hasil tia-tiap kegiatan pekerjaan sesuai
dengan persyaratan. Jika ditemukan hasil pekerjaan yang tidak sesuai
spesifikasi, Pengawas Pekerjaan dapat memberikan peringatan dan teguran
tertulis kepada pihak pelaksana pekerjaan dan mengusulkan kepada pengguna
jasa untuk menghentikan pelaksanaan pekerjaan sementara jika pelaksana
pekerjaan tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
10) Pengawasan terhadap proses tiap-tiap kegiatan dilakukan berdasarkan
spesifikasi dan metode kerja yang diajukan.
11) Pengawasan terhadap hasil pekerjaaan dilakukan berdasarkan spesifikasi.
12) Pemeriksaan material pada saat penerimaan dilakukan sesuai Prosedur (P- 04).
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi jasa melakukan pemeriksaan secara visual
dan pengukuran (bila diperlukan), dan disaksikan Pengawas Pekerjaan, untuk
memastikan agar material yang dikirim ke lapangan sesuai dengan material yang
telah distujui.
13) Pemeriksaan dan Pengujian berkala material dilaksanakan sesuai dengan
rencana pengujian pada dokumen Pemeriksaan dan Pengujian (ITP) yang terkait
dengan material tersebut. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa harus
memastikan pengujian berkala memenuhi persyaratan pada kontrak dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku .
14) Pemeriksaan hasil pekerjaan dilakukan pada setiap pekerjaan maupun sub
pekerjaan. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa harus melakukan
pemeriksaan pekerjaan baik fisik maupun administrasi. Jika hasil pekerjaan
sudah sesuai spesfikasi, maka Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi Jasa
[73]
mengajukan permohonan pemeriksaan kepada , Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) .
15) Jika dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan adanya penyesuaian atau
perubahan di lapangan, maka perubahan di lapangan dilaksanakan.
16) Pengendalian ketidaksesuaian hasil pekerjaan dilakukan oleh Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi Jasa dan Pengawas Pekerjaan. Jika dalam pelaksanaan
pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian dengan spesifikasi, Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi Jasa dan Pengawas Pekerjaan membuat laporan
ketidaksesuaian.
- Penerimaan dan Pembayaran Hasil Pekerjaan
a. Penerimaan hasil pekerjaan dilakukan setelah seluruh ketentuan mutu pekerjaan
dalam kontrak dipenuhi;
b. Persetujuan dokumen penagihan didahului dengan pemeriksaan mutu dan volume
hasil pe kerjaan yang telah selesai dikerjakan;
c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyampaikan dokumen tagihan sesuai
dalam kontrak;
d. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan ketidaksesuaian spesifikasi dan volume yang
tertulis dalam dokumen penagihan, maka , Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) berhak untuk tidak menyetujui dokumen
tersebut dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melakukan perbaikan
terhadap hasil pekerjaan maupun dokumen penagihannya;
e. Pembayaran dapat dilakukan setelah hasil pemeriksaan telah disetujui.
- Kontrak Kritis (penjelasan mengenai Show Cause Meeting)
a. Pemberlakuan ketentuan kontrak kritis dilakukan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak;
b. Penanganan kontrak kritis dilakukan melalui rapat pembuktian (Show Cause
Meeting/SCM) sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak;
c. Konsekuensi hasil rapat pembuktian dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
kontrak;
d. Pemutusan kontrak dilakukan sebagai pilihan terakhir jika tidak ada alternatif
penyelesaian lain.
[74]
Gambar 5.15. Bagan Alir Pemeriksaan Material di Lapangan
[75]
Gambar 5.16. Bagan Alir Pelaksanaan Inspeksi
[76]
Gambar 5.17. Bagan Alir Perubahan di Lapanga
[77]
Gambar 5.18. Bagan Alir Penyusunan Laporan Ketidaksesuaian (Oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi)
[78]
Gambar 5.19. Bagan Alir Penyusunan Pernyataan Ketidaksesuaian (Oleh Pengawas Pekerjaan)
[79]
[80]
b) Tahapan Penyelesaian Pekerjaan Konstruksi
[81]
c) Serah Terima Pertama Pekerjaan (Provisional Hand Over/PHO)
- Serah Terima Pekerjaan adalah kegiatan penyerahan pekerjaan yang telah selesai
100% (seratus perseratus) dari Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi kepada
Pengguna Jasa dalam kondisi dan standar sebagaimana disyaratkan dalam kontrak;
- Pernyataan pekerjaan selesai 100% berdasarkan rekomendasi dari Direksi Lapangan
yang disampaikan kepada , Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) ;
- Rekomendasi Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi dikeluarkan
berdasarkan hasil verifikasi lapangan dari Direksi Teknis/Konsultan Manajeman
Konstruksi;
- Isi surat rekomendasi Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi mencakup
tanggal tentatif pekerjaan selesai 100%, daftar cacat mutu dan kekurangan (jika
ada);
- Berdasarkan rekomendasi dari Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi,
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) melakukan Serah terima Pertama Pekerjaan. Hasilnya dituangkan dalam
beritaacara serah terima pertama pekerjaan.
- Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses Serah Terima Pertama Pekerjaan
adalah:
a. Pengujian Akhir Pekerjaan (Test on Completion)
1) Dalam rangka menerima hasil pekerjaan, Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) memerintahkan Direksi
Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi untuk melakukan pemeriksaan dan
pengujian terhadap hasil pekerjaan.
2) Sebelum pelaksanaan pengujian akhir pekerjaan, Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi harus memberitahukan kepada Direksi Lapangan,
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) tentang jadwal pelaksanaan pengujian yang telah disepakati
[82]
dengan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
3) Sebelum tanggal pelaksanaan pengujian, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksiharus memeriksa dokumentasi pengendalian mutu (quality control-
QC).
4) Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi dalam pengujian pada akhir pekerjaan adalah
sebagai berikut:
- Mengecek kesesuaian kinerja secara keseluruhan dari pekerjaan
final yang telah selesai dengan seluruh persyaratan dalam kontrak
maupun kesesuaian maksud dari desain/gambar, sebagai contoh
dimensi,ketinggian, dll;
- Pengujian sampel random minimum oleh Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi (bila diperlukan);
- Evaluasi dari semua dokumen terlaksana (as-built document) yang
menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan telah sesuai dengan
persyaratanpekerjaan dan seluruh laporan ketidaksesuaian (Non-
Conformance Reports/NCR) telah diselesaikan;
- Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi mengevaluasi
dokumentasi dari quality assurance (QA) Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi untuk menyakinkan bahwa seluruh pekerjaan telah
selesai sesuai dengan persyaratan pekerjaan dan seluruh laporan
ketidaksesuaian telah diselesaikan.
5) Untuk pemeriksaan dan uji fungsi, , Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dan Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi dapat mengacu spesifikasi yang ada. Apabila hasil
pemeriksaan terhadap cacat mutu dan uji fungsi belum sesuai dengan
spesifikasi yang ada, maka , Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) berhak menunda persetujuan berita acara
serah terima pekerjaan dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib
melakukan perbaikan terhadap hasil pekerjaan hingga sesuai dengan
spesifikasi yang sudah tercantum dalam kontrak.
6) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam Kontrak maka , Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi menandatangani Berita Acara Serah Terima (BAST)
Pertama Pekerjaan (berita Acara PHO)
7) Setelah penandatanganan BAST Pekerjaan (BAST PHO), , Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) menyerahkan
hasil pekerjaan kepada OWNER. Kemudian OWNER meminta Panitia
Serah Terima Pekerjaan Pertama untuk melakukan pemeriksaan
administratif terhadap hasil pekerjaan yang diserahterimakan. Panitia Serah
[83]
Terima Pekerjaan Pertama dibentuk oleh OWNER.
8) Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan nketidaksesuaian/
kekurangan, Panitia Serah Terima Pekerjaan Pertama melalui OWNER
memerintahkan , Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan
dokumen administratif. Hasil pemeriksaan administratif dituangkan dalam
Berita Acara.
b. Rencana Pemeliharaan
1) Setelah pelaksanaan PHO, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus
menjaga kondisi hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan dalam kontrak.
2) Selama masa pemeliharaan, dibentuk Tim Pemeliharaan yang terdiri dari
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi.
3) Sebelum dimulainya masa pemeliharaan, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus menyerahkan program kerja/rencana kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka melaksanakan pemeliharaan, paling sedikit
mencakup kegiatan:
- Pemeriksaan
- Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk memastikan apakah
komponen/item/fungsi hasil pekerjaan masih sesuai dengan
spesifikasi.
- Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perbaikan
- Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki
kerusakan suatu komponen/item/ fungsi hasil pekerjaan.
- Komponen-komponen yang harus dipelihara serta mekanisme
pemeliharaannya, disesuaikan dengan yang tercantum dalam Manual
Operasi & Pemeliharaan yang harus diserahkan pada saat PHO.
- Dokumen rencana pemeliharaan diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi. Kegiatan/tindakan yang
dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan suatu
komponen/item/ fungsi hasil pekerjaan.
- Komponen-komponen yang harus dipelihara serta mekanisme
pemeliharaannya, disesuaikan dengan yang tercantum dalam Manual
Operasi & Pemeliharaan yang harus diserahkan pada saat PHO.
- Dokumen rencana pemeliharaan diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi.
[84]
Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi.
2) Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
akan memeriksa hasil pekerjaan terlebih dahulu, sebelum
mengeluarkan/menandatangi BAST Pekerjaan.
3) Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti dengan pemberitahuan kepada
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi hal-hal yang harus
diselesaikan/diperbaiki oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi agar hasil
pekerjaan sesuai dengan persyaratan dalam kontrak.
4) Sebelum mengeluarkan BAST pekerjaan, Direksi Teknis/Konsultan
Manajeman Konstruksi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi telah menyerahkan dokumen-
dokumen yang dipersyaratkan (antara lain: manual operasi dan
pemeliharaan); dan
b. Telah dilakukan pengujian terhadap hasil pekerjaan sesuai dengan
persyaratan dalam kontrak (baik pengujian terhadap standard mutu
maupun kinerja/fungsi).
c. Setelah Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyelesaikan
kewajibannya, Direksi Teknis/Konsultan Manajeman Konstruksi
melaporkan hasil pemeriksaan kepada , Pekerjaan Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) .
d. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak, maka , Manajemen
Konstruksi Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh
Unggul Hebat (AMANAH) dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
menandatangani BeritaAcara Serah Terima (BAST) Pertama Pekerjaan.
e. Berita acara serah terima pertama pekerjaan paling sedikit berisi:
- Tanggal difinitif pekerjaan selesai 100%;
- Rencana tanggal serah terima akhir pekerjaan;
- Tanggal berita acara serah terima pertama pekerjaan; dan
- Lain-lain yang diperlukan antara lain rencana pemeliharaan
selamamasa pemeliharaan.
d. Pemeliharan Hasil Pekerjaan
1) Masa Pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6
(enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga)
bulan dan dapat melampaui tahun anggaran.
2) Setelah tahap PHO, Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda
Aceh Unggul Hebat (AMANAH) melakukan pembayaran sebesar 95%
(sembilan puluh lima perseratus) dari harga kontrak, sedangkan yang 5%
(lima perseratus) merupakan retensi selama masa pemeliharaan (jaminan
pemeliharaan).
3) Hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan selama kurun waktu masa
[85]
pemeliharaan sebagai berikut:
i. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melakukan kegiatan
pemeliharaan (pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan)
sebagaimana yang disampaikan dalam dokumen rencana pemeliharaan
sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama
pekerjaan;
ii. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melaksanakan pemeriksaan
berkala sesuai rencana yang disampaikan;
iii. Jika dalam rentang masa pemeliharaan terdapat kerusakan maka
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memperbaiki dan segala
biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan menjadi tanggungjawab
Penyedia JasaPekerjaan Konstruksi;
iv. Jika kerusakan yang terjadi disebabkan oleh unsur suatu keadaan yang
terjadi diluar tanggung jawab para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (keadaan kahar) maka perbaikan dilakukan atas perintah ,
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul
Hebat (AMANAH) dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi serta biaya perbaikan ditanggung oleh , Pekerjaan
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) ;
v. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi menyampaikan laporan
pemeliharaan yang mencakup kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan selama masa pemeliharaan kepada , Pekerjaan
Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) ;
vi. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dapat mengajukan permintaan
secara tertulis kepada , Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk
Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) untuk penyerahan akhir (FHO)
setelah seluruh tanggung jawab selama masa pemeliharaan telah
dilaksanakan sebelum berakhirnya masa pemeliharaan; dan
vii. Gambar terlaksana harus diserahkan sebelum dilakukan serah terima
akhir pekerjaan.
e. Serah Terima Akhir Pekerjaan (Final Hand Over/FHO)
[86]
Gambar 5.23. Diagram Alur FHO
[87]
- Dokumen kontrak lainnya;
- Dokumen terkait dengan pelaksanaan kontrak;
- Dokumen pembayaran;
- Dokumen Perhitungan penyesuaian harga;
- Berita acara pemeriksaan oleh intitusi/lembaga pemeriksa;
- Laporan ketidaksesuaian dan tindak lanjut (status harus diatasi);
- Foto-foto pelaksanaan (0% sebelum pelaksanaan, sedang dilaksanakan
dan100% telah dilaksanakan); dan
- Gambar terlaksana (as built drawing).
c. Dokumen-dokumen lainnya, meliputi:
- Laporan pengelolaan lingkungan;
- Laporan pelaksanaan Keselamatan Konstruksi; dan
- Laporan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan.
d. Dokumen pengoperasian dan pemeliharaan berupa manual/ pedoman
pengoperasian dan perawatan/pemeliharaan.
e. Tahap konstruksi
- Laporan Bulanan, laporan harian & Laporan Mingguan
- Laporan umum
- Laporan Visual
- Laporan kemajuan pekerjaan bulanan
- Laporan keuangan
- Laponan hasil rapat pemberi tugas
- Laporan penggunaan tenaga kerja
- Laporan pemasukan bahan
- Laporan surat menyurat
- Laporan pengamatan waktu pelaksanaan
- Laporan Pengamatan Cuaca
f. Tahap Pemeliharaan
Melakukan Chek list dalam rangka serah terima ke dua pekerjaan
Kontraktor
g. Laporan Akhir Pekerjaan Pengawas
Melaporkan seluruh kegiatan pekerjaan Pengawas sejak Tahap Persiapan
sampaidengan Serah Terima ke dua pekerjaan Kontraktor
h. Form-Form Pengendalian:
- Form persetujuan material
- Form peninjauan lapangan
- Form permohonan ijin pengecoran beton
- Form laporan hasil test kubus beton
- Form pengawasan diluar jam kerja
- Form persetujuan mocked up
[88]
- Form ijin pelaksanaan pekerjaan
- Form persetujuan Shop Drawing
- Form persetujuan As Built Drawing
i. Berita-Berita Acara (BA) terdiri dari:Tahap Konstruksi:
- Berita Acara Kemajuan Pekerjaan Pelaksanaan untuk
pembayaran angsuran
- Berita Acara Pemeriksaan Akhir Pekerjaan Pelaksanaan
- Berita Acara Penelitian untuk Pekerjaan Tambah/Kurang
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan AC
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan tenaga listrik darurat (Diesel)
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan system pompa air bersih
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan telepon
- Berita Acara Uji Coba pekerjaan Instalasi Telepon
- Berita Acara Pemeliharaan Pekerjaan Pelaksanaan
- Berita Acara Serah Terima II Pekerjaan Pelaksanaan
- Dan Berita-berita Acara lainnya yang akan disesuaikan dengan
kebutuhan diproyek.
[89]
menunjang pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sebagai berikut:
5.7.1. Konsep Pembangunan VS Green Building1
Seiring dengan trend perkembangan jaman dan semangat ramah lingkungan
pembangunan gedung harus menerapkan pembangunan yang ramah lingkungan
selain juga harus menerapkan konsep-konsep bangunan dan kriteria yang
disyaratkan oleh Pihak Pemilik Proyek, dimana pada umumnya konsep-konsep,
kriteria dan persyaratan tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan Pihak Pemilik,
dan merespon isu-isu yang berkembang di lingkungan sekitar dan global.
Berdasarkan pengalaman yang kami miliki, kami merasa yakin dan bisa
melaksanakan tugas dengan baik sebagai Konsultan Manajemen Konstruksi.
a. Konsep Arsitektur
Salah satu konsep bangunan yang menarik untuk ditanggapi, adalah tanggap
lingkungan dan ramah lingkungan (GREEN BUILDING). Kami sangat setuju akan
konsep tersebut mengingat isu global warming dan krisis energi saat ini menjadi
isu yang hangat dan dibicarakan di seluruh dunia. Konsep GREEN BUILDING
menurut kami memang seharusnya diterapkan disemua bangunan yang akan
dibangun di muka bumi ini. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat proses
perancangan dan pelaksanaan konstruksi bangunan tersebut harus dipantau
dan dikendalikan agar sesuai dan benar dalam mengakomodasi kaidah-kaidah
perancangan Green Building. Konsep arsitektur bangunan GREEN BUILDING
sesuai garis besar literatur yang kami miliki harus memperhatikan beberapa hal
berikut, antara lain:
Tepat Guna Lahan
Yang dimaksud tepat guna lahan dalam hal ini adalah pemilihan dan
perancangan pembangunan tampak yang mempertimbangkan prinsip-prinsip
ekologi lingkungan, dimana lingkungan tersebut memiliki ambang batas
maksimum yang mendukung kehidupan populasi manusia. Beberapa kriteria
bangunan yang berhubungan dengan konsep tepat guna lahan antara lain:
1. Pemilihan tampak.
2. Manajemen air bersih dan air kotor
3. Sistem Pencahayaan dan Penghawaan alami
4. Sistem mekanikal dan elektrikal terbarukan
5. Transportasi pada indoor maupun outdoor
6. Fasilitas untuk pengguna sepeda dan pedestrian.
7. Lansekap pada lahan.
8. Mengurangi pengaruh heat island.
[90]
9. Keterhubungan komunitas.
Sistem plumbing yang digunakan dalam suatu gedung harus mengacu pada
penghematan air dan mewujudkan kesinambungan penyediaan air bersih untuk masa
depan antara lain dengan cara pengaturan penggunaan air bersih, pemanfaatan air
limbah, dan penggunaan sumber air alternatif. Konservasi air bisa juga seperti
rainwater harvesting.
[91]
Kualitas Udara dan Kenyamanan Ruangan
Merupakan proses untuk menjaga kualitas udara di dalam ruangan yang berdampak
pada kesehatan, kenyamanan, produktivitas manusia sebagai pengguna bangunan
sehingga tingkat okupasi gedung dapat berlangsung secara optimal, yaitu melalui
pengoptimalan penghawaan alami dan penataan lansekap yang optimal.
[92]
Gambar 5.26. Ilustrasi Rekayasa Struktur Berbasis Kinerja (ATC 58)
Hal penting dari perencanaan berbasis kinerja adalah sasaran kinerja bangunan
terhadap struktur dinyatakan secara jelas, sehingga pemilik, penyewa, asuransi,
pemerintahan atau penyandang dana mempunyai kesempatan untuk menetapkan
kondisi apa yang dipilih, selanjutnya ketetapan tersebut digunakan perencana
sebagai pedomannya. Sasaran kinerja terdiri dari kejadian struktur rencana yang
ditentukan (earthquake hazard) dan taraf kerusakan yang diijinkan atau level kinerja
(performance level) dari bangunan terhadapkejadian struktur tersebut. Mengacu
pada FEMA-273 (1997) yang menjadi acuan bagi perencanaan berbasis kinerja
maka kategori level kinerja struktur, adalah:
Gambar diatas menjelaskan secara kualitatif level kinerja (performance levels) FEMA
273 yang digambarkan bersama dengan suatu kurva hubungan gaya-perpindahan
yang menunjukkan perilaku struktur secara menyeluruh (global) terhadap
pembebanan lateral. Kurva tersebut dihasilkan dari analisa statik non-linier khusus
yang dikenal sebagai analisa pushover, sehingga disebut juga sebagai kurva
pushover. Sedangkan titik kinerja (performance point) merupakan besarnya
perpindahan titik pada atap pada saat mengalami struktur rencana.
Analisa Pushover
Analisa pushover merupakan prosedur analisa untuk mengetahui perilaku
keruntuhan suatu bangunan terhadap struktur . Analisa dilakukan dengan
memberikan suatu pola beban lateral statik pada struktur, yang kemudian secara
bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali sampai satu target perpindahan
lateral dari suatu titik acuan tercapai. Biasanya titik tersebut adalah titik pada atap,
[93]
atau lebih tepat lagi adalah pusat massa atap.
Analisa pushover menghasilkan kurva pushover (Gambar 5), kurva yang
menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar (V) versus perpindahan titik
acuan pada atap (D). Pada proses pushover, struktur didorong sampai mengalami
leleh disatu atau lebih lokasi di struktur tersebut. Kurva kapasitas akan
memperlihatkan suatu kondisi linier sebelum mencapai kondisi leleh dan
selanjutnya berperilaku non-linier. Kurva pushover dipengaruhi oleh pola distribusi
gaya lateral yang digunakan sebagai beban dorong.
Tujuan analisa pushover adalah untuk memperkirakan gaya maksimum dan
deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh informasi bagaimana saja yang
kritis. Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perhatian
khusus untuk pendetailan atau stabilitasnya.
[94]
Gambar 5.27. Konsep Transformasi Bermukim
[95]
Pelaksanaan Proyek
Strategi paling tepat dalam pengendalian waktu pelaksanaan dan
mengantisipasi keterlambatan proyek konstruksi adalah dengan membuat Risk
Management yang berdampak atas waktu pelaksanaan. Bagian penting atas risk
management tersebut adalah adanya risk response dan aplikasinya.
Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya risiko
yang berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi. Risiko yang terjadi telah
berdampak negatif pada schedule proyek. Ini terjadi karena kurang memadainya
risk management yang dibuat.
Konsultan akan menerapkan strategi percepatan proyek dengan risk
respons dalam risk management system approach. Apabila faktor risiko telah
terjadi maka strategi yang diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor yang
menyebabkan keterlambatan proyek
jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat karakteristik khusus suatu proyek
konstruksi dan faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek, Konsultan akan
menerapkan pengelolaan resiko keterlambatan proyek dan akan mengusulkan
rekomendasi strategi berupa preventive dan corrective action dalam melakukan
percepatan proyek konstruksi.
[96]
mengenai posisi kemajuan proyek dalam jangka waktu tertentu serta dapat
memperkirakan progress proyek pada periode selanjutnya dalam hal biaya dan
waktu penyelesaian proyek. Konsep earned value memberikan dimensi yang
ketiga selain biaya aktual dan biaya rencana. Dimensi yang ketiga ini adalah
besarnya pekerjaan secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut earned
value/percent complete. Dengan adanya dimensi ketiga ini, akan dapat lebih
memahami seberapa besar kinerja yang dihasilkan dari sejumlah biaya yang telah
dikeluarkan. Dengan demikian konsep earned value tersebut dapat
mengintegrasikan antara informasi waktu dan biaya sehingga dapat digunakan
sebagai alat ukur kinerja yang mengintegrasikan antara aspek biaya dan aspek
waktu.
[97]
konservasi energi, efisiensi pemanfaatan air, dan sumber daya lainnya.
Selama masa konstruksi serta minimimalisasi dan mengelola limbah konstruksi
dengan baik. Adapun konsep green construction mencakup hal – hal sebagai
berikut :
- Perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi,
- Konservasi material terkait dengan TKDN,
- Tepat guna lahan,
- Manajemen limbah konstruksi,
- Penyimpanan dan perlindungan material,
- Kesehatan lingkungan kerja,
- Menciptakan lingkungan kerja yang ramah lingkungan,
- Pemilihan dan operasional peralatan konstruksi,
- Dokumentasi
[98]
5.7.7. Optimalisasi Desain pada Bangunan Gedung sebagai Landmark
dan Ruang Publik
Bangunan gedung ini diharapkan dapat memberikan imagenya sebagai
bangunan Landmark yang dapat menunjukan ciri khas arsitektur lokal.
Konsep perencanaan dan perancangan selayaknya dapat selaras dengan
filosofi dan identitas kearifan budaya lokal.
Konsultan Manajemen Konstruksi melalui Tenaga Ahli yang ditugaskan
akan berperan aktif dengan memberikan usulan/alternatif-alternatif desain
serta melakukan review perencanaan untuk menyempurnakan hasil
pekerjaan yang akan diserahkan kepada Pengguna Jasa.
[99]
dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
c) Metode Kerja Pelaksanaan Konstruksi
Produk perancangan teknis adalah berupa gambar pelaksanaan. Gambar
pelaksanaan tersebut nantinya akan menjadi acuan bagi Kontraktor untuk
menentukan metode pelaksanaan konstruksi. Untuk itu gambar
pelaksanaan selayaknya dapat mempertimbangkan aspek Constructability
yaitu aspek kemudahan dan kepraktisan dalam metode pelaksanaan
konstruksi sehingga dapat menghasilkan proses pelaksanaan konstruksi
fisik yang efektif dan efisien.
[100]
karena sudah terlihat dari satu model bangunan tersebut. Kami akan membuat
suatu model bangunan secara 3D dengan data dari masing-masing Konsultan
Perencana dan mereviewnya secara holistik (menyeluruh dan menyatu).
Untuk mereview dan membuat suatu model bangunan tersebut, kami
menggunakan program Autodesk® REVIT yang merupakan spesialisasi kami
sebagai Konsultan MK.
Autodesk® REVIT merupakan suatu program BIM (Building Information
Modeling), dimana pada intinya dengan menggunakan program tersebut, kami
bisa menggabungkan gambar arsitek, struktur, dan M/E menjadi satu model
tunggal secara 3D dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh.
Semua gambar tampak/potongan nantinya akan dihasilkan dari model tunggal
tersebut sehingga hasilnya tidak mungkin salah/ berbeda dan tentunya akan
sangat berguna untuk mengetahui ketidaksesuaian gambar perencanaan
arsitek/ struktur/ME yang umumnyaterjadi tadi.
Dengan cara ini permasalahan yang akan timbul bisa diketahui sebelumnya
dan dicari solusinya, sehingga memudahkan tahap pelaksanaan pada
nantinya.
Secara garis besar, langkah-langkah yang akan kami lakukan menggunakan
program tersebut dalam metode pengendalian (engineering) Pengawas
adalah:
1. Membuat layout dasar dari bangunan, meliputi:
As-as bangunan
Jumlah lantai bangunan
Elevasi bangunan
2. Mengimport gambar CAD struktur dan membuat model:
Sistem Pondasi
Tie Beam dan Pembalokan
Plat lantai
Struktur atap dan atap
3. Mengimport gambar CAD arsitektur dan membuat model:
Dinding dan curtain wall
Finishing lantai
Pintu-pintu dan jendela
Plafon dan asesorisnya
4. Mengimport gambar CAD M/E dan membuat model:
Instalasi ducting dan peralatannya
Instalasi pemipaan beserta fixturenya
Instalasi kabel beserta fixturenya
Instalasi peralatan mekanikal.
[101]
satu objek tunggal secara 3D, maka terciptalah suatu komposit drawing yang
holistik, yaitu menyatu dan menyeluruh. Untuk membuat tampak dan potongan
maka kita cukup menarik satu garis dan terciptalah gambar tampak/ potongan
berdasarkan objek 3D yang sudah dibuat. Sehingga permasalahan yang
mungkin ada mudah dicari dan bisa tervisualisasi dengan mudah. Selain bisa
menampilkan gambar komposit drawing, software tersebut juga bisa
menghitung volume pekerjaan dari tiap-tiap item yang ada di dalam obyek
tunggal tersebut. Hal tersebut bisa terjadi karena setiap item yang
digambarkan mengandung informasi yang sebenarnya dan berbeda-beda
sesuai peruntukannya. Dengan tampilan 3D yang dimiliki, software tersebut
juga bisa mensimulasikan alur kerja dan progress proyek secara secara cepat
dan real time. Berikut ini beberapa contoh gambar yang dihasilkan oleh
Autodek® Revit: Beberapa contoh gambar yang dihasilkan Autodesk® Revit:
Gambar 5.30. Kiri : Gambar Instalasi AC, Kanan : Gambar Komposit Ducting –
Plumbing
[102]
Gambar 5.31. Detail Komposit Arsitektur - M/E
B. Primavera® Suretrack
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut proyek, Pengawas akan
merumuskan program pencapaian sasaran fisik proyek terkait dengan waktu
yang direncanakan. Dalam melaksanakan pengendalian waktu ini, langkah
[103]
awal yang dilakukan adalah menetapkan tujuan dan sasaran berupa milestone
proyek. Program tersebut terdiri dari pembuatan Master Schedule dalam
bentuk Network Planning, Bar Chart, dan pembuatan kurva ―S‖ rencana induk
program.
Primavera® SureTrack Project Manager adalah suatu program time
scheduling untuk suatu manajemen proyek dengan fungsi dasar sama dengan
microsoft project tetapi memiliki beberapa kelebihan yang sangat berguna
untuk proses pengendalianwaktu dan biaya dari suatu proyek.
Kelebihan program ini dibandingkan dengan Microsoft Project adalah bisa
menganalisa beberapa hal sebagai berikut:
- progres rencana vs realisasi.
- critical activity/aktivitas kritis.
- prediksi mundur atau majunya waktu pelaksanaan.
- cash flow proyek.
Contoh-contoh gambar bentuk pengendalian diolah
menggunakan PrimaveraSureTrack Project Manager:
[104]
Gambar 5.34. Contoh Keterkaitan Pekerjaan dan Penentuan titik Kritis Pekerjaan
[105]
Gambar 5.35. Contoh Analisa Cashflow Proyek
C. Microsoft Project
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut proyek, Pengawas akan
merumuskan program pencapaian sasaran fisik proyek terkait dengan waktu
yang direncanakan. Dalam melaksanakan pengendalian waktu ini, langkah
awal yang dilakukan adalah menetapkan tujuan dan sasaran berupa milestone
proyek. Program tersebut terdiri dari pembuatan Master Schedule dalam
bentuk Network Planning, Bar Chart, dan pembuatan kurva ―S‖ rencana induk
program. Microsoft Project adalah suatu program time scheduling untuk suatu
manajemen proyek yang sangat berguna untuk proses pengendalian waktu
dan biaya dari suatu proyek.
[106]
Sumber: Paparan “Kebijakan Penerapan teknologi Building Information Modelling (BIM)”, Iwan Suprijanto, Kapus
Pengembangan Sarpras Pendidikan, Olahraga, dan Pasar, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Gambar 5.36. Permasalahan Konstruksi bidang Bangunan Gedung
[107]
Keuntungan penerapan teknologi BIM pada Jasa Manajemen Konstruksi Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH). adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena adanya koordinasi dan kolaborasi informasi
yang terintegrasi satu sama lainnya (collaboration management);
2. Mendeteksi mitigasi/mengurangi risiko dalam proses perencanaan, ketidakpastian,
meningkatkan keselamatan, menganalisis dampak potensial;
3. Mengoptimalisasi resources (biaya, waktu dan SDM);
4. Memproduksi gambar teknis lebih cepat dan akurat; serta
5. Meminimalisir terjadinya variation order (VO).
Pengaplikasian BIM menggunakan perangkat lunak dalam pengerjaan suatu proyek
konstruksi. membutuhkan perangkat lunak khusus, seperti Tekla Structural Designer,
Autodesk Revit, ArchiCAD, AECOSim, dan software lainnya, namun sekedar penerapan
software tersebut hanya menjabarkan kulit luar dari pengaplikasian metode BIM itu
sendiri. Point BIM tidak hanya ditekankan pada model 3 dimensi akan tetapi bagaimana
suatu informasi dikembangkan, dikelola, dibagi, melalui kolaborasi yang lebih baik.
Pemodelan BIM tidak hanya mereprentasikan 2D dan 3D saja, namun selain 3D,
keluarannya dapat diperoleh 4D, 5D, 6D dan bahkan sampai 7D. 3D berbasis obyek
pemodelan parametric, 4D adalah urutan dan penjadwalan material, pekerja, luasan area,
waktu, dan lain-lain, 5D termasuk estimasi biaya dan part-lists, dan 6D
mempertimbangkan dampak lingkungan termasuk analisis energi dan deteksi konflik,
serta 7D untuk fasilitas manajemen, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
[108]
Gambar 5.39. Desain 3D
Dimensi 4D (Time/ Scheduling), dihasilkan dengan kemampuan memvisualisasikan
urutan konstruksi, yaitu integrasi fase konstruksi proyek dan urutan ke model tiga dimensi.
Dapat mengandung berbagai tingkat rincian untuk digunakan dalam berbagai fase
konstruksi oleh owner, subkontraktor, dan lainnya.
[109]
Gambar 5.42. D6, Analisis energi (kiri) dan collision detection (kanan)
Serta Dimensi 7D (Facility Management Application), yang digunakan dalam operasi
dan pemeliharaan fasilitas sepanjang siklus keberadaan Kawasan Industri Terpadu
Batang Memungkinkan user untuk mengekstrak dan melacak data seperti status
komponen, spesifikasi, pemeliharaan/manual operasi, data garansi dan lainnya sehingga
penggantian lebih mudah dan lebih cepat. Tersedia pula proses untuk mengelola data
supplier sub kontraktor/dan komponen fasilitas melalui seluruh siklus hidup fasilitas.
(Sumber: Trimble)
[110]
Gambar 5.44. Lifecycle of BIM
[111]
mengakibatkan permasalahan yang berdampak pada biaya proyek yang tinggi.
Hal ini dapat diwujudkan melalui kerjasama dan koordinasi dari seluruh staff
proyek, oleh karena itu sangat penting untuk memiliki kerjasama dengan baik.
Menggunakan BIm terutama meningkatkan upaya kolaborasi dari tim proyek.
Arsitek dan insinyur dapat menguji ide-ide desain mereja termasuk analisis
energi. Manajer konstruksi dapat memberikan constructabilitu, sequencing,
valuer dan engineering report. BIM juga bisa memulai koordinasi 3D antara
sub kontraktor dan vendor selama tahap-tahap awal desain. Pemilik proyek
dapat secara visual melihat desain yang diinginkan. Secara keseluruhan, BIM
mempromosikan kolaborasi semua peserta proyek.
[112]
Gambar 5.46. Diagram Alur Pengolahan Data dan Analisis
[113]
5.7.11. Pembuatan Sistem Informasi Managemant
Pelaksanaan Monitoring, Supervisi dan Evaluasi Kegiatan merupakan salah satu
bagian terpenting dalam menjamin keberhasilan suatu proses. Akurasi dan
ketepatan data merupakan kunci sukses dalam monitoring dan evaluasi. Dengan
dukungan SIM yang ada, serta pemanfaatan sumber-sumber informasi jalur yang
lain maka monitoring dapat dilakukan secara menyeluruh.
Strategi monitoring, supervisi dan evaluasi yang akan digunakan adalah sebagai
berikut :
[114]
a. Online Monitoring, Supervisi dan Evaluasi menggunakan sistem monev
yang telah included dalam SIM. Metoda monev yang diterapkan mestinya
mampu untuk memantau aktivitas riil maupun referensi basis / target yang
menjadi dasar kriteria pencapaian sehingga mampu menunjukkan tingkat
pencapaian serta kinerja dari setiap proses pelaksanaan kegiatan maupun
pelakunya (termasuk Tenaga Ahli) yang dimonitor. Sistem monev ini harus
bisa dilakukan untuk setiap tingkatan, baik untuk tujuan evaluasi dari
tingkatan yang lebih rendah oleh tingkatan yang lebih tinggi, maupun
untuk evaluasi diri guna tindak lanjut dalam perbaikan pelaksanaan
proses.
b. Desk Monitoring, Supervision and Evaluation, dimana metoda ini dilakukan
dengan cara melakukan verifikasi data dan informasi yang berasal dari
lapangan melalui laporan tim fasilitator maupun sumber-sumber lain, serta
evaluasi berdasarkan laporan yang dihasilkan dari SIM melalui operator.
Dari metoda ini akan dapat dideteksi ketidakwajaran atau ketidaksesuaian
antara informasi online dengan kondisi riil di lapangan sehingga dapat
dihindari penyimpangan ataupun ketidak-akuratan data dan informasi yang
berkelanjutan.
c. Observasi Lapangan. Metoda ini dilakukan secara berkala dengan jalan
memonitor langsung kondisi di lapangan oleh Tenaga Ahli Monitoring dan
Pelaporan. Hasil monitoring langsung di lapangan tersebut yang diperkuat
dengan informasi dan observasi lapangan yang dilakukan oleh Tenaga
Ahli yang lain serta sumber-sumber ketiga, akan sangat bermanfaat untuk
melakukan evaluasi kegiatan maupun kinerja pelaku di lapangan.
Hasil dari Monitoring, Supervisi dan Evaluasi bisa diakses online riil time
mencakup Informasi sebagai berikut :
Pencapaian progres setiap minggu, proses pelaksanaan kegiatan dan
status kinerja yang telah berhasil dicapai oleh setiap pelaku,
berdasarkan indikator-indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Eksisting kondisi yang termonitor serta hasil evaluasi yang diperoleh
selanjutnya digunakan dalam menentukan strategi guna meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan proses berikutnya;
Identifikasi kendala-kendala yang potensial muncul sehingga dapat
dilakukan antisipasi supaya tidak muncul sebagai penghambat;
Sumber penyusunan laporan yang akurat dan dapat dipercaya;
Sebagai informasi untuk evaluasi diri;
Sebagai sumber informasi bagi stake holder
[115]
a. Syarat Real Time System
Suatu sistem komputasi dinamakan real-time jika sistem tersebut dapat
mendukung eksekusi program / aplikasi dengan waktu yang memiliki
batasan, atau dengan kata lain suatu sistem real-time harus memiliki :
1. Batasan waktu dan memenuhi deadline, artinya bahwa
aplikasi harus menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang telah
dibatasi atau ditentukan.
2. Dapat diprediksi, artinya bahwa sistem harus bereaksi terhadap
semua kemungkinan kejadian selama kejadian tersebut dapat
diprediksi.
3. Proses bersamaan, artinya jika ada beberapa proses yang
terjadi bersamaan,maka semua deadline nya harus terpenuhi.
4. Dapat mengerjakan hal-hal yang penting saja, mengatur strategi
task-task manayang harus dikerjakan lebih dahulu.
5. Membuat processor agar bekerja lebih cepat, sehingga dapat
ditingkatkanjumlah taskyang diselesaikan.
6. Menemukan tingkat effisiensi waktu.
7. Waktu proses merupakan sesuatu yang vital dan dianggap penting.
8. Suatu sistem dimana respon tepat waktu oleh komputer
merupakan halyangdianggap vital.
b. Karakteristik Dari Real Time System :
1. Single purpose.
Tidak seperti PC, yang memiliki banyak kegunaan, sebuah sistem
waktu nyata biasanya hanya memiliki satu tujuan, seperti
mentransfer sebuah lagu dari komputer ke mp3 player.
2. Small size.
Kebanyakan sistem waktu nyata banyak yang ada memiliki physical
space yang terbatas.
c. Inexpensively mass-produced.
Sistem operasi waktu nyata memenuhi persyaratan waktu yang
ditentukan dengan menggunakan algoritma penjadwalan yang
memberikan prioritas kepada proses waktu nyata yang memiiki
penjadwalan prioritas tertinggi. Selanjutnya, penjadwals harus
menjamin bahwa prioritas dari proses waktu nyata tidak lebih dari batas
waktu yang ditentukan. Kedua, teknik untuk persyaratan waktu
pengalamatan adalah dengan meminimalkan response time dari
sebuah events seperti interup.
Konsultan kami menyediakan IT-environment berbasis nviuser
interface, yang dapat diakses baik dilihat maupun diedit oleh tim yang
mendapat izin untuk mengakses.
[116]
5.7.12. Penanganan Pengaduan/Keluhan
Selama pelaksanaan proyek, keluhan atau pengaduan dapat datang dari berbagai
pihak, baik dari masyarakat, konsultan maupun kontraktor. Mekanisme
Penanganan Keluhan akan diusulkan untuk dibentuk oleh PPK dan diungkapkan
kepada masyarakat lokal, selain tercermin dalam semua dokumen upaya
perlindungan, untuk memastikan bahwa orang yang terkena dampak dapat
menyampaikan keluhan mereka dan mendapatkan pertimbangan dan
penyelesaian yang tepat waktu.
[117]
Dalam hal ini, tim konsultan MK akan mendukung PPK dan Owner Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) dalam menetapkan
dan mengoperasikan Mekanisme dan Prosedur Penanganan Pengaduan/Keluhan,
termasuk memperkuat kapasitas staf PPK dalampenanganan pengaduan/keluhan.
Konsultan MK juga akan memantau efektivitas mekanisme penanganan keluhan,
dan mengusulkan perbaikan jika diperlukan. Pemantauan juga akan ditujukan
pada jumlah pengaduan dan yang dapat diselesaikan.
Untuk melaksanakan tugas, Konsultan Manajeman Konstruksi tidak terbatas pada data
dari pemberi kerja sehingga harus :
- Mencari sendiri informasi yang dibutuhkan selain informasi dalam KAK maupaun
informasi dari Pengguna Jasa;
- Memeriksa kebenaran informasi yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya,
baik yang berasal dari KAK, maupun informasi lainnya;
- Informasi Pengawas yang dibutuhkan meliputi; Dokumen pelaksanaan yang terdiri
dari gambar rencana dan gambar pelaksanaan, RKS, Berita Acara Aanwijzing
sampai tahap penetapan pemenang, dokumen kontrak konstruksi; Jadwal
pelaksanaan (bar Chart, S Curve dan net work planning pekerjaan yang dibuat
oleh Kontraktor); KAK; peraturan, standar dan pedoman (teknis dan non teknis)
yang berlaku untuk pekerjaan pengawasan, termasuk petunjuk teknis pengawasan
mutu pekerjaan, dan informasi lainnya.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan dan pencapaian target dan capaian
sesuai dengan KAK maka diperlukan komposisi personil sesuai dengan lingkup tugas dan
bidang keilmuannya, sebagai berikut:
[118]
Tabel 5.6 Uraian Tugas Personil
Posisi Penugasan Uraian Tugas Tenaga Ahli
1 2
TIEM LEADER 1) Memimpin Team dalam melaksanakan Manajemen Konstruksi pekerjaan sesuai
dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK);
2) Mengoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi untuk setiap
pelaksanaan pengukuran atau rekayasa lapangan yang dilakukan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi dan menyampaikan laporan kepada PPK sehingga dapat segera
diambil keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan pengembalian kondisi,
pekerjaan minor yang mendahului pekerjaan utama dan rekayasa terperinci lainnya;
3) Mengoordinasikan seluruh Tenaga Ahli Konsultan Pengawas secara teratur dan
memeriksa seluruh pekerjaan di lapangan serta memberi penjelasan tertulis kepada
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi mengenai apa yang sebenarnya dituntut dalam
pekerjaan tersebut;
4) Memastikan bahwa Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi memahami Dokumen
Kontrak Pekerjaan Konstruksi secara benar, melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan spesifikasi serta gambar-gambar, dan menerapkan metode konstruksi yang
tepat dengan kondisi lapangan untuk setiap pelaksanaan pekerjaan;
5) Memeriksa dengan teliti setiap gambar-gambar kerja dan analisa/perhitungan
konstruksi dan kuantitasnya, yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
sebelum pelaksanaan pekerjaan;
6) Melakukan inspeksi secara teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua lokasi
pekerjaan dalam kontrak serta membuat laporan kepada PPK terhadap hasil inspeksi
lapangan;
7) Memonitor dan mengevaluasi kemajuan pekerjaan dan segera melaporkan kepada
PPK jika terdapat kemajuan pekerjaan yang tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi dan dapat berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian pekerjaan
yang direncanakan. Dalam kondisi tersebut, maka Team Leader membuat
rekomendasi kepada PPK secara tertulis untuk mengatasi keterlambatan;
8) Memeriksa semua kuantitas dan volume hasil pengukuran setiap pekerjaan yang telah
selesai yang disampaikan oleh Quantity Engineer;
9) Mengoordinasikan perhitungan dan pembuatan sketsa yang benar kepada PPK di
setiap lokasi pekerjaan untuk bahan pertimbangan dalam pengampilan
keputusan/persetujuan;
10) Mengoordinasikan penyusunan laporan mengenai kemajuan fisik dan keuangan
pekerjaan konstruksi yang menjadi kewenangannya dan menyerahkannya kepada
PPK;
11) Mengawasi dan memeriksa pembuatan Gambar Terbangun/Terpasang (as-built
drawings) dan mengupayakan agar semua gambar tersebut dapat diselesaikan
sebelum serah terima pertama (provisional hand over)
12) Menyimpan arsip gambar desain dan menyusun korespondensi kegiatan, laporan
harian, laporan mingguan, laporan kemajuan pekerjaan dan pengukuran pembayaran;
13) Merinci dan menjelaskan pekerjaan secara teknis sehubungan dengan Contract
Change Order/Addendum;
14) Membuat persyaratan penerimaan “Acceptance” atau penolakan “Rejection” bahan,
material, alat dan produk pekerjaan;
15) Melakukan pemantauan dan segera melaporkan kepada pelaksana kegiatan apabila
kemajuan pekerjaan ternyata mengalami keterlambatan lebih dari 10% dari rencana.
Membuat saran-saran penanggulangan serta pemecahan masalah yang timbul di
lapangan;
16) Menandatangani semua dokumen yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya,
seperti MC Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, gambar-gambar kerja (Shop
Drawing), gambar akhir pelaksanaan (As-built Drawing) dan perhitungan-perhitungan
konstruksi lainnya.
17) Bertanggung Jawab berkoordinasi dan melaporkan secara berkala maupun
inspeksional kepada PPK pada saat diperlukan.
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang Struktur Bangunan Gedung
[119]
(Ahli Struktur Bangunan dan Geoteknik;
Gedung) 2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian struktur terkait;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
6) Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
7) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request for work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
terhadap aspek bidangnya;
8) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
9) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
10) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
11) konstruksi di lapangan, serta situasi yang berpengaruh kepada struktur serta
memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan tersebut;
12) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi.
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang Arsitektur Bangunan Gedung;
(Ahli ARsitektur 2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
Bangunan Gedung) dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian arsitektural terkait;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request of work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
terhadap aspek bidangnya;
7) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
8) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
9) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
konstruksi di lapangan, serta situasi yang berpengaruh kepada struktur serta
memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan tersebut;
10) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi. Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar
perencanaan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di
lapangan serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
11) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
12) Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan reviu desain, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada Team Leader;
13) Membantu Team Leader melakukan pengarahan, pengawasan (waktu dan
spesifikasi/kualitas), pelaporan, reviu desain, pada pekerjaan arsitekur dan lainnya.
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang M.E.P bagian mekanikal
(Ahli Mekanikal dan sesuai arahan Team Leader ;
Plumbing) 2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian MEP terkait;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request for work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
[120]
terhadap aspek bidangnya;
7) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
8) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
9) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
konstruksi di lapangan bidang mekanikal sesuai arahan team leader, serta situasi yang
berpengaruh kepada proyek serta memberikan rekomendasi penyelesaian
permasalahan tersebut;
10) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi. Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar
perencanaan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di
lapangan serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
11) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
12) Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan reviu desain, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada Team Leader;
13) Membantu Team Leader melakukan pengarahan, pengawasan (waktu dan
spesifikasi/kualitas), pelaporan, reviu desain, pada pekerjaan M.E.P dan lainnya
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang M.E.P bagian elektrikal
(Ahli Elektrikal) sesuai arahan Team Leader ;
2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian MEP terkait;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request for work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
terhadap aspek bidangnya;
7) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
8) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
9) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
konstruksi di lapangan bidang mekanikal sesuai arahan team leader, serta situasi yang
berpengaruh kepada proyek serta memberikan rekomendasi penyelesaian
permasalahan tersebut;
10) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi. Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar
perencanaan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di
lapangan serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
11) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
12) Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan reviu desain, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada Team Leader;
13) Membantu Team Leader melakukan pengarahan, pengawasan (waktu dan
spesifikasi/kualitas), pelaporan, reviu desain, pada pekerjaan M.E.P dan lainnya.
Supervision Engineer 1) Bertanggung jawab atas seluruh hasil pekerjaan di bidang Lanskap;
(Ahli Lanskap) 2) Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar perencanaan
dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di lapangan
serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
3) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pengkajian lanskap terkait, termasuk pekerjaan
pendahuluan, rancangan tanaman dan bangunan taman yang rumit, bangunan tanaman
(Hardscape) sederhana, pekerjaan tanaman (Softscape), pemeliharaan sebelum
penyerahan serta pekerjaan bidang lanskap lainnya;
5) Memastikan metode konstruksi dan hasil pekerjaan yang dihasilkan Penyedia Jasa
[121]
Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Menerima dokumen pengajuan permohonan izin pelaksanaan memulai pekerjaan
(request for work) dari pelaksana konstruksi, kemudian melakukan pemeriksaan
terhadap aspek bidangnya;
7) Membuat justifikasi teknis terhadap usulan perubahan yang diajukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi;
8) Mencatat seluruh pelaksanaan pekerjaan serta seluruh perubahan dan ketidaksesuaian
pelaksanaan pekerjaan dari perencanaan serta melaporkannya kepada Team Leader;
9) Melakukan analisa terhadap kemungkinan permasalahan pada proses pelaksanaan
konstruksi di lapangan, serta situasi yang berpengaruh kepada struktur serta
memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan tersebut;
10) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi.
11) Memeriksa dan menyetujui laporan teknis yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi. Melakukan kajian desain awal dan memeriksa kesesuaian antara gambar
perencanaan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan kondisi di
lapangan serta memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan standar dan spesifikasi;
12) Memberikan rekomendasi terhadap penyusunan Shop Drawing dan As-built Drawing;
13) Memberikan saran penanganan apabila ada permasalahan reviu desain, serta alternatif
tindak lanjut penangananya kepada Team Leader;
14) Membantu Team Leader melakukan pengarahan, pengawasan (waktu dan
spesifikasi/kualitas), pelaporan, reviu desain, pada pekerjaan Lanskap dan lainnya.
Quality Engineer 1) Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap mutu proses dan hasil
(Ahli Muda Struktur pekerjaan, material dan peralatan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan dokumen
Bangunan Gedung) perubahannya dalam lingkup pekerjaan struktur dan infrastruktur serta Geoteknik sesuai
arahan Team Leader;
2) Melakukan pengawasan atas pemasangan, pengaturan dan penempatan alat ukur dan
alat uji sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
3) Melaksanakan pengawasan atas semua pengujian yang dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam rangka pengendalian mutu material serta hasil
pekerjaannya, dan segera melaporkan kepada Team Leader jika terdapat
ketidaksesuaian dan cacat mutu baik dalam prosedur maupun hasil pengujiannya;
4) Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan dan memberikan laporan
secara tertulis kepada Team Leader atas persetujuan dan penolakan penggunaan
material dan hasil pekerjaan;
5) Mengawasi semua pelaksanaan pengujian di lapangan yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi dan dokumen
perubahannya;
6) Menyerahkan laporan bulanan yang di antaranya berisikan laporan hasil pengendalian
mutu, data laboratorium serta pengujian di lapangan beserta risalah/kesimpulan dari
data yang ada kepada Team Leader untuk selanjutnya dilaporkan kepada PPK;
7) Menyiapkan format laporan pengendalian mutu pekerjaan, pengujian hasil pekerjaan
dan kriteria penerimaan pekerjaan;
8) Menyampaikan laporan hasil uji data mutu material, jumlah benda uji mutu dan mutu
keluaran pekerjaan kepada Team Leader;
9) Membuat rekomendasi kepada Team Leader terhadap ketidaksesuaian mutu pekerjaan
dan tindak lanjut penanganannya, guna pencegahan ketidaksesuaian; dan
10) Memberikan panduan di lapangan bagi personel Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
mengenai metodologi pengujian mutu bahan dan pekerjaan
Quality Engineer 1) Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap mutu proses dan hasil
(Ahli Muda pekerjaan, material dan peralatan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan dokumen
Arsitektur Bangunan perubahannya dalam lingkup pekerjaan arsitektur dan lanskap sesuai arahan Team
[122]
Gedung) Leader;
2) Melakukan pengawasan atas pemasangan, pengaturan dan penempatan alat ukur dan
alat uji sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
3) Melaksanakan pengawasan atas semua pengujian yang dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam rangka pengendalian mutu material serta hasil
pekerjaannya, dan segera melaporkan kepada Team Leader jika terdapat
ketidaksesuaian dan cacat mutu baik dalam prosedur maupun hasil pengujiannya;
4) Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan dan memberikan laporan
secara tertulis kepada Team Leader atas persetujuan dan penolakan penggunaan
material dan hasil pekerjaan;
5) Mengawasi semua pelaksanaan pengujian di lapangan yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi dan dokumen
perubahannya;
6) Menyerahkan laporan bulanan yang di antaranya berisikan laporan hasil pengendalian
mutu, data laboratorium serta pengujian di lapangan beserta risalah/kesimpulan dari
data yang ada kepada Team Leader untuk selanjutnya dilaporkan kepada PPK;
7) Menyiapkan format laporan pengendalian mutu pekerjaan, pengujian hasil pekerjaan
dan kriteria penerimaan pekerjaan;
8) Menyampaikan laporan hasil uji data mutu material, jumlah benda uji mutu dan mutu
keluaran pekerjaan kepada Team Leader;
9) Membuat rekomendasi kepada Team Leader terhadap ketidaksesuaian mutu pekerjaan
dan tindak lanjut penanganannya, guna pencegahan ketidaksesuaian; dan
10) Memberikan panduan di lapangan bagi personel Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
mengenai metodologi pengujian mutu bahan dan pekerjaan.
Quality Engineer 1) Memeriksa, mengawasi dan melakukan pengujian terhadap mutu proses dan hasil
(Ahli Muda pekerjaan, material dan peralatan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan dokumen
Mechanical, perubahannya dalam lingkup pekerjaan M.E.P sesuai arahan Team Leader;
Electrical, Plumbing) 2) Melakukan pengawasan atas pemasangan, pengaturan dan penempatan alat ukur dan
alat uji sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
3) Melaksanakan pengawasan atas semua pengujian yang dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi dalam rangka pengendalian mutu material serta hasil
pekerjaannya, dan segera melaporkan kepada Team Leader jika terdapat
ketidaksesuaian dan cacat mutu baik dalam prosedur maupun hasil pengujiannya;
4) Menganalisa semua data hasil pengujian mutu pekerjaan dan memberikan laporan
secara tertulis kepada Team Leader atas persetujuan dan penolakan penggunaan
material dan hasil pekerjaan;
5) Mengawasi semua pelaksanaan pengujian di lapangan yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi dan dokumen
perubahannya;
6) Menyerahkan laporan bulanan yang di antaranya berisikan laporan hasil pengendalian
mutu, data laboratorium serta pengujian di lapangan beserta risalah/kesimpulan dari
data yang ada kepada Team Leader untuk selanjutnya dilaporkan kepada PPK;
7) Menyiapkan format laporan pengendalian mutu pekerjaan, pengujian hasil pekerjaan
dan kriteria penerimaan pekerjaan;
8) Menyampaikan laporan hasil uji data mutu material, jumlah benda uji mutu dan mutu
keluaran pekerjaan kepada Team Leader;
9) Membuat rekomendasi kepada Team Leader terhadap ketidaksesuaian mutu pekerjaan
dan tindak lanjut penanganannya, guna pencegahan ketidaksesuaian; dan
10) Memberikan panduan di lapangan bagi personel Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
mengenai metodologi pengujian mutu bahan dan pekerjaan.
Quantity Engineer 1) Melakukan survei yang diperlukan untuk memeriksa pekerjaan dan volume atau
terkait pekerjaan kuantitas pekerjaan struktur dan infrastruktur dan Geoteknik sebelum dan saat
[123]
Sipil pelaksanaan pekerjaan;
2) Membuat catatan/laporan harian tentang kemajuan pekerjaan di lapangan, serta selalu
memberikan informasi tentang rincian pekerjaan kepada Team Leader;
3) Menghitung kembali volume atau kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan sebagai dasar
perhitungan prestasi pekerjaan;
4) Bekerjasama dengan Quality Engineer untuk menyesuaikan metode pelaksanaan di
lapangan dengan di laboratorium sehingga perhitungan volume atau kuantitas pekerjaan
dapat dilaksanakan;
5) Melakukan pengawasan di lapangan selama pekerjaan berlangsung dan melaporkan
segera kepada Team Leader jika terdapat volume atau kuantitas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan mencatat semua hasil pengukuran,
perhitungan volume atau kuantitas pekerjaan dan bukti pembayaran terhadap Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi;
7) Membuat ringkasan dengan memperhatikan laporan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi tentang pengadaan material, jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan dan
pengukuran di lapangan untuk dilaporkan kepada Team Leader setiap hari setelah
selesai kerja;
8) Mengevaluasi prosedur perhitungan hasil pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
9) Melakukan inspeksi dan monitoring lapangan terkait keluaran hasil pekerjaan serta
melaporkannya secara tertulis kepada Team Leader; dan
10) Membantu Team Leader dalam pengukuran akhir secara keseluruhan dari bagian
pekerjaan yang telah diselesaikan dan memenuhi persyaratan mutu pekerjaan.
Quantity Engineer 1) Melakukan survei yang diperlukan untuk memeriksa pekerjaan dan volume atau
terkait pekerjaan kuantitas pekerjaan arsitektur dan lanskap sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan;
Arsitektur 2) Membuat catatan/laporan harian tentang kemajuan pekerjaan di lapangan, serta selalu
memberikan informasi tentang rincian pekerjaan kepada Team Leader;
3) Menghitung kembali volume atau kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan sebagai dasar
perhitungan prestasi pekerjaan;
4) Bekerjasama dengan Quality Engineer untuk menyesuaikan metode pelaksanaan di
lapangan dengan di laboratorium (jika diperlukan) sehingga perhitungan volume atau
kuantitas pekerjaan dapat dilaksanakan;
5) Melakukan pengawasan di lapangan selama pekerjaan berlangsung dan melaporkan
segera kepada Team Leader jika terdapat volume atau kuantitas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan mencatat semua hasil pengukuran,
perhitungan volume atau kuantitas pekerjaan dan bukti pembayaran terhadap Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi;
7) Membuat ringkasan dengan memperhatikan laporan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi tentang pengadaan material, jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan dan
pengukuran di lapangan untuk dilaporkan kepada Team Leader setiap hari setelah
selesai kerja;
8) Mengevaluasi prosedur perhitungan hasil pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
9) Melakukan inspeksi dan monitoring lapangan terkait keluaran hasil pekerjaan serta
melaporkannya secara tertulis kepada Team Leader; dan
10) Membantu Team Leader dalam pengukuran akhir secara keseluruhan dari bagian
pekerjaan yang telah diselesaikan dan memenuhi persyaratan mutu pekerjaan.
Quantity Engineer 1) Melakukan survei yang diperlukan untuk memeriksa pekerjaan dan volume atau
[124]
M.E.P kuantitas pekerjaan M.E.P sebelum dan saat pelaksanaan pekerjaan;
2) Membuat catatan/laporan harian tentang kemajuan pekerjaan di lapangan, serta selalu
memberikan informasi tentang rincian pekerjaan kepada Team Leader;
3) Menghitung kembali volume atau kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan sebagai dasar
perhitungan prestasi pekerjaan;
4) Bekerjasama dengan Quality Engineer untuk menyesuaikan metode pelaksanaan di
lapangan dengan di laboratorium (jika diperlukan) sehingga perhitungan volume atau
kuantitas pekerjaan dapat dilaksanakan;
5) Melakukan pengawasan di lapangan selama pekerjaan berlangsung dan melaporkan
segera kepada Team Leader jika terdapat volume atau kuantitas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan Dokumen Kontrak Pekerjaan Konstruksi;
6) Melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan mencatat semua hasil pengukuran,
perhitungan volume atau kuantitas pekerjaan dan bukti pembayaran terhadap Penyedia
Jasa Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan ketentuan dalam Dokumen Kontrak
Pekerjaan Konstruksi;
7) Membuat ringkasan dengan memperhatikan laporan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi tentang pengadaan material, jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan dan
pengukuran di lapangan untuk dilaporkan kepada Team Leader setiap hari setelah
selesai kerja;
8) Mengevaluasi prosedur perhitungan hasil pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi;
9) Melakukan inspeksi dan monitoring lapangan terkait keluaran hasil pekerjaan serta
melaporkannya secara tertulis kepada Team Leader; dan
10) Membantu Team Leader dalam pengukuran akhir secara keseluruhan dari bagian
pekerjaan yang telah diselesaikan dan memenuhi persyaratan mutu pekerjaan
[125]
INSPECTOR 1) Membantu dan melaksanakan validasi data lapangan terhadap ketetapan lahan,
kesiapan lahan dan/atau tata letak bangunan, agar site mapping sesuai dengan kondisi
lapangan yang sebenarnya Mutual Check Awal (MC-0);
2) Membantu Team Leader, SE dan QC dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan dari
aspek kuantitas, kualitas dan waktu pekerjaan berdasarkan dokumen kontrak;
3) Bertanggung jawab penuh kepada Team Leader untuk mengawasi baik kuantitas,
kualitas dan waktu pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi;
4) Melakukan pemeriksaan gambar kerja Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
berdasarkan gambar rencana serta memeriksa dan memberikan izin pelaksanaan
pekerjaan;
5) Mengawasi dan memberikan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan agar sesuai
dengan prosedur berdasarkan spesifikasi teknis sesuai arahan SE dan QC;
6) Berhak menerima dan menolak hasil pekerjaan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
berdasarkan spesifikasi teknis atas arahan Team Leader/SE/QC;
7) Membuat laporan harian mengenai aktivitas Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk
kemajuan pekerjaan, terdiri dari cuaca, material yang datang (masuk), perubahan dan
bentuk dan ukuran pekerjaan, peralatan di lapangan, kuantitas dari pekerjaan yang telah
diselesaikan, pengukuran di lapangan (MC Akhir) dan kejadian-kejadian khusus; dan
8) Membantu Memeriksa gambar akhir pekerjaan (As-built Drawing) sesuai dengan MC
Akhir.
PETUGAS K3 1) Melaksanakan semua ketentuan aturan perundangan yang berkaitan dengan K3 di
bidang konstruksi;
2) Mengatur semua dokumen kontrak dan cara kerja pelaksanaan konstruksi;
3) Melakukan evaluasi terkait prosedur dan petunjuk kerja pelaksanaan ketentuan K3
4) Melaksanakan sosialisasi, implementasi, dan pemantauan langsung terkait penerapan
program, cara kerja, dan petunjuk kerja K3;
5) Melakukan pengelolaan terhadap laporan pelaksana SMK3 dan acuan teknis K3
konstruksi;
6) Melakukan pengoelolaan terkait cara kerja penerapan konstruksi yang berdasarkan
dengan K3 apabila memang diperlukan; dan
7) Melakukan penanggulangan terhadap segala bentuk penyakit maupun kecelakaan yang
terjadi akibat kerja dan semua kondisi darurat.
TENAGA PENDUKUNG
Operator CAD 1) Membantu memeriksa gambar kerja (Shop Drawing) yang telah ada, baik dari segi
arsitektur, segi struktur dan M.E.P dengan berpedoman pada persyaratan bangunan
yang berlaku di Indonesia;
2) Memastikan bahwa setiap gambar CAD sesuai dengan standar dan peraturan yang
berkaitan;
3) Memastikan semua gambar CAD tersimpan dalam hard copy dan soft copy di tempat
yang benar;
4) Membantu Team Leader membuat catatan-catatan gambar sehubungan dengan
penyiapan data yang diperlukan dalam melaksanakan reviu pekerjaan; dan
5) Menguasai beberapa program komputer, antara lain MS Word, MS Excel, SketchUp dan
AutoCAD.
Administrasi / Operator 1) Melakukan proses input data yang berkaitan dengan segala hal di dalam proyek;
Komputer
2) Melakukan pengarsipan dokumentasi kegiatan dengan tertib;
3) Merapikan dan membuat salinan dari tiap dokumen input/output MK;
4) Memastikan tertib admistrasi pelaporan MK;
5) Melakukan proses surat menyurat baik surat masuk maupun surat keluar;
6) Membantu Team Leader membuat presentasi sehubungan dengan penyiapan
[126]
data/Laporan yang diperlukan dalam melaksanakan reviu pekerjaan; dan
7) Menguasai beberapa program komputer, antara lain MS Word, MS Excel dan Ms Power
Point.
A. PROGRAM KERJA
Kegiatan proyek dapat dibagi menjadi 3 tahapan pekerjaan yaitu pekerjaan Persiapan
, Pelaksanaan Konstruksi dan Pemeliharaan (PHO dan FHO). Untuk mendapatkan
hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan, efektif dan tepat
waktu dalam penyelesaiannya dan tentunya efisien dalam hal pembiayaan, lingkup
pekerjaan perlu diperjelas dan kami memberikan gambaran lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) dengan konvensional lingkup pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. TAHAP PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan yang
akan dilakukan oleh Konsultan Manajeman Konstruksi. Pekerjaan ini lebih bersifat
intern Konsultan dan dimaksudkan untuk mempersiapkan segala sesuatu
yang sekiranya akan dapat mendukung kelancaran pekerjaan.
a. Mobilisasi
Sebelum melaksanakan mobilisasi personil maupun peralatan terlebih dahulu
konsultan akan melakukan pekerjaan persiapan administrasi yang merupakan
[127]
kegiatan paling awal dari Konsultan setelah menerima Surat Perintah Mulai
Kerja (SPK)/Kontrak dari Pemberi Kerja. Persiapan administrasi tersebut
mencakup :
pembuatan dokumen kontrak,
pengurusan surat ijin ke instansi terkait,
pembuatan surat tugas kepada personil yang akan terlibat dalam
penanganan proyek,
surat permohonan data dan sebagainya.
Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera
mungkin sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik
yang telah cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis,
sehingga diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
disediakan untuk itu. Segala sesuatu yang terkait dengan masalah administrasi
tersebut akan selalu di bawah pengawasan Tim Leader yang bertanggung
jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan. Dan apabila pekerjaan persiapan
tersebut telah selesai maka mobilisasi personil dan peralatan dapat
dilaksanakan.
b. Penyusunan Standart Operasional Prosedur serta Format Administrasi dan
Pelaporan
c. Penyusunan Rencana Kerja Konsultan
[128]
penelitian/hasil tes laboratorium dan pemeriksaan hasil perencanaan dari
sudut efisiensi sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan
konstruksi fisik;
5) Melakukan pengendalian program, melalui kegiatan evaluasi program
terhadap hasil perencanaan, perubahan/penyimpangan teknis dan
administrasi atas persoalan yang timbul serta pengusulan koreksi program;
dan
6) Meneliti dan memberikan rekomendasi perubahan dokumen perencanaan
sesuai dengan kondisi lapangan, menyusun program pengendalian
pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Konstruksi Terintegrasi
Rancang Bangun serta membantu proses pemenuhan persyaratan
perubahan terhadap dokumen hasil perencanaan.
c. Melakukan atau memfasilitasi koordinasi dengan unit organisasi (unor) dan K/L
terkait, serta MK induk yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan ;
d. Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan konstruksi berdasarkan
rekomendasi hasil perencanaan yang dibuat oleh Penyedia Jasa Konstruksi
Terintegrasi Rancang Bangun yang meliputi evaluasi Desain Engineering
Design (DED), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) program penyediaan dan penggunaan sumber daya,
strategi dan pentahapan pelaksanaan pekerjaan;
e. Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka proses perubahan-
perubahan hasil perencanaan yang merupakan justifikasi teknis dan
administrasi, atas persetujuan penyedia jasa dan pemberi tugas;
f. Memberikan masukan teknis hasil perencanaan, yang meliputi penelitian/hasil
tes laboratorium dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut efisiensi
sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan konstruksi fisik;
g. Melakukan pengendalian program, melalui kegiatan evaluasi program terhadap
hasil perencanaan, perubahan/penyimpangan teknis dan administrasi atas
persoalan yang timbul serta pengusulan koreksi program; dan
h. Meneliti dan memberikan rekomendasi perubahan dokumen perencanaan
sesuai dengan kondisi lapangan, menyusun program pengendalian
pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Konstruksi Terintegrasi Rancang
Bangun serta membantu proses pemenuhan persyaratan perubahan terhadap
dokumen hasil perencanaan.
3. TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI RANCANG BANGUN
1) Pemeriksaan Lokasi
Pengecekan /pemeriksaan ini meliputi :
a. Pengecekan kondisi lapangan disesuaikan dengan gambar rencana
b. Pengecekan areal lokasi yang akan dijadikan stock material , workshop
alat berat, fabrikasi bahan dan lain-lain yang berkaitan dengan
pekerjaan.
[129]
c. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi saat
pelaksanaan pekerjaan.
[130]
d. Hubungan kerja antar personil maupun dengan proyek dan kontraktor.
e. Peralatan yang akan dibutuhkan
f. Dukungan pendanaan
5) Pre Construction Meeting
Penyelenggaraan pre construction meeting, dimaksudkan untuk mempelajari
lebih dalam hal-hal yang kurang atau tidak jelas tentang isi dokumen kontrak
beserta kelengkapannya serta penjelasan dari kontraktor atas Rencana
Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang dianggap
belum jelas. Dengan demikian keraguan atau beda pendapat dalam
penafsiran pasal-pasal dokumen kontrak dapat dihindari, demikian pula
ketidak jelasan tentang Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu
Kontrak (RMK) yang dibuat oleh kontraktor dapat dipahami sehingga
terdapat kesamaan dalam pemahaman. Disamping itu dalam pertemuan
tersebut kontraktor diminta untuk menjelaskan program kerja pelaksanaan,
struktur organisasi kerja di lapangan dan mekanisme kerja, efisiensi dan
efektivitas program kerja yang telah disusun serta bagian-bagian
pekerjaanyang akan diserahkan kepada sub-kontraktor.
Dalam membuat RMP atau RMK kontraktor sekurang-kurangnya
menjelaskan tentang uraian singkat pekerjaan, organisasi pelaksana
kontraktor, rencana kerja pelaksanaan oleh kontraktor dilengkapi dengan
bagan alurnya, standar prosedur dan standar desain yang akan digunakan,
inspeksi dan test yang akan dilakukan.
6) MC 0
Mutual check awal atau biasa yang disebut MC-0 merupakan kegiatan
penghitungan kembali volume item pekerjaan dan disesuaikan antara
gambar rencana dengan kondisi lapangan. Sehingga mendapatkan volume
actual sesuai dengan kondisi real pekerjaan.
Hasil daripada perhitungan tersebut, baik ada kelebihan volume atau
kekurangan volume akan dituangkan dalam sebuah laporan kerja yang
dinamakan laporan Mutual Check Awal (MC-0)
7) Tahap Konstruksi
Tim Manajeman Konstruksi yang dipimpin oleh Tim Leader akan secara kontinyu
melakukan Manajeman Konstruksi atas pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan
oleh kontraktor, dimana seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan yang
disyaratkan di dalam dokumen kontrak pekerjaan fisik (spesifikasi).
Sebelum pelaksanaan pekerjaan Manajeman Konstruksi konstruksi dimulai,
Konsultan Manajeman Konstruksi terlebih dahulu akan membuat suatu pedoman
dasar pelaksanaan kegiatan agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat
berjalan lancar dan sesuai dengan standar mutu yang diinginkan, hal ini
mencakup antara lain :
[131]
Diskusi dan Asistensi
Tim Manajeman Konstruksi konsultan yang terdiri dari Team Leader, Tenaga
ahli, Pengawas Bangunan, Tenaga Teknis (staff teknis) dan Tenaga
Penunjang akan berada dan berkantor di dekat lokasi pekerjaan sebagai
upaya untuk dapat memonitor secara langsung dan terus menerus mengenai
perkembangan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor
serta mengupayakan agar segala pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan
standard mutu dan persyaratan/spesifikasi teknis yang ada. Tim Manajeman
Konstruksi akan membuat laporan kemajuan yang akan disampaikan kepada
Kepala Owner yang mencakup aktivitas konsultan sendiri maupun.
Pekerjaan-pekerjaan ini juga mencakup hal-hal seperti :
Penyusunan Shop Drawing
Pembuatan rekayasa lapangan,
Menilai kelayakan pengajuan pembayaran
Contract Change Order,
Menganalisa klaim Kontraktor,
Memeriksa pengajuan Sertifikasi Pembayaran Bulanan (Monthly
Certificate) lengkap dengan back up datanya, serta
Penyiapan Professional Hand Over (PHO).
Disamping itu Konsultan Manajeman Konstruksi akan membantu Kepala
Owner dalam menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin timbul
dengan Kontraktor dan memberikan pendapat yang diminta atau tidak
berdasarkan pertimbangan dan analisa obyektif terhadap semua tuntutan
yang mungkin diajukan oleh Kontraktor. Koordinasi kegiatan Tim
Pengawasan Lapangan akan
dilaksanakan oleh Tim Manajeman Konstruksi yang dalam hal ini akan diwakili
oleh Tim Leader bersama-sama dengan Kepala Satuan Kerja.
Hubungan koordinasi dengan kontraktor dilakukan melalui Kepala Owner
atau Direksi yang ditunjuk. Dalam hubungan ini konsultan bertindak sebagai
wakil dari Pengguna jasa atau biasa disebut dengan ‗Engineer
RepresentativE. Konsultan di dalam melaksanakan tugasnya akan
memberikan saran-saran kepada Kontraktor mengenai masalah-masalah
yang berkaitan dan timbul di dalam pelaksanaan pekerjaan.
Selain itu konsultan akan membantu kontraktor dengan memberikan saran-
saran mengenai metode kerja, organisasi pelaksanaan, pemilihan dan
penempatan staf/tenaga, pemilihan dan penempatan peralatan kerja yang
digunakan dan membantu monitoring pelaksanaan kerja dll.
Terhadap masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di dalam
pelaksanaan pekerjaan, akan didiskusikan secara bersama-sama antara
konsultan, kontraktor, dan direksi lapangan termasuk di dalamnya apabila
[132]
diperlukan adanya revisi desain (review design) ataupun design ulang.
Konsultan akan memberikan saran, alternatif pemecahan masalah serta
rekomendasi di dalam upaya untuk pengambilan keputusan, dimana
keputusan ini nantinya harus disetujui oleh Pengguna jasa (diwakili oleh Tim
Teknis) sebelum dilaksanakan di lapangan. Periodik meeting, sedikitnya
dilakukan sekali dalam seminggu. Diadakan bersama-sama dengan
Kontraktor dan bilamana perlu dengan Pengguna jasa untuk mengevaluasi
pelaksanaan kerja minggu sebelumnya, serta membuat program kerja minggu
berikutnya. Diskusi intern antar seluruh tim pelaksana dilakukan dibawah
pimpinan Tim Leader. Diskusi intern akan membahas :
Semua masalah yang ada
Kemungkinan masalah yang timbul
Merumuskan pemecahannya
Tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan
Prosedur pelaksanaan Manajeman Konstruksi konstruksi serta menampung
usulan-usulan tim pelaksana sebagai bahan masukan dan evaluasi
pelaksanaan.
Pemeriksaan Rencana Kerja.
Pada saat ini dikenal beberapa cara untuk mengontrol dan memonitor
jadwalkemajuan proyek antara lain:
a) Diagram balok
b) Diagram garis
c) Teknik jaringan kerja
d) Kurva – S
e) Diagram skala waktu.
Beberapa cara tersebut dapat dipakai bersama-sama atau dikombinasikan.
Misalnya pembuatan master network plan cocok untuk kontrol jadwal seluruh
proyek, sedangkan diagram balok dan diagram garis dapat dipergunakan
untuk aktivitas pekerjaan yang lebih mendetail dan terperinci. Variasi
penggunaan cara-cara tersebut diatas dapat dikembangkan secara optimal.
[133]
kekurangan bahan yang dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan.
Pengukuran sebelum pelaksanaan pekerjaan, yang dilakukan dengan
cara joint survei antara kontraktor, konsultan dan direksi lapangan/staf,
dan pengukuran ini diperlukan untuk mengetahui kondisi lapangan
(actual condition) sebelum pelaksanaan pekerjaan. Data hasil
pengukuran ini diplotkan dalam gambar rencana, untuk mengetahui
ada tidaknya suatu perbedaan disamping diperlukan untuk perhitungan
volume.
Pengukuran pada saat pelaksanaan pekerjaan, dilakukan mengikuti
kemajuan pekerjaan (progres) dan dengan cara joint survei. Konsultan
akan memeriksa dan mengevaluasi data survei lapangan, sebelum
diakui/ditandatangani pihak konsultan dan direksi lapangan.
Manajeman Konstruksi
Jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan pada Manajeman Konstruksi
konstruksi adalah sebagai berikut:
1. Lingkup Kegiatan dan Staf/Tim Teknis Pelaksanaan Pekerjaan
Lingkup Kegiatan; adalah Konsultan manajemen konstruksi mulai dari
SPMK Konstruksi, Serah Terima Pekerjaan Pertama, Masa
Pemeliharaan dan Serah Terima Kedua serta dukungan pemenuhan
persyaratan perijinan bangunan Gedung yang diperlukan.
Staf/tim teknis pelaksanaan pekerjaan: Owner akan membentuk tim teknis
dan tim pemerikasa hasil pekerjaan sebagai wakilnya untuk melakukan
pengendalian, pendampingan teknis, pembahasan dan penilaian laporan
pelaksanaan pekerjaan Manajemen Konstruksi. Untuk pengendalian
administrasi kontrak Konstruksi, wakil Owner terdiri dari Direksi Lapangan,
Tim Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan dan badan pengelola IKN. Terkait
dengan perubahan kontrak, wakil Owner adalah Pantia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak.
2. Lingkup Pekerjaan
Lingkup kegiatan pada pekerjaan ini mengacu kepada Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Melalui Penyedia, serta peraturan lainnya bidang bangunan Gedung
(mengacu pada standar dan acuan di dalam KAK ini).
Lingkup pekerjaan dalam menyelenggarakan pekerjaan Manajemen
Konstruksi (MK) pada pengendalian pelaksanaan konstruksi Penataan
Sumbu Kebangsaan Tahap II, Sumbu Tripraja, dan Pembangunan
Sistem Proteksi Kebakaran KIPP yang akan dilaksanakan dengan
metode Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun yang akan
direncanakan dalam 2 (Dua) Tahun Anggaran, yaitu Tahun Anggaran
2023- 2024.
[134]
A. Umum
Secara umum Manajemen Konstruksi memiliki tugas:
a. Melaksanakan penjaminan mutu (quality assurance)
pelaksanaan pekerjaan mulai dari tahapan pelaksanaan konstruksi,
sampai dengan serah terima akhir pekerjaan
b. Membantu pengguna jasa dalam melakukan evaluasi kegiatan
pekerjaan yang membutuhkan justifikasi teknis pada Penataan Sumbu
Kebangsaan Tahap II, Sumbu Tripraja, dan Pembangunan Sistem
Proteksi Kebakaran KIPP;
c. Membantu pengguna jasa dalam melakukan persetujuan
atau penolakan perubahan kontrak;
d. Melakukan pemantauan penerapan teknologi Building
Information Modelling (BIM);
e. Melakukan verifikasi atas tagihan pembayaran;
f. Membantu pengguna jasa dalam menghitung nilai perolehan
aset barang milik negara; dan
g. Membantu pengguna jasa ketika dilakukan audit hasil
pekerjaan/proyek setelah serah terima akhir pekerjaan
B. Tahap Persiapan;
a. Meneliti kelengkapan dokumen perencanaan, dan ikut memberikan
penjelasan pekerjaan pada waktu Pre Construction Meeting;
b. Mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi review dokumen
perencanaan, menyusun laporan hasil rapat koordinasi, dan
membuat laporan kemajuan pekerjaan MK.
[135]
tahap perencanaan;
g. Menyusun laporan pendahuluan, antara, bulanan dan akhir kegiatan
konsultansi manajemen konstruksi pada tahap perencanaan,
merumuskan evaluasi status dan koreksi teknis bila
terjadi Penyimpanan Meneliti kelengkapan dokumen perencanaan;
h. Membuat laporan reviu desain pada setiap tahapan
penyusunan rencana teknis sebagai acuan persetujuan pengguna
jasa serta menyiapkan visualisasi 3 dimensi;
i. Mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perencanaan,
menyusun laporan hasil rapat koordinasi, dan membuat
laporan kemajuan pekerjaan manajemen konstruksi;
j. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun
oleh penyedia jasa pelaksanaan konstruksi, yang meliputi program-
program pencapaian sasaran fisik, penyediaan dan penggunaan
sumber daya berupa: tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan,
bahan bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance atau
Quality Control, dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
k. Membantu pengguna jasa dalam melakukan persetujuan
atau penolakan perubahan Kontrak;
l. Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang
meliputi program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya,
pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kualitas dan
kuantitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan,
pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan
keselamatan kerja serta memastikan praktik konstruksi hijau tetap
dijalankan (amanat Peraturan Menteri PUPR tentang bangunan
gedung hijau);
m. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis
dan manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan
turun tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi
penyimpangan;
n. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan konstruksi fisik;
D. Tahap Pengawasan;
Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas:
Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan;
Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta
mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi;
[136]
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,
kuantitas, dan laju pencapaian volume atau realisasi fisik;
Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan
persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi;
Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan mingguan dan bulanan pekerjaan manajemen
konstruksi, dengan memasukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan
harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat
oleh penyedia jasa pelaksanaan konstruksi.
Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang
diajukan oleh penyedia jasa pelaksanaan konstruksi;
Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan
(as built drawing) sebelum serah terima;
Menyusun daftar cacat atau kerusakan sebelum serah terima;
Menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung;
Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, berita acara
serah terima pertama pekerjaan konstruksi, sebagai kelengkapan
untuk pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi;
Melakukan verifikasi atas tagihan pembayaran;
Melakukan pemeriksaan dan menyatakan kelaikan fungsi bangunan
gedung terbangun sesuai dengan 1MB;
Membantu pengelola kegiatan dalam menghitung nilai perolehan aset
barang milik negara;
Menyiapkan dan menyusun dokumen pendaftaran;
Menyiapkan dan menyusun kelengkapan dokumen sertifikat laik fungsi
(SLF) dari pemerintah kabupaten Penajam Paser Utara;
Membuat surat pernyataan terkait kelaikan fungsi bangunan Gedung;
Membantu pengguna jasa ketika dilakukan audit hasil pekerjaan/proyek
setelah serah terima akhir pekerjaan.
[137]
Pengawasan adalah membuat RKK manajemen penyelenggaraan
konstruksi yang terdiri atas:
a. Kepemimpinan dan Partisipasi Tenaga Kerja
b. Keselamatan Konstruksi
c. Perencanaan Keselamatan Konstruksi
d. Dukungan Keselamatan Konstruksi
e. Operasi Keselamatan Konstruksi
f. Evaluasi Kinerja Penerapan SMKK
G. KELUARAN
a. Usulan Metoda Pelaksanaan Konstruksi
a) Hasil review dan rekomendasi terkait Pengenalan terhadap
Pekerjaan Konstruksi yang diwujudkan dalam alur pikir
pengembangan gagasan/konsep yang mendukung penggunaan
metode konstruksi yang tepat untuk pekerjaan terkait.
b) Hasil review dan rekomendasi terkait persiapan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi (Site Preparation), Manajemen Konstruksi
(MK) selanjutnya melakukan konsultasi dengan Tim Teknis dan
PPK.
c) Hasil review dan rekomendasi terkait permasalahan teknis yang
ada dalam Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Aceh Unggul
Hebat (AMANAH), dalam hal ini perlu dilakukan upaya koordinasi
dan sinkronisasi dengan berbagai instansi terkait termasuk
masyarakat yang ada untuk memperoleh masukan dalam
perencanaan yang berkaitan dengan organisasi/tata ruang;
d) Hasil review dan rekomendasi terkait Asas berkelanjutan
untuk menjamin keberlangsungan dari niatan baik, seperti
termaksud dari upaya pemberdayaan dan pengembangan
kegiatan ini dengan tetap mempertimbangkan efisiensi waktu dan
biaya.
[138]
kesesuaiannya dengan jadwal yang telah ditetapkan
c) Hasil review dan rekomendasi pelaksanaan konstruksi terkait
Bangunan dan kelengkapannya yang sesuai dengan dokumen
teknis pelaksanaan
d) Hasil review dan rekomendasi rancangan terkait aspek-
aspek Perancangan Bangunan Gedung Hijau dan Rencana
capaian pada Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau.
e) Hasil kegiatan pengawasan konstruksi yang terdiri atas:
1) Hasil review dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang
akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di
lapangan;
2) Hasil pengawasan pemakaian bahan, peralatan dan
metode pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu dan
biaya pekerjaan konstruksi;
3) Hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dari segi kualitas, kuantitas dan laju;
4) Hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dari segi penerapan aspek bangunan gedung hijau;
5) Hasil pengumpulan data dan informasi di
lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi
selama pekerjaan konstruksi fisik;
6) Laporan rapat-rapat lapangan secara berkala, laporan
mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan
masukan hasil rapat-rapat lapangan dan laporan
harian/mingguan pekerjaan konstruksi fisik yang dibuat
oleh pelaksana konstruksi;
7) Hasil penelitian gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop
drawings) yang diajukan oleh pelaksana konstruksi;
8) Hasil penelitian gambar-gambar yang sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan (as built drawing) serah terima;
9) Hasil daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima i dan
mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan;
10) Hasil penyusunan petunjuk pemeliharaan dan penggunaan
bangunan gedung dan lanskap;
11) Serita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah
terima pertama, berita acara pemeliharaan pekerjaan dan
serah terima pekerjaan konstruksai, sebagai kelengkapan
untuk pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi; dan
12) Kelengkapan dokumen Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat
[139]
4. RAPAT KOORDINASI
Rapat-rapat yang akan dilakukan konsultan terdiri dari rapat mingguan, rapat
bulanan, rapat koordinasi dan rapat intern konsultan. Rapat koordinasi kerja sangat
penting dalam menyelesaikan permasalahan selama pekerjaan berlangsung baik
menyangkut teknis maupun administrasi proyek. Rapat ini dilaksanakan oleh 3 pihak
yang terlibat (Direksi, Konsultan dan kontraktor). Koordinasi kerjanya akan dilakukan
dengan mengadakan pertemuan secara rutin. Jenis rapat yang diperukan antara lain:
Rapat Tim Konsultan MK
Rapat intern akan dilakukan berdasarkan keperluan yang mendesak. Tim
pengawas akan mebahas seluruh kegiatan mingguan kontraktor yang meliputi :
kemajuan pekerjaan fisik dan permasalahan yang terjadi di lapangan.
Rapat Koordinasi Mingguan.
Rapat dilakukan secara mingguan untuk mengumpulkan data lapangan selama
1 minggu untuk diproses menjadi laporan kegiatan termasuk permasalahan dan
solusi yang ditempuh. Risalah rapat beserta data lapangan akan diproses
dalam bentuk laporan mingguan.
Rapat koordinasi Bulanan
Rapat bulanan dilakukan pada akhir bulan yang dihadir 3 pihak terkait beserta
staf ahlinya. Konsultan akan menyampaikan laporan hasil pemantauan selama
1 bulan berjalan termasuk permasalahannya. Status kemajuan pekerjaan
terakhir disajikan dalam bentuk grafik sebagai acuan untuk kemajuan pekerjaan
selanjutnya. Konsultan akan menyiapkan risalah hasil rapat yang merupakan
arsip proyek dan dituangkan dalam laporan bulanan termasuk permasalahan
dan solusinya.
5. Tahap Pemeliharaan
Setelah pelaksanaan pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan oleh Kontraktor,
tugas dan tanggung jawab Konsultan Manajeman Konstruksi mencakup hal-hal
sebagai berikut :
A. Perhitungan Progres Pekerjaan Selesai (MC-100)
Evaluasi progress pekerjaan yang terakhir atau MC-100, dilakukan bersama-
sama antara Pihak Proyek, Konsultan maupun Kontraktor dengan melakukan
peninjauan lapangan terlebih dahulu dan setelah itu dilakukan pembahasan atas
progress yang telah dicapai. Dalam MC-100 hal-hal yang harus diperhatikan
adalah :
Kemungkinan adanya kelebihan/kekurangan volume pekerjaan pada
bagian pekerjaan tertentu.
Kemungkinan adanya keterlambatan waktu penyelesaian pekerjaan.
Kemungkinan adanya bagian pekerjaan yang belum selesai 100
%, tetapi telahdianggap selesai.
Kemungkinan adanya pekerjaan yang telah selesai, tetapi belum
[140]
dapat diterimaPengawas Pekerjaan, tetapi telah dihitung volumenya.
Kebersihan dan kerapihan lapangan yang dipersyaratkan belum
terpenuhi.
Kemungkinan adanya pembongkaran dan pembersihan pekerjaan
sementara yangbelum dilakukan atau diselesaikan.
Kemungkinan adanya klaim sub-kontraktor yang belum
diselesaikan oleh Kontraktor.
B. Pekerjaan Dalam Masa Pemeliharaan
Yang dimaksud dengan ―Pekerjaan dalam masa pemeliharaan ― adalah:
kegiatan yang harus dilakukan oleh Kontraktor, selama masa pemeliharaan yang
bertujuan untuk tetap menjaga atau memelihara agar supaya bangunan beserta
kelengkapannya yang telah diserahkan dalam tahap pertama, tetap dalam kondisi
yang baik sesuai dengan yang telah disetujui.
Selama masa ini Konsultan Manajeman Konstruksi akan melakukan kegiatan-
kegiatan:
Melakukan pemeriksaan untuk semua pekerjaan yang perlu diperlihara dan
dicatat hal-hal yang ada perubahan bentuk, misalnya retak-retak, penurunan,
longsor pengapuran atau pengecatan yang mengelupas.
Membuat catatan-catatan agar Kontraktor melakukan perbaikan atau
penyempurnaan atau penggantian bagian-bagian yang dianggap mengalami
kerusakan atau perubahan atau yang belum sempurna dan harus diperbaiki
selama masa pemeliharaan.
Membantu Pemimpin Proyek dalam menyusun dokumen penyerahan
pekerjaan.
Sebelum dilakukan penyerahan kedua, kondisi bangunan dan
kelengkapannya harus dalam kondisi masih baik tanpa ada perubahan atau
kerusakan.
C. Penyerahan Pekerjaan Konstruksi (Provesional Hand Over)
Pada akhir pekerjaan konstruksi, maka kontraktor akan mengajukan permintaan
PHO (Provesional Hand Over) kepada Kepala Owner Sementara (Pengguna
Jasa), Ketelibatan Tim Manajeman Konstruksi dalam hal ini adalah membantu
memberikan penjelasan-penjelasan teknis mengenai pekerjaan, saran-saran
teknis, informasi mengenai test laboratorium, kuantitas pekerjaan, gambar-gambar
desain/revisi desain dll. Di samping itu Tim Manajeman Konstruksi juga akan
membuat usulan pekerjaan-pekerjaan yang perlu diperbaiki oleh kontraktor dalam
bentuk daftar keruasakan yang masih menjadi tanggung jawab kontraktor selama
periode pemeliharaan atau biasa disebut ―Defect and Defeciacies‖ dan
penyerahan berkas-berkas teknis dan administrasi kepada Pemimpin Proyek.
D. Serah Terima Akhir (FHO) Pekerjaan
Sebagai tahap akhir pelaksanaan konstruksi adalah Serah Terima Akhir Pekerjaan
[141]
(FHO) yang akan dilakukan dari Kontraktor kepada Pemimpin Proyek setelah
masa pemeliharaan selesai. Sebelum dilakukan Serah Terima Akhir Pekerjaan
(FHO), Konsultan Manajeman Konstruksi akan menyusun dokumen penyerahan
pekerjaan yang telah sempurna dilaksanakan oleh Kontraktor, termasuk
perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan.
E. Pemeriksaan As-Built Drawings
Setelah pelaksanaan konstruksi selesai dikerjakan, sebagaimana mestinya
kontraktor menyiapkan as-built drawings dari masing-masing bangunan. Dalam hal
ini Konsultan Manajeman Konstruksi akan melakukan pemeriksaan terhadap as-
built drawings tersebut agar benar-benar sesuai dengan kondisi bangunan
dilapangan baik itu mencakup dimensi, posisi, elevasi maupun detail-detail bagian
bangunan lainnya. As-built drawings yang dibuat akan berperanan cukup penting
karena akan dipakai sebagai dasar untuk pembayaran maupun keperluan dimasa
mendatang.
[142]
Table 5.7 Rencana Kerja Manajeman Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
BULAN KE-
Durasi
No. Deskripsi Pekerjaan Keterangan
(hr)
1 2 3 4 5 6
Tahap Persiapan & Review Dokumen
I
Perencanaan
1,1 Mobilisasi Personil 2 ##### 100,0
Pelaksanaan Pekerjaan
dimulai dari tahap
Input Metode metoda, rencana kerja, dan alur persiapan, pengawasan
1,2 3
kerja manajemen konstruksi ##### pelaksanaan konstruksi sd
FHO
Review Dokumen Perencanaan (DED, RAB,
1,3 14
RKS, BOQ) #####
III KOORDINASI
30,0
3.1 Pre Construction Meeting 1 #####
3.2 Weekly Meeting 1 ##### ##### ##### ##### ##### #####
3.3 Monthly Meeting 1 #####
3.4 Shaw Cause Meeting 2
3.5
6.7 Special Meeting 2
IV PENYUSUNAN LAPORAN
4.1 Laporan Pendahuluan 1 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! 20,0
4.2 Laporan Mingguan (progres mingguan) 60
4.3 Laporan Bulanan 15
4.4 Laporan Akhir 1
4.5 Laporan Program Mutu 2
4.6 Laporan RKK Manajemen Penyelenggaraan 4
4.7 Executive Summary 10,0
2
4.8 SSD 1 TB
1
PELAKSANAAN SERAH TERIMA
V
PEKERJAAN
5.1 P.H.O 180 180 hari setelah PHO
[143]
5.12. ADWAL PENUGASAN PERSONIL
Bagian ini menjelaskan mengenai berapa lama tenaga ahli terlibat dalam Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH), kapan di mobilisasi dan kapan berakhir. Jadwal
penugasan personil mengacu ketentuan yang telah ditetapkan dalam TOR serta mempertimbangkan jangka waktu Pelaksanaan kegiatan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) adalah selama 16 Bulan
dari tahap persiapan sampai dengan serah terima (PHO):
Table 5.8. Jadwal Penugasan Personil Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH)
BULAN KE -
Syarat dan Minimal Jumlah Volume
No Nama Personil Posisi Penugasan Kualifikasi KETERANGAN
Pengalaman Orang (OB) 1 2 3 4 5 6
A TENAGA AHLI
a TEAM LEADER
b Supervision Engineer
Supervision Engineer (Ahli S1 Teknik Arsitektur SKA Ahli Madya Arsitek (101) /
2 Miftahudin, S.T. 1 6,00
Arsitektur Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun STRA Madya Arsitektur
c Quality Engineer
Quality Engineer (Ahli Struktur S1 Teknik Sipil SKA Ahli Madya Teknik
1 Ahmad Sardon, S.T. 1 6,00
Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun Bangunan Gedung (201)
Quantity Engineer (Ahli Struktur S1 Teknik Sipil SKA Ahli Madya Teknik
1 Elan Suherlan, S.T. 1 6,00
Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun Bangunan Gedung (201)
[144]
Quantity Engineer (Ahli SKA Ahli Muda Teknik
Achmad Ro'is Sholahuddin, S1 Teknik Teknik Mesin
2 Mechanical, Electrical, Plambing dan Pompa 1 6,00
S.T. Pengalaman 3 Tahun
Plumbing) Mekanik (303)
e HSE Engineer
C TENAGA PENDUKUNG
D3/ S1 Teknik Sipil Berpengalaman di bidang
1 To be name Operator CAD 1 6,00
Pengalaman 2 Tahun Pengawasan Konstruksi
Administrasi / Operator Berpengalaman di bidang
2 To be name D3 Semua Jurusan 1 6,00
Komputer Pengawasan Konstruksi
[145]
5.13. STRUKTUR ORGANISASI
TENAGA AHLI
Keterangan:
Garis Kontraktual
Garis Koordinasi
Garis Fungsional
[146]
5.14. FASILITAS PENUNJANG
Di bawah ini disajikan daftar peralatan yang dimiliki oleh Konsultan dan dapat digunakan
sebagai pendukung pelaksanaan Manajemen Kontruksi Pekerjaan Pembangunan
Gedung Pusat Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) :
[147]
Table 5.9. Daftar Peralatan yang dimiliki Konsultan
2 Meja dan Kursi 20 set Baik Modera dan Ichiko 2009 90% Jakarta Milik Sendiri
5 PC Komputer 3 Buah Baik Asus P5KPL-AMSE 2008 90% Jakarta Milik Sendiri
7 Printer Laser 3 Buah Baik HP 1020 2007 90% Jakarta Milik Sendiri
8 Deskjet Printer 1 Buah Baik HP 1180c 2005 90% Jakarta Milik Sendiri
10 Software 2 Buah Baik Office 365 2013 100% Jakarta Milik Sendiri
[148]
Jenis Fasilitas / Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti / Status
No Jumlah Kapasitas Merk dan Type
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
12 Camera Digital SLR 1 Buah Baik Nikon – D40 2010 100% Jakarta Milik Sendiri
5 Buah Baik SONY DSC –N1 2006 100% Jakarta Milik Sendiri
14 LCD Projector 3 Buah Baik BenQ MP515 2008 100% Jakarta Milik Sendiri
15 VHF/UHF Tranceiver 2 Buah Baik Icom 2009 95% Jakarta Milik Sendiri
16 GPS Handle 1 Buah Baik Garmin 2008 95% Jakarta Milik Sendiri
17 Kompas Handle 1 Buah Baik Suunto 2012 100% Jakarta Milik Sendiri
18 Fibber Glass Tape 1 Buah Baik Elson 2008 95% Jakarta Sewa
22 Current Meter 1 Buah Baik A.OTT Z.21 1998 80% Jakarta Sewa
24 Echo Sounder 1 Buah Baik South SDE-28.S 2012 90% Jakarta Sewa
25 Kendaraan Roda 2 3 Buah Baik Honda Beat 2013 100% Jakarta Milik Sendiri
Milik Sendiri
26 Kendaraan Roda 4 1 Buah Baik Toyota Avanza 2011 100% Jakarta
[149]
Jenis Fasilitas / Peralatan / Tahun Kondisi Lokasi Bukti / Status
No Jumlah Kapasitas Merk dan Type
Perlengkapan Pembuatan (%) Sekarang Kepemilikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
27 Meja dan Kursi Tamu 1 Buah Baik Ligna 2008 90% Jakarta Milik Sendiri
[150]
Tabel 5. 101 Fasilitas Penunjang
PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan
[151]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan
4 Kantor Proyek
[152]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan
6 Meubel Air
[153]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan
[154]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan
[155]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan
11 Drone
[156]
No Deskripsi Foto Penunjang Manfaat/ Penggunaan
[157]
5.15. RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Penerapan SMKK dalam setiap pelaksanaan proyek, PT. CIRIAJASA EC – Pola Teknik
Konsultan menerapkan program Sistem Manejemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
sebagai bagian dari kegiatan yang terintegrasi dalam semua kegiatan proyek yang
sedang dikerjakan dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 Tahun 2019 Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi dan Lampiran Pelaporan K3 nya. Kegiatan SMKK antara lain :
1. Safety Plan
Program Keselamatan Kerja adalah suatu rencana pengendalian terhadap resiko
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi didalam suatu aktivitas pekerjaan.
Hirarki pengendalian terhadap resiko kecelakaan kerja adalah:
a. Eliminasi (menghilangkan) bahaya;
b. Substitusi (mengganti) misalnya peralatan atau bahan kimia;
c. Rekayasa Engineering, misalnya dengan menambahkan guarding atau
penutup;
d. Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi;
dan
e. Alat Pelindung Diri (APD).
Ketentuan-ketentuan dalam manajemen Keselamatan Kerja ini meliputi:
a. Rambu Peringatan
1) Setiap Pekerja diberi pengarahan mengenai K3 & Rambu-rambu yang
digunakan;
2) Rambu peringatan dipasang disetiap area proyek dengan pertimbangan
kemungkinan bahaya yang dapat terjadi.
[158]
Gambar 5.52 Safety Helmet
[159]
1) Penyedia jasa mengadakan & memelihara fasilitas KM/ WC pekerja, tempat
sampah;
2) Penyedia jasa mengadakan perlengkapan & tenaga terlatih untuk pertolongan
pertama (kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan armada ambulance-
nya); dan
3) Penyedia jasa mengadakan tindakan pengamanan lokasi pekerjaan (pagar
pengaman, pos penjagaan, dan tenaga satpam).
2. Penerapan di Lapangan
Untuk penerapan K3 di lapangan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi, penilaian, serta pengendalian potensi bahaya dan resiko K3 dan
aspek serta evaluasi dampak lingkungan;
b. Kesesuaian dengan regulasi dan persyaratan lain;
c. Pembuatan sasaran dan program K3L;
d. Pembentukan struktur organisasi K3L dan tanggap darurat;
e. Desain fasilitas pengendalian resiko K3L dan operasi dampak lingkungan;
f. Komunikasi eksternal (rumah sakit terdekat, kepolisian, depnaker, jamsostek,
dinas pemadam kebakaran, dll);
g. Komunikasi internal (review management, tool box meeting, weekly meeting dan
monthly meeting);
[160]
h. Inspeksi (working permit, ppe - emergency - safety installation dan house keeping
inspection, inspeksi pra operasi peralatan, check list k3 pada pekerjaan, dll);
i. Pemantauan dan pengetesan serta pelatihan dan simulasi tanggap darurat; dan
j. Mengadakan safety promotion yaitu sosialisasi mengenai masalah keselamatan
kerja ke setiap karyawan proyek, untuk sadar memperhatikan masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
[161]
1) Peralatan yang digunakan harus memenuhi standard yang digunakan/ memiliki
Surat Ijin Laik Operasi (SILO);
2) Operator peralatan memiliki Surat Ijin Operator (SIO) ;
3) Menggunakan peralatan dan tenaga kerja yang berstandar;
4) Alat pengangkat harus berada diatas pondasi yang kuat dan kokoh;
5) Adanya Alat Pelindung Diri (APD); dan
6) Alat yang rusak tidak boleh digunakan.
[162]
5.15.1. Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (PRA-
RK3K).
PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN sebagai Badan Usaha Jasa Konstruksi
berkomitmen melaksanakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
berkeselamatan pada pelaksanaan Paket Pekerjaan Supervisi Pentaaan Kawasan Dieng
demi terciptanya Zero Accident, dengan memastikan:
[163]
STRUKTUR ORGANISASI K3
Didik Prasetyadi
[164]
Rencana Kerja Keselamatan Kesehatan Kerja (RK3)
BULAN KE-
NO JENIS KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
1 Safety Talk
Setiap Minggu Ke-1
2 Penyuluhan K3 Setiap Minggu ke-3
3 Rapat Kordinasi Rutin Setiap Minggu
4 Laporan Kegiatan K3 Setiap Minggu
5 Inspeksi K3
Desain Tempat Kerja, Rambu,
Sanitasi, Kebersihan, Ruang Kerja,
Setiap Hari
Peralatan Darurat dan Kecelakaan
Kerja, Verifikasi dan Alat Ukur
6 Jadwal Simulasi Keadaan Darurat
Kebakaran
Demontrasi
[165]
Tabel 5.11. Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (PRA-RK3K
PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan
KONSULTAN Kerja Kontrak (PRA-RK3K
1. KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
I. OHSAS
1. Memastikan semua peraturan perundang-undangan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja ditegakkan secara konsisten oleh semua pihak.
2. Memastikan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi nilai utama pada setiap
penyelenggaraan kegiatan.
3. Memastikan setiap orang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja
masing-masing orang yang terkait dan orang yang berada disekitarnya.
4. Memastikan semua potensi bahaya disetiap tahapan pekerjaan baik terkait dengan
tempat, alat, maupun proses kerja telah diidentifikasi, dianalisis dan dikendalikan
secara efisien dan efektif guna mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja.
5. Memastikan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja guna
mengeliminasi, mengurangi dan menghindari resiko kecelakaan dan sakit akibat
kerja.
6. Memastikan peningkatan kapasitas keselamatan dan kesehatan kerja para pejabat
dan karyawan sehingga berkompetensi menerapkan SMK3 dilingkungan
perusahaan PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN
7. Memastikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini disosialisasikan dan
diterapkan oleh para pejabat, staf karyawan dan mitra kerja perusahaan
PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK KONSULTAN
8. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini akan selalu dimutakhirkan
sehingga tetap relevan.
II. PEMASARAN
1. Meningkatkan pendekatan teknis maupun non teknis kepada pemberi jasa serta
meyakinkan pengguna jasa bahwa PT. CIRIAJASA EC – POLA TEKNIK
KONSULTAN adalah Perusahaan Konsultan Profesional, sehat dan dipercaya.
2. Mencari daftar panjang proyek potensial dengan menetapkan skala prioritas serta
mengacu kepada kemampuan perusahaan yang selanjutnya menjadi daftar pendek
[166]
proyek
3. Meningkatkan kualitas proposal baik penampilan maupun isinya.
4. Bersinergi dengan konsultan nasional/asing, LSM, Perguruan Tinggi maupun
Kontraktor.
5. Mengkaji perubahan lingkungan strategis baik di wilayah Nasional maupun
Internasional.
6. Mengupayakan dapat memperoleh proyek secara ”repeat order”
7. Mengkaji dan mengupayakan pengembangan bidang usaha baru dibidang enjinering.
8. Mengkaji perubahan lingkungan strategis baik di wilayah Nasional maupun
Internasional.
9. Mengupayakan mengikuti tender dalam proyek-proyek ICB.
10. Intensifikasi dan extensifikasi usaha.
11. Joint Operation.
12. Manyiapkan Manajemen Informasi Tenaga Ahli.
13. Membuat jadwal pertemuan dengan Pengguna Jasa yang lama maupun yang baru.
14. Mempersiapkan materi dan sistem penyajian presentasi dalam rangka meyakinkan
Pemberi Tugas.
III. PRODUKSI
1. Menyediakan Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan yang dipersyaratkan, tepat
waktu dan dapat bekerja sama dalam pelaksanaan proyek.
2. Mengupayakan metoda kerja yang tepat guna dan efisien baik dalam pekerjaan
dilapangan maupun dikantor.
3. Memberikan acuan teknis dan metodologi kerja yang sesuai dengan kebutuhan
proyek.
4. mengusulkan penggunaan teknologi yang tepat guna unruk pekerjaan yang
ditangani.
5. menggunakan peralatan yang tepat guna dan kompatibel dengan sistem yang
berlaku didunia jasa konstruksi, baik peralatan kantor maupun peralatan lapangan.
6. Menggunakan standar-standar yang ada dalam penanganan sub-sub pekerjaan
dengan tetap mengacu kepada Term Of Reference
7. Memanfaatkan teknologi komunikasi dalam pengelolaannya.
[167]
8. Memenuhi lomitmen/perjanjian sesuai dengan kontrak
9. Memberlakukan sistem magang pegawai
10. Mengembangkan kerja sama operasi dalam penanganan proyek
11. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi terhadap proyek-proyek dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu produksi.
a. PENGAWASAN
i. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO
NO JENIS / TYPE IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RESIKO
PEKERJAAN JENIS BAHAYA & RESIKO K3
1 2 3 4
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Personil dan Kecelakaan pada saat :
Peralatan perjalanan maupun pada saat Pertolongan Pertama,
Mobilisasi personel dan membawa ke RS dan
peralatan pengecekan kendaraan
Kesehatan memburuk akibat serta melakukan control
faktor cuaca. secara cermat terhadap
Kesehatan karyawan bahaya sarana yang akan
merokok. dipergunakan.
Pemakaian listrik Menggunakan alat-alat
Duduk dan bekerja. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)
[168]
paru - paru berkala, penyuluhan
Kebakaran terjadi arus pendek kesehatan kerja, hidup
Sakit pinggang sehat.
2. Pengumpulan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Data Adm. Dan Kecelakaan pada saat :
Data Teknis perjalanan maupun pada saat Pertolongan Pertama,
sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Data Adm. Dan Data Teknis pengecekan kendaraan
Kesehatan memburuk akibat serta melakukan control
faktor cuaca. secara cermat terhadap
Kesehatan karyawan bahaya sarana yang akan
merokok. dipergunakan.
Pemakaian listrik Menggunakan alat-alat
Duduk dan bekerja. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)
[169]
merokok. Menggunakan alat-alat
Pemakaian listrik penunjang untuk
Duduk dan bekerja. perlindungan diri (APD)
Resiko yang terjadi : Karyawan baru harus
Luka ringan dan berat memastikan berbadan
Kematian sehat, di ruangan kerja di
Kerugian Materiil larang merokok,
[170]
B. PELAKSANAAN PENGAWASAN
1. Pengawasan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Setting Out Kecelakaan pada saat :
Persiapan perjalanan maupun pada saat Pertolongan Pertama,
Pelaksanaan Fisik sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Pengawasan Setting Out pengecekan kendaraan
Persiapan Pelaksanaan Fisik serta melakukan control
Kesehatan memburuk akibat secara cermat terhadap
faktor cuaca. sarana yang akan
Kesehatan karyawan bahaya dipergunakan.
merokok dan minuman keras Menggunakan alat-alat
serta penggunaan obat tidak penunjang untuk
sesuai dosis yang tertera perlindungan diri (APD)
Pemakaian listrik Karyawan baru harus
Duduk dan bekerja. memastikan berbadan
Resiko yang terjadi : sehat, di ruangan kerja di
Luka ringan dan berat larang merokok,
[171]
kegiatan revisi. Membawa alat cadangan
Kerusakan alat atau membawa alat
Resiko yang terjadi : perbaikan sederhana
Luka ringan dan berat
Rusak ringan dan berat
Penggantian Peralatan
3. Perhitungan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Mutual Check Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat Kondisi fisik/badan harus
sedang melakukan kegiatan baik
Kerusakan alat Melakukan control
Data yang diminta rusak secara cermat terhadap
ataupun hilang sarana yang akan
Kesehatan badan memburuk dipergunakan
akibat faktor cuaca maupun Menggunakan alat-alat
pola istarahat yang salah. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)
Luka ringan dan berat Membawa alat cadangan
Kematian atau membawa alat
Rusak ringan dan berat perbaikan sederhana
[172]
faktor cuaca. sarana yang akan
Kesehatan karyawan bahaya dipergunakan.
merokok dan minuman keras Menggunakan alat-alat
serta penggunaan obat tidak penunjang untuk
sesuai dosis yang tertera perlindungan diri (APD)
Pemakaian listrik Pemahaman terhadap
Duduk dan bekerja. cara penggunaan alat
Kerusakan alat pengukuran yang tepat dan cermat
Sakit mata karena cara Karyawan baru harus
penggunaan alat ukur yang memastikan berbadan
kurang benar sehat, di ruangan kerja di
Data yang diminta rusak larang merokok,
ataupun hilang pemeriksaan kesehatan
Resiko yang terjadi : berkala, penyuluhan
Kematian sehat.
[173]
akibat faktor cuaca maupun Menggunakan alat-alat
pola istarahat yang salah. penunjang untuk
Resiko yang terjadi : perlindungan diri (APD)
Luka ringan dan berat Membawa alat cadangan
Kematian atau membawa alat
Rusak ringan dan berat perbaikan sederhana
Penggantian Peralatan Pemasangan rambu-
rambu K3
Pemasangan dan
pembuatan safety line
Safety morning meeting
Pelatihan Tanggap
Darurat
6. Pengawasan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Konstruksi Kecelakaan pada saat :
Pekerjaan perjalanan maupun pada saat Pertolongan Pertama,
Kualitas dan sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Kuantitas Bahan Pengawasan Konstruksi pengecekan kendaraan
Pekerjaan Kualitas dan serta melakukan control
Kuantitas Bahan secara cermat terhadap
Kesehatan memburuk akibat sarana yang akan
faktor cuaca. dipergunakan.
Kesehatan karyawan bahaya Menggunakan alat-alat
merokok dan minuman keras penunjang untuk
serta penggunaan obat tidak perlindungan diri (APD)
sesuai dosis yang tertera Pemahaman terhadap
Pemakaian listrik cara penggunaan alat
Duduk dan bekerja. yang tepat dan cermat
Kerusakan alat pengukuran Karyawan baru harus
Sakit mata karena cara memastikan berbadan
penggunaan alat ukur yang sehat, di ruangan kerja di
[174]
kurang benar larang merokok,
Data yang diminta rusak pemeriksaan kesehatan
ataupun hilang berkala, penyuluhan
Resiko yang terjadi : kesehatan kerja, hidup
Luka ringan dan berat sehat.
Kematian Pemasangan rambu-
Kerugian Materiil rambu K3
menjadi terhenti
7. Pengawasan Sipil Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Konstruksi Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat Kondisi fisik/badan harus
sedang melakukan kegiatan baik
Data yang diminta rusak Melakukan control
ataupun hilang secara cermat terhadap
Kesehatan badan memburuk sarana yang akan
akibat faktor cuaca maupun dipergunakan
pola istarahat yang salah. Menggunakan alat-alat
Kesehatan karyawan bahaya penunjang untuk
merokok dan minuman keras perlindungan diri (APD)
serta penggunaan obat tidak Membawa alat cadangan
sesuai dosis yang tertera atau membawa alat
Pemakaian listrik perbaikan sederhana
Duduk dan bekerja. Pemasangan rambu-
Kerusakan alat pengukuran rambu K3
Sakit mata karena cara Pemasangan dan
penggunaan alat ukur yang pembuatan safety line
[175]
kurang benar
Data yang diminta rusak
ataupun hilang
Resiko yang terjadi :
Luka ringan dan berat
Kematian
Kerugian Materiil
Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
Kebakaran terjadi arus pendek
Sakit pinggang
Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
8. Pengawasan Jenis bahaya : Jenis bahaya :
Pekerjaan Kecelakaan pada saat Kecelakaan pada saat
Mekanika Tanah perjalanan maupun pada saat perjalanan maupun pada
sedang melakukan kegiatan saat sedang melakukan
Pengawasan Geologi kegiatan
Data yang diminta rusak Data yang diminta rusak
ataupun hilang ataupun hilang
Kesehatan badan memburuk Kesehatan badan
akibat faktor cuaca maupun memburuk akibat faktor
pola istarahat yang salah. cuaca maupun pola
Kesehatan karyawan bahaya istarahat yang salah.
merokok dan minuman keras Kesehatan karyawan
serta penggunaan obat tidak bahaya merokok dan
sesuai dosis yang tertera minuman keras serta
Pemakaian listrik penggunaan obat tidak
Duduk dan bekerja. sesuai dosis yang tertera
Kerusakan alat pengukuran Pemakaian listrik
Sakit mata karena cara Duduk dan bekerja.
[176]
penggunaan alat ukur yang Kerusakan alat
kurang benar pengukuran
Data yang diminta rusak Sakit mata karena cara
ataupun hilang penggunaan alat ukur
Resiko yang terjadi : yang kurang benar
Luka ringan dan berat Data yang diminta rusak
Kematian ataupun hilang
Kerugian Materiil
Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
Kebakaran terjadi arus pendek
Sakit pinggang
Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
9. Amandemen Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Kontrak Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat Kondisi fisik/badan harus
sedang melakukan kegiatan baik dengan check
Amandemen Kontrak kesehatan teratur.
Data yang diminta rusak Melakukan control
ataupun hilang secara cermat terhadap
Kesehatan badan memburuk sarana yang akan
akibat faktor cuaca maupun dipergunakan
pola istarahat yang salah. Menggunakan alat-alat
Kesehatan karyawan bahaya penunjang untuk
merokok dan minuman keras perlindungan diri (APD)
serta penggunaan obat tidak Membawa alat cadangan
sesuai dosis yang tertera atau membawa alat
Pemakaian listrik perbaikan sederhana.
Duduk dan bekerja.
Kurangnya cahaya penerangan
[177]
sehingga penglihatan menjadi
terganggu.
Data yang diminta rusak
ataupun hilang
Resiko yang terjadi :
Luka ringan dan berat
Kematian
Kerugian Materiil
Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
Kebakaran terjadi arus pendek
Sakit pinggang
Kerusakan penglihatan
Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
10 Membantu Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Pengecekan As Kecelakaan pada saat :
Built Drawing perjalanan maupun pada saat Kondisi fisik/badan harus
sedang melakukan kegiatan baik
Data yang diminta rusak Melakukan control
ataupun hilang secara cermat terhadap
Pemakaian listrik sarana yang akan
Duduk dan bekerja. dipergunakan
Kerusakan alat pengukuran Menggunakan alat-alat
Sakit mata karena cara penunjang untuk
penggunaan peralatan perlindungan diri (APD)
(komputer) Membawa alat cadangan
Data yang diminta rusak atau membawa alat
ataupun hilang perbaikan sederhana
Resiko yang terjadi :
Luka ringan dan berat
[178]
Kematian
Kerugian Materiil
Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
Kebakaran terjadi arus pendek
Sakit pinggang
Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
11 Pemeriksaan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3 :
Hasil Kecelakaan pada saat Kondisi fisik/badan harus
Perhitungan MC perjalanan maupun pada saat baik
100 sedang melakukan kegiatan Melakukan control
Pemeriksaan Hasil secara cermat terhadap
Perhitungan MC 100 sarana yang akan
Data yang diminta rusak dipergunakan
ataupun hilang Menggunakan alat-alat
Kesehatan badan memburuk penunjang untuk
akibat faktor cuaca maupun perlindungan diri (APD)
pola istarahat yang salah. Membawa alat cadangan
Kesehatan karyawan bahaya atau membawa alat
merokok dan minuman keras perbaikan sederhana
serta penggunaan obat tidak Pemasangan rambu-
sesuai dosis yang tertera rambu K3
Pemakaian listrik Pemasangan dan
Duduk dan bekerja. pembuatan safety line
Kurangnya cahaya penerangan
sehingga penglihatan menjadi
terganggu.
Data yang diminta rusak
ataupun hilang
Resiko yang terjadi :
[179]
Luka ringan dan berat
Kematian
Kerugian Materiil
Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
Kebakaran terjadi arus pendek
Sakit pinggang
Kerusakan penglihatan
Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
12 Membantu Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3 :
Pelaksanaan Kecelakaan pada saat Kondisi fisik/badan harus
PHO perjalanan maupun pada saat baik
sedang melakukan kegiatan Melakukan control
Membantu Pelaksanaan PHO secara cermat terhadap
Data yang diminta rusak sarana yang akan
ataupun hilang dipergunakan
Kesehatan badan memburuk Menggunakan alat-alat
akibat faktor cuaca maupun penunjang untuk
pola istarahat yang salah. perlindungan diri (APD)
Kesehatan karyawan bahaya Membawa alat cadangan
merokok dan minuman keras atau membawa alat
serta penggunaan obat tidak perbaikan sederhana
sesuai dosis yang tertera Pemasangan rambu-
Pemakaian listrik rambu K3
Duduk dan bekerja. Pemasangan dan
Kurangnya cahaya penerangan pembuatan safety line
sehingga penglihatan menjadi
terganggu.
Data yang diminta rusak
ataupun hilang
[180]
Resiko yang terjadi :
Luka ringan dan berat
Kematian
Kerugian Materiil
Waktu Kerja hilang dan
sakit paru - paru
Kebakaran terjadi arus
pendek
Sakit pinggang
Kerusakan penglihatan
Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
C. PENYUSUNAN LAPORAN
1 Laporan Jenis bahaya : Pengendalian Resiko K3
Supervisi Kecelakaan pada saat :
perjalanan maupun pada saat Pertolongan Pertama,
sedang melakukan kegiatan membawa ke RS dan
Pembuatan Laporan pengecekan kendaraan
Data yang diminta rusak serta melakukan control
ataupun hilang secara cermat terhadap
Kesehatan badan memburuk sarana yang akan
akibat faktor cuaca maupun dipergunakan.
pola istarahat yang salah. Menggunakan alat-alat
Kesehatan karyawan bahaya penunjang untuk
merokok dan minuman keras perlindungan diri (APD)
serta penggunaan obat tidak Karyawan baru harus
sesuai dosis yang tertera memastikan berbadan
Pemakaian listrik sehat, di ruangan kerja di
Duduk dan bekerja. larang merokok,
[181]
terganggu. kesehatan kerja, hidup
Data yang diminta rusak sehat.
ataupun hilang Pemasangan rambu-
Resiko yang terjadi : rambu K3 untuk dalam
Luka ringan dan berat maupun diluar ruangan
Kematian
Kerugian Materiil
Waktu Kerja hilang dan sakit
paru - paru
Kebakaran terjadi arus pendek
Sakit pinggang
Kerusakan penglihatan
Kerusakan alat pekerjaan
menjadi terhenti
[182]
C PERATURAN MENTERI
1. Permenaker No : Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
PER.01/MEN1976 Perusahaan
2. Permenaker No. Per.01/MEN/1978 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Pengangkutan dan Penebangan Kayu
3. Permenaker No. Per.03/MEN/1978 Penunjukan dan Wewenang, Serta Kewajiban
Pegawai Pengawas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja
4. Permenaker No.: Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan
Per.01/MEN/1979 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi
Tenaga Para Medis Perusahaan
5. Permenaker No. Per.01/MEN/1980 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan
6. Permenaker No. Per.02/MEN/1980 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
7. Permenaker No. Per.04/MEN/1980 Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan
8. Permenaker No. Per.01/MEN/1981 Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
9. Permenaker R.I. No. Kwalifikasi Juru Las
Per.02/MEN/1982
10. Pemenaker No.: Per.03/MEN/1982 Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
11. Pemenaker No Per.02/MEN/1983 Instalasi Alarm Kebakaran Automatik
12. Pemenaker No.: Per.03/MEN/1985 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pemakaian Asbes
13. Pemenaker No. Per.04/MEN/1985 Pesawat Tenaga dan Produksi
14. Pemenaker No. Per.05/MEN/1985 Pesawat Angkat dan Angkut
15. Pemenaker No. : Per.04/MEN/1987 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
16. Pemenaker No. Per.02/MEN/1989 Pengawasan Instalasi Instalasi Penyalur Petir
17. Pemenaker No. Per.02/MEN/1992 Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan
[183]
Kerja
18. Pemenaker No. Per.04/MEN/1995 Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
19. Pemenaker No. Per.05/MEN/1996 Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
20. Pemenaker No. Per.01/MEN/1998 Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan
Bagi tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik
dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
21. Pemenaker No. Per.03/MEN/1998 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan
22. Pemenaker No. Per.04/MEN/1998 Pengangkatan, Pemberhentian dan Tata
Kerja Dokter Penasehat
23. Pemenaker No. Per.03/MEN/1999 Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan
Barang
24. Permenkes No. 261 tahun 1998 Persyaratan Kesehatan Di Lingkungan Kerja
25. Permenkes No.472 tahun 1996 Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi
Kesehatan
26. Permenkes No.416 tahun 1990 Pengawasan dan Persyaratan Air Bersih
D KEPUTUSAN MENTERI
1. Kepmenaker No. : Kep. Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga
155/MEN/1984 Dan Transmigrasi Nomor Kep. 125/MEN/82,
Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata
Kerja Dewan Keselamatan Dan Kesehtan
Kerja Nasional, Dewan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Wilayah Dan Panitia
Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada
Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum Tempat Kegiatan Konstruksi
No.: Kep.174/MEN/1986. No.:
104/KPTS/1986
[184]
3. Kepmenaker No. Bendera Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Kep.1135/MEN/1987
4. Kepmenaker No.: Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat
Kep.333/MEN/1989 Kerja
5. Kepmenaker No.: Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Kep.245/MEN/1990 Nasional
6. Kepmenaker No. Kep.51/MEN/1999 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja
7. Kepmenaker No. Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kep.186/MEN/1999 Kerja
8. Kepmenaker No. Identifikasi sumber potensi bahaya kebakaran
Kep.197/MEN/1999
9. Kepmenaker No.: Kep.75/MEN/2002 Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
(Sni) Nomor: SNI-04-0225-2000 Mengenai
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000) Di Tempat Kerja
10. Kepmenaker No.: Jenis-Jenis Pekerjaan Yang Membahayakan
Kep.235/MEN/2003 Kesehatan, Keselamatan Atau Moral Anak
11. Kepmenaker No. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
Kep.187/MEN/1999
12. Kepmenaker No.187 tahun1999 Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di
Tempat Kerja
13. SK Menaker No.158 tahun 1972 Program Operasionil Serentak, singkat padat
untuk pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
14. SK Menaker dan Menkes No.114 Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan
tahun 1985 Bagi Tenaga Kerja
15. Kepmenaker No.608 tahun 1989 Pemberian Ijin Penyimpangan Waktu Kerja
dan Waktu Istirahat Bagi Perusahaan-
perusahaan yang memperkerjakan pekerja 9
jam sehari dan 54 jam seminggu
16. KEPMEN PU No 02/KPTS/1985 Ketentuan Pencegahan Dan Penanggulangan
[185]
Kebakaran Pada Bangunan Gedung
E SURAT EDARAN DAN KEPUTUSAN DIRJEN PEMBINAAN HUBUNGAN
INDUSTRIAL DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
1. Surat Keputusan Direktur Jenderal Cara Pengisian Formulir Laporan dan
Pembinaan Hubungan Industrial Dan Analisis Statistik Kecelakaan
Pengawasan Ketenagakerjaan
Departemen Tenaga Kerja R.I. No. :
Kep. 84/BW/1998
2. Keputusan Direktur Jenderal Peryaratan, Penunjukan Hak dan Kewajiban
Pembinaan Hubungan Industrial dan Teknisi Lift
Pengawasan Ketenagakerjaan No.
Kep.407/BW/1999
3. Keputusan Direktur Jenderal Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan
Pembinaan Hubungan Industrial dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik
Pengawasan Ketenagakerjaan No.:
Kep.311/BW/2002
4. SE Dirjen Bina Hubungan Perusahaan Catering Yang Mengelola
Ketenagakerjaan dan Pengawasan Makanan Bagi Tenaga Kerja
Norma No.SE.86/BW/1989
[186]
yang berpotensi menimbulkan bahaya sehingga tidak ada kecelakaan kerja yang
berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
3. Melaksanakan Promosi K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-
rambu, Spanduk, Poster, Pagar pengaman, Jaring pengaman, dsb) secara
konsisten
4. Melaksanakan komunikasi yang baik tentang masalah K3 antara semua lini di
pekerjaan baik untuk penyedia jasa maupun pengguna jasa
5. Latihan Kesiagaan dan Tanggap darurat
6. Pengecekan Kesehatan Secara Berkala
7. Kepatuhan Terhadap Peraturan
a. Sasaran K3
a) Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Acident).
c) Semua pekerja wajib mengenakan APD yang sesuai bahaya dan resiko
pekerjaannya masing-masing.
d) Menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
b. Program K3
b) Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya.
[187]
c. Rencana Tanggap Darurat Lokasi Proyek
1) Manajer Proyek dan Personil Medis adalah mereka yang bertanggung jawab
untuk memastikan pasokan perlengkapan pertolongan pertama yang
memadai dan kebersihan.
2) Personil yang bekerja pada aktivitas lokasi proyek harus paham dengan isi
dari kotak pertolongan pertama sehingga mereka akan mampu untuk
memberikan bantuan pada setiap keadaan.
3) Jika tidak ada luka pada kepala, rendahkan kepala yang terluka atau tinggikan
posisi kaki. Jika ada indikasi cedera serius pada kepala, tinggikan posisi
kepala perlahan-lahan.
4) Jaga agar orang yang terluka tersebut tetap dalam keadaan hangat.
Pertahankan suhu tubuh.
6) Jangan mencoba memberikan air atau cairan lain pada korban yang tidak
sadar atau setengah sadar.
Langkah 1:
Langkah 2:
[188]
Pengawas atau Pimpinan Kelompok akan membantu Komandan Tanggap
Darurat dan Pemberi pertolongan pertama akan menilai kondisi korban dan
mengirimkannya ke Klinik Lokasi Proyek.
Langkah 3:
Jika kondisinya kritis atau melemah, cari bantuan untuk Medevac darurat
menggunakan mobil ambulan untuk membawa pasien ke rumah sakit terdekat.
Langkah 4:
Manajer Proyek akan mengontak dan memberikan informasi pada orang- orang di
bawah ini:
Direktur
Langkah 5:
Manajer Proyek
Bahaya kebakaran dan ledakan dapat ditimbulkan dari tempat kerja manapun termasuk
gedung kantor, pabrik dan lokasi di lapangan, yang dapat menyebabkan keruskan pada
semua fasilitas dan lokasi sekitar.
1) Jika api kecil, gunakan alat pemadam api portabel atau peralatanpemadam api
lainnya untuk mengusir api.
2) Jika api besar dan insiden serius terjadi, hubungi Pos Tanggap Darurat di lapangan
dan Komandan Tanggap Darurat di lapangan.
4) Tinggalkan lokasi melalui rute jalan keluar darurat dan berkumpul pada tempat
berkumpul yang ditentukan.
[189]
2) Tindakan harus dilakukan secepat mungkin; sebelum apimenjalar/membesar.
1) Tumpahan minyak dapat menyebabkan api jika dia dekat dengan sumberpanas.
Tindakan:
4) Jika terjadi di atas tanah, pasang pembatas sepanjang area yang terkontaminasi.
Pelaporan:
f. Kerusuhan Masa
Untuk mencapai sasaran prosedur ini, diperlukan penanggulangan yang tepat, terkendali
dan tenang. Potensi Resiko:
Seluruh personil dan fasilitas di Lapangan berpotensi memiliki resiko pada saat terjadi
kerusuhan massa (gangguan masyarakat).
Kerusuhan massa dikategorikan sebagai Keadaan Waspada yang serius, tindak kekerasan
dan ketidakpatuhan terhadap hukum dan aturan publik dapat memberikan dampak pada
keamanan fisik atas fasilitas instalasi.
Pelaku kerusuhan dapat merusak pagar dan menimbulkan kerusakan dan gangguan
terhadap personil maupun properti, melalui sabotase, perusakan maupun vandalisme.
[190]
Tindakan:
Manajer Proyek adalah pimpinan penanggulangan, dan bertanggung jawab penuh untuk
melakukan tindakan yang tepat dalam menghadapikerusuhan massa.
Manajer Proyek bertanggung jawab untuk segera melaporkan kepada Perwakilan Klien
dan Manajemen GR selama kerusuhan massa berlangsung.
Kerusuhan dapat timbul karena berbagai alasan, sebagian berkembang capat tanpa
adanya tanda-tanda sebelumnya, dan sebagian berkembang dengan perlahan. Apabila
berkembang secara perlahan maka petugas setempat (petugas keamanan) harus
menginformasikan pada Tim Penanggulangan Darurat mengenai keadaan yang terjadi.
Seluruh karyawan, subkontraktor dan personil lainnya agar membatasi dan berhati-hati
dalam berkomunikasi dengan petugas setempat. Jangan memberikan pernyataan apapun
kepada media yang ada.
Ancaman bom dikategorikan sebagai ancaman serius yang harus dihadapi dengan
ketenangan dan kehati-hatian.
Tindakan:
Setiap personil yang menerima telepon dari luar dari orang yang tak dikenal mengenai
ancaman bom; melaporkan pada petugas keamanan dan Komandan Tanggap Darurat.
Komandan Tanggap Darurat segera melaporkan ancaman ini kepada Manajer Proyek.
Semua personil harus tetap tenang dan mengikuti petunjuk-petunjuk dari atasan mereka.
[191]
Petugas keamanan memberitahukan ERT untuk menghubungi petugas kepolisian dan
menginformasikan mereka bahwa tempat kerja mendapat ancaman bom dari teroris.
Atasan/ Pimpinan Kelompok menginstruksikan semua personil untuk keluar dari tempat
kerja melalui rute aman sebagaimana yang diinstruksikan oleh anggota petugas
keamanan.
Petugas keamanan mengikuti saran dari petugas kepolisian atau militer mengenai status
dari keadaan.
Begitu keadaan dinyatakan aman berdasarkan saran dari petugas kepolisian, petugas
keamanan dan/atau Komandan Tanggap Darurat memberitahukan Manajer Proyek dan
menginstruksikan semua pekerjauntuk meneruskan bekerja kembali.
Bahaya utama dari gempa bumi adalah: kerusakan pada fasilitas, kebakaran atau polusi
yang timbul akibat hubungan arus pendek dan resiko pada manusia.
Tergantung dari intensitas gempa yang terjadi, situasi ini dapat dikategorikan sebagai
Ancaman Serius, yang harus dihadapi dengan tenang dan hati-hati.
Tindakan:
Seluruh personil agar tetap tenang, penanggulangan yang terkendali sangat penting demi
keselamatan seluruh pekerja dan properti perusahaan.
[192]
i. Komunikasi dan PeralatanPeralatan
Jalur komunikasi harus dibuat dan dicoba. Radio handy talky dan telepon seluler akan
disediakan. Jalur ini akan dijalankan antara ERT internal, klien dan organisasi
penanggulangan keadaan darurat eksternal.
Sistem komunikasi dicoba secara rutin dan dimonitor (sistem radio dan telepon) paling
tidak setiap minggu selama proyek berjalan. Semua tes-tes tersebut dicatat dalam Log
Book, dipegang oleh Petugas Keselamatan Lokasi.
Pemeliharaan Peralatan
Semua peralatan dan perlengkapan darurat harus diinventarisir dan dipelihara untuk
digunakan pada saat keadaan darurat dan didokumentasikan.
a. Lokasi Berkumpul Evakuasi
Area berkumpul evakuasi akan ditentukan pada saat awal sebelum memulai
aktivitas di lokasi proyek.
Pada saat mencapai lokasi berkumpul, semua personil harus bergabung dengan
Kelompok Kerja mereka. Penghitungan orang hendaknya dilakukan oleh
supervisor/Pimpinan kelompok. Tiap supervisor/pimpinan kelompok harus
memiliki daftar aktual dari personil (personil yang sedang bekerja dan mereka
yang sudah selesai melakukan pekerjaan) dengan bantuan pengukur waktu (time
keeper).
b. Untuk mengaktifkan Pusat Komando Keadaan Darurat di Tempat Kerja
5) Menetapkan daftar personil di lokasi harian (jika diperlukan) atau paling tidak
nama dan jabatan dari mereka yang terkait dengan insiden,
[193]
6) Memberitahukan pihak manajemen gedung/staf pembantu mengenai nomor
telepon dan ekstensi untuk digunakan dalam berhubungan langsung dengan
klien, Menetapkan keadaan faktual dan peran serta aktual dari seluruh
sumber daya GR dan pihak luar,
- Manajemen Proyek
- Perwakilan klien
10) Jika dibutuhkan, kirimkan beberapa anggota Pengendali Keadaan Darurat ke:
- Kantor polisi
- Lainnya
13) Jika dibutuhkan, mobilisasi ERT tambahan dan/atau ahli GRyang dapat
membantu,
[194]
kesehatan tenaga kerja akibat (sarung tangan, helm,
Tempat kerja kurang memenuhi syarat, pelindung kaki)
Kecelakaan dan gangguan kesehatan
pekerja akibat penyimpanan peralatan
dan bahan atau material kurang
memenuhi syarat, Kecelakaan dan
gangguan kesehatan pekerja akibat
penyimpanan peralatan dan bahan
atau material kurang memenuhi syarat
kecelakaan atau gangguan kesehatan
akibat kegiatan pembongkaran tempat
kerja, instalasi listrik, peralatan dan
perlengkapan, pembersihan dan
pengembalian kondisi yang kurang
baik.
Pemenuhan Protokol
kesehatan
Bahaya Penyakit Menular
Berat (penggunaan masker,
budaya hidup bersih)
[195]
material Tertabrak pelindung kaki)
Terkena alat potong Rambu lalu lintas
Tekena paku
Resiko luka ringan/sedang/berat
6 Pengawasan Tertimbun longsor galian tanah Sedang Pakai pengaman
Pekerjaan Galian (sarung tangan, helm,
Terjatuh ke lubang galian
& Urugan pelindung kaki)
Tergores/luka akibat terkena material
Rambu lalu lintas
Resiko luka ringan/sedang/berat
[196]
masuk bagi penduduk di permukiman
sepanjang danyang berdekatan dengan
lokasi pekerjaan.
Kecelakaan akibat bangunan
sementara dan rambu-rambu rusak
dan tidak berfungsi
Bahaya akibat bahan dan kotoran yang
tidak terpakai berceceran sehingga lalu
lintastidak aman
12 Galian Untuk Gangguan kesehatan akibat kondisi Kecil Pakai pengaman
kerja secara umum, (sarung tangan, helm,
Selokan Drainase
pelindung kaki)
dan Saluran Air terluka akibat kondisi dan penggunaan
meteran yang salah, kecelakaan akibat Rambu lalu lintas
pengaturan lalu lintas kurang baik,
kecelakaan akibat jenis dan cara
penggunaan peralatan salah,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
Kecelakaan terkena alat gali (cangkul,
balencong dll.) akibat jarak antar
penggali terlalu dekat,
Bahaya akibat lereng galian longsor.
13 Pasangan Batu PENGUKURAN. Gangguan kesehatan kecil Pakai pengaman
akibat kondisi kerja (sarung tangan, helm,
Dengan Mortar
pelindung kaki)
secara umum, terluka akibat kondisi
dan penggunaan meteran yang salah, Rambu lalu lintas
kecelakaan akibat pengaturan lalu
lintas kurang baik, kecelakaan akibat
jenis dan cara penggunaan peralatan,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
PENGGALIAN. Kecelakaan terkena alat
gali (cangkul, balencong dll.) akibat
jarak antar penggali terlalu dekat,
bahaya akibat lereng galian longsor.
PEMASANGAN. Luka terkena mortar
dan batu jatuh, luka terkena pecahan
batu, kecelakaan akibat penempatan
stok material terutama batu yang tidak
tepat.
14 Saluran PENGUKURAN. Gangguan kesehatan kecil Pakai pengaman
akibat kondisi kerja (sarung tangan, helm,
berbentuk U Tipe
pelindung kaki)
DS 1 secara umum, terluka akibat kondisi
dan penggunaan meteran yang salah, Rambu lalu lintas
[197]
kecelakaan akibat pengaturan lalu
lintas kurang baik, kecelakaan akibat
jenis dan cara penggunaan peralatan,
kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
PENGGALIAN. Kecelakaan terkena alat
gali (cangkul, balencong dll.) akibat
jarak antar penggali terlalu dekat,
bahaya akibat lereng galian longsor.
PEMASANGAN. Luka terkena mortar
dan batu jatuh, luka terkena pecahan
batu, kecelakaan akibat penempatan
stok material 7terutama batu yang
tidak tepat.
15 Bahan Drainase Kesehatan terganggu akibat kondisi Kecil Pakai pengaman
Porous atau kerja secara umum, terluka akibat (sarung tangan, helm,
Penyaring (Filter) kondisi dan penggunaan meteran yang pelindung kaki)
salah, kecelakaan akibat pengaturan
Rambu lalu lintas
lalu lintas kurang baik, kecelakaan
akibat jenis dan cara penggunaan
peralatan, kecelakaan akibat metode
pemasangan patok.
[198]
PEMBUANGAN. Kecelakaan akibat
tumpukan bahan galian yang akan
digunakan untuk timbunan.
20 Galian Struktur Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
dengan dengan Galian Struktur dengan (sarung tangan, helm,
kedalaman 2 - kedalaman 0 - 2 meter pelindung kaki)
[199]
4 meter Rambu lalu lintas
Turap
21 Galian Struktur Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
dengan dengan Galian Struktur dengan (sarung tangan, helm,
kedalaman 4 - kedalaman 2 - 4 meter pelindung kaki)
6 meter Rambu lalu lintas
Turap
24 Timbunan Pilihan Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
dari sumber galian dengan Timbunan Biasa dari sumber (sarung tangan, helm,
galian pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
[200]
penimbunan pada jalan tanjakan.
PENYIRAMAN. Gangguan kesehatan
akibat debu yang timbul saat
penyiraman.
26 Pembersihan dan Terjadi iritasi pada kulit akibat kena Kecil Pakai pengaman
Pengupasan semak duri, Kecelakaan akibat (sarung tangan, helm,
Lahan operasional alat berat di tempat lokasi pelindung kaki)
Pembersihan dan Pengupasan lahan
Rambu lalu lintas
[201]
berdekatan, Terluka karena
pengoperasian alat berat tidak
dilakukan dengan benar, Kecelakaan
akibat utilitas bawahtanah yang
terkena alat penggali, Gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Kecelakaan
akibat lubang galian terisi air yang
menggenang;
PENGHAMPARAN. Terjadi kecelakaan
pada saat dump truck menurunkan
agregat, Terjadi iritasi pada kulit dan
paru-paru akibat debu agregat yang
kering, Terluka oleh mesin
penghampar (Grader) karena
pengoperasian tidak benar, Terjadi
kecelakaan akibat tertabrak lalu lintas
kendaraan, Terjadi kecelakaan akibat
penimbunan material sementara,
sebelum dihampar, Kecelakaan akibat
tanah di pinggir bahu jalan tidak stabil,
Gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Terluka oleh peralatan kerja akibat
jarak antar pekerja terlalu dekat;
PEMADATAN. Terjadi iritasi pada kulit
dan paru-paru oleh debu pada
pemadatan yang kering, Terjadi
gangguan lalu lintas kendaraan, Terjadi
gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Kecelakaan akibat tanah bagian pinggir
jalan tidak stabil, Terluka akibat
pengoperasian mesin pemadat
(grader) tidak benar, Terluka oleh alat
kerja akibat jarak antar pekerja terlalu
dekat;
PENYIRAMAN. Terjadi gangguan
kesehatankarena air yang digunakan
penyiraman tidak sehat, Terjagi
kecelakaan dalam pengoperasian alat
penyiraman (Water Tanker),
Kecelakaan tertabrak lalu lintas
kendaraan.
[202]
ke lubang galian, Terjadi gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Terluka karena
jatuh pada daerah dengan kemiringan
tinggi, Gangguan kesehatan lingkungan
akibat pembuangan hasil kupasan tidak
benar, Kecelakaan akibat tanah bagian
pinggir longsor,
Kecelakaan oleh karena batu/pohon
besar yang merintangi pengupasan,
Terluka oleh peralatan akibat pekerja
terlalu berdekatan, Terluka karena
pengoperasian alat berat tidak
dilakukan dengan benar, Kecelakaan
akibat utilitas bawah tanah yang
terkena alat penggali, Gangguan lalu
lintas penduduk sekitar, Kecelakaan
akibat lubang galian terisi air yang
menggenang.
PENGHAMPARAN. Terjadi kecelakaan
pada saat dump truck menurunkan
agregat, Terjadi iritasi pada kulit dan
paru-paru akibat debu agregat yang
kering, Terluka oleh mesin
penghampar (Grader) karena
pengoperasian tidak benar, Terjadi
kecelakaan akibat tertabrak lalu lintas
kendaraan, Terjadi kecelakaan akibat
penimbunan material sementara,
sebelum dihampar, Kecelakaan akibat
tanah di pinggir bahu jalan tidak stabil,
Gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Terluka oleh peralatan kerja akibat
jarak antar pekerja terlalu dekat.
PEMADATAN. Terjadi iritasi pada kulit
dan paru-paru oleh debu pada
pemadatan yang kering, Terjadi
gangguan lalu lintas kendaraan, Terjadi
gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
Kecelakaan akibat tanah bagian pinggir
jalan tidak stabil, Terluka akibat
pengoperasian mesin pemadat
(grader) tidak benar, Terluka oleh alat
kerja akibat jarak antar pekerja terlalu
dekat.
PENYIRAMAN. Terjadi gangguan
kesehatan karena air yang digunakan
penyiraman tidak sehat, Terjagi
kecelakaan dalam pengoperasian alat
[203]
penyiraman (Water Tanker),
Kecelakaan tertabrak lalu lintas
kendaraan.
[204]
Kecelakaan akibat tanah bagian pinggir
jalan tidak stabil, Terluka akibat
pengoperasian mesin pemadat
(grader) tidak benar, Terluka oleh alat
kerja akibat jarak antar pekerja terlalu
dekat;
PENYIRAMAN. Terjadi gangguan
kesehatankarena air yang digunakan
penyiraman tidak sehat, Terjagi
kecelakaan dalam pengoperasian alat
penyiraman (Water Tanker),
Kecelakaan tertabrak lalu lintas
kendaraan.arena batu/pohon besar
yang
[205]
tanah timbunan, potensi kecelakaan
akibat alat penimbun, potensi
kecelakaan akibat alat pemadat
dengan menggunakan mesin, potensi
luka akibat cangkul/peralatan
sejenisnya untuk penimbunan dan
pemadatan cara manual.
[206]
PENGECORAN. Bahaya luka bakar pada
saat pengerjaan pengecoran penutup
sambungan horizontal, vertical atau
miring dari bitumen karet yang dicor
panas. Bahaya cipratan cor panas,
Bahaya zat kimia bahan cor terkena
kulit.
36 Sambungan siar Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
Muai Tipe dengan Sambungan Siar Muai Tipe (sarung tangan, helm,
Asphaltic Plug, Asphaltic Plug, Fixed pelindung kaki)
Movable
Rambu lalu lintas
[207]
sistem pencelupan panas pada proses
galvanize, Terjatuh pada saat
pengecatan pada ketinggian tertentu,
Luka/gatel/noda pada tangan akibat
bahan pengawet.
39 Papan Nama Luka pada tangan akibat terjepit atau kecil Pakai pengaman
Proyek kesalahan proses pemasangan papan (sarung tangan, helm,
nama jembatan. pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
41 Pipa Drainase PVC Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
diameter 150 mm dengan Pipa Drainase Baja diameter (sarung tangan, helm,
150 mm pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
42 Pipa Penyalur PVC Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama kecil Pakai pengaman
dengan Pipa Drainase Baja diameter (sarung tangan, helm,
150 mm pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
44 Rel Pengaman Terjadi iritasi pada kulit, mata akibat kecil Pakai pengaman
percikan adukan yang mengandung (sarung tangan, helm,
semen; Terluka oleh alat alat pelindung kaki)
pengecoran yang dilakukan manual Rambu lalu lintas
maupun mekanis (concrete mixer);
Gangguan pernapasan akibat
pencampuran material pengecoran
(semen, pasir, air dll
[208]
ntable) jatuh pada bagian tubuh. pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
48 Bahan Anti Pencampuran. Terjadi iritasi pada kulit, kecil Pakai pengaman
Pengelupasan mata dan paru-paru akibat zat kimia (sarung tangan, helm,
dari bahan. pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
[209]
pada tanah galian meliputi : tertimpa
tanah galian, tertimbunan tanah galian,
tertimpa benda jatuh dan terpeleset
jatuh, kecelakaan akibat runtuhnya sisi
galian akibat pembebanan, terjadi
kecelakaan atau luka oleh karena paku-
paku yang menonjol keluar,
tertimpa/tergencet kayu/bekisting;
PENULANGAN. Terluka akibat
pelaksanaan penulangan tidak
dilakukan oleh tenaga yang
berpengalaman dan ahli dibidangnya,
seperti : tertimpa besi tulangan,
terkena kawat tulangan, dan lain-lain.
Tertimpa benda jatuh seperti bekisting,
besi tulangan dan peralatan kerja
lainnya;
PENGECORAN. Gangguan kesehatan
atau gangguan fisik akibat pekerja
tidak memakai perlengkapan kerja
yang sesuai dengan syarat, kecelakaan
akibat concrete mixer (kena rantai,
roda pemutar, dll), tertimpa pengaduk
beton ketika alat tersebut sedang
diangkat, terjatuh dari tempat
pengecoran, terluka akibat
membersihkan tabung pengaduk
beton, terluka akibat terkena percikan
beton pada saat menuangkan beton
dari pengaduk beton, terjadi gangguan
pada mata dan pendengaran akibat
getaran vibrator dan debu pada saat
mencampur semen, agregat dan air.
Terluka akibat arus pendek atau
tersengat aliran listrik ketika
menggunakan vibrator listrik,
kecelakaan akibat penyalur uetori ke
alat vibrator, luka akibat penggunaan
vibrator, gangguan kesehatan oleh
debu akibat pencampuran beton,
kecelakaan akibat robohnya cor beton,
terjadi kecelakaan akibat proses
penumpahan adukan beton,
pengadukan beton, alat penggetar dan
water tanker, terjadi kecelakaan atas
orang luar yang masuk kedalam areal
pekerjaan, terjadi kecelakaan kerja
ketika bekerja pada keadaan gelap
atau malam hari akibat penerangan
[210]
tidak cukup, kecelakaan akibat lantai
kerja sementara roboh.
50 Beton , fc’15 Mpa Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
dengan Beton Mutu Sedang dengan (sarung tangan, helm,
Fc’=30 MPa pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
51 Beton Siklop, fc’15 Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
Mpa dengan Beton Mutu Sedang dengan (sarung tangan, helm,
Fc’=30 MPa pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
52 Beton, fc’10 Mpa Jenis Bahaya dan Resiko K3 sama sedang Pakai pengaman
dengan Beton Mutu Sedang dengan (sarung tangan, helm,
Fc’=30 MPa pelindung kaki)
Rambu lalu lintas
[211]
BAB VI HASIL KERJA DELIVERABLE
A. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan oleh kontraktor termasuk pekerjaan
peralatan dan mobilisasi material, pemasangan papan nama proyek, pengaturan kerja
kembali.
1) Mobilisasi Peralatan dan Bahan Kerja
Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, peralatan, lampu untuk
penerangan, tanda keselamatan, pekerjaan sementara, suku cadang, tenaga kerja
dan orang-orang termasuk semua yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
dengan benar dan tersedia selama pekerjaan.
Gambar 6.1. Proses Mobilisasi Peralatan dan Bahan Kerja
[212]
jadi siap untuk menggunakan semua peralatan, bahan dan suku cadang termasuk
semua yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Gambar 6.2 Contoh Direksi Keet dan Workshop Kontraktor
[213]
Setiap inkonsistensi yang mungkin antara gambar dan situasi lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Dewan Direksi untuk disetujui.
Penentuan ketinggian dan sudut hanya dilakukan dengan alat waterpas /
theodolit yang akurasinya dapat dibenarkan. Kontraktor harus menyediakan
level theodolite / spirit bersama dengan petugas yang bertugas untuk
diperiksa oleh Dewan Pengawas Direksi selama pelaksanaan pekerjaan /
proyek. Pengukuran prisma sudut benang atau prinsip Pythagoras segitiga
hanya diperbolehkan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Dewan
Pengawas. Kontraktor harus memasang baseline dasar (bench mark)
sebagai titik referensi. Untuk mematok pekerjaan, para kontaktor juga harus
memasang taruhan dan papan yang menjadi dasar pelaksanaan.
b) Bench Mark
Bench Mark dasar dibangun dari beton minimal 20 × 20 cm, tertanam kuat
ke dalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol di atas
tanah setidaknya 40 cm. Lokasi dan jumlah tolok ukur dasar ditentukan oleh
Dewan Direksi, setidaknya ada dua standar dasar yang diperlukan. Bench
Mark dasar dibuat permanen, tidak dapat diubah, ditandai dengan jelas dan
dijaga sepenuhnya sampai ada instruksi tertulis dari Dewan Direksi untuk
membongkarnya. Pada saat pegging (penentuan) peil dan setiap sudut
tapak (displacement), Kontraktor harus membuat shop drawing terlebih
dahulu sesuai dengan kondisi lapangan.
c) Papan dasar implementasi (bouwplank) dan pasak bekerja
Papan dasar dipasang pada sepasang bantalan kayu 5/7 cm dengan
kualitas yang baik. Pasak kayu terjebak di tanah dan tidak dapat dipindahkan
atau diubah posisi, dengan jarak masing-masing 1,50 meter. Papan
terobosan / bouwplank terbuat dari kayu berkualitas baik yang disetujui oleh
Dewan Direksi, dengan ketebalan 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan rata di sisi
atas. Ketinggian bagian atas papan bangku harus sama dengan yang lain,
kecuali jika diminta oleh Dewan Direksi. Papan dasar dipasang sejauh 100
cm dari luar tempat kerja. Setelah menyelesaikan pemasangan papan
panggul, Kontraktor harus melaporkannya kepada Direksi.
Diagram alur prosedur uitzet seperti yang digambarkan di bawah ini
[214]
Gambar 6.3 Diagram Alur Prosedur Uitzet
[215]
B. PEKERJAAN PENGGALIAN
Sebelum proses penggalian dilakukan hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Kedalaman penggalian
Periksa stabilitas lereng, apakah itu dapat digali terbuka dipotong dengan
membentuk kemiringan (cek kritis tinggi & kemiringan lereng)
Untuk area sempit, jika perlu, dinding penahan
Sementara (sheet pile, sheet pile + Anchor, dll.)
Permanen (tumpukan tentara, diafragma dinding, dll.)
2. Manuver manuver mesin berat dan dump truck baik sehubungan
dengan pemasangan situs yang ada.
3. Seleksi, jumlah dan komposisi alat penggalian yang digunakan berdasarkan
waktu pelaksanaan dan lokasi proyek.
4. Jalur kerja yang berkualitas
5. Pemeliharaan lingkungan di sekitar proyek (debu, lumpur menggunakan bahan
tambang, dll.)
Gambar 6.4 Posisi Excavator dan dump truck untuk menghasilkan produksi quarry
yang optimal
[216]
Manajemen transportasi pembuangan kotoran yang tepat diperlukan agar proses
transportasi tidak mengganggu dan mencemari jalan lingkungan proyek. Dan jalur
transportasi yang aman bagi pekerja dan jalur yang dilalui proyek.
Manajemen Transportasi
[217]
[218]
Kontraktor harus melakukan:
1. Membuat tanda peringatan.
2. Memberikan personel kontrol lalu lintas masuk dan keluar mobil dengan
menggunakan rompi, senter, dan bendera.
C. PEKERJAAN BANGUNAN PENUNJANG
Pekerjaan Bored Pile Footing
Dalam pelaksanaan prosedur kerja harus dipertimbangkan dari awal penentuan
titik awal dan titik akhir pekerjaan bore pile dengan membuat lay out job sequence
yang jelas. Ini dilakukan agar pemasangan peralatan bore pile dapat bekerja
secara bersamaan (lebih dari satu perangkat) sehingga pekerjaan dapat dilakukan
lebih cepat.
[219]
Bagan Alir Pekerjaan Bore Pile
[220]
Pekerjaan Persiapan
Entry Soil C
the chassis to drilling leaning of
the planned using drill holes
depth (not drill
full chasing) tools
Gambar 6.7 Ilustrasi Langkah - Langkah Proses Pembuatan Bore Pile (A)
[221]
Insert a
series of iron Entry Ready
concrete the for
(pre- tremi casting
fabricated) pipe
Gambar 6.8 Ilustrasi Langkah - Langkah Proses Pembuatan Bore Pile (B)
Gambar 6.9 Ilustrasi Langkah - Langkah Proses Pembuatan Bore Pile (C)
Tes Pile Loading
Pile loading test adalah metode yang digunakan dalam pemeriksaan
sejumlah beban yang dapat didukung oleh struktur dalam hal ini adalah
pondasi. Uji pemuatan tiang diperlukan untuk membuktikan keakuratan
perhitungan desain daya dukung tumpukan di lapangan.
Ada 2 metode uji pembebanan pile, yaitu:
1. Dinamic Loading Test: PDA (Pile Driving Analyzer) - Metode wave
analysis / re-strike dan Analisa CAPWAP (Case Pile Wave Analysis
Program)
2. Static Loading Test: kompresi, tegangan dan lateral
[222]
Dinamic Loading Test / PDA
Gambar 6.10 PDA Test
[223]
Kelebihan sistem ini:
Tes beban statis 1. Hasil tes yang lebih akurat.
biasanya
dilakukan 2 alternatif:
Kelemahan sistem ini:
1. Uji / tidak terpakai Pile, uji
1. Biaya lebih mahal
kegagalan
2. Waktu relatif lebih lama
2. Uji pada tumpukan yang
3. Lebih banyak bahaya
bekerja (tumpukan yang
bagi pekerja
digunakan), kapasitas
desain 200%.
PERKIRAAN WAKTU
Hasil uji beban ini 7 HARI
adalah:
1. Indikator pemukiman
2. Indikator beban
[224]
Cut bored pile head
[225]
Pekerjaan Dinding Basement (Jika ada)
Jika ada pekerjaan dinding ruang bawah tanah, untuk mempercepat pekerjaan
kontraktor, disarankan untuk membagi area kerja lebih dari 1 zona
Selain Sub Struktural Bekerja di atas ada pekerjaan lain yang harus dilakukan
kontraktor antara lain:
Pekerjaan mempertahankan penahan dinding dan tanah, untuk
menggali tanah dalam, membutuhkan dinding penahan (Dapat menjadi
tumpukan tentara, diafragma dinding, dll.) Yang meliputi metode kerja,
pemilihan material (cor di situs atau pracetak), peralatan digunakan dll.
Selain dinding penahan pada sumur dalam juga diperlukan ground
anchorage, dll.
Pekerjaan dewatering (penurunan tingkat air tanah), yang diperlukan jika
permukaan air tanah berada di atas dasar penggalian.
Metode keselamatan kerja sub-struktural harus dipertimbangkan oleh
kontraktor, termasuk:
[226]
Kontraktor harus membuat "Proposal untuk mencegah kecelakaan"
detail dari jenis kecelakaan. Mengapa itu bisa terjadi? oleh karena itu
harus bagaimana cara mengatasinya, dan proposal ini dibuat
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan kecil tidak akan terjadi
lagi di masa depan.
Buat rencana lalu lintas alat berat seperti dump truck, dengan papan
tanda (papan tanda, dll.).
Perlindungan terhadap penggalian, mencegah air stagnan yang
substansial (menciptakan situs parit dane dan menampilkan pompa
yang kosong) saat ada.
Memeriksa kabel dan peralatan mekanis elektrik.
Mencegah bahaya kebakaran (pemadam api di posisi yang tepat).
Lindungi pekerja dengan masker - pantau tekanan peralatan yang
digunakan.
Keamanan standar (sepatu keselamatan, helm pengaman, sabuk
pengaman dan pelindung tangan keselamatan).
[227]
Bagan Alir Pekerjaan Concrete Sub Struktur
[228]
Pekerjaan Balok dan Lantai Kerja
E. PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pekerjaan finishing arsitektur, termasuk:
Dengan memperhatikan teknik kerja yang menggunakan sistem yang tepat
dengan mempertimbangkan ukuran dan spesifikasi bahan, kontraktor dapat
mengusulkan sistem yang lebih baik menurut dia untuk melakukannya yaitu
dengan membuat flow chart finishing, seperti pengadaan material untuk
pasangan finishing bahan dinding (plesteran bata) Genteng keramik, granit,
marmer (terutama untuk ketiga jenis lapisan ini perlu memilah motif motif /
warna terlebih dahulu), pemasangan ME, plafon, waterproofing dll.
[229]
Salah satu poin utama adalah metode instalasi beta, urutan pemasangan
beberapa titik hold. Poin penting yang harus dikontrol termasuk pasangan bata
harus tegak lurus dan rata, ketebalan speci yang sama, stek praktis dipasang,
bobokan untuk instalasi ME terkontrol (jika ada), lokasi bersih dari mortar yang
tersisa di lantai.
Ini juga berlaku untuk pekerjaan finishing lainnya seperti pemasangan plafond,
dinding granit, lantai marmer dan lain-lain.
G. PEKERJAAN INFRASTRUKTUR
Pada prinsipnya pembangunan infrastruktur akan dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan pekerjaan bangunan. Tetapi komponen bangunan infrastruktur yang
pelaksanaannya harus menunggu selesainya konstruksi bangunan (terkait dengan
akses alat dan bahan mobilisasi) maka pekerjaan akan dilaksanakan pada tahap
akhir pelaksanaan pembangunan. Khusus untuk pekerjaan lansekap, akses jalan
lingkungan, parkir, ruang terbuka.
1. PEKERJAAN JALAN
1). Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi
Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah dasar dan atau
lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran, penggalian dan
penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa bahan pengikat, dapat
dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan sesuai dengan spesifikasi yang
berlaku (SNI 03-2853-1992).
Pembentukan permukaan secara tepat sangat penting dalam pelaksanaan ditinjau dari segi
jumlah beton semen yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi perkerasan
pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi tanah expansif dan
memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin penghampar.
Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan tetap, pembentukan akhir
dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan yang dipasang sesuai dengan rencana
alinyemen. Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas hingga elevasi sesuai
dengan gambar rencana. Bagian-bagian yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai
dengan persyaratan pemadatan.
Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur elevasi otomatis, maka alat tersebut
dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk. Pembentukan akhir
permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus diselesaikan sebelum bahan
[230]
mengeras (biasanya berlangsung antara 4-6 jam).
[231]
melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar
flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak
kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi kerataan bidang atas acuan tidak
boleh lebih dari 3 mm untuk setiap 3,00 m panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak
boleh lebih dari 6 mm untuk setiap 3,00 m panjang. Ujung-ujung acuan yang berdampingan
harus mempunyai sistem pengunci untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan
tersebut.
Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin sehingga air semen tidak
keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari 30,00 m atau kurang, dianjurkan untuk
menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.
[232]
ditegangkan yang diset secara bebas pada setiap jalur. Pesan dari sensor pengendali
elevasi dan arahnya diatur secara otomatis oleh mekanisme pengendali.
c. Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan organik lainnya
yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat menimbulkan kerugian
lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat
minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda uji dengan sikat
kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang disyaratkan.
[233]
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan spesifikasi sebagai berikut :
a) baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi persyaratan
AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk tulangan dari kawat baja berulir;
b) anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c) batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81 dan AASHTO M
53-81.
c) anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap
persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung batang memanjang harus
berimpit dengan panjang minimal 30 kali diameternya;
Pola anyaman harus sedemikian rupa sehingga batang-batang baja harus mempunyai jarak
tidak kurang dari 5 cm.
d) ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan sebagaimana yang
tercantum pada Gambar Rencana. Lembar anyaman harus diikat kuat untuk
mencegah pergeseran;
e) apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor, maka permukaan lapis
pertama harus rata dan terletak pada kedalaman tidak kurang dari 5 cm di bawah
permukaan akhir pelat. Tulangan ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran;
Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar pengecoran dengan
panjang yang cukup untuk memungkinkan agar anyaman dapat digelar pada posisi akhir
tanpa terjadi kelebihan penulangan yang terlalu jauh. Untuk mencegah pergeseran,
anyaman tulangan yang berdampingan harus diikat;
Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di atas tulangan. Untuk jangka
waktu tertentu permukaan beton lapis pertama tidak boleh dibiarkan terbuka lebih dari 30
menit, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin.
Selama penghamparan pemasangan tulangan harus selalu diperiksa dan apabila dipandang
perlu harus dilakukan perbaikan.
f) pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka tulangan harus
dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut beton adalah ¼ tebal pelat + 2,5
cm dan tulangan melintangnya tidak boleh terletak di bawah tengah-tengah tebal
pelat.
Pada beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus diletakkan pada dudukan agar
pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat ditahan pada posisi yang telah ditentukan;
Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi dengan cara
mengatur pola sambungan secara miring atau bertangga dari satu tepi perkerasan ketepi
lainnya seperti terlihat pada Gambar 6.17. Batang baja yang disambung, bagian ujungnya
harus berimpit satu sama lainnya dengan panjang minimum 30 kali diameternya, tetapi tidak
boleh kurang dari 40 cm.
[234]
Gambar 6.17 Pekerjaan Sambungan Tulangan
[235]
d. Pembetonan
Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan dalam
perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan sesuai dengan
ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton harus mempunyai faktor
air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi lingkungan
yang mungkin terjadi.
ii. Agregat
1. Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b) ukuran maksimum agregat harus 1/3 tebal pelat atau ¾ jarak bersih
minimum antar tulangan.
2. Cara pengelolaan
a. agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila bahan
mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum
digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang,
pencucian atau cara-cara lainnya
[236]
b. agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan
penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai
dan dijaga agar tidak membentuk kerucut
c. agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di satukan
d. semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam
sebelum digunakan
e. waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang
berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
f. pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut
harus mempunyai kadar air yang seragam
g. agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang
mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran
dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah. Agregat
harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air bervariasi
lebih dari 3% harus dikoreksi
iii. Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan
SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai lingkungan dimana
perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk pemotongan
sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
[237]
Gambar 6.18. Gudang penyimpanan semen
iv. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari
minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang
dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari sumber yang
telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai SK SNI S-04-1989-F.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai akurasi
2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
[238]
Kuat awal tinggi dalam waktu relatip
4. Accelerator Mempercepat waktu pengikatan.
singkat.
Tidak boleh digunakan bersamaan
dengan ― Air Entrainment‖.
Sering mengandung Calcium
Chlorida yang menimbulkan korosi
dan reaksi allkali-agregat.
Catatan :
Lebih aman bila digunakan :
- Semen kuat awal tinggi.
- Beton mutu tinggi.
- Pemanasan uap.
Bila proporsi campuran dan bentuk agregat
Meningkatkan kemudahan dan mutu kurang baik, adukan kurang ― workable‖.
5. Plasticizer
pengerjaan (workability). Bila jarak tulangan rapat.
Lain-lain Mengendalikan suhu dalam beton Beton masif (mutu dan cara uji semen
6.
Pozolan dan mencegah reaksi alkali-agregat. pozolan sesuai dengan SII 0132-75).
[239]
d) bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum dituangkan
ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar dalam berat atau volume,
dengan toleransi penakaran maksimum 3%. Bila digunakan bahan tambah
pembentuk udara (air entraining admixture) bersamaan dengan bahan kimia, maka
masing-masing bahan tambah harus ditakar dan ditambahkan kedalam adukan
secara terpisah;
e) abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat dengan batas
ketelitian 3 %.
4. Cara masinal
Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan yang telah
memenuhi semua persyaratan yang bisa dikendalikan secara otomatis, baik dalam hal
penimbangan atau penakaran material maupun pengadukannya.
Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan petunjuk dari pabrik yang menyatakan
kapasitas dan jumlah putaran per menit yang dianjurkan.
6. Cara manual
Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau dalam hal kondisi
darurat, pengadukan dengan tangan (hand mixing) menggunakan sekop dan cangkul
boleh dilakukan.
[240]
waktu pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus
lebih pendek lagi jika untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton
30 C.
iii. Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen.
a) metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji
sebelum retak susut terjadi.
b) metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-panel
yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya dikerjakan
setelah 4 – 7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir
(auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila
digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir,
peralatan penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan harus
dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan
dapat dilakukan dengan cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat
pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus
diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.
iv. Pemadatan
[241]
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda
untuk memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan pemadatan dengan
getaran.
a) pemadatan dengan tangan (hand tamping);
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat dibuat
2
dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm dengan panjang sesuai lebar jalur yang
dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm seperti
diperlihatkan pada Gambar 3.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas permukaan
beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang. Setelah
pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan merapikan
permukaan beton.
[242]
Gambar 6.20. Pemadat dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan
(hand operated vibrating beam)
[243]
Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan kekesatan
permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara. Ini
termasuk penarikan karung goni (burlap), penyikatan dengan kawat atau paku dan
pembuatan alur, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.22.a dan 6.22.b.
(a) (b)
Gambar 6.22. Alat dan pembuatan tekstur permukaan dengan sikat kawat
[244]
c. Perlindungan dan perawatan
i. Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus
dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
a) pencegahan retak susut plastis;
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan pada
saat masih plastis.
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang
terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton dan udara
serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur beton
lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin bertiup pada permukaan beton.
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan
mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan
pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang cepat juga terjadi
pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi
dari pada temperatur udara.
2
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m per jam, pencegahan harus dilakukan
untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju penguapan dapat
diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti diperlihatkan pada Gambar 7.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar
matahari terhadap permukaan beton semen
kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara
baik cuaca panas maupun dingin
hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan
memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lindungi
beton dengan penutup sementara
lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan
b) perlindungan terhadap hujan;
Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan seperti
plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.
c) perlindungan terhadap kerusakan permukaan.
Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan
pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain
sebagainya.
[245]
Gambar 6.23. Nomogram penentuan besar laju penguapan
ii. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir
beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus
dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar resin
(resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput
kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus disemprotkan dengan
jumlah 0,3 ltr/m (3,75 m /ltr) untuk tebal pelat 12,5 cm dan 0,2 ltr/m (2,5 m /ltr)
2 2 2 2
[246]
Prosedur pelaksanaan seperti yang diuraikan pada Butir 7.1 – 7.9 harus diikuti,
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) arah penghamparan perkerasan harus selalu dimulai dari bagian yang rendah;
b) pada sambungan melintang lidah alur, balok pembuat alur harus dipasang pada
acuan tepi atas dari panel bagian bawah. Balok pembuat alur terlebih dahulu
harus dicabut sebelum panel atasnya dicor, untuk mendapatkan sambungan
yang kuat;
c) harus dibuat angker panel (Gambar 8) dan angker blok (Gambar 9) sesuai
keperluan;
d) kelecakan dari campuran beton harus disesuaikan dengan kemiringan untuk
mengurangi campuran beton mengalir kebawah selama pemadatan.
Penggunaan adukan beton yang kental memerlukan balok penggetar untuk
memadatkannya, atau dengan menggunakan pemadat tangan, namun memerlukan
usaha yang lebih keras.
Penggunaan metoda panel berselang memungkinkan aliran beton bisa terjadi yang
akan menyebabkan naiknya ketinggian pada sambungan dengan pelat sebelumnya.
Hal ini bisa diatasi dengan melakukan perataan kembali dari beton yang masih
plastis disekitar sambungan dalam waktu 30 menit sejak penyelesasian akhir.
Sambungan pengunci
h
h
3h
e. Pembuatan sambungan
Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis atau
dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik penggergajian
merupakan cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan
utama. Untuk ruas-ruas yang tidak begitu penting teknik pembentukan basah lebih
ekonomis.
[247]
Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus
dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara
dengan bahan yang telah direncanakan.
f. Lapis tambah
i. Persiapan permukaan lapis perkerasan yang ada
Hal yang harus diperhatikan pada permukaan perkerasan yang ada (perkerasan
lama) adalah :
a) lubang, genangan air, kotoran dan benda-benda asing lainnya;
b) pamping atau rembesan air pada sambungan.
Rongga dapat ditutup dengan menggunakan campuran aspal atau bahan lain yang
sesuai.
Pada daerah dimana terjadi kerusakan perkerasan yang cukup parah pada
perkerasan atau tanah dasar, harus dilakukan pembongkaran dan diganti dengan
material untuk mendapatkan kondisi pondasi permukaan yang memenuhi
persyaratan.
Sebelum pelaksanaan lapis tambah persyaratan permukaan seperti yang diuraikan
pada Butir 6.27. harus dilaksanakan.
Lapis pemisah seperti lembar kedap air, lapis material berbutir harus dihamparkan
sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan.
Pekerjaan yang berhubungan penyiapan, pembetonan, pengadukan, pengangkutan,
pengecoran, pembentukan tekstur permukaan, perlindungan, perawatan dan
pembuatan sambungan.
[249]
Lebar slab transisi :
2,0 m untuk sambungan melintang
0,6 untuk sambungan memanjang
g. Pengendalian mutu
b. Toleransi penyimpangan
a) kerataan permukaan baik melintang atau memanjang;
Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan
menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan
perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi
3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter.
b) ketebalan.
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika dipandang
perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah penghamparan, bisa
dilakukan dengan mengukur contoh inti ( core drill) dari perkerasan. Satu bor inti
2
harus diambil dari setiap 140 m perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur.
Masing masing hasil pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174.
Penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang
diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti
tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu
lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang
bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan
yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan
toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.
[252]
FLOW CHART UMUM PEKERJAAN
[282]
FLOWCHART PEKERJAAN BEKISTING KOLOM
POT.
1
BEKISTING KOLOM
[283]
FLOWCHART PEKERJAAN PASANGAN BATA DAN PLASTERAN
MULAI
MULAI
STELKAN PROFIL
KAYU PADA UJUNG-
UJUNG PASANGAN
SIRAM PERMUKAAN DINDING
YANG AKAN DIPLESTER
SELESAI SELESAI
[284]
FLOWCHART PEKERJAAN INSTALASI
PENERANGAN
[285]
FLOWCHART PEKERJAAN INSTALASI AIR
BERSIH
[286]
FLOWCHART PEKERJAAN INSTALASI AIR
KOTOR
[287]
FLOWCHART PENGAJUAN
MATERIAL
MULAI
PERBAIKAN
TIDA
OLEH SESU
KONTRAK-
TOR
YA
TIDAK
PEMERIKSAAN MK KONSULTAN PIMPR
SETUJU PERENCANA O
YA
SELESAI
[288]
PEMASANGAN MEKANIKAL
ELEKTRIKAL
[289]
PEMASANGAN
PLAFOND
[290]
PEKERJAAN PASANGAN DINDING
BATA
1200
1200
358
2
KOLOM PRAKTIS
1200
KOLOM PRAKTIS
ANCHOR BY DRILLING OR
EMBEDED DURING CONCRETING SLAB
POTONGAN - A
ANCHOR BY DRILLING OR
EMBEDED DURING CONCRETING SLAB
DETAIL 1 DETAIL 2
[291]
PEKERJAAN PASANGAN DINDING BETON PRA CETAK
[292]
Presepektif
[293]
1.2. PRINSIP DASAR BANGUNAN
[294]
10. Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari cedera atau luka saat
evakuasi pada keadaan darurat.
C. Persyaratan Kesehatan Bangunan
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan
2. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara
baik
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam
bangunan
4. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan
secara baik;
5. Menjamin tersedianya sarana dan parasarana air bersih dan sanitasi yang
memadai dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan
6. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sarana dan
parasarana air bersih dan sanitasi secara baik.
D. Persyaratan Keamanan dan Kenyamanan Bangunan
1. Perencanaan blok bangunan dan unit hunian harus menjamin keamanan dan
kenyamanan huni untuk jangka waktu lama dengan mempertimbangkan
kesesuaian dengan elemen-elemen lingkungan sekitarnya.
2. Perencanaan bangunan harus memenuhi persyaratan keamanan terhadap
tindak kriminal dalam bangunan.
3. Perencanaan bangunan harus menjamin terpenuhinya persyaratan
kenyamanan baik termal, audial, visual dan gerak serta minirhasi gangguan
terhadap getaran dan polusi dengan tetap menjamin penggunaan energi yang
efisien.
4. Menjamin tersedianya alai transportasi yang layak. aman, dan nyaman di
dalam bangunan .
5. Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila
terjadi keadaan darurat.
E. Persyaratan Kemudahan Bangunan
1. Menjamin terwujudnya bangunan yang mempunyai akses yang layak, aman
dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya;
2. Menjamin tersedianya akses bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial;
3. menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif di dalam bangunan
apabila terjadi keadaan darurat;
4. menjamin kemudahan aksesibilitas dari menuju ke fasilitas umum dan
fasilitas sosial yang bisa dinyatakan dalam satuan jarak geometris (km, m)
dan waktu tempuh dengan berjalan kaki maupun kendaraan bermotor serta
kendaraan tidak bermotor.
[295]
F. Persyaratan Penampilan Bangunan
1. penempatan bangunan tidak boleh mengganggu fungsi prasarana kola, lalu
lintas dan ketertiban umum.
2. kepala daerah dapat menetapkan secara khusus bentuk bangunan, tata
bangunan dan lingkungan yang mengakomodasi ciri arsitektur lokal.
3. kepala daerah dapat membentuk suatu panitia khusus yang bertugas
memberi nasehat teknis mengenai ketentuan bentuk bangunan, tata
bangunan dan lingkungan.
4. perlu ditetapkan penampang-penampang bangunan untuk memperoleh
kawasan yang memenuhi syarat keindahan dan keserasian.
5. bentuk bangunan harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dan
karakteristik arsitektur lingkungan yang ada di sekitamya, atau yang mampu
sebagai pedoman arsitektur atau panutan bagi lingkungannya.
6. bentuk bangunan harus dirancang dengan mempertimbangkan terciptanya
ruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap lingkungannya.
7. bentuk, tampak, profil, detail, material maupun warna bangunan harus
dirancang serasi dengan lingkungan sekitarnya dan sesuai dengan
persyaratan fungsinya.
G. Bentuk Bangunan
1. bentuk bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap ruang
dalam dimungkinkan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami
sehingga memenuhi ketentuan hemat energi.
2. ketentuan pada butir a. di atas tidak berlaku apabila berdasarkan fungsinya
bangunan memerlukan sistem pencahayaan dan penghawaan buatan dan
harus tetap mengacu pada prinsip-prinsip hemat energi.
3. pada bangunan dengan Iantai banyak, kulit atau selubung bangunan harus
memenuhi persyaratan hemat energi.
[296]
Surat undangan rapat
Risalah rapat
Dokumentasi pelaksanaan
Rencana keselamatan dan kesehatan
kerja konstruksi (RK3K)
Rencana mutu kontrak (RMK)
Cover
Surat perintah pengukuran lapangan
bersama dalam rangka MC0
Undangan pengukuran lapangan
bersama dalam rangka MC0
Berita acara pengukuran lapangan
STANDAR FORMAT MUTUAL CHECK
bersama dalam rangka MC0
0 (MC0)
Rincian indikasi perubahan MC0
Master schedule MC0
Gambar hasil pengukuran MC0
Laporan hasil pengukuran bersama dan
pembahasan MC0
Instruksi harian
Ijin kerja/ ijin pelaksanaan pekerjaan
Pengajuan material
STANDAR FORMAT ADMINSTRASI
Permohonan tidak keberatan
Penyataan tidak keberatan/no
objection letter
Laporan prestasi fisik / kemajuan
pekerjaan
Permohonan pemeriksaan lapangan
STANDAR FORMAT ADMINSTRASI
dalam rangka prestasi fisik
PROGRES KEMAJUAN PEKERJAAN
Pengajuan material
Permohonan tidak keberatan
Penyataan tidak keberatan/no
[297]
objection letter
Cover CCO
Surat perjanjian kontrak addendum
Syarat-syarat khusus kontrak (SSKK)
addendum
Surat keputusan pekerjaan tambah
kurang
Memo dinas persetujuan perubahan
data kontrak
Persetujuan perubahan data kontrak
Berita acara evaluasi klarifikasi dan
negoisasi
Laporan hasil evaluasi, klarifikasi dan
negoisasi usulan penawaran harga
addendum kontrak
Undangan pemeriksaan pekerjaan STANDAR FORMAT ADDENDUM
dalam rangka serah terima tahap i CCO
(pertama) pekerjaan
Perintah pengajuan penawaran kontrak
Perintah evaluasi klarifikasi dan
negoisasi terhadap penawaran harga
addendum kontrak
Laporan progres pekerjaan dan
rekomendasi addendum kontrak
Surat pernyataan kesanggupan
melaksanakan pekerjaan
Penawaran addendum kontrak
Usulan addendum kontrak
Rekapitulasi rab addendum kontrak
Tabel rab addendum kontrak, evaluasi
klarifikasi dan negoisasi, negoisasi,
[298]
rekapitulasi penawaran addendum,
Rab penawaran addendum
Jadwal pelaksanaan pekerjaan evaluasi
klarifikasi dan negoisasi addendum,
jadwal pelaksanaan pekerjaan
Addendum, usulan pelaksanaan
pekerjaan / kurva s addendum
Berita acara penyelesaian pekerjaan
Berita acara pemeriksaan I (pertama)
Checklist hasil pemeriksaan pekerjaan
I (pertama)
Dokumentasi pemeriksaan pekerjaan
pertama
Berita acara serah terima I (pertama)
Undangan pemeriksaan pekerjaan
dalam rangka serah terima tahap I
(pertama) pekerjaan STANDAR FORMAT PHO
Perintah pemeriksaan pekerjaan dalam
rangka serah terima tahap I (pertama)
pekerjaan
Permohonan pemeriksaan tahap I
(pertama) pekerjaan
Berita acara opname lapangan defect
list
Checklist opname lapangan defect list
Berita acara prestasi fisik
LAMPIRAN
FORM CHECKLIST PENGAWASAN
[299]
FORM PERSETUJUAN MATERIAL
[300]
FORM PERSETUJUAN MATERIAL LAPANGAN
[301]
FORM BERITA ACARA PEMERIKSAAN PEKERJAAN
[302]
FORM MUTUAL CHECK MC-0
[303]
FORM PERHITUNGAN KEMAJUAN PEKERJAAN
[304]
FORM CONTRACT CHANGE ORDER (CCO)
[305]
FORM MUTUAL CHECK (MC-A)
[306]
FORM CHECKLIST LAPORAN MINGGUAN
[307]
[308]
FORM CHECKLIST LAPORAN BULANAN
[309]
FORM PROGRES RAB/ DEVIASI KEUANGAN
[310]
FORM PROGRES RAB/ DEVIASI KEUANGAN
[311]
FORM KEGIATAN PEKERJAAN PENGAWASAN
[312]
FORM BUKU TAMU/ VISITOR
[313]
[314]
FORM BUKU HARIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
[315]
1.4. Penyajian Spesifikasi dan Perhitungan Teknis
Penyajian Spesifikasi dan Perhitungan Teknis Kegiatan Konsultan MK pada Tahap Awal
Pelaksanan adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Tim/ Mobilisasi Personil
[316]
Konsultan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menugaskan tenaga ahli yang
berpengalaman sesuai dengan bidang disiplin ilmu masing-masing untuk mengawasi,
mengkoordinir dan menganalisa semua aktivitas pekerjaan agar diperoleh standar
kualitas yang cukup tinggi. Semua personil yang ditentukan dalam Kerangka Acuan
Kerja baik Tenaga Ahli Profesional, Tenaga Ahli Sub Profesional maupun Tenaga
Penunjang diaktifkan sesuai jadwal penugasan personil di bidang dan tugas masing-
masing. Sehingga personil yang harus bekerja di kantor, mereka sudah siap dikantor
dan personil yang harus dilapangan, juga sudah siap berada dilapangan.
Dokumen lain yang menjadi bagian dari kontrak pemahaman atas dokumen kontrak
dan mempelajari kemungkinan adanya kontradiksi antar pasal dalam dokumen-
dokumen tersebut sangat penting, karena ketidaksesuaian tersebut menjadi sumber
perselisihan (disputes) nantinya. Konsultan akan segera menginformasikan kepada
Pengguna Jasa apabila mengetahui adanya ketidak sesuaian tersebut berikut
rekomendasi pemecahan masalahnya. Apabila ketidak sesuaian tersebut dapat
[317]
mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak, Konsutlan akan merekomendasikan
pemecahan yang adil untuk mencegah perselisihan yang akan terjadi nantinya.
[318]
Hasil gambar pengukuran setelah dicetak (hard copy) dijilid dan digandakan
sebanyak 5 rangkap dan diberikan kepada Direksi Pekerjaan.
6. Laporan
Keluaran produk laporan dari setiap tahapan antara lain berupa laporan :
h. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat: kegiatan penyiapan lahan kerja, pengukuran
dan pengumpulan data, penyusunan RMK, penyusunan Standar Operasional
Prosedur (SOP), penyusunan format Instruksi Kerja (IK), pendekatan,
metodologi serta rencana kerja dan laporan mitigasi resiko. Laporan harus
diserahkan selambat-lambatnya: 14 hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan
sebanyak lima buku laporan;
Laporan pendahuluan meliputi:
5) Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
6) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
7) Jadwal kegiatan penyedia jasa; dan
8) Review teknis proposal desain/desain awal, jadwal pelaksanaan,
serta mobilisasi pekerja dan peralatan pelaksana konstruksi terintegrasi
rancang bangun.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kalender sejak Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan, sebanyak 5 (lima)
buku laporan.
i. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan memuat: Laporan kemajuan pekerjaan per minggu untuk
pelaksanaan konstruksi bangunan harus dibuat oleh penyedia jasa dan
diperiksa dan disetujui direksi teknis Satker Penyediaan Perumahan Provinsi
Kalimantan Timur. Laporan harus diserahkan setiap minggu. Sebanyak lima
buku laporan dan media penyimpan data (flashdisk);
x. Laporan Umum
Laporan umum menerangkan tentang evaluasi pelaksanaan pekerjaan
pada hari/minggu yang bersangkutan, laporan mengenai prestasi yang
dapat dicapai pada hari/minggu yang bersangkutan, aktivitas kegiatan
dalam periode 1 (satu) hari/minggu serta masalah dan saran-saran
kepada penyedia jasa pemborongan/kontraktor agar tidak terjadi
keterlambatan pekerjaan.
xi. Laporan Kemajuan Pekerjaan
Berdasarkan laporan prestasi pekerjaan yang diuraikan dalam laporan
umum tersebut, kemudian di uraikan (break down) lebih lanjut untuk
setiap bobot prestasi tiap uraian pekerjaan, sehingga didapat prestasi
kumulatif pada hari/minggu yang bersangkutan, serta prestasi yang
dicapai yaitu prestasi pelaksanaan dikurangi prestasi perencanaan
[319]
(Time Schedule).
xii. Laporan Pemasukan Bahan dan Pemakaian Alat
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan mengenai
barang- barang/material yang ada di lapangan (on site) baik dari segi
mutu maupun volumenya dan membuat laporan mengenai jenis
peralatan yang ada di lapangan baik yang digunakan maupun yang
rusal‹, serta memberikan saran- saran pemakaian alat yang lebih sesuai
(efektif dan efisien) untuk digunakan pada pekerjaan yang
bersangkutan.
xiii. Laporan Pengamatan Cuaca
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan mengenai
keadaan cuaca di lapangan.
xiv. Laporan Jumlah Tenaga Kerja
Laporan ini harus menguraikan jumlah Tenaga Kerja, dari site manager
sampai dengan tukang, serta mengevaluasi jumlah Tenaga Kerja yang
dibutuhkan sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Begitu pula untuk jenis pekerjaan yang dicapai oleh penyedia jasa
pemborongan/kontraktor dalam periode 1 (satu) hari/minggu.
xv. Laporan Visual
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan yang memuat
foto-foto kemajuan pekerjaan di lapangan.
xvi. Laporan Kehadiran
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan yang memuat
daftar kehadiran (Absensi) tenaga ahli, tenaga sub professional, dan
tenaga pendukung selama pelaksanaan pekerjaan manajemen
konstruksi di lapangan yang data kehadirannya diambil dari mesin
absensi.
xvii. Laporan K3
Penyedia jasa manajemen konstruksi membuat laporan pengawasan
pelaksanaan program prosedur kerja dan instruksi kerja K3, penerapan
SMK3 dan pedoman teknis K3 konstruksi Selama pelaksanaan
pekerjaan fisik di lapangan.
xviii. Laporan Teknis/ Technical Report
Laporan Teknis/Technical report meliputi antara lain (jika ada):
xviii.1 Justifikasi teknis dalam hal terjadi perubahan pekerjaan
(tambah kurang);
xviii.2 Justifikasi teknis dalam hal terjadi perpanjangan waktu
pelaksanaan.
j. Laporan Bulanan
Merupakan laporan bulanan yang berisikan progres kegiatan dan uraian
mengenai penanganan kegiatan termasuk hasil rapat koordinasi dan lain-lain.
Laporan bulanan diserahkan setiap bulan setelah dikeluarkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) sebanyak lima eksemplar (satu asli, empat
fotocopy); dibuat Berdasarkan kemajuan/progress pekerjaan tiap minggu
kemudian dikompilasikan dalam laporan bulanan, sehingga laporan bulanan ini
[320]
merupakan rangkuman kegiatan mingguan, yang antara lain berisi:
7) Uraian pokok tentang kegiatan bulanan (rekap laporan harian dan
mingguan) dari masing-masing kegiatan baik kegiatan konsultan
dan kegiatan kontraktor;
8) Monitoring progres pekerjaan terhadap rencana pelaksanaan (s_curve);
9) Catatan kejadian penting dan kendala di lapangan serta solusinya;
10) Penjelasan kegiatan dari masing-masing personil pada bulan tersebut;
11) Time schedule yang berisikan realisasi kegiatan pada bulan tersebut;
12) Time schedule yang berisikan realisasi kegiatan pada bulan tersebut;
dan Lampiran pelengkap lainnya.
k. Laporan Akhir
Pada akhir masa pelaksanaan, penyedia jasa manajemen konstruksi wajib
membuat laporan akhir dari keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang
dilengkapi dengan gambar- gambar realisasi pelaksanaan di lapangan (as built
drawing) yang dirangkum dalam Buku Laporan Akhir.
1) Laporan akhir memuat ringkasan dari laporan pengawasan pekerjaan
perencanaan (desain), laporan pelaksanaan pekerjaan pembangunan, latar
belakang, kajian kebijakan, metode pelaksanaan, gambaran proses
penataan kawasan di lokasi pekerjaan.
2) Rekapitulasi hambatan / kendala yang ada dan upaya
penyelesaiannya selama pekerjaan MK dilaksanakan;
3) Hasil evaluasi, analisis masalah, serta prediksi/konsep model strategi
program kegiatan pekerjaan MK yang terbaik sesuai dengan kondisi
pekerjaan yang ada untuk kepentingan yang akan datang dari semua
aspek pekerjaan; dan Rekomendasi teknis untuk akhir masa pelaksanaan
MK
4) Laporan Akhir memuat kompilasi seluruh kegiatan dengan data
perencanaan dan progres pelaksanaan yang diringkas sedemikian rupa
sehingga menghasilkan informasi yang runtut terkait hasil pelaksanaan
pekerjaan
Laporan akhir harus diserahkan selambat-lambatnya pada saat serah terima
pertama pekerjaan konstruksi fisik, dalam bentuk buku sejumlah 5
(lima) rangkap sebagai pertanggungjawaban kinerja akhir kepada pengguna
jasa.
[321]
sebagai pendukung pelaporan pelaksanaan pekerjaan, yang memuat Foto
dan video pekerjaan dan udara (durasi 5 men it) mingguan pelaksanaan
kegiatan. Foto udara dan video udara (durasi 5 menit) kondisi site pada
progres 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Dokumen Laporan Executive
Summary ini diserahkan selambat- lambatnya pada saat pembahasan
Laporan Executive Summary, dalam format A4 sebanyak 5 (lima) eksemplar.
o. Laporan SSD 1 TB
Laporan Lainnya berisi antara lain : Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK),
Laporan Review Desain, Laporan Pemeliharaan, Buku Modul Operational &
Maintanance (O&M), Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi. Seluruh
laporan dirangkum dalam SSD atau Hard Disk 4 TB termasuk executive
summary dan dokumentasi pelaksanaan baik dalam bentuk foto ataupun video
sebagai pertanggungjawaban kinerja kepada pengguna jasa
[322]
BAB VII GAGASAN BARU
Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Pusat Aneuk Aceh Unggul Hebat
(AMANAH) memiliki tantangan berat tersendiri mengingat proyek ini luk-beluk metode
konstruksi hingga persepsi publik negatif yang berasal dari masalah sosial-lingkungan—
dibutuhkan proses perencanaan yang luas dan upaya keterlibatan yang kuat untuk
menjaga agar proyek tetap berjalan tepat waktu. Tapi apa yang terjadi ketika sebuah
proyek perlu dipercepat? Bagaimana Anda bisa mempercepat jadwal—atau bisa?
Sebagai Konsultan dengan pengalaman lebih dari 30 tahun mengerjakan berbagai
macam proyek, kami dapat mengatakan bahwa biasanya jawabannya adalah: Ya. Dari
peningkatan kolaborasi hingga penerapan metode dan teknologi inovatif, ada beberapa
opsi yang tersedia bagi tim untuk membantu mempercepat proyek mereka. Berikut adalah
delapan opsi utama:
[323]
7.4. Tingkatkan jam kerja dan sumber daya
Salah satu hal paling sederhana yang dapat dilakukan untuk mempercepat jadwal proyek
adalah meningkatkan sumber daya yang dimiliki Kontraktor dan Konsultan serta staff
PPK. Menambahkan lebih banyak pekerja ke dalam proses, menambah jam kerja, atau
menambahkan sumber daya tambahan adalah semua cara untuk membantu Proyek
mendapatkan pencapaian lebih cepat—jika anggaran memungkinkan. Melibatkan
kontraktor lebih awal dapat membantu proses ini karena tim proyek dapat lebih akurat
menyesuaikan jadwal mereka sebelumnya.
[324]
(―See through‖ Urban Underground Pipeline Networks with AR Eyes -
Facility Management Solutions - SuperMap)
[325]
divisi IT, Quantity Surveyor, dan para pekerja bangunan akan menggunakan system ini. Penerapan ini akan
memberikan akurasi pelaporan tenaga kerja langsung dengan sistem presensi RFID sangat baik, begitupun
dengan efektivitas dan efisien pelaporannya.
Gambar Error! No text of specified style in document..3 Tampilan Autodesk BIM 360
Kreasi lain dari Autodesk adalah perangkat lunak BIM 360 mereka yang bekerja dengan Konsultan Supervisi
dan pengiriman proyek. Ini menyatukan berbagai proses desain, proyek, dan konstruksi menjadi satu proses
tunggal. Pada intinya, ini adalah layanan web berbasis cloud untuk menghindari penundaan dan
Gambar Error! No text of specified style in document..4 Alur Lelang untuk Sub Kontraktor dengan Autodesk
BIM 360
[326]
meningkatkan pengambilan keputusan dengan memberikan akses kepada tim yang berbeda ke data yang
relevan.
Seluruh siklus hidup proyek Anda dapat dikelola dengan Autodesk BIM 360. Beberapa fitur penting adalah
tinjauan desain, koordinasi BIM, daftar periksa program keselamatan, manajemen masalah, koordinasi
pengirima dan banyak lagi
[327]
Gambar 7. 5 Pengembangan GIS saat ini
Konsep dasar Web GIS 328ocial yang dirancang untuk bekerja dengan data yang
tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. GIS memiliki kemampuan
untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan
menampilkan dan menganalisa data. Applikasi GIS saat ini tumbuh tidak hanya secara
jumlah applikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman applikasinya.
Pengembangan applikasi GIS kedepannya mengarah kepada applikasi berbasis Web
yang dikenal dengan Web GIS.
Geographic Information System (GIS) merupakan 328ocial yang dirancang untuk bekerja
dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. GIS
memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-operasi
tertentu dengan menampilkan dan menganalisa data. Applikasi GIS saat ini tumbuh tidak
hanya secara jumlah applikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman applikasinya.
Pengembangan applikasi GIS kedepannya mengarah kepada applikasi berbasis Web
yang dikenal dengan Web GIS.
Web GIS merupakan aplikasi Geographic Information System (GIS) yang dapat diakses
secara online melalui internet / web. Pada konfigurasi WebGIS ada server yang berfungsi
sebagai MapServer yang bertugas memproses permintaan peta dari client dan kemudian
mengirimkannya 328ocial328 ke client. Dalam hal ini pengguna / client tidak perlu
mempunyai software GIS, hanya menggunakan internet browser seperti Internet Explorer,
Mozilla Fire Fox, atau Google Chrome untuk mengakses informasi GIS yang ada di
server.
GIS memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-
operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisis data. Aplikasi GIS saat ini
[328]
tumbuh tidak hanya secara jumlah applikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman
aplikasinya. Pengembangan aplikasi GIS kedepannya mengarah kepada aplikasi berbasis
Web yang dikenal dengan Web GIS. Hal ini disebabkan karena pengembangan aplikasi di
lingkungan jaringan telah menunjukan potensi yang besar dalam kaitannya dengan geo
informasi. Sebagai contoh adalah adanya peta online sebuah kota dimana pengguna
dapat dengan mudah mencari lokasi yang diinginkan secara online melalui jaringan
intranet/internet tanpa mengenal batas geografi penggunanya. Secara umum Sistem
Informasi Geografis dikembangkan berdasarkan pada prinsip input/masukan data,
managemen, analisis dan representasi data.
Layanan web berbasis GIS telah menambahkan dimensi baru sama sekali di mana
329ocial329329 GIS bekerja. GIS web telah membuat sangat mudah untuk berbagi data
spasial melalui World Wide Web dan dapat diakses oleh setiap pengguna di setiap sudut
dunia tanpa memiliki software GIS khusus yang dimuat pada mesinnya. Web GIS memiliki
potensi untuk merevolusi cara di mana GIS dikembangkan, diakses dan digunakan di
seluruh dunia. Web GIS umumnya menggunakan 3-tier arSheetktur. Hal ini
memungkinkan untuk mengakses data atribut 329ocial329 dengan data spasial melalui
internet. Pertanyaan dasar seperti-Routing, Lokasi Wireless, finder Alamat dapat
dilakukan dengan mudah. Data ini dapat diintegrasikan dengan teknologi mendatang
lainnya misalnya GIS integrasi dengan Mobile Phone, GIS integrasi dengan CCTV,
seperti yang terlihat pada Gambar 7.2
[329]
Ini memungkinkan pengguna untuk mengakses data GIS dan fungsionalitas melalui web dan
untuk mengintegrasikan mereka dengan 330ocial mereka sendiri dan aplikasi tanpa perlu
untuk mengembangkan atau host alat GIS yang spesifik dan set data sendiri.
Desktop GIS adalah memiliki keterbatasan tertentu. Pengguna perlu memiliki software
tertentu diinstal lebih mesinnya, Data tidak dapat dibagi di luar organisasi dan melihatnya
sebagai platform 330ocial330. Kesulitan-kesulitan ini telah digantikan oleh GIS Web. Data
dapat dibagi di seluruh dunia tanpa memiliki perangkat lunak tertentu. Pemerintah
organisasi seperti Rekor Tanah atau Dewan Kota dapat mempublikasikan data mereka
untuk penggunaan orang biasa. GIS web memainkan peran kunci dalam membuat teknologi
GIS terjangkau dan berguna bagi ribuan pengguna itu dalam arti sebenarnya.
Proses pembuatan database jaringan jalan yang berbasiskan Web GIS dapat dilihat pada
Gambar 7.7 Terlihat pada Gambar 7.7 Web GIS yang nanti nya dikembangkan dapat
diintegrasikan dengan Dashboard Infrastruktur Kementrian PUPR pada link
https://sigi.pu.go.id/
https://sigi.pu.go.id/
[330]
cara kerja perangkat lunak/keras untuk akses data dan layanan geospasial melalui
perangkat bergerak lewat jaringan kabel atau nirkabel. Model ArSheetktur Mobile GIS ini
dapat dilihat pada Gambar 7.8
[331]
e. Geospatial data
f. GIS content server
Aerial Mapping
Dengan adanya 332 ocial 332 waktu maka konsultan akan melaksanakan penggunaan
Foto Udara/Drone. Gagasan ini dilakukan pada saat pelaksanaan observasi/orientasi
lapangan yang tidak hanya menggunakan pemantauan secara terrestrial atau
pengamatan lapangan, namun juga menggunakan drone untuk memperoleh efisiensi
waktu dan cakupan wilayah dampak yang lebih luas. Dengan cakupan wilayah yang
[332]
sangat luas maka penggunaan teknologi pesawat nirawak dalam pemotretan udara
sangat membantu.
Selain efisiensi waktu penggunaan drone sangat cocok untuk membuat peta yang
berkualitas paling baik, paling efisien dan efektifitas kecepatan jelajah. Selain digunakan
untuk foto dan video, drone juga bisa digunakan untuk melakukan pemetaan. Menurut
banyak ahli, pemetaan menggunakan drone sangatlah efektif. Karena selain bisa
menekan biaya, juga mempersingkat waktu. Dengan menggunakan drone, pekerjaan
survei foto video udara dengan tujuan pemetaan dan foto udara dapat dilakukan secara
lebih mudah, murah, serta cepat. Drone yang dapat terbang rendah akan menghasilkan
resolusi peta citra yang tinggi sesuai penggunaan kualitas camera yang digunakan, untuk
camera drone Dji Phantom Series misalnya bahkan bisa menghasilkan foto hingga 3 cm/
pixel, serta bentuknya yang ringkas membuatnya mudah diterbangkan di mana saja.
[333]
wilayah seluas 1.000 hektar membutuhkan waktu yang cukup lama serta membutuhkan
tenaga ekstra.
[334]
Berikut adalah tahapan dalam menghasilkan gambar penampakan foto udara seperti
gambar diatas:
Agisoft Metashape adalah sebuah software yang berguna untuk mengolah foto udara
yang direkam menggunakan drone. Dari data drone tersebut, dapat dihasilkan orthofoto,
titik tinggi (elevation point clouds) dan DEM resolusi tinggi serta dapat ditampilkan secara
3D.
1. Add Photos
[335]
Seleksi data yang akan diolah dengan menghapus overshoot, gambar blur, dan foto yang
relatif tidak flat/Tegak lurus.
2. Align Photos
Align photo dilakukan untuk mengidentifikasi titik – titik yang ada di masing – masing foto
dan melakukan proses matching titik yang sama di dua atau lebih foto. Proses align
photos akan menghasilkan model 3D awal, posisi kamera dan foto disetiap perekaman,
dan sparse point clouds yang akan digunakan di tahap berikutnya.
[336]
• Medium : Triangulasi udara dengan tingkat akurasi menengah, waktu pengolahan lebih
lama dibandingkan ―Low‖
• High: Triangulasi udara dengan tingkat akurasi tinggi, waktu pengolahan lebih lama
dibandingkan dengan ―Low‖ dan ―Medium‖.
3. Build Dense Cloud
Dense Clouds adalah kumpulan titik tinggi dalam jumlah ribuan hingga jutaan titik yang
dihasilkan dari pemrosesan fotogrametri foto udara. Dense clouds nantinya dapat diolah
secara lebih lanjut untuk menghasilkan Digital Surface Model, Digital Terrain Model,
bahan masukan dalam proses pembuatan orthofoto dan kepentingan pemetaan lainnya.
4. Build Mesh
Build Mesh bertujuan untuk membuat model 3D dari point cloud yang didapat dari proses
Align Photos. Build mesh merupakan tahap sebelum pembuatan Orthophoto (Build
Texture), Build texture tidak akan bisa diakses sebelum Build Mesh dilakukan.
[337]
Workflow >> Build Mesh…
• Height Field : Untuk pengolahan surface
berupa bidang datar (2D)
• Source Data : Point cloud yang dihasilkan
dari proses ―Align Photos‖ Point cloud yang
dihasilkan dari proses ―Dense Cloud‖,
memiliki titik yang lebih banyak dan lebih
rapat.
• Interpolation: Interpolasi untuk
menghilangkan lubang yang terbentuk saat
pembentukan surface.
5. Build Texture
Build texture adalah menggabungkan DSM yang terbentuk dengan mosaic foto udara
menjadi Orthophoto yang memiliki skala yang seragam.
[338]
Workflow >> Build Texture…
Mapping Mode :
• Orthophoto : Mode pemetaan dimana seluruh tekstur permukaan objek diproyeksikan
secara ortographik
Blending Mode :
• Mosaic (Default) : Menggabungkan foto yang memiliki pertampalan.
6. Build DEM
Build DEM digunakan untuk membangun Digital Elevation Model.
Workflow >> Build DEM…
Aplikasi Agiosft Metashape secara otomatis mendeteksi System Koordinat
[339]
7. Build Orthomosaic
Workflow >> Build Orthomosaic…
[340]
8. ExportOrthophoto
[341]
9. Export data ke Tiff dan bisa di buka di Arcgis ataupun Global Mapper
[342]
Survey Sosial Dengan Menggunakan Google Form
Penggunaan Google Form untuk survey sosial dilaksanakan dengan tujuan untuk
mempersingkat waktu pekerjaan, lebih cepat didapatkan hasil dan hasil lebih real time .
[343]
Gambar 7.21 WhatsApp Group
[344]