Anda di halaman 1dari 17

DRAFT PROPOSAL PENELITIAN TESIS

STUDI PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR OLEH PERUMAHAN FORMAL


DI KOTA BANDUNG

Dosen Pembimbing
Dr.Sri Maryati, ST., MIP

Disusun Oleh
Nama : Indriany Putri Rahmani
NIM : 25418044

PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


SEKOLAH ARSITEKTUR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan dan Sasaran .................................................................................................................... 6
1.4 Ruang Lingkup............................................................................................................................ 7
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ..................................................................................................... 7
1.4.2 Ruang Lingkup Materi ........................................................................................................ 8
BAB 2 Tinjauan Teori .......................................................................................................................... 9
2.1 Infrastruktur ............................................................................................................................... 9
2.2 Pusat Pelayanan Kota ............................................................................................................... 10
2.3 Kedudukan Infrastruktur dalam Pusat Pelayanan Kota ...................................................... 11
2.4 Perumusan Indikator................................................................................................................ 12
2.5 Teori Evaluasi............................................................................................................................ 16
BAB 3 ................................................................................................................................................... 17
3.1 Metodologi Pendekatan ........................................................................................................... 17
3.2 Metodelogi Pengumpulan Data................................................................................................ 17
3.3 Metode Analisis Data ................................................................................................................ 18
BAB 4 ................................................................................................................................................... 24
4.1 Timeline Penelitian ................................................................................................................... 24

2
Abstract

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung sebagai kota metropolitan telah menjadi pusat berbagai aktivitas baik tingkat
regional hingga nasional sehingga menjadikan Kota Bandung memiliki pertumbuhan yang
pesat. Hal ini mengakibatkan banyaknya pendatang yang bermukim di Kota Bandung baik
untuk bekerja, belajar, maupun aktivitas lainnya.

Kebutuhan perumahan di Kota Bandung menjadi tinggi sebagai akibat dari meningkatnya
pendatang untuk bermukim di Kota Bandung, untuk itu kebutuhan penyediaan rumah menjadi
hal yang sangat penting untuk menunjang kehidupan masyarakat Kota Bandung. Salah satu
penyediaan perumahan di akomodir oleh pengembang pada perumahan formal.

Perumahan formal yang dibangun oleh pengembang mencakup berbagai kawasan baik di pusat
kota hingga pinggiran kota dengan berbagai jenis dan kategori baik perumahan besar hingga
kecil, perumahan menengah hingga elit yang dibangun sesuai dengan kebutuhan pasar.

Penyediaan perumahan formal perlu didukung oleh berbagai infrastruktur dasar dan penunjang
sehingga dapat meningkatkan kehidupan yang layak serta menjadi nilai jual bagi pengembang,
salah satu infrastruktur dasar yang sangat vital dalam pembangunan perumahan adalah
infrastruktur air bersih dan infrastruktur jalan. Penyediaan infrastruktur ini dibangun oleh
developer untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah. Namun, penyediaan infrastruktur
dasar ini tidak selalu memenuhi kualitas dan kuantitas yang memadai. Sehingga adanya dugaan
perbedaan penyediaan infrastruktur pada perumahan kecil, besar, menengah dan elit

Adanya dugaan ketidakmerataan pembangunan infrastruktur pada perumahan formal tersebut


maka dalam dalam penelitian ini ingin mengetahui karakteristik penyediaan infrastruktur air
bersih dan jalan pada berbagai developer yang ada di Kota Bandung

1.2 Rumusan Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Bandung berdampak pada tingginya kebutuhan


perumahan dimana penyediaan perumahan salah satunya diakomodir oleh pengembang
terutama pada perumahan formal. Dalam pembangunan perumahan dibutuhkan penyediaan
infrastruktur dasar dan penunjang untuk menciptakan kelayakan dan kenyamanan
penghuninya.

4
Salah satu infrastrktur dasar dalam perumahan formal adalah infrastruktur air bersih dan
infrastruktur dasar. Adanya dugaan perbedaan kualitas dan kuantitas serta penyediaan
infrastruktur pada perumahan skala besar, kecil, menengah, hingga elit menimbulkan
pertanyaan Bagaimana karakteristik penyediaan infrastruktur air bersih dan jalan pada
perumahan formal di Kota Bandung?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pengembang terhadap
pembangunan infrastruktur di perumahan formal Kota Bandung.

Sasaran dari penelitian ini adalah :

1. Identifikasi penyebaran perumahan formal di Kota Bandung

2. Penentuan kriteria

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup penelitian ini adalah beberapa perumahan formal yang ada di wilayah urban yaitu Kota
Bandung. Perumahan formal yang akan diteliti terdiri dari 4 kategori yaitu perumahan besar, perumahan
kecil/sedang, perumahan menengah dan perumahan elit.

Beberapa perumahan formal tersebut adalah

1. de marrakesh oleh pengembang margahayu land

2. Perumnas Sadang Serang oleh pengembang perumnas

3. Summarecon Bandung oleh pengembang summarecon

4.

5
1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dari penelitian ini adalah infrastruktur dasar yaitu air bersih dan jalan di
perumahan formal. Dalam hal ini yang akan dilihat adalah penyediaan fisik, kualitas fisik,
kesesuaian dengan standar, dan alokasi dana pembangunan infrastruktur oleh pengembang

1.5 Kerangka Berfikir


1.6 Sistematika Penulisan

6
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perumahan Formal

Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai sarana dan
prasarana umum. Menurut Grigg (1998) infrastruktur merupakan sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung, dan fasilitas publik lainnya,
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun
kebutuhan ekonomi. Dalam hal ini, hal-hal yang terkait dengan infrastruktur tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Sistem lingkungan dapat terhubung karena adanya infrastruktur
yang menopang antara sistem sosial dan sistem ekonomi. Ketersediaan infrastruktur
memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Maka
infrastruktur perlu dipahami sebagai dasar- dasar dalam mengambil kebijakan (J. Kodoatie,
2005).

Infrastruktur merupakan suatu wadah untuk menopang kegiatan-kegiatan dalam satu ruang.
Ketersediaan infrastruktur memberikan akses mudah bagi masyarakat terhadap sumber daya
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam melakukan kegiatan sosial
maupun ekonomi. Dengan meningkatnya efisiensi otomatis secara tidak langsung
meningkatkan perkembangan ekonomi dalam suatu wilayah. Sehingga menjadi sangat penting
peran infrastruktur dalam perkembangan ekonomi.

Infrastruktur menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Ketika keadaan infrastruktur di sebuah wilayah lemah, itu berarti bahwa
perekonomian wilayah itu berjalan dengan cara yang sangat tidak efisien. Biaya logistik yang
sangat tinggi, berujung pada perusahaan dan bisnis yang kekurangan daya saing (karena biaya
bisnis yang tinggi). belum lagi adengan munculnya ketidakadilan sosial, misalnya, sulit bagi
sebagian penduduk untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan, atau susahnya anak-anak pergi ke
sekolah karena perjalanannya terlalu susah atau mahal.

2.2 Infrastruktur yang tersedia di perumahan formal

7
2.3 Kedudukan Infrastruktur dalam Pusat Pelayanan Kota

2.6 Sintesis Kajian Pustaka

8
BAB 3
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Pendekatan


Dalam studi ini dilakukan pendekatan evaluasi semu (pseudo evaluation) terhadap penyediaan
infrastruktur di Pusat Pelayanan Kota. Evaluasi semu (pseudo evaluation) adalah pendekatan
yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan berusaha menanyakan
tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau
masyarakat secara keseluruhan. Sifat dari Evaluasi semu ini adalah melakukan penilaian
berdasarkan parameter tertentu yang secara umum disepakati (self evident) dan tidak
kontroversial (uncontroversial). Hasil evaluasinya mudah diterima oleh publik dan tidak terlalu
rumit (complicated).

Evaluasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini bersifat ex-post, karena tujuannya penelitian
untuk mengkaji terpenuhinya infrastruktur yang sudah tersedia di PPK Gedebage, Kota
Bandung

3.2 Metodelogi Pengumpulan Data


Metoda pengumpulan data yang dilakukan dalam studi ini terbagi menjadi dua, yaitu primer
dan sekunder. Pengumpulan data sekunder difokuskan untuk menyusun indikator dan tolok
ukur penyediaan infrastruktur di pusat pelayanan kota. Data sekunder didapatkan dari instansi-
instansi terkait serta hasil studi dari berbagai literatur.

Tabel 3.1 Kebutuhan Data

Metode Pengumpulan
Tujuan Sasaran Sumber
Data
Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang No 1
Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan
RTRW
Identifikasi
Mengetahui tingkat RTRW Kota Bandung
indikator dan tolok
penyediaan infrastruktur di Tahun 2011-2031
ukur penyediaan Sekunder
Pusat Pelayanan Kota RPJMD Kota Bandung
infrastruktur di pusat
Gedebage, Kota Bandung Tahun 2014-2018
pelayanan kota
PERWAL Kota Bandung
No 811 Tahun 2018 tentang
Panduan Rancang Kota
Pusat Pelayanan Kota Alun-
Alun

9
Metode Pengumpulan
Tujuan Sasaran Sumber
Data
dsb
Indikator Penyediaan
Data Literatur Infrastruktur di Pusat
Pelayanan Kota
Penilaian penyediaan Dokumentasi dan Obsevasi
infrastruktur di Pusat Lapangan
Primer
Pelayanan Kota
Kuisioner*

3.3 Metode Analisis Data


Studi ini menggunakan metode campuran artinya penelitian yang melibatkan dua metode, yaitu
metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan agar dapat
mengungkapkan fakta, keadaan, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berjalan.
Teknik yang digunakan dalam studi ini adalah analisis isi (content analysis) dan teknik
triangulasi. Analisis isi menurut Krippendorff (1991:15; dalam Retnoningsih, 2012:35) adalah
suatu teknik untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (repicable) dan sahih, dengan
memperhatikan konteksnya. Model analisis isi bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks
berita, tetapi bagaimana pesan itu disampaikan hingga bisa melihat makna yang tersembunyi
dari suatu teks (Eriyanto, 2001:xv). Tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman tentang fenomena yang diteliti.

Analisis isi ini digunakan untuk membuat indikator dan tolok ukur penyediaan infrastruktur di
pusat pelayanan kota. Analisis isi digunakan dengan melihat teori-teori, konsep, dokumen
formal, kebijakan yang terkait dengan studi ini bedasarkan literatur-literatur yang diteliti.

Metode kuantitatif digunakan dalam studi ini untuk mengolah data-data terhitung dan
menentukan besar prosentase kesesuaian antara ketersediaan infrastruktur eksisting dengan
tolok ukur penyediaan infrastruktur yang telah dibuat sebelumnya.

Penentuan prosentase kesesuaian rencana dan kondisi eksisting dilakukan dengan teknik
analisis komparatif, dimana dilaksanakan perbandingan antara kondisi penyediaan
infrastruktur eksisting dengan tolok ukur penyediaan infrastruktur, sehingga dapat diketahui
seberapa jauh penyimpangan yang terjadi antara kondisi yang seharusnya dengan kondisi
nyata.

10
Berikut ini merupakan tahapan analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian ini,
yaitu :

1. Merumuskan kriteria, indikator, dan tolok ukur Penyediaan Infrastruktur di


Pusat Pelayanan Kota

Perumusan kriteria, indikator dan tolok ukur penyediaan infrastruktur di pusat pelayanan kota
dilakukan dengan mempelajari dan mengkaji literatur mengenai konsep penyediaan
infrastruktur di pusat pelayanan kota serta data-data sekunder seperti RTRW Kota Bandung
Tahun 2011-2031, RPJMD Kota Bandung Tahun 2014-2018, Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang no 1 Tahun 2018 mengenai Pedoman RTRW dan berbagai literatur yang
berhubungan dengan studi ini. Dari sekian banyak aturan dan ketentuan yang terdapat dalam
produk kebijakan tersebut, dipilih aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang dapat menjadi
indikator, dan tolok ukur penyediaan infrastruktur di pusat pelayanan kota.

Kriteria yang ditetapkan dalam studi ini adalah ketersediaan, sedangkan indikator yang berlaku
dalam studi ini adalah indikator ketersediaan sarana dan prasarana. Sedangkan tolok ukur
merupakan langkah dasar untuk mengukur, menilai atau menjadi patokan ketersediaan
infrastruktur di pusat pelayanan kota. Adapun kriteria, indikator, dan tolok ukur yang
digunakan dalam studi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2 Kriteria, Indikator dan Tolok Ukur Infrastruktur dalam Pusat Pelayanan Kota

Kriteria Indikator Tolok Ukur

Ketersediaan Prasarana Tersedianya askes jalan tol


Transportasi Tersedianya jalan kolektor primer
Ketersediaan Prasarana Drainase Tersedianya kolam retensi
Ketersediaan Sarana Tersedianya PLTSA
Persampahan
Tersedianya terminal tipe A
Ketersediaan Sarana Transportasi
Ketersediaan Tersedianya terminal intermda
Ketersediaan Sarana Kesehatan Tersedianya rumah sakit tipe B
Tersedianya kawasan pendidikan
Ketersediaan Sarana Pendidikan
terpadu
Ketersediaan Sarana Peribadatan Tersedianya mesjid raya
Ketersediaan Sarana Perdagangan Tersedianya pasar induk
dan Jasa

11
Kriteria Indikator Tolok Ukur

Ketersediaan Sarana Perkantoran Tersedianya kawasan kantor


pemerintahan kota
Ketersediaan Sarana RTH Tersedianya RTH
Ketersediaan Sarana Olah Raga Tersedianya Sarana Olah Raga
(SOR)

2. Melakukan penilaian ketersediaan infrastruktur di Pusat Pelayanan Kota

Tahap penilaian ketersediaan infrastruktur di pusat pelayanan kota dilakukan melalui


identifikasi by product. Dimana hasil dari perumusan indikator dan tolok ukur tersebut akan
dilihat kesesuaiannya dengan kondisi eksisting, yaitu setiap aspek infrastruktur akan dilihat
ketersediaan eksistingnya.

Indikator dan tolok ukur tersebut masing-masing memiliki bobot penilaian. Bobot tersebut
nantinya akan dimasukan kedalam kategori-kategori yang telah ditentukan sebelumnya. dari
13 tolok ukur yang dinilai, dengan menggunakan rumus Sturges, maka dapat diketahui kelas
atau katogori yang digunakan sebagai berikut :

Rumus :

1+3,3log𝑛

1+3,3log(13)

1+3,3 (1,11)

=5,4

Banyaknya kelas atau kategori yang digunakan adalah 5 kelas. Sedangkan panjangnya kelas
ditentukan dengan nilai tertinggi yaitu 100% dikurangi nilai terendah yaitu 0% dibagi kelas
100−0
yaitu 5, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = = 20
5

Sehingga pembagian kategori ditentukan menjadi : sangat tersedia, apabila lebih atau sama
dengan (≥)80 % tolok ukur yang dapat dipenuhi , tersedia, apabila lebih atau sama dengan
(≥)60 % sampai dengan kurang dari (<)80 % tolok ukur yang dapat dipenuhi, cukup tersedia,
apabila lebih dari atau sama dengan (≥)40 % sampai dengan kurang dari (<)60 % tolok ukur
yang dapat dipenuhi, tidak tersedia, apabila lebih atau sama dengan (≥)20 % sampai dengan

12
kurang dari (<) 40 % tolok ukur yang dapat dipenuhi, sangat tidak tersedia, apabila kurang dari
≤ 20% tolok ukur yang dapat dipenuhi.

. Berikut ini pembagian bobot penilaian ketersediaan pada studi ini dapat dilihat pada skema
penilaian gambar 3.1 dibawah ini.

Tersedianya askes
Ketersediaan jalan tol 7,7%
Prasarana
15,4% Transportasi Tersedianya jalan
kolektor primer 7,7%

Ketersediaan Tersedianya kolam


Prasarana Drainase retensi 7,7%
7,7%
Ketersediaan Sarana
7,7% Tersedianya PLTSA 7,7%
Persampahan

15,4% Tersedianya Terminal


Tipe A
7,7%
Ketersediaan Sarana
Transportasi
Tersedianya Terminal 7,7%
Ketersediaan

terpada antar moda


7,7%
Ketersediaan Sarana Tersedianya rumah
Kesehatan sakit tipe B 7,7%
100%
Ketersediaan Sarana Tersedianya kawasan
Pendidikan pendidikan terpadu
7,7%
7,7%
Ketersediaan Sarana Tersedianya mesjid
Peribadatan raya 7,7%
7,7%
Ketersediaan Sarana Tersedianya pasar
Perdagangan dan Jasa induk
7,7%

Tersedianya kawasan
7,7% Ketersediaan Sarana
kantor pemerintahan 7,7%
Perkantoran
kota
Ketersediaan Sarana
7,7% Tersedianya RTH 7,7%
RTH

7,7% Ketersediaan Sarana


Tersedianya SOR 7,7%
Olah Raga

Gambar 3.1 Skema Penilaian Ketersediaan

Setelah melakukan penilaian tolok ukur selanjutnya melakukan penjumlahan pada masing-
masing indikator, sehingga didapaikan nilai keseluruhan pada studi ini. Nilai akhir tersebut
akan dimasukan kedalam range yang telah ditentukan bedasarkan ketersediaannya. Ilustrasi

13
penilaian ketersediaan maksimal apabila seluruh tolok ukur dipenuhi dapat dilihat pada tabel
berikut

Tabel 3.3 Ilustrasi Penilaian Ketersediaan Maksimal

Tolok Ketersediaan
Indikator Kriteria
Ukur ST T CT KT TT
7,7%
15,4%
7,7%
7,7% 7,7%
7,7% 7,7%
7,7%
15,4 %
7,7%
7,7% 7,7% 100% v - - - -
7,7% 7,7%
7,7% 7,7%
7,7% 7,7%
7,7% 7,7%
7,7% 7,7%
7,7% 7,7%

Keterangan : ST : Sangat Tersedia, T : Tersedia, CT : Cukup Tersedia, TT : Tidak Tersedia,


STT : Sangat Tidak Tersedia

Dari hasil penilaian ini maka akan didapatkan ukuran ketersediaan infrastruktur dalam pusat
pelayanan kota, jika dinyatakan tidak tersedia, maka dianalisis kembali permasalahan dan
faktor-faktor penyebab ketidaktersediaan tersebut dengan melihat indikator dan tolok ukur
yang tidak berhasil terpenuhi.

14
15
BAB 4
RENCANA PENELITIAN TAHAP SELANJUTNYA

4.1 Timeline Penelitian


No Jenis Kegiatan Maret April Mei Juni Juli AgustusSeptem Oktober Novem Desem
ber ber ber
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Melakukan
penyusunan proposal
penelitian
2 Melakukan
penyusunan
perangkat penelitian
3 Melakukan survei dan
proses pengambilan
data
4 Melakukan analisis
penelitian
5 Melakukan
pembuatan abstrak
jurnal
6 Membuat buku
penelitian
7 Melakukan
pengiriman abstrak
jurnal
8 Melakukan
pembuatan jurnal
9 Mengirim jurnal
10 Finalisasi buku
penelitian

16
Daftar Pustaka

Budiman,Budi. 2011. Analisis Rencana Pembangunan Pusat Primer Gedebage Terhadap Pembangunan
Ekonomi Kota Bandung Melalui Pendekatan Sistem Dinamik. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Bogor

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2006. Development Brief Pusat Primer Gedebage.

Kaniasari, Puspita. 2017. Studi Kinerja Pelayanan Pusat Primer Kedua Gedebage Di Kota Bandung.
Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Pasundan

Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2011-2031

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 1 Tahun 2018 mengenai Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota

Rahmani, Indriany. 2016. Evaluasi Keefektifan Izin Mendirikan Bangunan dalam


Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kecamatan Cimahi Utara. Institut Teknologi dan Sains
Bandung

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bandung 2014-2018

Utari, Sonia. 2013. Respon Penduduk Kecamatan Gedebage Terhadap Pembangunan Wilayah
Gedebage Sebagai Pusat Pelayanan Kota (Ppk) Di Kota Bandung. Antologi Pendidikan
Geografi

17

Anda mungkin juga menyukai