BAB I
PENDAHULUAN
Dalam zaman teknologi yang canggih ini, pemerintah memiliki usaha untuk
meningkatkan potensi sumberdaya manusia di Indonesia, salah satunya bidang
yang tidak kalah pentingnya yang sedang disorot pemerintah saat ini terutama
dalam bidang pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan dan mencerdaskan
bangsa Indonesia.
Maksud
Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menimba pengalaman dan sebagai penerapan
teori yang diperoleh dibangku kuliah sebagai perbandingan dengan keadaan
dilapangan.
BAB I. Pendahuluan
Dalam bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang, maksud dan tujuan
kerja praktek yang merupakan salah satu persyaratan akademis guna memberikan
wawasan yang lebih luas mengenai pelaksanaan pembangunan pada sebuah
projek, selanjutnya mengenai lingkup studi yaitu permasalahan yang dibahas.
BAB II. Tinjauan Umum Projek RUSUNAWA
Dalam bab ini membahas tentang jabatan dan fungsi dalam sebuah projek.
Hubungan kerja pelaku projek, Struktur organisasi , dan ruang lingkup proyek
yang berisi sarana dan fasilitas umum serta data-data proyek yang ada pada
proyek tersebut.
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
bersangkutan dengan fasilitas yang lengkap seperti kesediaan air minum, listrik,
dan jaringan telepon.
Rumah Susun Sederhana Sewa merupakan tempat tinggal atau hunian bagi
mahasiswa ditempati secara bersama – sama yang telah disediakan oleh
universitasnya, dengan fasilitas yang lengkap, layak huni, sehat, dekat dengan
kampus, dan berada di lingkungan yang aman dan nyaman sehingga dapat
terhindar dari pengaruh negatif di ligkungan sekitar. Rusunawa tempat tinggal
mahasiswa harus dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia (mahasiswa) dalam
arti yang sangat luas, sebagai manusia yang sedang menuntut ilmu dan sebagai
manusia sosial yang sedang dalam proses pendewasaan.
2. Gallery Plan
Variasi dari double loaded corridor dengan
ruangan di salah satu sisi bangunan saja dengan
koridor yang bersifat tertutup ataupun tidak.
4. Vertical House
Rangkaian jumlah ruangan 4,6, atau 8 suites. Tangga
biasanya berjumlah 2 di masing-masing konfigurasi
ruang-ruangnya. Menimbulkan perasaan seperti
“rumah”.
5. Point Tower-plan
Biasanya merupakan bangunan high rise, dengan
sirkulasi vertical dengan tangga maupun lift di sebuah
core khusus dan berdampingan dengan ruang servis.
Konfigurasi kamar-kamar diletakkan di sisi-sisi
bangunan. Kamar mandi digunakan untuk 4, 6, atau 8 orang.
BAB III
TINJAUAN ALAT DAN BAHAN
3.1.2 Bahan
a. Bahan
1. Semen Portland merk Tiga Roda
2. Multipleks tebal 9 mm
3.2.1 Agrerat
Agrerat kasar dan agrerat halus harus bersih, bebas dari gumpalan tanah
liat, Lumpur, minyak dan bahan organis yang merugikan. Jumlah persentase dari
segala macam substansi yang merugikan beratnya tidak boleh dari 4 %.
a. Agrerat Halus
1. Agrerat halus untuk beton harus terdiri dari pasir alam, sebagai hasil
dari desintegrasi alami dari batu – batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat – alat pemecah batu.
2. Agrerat halus atau pasir berupa pasir alam bukan pasir laut dan bila
terpaksa dikehendaki harus dicampur dengan proporsi yang tepat dari pasir
buatan dan pasir alam.
3. Agrerat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai
dengan 32 jika diselidiki dengan saringan standar berbentuk tajam dan
keras.
4. Gradasi dari agrerat halus harus menghasilkan mutu beton yang
dikehendaki.
5. Agrerat halus disimpan di tempat yang bersih dan keras permukaannya
dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan material atau bahan
lain.
4.1 Tabel Saringan Agrerat halus
Saringan Ukuran % lewat Saringan
b. Agrerat Kasar
1. Agrerat kasar harus berupa koral atau batu pecah yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, keras, tidak porous, tajam dan bentuknya relative kubus. Kadar
Lumpur dan pasir tidak boleh lebih dari 5 % terhadap berat kering.
1” 25 mm 100
3/4” 20 mm 90 – 100
3/8” 9,5 mm 20 – 55
No. 4 4,76 mm 1 – 10
3.2.2 Beton
a. Semen
1. Semen yang dipakai harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan dalam
PBI 1971 dan peraturan semen Portland Indonesia.
2. Dalam pengerjaan pembangunan ini digunakan Portland Cement : Tiga Roda.
3. Semen disimpan dalam gudang yang baik untuk menjaga terjadinya
kerusakan. Semen yang mengeras, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air atau lembab ditolak untuk digunakan dan harus dikeluarkan dengan segera dari
proyek atas biaya pemborong.
b. Air
1. Air untuk bangunan haruslah air tawar yang bebas dari zat – zat organik, tanah
lumpur, garam – garam mineral, larutan alkali dan lain – lain.
2. Jika air dari saluran kotamadya tidak dapat atau tidak cukup, maka pemborong
sendiri harus mengadakan air untuk tujuan pembangunan ini dengan
mendatangkan atau mengadakan air sumber air sendiri yang memenuhi syarat.
3. Bila perlu dengan alasan – alasan yang disampaikan oleh pengawas harian
atau pemberi tugas, maka Pemborong wajib menunjukkan bukti hasil analisa
kimia dari air tersebut. Caranya dengan mengirimkan contoh air untuk diteliti oleh
Laboratorium Penyelidikan Bahan. Contoh air harus diambil dan disegel dengan
penyaksian Direksi Lapangan atau Pengawas Lapangan.
8. Syarat – syarat dan ketentuan dalam PBI 1971 mengenai bahan – bahan untuk
beton bertulang, cara – cara pelaksanaan konstruksi beton bertulang dan
pemeriksaan ( tes ) mengenai hal – hal itu harus mendapat perhatian yang seksama
dari Pemborong dan menjadi dasar dari seluruh pelaksanaan.
9. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada Pengawas, segera sesudah
selesai percobaan, paling lambat 30 hari setelah pengecoran dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran adukan
dan berat kubus uji tersebut.
10. Apabila dalam pelaksanaan ternyata mutu beton yang dibuat seperti yang
ditunjukan benda uji tidak memenuhi syarat spesifikasi dan telah dilakukan
pengujian lainnya gagal, maka bagian pekerjaan tersebut dibuat perkuatan atau
tambahan konstruksi lainnya atas biaya kontraktor sepenuhnya.
11. Meskipun hasi pengujian benda – benda uji tersebut memuaskan, Pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti :
Pelaksaan pengecoran yang tidak baik, sehingga menyebabkan segregasi.
Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan yang direncanakan dalam gambar.
Konstruksi yang tidak lurus atau tegak lurus seperti yang direncanakan.
Semua pekerjaan yang dianggap cacat pada dasarnya harus dibongkar dan
diganti yang baru, kecuali jika Pengawas menyetujui untuk diadakan
perbaikan atau perkuatan dari Konstruksi yang cacat tersebut.
3.2.3 Besi
Setiap besi beton yang dihasilkan oleh pabrik – pabrik baja pada umunya
mempunyai standar mutu dan jenis – jenis baja, sesuai dengan yang berlaku. Mutu
besi yang dipakai menurut gambar rencana atau petunjuk direksi. Mutu besi beton
dibagi menurut tabel dibawah in
Tabel .4. 3. Mutu Baja
Mutu Sebutan Tegangan leleh karakteristik dan tegangan karakteristik
yang memberikan tegangan tetap 0,2 % ( Kg/cm² )
U – 22 Baja lunak 2,200
U – 24 Baja lunak 2,400
U – 32 Baja sedang 3,200
U – 39 Baja keras 3,900
U – 48 Baja keras 4,800
BAB IV
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Dalam pelaksanaan pekerjaan Kontraktor memperhatikan dokumen kontrak
original, selain itu gambar – gambar rencana sebagai bahan acuan dalam
melaksanakan konstruksi di lapangan.
diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.Bilamana hal ini dijumpai maka
Direksi Manajemen Konstruksi dan pihak pihak yang berwenang harus segera
diberitahu dan mendapatkan instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan instalasi
tersebut sebelum penggalian yang berdekatan diteruskan. Bilamana terjadi
kerusakankerusakan pada instalasi tersebut diatas, maka Direksi Manajemen
Konstruksi dan pihakpihak yang berwenang harus segera diberitahu dan semua
kerusakankerusakan harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.
Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan
diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir. Lantai kerja sebelum
mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi tidak boleh ditutup
oleh pekerjaan lainnya dan Konsultan Manajemen Konstruksi berhak
membongkar pekerjaan diatasnya bilamana lantai kerjá tersebut belum disetujui
olehnya.Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal 5 cm.
2. Semen Portland
Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada RKS ini.
3. Pasir Pasang
Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratan
yang dicantumkan dalam PUBI 1970 ayat 12.1. dan 12.2.
4. A i r
Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi ketentuan
yang tercantum pada RKS ini.
3. Penyelidikan Lapangan
Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah mengunjungi dan
mempelajari keadaan lapangan sebaik-baiknya, termasuk yang tidak disebutkan
secara khusus dalam gambar-gambar struktur. Jika Kontraktor ingin melakukan
penyilidikan tambahan yang menyangkut galian, sondir, boring, dan sebagainya
sebelum mengajukan penawaran, hal ini dapat dilakukan atas biaya sendiri.
4. Pembayaran Pile
Panjang pile yang dibayar adalah panjang cut of level ke penetrasi maksimum
dari ujung pilling, kecuali bila dinyatakan lain. Panjang pile rata-rata telah
diasumsikan berdasarkan data-data penyelidikan tanah yang sudah ada.
Pembayaran akan dilakukan berdasarkan panjang pile seperti disebutkan diatas
dikalikan dengan harga satuan. Dalam harga satuan ini sudah termasuk material
yang terbuang, pembersihan lapangan dari material yang tertinggal, sambungan-
sambungan, pengangkatan, pemancangan, mesin-mesin dan peralatan serta segala
sesuatu yang diperlukan untuk memasang pile pada posisi permanennya yang
terakhir.
5. Peralatan dan Tenaga Kerja
Semua kerangka, peralatan, pengangkatan dan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang pile
pada posisinya yang permanen menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Sebelum memulai di lapangan
dengan pekerjaan pilling yang sesungguhnya,
Kontraktor supaya memberikan detail lengkap
mengenai program kerja, jumlah dan tipe peralatan,
organisasi dan personalia dilapangan kepada
Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi.
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berhak
meminta penggantian peralatan dan personalia bilamana hal ini dianggap tidak
cocok.
6. Daya Dukung Pile
Dalam spesifikasi ini, Daya Dukung berarti beban pada pile yang disebabkan
oleh berat sendiri bangunan dan beban hidup sesuai dengan yang
direncanakan.Daya Dukung pile ukuran 25 x 25 cm dengan kedalaman 12 m dari
muka tanah asli adalah 30 ton.
7. Test Pile
Test Pile Pendahuluan adalah pile yang diinstalasikan sebelum pile-pile
sesungguhnya dengan maksud mengetes baik sistem maupun detail-detail pile
yang diajukan cukup memuaskan ditinjau dari segi Daya Dukung dan Penurunan.
Dalam proyek ini test pendahuluan tidak disyaratkan. Test Pile sesungguhnya
adalah pile yang diinstalasikan sebagai bagian dari pondasi dan ditest untuk
mengetahui apakah kwalitas bahan-bahan maupun pelaksanaan cukup baik.
8. Methoda Pengetesan Pile
Load Test dapat dilaksanakan dengan Pengujian Dinamis metoda PDA (Pile
Driving Analiyzer) Sesuai ASTM 4945-96. Hasil test harus dianalisa dengan
Metoda CAPWAP. Pelaksana Test PDA harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Perencana /Manajemen Konstruksi.
9. Instalasi Pile
Pile harus diinstalasi tepat pada posisinya maupun levelnya. Pile yang tidak
tepat tempatnya tidak boleh secara paksa diperbaiki pada posisi yang seharusnya.
11. Rintangan-Rintangan
Bila terdapat rintangan-rintangan di bawah tanah yang tidak diharapkan
seperti pondasi lama, dinding dan sebagainya yang sangat menggangu kemajuan
pekerjaan piling, maka Kontraktor supaya segera memberitahukan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Bila pada lokasi semula tidak mungkin
diinstalasi pile, maka lokasi pile perlu direvisi oleh Konsultan Perencana dan
Kontraktor akan dibayar terhadap kemungkinan adanya pekerjaan tambah.
Rintangan-rintangan permukaan, yaitu rintangan-rintangan yang ada pada
kedalaman yang tidak lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, harus dibersihkan
dan dibongkar oleh Kontraktor atas tanggungannya. Lubang boran yang
ditinggalkan karena rintangan sebagaimana disebutkan diatas tidak merupakan
kerja tambah atau kurang dan harus diisi kembali dengan tanah, pasir atau puing-
puing sebagaimana diinstruksikan. Penambahan pile akibat lubang boran yang
ditinggalkan akan merupakan kerja tambah.
12. Pile Rusak
Bila Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berpendapat bahwa sebuah
pile cacat pada waktu pengecoran, pemancangan ataupun testing sehingga nilai
strukturnya diragukan dengan beberapa pile yang mempunyai effect struktur yang
minimum sama dengan yang digantikan atas biaya Kontraktor.
13. Pile Cacat
Pile cacat ataupun keluar dari posisi yang direncanakan harus diganti oleh 1
(satu) atau lebih pile seperti diinstruksikan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi atas biaya Kontraktor.
14. Gagalnya Test Pile yang Sesungguhnya
Bila satu pile atau lebih gagal memenuhi persyaratan test pile, Kontraktor
harus melakukan test pile tambahan sesuai instruksi Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi. Pekerjaan tambah akibat gagalnya test pile, yaitu
kemungkinan ditambahnya pile menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Begitu sebuah pile selesai diinstalasi, maka data penurunan level kepala pile
supaya dimonitor. Bilamana seluruh pile dari sebuah kelompok pile selesai, maka
kepala pile yang naik agar diperbaiki sesuai instruksi Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi.
sehingga contoh beton yang dipakai untuk membuat tiang beton mencapai daya
tekan sekurang-kurangnya 300 kg/cm2.
Tiang pancang tidak boleh dipancang sebelum, proses curing selesai, atau
umur tiang minimal 10 hari.
- Tiang harus baik, licin, permukaannya rata, tidak keropok atau berlubang-
lubang dan harus cukup lurus. Cacat yang terdapat pada tiang mungkin dapat
diterima jika diperbaiki menurut persetujuan Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi.
- Tiang beton dapat dicor sesuai dengan seluruh panjang penulangan, dengan
ketentuan bahwa setelah tiang dipancang, beton dibuang agar besinya dapat
terlihat.
4. Pemancangan Tiang
- Tiang harus ditempatkan secara
cermat dan dipancang secara vertikal
seperti ditunjukkan dalam gambar.
Penyimpangan dari garis vertikal tidak
boleh lebih dari 25 mm per meter tiang.
Tiang yang terpancang dengan
penyimpangan yang lebih besar dan
tiang yang rusak sekali selama pemancangan harus dibuang atau dipotong dan
diganti dengan tiang baru sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi. Bila ada tiang yang terangkat disebabkan pemancangan tiang berikut
didekatnya, maka tiang tersebut harus dipancang kembali atas biaya Pelaksana.
5. Alat Pemancang
1. Cara pemancangan harus sedemikian rupa
sehingga tidak melampaui kekuatan tiang dan
harus mendapat persetujuan Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi. Pelaksana harus
menyerahkan pertanyaan tertulis mengenai
alat pemancang yang diusulkan, persetujuan
dari Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi
harus ada sebelum tiang dipancang.
2. Tutup atau cincin pancang harus mampu
melindungi kepala tiang pancang dan meneruskan energy tiang pancang
dan energy pukulan dengan sama rata pada kepala tiang pancang.
3. Pelaksana harus menggunakan bantalan yang diperlukan untuk melindungi
tiang pancang terhadap kerusakan pada waktu pemancangan.
6. Terangkatnya Tiang
1. Segera setelah tiang beton bertulang dipancang, Pelaksana harus
menentukan suatu titik referensi dari tiang dan ketinggiannya pada tiang.
Setelah semua tiang dipasang, Pelaksana harus mengukur lagi ketinggian
“Titik Referensi” setiap tiang yang sudah dipancang dan menentukan
“Uplift” tiang yang disebabkan oleh pemancangan tiang lain.
2. Bila terjadi uplift tiang 1,5 cm atau lebih, Pelaksana harus mengambil
langkah perbaikan tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
3. Langkah tersebut diantaranya dapat meliputi :
Memancang kembali tiang sampai kedalaman semula dan bila perlu lebih
dalam lagi hingga mencapai tahanan tanah semula pada pemancangan
terakhir. Setelah pemancangan kembali, Pelaksana harus memeriksa kembali
ketinggian dari “titik referensi” pada semua tiang dan harus memancang
kembali tiang lain yang terangkat.
1. Semen
- Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan
persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan
produksi dari satu merk.
- Kontraktor harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan dan “Manufacturer’s Test Certificate”
yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut diatas.
- Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur
dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
- Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar
- Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi
sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
- Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang
pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh
mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test
mesin Los Angeles Abration (LAA).
- Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi
yang merusak beton dan mempunyai gradasi sebagai berikut :
1” 25,00 mm 100
3/4” 20,00 mm 90 – 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No. 4 4,76 mm 0-1
3. Agregat Halus
- Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu
dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung
lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
- Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti tabel
berikut :
4. A i r
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak
atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
5. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2
1971, dengan tegangan leleh karakteristik (σau) = 2400 kg/cm2 atau baja U24 dan
baja dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 3900 kg/cm2 atau baja U39
Pemberi tugas atau Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi akan melakukan
pengujian test tarik-putus dan “Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas
biaya Kontraktor.
6. Bahan Pencampur
- Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana.
- Apabila akan digunakan bahan pencampur, Kontraktor harus mengadakan
percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan
a. MUTU BETON
Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan
tekan karakteristik σbk = 300 kg/cm2 untuk sloof dan pile cap, dan σ bk = 350
kg/cm2 untuk kolom, balok dan plat lantai.
lump (Kekentalan Beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan
standar ASTM C-143 adalah sebagai berikut :
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka
harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50% dengan catatan tidak melebihi
150 mm dan harus di-back up dengan percobaan adukan beton (trial mix).
b. PERCOBAAN PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Kontraktor harus
mengadakan percobaan-percobaan di Laboratorium yang “Independent” yang
ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan di
lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan tertentu untuk mutu beton yang
akan digunakan. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan,
Kontraktor harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk mendapatkan
mutu beton yang diperlukan.
Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam PBI NI-2 1971. Bila hasil percobaan dilaboratorium
dan slump test belum menunjukkan mutu yang sesuai dengan permintaan, maka
pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan. Hasil percobaan pendahuluan di
lapangan harus sesuai dengan hasil percobaan di laboratorium.
d. PERSIAPAN PENGECORAN
harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat
mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai
berikut :
- Bagian sisi balok : 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
- Pelat lantai / atap / tangga : 21 hari
Dengan persetujuan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi, cetakan
dapat dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian dari benda uji yang
mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari
kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Direksi /
Konsultan Manajemen Konstruksi, tidak mengurangi atau membebaskan
tanggung jawab Kontraktor terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan.
Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang
tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor wajib mengadakan perbaikan
atau pembentukan kembali.
Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-
bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman
yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian
pengecoran, adukan yang lekat dengan tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kesuali atas persetujuan Direksi / Konsultan
Manajemen Konstruksi dapat dilaksanakan pada malam hari dengan sistem
penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.
g. PEMADATAN BETON
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan
dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang
cukup padat tanpa perlu penggetaran yang berlebihan.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator”
dan dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan
secukupnya agar tidak mengakibatkan “over vibration” dan tidak diperkenankan
melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar
yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
4. Alat penggetar tidak boleh menyentuh tulangan-tulangan, terutama pada tulangan
yang telah masuk pada beton yan telah mulai mengeras.
tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari kekuatan
beton karakteristik tersebut.
d) Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal
dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan
keadaan sebenarnya
4.9.6 SUHU
a) Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu yang
di taruh berada diantara 27° dan 32° C.
b) Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Kontraktor harus
mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat
atau melakukan pengecoran pada malam hari.
2. PABRIKASI
a) Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor Pabrikasi.
Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang
bermutu baik dan tidak mudah lapuk, besi atau bahan lainnya yang disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Bekisting harus dirakit dengan menggunakan
paku kayu, baut atau lainnya dengan ukuran yang sesuai
B) PELAKSANAAN PEKERJAAN
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana dari
bekisting kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui, sebelum
pekerjaan dimulai. Gambar tersebut harus mencantuManajemen Konstruksian
secara jelas konstruksi dan bahan dari bekisting, sambungan-sambungannya,
kedudukannya dan sistim rangkanya. Semua biaya yang diperlukan sehubungan
dengan perencanaan bekisting ini harus sudah termasuk ke dalam biaya
konstruksi.
Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban konstruksi dan
getaran yang ditimbulkan oleh alat penggetar. Defleksi maksimum dari bekisting
antara tumpuan harus dibatasi sampai 1/400 bentang antar tumpuan. Bilamana
menggunakan konstruksi bekisting dari kayu, maka untuk kolom dan pekerjaan
beton lainnya harus dipakai papan dengan ketebalan minimum 2,5 cm, balok 5/7,
6/10 dan dolken 8/11.
Bekisting harus ditunjang dengan batang besi yang kokoh dan untuk
mencegah terjadinya defleksi maka bekisting dibuat anti lendutan keatas sebagai
berikut :
- Semua balok atau pelat lantainya 0,2 % lebar bentang pada tengahtengah
bentang.
- Semua balok Cantilever dan pelat lantainya 0,4 % dari bentang, dihitung dari
ujung bebas
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu, sehingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk
konstruksinya adalah sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang tertera
pada gambar.
Semua bekisting tersebut harus dirakit kedalam bentuk, ukuran garis-garis
dan dimensi yang tertera dan yang dibutuhkan, untuk memperoleh kedudukan,
ketinggian dan posisi yang tepat. Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak mudah dicabut bila tidak dipalu atau dicongkel. Bekisting harus
dibuat cukup rapat agar adukan tidak lolos pada saat pengecoran. Pada tempat
yang tertutup atau sukar dijangkau, pembukaan sementara harus disediakan untuk
membuang benda-benda yang tidak dinginkan.
Bilamana sebelum atau selama pekerjaan pengecoran, bekisting
menunjukkan tanda-tanda penurunan yang besar, yang menurut pendapat
Konsultan Manajemen Konstruksi akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir
tidak dapat mencapai kedudukan yang semestinya, maka Konsultan Manajemen
Konstruksi berhak untuk memerintahkan dibongkarnya pekerjaan beton yang
sudah dilaksanakan dan mewajibkan Kontraktor untuk memperkuat bekisting
tersebut sampai dianggap cukup kuat. Semua biaya yang timbul karenanya
menjadi tanggungjawab dari Kontraktor.
C) PEMBONGKARAN BEKISTING
Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul beras
struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.
Bekisting untuk bagian struktur dan pekerjaan lainnya yang memikul
beban struktur harus dibiarkan untuk sekurang-kurangnya sampai beton mencapai
kekuatan yang dipersyaratkan seperti yang disebutkan dibawah ini, atau seperti
yang diperintahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
BAGIAN LAMA PERSENTASE
STRUKTUR PEMBONGKARAN KEKUATAN RENCANA
Bagian tengah balok 28 hari 100
PEKERJAAN FINISHING
4.10.1 PEKERJAAN PLESTERAN
A. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland
- Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan
persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan
produksi dari satu merk.
- Kontraktor harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan dan “Manufacturer’s Test Certificate”
yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut diatas.
- Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur
dengan kotoran atau kena air / lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
- Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya..
2. Pasir Pasang
- Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu
dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung
lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
- Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti tabel
berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
3/8” 9,50 mm 100
No. 4 4,76 mm 90 – 100
No. 8 2,38 mm 80 – 100
No. 16 1,19 mm 50 – 85
No. 30 0,19 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 - 10
3. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak
atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
C. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Pekerjaan plesteran harus dapat dilaksanakan setelah semua nat pasangan bata
dikorek dan dibersihkan dengan sikat kawat. Seluruh permukaan pasangan bataco
harus dibasahi dengan air, sebelum adukan plesteran dapat diterapkan dan
ditebarkan.
- Pekerjaan plesteran harus dimulai dari sudut sebelah kiri atas dan harus
diteruskan ke sebelah kanan bawah. Selama pemasangan harus dijaga agar tidak
terjadi gelombang-gelombang dan hasilnya harus rata dan uniform.
- Permukaan plesteran yang telah selesai harus diusahakan tetap basah selama 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal tanggal selesainya plesteran.
- Adukan untuk pekerjaan plesteran ini harus sama dengan yang dipakai pada
pekerjaan pasangan batu bata.
- Plesteran hanya dapat dimulai setelah pasangan bata/bataco benar-benar kering.
- Sebelum pekerjaan plesteran dapat dimulai, Kontraktor harus membuat/
memasang “Kepala Plesteran”, pemasangan “Kepala plesteran” harus dirancang
begitu rupa, dengan menggunakan benang-benang pembantu dan alat lot sehingga
nantinya akan diperoleh hasil plesteran yang benar-benar rata dan tegak lurus.
Jarak “Kepala Plesteran” tidak boleh lebih dari 1 m, dan harus dibiarkan
mengering sebelum garis plesteran pembantu dapat dibuat.
- Garis Plesteran Pembantu harus dibuat tegak lurus dan ditarik dengan
mengguna-kan kayu telah diketam rata, sedemikian rupa sehingga diperoleh garis
plesteran yang rata dan tegak lurus (lot). Plesteran susungguhnya baru dapat
dimulai setelah “Garis Plesteran Pembantu” cukup kering.
2. Paku
Bilamana paku dibutuhkan untuk alat penyambung, maka paku yang
dipakai harus memnuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0194-84. Ukuran
paku yang dipakai harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam pasal 15
PKKI 1961.
3. Plat penyambung kayu, Mur dan Baut
Bilamana alat-alat penyambung logam/besi dibutuhkan, seperti plat
penyambung, mur dan sebagainya, bahan dari alat penyambung tersebut harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0876-83.
4. Cara Pelaksanaan
- Kayu yang tidak diketam harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan
dimensi yang disebutkan, kecuali variasi kecil yang diakibatkan oleh
penggergajian.
- Rancangan, penyambungan dan perakitan semua hubungan kayu harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga susut pada arah mana saja tidak akan
mengurangi kekuatan dan penampilan dari pekerjaan yang telah selesai, dan tidak
akan menyebabkan kerusakan pada bahan yang berdekatan.
- Dalam melaksanakan pekerjaan kayu kasar, Kontraktor harus membuat semua
lubang, lidah dan sebagainya yang dibutuhkan untuk tercapainya penyambungan
yang baik. Kontraktor juga harus menyediakan semua alat-alat penyambungan
yang mungkin dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan secara baik.
- Sebagai ketentuan umum, semua bagian konstruksi harus dibuat dalam satu
batang. Penyambungan pada arah longitudinal harus sejauh mungkin dihindarkan,
kecuali bilamana bagian konstruksi tersebut panjangnyatidak ada dipasaran, atau
direncanakan demikian, sebagaimana tertera dalam gambar. Dalam hal tersebut,
Kontraktor harus menyiapkan Gambar Pelaksanaan (Shop-Drawing) yang
menyebutkan jenis dari alat penyambungan yang dipakai, serta detail dari
sambungan yang diusulkannya, dan harus mendapat persetujuan Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi.
1. Aluminium
- Bahan : Dari bahan aluminium framing system buatan ex Alkasa, Super Ex
atau setara dengan tebal 1,3 mm.
- Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana dan Pengawas
untuk kusen jendela.
- Warna profil : Natural
- Lebar profil : 3 x 1,5 inch (pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan
dalam gambar)
- Pewarnaan : Natural
- Karet : Gasket Neoprene
2. Kayu Lapis
Plywood yang akan digunakan untuk pintu selain pintu KM/WC, harus
merupakan plywood yang baik yang ada di pasaran, seperti cap Gajah atau Cap
Anjing Laut atau setara.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Kosen, pintu dan jendela harus difabrikasi di bengkel, baik yang berada di
dalam site maupun yang berada diluar, yang memiliki perangkat peralatan
pemrosesan kayu maksimal yang lengkap. Bilamana Kontraktor tidak
memiliki perangkat peralatan tersebut, maka pekerjaan tersebut harus di
borongkan kepada bengkel kayu yang terkenal baik dan memiliki mesin-mesin
yang lengkap. Dalam keadaan seperti ini, maka sebelum pekerjaan kosen
dapat dimulai, Sub-Kontraktor wajib untuk disetujui secara tertulis.
- Semua kosen, pintu dan jendela harus difabrikasi sesuai dengan dimensi dan
detail yang ditunjukkan dalam gambar, dan dirakit dengan menggunakan
sambungan lidah dan lubang, kemudian dipasak dengan menggunakan pasak
kayu, sedemikian rupa sehingga diperoleh sambungan yang kuat, kaku dan
baik. Semua kosen harus benar-benar siku dan rata. Permukaan kayu yang
akan terlihat harus rata, halus dan bebas dari bekas-bekas mesin yang tampak,
serta siap untuk dicat.
- Sebelum dapat difabrikasi, contoh dari pintu dan jendela harus disiapkan dan
didatangkan ke lapangan, untuk disetujui oleh Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi. Selama fabrikasi, Kontraktor harus memberikan kesempatan
kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk melakukan tugas
pemeriksaan guna mengetahui perkembangan pekerjaan tersebut di bengkel.
- Pemasangan dari kosen, pintu dan jendela hanya boleh dilaksanakan, setelah
pekerjaan lantai dan langit-langit selesai dikerjakan. Kosen yang menempel ke
dinding atau kolom, harus difiser tidak boleh lebih dari 60 cm.
- Kosen, pintu dan jendela tidak boleh didatangkan ke lapangan sampai
perkembangan pekerjaan telah siap untuk menerimanya. Kosen, pintu dan
jendela yang disimpan, harus dilindungi dari cuaca, terutama dari panas
matahari dan hujan.
- Semua kunci harus dari type mortise lockset dengan kwalitas seperti merk
UNION.
- Grendel tanam yang akan dipasang pada pintu ganda harus merupakan grendel
tanam yang baik yang ada di pasaran.
- Grendel jendela yang dipakai harus dari kwalitas baik yang ada di pasaran.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
Semua kunci dan alat penggantung harus dipasang oleh tukang kayu yang
baik dan trampil. Sebelum kunci dan alat penggantung dapat didatangkan ke
tempat pekerjaan, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan kepada
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui secara tertulis
disertakan semua contoh, katalog dan brosur dari kunci dan alat penggantung
yang akan dipakai, untuk memungkinkan Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi melakukan pengecekan silang atas keasliannya. Pemasangan harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terhindar dari cacat atau kerusakan, baik
terhadap kunci dan alat penggantung itu sendiri, maupun terhadap pintu, kosen
atau jendela dimana kunci dan alat penggantung itu akan dipasang.
PEKERJAAN KACA
A. Persyaratan Bahan
Kaca yang dikirim dan dipasang oleh Kontraktor harus merupakan kaca
bening dari jenis “sheet glass” yang memenuhi syarat dalam SII.0189-73, dengan
ketebalan 5 mm yang mempunyai permukaan rata dan tidak bergelombang, seperti
yang diproduksi oleh “ASAHIMAS”.
Kaca harus dikirim di dalam peti aslinya, yang masih dilengkapi dengan
nama pabriknya, type kaca, kualitas dan ukuran ketebalannya. Pemotongan hanya
boleh dilaksanakan di tempat pekerjaan. Semua kaca harus disimpan di tempat
yang bersih dan tidak lembab, dengan temperatur di atas titik embun. Bilamana
kaca tidak mungkin disimpan di dalam ruangan, maka ia harus dilindungi dengan
terpal atau penutup plastik dan harus diperiksa secara berkala untuk
menghindarkannya dari akumulasi uap air
yang dapat merusak kaca.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Contoh kaca yang akan dipakai harus diajukan kepada Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk disetujui, dan harus dilengkapi dengan semua
keterangan yang perlu, untuk meyakinkan bahwa bahan yang diajukannya
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam RKS ini.
- Sebelum memulai pekerjaan memasang kaca, Kontraktor harus memeriksa
semua sponingan dimana kaca akan dipasang, untuk meyakinkan kelurusannya,
kesikuannya dan kerataannya.
- Semua ukuran kaca harus diambil dari ukuran yang terdapat dilapangan, dimana
kaca akan dipasang. Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan waktu yang
dipasang.
- Ukuran kaca harus sedemikian rupa sehingga terdapat celah yang cukup untuk
memungkinkan kaca bergerak tanpa restriksi dari sponingan yang ada.
- Cermin harus dipasang dengan menggunakan bracket yang disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Cermin yang telah terpasang harus benar-
benar waterpass dan serasi dengan keramik dinding yang telah terpasang.
- Semua kaca yang pecah yang diakibatkan oleh pemasangan atau pekerjaan,
harus diganti oleh Kontraktor tanpa ada biaya tambahan dari Pemberi tugas.
- Kaca yang dipasang tidak benar atau kaca yang tidak memenuhi persyaratan ini
tidak akan diterima. Kaca tersebut harus diganti sampai diterima oleh
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi, tanpa ada biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.
PEKERJAAN KERAMIK
A. Persyaratan Bahan
- Ubin keramik lantai yang dipakai harus merupakan ubin keramik lokal yang
terbaik ukuran 20 x 20 dan 30 x 30. Untuk dinding kamar mandi 20 x 25. Keramik
harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0583-81, seperti yang
diproduksi oleh Roman, Masterina, Mulia atau setara.
- Sebelum ubin keramik dapat dikirim ke tempat pekerjaan, Kontraktor harus
mempersiapkan dan mengajukan contoh ubin yang akan dipakai, secara tertulis
PEKERJAAN PENGECATAN
A. Persyaratan Bahan
1. Plamur Tembok
Plamur tembok harus merupakan plamur acrylis emulsion yan berkualitas baik.
2. Cat Tembok
Cat tembok yang dipakai untuk pengecatan tembok dan langit-langit harus
merupakan cat emulsi yang baik, kelas II seperti merk Catylac, Vinilex, Metrolite,
Dana Paint atau setara. Untuk cat exterior harus menggunakan cat kelas I kualitas
setara Dulux ICI, Jotun, Mowilex atau setara.
3. Cat Enamel
Cat enamel yang dipakai untuk pengecatan pintu, railing tangga dan besi-besi
pada tempat parkir harus merupakan cat enamel yang baik yang setaraf dengan
yang diproduksi oleh “Glotex, Catylac” atau yang setara.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Semua dinding dan plafond yang akan dicat dengan cat emulsi harus
dibersihkan terlebih dahulu, dan sebelum dicat permukaan dinding dan plafond
harus diplamur dengan plamur yang telah disebutkan diatas sampai permukaannya
menjadi rata, kemudian diamplas. Pengecatan dengan cat emulsi harus
dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam 3 lapisan, sampai diperoleh warna cat
yang merata.
- Cat enamel harus dilaksanakan dengan cara penyemprotan atau pelaburan.
Sebelum pengecatan dilaksanakan, seluruh permukaan besi atau kayu harus
dimeni terlebih dahulu denagn meni besi (untuk bahan besi) atau meni kayu
(untuk bahan kayu), kemudian diamplas sampai rata.
GRC atau Calciboard harus lurus dan tidak boleh lebih dari 3 mm dengan jarak
yang sama.
BAB V
TINJAUAN KHUSUS PROYEK
OWNER
KONSULTAN KONSULTAN
PELAKSANA
PERENCANA
KONTRAKTOR
b. Gambar-gambar perencanaan.
c. Berita acara penjelasan ( BAP ) berikut semua tambahan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Kota Cirebon dalam hal ini Bagian Bina Pembangunan
Pemerintah Kota Cirebon selaku Bowheer.
d. Surat keputusan pemberian pekerjaan ( Gunning ).
e. Surat perintah kerja ( SPK ).
f. Surat perjanjian pemborongan / surat perjanjian pekerjaan ( SPP ).
g. Surat kesanggupan dari kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan pada
RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA)
h. Surat jaminan pelaksanaan.
i. Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Penjelasan kelengkapan dokumen kontrak kerja adalah, sebagai berikut :
a. Pekerjaan Proyek RUSUNAWA yang akan dilaksanakan.
b. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dan mengikuti bestek, gambar
perencanaan, rencana kerja dan syarat-syarat, dan berita acara penjelasan
pekerjaan.
c. Jika dijumpai adanya perbedaan gambar dengan RKS, maka yang berlaku
adalah ketentuan-ketentuan yang ada dalam RKS tersebut.
d. Jika ada perbedaan gambar dan ukurannya, maka harus diikuti gambar dalam
skala yang lebih besar.
e. Apabila didalam pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan adanya suatu
perubahan, maka perlu dibuatkan gambar revisi terlebih dahulu oleh kontraktor,
kemudian dimintakan persetujuan secara tertulis dari konsultan sebelum pekerjaan
tersebut dilanjutkan / dilaksanakan.
Isi dari surat perjanjian pada Proyek RUSUNAWA adalah :
Segera setelah dikeluarkan surat perintah kerja ( SPK ) harus dibuat surat
perjanjian atau kontrak pelaksanaan pekerjaan.
Isi dan bunyi kontrak pada dasarnya sesuai dengan model yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah Republik Indonesia.
Jumlah buku kontrak yang harus dibuat pada Proyek RUSUNAWA adalah 15
set, adapun mengenai bea materai dan biaya-biaya lain yang berkenaan dengan
pembuatan kontrak menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari pihak kontraktor.
Pada proyek yang menggunakan sistem penunjukan langsung, surat perintah
kerja dilakukan setelah dibuat berita acara dan surat perjanjian kontrak. Pemilik
proyek secara resmi menyerahkan pelaksanaan pekerjaan pemborongan dan surat
perintah kerja. Kontraktor dalam hal ini harus menyerahkan jaminan kontrak yang
berupa garansi sebesar 20 % dari harga borongan, pengambilan uang muka
tersebut akan diperhitungkan berangsur-angsur secara merata. Tahap angsuran
pembayaran harus telah lunas pada saat pekerjaan telah selesai 100 %.
Pemilik proyek harus mengeluarkan surat perintah kerja paling lambat 10
hari setelah disepakatinya / ditandatanganinya akta atau surat perjanjian kontrak,
kemudian kontraktor memulai melaksanakan pekerjaannya setelah pemilik proyek
mengeluarkan surat penyerahan lapangan ( SPL ).
Meskipun jenis proyek tersebut menggunakan sistem penunjukkan secara
langsung dengan metode pengawasan secara in-house, akan tetapi hal-hal yang
berubungan dengan rencana kerja dan syarat-syarat serta nilai kontrak telah
dibakukan kedalam dokumen kontrak proyek. Nilai kontrak yang disepakati
dibakukan secara jelas dan terperinci, akan tetapi untuk membatasi alokasi dana
yang dikeluarkan, maka pihak Pemerintah Kota Bandung memberikan nilai limit
cost ( batas biaya ) sebesar Rp 7.840.000.000.00
Sistem pembayaran yang digunakan pada Proyek RUSUNAWA memakai
sistem unit price. Pada sistem tersebut pemilik proyek telah menentukan volume
pekerjaan, sedangkan kontraktor menentukan harga satuan dari volume / item
pekerjaan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemilik proyek. Adapun volume
pekerjaan bersifat mengikat yang berarti, apabila terjadi suatu perubahan
( addendum ) baik itu perubahan pekerjaan ( pekerjaan tambahan dan
pengurangan jenis pekerjaan ), perubahan waktu dan biaya semula yang telah
direncanakan / ditetapkan sebelumnya adalah sepenuhnya merupakan tanggung
jawab Pemerintah Kota Bandung sebagai pihak pemberi tugas.
Setelah kontrak ditandatangani, kontraktor kemudian menyerahkan
jaminan sebesar pelaksanaan sebesar 20 % dari jaminan keseluruhan nilai kontrak
dan dapat mengajukan uang muka sebesar yang dimohon / diajukan. Pembayaran
pekerjaan dilakukan pada setiap akhir bulan sesuai dengan prestasi pekerjaan yang
telah diselesaikan dan dituangkan dalam berita acara prestasi pekerjaan
kontraktor.
Apabila pekerjaan telah selesai 100 % maka kepada kontraktor diberikan
pembayaran sebesar 95 % dari nilai kontrak dikurangi pembayaran-pembayaran
yang dilakukan sampai jumlah nilai denda. Pada pembayaran ini diterbitkan berita
acara penyerahan pekerjaan pertama, dan pembayaran pekerjaan sebesar 5 %
( sebagai uang retensi ) dari nilai kontrak, dilakukan setelah masa pemeliharaan
berakhir dan pekerjaan telah diterima oleh pemilik proyek yang dinyatakan dalam
berita acara penyerahan pekerjaan kedua. Apabila surat keterangan masa
pemeliharaan selesai, maka seluruh sisa pembayaran diberikan kepada kontraktor.
5.3 Tugas dan Wewenang Dari Setiap Bagian Struktur Organisasi Proyek
Project Manager
Tugas dan wewenangnya:
- Membawahi semua personil proyek
- Mengendalikan pekerjaan sesuai schedule yang telah dilaksanakan
- Menentukan anggaran biaya
- Menentukan pembelian material
- Melaporkan prestasi proyek untuk penagihan
- Keadaan lapangan
- Keadaan keuangan bouwheer
- Penyediaan bahan bangunan dan fasilitas peralatan
- Ketergangtungan masing-masing pekerjaan
- Batas waktu yang telah ditentukan
- Kemungkinan perubahan kehendak bouwheer
Perkembangan pelaksanaan proyek akan disesuaikan dengan bar-chart, jika
terjadi keterlambatan maka dapat diketahui dan dicari jalan keluarnya. Meskipun
dalam proyek tidak dikenal sistem denda dalam keterlambatan tetapi pelaksanaan
tetap menjaga agar tidak terjadi keterlambatan yang berlarut-larut, sebab hal ini
akan sangat merugikan pelaksanaan dan memperkecil kemungkinan untuk
memperoleh proyek lain.
terjadi apabila ada suatu perubahan. Walaupun demikian diagram ini tetap
merupakan suatu alat kontrol penjadwalan proyek yang baik.
Kurva “S” berbentuk huruf S karena umumnya besar pembelanjaan proyek
persatuan waktu cenderung rendah, kemudian mencapai puncaknya pada
pertengahan proyek, dan menurun lagi pada akhir proyek.
c. Hubungan Kerja
Dalam suatu penyelenggaraan dan pelaksanaan proyek terdapat pihak-pihak
yang terlibat dalam proyek seperti yang telah dijelaskan diatas, dan diantara
pihak-pihak tersebut terdapat hubungan kerja untuk merealisasikan pelaksanaan
pekerjaan proyek.
Untuk mendapatkan hasil proyek yang sesuai dengan keinginan pemilik
proyek ( owner ) serta agar memenuhi target kualitas pekerjaan, waktu dan biaya,
maka sangat diperlukan adanya suatu hubungan kerja sama yang baik sesuai
dengan yang tercantum dalam surat perjanjian bersama serta dokumen kontrak
yang telah ditetapkan.
Hubungan kerja sama diantara pihak-pihak tersebut dituangkan dalam surat
perjanjian atau dokumen kontrak, sehingga apabila pada suatu saat terjadi
perselisihan atau permasalahan akan dapat diselesaikan berdasarkan surat
perjanjian tersebut.
Hubungan kerja pada Proyek RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA
(RUSUNAWA) ITB akan dipaparkan pada uraian di bawah ini, hubungan kerja
tersebut yaitu hubungan kerja antara pemilik proyek dengan kontraktor, hubungan
kerja antara kontraktor utama dengan sub kontraktor, dan hubungan kerja antara
kontraktor dengan tenaga kerja / buruh.
Pemilik proyek (Departemen PU Dirjen Cipta Karya) memiliki gagasan untuk
membangun sebuah gedung dan mempercayakan tugas perencanaan kepada
konsultan perencanaan dengan cara ditunjuk langsung, selanjutnya konsultan
perencana mengajukan alternatif desain ( pilihan perencanaan ) kepada pihak
owner untuk dipertimbangkan apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan
apabila telah cocok dan sesuai dengan keinginan owner, maka pihak pemilik
selanjutnya memerintahkan kepada konsultan perencana untuk segera membuat
shop drawing ( gambar kerja ) dan technical specification ( spesifikasi teknik )
dilaksanakannya selama jangka waktu satu bulan, setelah itu owner akan
mengadakan evaluasi mengenai pekerjaan-pekerjaan tersebut apakah telah sesuai
maka proses pembayaran dapat dilaksanakan, demikian seterusnya proses
pembayaran jangka waktu satu bulan oleh pihak owner kepada kontraktor sampai
dengan selesai. Dan untuk pembayaran terakhir owner akan menahan pembayaran
sebesar 5 % sebagai uang retensi, yang kemudian uang tersebut akan dibaayarkan
setelah selsai masa pemeliharaan ( Fhase Mainantance ), akan tetapi pada Proyek
RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) ITB telah terjadi suatu
kesepakatan antara pihak owner dengan pihak kontraktor bahwa untuk pengajuan
klaim pembayaran kepada kontraktor atas pekerjaan yang telah diselesaikan
apabila proyek tersebut telah mencapai 100 % ( akhir masa proyek dan serah
terima akhir ) sebesar 95 % dari total biaya ( nilai kontrak ).
Kontraktor utama menunjuk sub kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan
yang memiliki volume lebih kecil, sub kontraktor tersebut dikoordinasikan oleh
kontraktor utama dengan mendapat persetujuan dari pemilik proyek, sehingga
pemilik proyek ( owner ) dapat menilai sub kontraktor mana saja yang layak
untuk melaksanakan / mendapatkan pekerjaan yang akan dilaksanakan
selanjutnya.
Subkontraktor yang ada dalam Proyek RUMAH SUSUN SEDERHANA
SEWA (RUSUNAWA) ITB antara lain untuk pekerjaan pondasi tiang pancang,
pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pekerjaan pengecatan dan pekerjaan interior.
Pekerja / buruh proyek konstruksi harus memiliki spesifikasi keahlian masing-
masing menurut jenis pekerjaan yang dilaksanakan, spesifikasi dari para pekerja
tersebut misalnya tukang besi, cor, tukang bobok, tukang batu dan tukang kayu.
Secara tidak langsung para pekerja tersebut juga ikut berperan dalam
menentukan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan. Oleh karena itu hubungan
kerja yang baik dan sesuai di antara personil ( antara atasan dan bawahan ) harus
terjalin secara hangat dan kekeluargaan, hal tersebut sangat penting untuk
diterapkan dengan tujuan agar dapat mengurangi dan menghidari kejenuhan
bekerja, karena etos kerja dan dedikasi dari para pekerja akan memengaruhi
kelancaran dan kualitas pekerjaan.
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan berisikan tentang laporan umum yaitu kemajuan pekerjaan dan
laporan grafik kemajuan pekerjaan, (grafik prestasi) penggunaan tenaga kerja,
pemasukan bahan, pengendalian waktu pelaksanaan dan pengamatan cuaca setiap
hari dalam seminggu.
c. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat pada akhir bulan dan merupakan evaluasi dari laporan
mingguan yang berisi garis besar perkembangan pelaksanaan pekerjaan selama
satu bulan. Isinya antara lain: laporan umum, laporan visual (foto-foto pekerjaan
yang terlaksana pada pekerjaan tersebut) laporan kemajuan pekerjaan, laporan
time schedule, laporan rapat lapangan, laporan pengendalian keuangan, laporan
penggunaan jumlah tenaga kerja, laporan pemasukan bahan bangunan, laporan
pengamatan waktu dan cuaca.
A. Titik A
Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 6 %. Dimana
dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 92 %, sedangkan realisasi
yang telah dicapai baru 98 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan adalah pekerjaan pompa hydrant, sedangkan kegiatan yang sangat kecil
persentasinya adalah pekerjaan pasangan dan plesteran. Hal ini disebabkan oleh
lokasi pembangunan Rusunawa ITB yang berada di area lahan berkontur. Ketika
pengerjaan pemboran untuk area sumur pompa, terjadi longsor. Hal ini disebabka
oleh lahan yang berkontur dan terjdi hujan, sehingga area untuk sekitar bangunan
dibuat beronjong atau turap.
B. Titik B
Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 7 %. Dimana
dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 95 %, sedangkan realisasi
yang telah dicapai baru 88 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan adalah pekerjaan panel, sedangkan kegitan yang sangat kecil
persentasinya adalah pekerjaan kabel. Keterlambatan pekerjaan ini disebabkan
karena pada titik ini, pekerjaan difokuskan pada pekerjaan cut and fill disekitar
lokasi. Pekerjaan cut and fill untuk lokasi yang berada disekitar bangunan
dilakukan terlebih dahulu, untuk mencegah longsor akibat hujan yang turun
dengan sangat lebat. Pengerjaan cut and fill ini juga dimanfaatkan untuk dijadikan
taman dengan kontur yang menarik, menyerupai bukit pegunungan.
C. Titik C
Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 6 %. Dimana
dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 98 %, sedangkan realisasi
yang telah dicapai baru 92 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan adalah pekerjaan kabel, sedangkan kegiatan yang sangat kecil
persentasinya adalah pekerjaan plafon. Hal ini disebabkan oleh penyelesaian area
pembuangan sampah di bagian depan pembangunan Rusunawa ITB. Karean area
disekitar pembangunan Rusunawa ITB ini mendapat bau yang tidak enak dari area
pembuangan sampah ini. Karenanya, pada saat ada kunjungan pengawas dari
pihak ITB menginginkan pengerjaan pembersihan sampah terlebih dahulu untuk
menghindari pembusukan yang semakin bau dari tumpukan – tumpukan sampah.
D. Titik D
Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 7 %. Dimana
dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 100 %, sedangkan realisasi
yang telah dicapai baru 73 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan adalah pekerjaan luar bangunan sedangkan kegitan yang sangat kecil
persentasinya adalah pekerjaan persiapan. Hal ini disebabkan oleh adanya para
pekerja harian yang menginginkan pembayarannya diberikan selama tiga hari
yang belum dibayar. Karenanya, para buruh harian ini melakukan mogok kerja
sebelum pembayarannya selesai. Akhirnya, karena para pekerja mogok kerja,
proses pelaksanaan pekerjaan yang telah ditentukan dalam time schedule
mengalami keterlambatan.
KESIMPULAN