Anda di halaman 1dari 83

Laporan Kerja Praktek I

Pembangunan Rusunawa ITB

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam zaman teknologi yang canggih ini, pemerintah memiliki usaha untuk
meningkatkan potensi sumberdaya manusia di Indonesia, salah satunya bidang
yang tidak kalah pentingnya yang sedang disorot pemerintah saat ini terutama
dalam bidang pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan dan mencerdaskan
bangsa Indonesia.

Dengan demikian Jurusan Arsitektur Universitas Komputer Indonesia


Bandung. Bertujuan mencetak tenaga kerja ahli dari strata satu (S1) yang siap
pakai dan dapat diandalkan baik dilapangan maupun dalam proses perencanaan
maupun desainnya.
Dalam mengupayakan, kita sebagai tenaga ahli yang siap pakai maka Karja
Praktik merupakan salah satu jalan keluar bagi mahasiswa untuk lebih
meningkatkan mutu pendidikan yang merupakan bekal atau pegangan kita nanti
sampai terjun dalam sosial masyarakat berdedikasi tinggi dalam rangka
keikutsertaan melaksanakan pembangunan nasional yang berkesinambungan.
Maka dengan adanya program kerja praktik diatas, dilaksanakan pada proyek
pembangunan Rumah Susun Mahasiswa (RUSUNAWA) Institut Teknologi
Bandung. Pembangunan RUSUNAWA ini dilaksanakan di daerah Cisitu Lama,
tepatnya pada jalan Sangkuriang. Gedung RUSUNAWA ini terdiri dari dua massa
bangunan yang typical. Massa bangunan memiliki bentuk dasar kotak memanjang
(balok) dengan tiap massa bangunan terdiri dari lima lantai. Rentang waktu
pengamatan dimulai dari tanggal 14 Juni 2007 samapi dengan tanggal 31 Juli
2007.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Kerja praktik merupakan salah satu syarat pendidikan yang ada di Jurusan
Arsitektur Univesitas Komputer Indonesia yang harus ditempuh oleh setiap

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 1


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akademis. Sekaligus sebagai syarat


untuk mengikuti Tugas Akhir .

 Maksud

Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami sistem pelaksanaan


suatu pekerjaan dilapangan sebagai bagian dari projek khususnya pekerjaan
interiornya.

 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menimba pengalaman dan sebagai penerapan
teori yang diperoleh dibangku kuliah sebagai perbandingan dengan keadaan
dilapangan.

1.3 LINGKUP PEMBAHASAN


Lingkup Pembahasan dalam Laporan Kerja Praktik I ini meliputi :
1. Pelaksanaan Proyek meliputi tugas dan wewenang pekerjaan, Struktur
organisasi proyek, syarat dan administrasi proyek, Penjadwalan dan
Mekanisme Laporan Kegiatan proyek.
2. Tinjauan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA)
3. Tinjauan alat dan bahan dan pelaksanaan konstruksi

1.4 METODE PENULISAN


1. studi literature yang berhubungan dengan penulisan laporan
2. mempelajari data – data yang terdapat dalam dokumen kontrak
3. melakukan wawancara dengan pihak tim desain dan kontraktor
4. berdiskusi mengenai pembangunan RUSUNAWA Gedung Asrama
ITB dengan tim desain, konsultan pengawas dan konsultan
pelaksanaan.

1.5 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Susunan garis besar sistematika pembahasan adalah sebagai berikut :

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 2


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

BAB I. Pendahuluan
Dalam bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang, maksud dan tujuan
kerja praktek yang merupakan salah satu persyaratan akademis guna memberikan
wawasan yang lebih luas mengenai pelaksanaan pembangunan pada sebuah
projek, selanjutnya mengenai lingkup studi yaitu permasalahan yang dibahas.
BAB II. Tinjauan Umum Projek RUSUNAWA
Dalam bab ini membahas tentang jabatan dan fungsi dalam sebuah projek.
Hubungan kerja pelaku projek, Struktur organisasi , dan ruang lingkup proyek
yang berisi sarana dan fasilitas umum serta data-data proyek yang ada pada
proyek tersebut.

BAB III. Tinjauan Khusus Projek RUSUNAWA


Membahas latar belakang, maksud dan tujuan dari pembangunan projek
RUSUNAWA. Sejarah tentang adanya RUSUNAWA, fungsi RUSUNAWA

BAB IV. Tinjauan Alat Dan Bahan


Dalam bab ini dibahas tentang alat – alat dan bahan apa saja yang digunakan
pada projek Gedung RUSUNAWA. Serta menjelaskan pengertian, fungsi – fungsi
alat dan bahan tersebut. Membahas Mobilisasi Alat, Bahan dan Tenaga Kerja
BAB V. Pelaksanaan konstruksi
Menjelaskan tentang pekerjaan – pekerjaan dan ruang lingkupnya, yang
dilakukan pada projek RUSUNAWA
BAB VI. Penutup
Saran – saran kepada pihak akdemik dan mahasiswa ( praktikan)
Lampiran – Lampiran
Berisikan data-data ataupun dokumen proyek yang dilampirkan guna
menunjang mutu laporan kerja praktek.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 3


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 SEJARAH RUSUNAWA


2.1.1 Latar Belakang
Tahun 2005 mendatang, Pemerintah mencanangkan pembangunan
rumah susun sewa (rusunawa) khusus bagi mahasiswa. Hal itu diungkapkan oleh
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (Menkimpraswil) Soenarno.
Menurutnya, untuk kota besar seperti Jakarta, pembangunan perumahan atau
rumah tinggal (landed house) akan semakin ditinggalkan.
“Rusunawa untuk mahasiswa di kota-kota besar akan lebih menarik dibandingkan
dengan rumah. Mereka harus dibiasakan dengan rumah susun, sehingga mereka
tidak lagi berpikir bahwa kalau punya rumah harus punya tanah,” katanya.
Soenarno menyebutkan, jika tahun 2004 ini pemerintah menargetkan
pembangunan rusunawa sebanyak 20 unit twin block maka tahun depan jumlah
tersebut akan diperbanyak.Untuk itu katanya, pihak Depkimpraswil telah
mengajukan anggaran senilai Rp 2,8 triliun, termasuk di dalamnya dana untuk
pembangunan 10.000 unit rumah susun.
Dukungan untuk pembangunan rumah susun juga diutarakan oleh Alwi
Bagir Mulachela, Ketua DPD REI (Dewan Pengurus Daerah Real Estat Indonesia)
DKI Jakarta. Ditegaskannya, Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk tahun 2005
harus berani mengeluarkan kebijakan pembangunan properti dengan proporsi 50
persen untuk rumah tinggal (landed house) dan 50 persen sisanya bagi rumah
susun. Saat ini komposisi tersebut masih 70 persen rumah tinggal dan 30 persen
untuk rumah susun.

2.1.2 Perkembangan Permukiman di Kota Bandung


Kota Bandung merupakan salah satu pusat perkembangan pendidikan di
jawa dengan fasilitas yang lengkap, sehingga setiap tahunnya terjadi penambahan
penduduk yang sangat pesat. Oleh sebab itu, kepadatan penduduk terjadi, lahan
menjadi sempit dan mahal. maka untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal
mahasiswa/i dibuat asrama yang telah disediakan pada universitas yang

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 4


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

bersangkutan dengan fasilitas yang lengkap seperti kesediaan air minum, listrik,
dan jaringan telepon.

2.2 Tinjauan RUSUNAWA


2.2.1 Pengertian RUSUNAWA

Rumah Susun Sederhana Sewa merupakan tempat tinggal atau hunian bagi
mahasiswa ditempati secara bersama – sama yang telah disediakan oleh
universitasnya, dengan fasilitas yang lengkap, layak huni, sehat, dekat dengan
kampus, dan berada di lingkungan yang aman dan nyaman sehingga dapat
terhindar dari pengaruh negatif di ligkungan sekitar. Rusunawa tempat tinggal
mahasiswa harus dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia (mahasiswa) dalam
arti yang sangat luas, sebagai manusia yang sedang menuntut ilmu dan sebagai
manusia sosial yang sedang dalam proses pendewasaan.

2.2.2 Fungsi RUSUNAWA


1. Membuka peluang bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk
mendapatkan perumahan layak yang relatif dekat dengan tempat kerjanya, di
dalam lingkungan aman
2. Menyediakan fasilitas akomodasi dan pendidikan yang berhubungan (dekat)
akan menunjang proses belajar mengajar.
3. Sebagai sarana penyesuaian individu dalam proses belajar di perguruan tinggi.
4. Menyediakan sarana untuk berlatih agar bisa berbaur dengan sesama.
Merangsang pembentukkan perilaku yang baik pada mahasiswa dan nyaman.

2.2.3 Bentuk RUSUNAWA


(Sumber dari Dominate College and Facilities, Time
Saver Standard For Building Types Studies, Basic Plan, 1975)
1. Double Loaded Corridor
Rangkaian ruangan yang terletak di kedua sisi
bangunan, dengan koridor di tengah, biasanya
memiliki sistem kamar mandi terpusat di salah
satu sisinya.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 5


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

2. Gallery Plan
Variasi dari double loaded corridor dengan
ruangan di salah satu sisi bangunan saja dengan
koridor yang bersifat tertutup ataupun tidak.

3. Extended Core Plan


Rangkaian ruangan yang terletak di ke
empat sisi strukturnya. Ditengahnya terdapat pusat
dari ruangan servis seperti kamar mandi terpusat,
janitor, lift, dll. Koridornya biasanya mengelilingi
core di keempat sisinya.

4. Vertical House
Rangkaian jumlah ruangan 4,6, atau 8 suites. Tangga
biasanya berjumlah 2 di masing-masing konfigurasi
ruang-ruangnya. Menimbulkan perasaan seperti
“rumah”.

5. Point Tower-plan
Biasanya merupakan bangunan high rise, dengan
sirkulasi vertical dengan tangga maupun lift di sebuah
core khusus dan berdampingan dengan ruang servis.
Konfigurasi kamar-kamar diletakkan di sisi-sisi
bangunan. Kamar mandi digunakan untuk 4, 6, atau 8 orang.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 6


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

BAB III
TINJAUAN ALAT DAN BAHAN

3.1 Mobilisasi Alat, Bahan dan Tenaga Kerja


3.1.1 Peralatan Yang Digunakan
Dalam pelaksanaan pembangunan suatu projek tidak terlepas dari
penggunaan alat – alat yang terdiri dari alat – alat berat dan alat – alat ringan,
hal ini dilakukan karena keterbatasan tenaga kerja manusia. Dengan penggunakan
alat – alat ini pekerjaan pembangunan suatu projek akan berjalan lebih cepat dan
mudah. Penggunaan alat – alat dalam setiap projek tidak selalu sama tetapi
disesuaikan dengan kebutuhan, ketersediaan alat , dan pertimbangan biaya. Alat –
alat yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini sebagian adalah
milik dari kontraktor. Dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek mobilisasi
alat – alat dan bahan sangat penting, karena pekerjaan –pekerjaan yang
dilaksanakan dalam suatu proyek saling berkaitan antara satu dengan yang lain,
sehingga bila suatu bahan atau alat terhambat maka pekerjaan yang lain pun akan
terhambat, proyek pun akan terganggu. Hal ini tentu akan mempengaruhi
pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
Pelaksanaan mobilisasi alat pada proyek pembangunan RUSUNAWA ini
dilakukan secara bertahap demikian pula bahan dan materialnya. Mobilisasi yang
digunakan pada pembangunan RUSUNAWA ini dilakukan sendiri dengan
menggunakan alat – alat milik kontraktor dan alat sewaan.
Dalam pekerjaan pondasi, pengecoran beton dan urugan ada beberapa alat
yang digunakan, di antaranya :
1. Bar Cutter
Alat ini digunakan untuk memotong baja tulangan.
2. Bar Bender
Alat ini digunakan untuk pekerjaan meluruskan dan membengkokkan besi
tulangan.
3. Vibrator Engine

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 7


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Alat ini digunakan untuk menggetarkan campuran beton pada saat


pengecoran, hal ini dilakukan supaya beton yang dihasilkan dapat mengisi secara
rata terhadap tempat yang dicor sehingga hasil beton tidak terdapat rongga –
rongga atau keropos. Jika penggunaan alat ini tidak sesuai dengan prosedur maka
akan menyebabkan terjadinya bleeding atau segregasi ( pemisahan butiran dengan
pasta semen ).
4. Theodolite Topcon
Alat ini digunakan untuk mengukur ketinggian kolom, kelurusan kolom dan as
kolom, elevasi tanah timbunan, jarak agar sesuai dengan yang direncanakan.
5. Waterpass Topcon
Alat ini digunakan untuk mengukur kerataan dinding dan pasangan bata.
6. Pompa Submersible
Alat ini digunakan untuk mengambil air dari jarak yang cukup jauh atau dari
kedalaman yang cukup dalam.
8. Stamper Mikasa
digunakan untuk memadatkan permukaan tanah dan perkerasan
9. Trafo Las Listrik
Alat untuk pembangkit tenaga listrik pada pelaksanaan pengelasan.
10. Bor Listrik 19 mm
Alat ini digunakan untuk mengebor kayu untuk pengerjaan kayu untuk kusen dan
pengeboran pelat baja.
11. Concrete Mixer 350 Liter
Alat ini digunakan untuk pencampuran bahan adukan untuk pasangan batu
ataupun untuk pencampuran adukan beton yang digunakan untuk pengecoran.
12. Truck Mixer
Yaitu kendaraan yang mengangkut ready mix pada waktu dilaksanakan
pengecoran.

3.1.2 Bahan
a. Bahan
1. Semen Portland merk Tiga Roda
2. Multipleks tebal 9 mm

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 8


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

3. Batu kali, agrerat kasar, agrerat halus, pasir, kerikil


4. Baja ulir, mutu U – 39 diameter lebih besar 12 mm
5. Baja polos, mutu U – 24 diameter ≤ 12 mm
6. Kayu Borneo super
7. Batu bata beton
8. Granit
9. Alumunium
10. Pipa Blacksteel
11. Gypsum board
12. Waterproofing membrane
13. GRC
14. Keramik

3.1.3 Tenaga Kerja


Menyediakan tenaga kerja mulai dari Koordinator Proyek sampai ke pengadaan
tenaga kerja kasar.
Tenaga kerja pada proyek pembangunan ini dibagi dalam 3 ( tiga ) tahap, yaitu
:
1. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan pondasi.
2. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan plat, balok, kolom, atap.
3. Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan finishing.

3.2 Spesifikasi Bahan


Untuk pekerjaan konstruksi bahan – bahan yang digunakan harus sesuai
dengan spesifikasi, hal ini sangat berpengaruh terhadap mutu atau kualitas
konstruksi yang dibuat. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan konstruksi bahan –
bahan yang akan digunakan terlebih dahulu melalui beberapa pengujian untuk
menentukan bahan – bahan mana yang memenuhi persyaratan.

3.2.1 Agrerat

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 9


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Agrerat kasar dan agrerat halus harus bersih, bebas dari gumpalan tanah
liat, Lumpur, minyak dan bahan organis yang merugikan. Jumlah persentase dari
segala macam substansi yang merugikan beratnya tidak boleh dari 4 %.
a. Agrerat Halus
1. Agrerat halus untuk beton harus terdiri dari pasir alam, sebagai hasil
dari desintegrasi alami dari batu – batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat – alat pemecah batu.
2. Agrerat halus atau pasir berupa pasir alam bukan pasir laut dan bila
terpaksa dikehendaki harus dicampur dengan proporsi yang tepat dari pasir
buatan dan pasir alam.
3. Agrerat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai
dengan 32 jika diselidiki dengan saringan standar berbentuk tajam dan
keras.
4. Gradasi dari agrerat halus harus menghasilkan mutu beton yang
dikehendaki.
5. Agrerat halus disimpan di tempat yang bersih dan keras permukaannya
dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan material atau bahan
lain.
4.1 Tabel Saringan Agrerat halus
Saringan Ukuran % lewat Saringan

3/8” 9,5 mm 100


No. 4 4,75 mm 90 – 100
No.8 2,38 mm 85 – 95
No.16 1,19 mm 50 – 85
No.30 0,595 mm 25 – 65
No.50 0,297 mm 10 – 30
No.100 0,149 mm 5 – 10
No.200 0,074 mm 0–5

b. Agrerat Kasar
1. Agrerat kasar harus berupa koral atau batu pecah yang mempunyai susunan
gradasi yang baik, keras, tidak porous, tajam dan bentuknya relative kubus. Kadar
Lumpur dan pasir tidak boleh lebih dari 5 % terhadap berat kering.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 10


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

2. Agrerat kasar mempunyai ukuran butir 5 mm sampai dengan 25 mm, ukuran


yang lebih besar harus mendapat persetujuan dari pengawas.
3. Gradasi dari agrerat kasar secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu
beton yang dikehendaki, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan
semen dan air dalam proporsi campuran yang dipakai.
5.2 Tabel saringan Agrerat Kasar
Saringan Ukuran % Lewat saringan

1” 25 mm 100
3/4” 20 mm 90 – 100
3/8” 9,5 mm 20 – 55
No. 4 4,76 mm 1 – 10

3.2.2 Beton
a. Semen
1. Semen yang dipakai harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan dalam
PBI 1971 dan peraturan semen Portland Indonesia.
2. Dalam pengerjaan pembangunan ini digunakan Portland Cement : Tiga Roda.
3. Semen disimpan dalam gudang yang baik untuk menjaga terjadinya
kerusakan. Semen yang mengeras, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air atau lembab ditolak untuk digunakan dan harus dikeluarkan dengan segera dari
proyek atas biaya pemborong.
b. Air
1. Air untuk bangunan haruslah air tawar yang bebas dari zat – zat organik, tanah
lumpur, garam – garam mineral, larutan alkali dan lain – lain.
2. Jika air dari saluran kotamadya tidak dapat atau tidak cukup, maka pemborong
sendiri harus mengadakan air untuk tujuan pembangunan ini dengan
mendatangkan atau mengadakan air sumber air sendiri yang memenuhi syarat.
3. Bila perlu dengan alasan – alasan yang disampaikan oleh pengawas harian
atau pemberi tugas, maka Pemborong wajib menunjukkan bukti hasil analisa
kimia dari air tersebut. Caranya dengan mengirimkan contoh air untuk diteliti oleh
Laboratorium Penyelidikan Bahan. Contoh air harus diambil dan disegel dengan
penyaksian Direksi Lapangan atau Pengawas Lapangan.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 11


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

c. Pengujian Mutu Beton


1. Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Kontraktor untuk membuat
kubus coba dari adukan beton yang dibuat.
2. Cetakan kubus coba dengan benda uji yang berbentuk bujur sangkar dalam
segala arah dengan ukuran kubus 15 x 15 x 15 cm³ dan memenuhi syarat dalam
persyaratan Peraturan Beton Indonesia ( NI – 2 1971 ).
3. Pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971, semua benda uji dites di
laboratorium yang berwenang dan di setujui oleh pengawas, termasuk juga
pengujian susut ( slump minimal = 7,5 cm dan maksimal 15 cm, sesuai dengan
PBI 1971 ) dan pengujian tekanan.
4. Pengambilan benda uji harus dari lokasi pengecoran bukan dari mixer, dengan
jumlah minimum dua buah benda uji untuk setiap 10 m³ beton dari tiap acuan
yang terpisah. Pemborong harus menyediakan tenaga kerja dan semua peralatan
yang dibutuhkan untuk melakukan semua test beton dan semua material. Antara
lain pemborong harus menyediakan alat- alat dan tempat untuk melakukan tes –
tes. Yaitu slumptest, kubus test, cetakan – cetakan pelat baja untuk membuat
kubus – kubus beton, test kadar Lumpur.
5. Untuk menetapkan sifat – sifat tertentu dari beton seperti modulus elastisitas,
shrinkage, creep dan lainnya untuk keperluan yang dianggap khusus maka jumlah
benda uji dapat bertambah dari ketentuan di atas sesuai dengan permintaan
pengawas.
6. Dianjurkan untuk membuat benda uji yang akan diperiksa pada umur 28 hari,
7 hari dan 3 hari, agar dalam waktu yang singkat sudah ada gambaran tentang
mutu beton pada waktu pelaksanaan. Hasil – hasil pemeriksaan dengan benda uji
ini dapat dijadikan dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu dilakukan
perubahan dalam campuran beton dan cara pelaksanaan. Sebagai penilaian yang
menentukan nilai mutu beton, tetap dipakai pemeriksaan berdasarkan benda uji
pada umur 28 hari.
7. Jika beton tidak memenuhi syarat pengujian slump, maka kelompok adukan
yang tidak memenuhi persyaratan itu tidak boleh dipakai untuk pelaksanaan
pengecoran. Jika pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan
dengan mengikuti prosedur PBI 1971.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 12


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

8. Syarat – syarat dan ketentuan dalam PBI 1971 mengenai bahan – bahan untuk
beton bertulang, cara – cara pelaksanaan konstruksi beton bertulang dan
pemeriksaan ( tes ) mengenai hal – hal itu harus mendapat perhatian yang seksama
dari Pemborong dan menjadi dasar dari seluruh pelaksanaan.
9. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada Pengawas, segera sesudah
selesai percobaan, paling lambat 30 hari setelah pengecoran dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran adukan
dan berat kubus uji tersebut.
10. Apabila dalam pelaksanaan ternyata mutu beton yang dibuat seperti yang
ditunjukan benda uji tidak memenuhi syarat spesifikasi dan telah dilakukan
pengujian lainnya gagal, maka bagian pekerjaan tersebut dibuat perkuatan atau
tambahan konstruksi lainnya atas biaya kontraktor sepenuhnya.
11. Meskipun hasi pengujian benda – benda uji tersebut memuaskan, Pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti :
 Pelaksaan pengecoran yang tidak baik, sehingga menyebabkan segregasi.
 Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan yang direncanakan dalam gambar.
 Konstruksi yang tidak lurus atau tegak lurus seperti yang direncanakan.
 Semua pekerjaan yang dianggap cacat pada dasarnya harus dibongkar dan
diganti yang baru, kecuali jika Pengawas menyetujui untuk diadakan
perbaikan atau perkuatan dari Konstruksi yang cacat tersebut.

3.2.3 Besi
Setiap besi beton yang dihasilkan oleh pabrik – pabrik baja pada umunya
mempunyai standar mutu dan jenis – jenis baja, sesuai dengan yang berlaku. Mutu
besi yang dipakai menurut gambar rencana atau petunjuk direksi. Mutu besi beton
dibagi menurut tabel dibawah in
Tabel .4. 3. Mutu Baja
Mutu Sebutan Tegangan leleh karakteristik dan tegangan karakteristik
yang memberikan tegangan tetap 0,2 % ( Kg/cm² )
U – 22 Baja lunak 2,200
U – 24 Baja lunak 2,400
U – 32 Baja sedang 3,200
U – 39 Baja keras 3,900
U – 48 Baja keras 4,800

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 13


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Besi – besi tulangan hendaknya dibengkokkan dan diluruskan secara hati –


hati terutama pada besi tulangan yang sifatnya getas. Pada proyek pembangunan
ini, besi yang digunakan oleh kontraktor adalah besi jenis U – 24 ( besi polos )
dengan diameter kurang dari 12 mm dan besi jenis U – 39 ( besi ulir ) dengan
diameter lebih besar dari 12 mm.

3.2.4 Bahan – bahan lain


a. Kayu
Kayu yang digunakan untuk bekisting yaitu kayu lembaran atau multipleks
dengan tebal 9 mm dari kualitas yang terbaik dan untuk rangka penguat dari kayu
Borneo super dengan ukuran 5/7, 5./10, 6/12 dan untuk tiang penyangga
digunakan dolker diameter minimal 10 mm. Untuk kusen jendela dan pasangan
kaca digunakan kayu – kayu Borneo super.
b. Batu bata
Batu bata yang biasa digunakan yaitu bata bata hasil produksi lokal dari mutu
yang terbaik dengan ukuran nominal 6 cm x 10 cm x 14 cm, bentuknya harus
cukup siku, bakarannya matang, tanpa retak atau pecah. Ukuran yang satu dengan
yang lainnya tidak boleh berselisih lebih dari 2,5 %, daya ultimate minimum tidak
boleh kurang dari 30 kg/cm².
c. Penutup Atap
1. Waterproofing membrane
2. Menggunakan mutu beton dengan mutu yang sesuai pada gambar.
d. Instalasi Plumbing
Tangki Air : Exsel kapasitas 1 m³, untuk beton torn atas, Exsel atau setara
khusus tanam kapasitas 1 m³. Pipa PVC dan fitting : Maspion AW abu. Pompa
air : National 125 Watt.
e. Langit – langit
1 Plafond gypsum board flat tebal 9 mm, yang bermutu baik, setara dengan
produksi “ Jaya Board “.
2 Pengikat berupa paku, mur, kawat, sekrup dan lain – lain harus digalvanisir
sesuai dengan NI – 5.
3 Bahan perekat tahan air yang digunakan ex : Jaya Board.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 14


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

4 Finishing langit – langit digunakan cat ex : Spectrum


5 Rangka langit – langit, ex : Jaya Board full system.
f. Pekerjaan Instalasi
1. Kabel : Prima, Etena, Sinar, Federal.
2. Box Panel : Hanger
3. MCB : Merli gerin ABB
4. Fitting : Brocco segiempat
5. Saklar, stop kontak : Brocco gracio
6. Teerminal box 10 x 10 ( bahan plastic )
7. Outlet telephone RJ 11 : Brocco gracio.
g. GRC.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 15


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

BAB IV
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Dalam pelaksanaan pekerjaan Kontraktor memperhatikan dokumen kontrak
original, selain itu gambar – gambar rencana sebagai bahan acuan dalam
melaksanakan konstruksi di lapangan.

4.1 PEKERJAAN TANAH


4.1.1 PELAKSANAAN PENGGALIAN
Pekerjaan penggalian pondasi, sloof dan poer dapat dilaksanakan secara
konvensional dan semua peralatan yang dibutuhkan harus disediakan oleh
Kontraktor, baik yang menyangkut peralatan untuk pekerjaan persiapan maupun
peralatan untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat bantu yang
diperlukannya.
Sebelum pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan, Kontraktor wajib untuk
mengajukan permohonan tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi yang
menyebutkan tanggal akan dimulainya pekerjaan penggalian, uraian teknis tentang
cara-cara penggalian yang akan dilaksanakan.
Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian ini, Kontraktor wajib
melaksanakan pekerjaan pencegahan atau kelongsoran tanah, pekerjaan
penanggulangan air tanah yang menggenang, pekerjaan perbaikan bila terjadi
kelongsoran dan lain sejenisnya.
Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian, kedalaman,
kemiringan dan lengkungan yag sesuai dengan yang tertera di dalam Gambar.
Bilamana kedalaman penggalian terlampaui kedalaman yang dibutuhkan
sebagaimana yang tertera di dalam Gambar, Kontraktor harus menimbun dan
memadatkannya kembali dengan pasir urug, dan semua biaya tambahan yang
diakibatkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Bilamana kondisi dari tanah
pada kedalaman yang ditentukan di dalam Gambar ternyata meragukan,
Kontraktor harus secepatnya melaporkan hasil tersebut kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi secara tertulis, agar dapat diambil langkah-langkah yang
dianggap perlu, semua biaya yang diakibatkan oleh keadaan tersebut akan dibayar

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 16


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

oleh Pemilik Bangunan melalui penerbitan “Perintah Perubahan Pekerjaan”


(Pekerjaan Tambah).
Permukaan tanah yang sudah selesai digali dan telah mencapai kedalaman
rencana harus dipadatkan kembali untuk mendapatkan permukaan yang padat,
rata. Pemadatan tanah digunakan alat pemadat tanah yang sebelumnya disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Kontraktor harus melaporkan hasil
pekerjaan galian tanah yang telah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat
digunakan untuk pemasangan pondasi kepada Direksi Manajemen Konstruksi
untuk dimintakan persetujuannya.
Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi
yang disetujui oleh Pemberi Tugas, Kontraktor bertanggung jawab untuk
mendapatkan tempat pembuangan dan membayar ongkosongkos yang diperlukan.
Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama pelaksanaan
pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipapipa harus dipompa keluar atau
biaya Kontraktor.

4.1.2 Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian


Semua akarakar pohon, batangbatang pohon terpendam, beton-beton tak
terpakai atau pondasipondasi bata, septicktank bekas, pipa drainase yang tak
terpakai, batubatu besar yang dijumpai pada waktu penggalian harus dikeluarkan
atas biaya Kontraktor.
Tanah yang berlubang akibat hambatan yang dijumpai harus diperbaiki kembali
dengan pasir beton : semen dengan perbandingan 1 : 10
Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa drainase,
pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada waktu penggalian

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 17


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.Bilamana hal ini dijumpai maka
Direksi Manajemen Konstruksi dan pihak pihak yang berwenang harus segera
diberitahu dan mendapatkan instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan instalasi
tersebut sebelum penggalian yang berdekatan diteruskan. Bilamana terjadi
kerusakankerusakan pada instalasi tersebut diatas, maka Direksi Manajemen
Konstruksi dan pihakpihak yang berwenang harus segera diberitahu dan semua
kerusakankerusakan harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.

4.2 PEKERJAAN PENGURUGAN


Yang dimaksud disini ialah pekerjaan timbunan yaitu dimana permukaan
tanah yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan tanah asli, sebagaimana
tertera dalam gambar rencana.Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan
dari semua semak, akar pohon, sampah, puing bangunan dan lainlain sebelum
pengurugan dimulai.Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari
bahan organis, sisasisa tanaman, sampah dan lainlain.

Tanah yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus memenuhi


standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di
laboratorium tanah yang disetujui oleh Direksi Manajemen Konstruksi.Timbunan
atau urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 25 cm. Untuk
masingmasing lapisan dipadatkan sampai permukaan tanah yang direncanakan.
Pelaksanaan penimbunan dapat menggunakan mesin gilas dan pada daerah yang
oleh Direksi Manajemen Konstruksi dianggap berbahaya atau dengan jarak lebih
kurang 45 cm dari saluran atau batasbatas atau pekerjaanpekerjaan yang mungkin
menjadi rusak digunakan Stamper.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 18


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

4.3 URUGAN PASIR


4.3.1 PERSYARATAN BAHAN
Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1971 ayat 12.1. Pasir laut dapat
digunakan, asal dicuci secara memadai.

4.3.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN


Sebelum pengurugan pasir dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memeriksa
ketinggian dari tanah atau konstruksi dibawahnya untuk meyakinkan bahwa
ketinggian yang ada telah sesuai dengan gambar, dan bahwa tanah dibawahnya
telah dipadatkan sehingga didapat permukaan yang rata dan padat. Hasil
pemeriksaannya ini harus dilaporkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi,
yang akan segera melakukan pemeriksaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan
tersebut, Konsultan Manajemen Konstruksi akan menolak atau memberikan
persetujuannya untuk pelaksanaan pekerjaan pengurugan pasir. Pengurugan pasir
harus dilaksanakan dengan cara menebarkan, meratakan dan memadatkan secara
mekanik sampai diperoleh ketebalan dan ketinggian yang sesuai dengan Gambar.
Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh Konstruksi atau Pekerjaan lain sebelum
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Konsultan Manajemen
Konstruksi berhak untuk membongkar pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir
tersebut belum disetujui olehnya. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan
gambar, jika tidak dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan
pasir = 10 cm.

4.4 LANTAI KERJA


4.4.1 PERSYARATAN BAHAN
Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil dengan
perbandingan 1 : 3 : 5 atau kualitas setara B – 0.
4.4.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 19


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan
diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir. Lantai kerja sebelum
mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi tidak boleh ditutup
oleh pekerjaan lainnya dan Konsultan Manajemen Konstruksi berhak
membongkar pekerjaan diatasnya bilamana lantai kerjá tersebut belum disetujui
olehnya.Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal 5 cm.

4.5 PEKERJAAN BATU KALI


4.5.1 PERSYARATAN BAHAN
1. Batu Kali
Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang keras, padat dan
memiliki struktur yang kompak dengan warna yang cerah dan bebas dari
cacat, serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam PUBI
1982 dan SII.0079-79. Batu kali bulat tidak boleh dipakai.

2. Semen Portland
Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi
ketentuan yang tercantum pada RKS ini.

3. Pasir Pasang
Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratan
yang dicantumkan dalam PUBI 1970 ayat 12.1. dan 12.2.

4. A i r
Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi ketentuan
yang tercantum pada RKS ini.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 20


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

4.5.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1
bagian Semen Portland : 5 bagian Pasir Pasang dan harus dipasang dan dibentuk
sampai diperoleh dimensi dan ketinggian yang dibutuhkan, sebagaimana yang
tertara dalam Gambar.
Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan gigitan
yang memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi secukupnya. Setelah dipasang, bagian luar
dari batu kali harus di "Berapt” dengan adukan yang sama sampai semua
permukaan batu tertutup. Sebelum pemasangan dapat dilaksanakan, Kontraktor
harus membuat dan memasang kayu-kayu pembantu (kayu profil) dan
menerentangkan benang pembantu dengan bentuk sesuai dengan bentuk pondasi
yang akan dipasang.
Benang-benang yang direntangkan harus sipat datar. Kayu pembantu dan
benang-benang ini harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
sebelum pasangan batu kali dapat dimulai.
Pasangan Batu Kali Exposed
Pasangan batu kali exposes harus dipasang secara acak dengan
menggunakan adukan dan harus dilaksanakan oleh tukang batu khusus yang
berpengalaman.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 21


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Selama pemasangan batu mungkin perlu dibentuk untuk memperoleh nat


yang tipis dan rata.Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan
semen pasir dengan campuran 1 bagian semen portland : 5 bagian pasir pasang.
Sebelum dipasang, batu harus dibasahi secukupnya, dan nat antar batu
yang diexposed harus dikorek dengan cara yang memadai. Selama pemasangan,
batu kali yang telah terpasang harus sering dicuci, untuk menghindarkannya dari
kotoran dan adukan yang menempel.

4.6 PEMASANGAN PONDASI TIANG PANCANG


1. Permukaan Lapangan
Kontraktor supaya memperhitungkan apapun yang diperlukan untuk
meratakan tanah untuk jalan masuk maupun untuk dapat bekerjanya piling rig.
Level piling dapat diasumsikan seperti yang tertera di gambar struktural.
2. As-as Kolom dan Pile
Kontraktor supaya menentukan as-as kolom maupun pile dengan teliti dan di
bawah Konsultan Manajemen Konstruksi seorang ahli ukur.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 22


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

3. Penyelidikan Lapangan
Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah mengunjungi dan
mempelajari keadaan lapangan sebaik-baiknya, termasuk yang tidak disebutkan
secara khusus dalam gambar-gambar struktur. Jika Kontraktor ingin melakukan
penyilidikan tambahan yang menyangkut galian, sondir, boring, dan sebagainya
sebelum mengajukan penawaran, hal ini dapat dilakukan atas biaya sendiri.
4. Pembayaran Pile
Panjang pile yang dibayar adalah panjang cut of level ke penetrasi maksimum
dari ujung pilling, kecuali bila dinyatakan lain. Panjang pile rata-rata telah
diasumsikan berdasarkan data-data penyelidikan tanah yang sudah ada.
Pembayaran akan dilakukan berdasarkan panjang pile seperti disebutkan diatas
dikalikan dengan harga satuan. Dalam harga satuan ini sudah termasuk material
yang terbuang, pembersihan lapangan dari material yang tertinggal, sambungan-
sambungan, pengangkatan, pemancangan, mesin-mesin dan peralatan serta segala
sesuatu yang diperlukan untuk memasang pile pada posisi permanennya yang
terakhir.
5. Peralatan dan Tenaga Kerja
Semua kerangka, peralatan, pengangkatan dan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang pile
pada posisinya yang permanen menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Sebelum memulai di lapangan
dengan pekerjaan pilling yang sesungguhnya,
Kontraktor supaya memberikan detail lengkap
mengenai program kerja, jumlah dan tipe peralatan,
organisasi dan personalia dilapangan kepada
Direksi / Konsultan Manajemen Konstruksi.
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berhak
meminta penggantian peralatan dan personalia bilamana hal ini dianggap tidak
cocok.
6. Daya Dukung Pile

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 23


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Dalam spesifikasi ini, Daya Dukung berarti beban pada pile yang disebabkan
oleh berat sendiri bangunan dan beban hidup sesuai dengan yang
direncanakan.Daya Dukung pile ukuran 25 x 25 cm dengan kedalaman 12 m dari
muka tanah asli adalah 30 ton.
7. Test Pile
Test Pile Pendahuluan adalah pile yang diinstalasikan sebelum pile-pile
sesungguhnya dengan maksud mengetes baik sistem maupun detail-detail pile
yang diajukan cukup memuaskan ditinjau dari segi Daya Dukung dan Penurunan.
Dalam proyek ini test pendahuluan tidak disyaratkan. Test Pile sesungguhnya
adalah pile yang diinstalasikan sebagai bagian dari pondasi dan ditest untuk
mengetahui apakah kwalitas bahan-bahan maupun pelaksanaan cukup baik.
8. Methoda Pengetesan Pile
Load Test dapat dilaksanakan dengan Pengujian Dinamis metoda PDA (Pile
Driving Analiyzer) Sesuai ASTM 4945-96. Hasil test harus dianalisa dengan
Metoda CAPWAP. Pelaksana Test PDA harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Perencana /Manajemen Konstruksi.
9. Instalasi Pile
Pile harus diinstalasi tepat pada posisinya maupun levelnya. Pile yang tidak
tepat tempatnya tidak boleh secara paksa diperbaiki pada posisi yang seharusnya.

10. Posisi Pile


Posisi pile adalah pada lokasi seperti ditunjukkan pada gambar-gambar
struktur. Kontraktor bertanggung jawab untuk posisi pile yang tepat, levelnya dan
kelurusannya dan untuk semua peralatan yang diperlukan. Pengukuran-
pengukuran di lapangan harus dilakukan oleh ahli Surveyor sebelum dan sesudah
pekerjaan pilling. Frame pile harus di-lot dengan teliti sebelum memancang atau
mem-bor pile. Deviasi maximum yang diizinkan untuk setiap pile adalah 75 mm
dalam arah horisontal dan 1: 100 dalam arah vertikal. Pile yang tidak benar posisi
atau kelurusannya tidak boleh diperbaiki dengan cara paksa. Instalasi pile harus
sedemikian sehingga tidak mengganggu pile-pile disekitarnya yang sudah ada.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 24


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

11. Rintangan-Rintangan
Bila terdapat rintangan-rintangan di bawah tanah yang tidak diharapkan
seperti pondasi lama, dinding dan sebagainya yang sangat menggangu kemajuan
pekerjaan piling, maka Kontraktor supaya segera memberitahukan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Bila pada lokasi semula tidak mungkin
diinstalasi pile, maka lokasi pile perlu direvisi oleh Konsultan Perencana dan
Kontraktor akan dibayar terhadap kemungkinan adanya pekerjaan tambah.
Rintangan-rintangan permukaan, yaitu rintangan-rintangan yang ada pada
kedalaman yang tidak lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, harus dibersihkan
dan dibongkar oleh Kontraktor atas tanggungannya. Lubang boran yang
ditinggalkan karena rintangan sebagaimana disebutkan diatas tidak merupakan
kerja tambah atau kurang dan harus diisi kembali dengan tanah, pasir atau puing-
puing sebagaimana diinstruksikan. Penambahan pile akibat lubang boran yang
ditinggalkan akan merupakan kerja tambah.
12. Pile Rusak
Bila Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berpendapat bahwa sebuah
pile cacat pada waktu pengecoran, pemancangan ataupun testing sehingga nilai
strukturnya diragukan dengan beberapa pile yang mempunyai effect struktur yang
minimum sama dengan yang digantikan atas biaya Kontraktor.
13. Pile Cacat
Pile cacat ataupun keluar dari posisi yang direncanakan harus diganti oleh 1
(satu) atau lebih pile seperti diinstruksikan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi atas biaya Kontraktor.
14. Gagalnya Test Pile yang Sesungguhnya

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 25


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Bila satu pile atau lebih gagal memenuhi persyaratan test pile, Kontraktor
harus melakukan test pile tambahan sesuai instruksi Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi. Pekerjaan tambah akibat gagalnya test pile, yaitu
kemungkinan ditambahnya pile menjadi tanggung jawab Kontraktor.

15. Kepala Pile


Pemotongan kepala pile pada cut-off level dan pengecoran pile cap akan
dilaksanakan oleh Kontraktor Utama. Kelebihan panjang pile harus dibuang atau
dimanfaatkan sebagaimana diinstruksikan oleh Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi.
16. Posisi Pile Akhir
Setelah selesainya pekerjaan pilling, Kontraktor harus mensurvey kembali
lokasi pile dan mencatat seberapa jauh deviasi baik secara horisontal maupun
secara vertikal terhadap posisi yang sesungguhnya. Survey kembali ini dilakukan
bersama-sama dengan Kontraktor Utama dan disaksikan oleh Direksi / Konsultan
Manajemen Konstruksi.

17. Instalasi Mekanical & Electrical (M & E) Bawah Tanah


Kontraktor bertanggung jawab atas semua klaim yang mungkin timbul karena
kerusakan-kerusakan instalasi M & E bawah tanah, bilamana instalasi tersebut
sudah tertera dalam gambar. Kontraktor supaya melaksanakan pekerjaannya
sedemikian rupa sehingga bangunan dan pondasi bangunan tetangga tidak
terganggu atau rusak.
18. Garansi
Garansi selama 6 (enam) bulan setelah selesainya pekerjaan bangunan
diperlukan untuk sistem piling yang ditawarkan oleh Kontaktor.

19. Data Pilling


Data lengkap dari tiap-tiap pilling meliputi instalasi pile, set, contoh-contoh
tanah dan sebagainya sebagaimana diminta oleh Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi supaya dilengkapi dalam waktu 2 x 24 jam setelah instalasi pile yang
bersangkutan selesai.
20. Naiknya Muka Tanah

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 26


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Begitu sebuah pile selesai diinstalasi, maka data penurunan level kepala pile
supaya dimonitor. Bilamana seluruh pile dari sebuah kelompok pile selesai, maka
kepala pile yang naik agar diperbaiki sesuai instruksi Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi.

21. Permukaan Tanah


Sudah termasuk harga borongan adalah semua pekerjaan dan bahan-bahan
yang diperlukan untuk meratakan muka tanah seperlunya sehingga peralatan dapat
bergerak dengan lancar selama masa pelaksanaan piling.
22. Persetujuan Posisi Pile
Posisi pile akan dicek oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi selama
pekerjaan berlangsung dan persetujuan akhir akan diberikan dalam waktu 3 (tiga)
hari setelah data posisi pile akhir diberikan oleh Kontraktor. Peralatan tidak boleh
dikeluarkan dari lapangan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi.

4.7 PEKERJAAN PEMANCANGAN


1. Garis dan Ketinggian
- Pelaksana harus menempatkan di
lapangan seorang teknisi yang ahli dan
berpengalaman dalam jenis pekerjaan
ini, yang akan menetapkan garis dan
ketinggian (level). Pelaksana harus
bertanggung jawab atas lokasi tiang
yang tepat.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 27


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Data mengenai ketinggian (level) dan skema penempatan tiang tercantum


dalam gambar. Penentuan lokasi dan pekerjaan unit set tiang dilaksanakan oleh
pelaksana, pelaksana harus memelihara semua tanda lokasi (patok) dan harus
menetapkan semua ketinggian (elevations) yang ditentukan, termasuk ketinggian
dari ujung atas tiang, sebelum tiang dipotong. Semua patok harus diperiksa secara
teratur untuk menjamin agar kegiatan pemancangan tiang tidak sampai
mengakibatkan patok itu bergerak. Pada Gambar kerja, tiap tiang harus diberi
nomor.
- Dalam jangka waktu 2 minggu setelah pemancangan tiang selesai, Pelaksana
harus menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi gambar denah yang
menunjukkan lokasi terpancang dari semua tiang dalam bangunan.
2. Pemeriksaan
- Pemeriksaan kegiatan pemancangan dapat dilakukan oleh Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi setiap waktu. Tiang hanya boleh dipancang sepengetahuan
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
- Persetujuan tidak membebaskan Pelaksana dari tanggung jawabnya untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan RKS dan gambar yang terlampir pada
Surat Perjanjian.
3. Bahan
Tiang Pancang Precast dari Beton Bertulang / Pratekan, ukuran 25 x 25 cm.
Kedalaman tiang sesuai dengan gambar kerja yaitu 12 m.
- Beton dan penulangan harus sesuai dengan ketentuan dari pasal pekerjaan
beton.
- Tiang beton pra-cetak harus mempunyai mutu sedemikian hingga tiang yang
jadi dapat diangkat dan dipancang sampai kedalaman yang ditentukan tanpa retak
atau kerusakan lain yang akan mengurangi kekuatan atau daya tahannya.
- Beton untuk tiang pra-cetak harus dicor dalam cetakan rapat yang ditumpu
sedemikian sehingga dihindarkan perubahan bentuk atau melengkung selama
pengecoran beton atau selama proses pengeringan. Setelah pengecoran, tiang
harus dibasahi dengan air atau dengan cara curing lain yang dapat disetujui oleh
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Proses curing ini harus dilanjutkan

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 28


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

sehingga contoh beton yang dipakai untuk membuat tiang beton mencapai daya
tekan sekurang-kurangnya 300 kg/cm2.
Tiang pancang tidak boleh dipancang sebelum, proses curing selesai, atau
umur tiang minimal 10 hari.
- Tiang harus baik, licin, permukaannya rata, tidak keropok atau berlubang-
lubang dan harus cukup lurus. Cacat yang terdapat pada tiang mungkin dapat
diterima jika diperbaiki menurut persetujuan Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi.
- Tiang beton dapat dicor sesuai dengan seluruh panjang penulangan, dengan
ketentuan bahwa setelah tiang dipancang, beton dibuang agar besinya dapat
terlihat.

4. Pemancangan Tiang
- Tiang harus ditempatkan secara
cermat dan dipancang secara vertikal
seperti ditunjukkan dalam gambar.
Penyimpangan dari garis vertikal tidak
boleh lebih dari 25 mm per meter tiang.
Tiang yang terpancang dengan
penyimpangan yang lebih besar dan
tiang yang rusak sekali selama pemancangan harus dibuang atau dipotong dan
diganti dengan tiang baru sesuai petunjuk Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi. Bila ada tiang yang terangkat disebabkan pemancangan tiang berikut
didekatnya, maka tiang tersebut harus dipancang kembali atas biaya Pelaksana.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 29


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi harus menetapkan kedalaman ujung


tiang-tiang pada tiap titik yang menunjukkan sampai dimana tiang harus
dipancang sehingga diperoleh daya dukung yang ditetapkan.
- Penggalian yang diperlukan di daerah yang akan ditembus oleh tiang harus
dikerjakan sebelum tiang dipancang.
- Pengeboran pada titik pancang sebelum pemancangan tidak diperbolehkan,
kecuali bila disetujui oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
- Pemancangan semua tiang harus dilakukan terus menerus tanpa waktu
istirahat hingga tiang yang telah terpancang mencapai kedalaman yang
ditetapkan. Kepala tiang harus dipotong secara baik dan datar pada ketinggian
seperti tercantum dalam gambar.

5. Alat Pemancang
1. Cara pemancangan harus sedemikian rupa
sehingga tidak melampaui kekuatan tiang dan
harus mendapat persetujuan Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi. Pelaksana harus
menyerahkan pertanyaan tertulis mengenai
alat pemancang yang diusulkan, persetujuan
dari Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi
harus ada sebelum tiang dipancang.
2. Tutup atau cincin pancang harus mampu
melindungi kepala tiang pancang dan meneruskan energy tiang pancang
dan energy pukulan dengan sama rata pada kepala tiang pancang.
3. Pelaksana harus menggunakan bantalan yang diperlukan untuk melindungi
tiang pancang terhadap kerusakan pada waktu pemancangan.
6. Terangkatnya Tiang
1. Segera setelah tiang beton bertulang dipancang, Pelaksana harus
menentukan suatu titik referensi dari tiang dan ketinggiannya pada tiang.
Setelah semua tiang dipasang, Pelaksana harus mengukur lagi ketinggian
“Titik Referensi” setiap tiang yang sudah dipancang dan menentukan
“Uplift” tiang yang disebabkan oleh pemancangan tiang lain.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 30


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

2. Bila terjadi uplift tiang 1,5 cm atau lebih, Pelaksana harus mengambil
langkah perbaikan tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
3. Langkah tersebut diantaranya dapat meliputi :
Memancang kembali tiang sampai kedalaman semula dan bila perlu lebih
dalam lagi hingga mencapai tahanan tanah semula pada pemancangan
terakhir. Setelah pemancangan kembali, Pelaksana harus memeriksa kembali
ketinggian dari “titik referensi” pada semua tiang dan harus memancang
kembali tiang lain yang terangkat.

7. Daftar Pemancangan Tiang


Pelaksana harus menyimpan daftar tiap tiang yang dipancang, tiap hari copy
daftar tersebut harus diserahkan kepada Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi.
Daftar termasuk sekurang-kurangnya harus berisi hal berikut :
- Tanggal dan jam pemancangan.
- Jenis dan ukuraan tiang.
- Kedalaman yang dicapai.
- “Penetrasi” untuk tiap pukulan dan jumlah “Penetrasi” untuk 10 pukulan
terakhir.
- Macam dan ukuran hammer yang dipakai, disebutkan dengan jelas.
- Gejala yang lain dari biasanya harus dicatat.
4.8 PEMASANGAN BETON
4.8.1 MATERIAL

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 31


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

1. Semen
- Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan
persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan
produksi dari satu merk.
- Kontraktor harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan dan “Manufacturer’s Test Certificate”
yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut diatas.
- Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur
dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
- Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar
- Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi
sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
- Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang
pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh
mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test
mesin Los Angeles Abration (LAA).
- Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi
yang merusak beton dan mempunyai gradasi sebagai berikut :

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

1” 25,00 mm 100
3/4” 20,00 mm 90 – 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No. 4 4,76 mm 0-1

3. Agregat Halus

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 32


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu
dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung
lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
- Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti tabel
berikut :

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3/8” 9,50 mm 100


No. 4 4,76 mm 90 – 100
No. 8 2,38 mm 80 – 100
No. 16 1,19 mm 50 – 85
No. 30 0,19 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 - 10
No. 200 0,074 mm 0-5

4. A i r
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak
atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

5. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2
1971, dengan tegangan leleh karakteristik (σau) = 2400 kg/cm2 atau baja U24 dan
baja dengan tegangan leleh karakteristik (σ au) = 3900 kg/cm2 atau baja U39
Pemberi tugas atau Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi akan melakukan
pengujian test tarik-putus dan “Bending” untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas
biaya Kontraktor.
6. Bahan Pencampur
- Penggunaan bahan pencampur (Admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana.
- Apabila akan digunakan bahan pencampur, Kontraktor harus mengadakan
percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 33


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

pencampur (Admixture) tersebut. Hasil “Crushing test” dari Laboratorium yang


berwenang terhadap kubus-kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus
dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dimintakan
persetujuannya.
7. Cetakan Beton
Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm
atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam
PBI NI-2 1971.

Contoh yang harus disediakan


- Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan contoh
material : koral, split pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan
Direksi.
- Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi akan dipakai sebagai standar /
pedoman untuk memeriksa / menerima material yang dikirim oleh Pemborong ke
lapangan.
- Pemborong diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui dibangsal Direksi Lapangan.

a. MUTU BETON
Mutu beton untuk konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan
tekan karakteristik σbk = 300 kg/cm2 untuk sloof dan pile cap, dan σ bk = 350
kg/cm2 untuk kolom, balok dan plat lantai.
lump (Kekentalan Beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan
standar ASTM C-143 adalah sebagai berikut :

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 34


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Jenis Konstruksi Slump maks. (mm) Slump min. (mm)


Kaki Dan Dinding Pondasi 100 50
Pelat, Balok Dan Dinding 120 50
Kolom 100 50
Pelat Di Atas Tanah 120 100

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi, maka
harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50% dengan catatan tidak melebihi
150 mm dan harus di-back up dengan percobaan adukan beton (trial mix).

b. PERCOBAAN PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan mutu beton seperti yang diminta, Kontraktor harus
mengadakan percobaan-percobaan di Laboratorium yang “Independent” yang
ditunjuk oleh Pemberi Tugas, sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan di
lapangan sampai didapatkan suatu perbandingan tertentu untuk mutu beton yang
akan digunakan. Setiap ada perubahan dari jenis bahan yang digunakan,
Kontraktor harus mengadakan percobaan di Laboratorium untuk mendapatkan
mutu beton yang diperlukan.
Benda uji yang dibuat dan prosedur dalam percobaan ini harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam PBI NI-2 1971. Bila hasil percobaan dilaboratorium
dan slump test belum menunjukkan mutu yang sesuai dengan permintaan, maka
pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan. Hasil percobaan pendahuluan di
lapangan harus sesuai dengan hasil percobaan di laboratorium.

c. PENGADUKAN DAN PERALATANNYA

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 35


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang


mempunyai keteliatian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran
dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan Direksi /
Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari
material-material harus dengan persetujuan Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus-menerus oleh
seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab.
Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Batch Mixer
atau Portable Continous Mixer). Mesin pengaduk harus benar-benar kosong
sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila
tidak digunakan lebih dari 30 menit.
Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5
menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah,
bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m 3 dan Direksi / Konsultan Manajemen
Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan
kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam
dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan.
Air harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki.
Kontraktor diperbolehkan menempatkan satu “Mixing Plant” atau
memperoleh beton dari satu “Ready Mix Plant” asalkan dapat membuktikan
bahwa mutu beton tersebut sesuai dengan semua ketentuan dalam persyaratan ini.
Kontraktor harus menyerahkan spesifikasi beton ready mix yang akan digunakan
sesuai dengan mutu beton yang diinginkan, sebelum pekerjaan dimulai

d. PERSIAPAN PENGECORAN

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 36


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus


bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian yang
akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik,
plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.
Kontraktor harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.

e. ACUAN / CETAKAN BETON


Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada
lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan
diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal.
Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress” atau
perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari
tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan
beban-beban yang ada diatasnya.
Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada
a\saat beton dituang.
Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi “Mould
release agent” untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 37


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat
mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai
berikut :
- Bagian sisi balok : 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
- Pelat lantai / atap / tangga : 21 hari
Dengan persetujuan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi, cetakan
dapat dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian dari benda uji yang
mempunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari
kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Direksi /
Konsultan Manajemen Konstruksi, tidak mengurangi atau membebaskan
tanggung jawab Kontraktor terhadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
cetakan.
Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang
tidak sesuai dengan gambar rencana, Kontraktor wajib mengadakan perbaikan
atau pembentukan kembali.
Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian-
bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 38


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

f. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN


1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu
antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam atau tidak terjadi
perbedaan pengikatan yang mencolok anatara beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor.
2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang
ditentukan, maka harus dipakai bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan
persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Kontraktor harus memberitahu Konsultan Manajemen Konstruksi selambat-
lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan
untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Kontraktor akan dapat
melaksanakan pengecoran tanpa tanpa gangguan.
4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen
dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dpat berkuran, bila Konsultan
Manajemen Konstruksi menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan
dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus
mendapat perstujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan alat-alat tersebut
harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton pengeras.
6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5
meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami
“initiual set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi
plastis karena getaran.
8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus
diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik
dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah.
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara sedang beton sudah menjasi
keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 39


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

lapisan air semen dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman
yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian
pengecoran, adukan yang lekat dengan tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kesuali atas persetujuan Direksi / Konsultan
Manajemen Konstruksi dapat dilaksanakan pada malam hari dengan sistem
penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.

g. PEMADATAN BETON
1. Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan
dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang
cukup padat tanpa perlu penggetaran yang berlebihan.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan “Mechanical Vibrator”
dan dioperasikan oleh seorang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan
secukupnya agar tidak mengakibatkan “over vibration” dan tidak diperkenankan
melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
3. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar
yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
4. Alat penggetar tidak boleh menyentuh tulangan-tulangan, terutama pada tulangan
yang telah masuk pada beton yan telah mulai mengeras.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 40


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

4.9 CONSTRUCTION JOINTS (SAMBUNGAN KONSTRUKSI)


1. Rencana atau schedul pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu
konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak “construction
joints”. Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi dapat merubah letak “construction joints” tersebut.
2. Permukaan “construction joints” harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.
3. “Construction Joints” harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat
mungkin dihindarkan adanya “construction joints” tegak, kalaupun diperlukan
maka harus dimintakan persetujuan dari Direksi / Konsultan Manajemen
Konstruksi.
4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi
lapisan “Grout/bonding agent” segera sebelum beton dituang.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 41


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

4.9.1 BAJA TULANGAN


a) Semua baja tulangan yang dipakai harus bersih, dari segala macam kotoran,
karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton. Ukuran lebih
kecil atau sama dengan dari  12 mm menggunakan BJTP 24 atau U24
(Polos). Ukuran melebihi  13 mm menggunakan BJTD 40 atau U39 (Ulir)
b) Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan
harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI NI-1971.
c) Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
d) Beton tanpa cetakan, berhubungan langsung dengan tanah 40 mm
e) Beton dengan cetakan berhubungan langsung dengan tanah 50 mm
f) Balok dan kolom tidak berhubungan langsung dengan tanah 40 mm

4.9.2 BENDA-BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON


a) Penempatan saluran/pemipaan, sleeve harus sedemikian rupa, sehingga tidak
mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan PBI-1971, NI-2 pasal
5.7.
b) Tidak diperkenankan menanam saluran-saluran/pipa kebagian struktur beton
bila ditunjukkan pada gambar.
c) Apabila pemasangan terhalang oleh baja tulangan yang terpasang, maka
Kontraktor harus segera mengadakan konsultasi dengan Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi.
d) Baja tulangan tidak diperkenankan untuk digeser maupun dibengkokkan untuk
memudahkan pemasangan tanpa seijin Direksi / Konsultan Manajemen
Konstruksi.

4.9.3 BENDA-BENDA YANG DITANAM DALAM BETON


a) Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton, seperti angkur,
kait dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan beton, harus
sudah terpasang sebelum pengecoran beton dilakukan.
b) Bagian atau peralatan tersebut harus tertambat kuat pada posisinya agar
tidak tergeser pada saat pengecoran beton.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 42


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

c) Kontraktor utama harus memberitahukan kepada pihak lain untuk


melakukan pekerjaan tersebut sebelum pengecoran dilakukan.
d) Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada
benda atau peralatan yang akan ditanam dalam beton tidak diisi pada saat
pengecoran, harus ditutup dengan bahan atau ukuran sesuai kebutuhan
yang mudah dilepas setelah pelaksanaan pengecoran.

4.9.4 CACAT-CACAT PEKERJAAN


a) Bila penyelesaian pekerjaan, bahan atau keahlian dalam setiap bagian
pekerjaan ternyata tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan
teknis, maka bagian tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan.
b) Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti
sesuai dengan yang dikehendaki. Seluruh pembongkaran dan pemulihan
pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta seluruh biaya yang timbul
seluruhnya ditanggung oleh Kontraktor.

4.9.5 PENGUJIAN BETON


a) Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam PBI NI-2
1971 dalam minimum memenuhi persyaratan seperti tersebut dalam ayat
berikut.
b) Untuk setiap jenis beton harus dibuat suatu pengujian, yang dikerjakan
dalam satu hari dengan volume sampai dengan volume sampai dengan
jumlah 5 m3.
c) Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk
kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm atau silinder. Satu benda uji akan diuji pada
umur 7 (tujuh) hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi, sedang 3 (tiga) benda uji lainnya akan diuji pada
umur 28 hari. Hasil pengujian adalah hasil rata-rata dari ketiga spesimen
tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari
kekuatan karakteristik 300 kg/cm² untuk mutu beton K-300 (sloof dan pile
cap) dan 350 kg/cm² untuk mutu beton K-350 (plat, kolom dan balok);

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 43


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari kekuatan
beton karakteristik tersebut.
d) Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang ditinggal
dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan
keadaan sebenarnya

4.9.6 SUHU
a) Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh melebihi 32° C. Bila suhu yang
di taruh berada diantara 27° dan 32° C.
b) Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat
mengakibatkan suhu beton melebihi 32° C, maka Kontraktor harus
mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat
atau melakukan pengecoran pada malam hari.

4.9.7 BETON READY MIXED


1. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton ready mixed, maka
beton tersebut harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh Direksi /
Konsultan Manajemen Konstruksi, dengan takaran, adukan serta cara
pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum
pada ASTM C94-78a.
2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang
telah diuji di Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol bersama-
sama oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi dan Supplier beton
ready mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah
berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di Laboratorium.
3. Syarat-syarat Beton Ready Mixed :
4. Temperatur beton ready mixed sebelum dicorkan tidak boleh lebih dari
30° C. Penambahan additive dalam proses pembuatan beton ready mixed
harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive tersebut dan dengan
persetujuan dari Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Bilamana
diperlukan dua atau lebih jenis bahan additive, maka pelaksanaannya harus

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 44


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

dikerjakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan


ACI 212.2R-71 dan ACI 212.1R-63.
5. Setelah temperatur di dalam beton mencapai malsimum, maka permukaan
beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat lainnya, untuk
mempertahankan panas sedemikian rupa, sehingga tidak timbul perbedaan
panas yang mencolok antara bagian dalam dan luar atau penurunan
temperatur yang mendadak dibagian dalam beton. Selanjutnya sesudah
bahan penutup tersebut di atas dibuka, permukaan beton tetap harus
dilindungi terhadap pengertian yang mendadak.

4.9.8 PEKERJAAN BAJA


1. MATERIAL
- Baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut PPBBI atau
ASTM A-36, dengan tegangan leleh sebesar 2400 kg/cm2.
- Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307
- Baut Baja tegangan tinggi sesuai dengan ASTM A-325 F (High Strenght
Friction Grip).
- Elektroda las mengikuti AWS E-60XX atau mutu lebih tinggi.

2. PABRIKASI
a) Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor Pabrikasi.
Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 45


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

telah disetujui.ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar


rencana dianggap ukuran pada 25° C.
b) Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus
diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus
bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat
disusun akan terlihat rapat seluruhnya.
c) Pemotongan
Pekerjaan baja dapat dipotong dengan
menggunting, menggergaji atau dengan las
pemotong. Permukaan yang diperoleh dari hasil
pemotongan harus diselesaikan siku terhadap
bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut
ukuran yang diperlukan.

d) Pekerjaan Mesin Perkakas dan Gerinda yang diperkenankan


Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotongan,
maka pada pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak-banyaknya 3
mm, pada pelat setebal 6 mm pada pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.
Memotongan dengan Las Pemotong
Las pemotongan digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah
mal serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang dihasilkan oleh las
pemotong harus bersih serta lurus dan untuk menghaluskan tepi yang dipotong itu
harus digunakan gerinda. Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi
harus diselesaikan sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran besi.

e) Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las


Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang las, dibawah Konsultan
Manajemen Konstruksian langsung seorang yang menurut anggapan Direksi
Konsultan Manajemen Konstruksi mempunyai training dan pengalaman yang
sesuai untuk penyelenggaraan pekerjaan semacam itu.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 46


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Konsultan Manajemen


Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan, maka cara itu tidak akan diubah tanpa
persetujuan lebih lanjut. Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan
sambungan, cara pengelasan jenis dan ukuran serta kekuatan arus listrik untuk las
tersebut harus diajukan kontraktor untuk mendapatkan persetujuan
Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi terlebih dahulu sebelum
pekerjaan las listrik dapat dilakukan. Ukuran elektroda, arus dan tegangan listrik,
dan kecepatan busur listrik, yang digunakan pada listrik, harus seperti yang
dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak akan dibuat penyimpangan
tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi. Pelat-
pelat yang akan di las harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak, cat, karet
atau lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu las. Las dengan retak susut,
retak pada bahan dasar, berlubang dan kurang tepat letaknya harus disingkirkan.
f) Mengebor
Semua lubang harus di bor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus
dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan di bor menembus seluruh tebal
sekaligus. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang maka lubang ini di
bor lebih kecil dan kemudian baru diperbesat untuk mencapai ukuran sebenarnya.
Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan
menggunakan mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan
pelat-pelat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu. Diameter lubang untuk baut,
kecuali baut pas, adalah 1.50 mm lebih besar dari pada diameter yang tertera pada
gambar rencana. Diameter lubang-lubang untuk baut pas harus dalam toleransi
yang diberikan. Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak di bor
menembus sekaligus seluruh tebal elemen-elemennya, maka lubang dapat di bor
dengan ukuran yang lebih kecil dahulu dan kemudian pada saat montase
percobaan.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 47


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

g) Memberi Tanda untuk Pemasangan Akhir


Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan Direksi
Konsultan Manajemen Konstruksi, tetapi belum dilepas, setiap bagian harus diberi
tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat). Cat dari warna yang berbeda
digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama. Dua copy dari gambar
rencana yang menyatakan dengan tepat, tanda-tanda itu, oleh Kontraktor Pabrikasi
diberikan dengan cuma-cuma kepada Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi
dan Kontraktor Montase dari bangunan itu, pada saat pengiriman-pengiriman
pekerjaan baja itu.
h) Pengecatan di Bengkel
- Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase percobaan,
maka permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali pada bagian yang dikerjakan
dengan mesin perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan seluruhnya
sehingga menjadi logam yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir
(sand blasting) atau dengan cara lain yang disetujui.
- Setelah semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering, atau bahan-bahan
dasar dengan satu lapisan menie, atau bahan-bahan pelindung lainnya kalau
disyaratkan khusus untuk pekerjaan tersebut.

4.9.9 PEKERJAAN BEKISTING


A) PERSYARATAN BAHAN
Semua bekisting beton yang akan dipakai harus kuat, tidak berubah bentuk
waktu di isi adukan dan tidak bocor. Bahan yang dipakai dapat berupa kayu yang

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 48


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

bermutu baik dan tidak mudah lapuk, besi atau bahan lainnya yang disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Bekisting harus dirakit dengan menggunakan
paku kayu, baut atau lainnya dengan ukuran yang sesuai

B) PELAKSANAAN PEKERJAAN
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana dari
bekisting kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui, sebelum
pekerjaan dimulai. Gambar tersebut harus mencantuManajemen Konstruksian
secara jelas konstruksi dan bahan dari bekisting, sambungan-sambungannya,
kedudukannya dan sistim rangkanya. Semua biaya yang diperlukan sehubungan
dengan perencanaan bekisting ini harus sudah termasuk ke dalam biaya
konstruksi.
Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban konstruksi dan
getaran yang ditimbulkan oleh alat penggetar. Defleksi maksimum dari bekisting
antara tumpuan harus dibatasi sampai 1/400 bentang antar tumpuan. Bilamana
menggunakan konstruksi bekisting dari kayu, maka untuk kolom dan pekerjaan
beton lainnya harus dipakai papan dengan ketebalan minimum 2,5 cm, balok 5/7,
6/10 dan dolken 8/11.
Bekisting harus ditunjang dengan batang besi yang kokoh dan untuk
mencegah terjadinya defleksi maka bekisting dibuat anti lendutan keatas sebagai
berikut :

- Semua balok atau pelat lantainya 0,2 % lebar bentang pada tengahtengah
bentang.
- Semua balok Cantilever dan pelat lantainya 0,4 % dari bentang, dihitung dari
ujung bebas
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu, sehingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk
konstruksinya adalah sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang tertera
pada gambar.
Semua bekisting tersebut harus dirakit kedalam bentuk, ukuran garis-garis
dan dimensi yang tertera dan yang dibutuhkan, untuk memperoleh kedudukan,

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 49


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

ketinggian dan posisi yang tepat. Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak mudah dicabut bila tidak dipalu atau dicongkel. Bekisting harus
dibuat cukup rapat agar adukan tidak lolos pada saat pengecoran. Pada tempat
yang tertutup atau sukar dijangkau, pembukaan sementara harus disediakan untuk
membuang benda-benda yang tidak dinginkan.
Bilamana sebelum atau selama pekerjaan pengecoran, bekisting
menunjukkan tanda-tanda penurunan yang besar, yang menurut pendapat
Konsultan Manajemen Konstruksi akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir
tidak dapat mencapai kedudukan yang semestinya, maka Konsultan Manajemen
Konstruksi berhak untuk memerintahkan dibongkarnya pekerjaan beton yang
sudah dilaksanakan dan mewajibkan Kontraktor untuk memperkuat bekisting
tersebut sampai dianggap cukup kuat. Semua biaya yang timbul karenanya
menjadi tanggungjawab dari Kontraktor.

C) PEMBONGKARAN BEKISTING
Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul beras
struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.
Bekisting untuk bagian struktur dan pekerjaan lainnya yang memikul
beban struktur harus dibiarkan untuk sekurang-kurangnya sampai beton mencapai
kekuatan yang dipersyaratkan seperti yang disebutkan dibawah ini, atau seperti
yang diperintahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
BAGIAN LAMA PERSENTASE
STRUKTUR PEMBONGKARAN KEKUATAN RENCANA
Bagian tengah balok 28 hari 100

Pelat lantai 21 hari 80

Dinding beton 2 hari 25

Kolom beton 4 hari 25

Bekisting tepi balok 2 hari 25


Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul berat
struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras. Pembongkaran bekisting

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 50


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga keamanan konstruksi tetap terjamin


dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada PBI 1971 NI-2.

PEKERJAAN FINISHING
4.10.1 PEKERJAAN PLESTERAN
A. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland
- Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement sesuai dengan
persyaratan standar Indonesia NI-8/1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan
produksi dari satu merk.
- Kontraktor harus mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan
type, kualitas dari semen yang digunakan dan “Manufacturer’s Test Certificate”
yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut diatas.
- Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur
dengan kotoran atau kena air / lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
- Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya..
2. Pasir Pasang
- Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu
dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung
lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
- Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari
partikel-partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi seperti tabel
berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
3/8” 9,50 mm 100
No. 4 4,76 mm 90 – 100
No. 8 2,38 mm 80 – 100
No. 16 1,19 mm 50 – 85
No. 30 0,19 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 - 10

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 51


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

No. 200 0,074 mm 0-5

3. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak
atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

B. Persyaratan Campuran Plesteran


Proporsi adukan dan campuran harus mengikuti persyaratan di bawah ini :
Jenis Plesteran Semen Portand Pasir Pasang
Plesteran Kedap Air 1 3
Plesteran Sudut 1 4
Plesteran Biasa 1 5

C. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Pekerjaan plesteran harus dapat dilaksanakan setelah semua nat pasangan bata
dikorek dan dibersihkan dengan sikat kawat. Seluruh permukaan pasangan bataco
harus dibasahi dengan air, sebelum adukan plesteran dapat diterapkan dan
ditebarkan.
- Pekerjaan plesteran harus dimulai dari sudut sebelah kiri atas dan harus
diteruskan ke sebelah kanan bawah. Selama pemasangan harus dijaga agar tidak
terjadi gelombang-gelombang dan hasilnya harus rata dan uniform.
- Permukaan plesteran yang telah selesai harus diusahakan tetap basah selama 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal tanggal selesainya plesteran.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 52


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Adukan untuk pekerjaan plesteran ini harus sama dengan yang dipakai pada
pekerjaan pasangan batu bata.
- Plesteran hanya dapat dimulai setelah pasangan bata/bataco benar-benar kering.
- Sebelum pekerjaan plesteran dapat dimulai, Kontraktor harus membuat/
memasang “Kepala Plesteran”, pemasangan “Kepala plesteran” harus dirancang
begitu rupa, dengan menggunakan benang-benang pembantu dan alat lot sehingga
nantinya akan diperoleh hasil plesteran yang benar-benar rata dan tegak lurus.
Jarak “Kepala Plesteran” tidak boleh lebih dari 1 m, dan harus dibiarkan
mengering sebelum garis plesteran pembantu dapat dibuat.
- Garis Plesteran Pembantu harus dibuat tegak lurus dan ditarik dengan
mengguna-kan kayu telah diketam rata, sedemikian rupa sehingga diperoleh garis
plesteran yang rata dan tegak lurus (lot). Plesteran susungguhnya baru dapat
dimulai setelah “Garis Plesteran Pembantu” cukup kering.

4.10.2 PEKERJAAN KAYU KASAR


A. Persyaratan Bahan
1. Kayu
- Kayu yang dipakai untuk pekerjaan ini harus bebas dari getah, retak-retak, mata
kayu, lubang-lubang dan cacat lainnya yang merugikan dan harus memenuhi
persyaratan yang tercantum di dalam SII.0458-S1.
- Sebelum memulai pekerjaan kayu ini, Kontraktor harus mengajukan contoh
kayu kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui secara
tertulis, yang harus dilengkapi dengan keterangan tentang jenis kayu yang
diusulkan, sumbernya, dan nama suppliernya. Dalam pengajuan ini Kontraktor
harus menjamin bahwa supplier tersebut mampu untuk mengirimkan kayu-kayu
yang dibutuhkan sesuai dengan schedulle pekerjaan.
- Semua kayu yang dikirim ke tempat pekerjaan harus disimpan di bawah atap
dan diletakkan di atas tanah.
- Jenis kayu yang dipakai adalah sejenis kayu kamper singkil untuk gordeng dan
borneo super untuk reng dan kaso.
- Kayu harus diawetkan dengan bahan anti rayap.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 53


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

2. Paku
Bilamana paku dibutuhkan untuk alat penyambung, maka paku yang
dipakai harus memnuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0194-84. Ukuran
paku yang dipakai harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam pasal 15
PKKI 1961.
3. Plat penyambung kayu, Mur dan Baut
Bilamana alat-alat penyambung logam/besi dibutuhkan, seperti plat
penyambung, mur dan sebagainya, bahan dari alat penyambung tersebut harus
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0876-83.
4. Cara Pelaksanaan
- Kayu yang tidak diketam harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan
dimensi yang disebutkan, kecuali variasi kecil yang diakibatkan oleh
penggergajian.
- Rancangan, penyambungan dan perakitan semua hubungan kayu harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga susut pada arah mana saja tidak akan
mengurangi kekuatan dan penampilan dari pekerjaan yang telah selesai, dan tidak
akan menyebabkan kerusakan pada bahan yang berdekatan.
- Dalam melaksanakan pekerjaan kayu kasar, Kontraktor harus membuat semua
lubang, lidah dan sebagainya yang dibutuhkan untuk tercapainya penyambungan
yang baik. Kontraktor juga harus menyediakan semua alat-alat penyambungan
yang mungkin dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan secara baik.
- Sebagai ketentuan umum, semua bagian konstruksi harus dibuat dalam satu
batang. Penyambungan pada arah longitudinal harus sejauh mungkin dihindarkan,
kecuali bilamana bagian konstruksi tersebut panjangnyatidak ada dipasaran, atau
direncanakan demikian, sebagaimana tertera dalam gambar. Dalam hal tersebut,
Kontraktor harus menyiapkan Gambar Pelaksanaan (Shop-Drawing) yang
menyebutkan jenis dari alat penyambungan yang dipakai, serta detail dari
sambungan yang diusulkannya, dan harus mendapat persetujuan Direksi/
Konsultan Manajemen Konstruksi.

4.10.3 PEKERJAAN KOSEN, PINTU DAN JENDELA


A. Persyaratan Bahan

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 54


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

1. Aluminium
- Bahan : Dari bahan aluminium framing system buatan ex Alkasa, Super Ex
atau setara dengan tebal 1,3 mm.
- Bentuk profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana dan Pengawas
untuk kusen jendela.
- Warna profil : Natural
- Lebar profil : 3 x 1,5 inch (pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan
dalam gambar)
- Pewarnaan : Natural
- Karet : Gasket Neoprene

2. Kayu Lapis
Plywood yang akan digunakan untuk pintu selain pintu KM/WC, harus
merupakan plywood yang baik yang ada di pasaran, seperti cap Gajah atau Cap
Anjing Laut atau setara.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Kosen, pintu dan jendela harus difabrikasi di bengkel, baik yang berada di
dalam site maupun yang berada diluar, yang memiliki perangkat peralatan
pemrosesan kayu maksimal yang lengkap. Bilamana Kontraktor tidak
memiliki perangkat peralatan tersebut, maka pekerjaan tersebut harus di
borongkan kepada bengkel kayu yang terkenal baik dan memiliki mesin-mesin
yang lengkap. Dalam keadaan seperti ini, maka sebelum pekerjaan kosen
dapat dimulai, Sub-Kontraktor wajib untuk disetujui secara tertulis.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 55


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Semua kosen, pintu dan jendela harus difabrikasi sesuai dengan dimensi dan
detail yang ditunjukkan dalam gambar, dan dirakit dengan menggunakan
sambungan lidah dan lubang, kemudian dipasak dengan menggunakan pasak
kayu, sedemikian rupa sehingga diperoleh sambungan yang kuat, kaku dan
baik. Semua kosen harus benar-benar siku dan rata. Permukaan kayu yang
akan terlihat harus rata, halus dan bebas dari bekas-bekas mesin yang tampak,
serta siap untuk dicat.
- Sebelum dapat difabrikasi, contoh dari pintu dan jendela harus disiapkan dan
didatangkan ke lapangan, untuk disetujui oleh Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi. Selama fabrikasi, Kontraktor harus memberikan kesempatan
kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk melakukan tugas
pemeriksaan guna mengetahui perkembangan pekerjaan tersebut di bengkel.
- Pemasangan dari kosen, pintu dan jendela hanya boleh dilaksanakan, setelah
pekerjaan lantai dan langit-langit selesai dikerjakan. Kosen yang menempel ke
dinding atau kolom, harus difiser tidak boleh lebih dari 60 cm.
- Kosen, pintu dan jendela tidak boleh didatangkan ke lapangan sampai
perkembangan pekerjaan telah siap untuk menerimanya. Kosen, pintu dan
jendela yang disimpan, harus dilindungi dari cuaca, terutama dari panas
matahari dan hujan.

PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG


A. Persyaratan Bahan
1. Engsel Pintu
Engsel pintu harus dari type “Full Mortise Butt Hinge” yang dilengkapi dengan
ring plastik produksi lokal. atau yang setaraf. Panjang engsel harus 4”, untuk tiap
daun pintu harus dipasang tiga buah engsel, kecuali untuk pintu yang lebarnya
lebih besar dari 1 meter, harus dipasang 4 buah engsel tiap daun pintunya.
2. Engsel Jendela
Engsel jendela harus dari type dan merk yang sama seperti engsel pintu, dengan
ukuran panjang 3”.
3. Kunci

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 56


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Semua kunci harus dari type mortise lockset dengan kwalitas seperti merk
UNION.
- Grendel tanam yang akan dipasang pada pintu ganda harus merupakan grendel
tanam yang baik yang ada di pasaran.
- Grendel jendela yang dipakai harus dari kwalitas baik yang ada di pasaran.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
Semua kunci dan alat penggantung harus dipasang oleh tukang kayu yang
baik dan trampil. Sebelum kunci dan alat penggantung dapat didatangkan ke
tempat pekerjaan, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan kepada
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui secara tertulis
disertakan semua contoh, katalog dan brosur dari kunci dan alat penggantung
yang akan dipakai, untuk memungkinkan Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi melakukan pengecekan silang atas keasliannya. Pemasangan harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terhindar dari cacat atau kerusakan, baik
terhadap kunci dan alat penggantung itu sendiri, maupun terhadap pintu, kosen
atau jendela dimana kunci dan alat penggantung itu akan dipasang.

PEKERJAAN KACA
A. Persyaratan Bahan
Kaca yang dikirim dan dipasang oleh Kontraktor harus merupakan kaca
bening dari jenis “sheet glass” yang memenuhi syarat dalam SII.0189-73, dengan
ketebalan 5 mm yang mempunyai permukaan rata dan tidak bergelombang, seperti
yang diproduksi oleh “ASAHIMAS”.
Kaca harus dikirim di dalam peti aslinya, yang masih dilengkapi dengan
nama pabriknya, type kaca, kualitas dan ukuran ketebalannya. Pemotongan hanya
boleh dilaksanakan di tempat pekerjaan. Semua kaca harus disimpan di tempat
yang bersih dan tidak lembab, dengan temperatur di atas titik embun. Bilamana
kaca tidak mungkin disimpan di dalam ruangan, maka ia harus dilindungi dengan
terpal atau penutup plastik dan harus diperiksa secara berkala untuk
menghindarkannya dari akumulasi uap air
yang dapat merusak kaca.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 57


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

B. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Contoh kaca yang akan dipakai harus diajukan kepada Direksi/ Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk disetujui, dan harus dilengkapi dengan semua
keterangan yang perlu, untuk meyakinkan bahwa bahan yang diajukannya
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam RKS ini.
- Sebelum memulai pekerjaan memasang kaca, Kontraktor harus memeriksa
semua sponingan dimana kaca akan dipasang, untuk meyakinkan kelurusannya,
kesikuannya dan kerataannya.
- Semua ukuran kaca harus diambil dari ukuran yang terdapat dilapangan, dimana
kaca akan dipasang. Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan waktu yang
dipasang.
- Ukuran kaca harus sedemikian rupa sehingga terdapat celah yang cukup untuk
memungkinkan kaca bergerak tanpa restriksi dari sponingan yang ada.
- Cermin harus dipasang dengan menggunakan bracket yang disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Cermin yang telah terpasang harus benar-
benar waterpass dan serasi dengan keramik dinding yang telah terpasang.
- Semua kaca yang pecah yang diakibatkan oleh pemasangan atau pekerjaan,
harus diganti oleh Kontraktor tanpa ada biaya tambahan dari Pemberi tugas.
- Kaca yang dipasang tidak benar atau kaca yang tidak memenuhi persyaratan ini
tidak akan diterima. Kaca tersebut harus diganti sampai diterima oleh
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi, tanpa ada biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.

PEKERJAAN KERAMIK
A. Persyaratan Bahan
- Ubin keramik lantai yang dipakai harus merupakan ubin keramik lokal yang
terbaik ukuran 20 x 20 dan 30 x 30. Untuk dinding kamar mandi 20 x 25. Keramik
harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SII.0583-81, seperti yang
diproduksi oleh Roman, Masterina, Mulia atau setara.
- Sebelum ubin keramik dapat dikirim ke tempat pekerjaan, Kontraktor harus
mempersiapkan dan mengajukan contoh ubin yang akan dipakai, secara tertulis

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 58


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

kepada Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui, yang harus


dilengkapi dengan keterangan tentang nama pabrik asalnya, serta keterangan
lainnya yang mungkin dibutuhkan oleh Direksi/ Konsultan Manajemen
Konstruksi.
- Semua keramik harus didatangkan ke tempat pekerjaan dikemas dalam doos-
doos aslinya, yang masih dilengkapi dengan keterangan tentang nama pabriknya,
type/nomor produksi, dan keterangan lainnya. Ubin yang dipakai harus bebas dari
cacat dan harus merupakan ubin keramik kwalitas
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Pasangan ubin keramik harus dilaksanakan oleh tukang keramik yang
berpengalaman. Sebelum ubin keramik dapat dipasang, Kontraktor harus
memeriksa kerataan dari beton tumbuk yang diatasnya akan dipasang ubin
keramik.
- Pemasangan ubin keramik untuk lantai harus dilaksanakan dengan
menggunakan adukan 1 pc : 5 ps. Selama pemasangan, daerah yang sedang
dipasang harus dibebaskan dari lalu-lintas. Ubin harus dipasang sedemikian rupa
sehingga diperoleh nat yang seragam dan lurus, dengan besar nat tidak lebih dari 5
mm. Nat harus diisi dengan menggunakan campuran semen putih dengan zat
warna dengan perbandingan 1 : 1.
- Keramik dinding harus dipasang dengan menggunakan adukan 1 pc : 3 ps
pasang, nat antar keramik harus disesuaikan dengan ayat diatas.
- Pemotongan keramik harus dilaksanakan denan menggunakan mesin potong
keramik yang disetujui oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Ubin
yang cacat tidak boleh dipasang dan akan ditolak oleh Direksi/Konsultan
Manajemen Konstruksi.
- Semua ubin yang tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam RKS ini,
baik kualitas bahannya maupun cara pelaksanaan-nya harus dibongkar dan diganti
tanpa tambahan biaya dari Pemberi tugas.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 59


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

PEKERJAAN PENGECATAN
A. Persyaratan Bahan
1. Plamur Tembok
Plamur tembok harus merupakan plamur acrylis emulsion yan berkualitas baik.
2. Cat Tembok
Cat tembok yang dipakai untuk pengecatan tembok dan langit-langit harus
merupakan cat emulsi yang baik, kelas II seperti merk Catylac, Vinilex, Metrolite,
Dana Paint atau setara. Untuk cat exterior harus menggunakan cat kelas I kualitas
setara Dulux ICI, Jotun, Mowilex atau setara.
3. Cat Enamel
Cat enamel yang dipakai untuk pengecatan pintu, railing tangga dan besi-besi
pada tempat parkir harus merupakan cat enamel yang baik yang setaraf dengan
yang diproduksi oleh “Glotex, Catylac” atau yang setara.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Semua dinding dan plafond yang akan dicat dengan cat emulsi harus
dibersihkan terlebih dahulu, dan sebelum dicat permukaan dinding dan plafond
harus diplamur dengan plamur yang telah disebutkan diatas sampai permukaannya
menjadi rata, kemudian diamplas. Pengecatan dengan cat emulsi harus
dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam 3 lapisan, sampai diperoleh warna cat
yang merata.
- Cat enamel harus dilaksanakan dengan cara penyemprotan atau pelaburan.
Sebelum pengecatan dilaksanakan, seluruh permukaan besi atau kayu harus
dimeni terlebih dahulu denagn meni besi (untuk bahan besi) atau meni kayu
(untuk bahan kayu), kemudian diamplas sampai rata.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 60


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Selama pengecatan semua bagian-bagian bangunan yang tidak dicat, seperti


lantai, list, allumunium, plafond, fan coil, kosen dan lain sebagainya, harus
dilindungi dari kemungkinan kena cat.
Bilamana dalam pengecatan, bagian-bagian tersebut terlebur atau tertetesi
cairan cat, maka ia harus segera dibersihkan dengan menggunakan kain lain yang
bersih. Pekerjaan cat ini harus dilaksanakan sampai diterima oleh
Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi.
- Meskipun demikian, bilamana selama pekerjaan atau masa pemeliharaan
bidang-bidang yang sudah dicat dan diterima oleh Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi, ternyata terkotori atau cacat akibat pekerjaan atau orang-orang yang
berada dibawah tanggung jawab Kontraktor, maka bidang tersebut harus dicat
kembali sampai diterima oleh Direksi/ Konsultan Manajemen Konstruksi.

4.10.9 PEKERJAAN PLAFOND


A. Persyaratan Bahan
- Bahan yang dipakai adalah papan GRC atau Calciboard dengan ketebalan 4
mm yang bebas dari retak, pecah atau cacat-cacat lainnya yang dapat merusak
penampilannya.
- Ukuran plapond yang dipakai 60 x 120 cm.
B. Penyelenggaraan Pekerjaan
- Pemasangan harus dilaksanakan oleh tukang yang berpengalaman dalam
melaksanakan pekerjaan ini.
- Panel GRC atau Calciboard datar boleh dipasang setelah seluruh rangka untuk
langit-langit tersebut sudah terpasang sesuai yang tertera dalam gambar dan
diterima oleh Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi. Nat-nat antara panel

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 61


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

GRC atau Calciboard harus lurus dan tidak boleh lebih dari 3 mm dengan jarak
yang sama.

BAB V
TINJAUAN KHUSUS PROYEK

5.1 PELAKSANAAN PROYEK

Pada dasarnya pembangunan Rumah Susun Mahasiswa (RUSUNAWA)


Institut Teknologi Bandung. Pembangunan RUSUNAWA ini dilaksanakan di
daerah Cisitu Lama, bertujuan sebagai tempat tinggal layak, sehat dan dekat
dengan kampus, akan dibangun dilokasi yang tepat sehingga diharapkan
mahasiswa yang sedang menempuh kuliah dapat terhindar dari pengaruh negatif
lingkungannya.

Oleh karena itu untuk melaksanakan proyek tersebut hingga memperoleh


hasil yang diharapkan memerlukan adanya suatu pembagian tugas dan wewenang
pada personilnya ditinjau dari hubungan kerjanya unsur-unsur yang terkait dalam
proyek tersebut antara lain sebagai berikut:

 Pemilik proyek / Owner


Dalam hal ini bertindak sebagai :
- Pemberi tugas
- Penaggung jawab biaya
- Penyedia tempat proyek
- Memberikan informasi dan kerja sama yang diperlukan oleh kontraktor sebatas
dalam wewenang dari pihak pemilik proyek.
- Memberi instruksi kepada kontraktor melalui konsultan serta menerima surat
jaminnan.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 62


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Apabila kontraktor tidak sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan dokumen,


owner berhak memberhentikan seluruh pekerjaan sampai hambatan dapat
diselesaikan.
- Menandatangani berita acara pekerjaan.
- Menyutujui atau menolak perubahan dalam pekerjaan atau penambahan.
- Mengesahkan dokumen yang akan dijadikan dukumen kontraktor.
 Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan pihak yang menerima pekerjaan dari pemilik
proyek sebagai perencana yang dimaksud, baik dari segi konstruksi maupun dari
segi arsitekturnya.
Tugas dan wewenang konsultan perencana adalah :
- Turut mempertimbangkan usul-usul dari pemilik proyek maupun kontraktor,
juga memberikan konsultasi mengenai hal-hal arsitektur, struktural dan jika
terdapat keraguan atas ketentuan dokumen kontraktor.
- Secara berkala memonitor jalannya pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan
memberikan penjalasan lanjutan mengenai isi dokumen kontrak apabila
diperlukan sebagai instruksi kepada kontraktor.
- Berhak meminta pemeriksaan pengujian pekerjaan secara khusus untuk
menjamin pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak.
- Berhak menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak dan berhak
memerintahkan pemeriksaan khusus terhadap bagian pekerjaan tertentu yang
menyimpang dari gambar kerja atau bestek.
 Konsultan Pengawas
Tugas dan wewenang konsultan pengawas :
- Melakukan pengawasan dibidang pengawasan
- Mengatur pembiayaan pelaksanaan
- Menyusun laporan mingguan
 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor adalah perorangan atau badan hukum yang telah menjadi pemenang
lelang atau ditunjuk langsung oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan
atau pengadaan barang atau peralatan, kontraktor haruslah menjadi agen dari suatu
produk barang atau peralatan yang diadakan oleh proyek ini.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 63


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Tugas dan wewenang kontraktor pelaksana :


- Melakukan pemeriksaan atas dokumen kontrak secara teliti dan
memberitahukan konsultan tentang kesalahan atau kekurangan yang ditemukan.
- Bertanggung jawab kepada pemilik proyek atas kesalahan yang mungkin terjadi,
kebijaksanaan dalam dokumen kontrak jika hal itu belum dilaporkan secara
tertulis kepada konsultan.
- Melengkapi syarat-syarat yang diperlukan bagi kepentingan proyek.
- Menjamin pelaksanaan pekerjaan lapangan sesuai dengan KRS yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
- Menyusun suatu rencana kerja (time schedule).
- Membuat laporan harian yang kemudian akan diperiksa kebenarannya oleh
konsultan.
- Menjamin bahwa semua bahan dan peralatan yang diperlukan dalam kondisi
baik, kecuali ditentukan lain.
- Manjaga kesehatan lingkungan yang diakibatkan dari proyek yang sedang
dikerjakan.
- Bertanggung jawab atas penawaran, pengawasan, penjagaan dan keamanan fisik
serta teknis selama dalam pelaksanaan pekerjaan proyek sejak mulai pelaksanaan
sampai penyerahan.
- Menempatkan cukup tenaga ahli, bertanggung jawab atas tindakan, kelalaian
dari pekerjaan dan orang yang melaksanakan pekerjaan.
- Memelihara kesejahteraan pekerja dan wajib menyerahkan alat-alat,
keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
- Menyerahkan set manual atau buku petunjuk yang dilengkapi brosur asli atau
salinan dari pekerjaan yang telah dikerjakan, yang meliputi data-data umum,
teknis, operasi dan perawatan kepada konsultan sebalum diperbanyak dan
diserahkan.
- Menyerahkan sertifikat / surat-surat ijin khusus, baik yang asli maupun
salinannya dari semua instansi pemerintah yang berwenang seperti dinas PU,
Bappeda, PLN, PERUMTEL dan sebagainya.
- Melaksanakan perbaikan pada kerusakan pekerjaan akibat kelalaian selama
pekerjaan. Semua biaya perbaikan ditanggung oleh kontraktor.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 64


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Mengangkut sampah dan sisa bahan bangunan yang dihasilkan akibat


pelaksanaan pekerjaan.

OWNER

KONSULTAN KONSULTAN
PELAKSANA
PERENCANA

KONTRAKTOR

Diagram 2.1 PELAKSANA Hubungan kerja


Keterangan :
: Hubungan Kontrak
: Hubungan koordinasi
Hubungan kerja antara keempat pihak tersebut dimulai dengan penyerahan
kuasa untuk melaksanakan dan merencanakan pembangunan dari owner ke
perencana. Sistem pada proyek Pembangunan RUSUNAWA adalah penunjukan
secara langsung, Hubungan antara pihak-pihak atau instansi tidak memiliki
hubungan kerja secara kontraktual. Hubungan pada proyek tersebut dapat
dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja secara formal ( tidak
bersifat secara kontraktual ). Tahapan-tahapan pada proyek dengan sistem
penunjukkan langsung yaitu berita acara, kontrak kerja, surat perintah kerja,
analisis harga, dan sistem pembayaran.
Kontrak kerja merupakan suatu kesepakatan dan perjanjian secara tertulis dan
secara suka rela antara kedua belah pihak yang bersangkutan dan memiliki
kekuatan hukum, kesepakatan tersebut dicapai setelah satu pihak menerima
penawaran yang diajukan oleh pihak lain untuk melakukan sesuatu yang
tercantum dalam penawaran.
 Dokumen kontrak terdiri dari :
a. Rencana kerja dan syarat-syarat ( RKS ).

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 65


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

b. Gambar-gambar perencanaan.
c. Berita acara penjelasan ( BAP ) berikut semua tambahan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Kota Cirebon dalam hal ini Bagian Bina Pembangunan
Pemerintah Kota Cirebon selaku Bowheer.
d. Surat keputusan pemberian pekerjaan ( Gunning ).
e. Surat perintah kerja ( SPK ).
f. Surat perjanjian pemborongan / surat perjanjian pekerjaan ( SPP ).
g. Surat kesanggupan dari kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan pada
RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA)
h. Surat jaminan pelaksanaan.
i. Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Penjelasan kelengkapan dokumen kontrak kerja adalah, sebagai berikut :
a. Pekerjaan Proyek RUSUNAWA yang akan dilaksanakan.
b. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dan mengikuti bestek, gambar
perencanaan, rencana kerja dan syarat-syarat, dan berita acara penjelasan
pekerjaan.
c. Jika dijumpai adanya perbedaan gambar dengan RKS, maka yang berlaku
adalah ketentuan-ketentuan yang ada dalam RKS tersebut.
d. Jika ada perbedaan gambar dan ukurannya, maka harus diikuti gambar dalam
skala yang lebih besar.
e. Apabila didalam pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan adanya suatu
perubahan, maka perlu dibuatkan gambar revisi terlebih dahulu oleh kontraktor,
kemudian dimintakan persetujuan secara tertulis dari konsultan sebelum pekerjaan
tersebut dilanjutkan / dilaksanakan.
Isi dari surat perjanjian pada Proyek RUSUNAWA adalah :
 Segera setelah dikeluarkan surat perintah kerja ( SPK ) harus dibuat surat
perjanjian atau kontrak pelaksanaan pekerjaan.
 Isi dan bunyi kontrak pada dasarnya sesuai dengan model yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah Republik Indonesia.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 66


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

 Jumlah buku kontrak yang harus dibuat pada Proyek RUSUNAWA adalah 15
set, adapun mengenai bea materai dan biaya-biaya lain yang berkenaan dengan
pembuatan kontrak menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari pihak kontraktor.
Pada proyek yang menggunakan sistem penunjukan langsung, surat perintah
kerja dilakukan setelah dibuat berita acara dan surat perjanjian kontrak. Pemilik
proyek secara resmi menyerahkan pelaksanaan pekerjaan pemborongan dan surat
perintah kerja. Kontraktor dalam hal ini harus menyerahkan jaminan kontrak yang
berupa garansi sebesar 20 % dari harga borongan, pengambilan uang muka
tersebut akan diperhitungkan berangsur-angsur secara merata. Tahap angsuran
pembayaran harus telah lunas pada saat pekerjaan telah selesai 100 %.
Pemilik proyek harus mengeluarkan surat perintah kerja paling lambat 10
hari setelah disepakatinya / ditandatanganinya akta atau surat perjanjian kontrak,
kemudian kontraktor memulai melaksanakan pekerjaannya setelah pemilik proyek
mengeluarkan surat penyerahan lapangan ( SPL ).
Meskipun jenis proyek tersebut menggunakan sistem penunjukkan secara
langsung dengan metode pengawasan secara in-house, akan tetapi hal-hal yang
berubungan dengan rencana kerja dan syarat-syarat serta nilai kontrak telah
dibakukan kedalam dokumen kontrak proyek. Nilai kontrak yang disepakati
dibakukan secara jelas dan terperinci, akan tetapi untuk membatasi alokasi dana
yang dikeluarkan, maka pihak Pemerintah Kota Bandung memberikan nilai limit
cost ( batas biaya ) sebesar Rp 7.840.000.000.00
Sistem pembayaran yang digunakan pada Proyek RUSUNAWA memakai
sistem unit price. Pada sistem tersebut pemilik proyek telah menentukan volume
pekerjaan, sedangkan kontraktor menentukan harga satuan dari volume / item
pekerjaan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemilik proyek. Adapun volume
pekerjaan bersifat mengikat yang berarti, apabila terjadi suatu perubahan
( addendum ) baik itu perubahan pekerjaan ( pekerjaan tambahan dan
pengurangan jenis pekerjaan ), perubahan waktu dan biaya semula yang telah
direncanakan / ditetapkan sebelumnya adalah sepenuhnya merupakan tanggung
jawab Pemerintah Kota Bandung sebagai pihak pemberi tugas.
Setelah kontrak ditandatangani, kontraktor kemudian menyerahkan
jaminan sebesar pelaksanaan sebesar 20 % dari jaminan keseluruhan nilai kontrak

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 67


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

dan dapat mengajukan uang muka sebesar yang dimohon / diajukan. Pembayaran
pekerjaan dilakukan pada setiap akhir bulan sesuai dengan prestasi pekerjaan yang
telah diselesaikan dan dituangkan dalam berita acara prestasi pekerjaan
kontraktor.
Apabila pekerjaan telah selesai 100 % maka kepada kontraktor diberikan
pembayaran sebesar 95 % dari nilai kontrak dikurangi pembayaran-pembayaran
yang dilakukan sampai jumlah nilai denda. Pada pembayaran ini diterbitkan berita
acara penyerahan pekerjaan pertama, dan pembayaran pekerjaan sebesar 5 %
( sebagai uang retensi ) dari nilai kontrak, dilakukan setelah masa pemeliharaan
berakhir dan pekerjaan telah diterima oleh pemilik proyek yang dinyatakan dalam
berita acara penyerahan pekerjaan kedua. Apabila surat keterangan masa
pemeliharaan selesai, maka seluruh sisa pembayaran diberikan kepada kontraktor.

5.2 Struktur Organisasi Proyek

Untuk mewujudkan Projek yang teratur dalam kegiatan pelaksanaannya.


Harus dibentuk wadah yang disebut organisasi, Hal ini dimaksudkan agar terlihat
dengan jelas adanya hubungan kerja antara pimpinan proyek dengan bawahannya,
selanjutnya kegiatan tersebut disiapakan, disusun dan dialokasikan pada para
anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efesien dan
efektif, Proses ini meliputi perincian pekerjaan yang terjadi pada struktur tertentu.
Dalam hal ini telah kita ketahui struktur organisasi formal yaitu berdasarkan
fungsi dan divisi yang dibagi dalam struktur organisasi menurut produk, wilayah,
waktu, proses dan peralatan untuk melaksanakan proyek.

5.3 Tugas dan Wewenang Dari Setiap Bagian Struktur Organisasi Proyek
 Project Manager
Tugas dan wewenangnya:
- Membawahi semua personil proyek
- Mengendalikan pekerjaan sesuai schedule yang telah dilaksanakan
- Menentukan anggaran biaya
- Menentukan pembelian material
- Melaporkan prestasi proyek untuk penagihan

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 68


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

- Memimpin rapat koordinasi


 Manager Lapangan
Tugas dan wewenangnya:
- Mengatur semua kegiatan dilapangan
- Mempelajari design drawing
- Menyerahkan revisi design drawing kepada Quantity Surveyor
- Mengecek ulang data yang ada
- Membuat laporan prestasi pekerjaan
- Membuat laporan pekerjaan tambahan
 Drafter ( Juru Gambar )
Tugas dan wewenangnya:
- menggambar dan membuat rusunawa drawing dan segala perubahannya
- Diakhir pekerjaan membuat as built drawing
 Mekanik
Tugas dan wewenangnya:
- memelihara dan melayani peralatan proyek, seperti:
sarana penerangan, air dan sarana pengecoran
 Gudang dan Logistik
Tugas dan wewenangnya:
- Menangani bagian logistik
- Pembelian dan pemasukan bahan material
 Administrasi
Tugas dan wewenangnya:
- Mengetik laporan
- Menangani surat masuk / keluar
- Membukukan material yang datang
- Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan
 Cost Control
Tugas dan wewenangnya:
- Membayar gaji karyawan
- Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran setiap bulan
 Security

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 69


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Tugas dan wewenangnya:


- Mengamankan lokasi proyek

5.4 Data proyek

a. Data Administrasi Proyek


- Nama Proyek : RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA
(RUSUNAWA) INSTITUSI TEKNOLOGI BANDUNG
- Lokasi : Jl. Sangkuriang Atas RT 04/12 Bandung
- Harga : Rp 7.840.000.000.00
- Lingkup Batasan : Pekerjaan Bongkaran dan Persiapan
Pekerjaan Sipil dan Arsitektur
Pekerjaan Site Development
Pekerjaan Elektrikal
Pekerjaan Plumbing
Pekerjaan Finishing
- Sumber Dana : APBD Propinsi Jawa Barat Dana alokasi umum (DAU)
APBD Kota Bandung Tahun Anggaran 2007

Pemilik Proyek : Departemen PU Dirjen Cipta Karya

Konsultan Perencana : PT. Deta Decon Engineering

Konsultan Pengawas : PT. Multi Phi Beta

Kontraktor Pelaksana : PT. Paesa Pasindo Engineering


b. Data Bangunan
- Luas lahan keseluruhan : 8500 M2
- Luas Lantai Dasar : 3200 M2
- Jumlah lantai : 5 Lantai
- GSB : 6m
- KLB : 2
- KDB : 40 %
c. Data Teknis
- Kondisi fisik bangunan

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 70


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Batas Utara : Lahan Kosong


Batas Selatan : Permukiman Penduduk dan Pemakaman Umum
Batas Barat : Permukiman Penduduk
Batas Timur : Permukiman Penduduk
- Lebar Jalan : 6m
- Ketinggian tiap lantai : + 3.00 m

5.5 Tenaga Kerja, Waktu Kerja, Sistem Pengupahan


5.5.1 Tenaga Kerja
Dalam proyek ini tenaga kerja berperan sebagai pelaksana yang langsung
mengerjakan proyek, sesuai dengan keahlian masing-masing berdasarkan lingkup
pekerjaan, tenaga kerja yang mengerjakan pekarjaan terdiri atas :
a. Manager proyek : Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek.
b. Manager teknik : Bertanggung jawab atas pelaksanan kegiatan teknik.
c. Manager administrasi : Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
administrasi di lapangan.
d. Staf teknik : Mengerjakan pelaksanaan administrasi.
e. Staf administrasi : Mangawasi dan melaksanakan pekerjaan di lapangan.
f. Kepala pelaksana : Mengawasi dan melaksanakan pekerjaan di lapangan.
g. Pelaksana sipil : Mengerjakan pekerjaan sipil.
h. Pelaksana ME : Mengerjakan pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan
elektrikal.
i. Pembelian : Mengerjakan pekerjaan pembelian bahan-bahan yang
menyangkut proyek.
j. Pengukuran : Mengerjakan pengukuran di lapangan, baik penentuan patok,
ketinggian elevasi dan lain-lain.
k. Peralatan dan gudang : Mengerjakan dan mengawasi keluar masuknya barang
dari gudang.
l. Mandor : Mengerjakan pekerjaan tukang / pekerjaan lapangan.
m. Tukang besi : Mengerjakan semua pekerjaan pembesian tulangan beton.
n. Tukang kayu : Mengerjakan pekerjaan kayu baik pembuatan kusen, konsol,
kuda-kuda maupun pekerjaan kayu bekisting.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 71


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

o. Tukang batu : Mengerjakan pekerjaan batu, dari mulai pekerjaan pondasi,


pasangan bata dan plesteran.
p. Tukang gali : Mengerjakan semua galian dan pengurugan.
q. Pekerja : Membantu pekerjaan yang diperlukan.
r. Tukang las : Mengerjakan pemasangan atau pengelasan besi yang diperlukan.
s. Tukang-tukang tambahan : Mengerjakan pekerjaan tambahan yang dianggap
perlu.

5.5.2 Waktu Kerja


Waktu kerja di projek pembangunan gedung RUMAH SUSUN
SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) ITB ditentukan dengan peraturan
sebagai berikut :
- Jam Kerja : Jam 08.00-16.00
- Istirahat : Jam 12.00-13.00
- Waktu Lembur : Jam 16.00 s.d selesai
Pekerja akan mendapat upah tambahan, dihitung per jam. Ini biasanya
dilakukan untuk mengejar target pekerjaan yang harus di selesaikan.

5.5.3 Sistem Pengupahan


Pengupahan dikoordinir oleh masing-masing mandor pada setiap
pekerjaan, biasanya bagian keuangan memberikan upah mingguan pada mandor.
Mandor memberikan upah mingguan atau upah harian pada pekerja. Pada
umumnya pekerja berstatus harian merupakan upah yang besarnya tergantung dari
banyaknya hari kerja dalam seminggu, pembayaran dilakukan seminggu sekali
pada hari sabtu, untuk jenis pekerjaan yang sama, biasanya upah harian tidak
sama. Kualitas pekerjaan seseorang tukang dan peladen akan mempengaruhi upah
yang diterima. Yang menentukan besar kecilnya upah tersebut adalah mandor
yang mengawasi pekerjaan mereka setiap saat.

5.6 Syarat dan Administrasi Proyek


Untuk merealisasikan proses pengawasan di lapangan, koordinator
membuat persyaratan teknis, baik itu persyaratan-persyaratan yang akan diikuti

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 72


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

dalam tahapan kegiatan, maupun pekerjaan-pekerjaan persiapan yang ditambah


untuk mempermudah dan menjelaskan teknis pengawasan yang dilakukan antara
lain :
5.6.1 RKS
Berisikan rencana kerja dan syarat-syarat yang dijadikan acuan atau
panduan teknis dalam pelaksanaan proyek. Pemborong wajib meneliti gambar
kerja RKS, maka gambar yang berlaku adalah gambar yang mempunyai skala
besar, apabila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan sehingga dalam
pelaksanaan dapat mengakibatakan kesalahan, pemborong wajib menanyakan hal
ini kepada pihak perencana atau pengawas dan mengikuti keputusannya.

5.6.2 WORK DRAWING


Yaitu gambar detail pelaksanaan yang dibuat oleh kontraktor yang
bertujuan untuk memperjelas ganbar-gambar kontrak yang telah disetujui.
Gambar kerja ini dibuat dengan bagian-bagian tertentu dengan skala sesuai
kebutuhan, untuk keperluan yang lebih spesifik gambar dibuat dengan skala yang
cukup besar misalnya: skala 1:20, skala 1:10 dan lain-lain. Selanjutnya gambar
kerja diserahkan kepada pelaksana lapangan, baik itu pengawas lapangan maupun
mandor lapangan untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan.

5.6.3 CHANGE ORDER DRAWING


Yaitu gambar perubahan dari rencana awal yang dikeluarkan melalui
direksi atau kontraktor yang disetujui oleh direksi untuk dilaksanakan.

5.6.4 AS BUILT DRAWING


As built drawing adalah gambar kenyataan di lapangan yang telah
disetujui oleh direksi dan merupakan kelengkapan utama.

5.7 Penjadwalan dan Mekanisme Laporan Kegiatan proyek


5.7.1 Sistem Penjadwalan
a. Time schedule

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 73


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

Sebelum proyek dilaksanakan perlu disusun time schedule untuk menjamin


kelancaran pekerjaan, time shedule menggambarakan tahapan pekerjaan dan masa
pelaksanaan pekerjaan, dalam pelaksanaan diharapkan tidak terjadi kekosongan
atau keterlambatan. Time schedule disusun berupa bar-chart untuk
mempermudah pembacaan dan penalaran pelaksanaan. Disusun oleh kepala
proyek dan dibanatu oleh pelaksana harian yang kemudian disetujui oleh direksi.
Time schedule disusun berdasarkan faktor-faktor :

- Keadaan lapangan
- Keadaan keuangan bouwheer
- Penyediaan bahan bangunan dan fasilitas peralatan
- Ketergangtungan masing-masing pekerjaan
- Batas waktu yang telah ditentukan
- Kemungkinan perubahan kehendak bouwheer
Perkembangan pelaksanaan proyek akan disesuaikan dengan bar-chart, jika
terjadi keterlambatan maka dapat diketahui dan dicari jalan keluarnya. Meskipun
dalam proyek tidak dikenal sistem denda dalam keterlambatan tetapi pelaksanaan
tetap menjaga agar tidak terjadi keterlambatan yang berlarut-larut, sebab hal ini
akan sangat merugikan pelaksanaan dan memperkecil kemungkinan untuk
memperoleh proyek lain.

b. Diagram Batang dan Kurva “S”


Untuk memperjelas kegiatan proyek dibutuhkan diagram batang dan kurva
“S”, secara grafis diagram batang menggambarkan suatu proyek atau sekumpulan
aktivitas pekerjaan yang terdimensi dengan baik. Arah vertikal pada diagaram
menunjukan berbagai aktiviats proyek dan arah horizontal menunjukan satuan
waktu, biasanya kegiatan-kegiatan tersebut diurutkan secara vertikal dan
kronologis.

Keuntungan diagram ini adalah mudah dimengerti oleh seluruh level


manajemen, kerena bentuk grafisnya yang sederhana. Kekurangan dari diagram
ini adalah kurang dapat menjelaskan keterkaitan antara aktivitas-aktivitas dan
tidak dapat secara langsung mamberikan informasi mengenai akibat-akibat yang

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 74


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

terjadi apabila ada suatu perubahan. Walaupun demikian diagram ini tetap
merupakan suatu alat kontrol penjadwalan proyek yang baik.
Kurva “S” berbentuk huruf S karena umumnya besar pembelanjaan proyek
persatuan waktu cenderung rendah, kemudian mencapai puncaknya pada
pertengahan proyek, dan menurun lagi pada akhir proyek.
c. Hubungan Kerja
Dalam suatu penyelenggaraan dan pelaksanaan proyek terdapat pihak-pihak
yang terlibat dalam proyek seperti yang telah dijelaskan diatas, dan diantara
pihak-pihak tersebut terdapat hubungan kerja untuk merealisasikan pelaksanaan
pekerjaan proyek.
Untuk mendapatkan hasil proyek yang sesuai dengan keinginan pemilik
proyek ( owner ) serta agar memenuhi target kualitas pekerjaan, waktu dan biaya,
maka sangat diperlukan adanya suatu hubungan kerja sama yang baik sesuai
dengan yang tercantum dalam surat perjanjian bersama serta dokumen kontrak
yang telah ditetapkan.
Hubungan kerja sama diantara pihak-pihak tersebut dituangkan dalam surat
perjanjian atau dokumen kontrak, sehingga apabila pada suatu saat terjadi
perselisihan atau permasalahan akan dapat diselesaikan berdasarkan surat
perjanjian tersebut.
Hubungan kerja pada Proyek RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA
(RUSUNAWA) ITB akan dipaparkan pada uraian di bawah ini, hubungan kerja
tersebut yaitu hubungan kerja antara pemilik proyek dengan kontraktor, hubungan
kerja antara kontraktor utama dengan sub kontraktor, dan hubungan kerja antara
kontraktor dengan tenaga kerja / buruh.
Pemilik proyek (Departemen PU Dirjen Cipta Karya) memiliki gagasan untuk
membangun sebuah gedung dan mempercayakan tugas perencanaan kepada
konsultan perencanaan dengan cara ditunjuk langsung, selanjutnya konsultan
perencana mengajukan alternatif desain ( pilihan perencanaan ) kepada pihak
owner untuk dipertimbangkan apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan
apabila telah cocok dan sesuai dengan keinginan owner, maka pihak pemilik
selanjutnya memerintahkan kepada konsultan perencana untuk segera membuat
shop drawing ( gambar kerja ) dan technical specification ( spesifikasi teknik )

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 75


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

yang akan digunakan sebagai panduan / pedoman oleh kontraktor untuk


melaksanakan proyek pembangunan gedung tersebut.
Kemudian konsultan membuat construction drawing dengan persetujuan dari
pihak pemilik, selanjutnya gambar tersebut diserahkan kepada kontraktor yang
telah ditunjuk untuk dijadikan pedoman dalam tahap pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
Apabila proses tersebut telah selesai, pemilik proyek segera
menginformasikan kepada konsultan dengan mengirimkan As Built Drawing, dan
kemudian konsultan perencana memeriksa dan menelitinya untuk memberikan
suatu pertimbangan kepada pemilik proyek mengenai hasil dari proses
perencanaan dan hasil dari penelitian / pemeriksaan tersebut yang selanjutnya
diserahkan kepada owner.
Tugas konsultan selanjutnya adalah memonitor pemeliharaan suatu konstruksi
bangunan ( operation and mainantance ) yang telah selesai dikerjakan ( apabila
proyek tersebut telah selesai dibangun ) apakah sudah sesuai dengan fungsi
bangunan serta menilai kelayakan dari faktor keamanan bangunan tersebut, dan
apabila terjadi kekurangan pada bangunan tersebut maka pihak owner meminta
kepada konsultan untuk merevisi atau memperbaiki perencanaan perencanaan
bangunan ( perencanaan struktur ) tersebut yang selanjutnya kemudian diserahkan
kepada kontraktor untuk melaksanakan pembangunan / perbaikan ulang ( re-
construction ), jika kekurangan dari fungsi bangunan tersebut diakibatkan oleh
adanya kesalahan dari perencanaan, maka biaya pembangunan ulang tersebut
ditanggung sepenuhnya oleh pemilik proyek dan konsultan perencanaan, tetapi
apabila kesalahan tersebut disebabkan oleh pihak kontraktor ( pelaksana ), maka
biaya pembangunan ulang tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari
pihak kontraktor sebagai pelaksana pekerjaan / proyek.
Kontraktor melaksanakan pembangunan / pekerjaan sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan oleh owner, dan owner selalu memonitor pekerjaan
kontraktor sehingga pekerjaan pada tahap pelaksanaan proyek tidak akan
menyimpang dari perencanaan yang telah ditetapkan. Adapun mengenai proses
pembayaran biaya proyek pada umumnya kontraktor dapat mengajukan klaim
pembayaran kepada owner untuk setiap jenis / item pekerjaan yang telah

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 76


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

dilaksanakannya selama jangka waktu satu bulan, setelah itu owner akan
mengadakan evaluasi mengenai pekerjaan-pekerjaan tersebut apakah telah sesuai
maka proses pembayaran dapat dilaksanakan, demikian seterusnya proses
pembayaran jangka waktu satu bulan oleh pihak owner kepada kontraktor sampai
dengan selesai. Dan untuk pembayaran terakhir owner akan menahan pembayaran
sebesar 5 % sebagai uang retensi, yang kemudian uang tersebut akan dibaayarkan
setelah selsai masa pemeliharaan ( Fhase Mainantance ), akan tetapi pada Proyek
RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) ITB telah terjadi suatu
kesepakatan antara pihak owner dengan pihak kontraktor bahwa untuk pengajuan
klaim pembayaran kepada kontraktor atas pekerjaan yang telah diselesaikan
apabila proyek tersebut telah mencapai 100 % ( akhir masa proyek dan serah
terima akhir ) sebesar 95 % dari total biaya ( nilai kontrak ).
Kontraktor utama menunjuk sub kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan
yang memiliki volume lebih kecil, sub kontraktor tersebut dikoordinasikan oleh
kontraktor utama dengan mendapat persetujuan dari pemilik proyek, sehingga
pemilik proyek ( owner ) dapat menilai sub kontraktor mana saja yang layak
untuk melaksanakan / mendapatkan pekerjaan yang akan dilaksanakan
selanjutnya.
Subkontraktor yang ada dalam Proyek RUMAH SUSUN SEDERHANA
SEWA (RUSUNAWA) ITB antara lain untuk pekerjaan pondasi tiang pancang,
pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pekerjaan pengecatan dan pekerjaan interior.
Pekerja / buruh proyek konstruksi harus memiliki spesifikasi keahlian masing-
masing menurut jenis pekerjaan yang dilaksanakan, spesifikasi dari para pekerja
tersebut misalnya tukang besi, cor, tukang bobok, tukang batu dan tukang kayu.
Secara tidak langsung para pekerja tersebut juga ikut berperan dalam
menentukan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan. Oleh karena itu hubungan
kerja yang baik dan sesuai di antara personil ( antara atasan dan bawahan ) harus
terjalin secara hangat dan kekeluargaan, hal tersebut sangat penting untuk
diterapkan dengan tujuan agar dapat mengurangi dan menghidari kejenuhan
bekerja, karena etos kerja dan dedikasi dari para pekerja akan memengaruhi
kelancaran dan kualitas pekerjaan.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 77


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

5.7.2 Laporan-Laporan Kegiatan Proyek


Laporan yang dibuat pada pekerjaan proyek adalah laporan harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan. Adapun laporan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Laporan Harian
Laporan harian merupakan banyaknya pekerja yang diselenggarakan pada hari
tersebut, jumlah tenaga kerja dan peralatan yang ada, material yang datang,
keadaan cuaca, catatan waktu mulai pekerjaan sampai dengan selesai pada hari itu
serta perubahan-perubahan yang ada.

b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan berisikan tentang laporan umum yaitu kemajuan pekerjaan dan
laporan grafik kemajuan pekerjaan, (grafik prestasi) penggunaan tenaga kerja,
pemasukan bahan, pengendalian waktu pelaksanaan dan pengamatan cuaca setiap
hari dalam seminggu.

c. Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat pada akhir bulan dan merupakan evaluasi dari laporan
mingguan yang berisi garis besar perkembangan pelaksanaan pekerjaan selama
satu bulan. Isinya antara lain: laporan umum, laporan visual (foto-foto pekerjaan
yang terlaksana pada pekerjaan tersebut) laporan kemajuan pekerjaan, laporan
time schedule, laporan rapat lapangan, laporan pengendalian keuangan, laporan
penggunaan jumlah tenaga kerja, laporan pemasukan bahan bangunan, laporan
pengamatan waktu dan cuaca.

5.8 Analisis Terhadap Time Schedule Pelaksanaan Pekerjaan


Selama pelaksanaan pembangunan Rusunawa ITB ini banyak mengalami
keterlambatan dalam pembangunan, tidak sesuai dengan time schedule yang telah
direncanakan. Selama melakukan praktikan di proyek pembangunan Rusunawa
ITB ini, terjadi beberapa titik keterlambatan terhadap time schedule yang telah
direncanakan diantaranya ada 5 ttik keterlambatan, dengan kurun waktu 6 hari
untuk setiap titik. Dan selama melakukan praktikan pada proyek Rusunawa ini,
hampir pada setiap titik terjadi keterlambatan pekerjaan. Berikut uraian
keterlambatan pekerjaan pembangunan Rusunawa ITB untuk setiap titik :

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 78


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

A. Titik A
Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 6 %. Dimana
dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 92 %, sedangkan realisasi
yang telah dicapai baru 98 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan adalah pekerjaan pompa hydrant, sedangkan kegiatan yang sangat kecil
persentasinya adalah pekerjaan pasangan dan plesteran. Hal ini disebabkan oleh
lokasi pembangunan Rusunawa ITB yang berada di area lahan berkontur. Ketika
pengerjaan pemboran untuk area sumur pompa, terjadi longsor. Hal ini disebabka
oleh lahan yang berkontur dan terjdi hujan, sehingga area untuk sekitar bangunan
dibuat beronjong atau turap.
B. Titik B
Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 7 %. Dimana
dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 95 %, sedangkan realisasi
yang telah dicapai baru 88 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan adalah pekerjaan panel, sedangkan kegitan yang sangat kecil
persentasinya adalah pekerjaan kabel. Keterlambatan pekerjaan ini disebabkan
karena pada titik ini, pekerjaan difokuskan pada pekerjaan cut and fill disekitar
lokasi. Pekerjaan cut and fill untuk lokasi yang berada disekitar bangunan
dilakukan terlebih dahulu, untuk mencegah longsor akibat hujan yang turun
dengan sangat lebat. Pengerjaan cut and fill ini juga dimanfaatkan untuk dijadikan
taman dengan kontur yang menarik, menyerupai bukit pegunungan.
C. Titik C
Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 6 %. Dimana
dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 98 %, sedangkan realisasi
yang telah dicapai baru 92 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan adalah pekerjaan kabel, sedangkan kegiatan yang sangat kecil
persentasinya adalah pekerjaan plafon. Hal ini disebabkan oleh penyelesaian area
pembuangan sampah di bagian depan pembangunan Rusunawa ITB. Karean area
disekitar pembangunan Rusunawa ITB ini mendapat bau yang tidak enak dari area
pembuangan sampah ini. Karenanya, pada saat ada kunjungan pengawas dari
pihak ITB menginginkan pengerjaan pembersihan sampah terlebih dahulu untuk
menghindari pembusukan yang semakin bau dari tumpukan – tumpukan sampah.

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 79


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

D. Titik D
Keterlambatan pekerjaan pada titik A ini adalah sekitar 7 %. Dimana
dalam time schedule, target yang harus dicapai adalah 100 %, sedangkan realisasi
yang telah dicapai baru 73 %. Pada titik ini, pekerjaan yang paling banyak
dikerjakan adalah pekerjaan luar bangunan sedangkan kegitan yang sangat kecil
persentasinya adalah pekerjaan persiapan. Hal ini disebabkan oleh adanya para
pekerja harian yang menginginkan pembayarannya diberikan selama tiga hari
yang belum dibayar. Karenanya, para buruh harian ini melakukan mogok kerja
sebelum pembayarannya selesai. Akhirnya, karena para pekerja mogok kerja,
proses pelaksanaan pekerjaan yang telah ditentukan dalam time schedule
mengalami keterlambatan.

5.9 Uraian System Pekerjaan Yang Diikuti Selama Praktikan.


Praktikan bekerja dibawah bimbingan Tim Pelaksana Rusunawa ITB dan
Tim Manajemen Konstruksi. Praktikan dilakukan selama dua bulan, terhitung dari
bulan Juli hingga Agustus. 6 hari dalam seminggu, terhitung dari jam 9.00 hingga
pukul 14.00. Pekerjaan yang diikuti selama praktikan adalah sebagai berikut :
Mengawasi pelaksanaan pembangunan Rusunawa ITB, khusunya dalam hal
pelaksanan arsitektur. Dengan cara menceklis pekerjaan yang telah dilakukan dan
menghitung progres pekerjaan setiap harinya, kemudian diakumulasikan dalam
jangka waktu satu minggu. Dari progres kemajuna dalam setiap pembangunan,
seorang praktikan akan mengetahui hal – hal apa saja yang mempengaruhi
kemajuan atau keterlambatan dalam seatu progres kemajuan. Dalm hal ini ada
beberapa objek yang menjadi bahan objek pengawasan, diantaranya :
1. Pekerjaan pemasangan pasangan batako.
2. Pekerjaan pembuatan siar pada pasangan batako yang baik dan rapi
3. Pekerjaan pembuatan ban – ban pada bagian pintu dengan teknik
pengerjaannya.
4. Pekerjaan pemasangan roster, kusen dan jendela yang terbuat dari alumunium.
5. Pekerjaan instalasi listrik dan fitting.
6. Pekerjaan pemasangan lampu dan box sikring
7. Pekerjaan shaft listrik dan air pada bagian dinding

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 80


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

8. Pekerjaan pemasangan waterproffing.


9. Pekerjaan pembuatan precast plat lantai
10. Pekerjaan metoda pemasangan antara komponene bangunan dengan sistem
precast.
11. Pekerjaan konsol besi
12. Pengamatan pengetesan pasir, air kran, hydrant, dan floor drain
13. Pengawasan terhadap peninggian kamar mandi
14. Pengamatan terhadap ruang penyandang cacat
BAB VI

KESIMPULAN

1. Progress sangat berhubungan dengan tenaga ahli, sebaiknya dilakukan


penambahan untuk tukang bangunan. Untuk tukang bangunan borongan
sebaiknya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tukang bangunan
dengan system harian. Karena pekerjaan dari tukang bangunan dengan
system harian akan sulit terkontrol., terlebih, jika pada esoknya tukang
harian tersebut tidak masuk.
2. Progres sangat berhubungan dengan koordinasi setiap bagian di lapangan,
yakni antara Projek Manager dengan Engineering Manager, Kepala
Logistik dan Peralatan, Site Manager dan Kepala Administrasi dan
Keuangan. Selain koordinasi intern di lapangan, diperlukan juga
koordinasi ekstern, yakni antara Konsultan Pelaksana dengan Konsultan
Perencana dan Manajemen Konstruksi.
3. Bentuk desain Bangunan Rusunawa yang sederhana memudahkan
pelasanan dalam hal strukur, penggunaan alat – alat berat yang memang
biasa digunakan untuk pembangunan gedung medium rise.
4. Bentuk desain bangunan Rusunawa ITB ini berkaitan dengan teknik dan
bahan material yang digunakan. Teknik pelaksanaan untuk pembangunan
Rusunawa ITB ini banyak melakukan cut and fill, terlebih lokasi
Rusunawa ITB ini terletak di lahan yang sangat berkontur. Sehingga untuk

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 81


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

menstabilkan kelayakan akan lahan yang berkontur tersebut, maka


dilakukan teknik cut and fill.
5. Desain bangunan Rusunawa ITB ini bertingkat lima atau medium rise,
dengan bentuk – bentuk yang tipikal, sehingga untuk teknik pengerjaan
yang dipilih adalah teknik precast, karena teknik precast ini akan
memudahkan pengerjaan untuk di lantai teratas. Dengan teknik precast
yang digunakan untuk pengerjaan Rusunawa ITB ini, maka bahan
bangunan yang digunakan adalah bahan bangunan yang dibuat dengan
system fabrikai. Dimana setiap bagian – bagian structural bangunan dibuat
terlebih dahulu sebelum pembangunan dimulai. Pembuatan bahan
bangunan ini dilakukan secara fabrikasi sendiri oleh PT. Paesa Pasindo
Engineering yang telah disesuaikan dengan SK – SN – T – 15 – 1991 –
03 .

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 82


Laporan Kerja Praktek I
Pembangunan Rusunawa ITB

LISA KHALIDA ~ 1.04.04.002 83

Anda mungkin juga menyukai