Anda di halaman 1dari 18

CO

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN STRUKTUR DAN NON STRUKTUR


SERTA CARA PERBAIKANNYA PADA BANGUNAN GEDUNG SMP
NEGERI 7 POLEWALI, KABUPATEN POLEWALI MANDAR

DISUSUN OLEH:

NUR FAJRI
1921040007
S1 01

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

1
CO

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah singkat ini adalah “Analisa Kerusakan Komponen Struktur Dan Non Struktur
Serta Cara Perbaikannya Pada Bangunan Gedung Smp Negeri 7 Polewali, Kabupaten
Polewali Mandar”

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
mata kuliah Teknik Perbaikan Struktur yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan makalah ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah singkat
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah sini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
membuat makalah ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Polewali Mandar, 2 Oktober 2022

Penulis

ii 2
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 2

1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 2

1.3 Tujuan penulisan ....................................................................................... 2

1.4 Manfaat penulisan ..................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 3

2.1 Bangunan Gedung .................................................................................... 3

2.2 Klasifikasi Bangunan Gedung Negara ..................................................... 3

2.3 Kerusakan Bangunan Gedung .................................................................. 5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 8

3.1 Identifikasi Kerusakan Komponen Struktur dan Cara Perbaikannya ....... 8

3.2 Identifikasi Kerusakan Komponen Non Struktur dan Cara Perbaikannya10

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 14

Kesimpulan .................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

iii 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan Gedung Pendidikan seperti Gedung sekolah memiliki peran penting
dalam membangun indeks pembangunan manusia. Gedung sekolah yang terawat
dengan baik akan mendukung proses pelaksanaan belajar mengajar. Selain itu,
ketersediaan sarana dan prasarana Pendidikan juga termasuk factor yang
mendukung hal tersebut diatas. Sebagai komponen utama dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar inilah, maka Gedung sekolah membutuhkan pemeliharaan
secara berkala. Menurut Iriana et al (2012), kurangnya perhatian atau tidak
sesuainya yang dilakukan, akan menyebabkan suatu kondisi atau dampak negative,
yaitu menurunnya tingkat produktivitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemilik atau pengguna bangunan sebagai akibat dari kurang terpeliharanya kondisi
bangunan. Hal ini perlu segerah diperhatikan oleh pemerintah pusat maupun daerah
karena sangat berpengaruh besar dalam penentuan mutu Pendidikan suatu
daerah.(Daniel et al., 2014)
Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Republic Indonesia (2002)
menyatakan bahwa umur bangunan dapat tetap memenuhi fungsi dan keandalan
bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk bangunan
Gedung negara (termasuk bangunan rumah negara) umur bangunan diperhitungkan
50 tahun. Identifikasi kerusakan yang terdapat di Gedung sekolah akan membantu
dalam proses perawatan dan umur pakai bangunan. (Daniel et al., 2014)
Mengecek bangunan secara keseluruhan perlu anda lakukan. Baik itu bagian
lantai, dinding, atap, rangka atap, hingga tiang penyangga rumah. Lihat apakah
terjadi kerusakan atau masih layak digunakan, misalnya dinding retak, segera
diperbaiki agar resiko dinding rembes saat musim hujan dapat diminimalisir. Atau
jika rangka atap sudah tidak layak digunakan, terutama yang terbuat dari material

1
kayu, segeralah untuk menggantinya. Ada beberapa klasifikasi kerusakan pada
bangunan Gedung yaitu, kerusakan ringan, sedang, dan berat.(Fisu, 2021)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bangaimana kondisi kerussakan yang terjadi pada komponen struktur
bangunan Gedung SMPN 07 Polewali?
2. Apa saja yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan pada komponen struktur
banguna Gedung?
3. Bagaimana cara penanganan guna menghindari kerusakan lebih lanjut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi kerusakan yang terjadi pada komponen struktur
bangunan Gedung SMPN 07 Polewali!
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan pada komponen struktur
bangunan Gedung!
3. Untuk mengetahui cara penangnan guna menghindari kerusakan lebih lanjut!
1.4 Manfaat
Laporan ini dapat membantu menambah wawasan mahasiswa di bidang struktur,
khususnya dalam memperbaiki dan mengetahui cara penanganan pada struktur
yang mengalami kerusakan.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Gedung


Bangunan Gedung adalah wujud fisik hail pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan kedudukannya sebagai atau seluruhny berada di atas dan /atau di dalam
tanah atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan social budaya, maupun kegiatan khusus. Menurut peraturan Menteri
pekerjaan umum no.24 ttahu 2008 tentang Gedung, fungsi dari bangunan Gedung
meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, social dan budaya serta fungsi khuus
adalah ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan administrative dan persyaratan
teknis bangunan Gedung. (Ariyanto, 2020).
Bangunan Gedung sekolah merupakan salah satu bangunan fiik dalam
prasarana yang sangat penting dalam mendukung suksesnya program Pendidikan.
Bangunan Gedung sekolah memiliki fungsi yang sangat penting dalam
pengembangan dan pertumbuhan Pendidikan suatu wilayah dalam upaya
mewujudkan pemerataan pembangunan Pendidikan serta peningkatan kualita dan
pengembangan sumberdaya manusia. Bangunan Gedung sekolah digunakan
sebagai prasarana Pendidikan perlu dikelola pemeliharaannya dengan baik agar
bangunan Gedung tersebut berfungsi sebagaimna mestinya. Namun sesuai dengan
karakteristiknya bangunan Gedung elalu cenderung mengalami penurunan kondisi
yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Adanya
kerusakan pada fisik bangunan yang sering ditemukan dapat menurunkan kondisi
belajar murid maupun tenaga pengajar di sekolah tersebut. (Lina, 2015).

2.2 Klasifikasi Bangunan Gedung Negara

Dalam menentukan klasifikasi Bangunan Gedung Negara, maka tingkat


kompleksitas merupakan kriteria dan indikatornya, terdiri atas fungsi dan karakter,

3
serta teknologi. Fungsi dan karakter bangunan Gedung meliputi penggunaan
struktur kolom, utilitas, sarana penyelamatan, dan jumlah lantai (Direktorat Jendral
Cipta Karya, 2007). Klasifikasi bangunan Gedung negara berdasarkan tingkat
kompleksitas terbagi atas tiga bagian yaitu:

1. Klasifikasi bangunan sederhana meliputi:


a. Bangunan Gedung negara dengan jumlah lantai sampai dengan 2 (dua) lantai
b. Bangunan Gedung Negara dengan luas sampai dengan 500 m2
c. Bangunan Gedung yang sudah ada desain prototipe-nya sampai dengan 2
lantau atau dengan luas sampai dengan 500 m2 atau
d. Bangunan Rumah Negara Tipe C, Tipe D, dan Tipe E.
2. Klasifikasi bangunan tidak sederhana meliputi:
a. Bangunan Gedung Pendidikan tinggi universitas/akademi atau Gedung
Pendidikan dasar/lanjutan bertingkat di atas 2
b. Bangunan Gedung kantor yang belum ada desain prototipenya, atau
bangunan Gedung kantor dengan luas di atas dari 500 m2 atau Gedung
bertingkat di atas 2 lantai
c. Bangunan rumah type A dan B atau rumah dinas tipe C, D, dan E yang
bertingkat
d. Bangunan Gedung rumah sakit kelas A, B, C, dan D
3. Klasifikasi banguna Khusus
a. Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden
b. Wisma negara
c. Gedung instalasi nuklir
d. Gedung instalasi pertahanan
e. Gedung terminal udara, laut dan darat
f. Stasiun kereta api
g. Rumah tahanan
h. Gudang benda berbahaya

4
i. Gedung bersifat monumental
j. Gedung cagar budaya
k. Gedung perwakilan negara R.I

2.3 Kerusakan Bangunan Gedung

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/ 2008


tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, kerusakan
bangunan ialah tidak berfungsinya kembali bangunan maupun komponen dalam
bangunan yang disebabkan karena adanya penyusutan atau berakhirnya umur
bangunan serta bisa juga disebabkan oleh ulah manusia atau kejadian alam seperti
beban yang berlebihan, gempa bumi, kebakaran dan lain sebagainya.

1. Penyebab Kerusakan Bangunan


Ada beberapa penyebab terjadinya kerusakan pada bangunan Gedung
diantaranya sebagai berikut:
a. Factor Gempa
b. Factor Usia Bangunan
c. Factor Angin
d. Factor Kualitas Bahan
e. Factor Kualitas Perencanaan
f. Factor Kesalahan Pelaksanaan
g. Factor Kondisi Tanah Dan Air
h. Factor Perubahan Fungsi Dan Bentuk Bangunan
2. Jenis Dan Tingkat Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah
Kerusakan pada bangunan merupakan suatu proses berkurangnya kekuatan
dan ketahanan bangunan baik dalam segi konstruksi maupun material dalam
menerima beban dari luar atau beban berat sendiri sehingga menyebabkan
kelebihan kapasitas. (Rahman et al., n.d.). Kerusakan bangunan dapat
dikategorikan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:

5
1. Kerusakan Ringan
− Kerusakan ringan adalah kerusakan yang terjadi pada komponen
nonstruktural, seperti penutup atap, dinding pengisi, penutup lantai, dan
langit-langit.
− Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan atau sebesar ≤ 30%, biaya
maksimal yang harus dikeluarkan sebesar 35% dari harga satuan
tertinggi pembangunan bangunan Gedung baru yang berlaku untuk
setiap lokasi tipe yang sama
− Bangunan edung yang mengalami rusak ringan dan sedang,
direkomendasikan untuk dilakukan rehabilitasi.
2. Kerusakan Sedang
− Kerusakan sedang adalah kerusakan yang terjadi pada Sebagian
komponen non-struktural, dan atau komponen struktur seperti struktur
atap, lantai, dan lain-lain.
− Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang atau sebesar >30% - 45%,
biaya maksimal yang harus dikeluarkan adalah sebesar 45% dari harga
satuan tertinggi pembangunan bangunan Gedung baru untuk setiap
lokasi dan tipe yang sama.
− Bangunan edung yang mengalami rusak berat dan masih bisa
diperbaiki atau dilakukan perkuatan, direkomendasikan untuk dilakukan
rehabilitasi.
3. Kerusakan Berat
− Kerusakan berat adlah kerusakan yang terjadi pada Sebagian besar
komponen bangunan, baik structural maupun non-struktural dan apabila
setelah selesai diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik seperti
semula.
− Perawatan untuk tingkat kerusakan berat atau sebesar >45% - 65%,
biaya maksimal yang harus dikeluarkan adalah sebesar 65% dari harga

6
satuan tertinggi pembangunan bangunan Gedung baru yang berlaku
untuk etiap lokasi dan tipe yang sama.
− Bangunan edung yang mengalami rusak berat dan tidak dapat
dilakukan upaya perbaikan/perkuatan serta dengan mempertimbangkan
efisiensi biaya antara memperbaiki dan membangun baru,
direkomendasikan untuk dilakukan pembangunan baru.

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi Kerusakan Komponen Struktur dan Cara Perbaikannya


Berdasarkan hasil survey lapangan mengenai keruskan bangunan Gedung di SMP
Negeri 7 Polewali terdapat beberapa bangunan yang mengalami kerusakan baik itu
kerusakan struktur maupun non struktur. Untuk kerusakan struktur terjadi pada
kolom.

Gambar 1. Gedung Sekolah SMP NEGERI 7 POLEWALI


a. Kolom
Kerusakan yang terjadi pada kolom ditunjukkan dengan adanya plaster
kolom yang retak dan bahkan pecah atau hilangnya Sebagian dari beton.
− Penyebab retak pada kolom dapat berupa desain yang salah, konstruksi
yang salah atau kelebihan beban, korosi pada tulang, penyelesaian
pondasi yang terisolasi, creep, dan penyusutan material. Kerusakan
yang terjadi pada gambar 2 yaitu jenis keruskan yang diakibatkan oleh
korosi pada tulangan dan ikatan yang mungkin tidak memadai antara
beton dan tulangan baja.
− Cara perbaikan
Untuk memperbaikinya, salah satu metode yang dapat digunakan
adalah metode grouting. Proses perbaikan untuk kerusakan kolom
adalah sebagai berikut:

8
a. Tahan beban kolom dengan memberi kayu atau besi di sekeliling
kolom.
b. Bersihkan beton yang masih menempel di sekeliling pecahan
beton. Ketuk di sekeliling pecahan untuk memastikan sudah tidak
ada lagi beton yang bisa terkelupas.
c. Buatlah bekisting di sekliling kolom.
d. Cor Kembali bagian kolom yang terkelupas tadi dengan campuran
beton dan bahan aditif.

Gambar 2. Pecahnya dinding kolom akibat korosi pada tulangan

9
3.2 Identifikasi Kerusakan Komponen Kerusakan Non Struktur dan Cara
Perbaikannya
Kerusakan non-struktural yang terjadi pada bangunan Gedung SMP NEGERI 7
Polewali terjadi pada dinding, plafond, dan lantai.
a. Dinding retak
− Penyebab, retak pada dinding terjadi biasanya diakibatkan oleh
terjadinya penyusutan pada plesteran yang terjadi secara tidak merata.
penyebab penyusutan ini adalah dikarenakan oelh variasi kandungan
semen pada adukan tidak merata dan perbandingan campuran yang
kurang baik (Fisu, 2021)
− Penanganan, kerusakan ini dapat diatasi dengan memplester ualang,
namun dengan terlebih dahulu menghilangkan kerusakan tersebut dan
membuat kasar permukaannya dan melembabkannya. Spesi yang biasa
digunakan untuk pasangan dan plesteran tembok untuk plester rapat air
dan dengan ikatan beton yang kuat (iman Subarkah, 1984)

Gambar 3. Keretakan pada dinding


b. Plafond
− Penyebab, Kerusakan ini terjadi karena air yang seharusnya dapat dialirkan
oleh atap seng ada yang dapat melewati lubang atau celah pada atap

10
terutama lubang paku pada seng sehingga akhirnya air mengenai langit-
langit terutama penutup yang berupa pywood yang mudah lapuk.
− Penanganan, segera memperbaiki penutup atap dengan mengganti seng
yang rusak karena seng yang bocor biasanya lubang atau cacat yang
dialami cukup besar dan selanjutnya memperbaiki plafond karna plafond
dipasang dengan tujuan untuk menutupi seluru kontsruksi atap dan kuda-
kuda penyangganya, agar tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan akan
terlihat bersih juga untuk menahan jatuhnya debu dan kotoran lain, serta
menahan tetesan air hujan yang merembes melalui celah atap/ indikasi
terjadinya kebocoran atap.

Gambar 4. Kerusakan Pada Plafond


c. Lantai
Lantai retak, amblas dan plsteran lantai pecah
− Penyebab terjedinya retak pecah dan amblas pada lantai biasanya
diakibatkan oleh adanya penyusutan yang diakibatkan adukan atau
spesi yang tidak merata atau pula karena proses pemadatan yang
kurang baik, sehingga bila tertimpa atau dibebani lantai mudah hancur
dan juga bisa terjadi karena dasar lantai yang tidak kokoh atau padat.
− Penangan, Supaya lantai tidak mudah melesak atau amblas, dasarnya
harus cukup kokoh dan padat sehingga tidak mudah mengalami

11
perubahan bentuk edun dibebani. Bahan tanah yang baik untuk dasar
lantai ialah pasir, karena itu lapisan tanah lembek dikeruk dulu sedalam
15 – 20 cm, permukaannya kemudian dibersihkan dari kotoran
danbenda lain yang sekiranya dapat menyebabkan pelesakan, dan
diurug dengan pasir urug yang bersih sampai kira-kira 10 – 15 cm
dibawah muka lantai, mengurug pasir tidak dilakukan sekaligus
melainkan dilakukan dengan lapisan-lapisan tiap lapisan dipadatkan
dengan cara penggenangan, air genangan akan meresap ke bawah dan
menimbulkan tekanan aliran edung edung l yang merapatkan
butiran-butiran pasirnya. Urugan berikutnya berupa pasir pasang
sampai setinggi kira-kira 3-4 cm dibawah permukaan lantai, lapisan
pasir pasang ini dipadatkan dengan cara pemadatan lapisan pasir urug
dibawahnya, setelah itu bisa dipasang lantai berupa plesteran 1 PC : 3
– 4 pasir atau 1 kapur : 3 pasir di atas lapisan pasir dasar tadi (Iman
Subarkah, 1984).
− Syarat penting bagi lantai (Iman Subarkah, 1984) ialah:
• Rata
• Tidak mudah melesak atau amblas
• Cukup keras sehingga tidak mudah tergerus permukaannya
• Kering dan kedap air.

12
Gambar 5. Kerusakan Pada Lantai

13
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kerusakan pada bangunan Gedung dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti
Factor Gempa, Factor Usia Bangunan, Factor Angin, Factor Kualitas Bahan, Factor
Kualitas Perencanaan, Factor Kesalahan Pelaksanaan, Factor Kondisi Tanah Dan Air
dan Factor Perubahan Fungsi Dan Bentuk Bangunan. Selain itu kerusakan pada
bangunan juga dapat dibedakan menjadi tiga menurut jenis kerusakan nya yaitu,
keruskan ringan, kerusakan sedang, daan kerusakan berat. Adapun beberapa cara
penangangan dari keruskan bangun tersebut dengan melihat dari tingkat kerusakan nya
sebagai berikut:

• Bangunan edung yang mengalami rusak ringan dan sedang, direkomendasikan


untuk dilakukan rehabilitasi.
• Bangunan edung yang mengalami rusak berat dan masih bisa diperbaiki atau
dilakukan perkuatan, direkomendasikan untuk dilakukan rehabilitasi.
• Bangunan edung yang mengalami rusak berat dan tidak dapat dilakukan upaya
perbaikan/perkuatan serta dengan mempertimbangkan efisiensi biaya antara
memperbaiki dan membangun baru, direkomendasikan untuk dilakukan
pembangunan baru.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, A. S. (2020). Analisis Jenis Kerusakan Pada Bangunan Gedung Bertingkat (


Studi Kasus pada Gedung Apartemen dan Hotel Candiland Semarang ). Bangun
Rekaprima, 06(1), 45–57. file:///C:/Users/user/Downloads/1929-108084-1-SM
(1).pdf

Daniel, Diba, F., & Husni, H. (2014). Identifikasi Kerusakan Bangunan Gedung
Sekolah Dasar Di Kota Pontianak Berdasarkan Faktor Perusak Kayu. Jurnal
Hutan Lestari, 365–372.

Fisu, A. A. (2021). Tugas Proposal Analisis Jenis Kerusakan Pada Bangunan Rumah
Program Studi Sipil.

Lina. (2015). No TitleÉ?__. Ekp, 13(3), 1576–1580.

Rahman, I. M. J., Arfandi, A., Pd, S., Pd, M., Hasrul, I. M. R., & Pd, S. (n.d.). Dr. Ir.
M. Junaedy Rahman, S.T., M.T Dr. Anas Arfandi, S.Pd., M.Pd. Ir. M. Reza Hasrul,
S.T., M.T. Jumalia, S.Pd.

15

Anda mungkin juga menyukai