KELOMPOK 7
Rini Fitriani Rusma1 , Putri Zakia A2
1,2,3
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang penduduk terbesarnya adalah petani. Negara
agraris membuat Indonesia memiliki wilayah yang luas dan kaya akan tanah yang subur
untuk bercocok tanam. Atas dasar itu, Indonesia mulai mengenal agribisnis. Perjalanan
pembangunan agribisnis di Indonesia tidak jauh berbeda dengan sejarah pembangunan
pertanian pada umumnya yang mengalami masa pasang surut. Hal ini sangat berpengaruh
dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, baik mikro maupun makro.
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beragam (mega
biodiversity). Keanekaragaman tersebut dapat dilihat pada berbagai jenis komoditas tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Dibandingkan dengan subsektor lainnya,
subsektor perkebunan merupakan penyumbang devisa terbesar. Neraca perdagangan
pertanian periode 2005-2009 menunjukkan bahwa subsektor perkebunan mengalami
surplus perdagangan dengan rata-rata pertumbuhan 21,25 persen per tahun. Tanah bukanlah
yang terpenting dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Rincian sumber ini Sumber
diperlukan untuk informasi terjemahan tambahan Kirim umpan balik
Bilah samping. Kebutuhan masyarakat akan pangan, sandang dan papan dipenuhi melalui
produksi lahan pertanian. Selain itu, berdasarkan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam
Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun 1996, ketahanan pangan adalah terpenuhinya pangan
bagi seluruh rumah tangga, dengan ketersediaan pangan yang cukup, keamanan, keadilan,
dan keterjangkauan pangan baik kuantitas maupun kualitas. Hal ini tercermin dari harga
(anonim, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa tanah merupakan sumber daya alam yang sangat
penting.
Lahan diklasifikasikan menjadi dua jenis, lahan pertanian dan lahan non pertanian,
tergantung pada penggunaannya. Lahan budidaya dibagi lagi menjadi lahan persawahan dan
non-padi. Sawah meliputi sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan sawah pasang surut. Lahan
bukan sawah meliputi dataran tinggi/kebun, ladang/huma, perkebunan, hutan rakyat, padang
rumput/padang rumput, dan lahan kosong/tidur sementara. Lahan non pertanian terdiri dari
rumah, bangunan, lahan pertanian di sekitarnya, hutan negara, rawa-rawa (tidak ditanami),
jalan, sungai, danau dan tandus (BPS, 2012). Luas lahan sawah yang dimiliki Bali pada tahun
2012 sangat kecil, sekitar 14,48%.
Total luas penggunaan lahan (81.625 hektar). Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan tahun
2011.
Luas lahan sawah tahun 2011 adalah 81.744 hektar, lebih luas 119 hektar dari luas
saat ini (BPS, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa luas areal persawahan semakin mengecil
akibat beralihnya penggunaan lahan sawah ke lahan selain sawah dan lahan yang tidak
diperuntukkan untuk pertanian. Denpasar merupakan salah satu daerah di Bali yang
sawahnya dialihfungsikan. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2012, luas areal persawahan di
Kota Denpasar mengalami penurunan setiap tahunnya. Yakni 2.717 ha, 2.693 ha, 2.632 ha,
2.597 ha, 2.519 ha (BPS, 2012). Ada dua kabupaten dengan tingkat konversi padi yang
tinggi: Denpasar Selatan dan Denpasar Utara. Konversi lahan sawah di Denpasar Selatan
seluas 49 hektar dan Denpasar Utara 29 hektar. Tingkat konversi tertinggi di Subak ada di
Kecamatan Denpasar Selatan, atau Subak Keldon.
Subak adalah organisasi petani yang mengelola sistem irigasi sawah. Menurut Sirtha
(2008), fungsi utama Subak adalah mengatur irigasi pertanian, dan kegiatan masyarakat
Subak meliputi membangun jaringan irigasi, pengaturan distribusi air, pengaturan rotasi
tanaman, dan melakukan kegiatan ritual. Penyelenggaraan organisasi subak didasarkan pada
hukum adat, yaitu hukum yang tumbuh dan berkembang dari adat istiadat yang ada dalam
masyarakat Hindu Bali.
Dengan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Bali, keberadaan Subak menjadi
semakin mendesak. Ditambah dengan meningkatnya minat kaum muda di sektor non-
pertanian, Subak menjadi semakin terbelakang. Denpasar sebagai daerah yang sangat padat
penduduknya. Dengan berkurangnya sub-back, ketersediaan pangan lokal bagi masyarakat
Denpasar semakin berkurang. Kondisi ini membuat masyarakat di Denpasar sangat
bergantung pada pangan di daerah lain. Jika hal ini dibiarkan, harga pangan di Denpasar akan
semakin tinggi dan dampak ini akan sangat dirasakan oleh masyarakat. Tak perlu dikatakan,
penurunan luas lahan sawah berdampak pada penurunan ketersediaan air tanah, yang juga
menyebabkan penurunan jumlah air yang mengairi sawah. Menurut PUSPIJAK (2012),
beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kebijakan sosial, ekonomi dan pemerintah dalam
menetapkan peraturan untuk pembangunan sektoral atau nasional dapat menyebabkan
perubahan penggunaan lahan. .. Menurut survei PUSPIJAK (2012) (Verbist, Andree dan
Suseno, 2004), pendorong perubahan penggunaan lahan dibedakan oleh faktor eksternal dan
internal. Empat faktor pendorong (pertumbuhan penduduk alami, migrasi, curah hujan, dan
harga pasar internasional) diklasifikasikan sebagai variabel eksternal. Analisis skala ini
(tingkat kecamatan) tidak dapat mempengaruhi atau mengatasi faktor-faktor ini. Enam
elemen lainnya, yang diklasifikasikan sebagai variabel internal, dikelola atau dipengaruhi
sampai batas tertentu oleh pihak tertentu, seperti inovasi, pembangunan jalan dan
infrastruktur, pemungutan atau pemungutan pajak, subsidi, konservasi tanah dan air, dan
kepemilikan tanah. elemen. Aturan. . Menurut Kustivan (1997), konversi lahan pertanian juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, serta kebijakan pemerintah. Faktor eksternal
meliputi dinamika spasial, demografi, dan pertumbuhan ekonomi perkotaan yang mendorong
atau memudahkan alih fungsi lahan pertanian. Faktor internal adalah status sosial ekonomi
rumah tangga pertanian yang menyebabkan terbengkalainya kepemilikan dan penggunaan
lahan. Faktor internal mempengaruhi pertumbuhan rumah tangga pertanian dan pengguna
lahan. Sebagaimana diuraikan dalam penjelasan latar belakang, analisis lebih lanjut mengenai
faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan khususnya di Subak
Keldon, mengingat semakin banyaknya kegiatan alih fungsi lahan yang mengancam
keberadaan lahan persawahan (subak) dipandang perlu untuk dilakukan..
DISKUSI
Strategi Pengembangan
Strategi adalah teknologi yang menggabungkan dan berinteraksi dengan faktor kunci
sukses untuk mensinergikan pencapaian tujuan. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan.
Keuntungan dari strategi ini adalah mengoptimalkan sumber daya yang baik dan
memaksimalkan pencapaian tujuan kinerja. Menurut konsep manajemen, cara terbaik untuk
mencapai tujuan dan kinerja adalah strategi untuk meningkatkan sumber daya secara efektif
dan efisien (LANRI, 2008). Barney, Jay B (1977) dari LANRI (2008) menemukan bahwa
definisi praktis dari strategi adalah pola alokasi sumber daya yang memungkinkan organisasi
untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan kinerjanya. .. Strategi yang baik adalah
yang memanfaatkan peluang yang ada dengan menetralisir ancaman/tantangan,
memanfaatkan kekuatan yang ada, dan menghilangkan atau memperkuat kelemahan yang
ada..
Secara konseptual, strategi pembangunan dalam konteks politik pertanian adalah upaya untuk
menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal, termasuk kelemahan dan
kekuatannya, yaitu kondisi lingkungan wilayah, termasuk peluang dan ancaman yang
dihadapi, dan kemudian alternatif-alternatifnya. strategi yang harus Anda lakukan. Analisis
lingkungan internal menilai keunggulan strategis perusahaan / organisasi, menentukan di
mana kekuatan dan kelemahannya, menggunakan pengembangan strategi secara efektif,
mengatasi peluang dan hambatan lingkungan, dan sumber daya.Proses pembuatan profil
manfaat dan membandingkannya. Profil keberhasilan utama dan kekuatan utama yang
memungkinkan industri memanfaatkan peluang, mengurangi kelemahan, dan
mengembangkan strategi untuk mencegah kegagalan.
Kondisi lingkungan eksternal yang tidak menentu mengharuskan perusahaan/organisasi
untuk mengembangkan strategi pengembangan investasi bisnis yang tepat, karena lingkungan
eksternal sebagian besar tidak terkendali. Reksohadiprojo (1982) harus diambil untuk menilai
peluang dan ancaman lingkungan eksternal dengan mengidentifikasi faktor lingkungan,
mengamati perubahan global dalam lingkungan, dan memperkirakan dampak kumulatif pada
karakteristik industri.Saya mengusulkan prosedur.
Penentuan Alternatif Strategi
Secara konseptual, strategi pembangunan dalam konteks politik pertanian adalah kondisi
lingkungan internal dan eksternal, termasuk kelemahan dan kekuatannya yaitu Glueeketal. Ini
adalah upaya untuk menganalisis peluang dan ancaman. LANRI (2008) mengusulkan empat
strategi kunci: langkah-langkah yang harus diambil setelah menganalisis proses dalam
kondisi lingkungan internal dan eksternal untuk menentukan strategi yang tepat.
a) Strategi stabilitas. Industri yang menerapkan strategi stabilitas dapat melanjutkan dengan
strategi yang sebelumnya layak. Ketika industri atau perusahaan berhasil dalam tahap
kedewasaannya, keputusan strategis yang paling penting difokuskan pada peningkatan
implementasi fungsinya. Lingkungan relatif stabil dan risikonya tidak terlalu tinggi.
a. Tersedianya jumlah dan jenis pangan yang cukup bagi seluruh penduduk.
b. Distribusi makanan yang lancar dan merata.
c. Konsumsi makanan individu yang sesuai dengan kesesuaian pola makan seimbang
d. Status gizi masyarakat.
Sistem ketahanan pangan bukan hanya tentang produksi, distribusi, dan pasokan
pangan. Ketersediaan pangan yang melimpah diketahui melebihi kebutuhan gizi penduduk,
namun tidak menjamin seluruh penduduk bebas dari kelaparan dan kekurangan gizi. Konsep
ketahanan pangan yang komprehensif didasarkan pada tujuan akhir ketahanan pangan, yaitu
tingkat kesejahteraan manusia. Berfungsinya sistem ketahanan pangan sangat bergantung
pada kebijakan dan kinerja sektor ekonomi, sosial dan politik. Agribisnis dapat dijadikan
sebagai salah satu cara atau solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa ketahanan pangan adalah tentang stabilitas, sedangkan fokus sistem
agribisnis adalah pada keberlanjutan. Subsistem ketersediaan pangan untuk keamanan pangan
dapat diintegrasikan dengan subsistem usahatani pertanian dari sistem agribisnis. Pemangku
kepentingan agribisnis dapat menanam atau menanam berbagai jenis tanaman pangan yang
dapat dijadikan sebagai alternatif diversifikasi pangan. Oleh karena itu, ketersediaan pangan
lokal benar-benar tercapai dan Anda tidak bergantung pada satu pangan saja. Subsistem
Penyerapan Pangan “Pemanfaatan Pangan” Anda bisa masuk ke subsistem agribisnis hilir
“Agribisnis Hilir”. Mengintegrasikan. Integrasi terjadi ketika memproses produk primer
menjadi produk setengah jadi dan produk akhir. Industri pengolahan makanan perlu
mengutamakan keamanan pangan. Pengolahan ini menghasilkan produk siap saji yang
bernilai tambah ekonomis dan bergizi. Subsistem akses pangan dapat dikategorikan sebagai
subsistem agribisnis hilir “agribisnis hilir”. Mengintegrasikan. Integrasi terjadi dengan
penjualan atau kegiatan komersial di pasar domestik dan internasional. Kegiatan distribusi
memberi konsumen akses tidak hanya pada produk yang mereka butuhkan untuk dikonsumsi
dan menyediakan makanan, tetapi juga makanan di tingkat rumah tangga. Konsep ketahanan
pangan yang sempit memandang sistem ketahanan pangan dari aspek input yaitu produk..
a.Mencapai ketahanan pangan di masa depan tidak semudah yang kita inginkan.
Berbagai permasalahan dan tantangan yang dapat diharapkan antara lain:
sebuah. Pertumbuhan populasi.
b. Asupan makanan utama masih didominasi oleh nasi.
c. Diversifikasi pangan belum dilaksanakan secara optimal. Dengan kata
lain,persaingan/pergeseran fungsi penggunaan lahan yang ketat.
d Menurunnya kapasitas dan kualitas sumber daya alam akibat eksploitasi besar-
besaran.
e Dampak perubahan iklim menyebabkan berkurangnya produksi pangan.
Upaya pengembangan agribisnis untuk mencapai ketahanan pangan
Pembangunan pertanian erat kaitannya dengan pembangunan daerah pedesaan
dimana pertanian merupakan penggerak utama perekonomian. Tanah, tenaga kerja dan basis
ekonomi pedesaan merupakan faktor utama dalam pembangunan pertanian. Saat ini
pembangunan pertanian tidak hanya bertumpu pada desa, tetapi juga memerlukan integrasi
wilayah dan dukungan sarana dan prasarana. Struktur ekonomi suatu wilayah merupakan
elemen dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut
erat kaitannya dengan kondisi dan kemungkinan wilayah. Untuk memastikan keberhasilan
pembangunan ekonomi melalui pengembangan sektor agribisnis, pertama-tama kita harus
mengidentifikasi keadaan dan tantangan yang dihadapi sektor agribisnis. Berdasarkan hal
tersebut, dapat dikembangkan strategi untuk mengelola dan mempercepat pengembangan
sektor agribisnis untuk mencapai ketahanan pangan. Karena agribisnis merencanakan,
merancang dan melaksanakan kegiatan agribisnis dalam sistem perekonomian nasional, maka
pembangunan agribisnis tidak dapat tercapai tanpa dukungan perusahaan agribisnis. Untuk
itu, pemerintah harus mendorong pengembangan sistem dan usaha agribisnis di industri
dalam negeri, koperasi, kelompok UKM dan kelompok usaha besar. Oleh karena itu,
pengembangan agribisnis produk yang baik berdampak pada ketahanan pangan yang andal
dan pembangunan wilayah yang terarah dan berkelanjutan..
Upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional tidak terlepas dari kebijakan
pembangunan pertanian secara menyeluruh untuk mendukung penyediaan pangan, terutama
produksi dalam negeri. Dalam mencapai ketahanan dan stabilitas pangan (pasokan dari
produksi dalam negeri), sama halnya dengan upaya peningkatan kapasitas produksi pangan
negara dalam pembangunan pertanian, disertai dengan langkah-langkah pendukung terkait
lainnya. Industri pangan dan agribisnis sangat membutuhkan kebijakan dan langkah konkrit
ke depan berupa insentif pajak, akses permodalan, dan informasi bagi pelaku agribisnis yang
berinvestasi di bagian hilir pengolahan dan pemasaran. Menambah nilai produk pertanian,
peternakan dan perikanan sejalan dengan upaya untuk meningkatkan keunggulan kompetitif
kami. Berinvestasi di sektor hilir tentu akan menciptakan lapangan kerja dan menarik tenaga
kerja yang terampil dan canggih. Pengembangan sistem dan operasionalisasi inisiatif
agribisnis dilakukan melalui pengembangan wilayah dan pusat pertumbuhan berbasis produk,
tergantung pada keunggulan masing-masing wilayah. Hal ini juga memperhitungkan
kebutuhan agroekonomi dan masyarakat, serta kondisi sosial ekonomi dan pasarSetiap lokal
perlu fokus pada jenis produk yang menikmati manfaat serupa
(mendekati keuntungan) untuk dikembangkan secara ekonomi. Ini berarti mulai
membangun landasan bagi pengaturan untuk meningkatkan penciptaan berdasarkan potensi
normal, dominasi inovasi, kemampuan administratif dan pelestarian aset reguler.
Kemahiran dapat terjadi dengan asumsi jaminan daerah untuk penanganan dan usaha
periklanan harus dalam keadaan selaras dengan daerah penciptaan. Sinkronisasi ini akan
mendukung terciptanya kecukupan dalam pertukaran suatu produk. Karena suatu barang yang
relatif dominan dapat dibantu oleh keunggulannya melalui penyusunan yang tepat dari usaha
penanganan dan promosi. Majunya kawasan hortikultura sebagai premis gerakan super
finansial, peningkatannya tidak bisa bergantung pada latihan di peternakan. Namun, penting
untuk memiliki lompatan ke depan dalam mengkoordinasikan kerangka agribisnis yang
memungkinkan pembuatan nilai tambah yang signifikan untuk setiap produk di daerah
pedesaan. Kemajuan kerangka agribisnis provinsi secara keseluruhan harus menghasilkan
lebih banyak item yang berbeda, tidak hanya diliputi oleh item penting sehingga konstruksi
moneter lokal tidak hanya dalam pandangan pertanian.
Perbaikan kerangka agribisnis harus dimungkinkan dengan memperluas desain
agrobisnis sebagai subsistem dalam agribisnis. Perluasan agroindustri lebih ditekankan pada
usaha hilir penanganan barang-barang pedesaan dengan memikirkan peningkatan usaha hulu.
Sejak saat itu, proses yang didorong kemajuan imajinatif selesai. Kemajuan inventif
menekankan perluasan kemajuan mekanis di setiap subsistem agribisnis. Permintaan untuk
SDM yang semakin berkualitas diharapkan mengikuti kemajuan mekanis yang ada. Tahap-
tahap pembinaan kerangka agribisnis di setiap kabupaten tidaklah sama, karena belum
sepenuhnya dilatarbelakangi oleh kualitas dan keragaman antar daerah, baik secara ikhlas
maupun secara sosial, finansial dan sosialwilayah administrasi Divisi/Kantor. Oleh karena
itu, penting untuk memiliki ketangkasan yang sesuai antara kantor/organisasi, antara legislatif
fokal, biasa dan daerah untuk menyusun kerangka kerja (agribisnis) yang sukses dan efektif.
Peningkatan keuangan lingkungan sehubungan dengan pertanian adalah siklus arah.
Interaksi ini terkait dengan banyak variabel, antara lain:
sebuah. Penataan organisasi/lembaga baru.
b. Peningkatan industri elektif.
c. Memperluas kapasitas administrasi pelaku bisnis.
d. Bukti yang dapat dikenali pasar.
e. Pergerakan informasi dan inovasi.
f. Mendukung pengembangan organisasi baru.
g. Usaha bisnis yang diperluas
Dengan perputaran keuangan lingkungan, dipercaya bahwa latihan agraria akan diatur
pasar (pembeli). Arahan pasar menunjukkan bagaimana setiap daerah dapat memberikan
produk pedesaan yang eksplisit. Dengan demikian akan ada spesialisasi penciptaan. Penataan
masyarakat untuk perbaikan pertanian dalam suatu bangsa tentunya tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh unsur-unsur luar.
Pembangunan agribisnis, untuk hampir semua item, saat ini sebenarnya terbagi, yang
digambarkan oleh beberapa hal, yaitu:
sebuah. Agribisnis adalah gagasan suatu kerangka integratif yang terdiri dari beberapa
subsistem, yaitu: subsistem hortikultura hulu, subsistem pembangunan agraria,
subsistem penanganan hasil pertanian, subsistem pemajuan dan subsistem
administrasi bantuan desa. Kelima subsistem yang dirujuk di atas merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu subsistem tidak dapat berjalan
secara efisien akan mempengaruhi proses yang lain dan akibatnya potensi agribisnis
tidak dapat dimaksimalkan.
Upaya untuk menumbuhkembangkan potensi agribisnis secara mahir dan nyata dalam
mewujudkan ketahanan pangan memerlukan suatu sistem. Prosedurnya adalah sebagai
berikut:
sebuah. Memperluas pembuatan makanan dengan cara yang dapat dikelola.
Gulungan pembuatan dapat diselesaikan dengan berbagai cara, termasuk penguatan,
ekstensifikasi, dan peningkatan.
Itulah sebagian tahapan dan kemajuan agribisnis di Indonesia. Selain itu, Indonesia masih
merupakan negara agraris yang tentunya perlu terus menciptakan agribisnis.
Menjalankannya, jelas, sama dengan mempertahankan beberapa bisnis lain, termasuk
berurusan dengan bisnis moneter.
Akhir
Mengingat percakapan yang telah selesai, berikut ini dapat dikatakan:
1. Di Indonesia, Agribisnis memainkan peran dan potensi yang sangat penting dalam
mewujudkan ketahanan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Feryanto W.K. (2010) Peranan Agribisnis dalam Pembangunan Pertanian dan Ekonomi.
Feryanto.wk’s blog.
Rachmawati, K.D. (2010) Peran Profesi Ekonomi Pertanian Spesialisasi Agribisnis dalam
Pembangunan Pertanian di Indonesia, IPB, Bogor.
Rahman, A.Z. (2010) Kaitan Pembangunan Pertanian melalui Agribisnis dengan Ketahanan
Pangan Indonesia. IPB, Bogor.
Davis, H.J. and R.A. Golberg. 1957. A Concept of Agribusiness. Harvard GraduateSchool of
Business Administration. Boston, Massachusets.
Onong Uchjana Effendi. 1993. ‘Human Raltions and Public Relations’. Penerbit
MandarMaju, Bandung.
Soekarno, SD. 1996. ‘Public Relations, Penger tian Fungsi dan Peranannya’. Penerbit
CV.Papiries, Surabaya